Pres Case Hipoglikemia

download Pres Case Hipoglikemia

of 24

Transcript of Pres Case Hipoglikemia

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    1/24

    1

    PRESENTASI KASUS

    HIPOGLIKEMI DAN HIPERTENSI

    Disusun Oleh :

    FITRI KEMALA SARI

    1102009116

    Pembimbing :

    dr. Donny Gustiawan, SpPD

    KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT DALAM

    RSUD KABUPATEN BEKASI

    2013

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    2/24

    2

    Kata Pengantar

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

    karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun tugas

    referat yang berjudul sindrom nefrotik . Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang

    membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat

    membuatnya lebih baik lagi.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Donny Gustiawan

    Sp,PD serta berbagai pihak yang telah membantu penyelesain presentasi kasus ini.

    Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

    Bekasi, 29 September 2013

    Penulis

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    3/24

    3

    I. IDENTITAS PASIENNama : Ny. S

    Usia : 67 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Alamat : Desa Mekarsari Tambun Bekasi

    Pendidikan : -

    Agama : Islam

    Status Pernikahan : Menikah

    Nomor RM : 528087

    Masuk RS : 19 September 2013

    Tgl Periksa : 20 September 2013

    II. ANAMNESISKeluhan Utama : badan lemas sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit

    Riwayat penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan badan lemas sejak satu

    hari sebelum masuk rumah sakit. Lemas dirasakan terus menerus sehingga pasien sulit

    berjalan dan sulit diajak berbicara.

    Keluhan disertai dengan nyeri kepala seperti berputar dan mata berkunang-kunang

    sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan mual tetapi tidak ada

    muntah. Pasien mengaku tidak ada demam dan tidak ada keluhan dalam BAB dan BAK.

    Pasien mengaku memiliki riwayat diabetes dan 2 hari sebelumnya meminum obat

    penurun gula darah yang diberikan oleh puskesmas. Pasien mengaku memiliki riwayat

    diabetes sejak 7 tahun yang lalu. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi sudah 5 tahun.

    Pasien mengaku hanya meminum obat penurun darah tinggi dan tidak rutin meminum obat

    anti hipertensi.

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    4/24

    4

    Riwayat penyakit Dahulu :

    Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah mengalami gejala-gejala seperti yang

    dirasakan saat ini.

    Riwayat Penyakit keluarga :

    Pasien mengaku adik pasien juga menderita diabetes dan hipertensi.

    III. PEMERIKSAAN FISISA. Pemeriksaan Umum :

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Apatis

    Tekanan darah : 180/110 mmHg

    Nadi : 80x/menit

    Frekuensi Nafas : 20x/menit

    Suhu : 36,6 C

    B. Pemeriksaan Khusus

    Kepala : Normocephal, rambut putih lurus

    Mata : sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis.

    Leher : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening, trakea tidakdeviasi, kelenjar tiroid tidak membesar.

    Telinga : bentuk normal, serumen

    Hidung : normal, sekret

    Tenggorok : tonsil palatina kanan=kiri T1 normal tidak membesar

    Thoraks :

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    5/24

    5

    Inspeksi :

    dada datar, simetris kanan dan kiri,

    pergerakan dada simetris baik statis maupun dinamis

    iktus kordis terlihat di sela iga ke 5 linea midclavicularis kiri.

    Palpasi :

    dada tidak teraba adanya massa

    fremitus taktil dan fremitus fokal kanan dan kiri simetris.

    iktus kordis teraba di sela iga ke 5 midclavikularis kiri.

    Perkusi :

    sonor diseluruh lapang paru, peranjakan paru (+), daerah redup hepar

    (+)

    Batas jantung kanan di linea sternalis kanan sela iga ke 5

    Batas jantung kiri di linea midvlavicularis kiris sela iga ke 5

    Batas pinggang jantung di linea parasternalis kiri sela iga ke 3.

    Auskultasi :

    Suara nafas vesikuler

    Tidak ada rhonki, tidak ada wheezing

    Tidak ada bunyi tambahan jantung seperti murmur dan gallop

    Abdomen :

    Inspeksi :

    perut datar, supel

    tidak terlhat adanya massa

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    6/24

    6

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Perkusi :

    timpani pada 4 kuadran abdomen

    shiffting dullness (-)

    Palpasi :

    hepar dan lien tidak teraba

    ballotemen ginjal (-)

    tes undulasi (-).

    Ekstermitas : akral hangat, tidak ada edema

    Refreleks patologis : babinski dan babinski group negatif

    IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM :

    a. Hemoglobin : 12,3 g/dl 1416

    b. Leukosit : 8.300 mm 3.50010.000

    c. LED : 40 mm/jam

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    7/24

    7

    l. Trombosit : 262 ribu/mm3 150 - 400

    Kimia darah

    a. Ureum : 41 mg/dl 10 -50

    b. Kreatinin : 1,5 mg/dl 0,61,38

    c. SGOT : 17 U/l 0 - 38

    d. SGPT : 14 U/l 0 - 41

    e. Gula darah sewaktu : 35

    f. Asam urat : 6,3

    g. Natrium : 143

    h. Kalium : 5,3

    i. Klorida : 109

    RESUME

    Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke RSUD Kabupaten Bekasi dengan

    keluhan badan lemas terus menerus sepanjang hari sehingga sulit untuk berjalan dan

    berbicara. Pasien juga mengeluhkan pandangan berkunang-kunang sejak 1 hari sebelum

    masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh mual tetapi tidak ada muntah. Pasien mengaku 2

    hari sebelum masuk rumah sakit meminum obat penurun gula darah dari puskesmas.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran

    komposmentis, tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 80 x/menit, laju pernapasan 20 x/menit

    dan suhu 36,6C pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya kelainan.

    Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 12,3 g/dl, LED 40 mm/jam,

    hematokrit 32,2, dan gula darah sewaktu 35.

    DIAGNOSIS KERJA:

    Hipoglikemia dan hipertensi grade II.

    FOLLOW UP :

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    8/24

    8

    Tanggal dan jam Follow up

    19 september 2013

    Jam 08.05

    TD 200/100 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 24

    x/menit, pasien datang mengeluh lemas. GDS

    35.

    Jam 12.00 TD 150/90 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 24

    x/menit, GDS 92

    Jam 15.00 TD 140/100 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 20

    x/menit. GDS 145.

    Jam 19.00 TD 160/100 mmHg, nadi 81 x/menit, RR 24

    x/menit, GDS 76.

    Jam 22.00 TD 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 20

    x/menit, GDS 134.

    20 September 2013 TD 180/110 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 20

    x/menit, GDS 102

    21 September 2013 TD 140/90 mmHg, nadi 82 x/menit, RR 22x/menit, GDS 124.

    22 September 2013 TD 130/100 mmHg, nadi 92 x/menit, RR 20

    x/menit, GDS 120.

    RENCANA PEMERIKSAAN:

    Cek gula darah sewaktu setiap jam, bila GDS 100 sebanyak dua kali, cek setiap 2 jam. Bila

    GDS100 sebanyak 2 kali pemeriksaan, cek setiap 3 jam. Bila GDS100 sebanyak 2 kali

    pemeriksaan, cek setiap 4 jam. Bila GDS100 sebanyak 2 kali pemeriksaan, sliding scale

    setiap 6 jam.

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    9/24

    9

    RENCANA PENGOBATAN:

    Non farmakologis :

    o Modifikasi gaya hidup, kurangi makanan yang mengandung garam.

    o Perbanyak aktivitas dan makan makanan gizi seimbang agar dapat menjaga

    kadar gula darah dalam batas normal.

    Farmakologis :

    o IVFD dextrose 10%

    o Injeksi IV dextrose 40% bolus (25 cc) 2 flakon

    o Captopril 1,25 mg

    PROGNOSIS

    Quo at vitam : dubia ad bonam

    Quo at functionam : dubia at bonam

    Qou at sanationam : dubia at bonam

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    10/24

    10

    TINJAUAN PUSTAKA

    HIPOGLIKEMIA

    A. PENGERTIANHipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara

    abnormal rendah < 50 mg/dl. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula

    darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada

    hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah menyebabkan

    berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi.1

    Otak merupakan organ yang sangat peka terhdap kadar gula darah yang rendah karena

    glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar

    gula darah yang rendah dan melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk

    melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan merangsang hati untuk melepaskan gula agar

    kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan

    fungsi otak.2

    B. PENYEBAB HIPOGLIKEMIAHipoglikemia bisa disebabkan oleh3 :

    1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas,

    2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada

    penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.

    3. Aktivitas berlebihan.

    4. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.

    5. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

    Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan

    obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi

    pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.

    Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi

    menjadi3 :

    1. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa.

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    11/24

    11

    2. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap

    makan, biasanya karbohidrat.

    Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang

    diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika dosisnya

    lebih tinggi dari makanan yang dimakan, maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar

    gula darah.Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini

    terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan

    kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut

    merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.

    Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa

    menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang

    secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.Pemakaian

    alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan

    hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor. Olahraga berat dalam waktu

    yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan hipoglikemia.Puasa yang lama bisa

    menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar

    hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan

    karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat

    mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.

    Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa

    menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati

    yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.

    Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia

    diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif).

    Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan

    insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah

    yang cepat.

    Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani

    pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik. Jenis hipoglikemia

    reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan yang mengandung

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    12/24

    12

    gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi

    pelepasan glukosa dari hati; leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh

    pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan

    makanan yang mengandung zat-zat tersebut.

    Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang

    dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik).Pembentukan insulin yang berlebihan juga

    bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di

    pankreas (insulinoma). Kadang tumor di luar pankreas yang menghasilkan hormon yang

    menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.

    Penyebab lainnya adalah penyakit autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang

    menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas

    menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini bisa terjadi pada

    penderita atau bukan penderita diabetes.

    Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker,

    kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat. Penyakit

    hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan

    hipoglikemia.

    3

    C. PATOFISIOLOGI

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    13/24

    13

    D. GEJALA HIPOGLIKEMIAPada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan

    melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin

    merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang

    menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung

    berdebar-debar, dan kadang rasa lapar).1

    Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan

    menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak

    mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang

    berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen.3

    Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara

    perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai

    insulin atau obat hipoglikemik per-oral.

    Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari

    setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    14/24

    14

    olahraga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-

    waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

    E. KLASIFIKASIKlasifikasi dan manifestasi klinis dari hipoglikemia sebagai berikut3 :

    Jenis Hipoglikemia Sign and Symptoms

    Ringan Dapat diatasi sendiri dan tidak mengganggu aktivitas

    sehari-hari

    Penururunan glukosa (stressor) merangsang saraf

    simpatis : sekresi adrenalin, tremor, takikardi, palpitasi,

    gelisah.

    Penurunan glukosa (stressor) merangsang saraf

    parasimpatis lapar, mual, tekanan darah turun.

    Sedang Dapat diatasi sendiri, mengganggu aktivitas sehari-hari.

    Otak mulai kurang mendapat glukosa sebagai sumber

    energi : timbul gangguan pada SSP yaitu headache,

    vertigo, gangguan konsentrasi, penurunan daya ingat,

    perubahan emosi, perilaku irasional, penurunan fungsi

    rasa, gangguan koordinasi gerak, double vision.

    Berat Membutuhkan orang lain dan terapi glukosa.

    Fungsi SSP mengalami gangguan berat : disorientasi,

    kejang, penurunan kesadaran.

    F. DIAGNOSIS

    Karakteristik diagnosis hipoglikemia ditentukan berdasarkan pada TRIAS WIPPLE senagai

    berikut3 :

    1. Terdapat tanda-tanda hipoglikemia

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    15/24

    15

    2. Kadar gula darah kurang dari 50 mg/dL

    3. Gejala akan hilang seiring dengan peningkatan kadar glukosa darah (pasca koreksi).

    Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL.

    Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan

    kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita,

    pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu

    hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya

    antibodi terhadap insulin.

    Untuk mengetahui adanya tumor penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar

    insulin dalam darah selama berpuasa (kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI

    atau USG sebelum pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.4

    G. PENGOBATAN3Kadar glukosa (mg/dl) Terapi hipoglikemi (dengan rumus 3-2-1)

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    16/24

    16

    diberikan pada pasien dengan hipoglikemia berat. Gejala hipoglikemia akan menghilang

    dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau

    tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula, atau segelas susu.4

    Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan

    makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).

    Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan

    gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan

    otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat

    sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel

    pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan

    karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya

    mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.

    Untuk penyandang diabetes yang tidak sadar, sementara dapat diberikan glukosa 40%

    intravena terlebih dahulu sebagai tindakan darurat, sebelum dapat dipastikan penyebab

    menurunnya kesadaran. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.

    Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor

    (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat

    menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.4

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    17/24

    17

    HIPERTENSI

    A. DEFINISIHipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

    di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,

    hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

    mmHg. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus

    sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg.

    Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak

    output.5

    B. KLASIFIKASI HIPERTENSIKlasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,

    Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

    Kategori

    Tekanan Darah

    menurut JNC 7

    Kategori

    Tekanan Darah

    menurut JNC 6

    Tekanan

    Darah Sistol

    (mmHg)

    dan/

    atau

    Tekanan

    Darah Diastol

    (mmHg)

    Normal Optimal < 120 dan < 80

    Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89

    - Nornal < 130 dan < 85

    - Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89

    Hipertensi: Hipertensi:

    Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99

    Tahap 2 - 160 atau 100

    - Tahap 2 160-179 atau 100-109

    Tahap 3 180 atau 110

    (Sumber: Sani, 2008)

    Tabel 2

    Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

    Kategori Tekanan Darah

    Sistol (mmHg)

    Tekanan Darah

    Diatol (mmHg)

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    18/24

    18

    Optimal

    Normal

    Normal-Tinggi

    < 120

    < 130

    130-139

    < 80

    < 85

    85-89

    Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)

    Sub-group: perbatasan

    140-159

    140-149

    90-99

    90-94

    Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

    Tingkat 3 (Hipertensi Berat) 180 110

    Hipertensi sistol terisolasi

    (Isolated systolic

    hypertension)

    Sub-group: perbatasan

    140

    140-149

    < 90

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    19/24

    19

    Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.

    (Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

    Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi

    dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari

    arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini

    dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi

    sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai

    dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat

    dilihat pada bagan.5

    Renin

    Angiotensin I

    Angiotensin II

    Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron darikorteks adrenal

    Urin sedikit pekat & osmolaritas

    Mengentalkan

    Menarik cairan intraseluler ekstraseluler

    Volume darah

    Tekanan darah

    Ekskresi NaCl (garam) denganmereabsorpsinya di tubulus ginjal

    Konsentrasi NaCldi pembuluh darah

    Diencerkan dengan volumeekstraseluler

    Volume darah

    Tekanan darah

    Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    20/24

    20

    Gambar 3: Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah

    D. TATALAKSANA

    Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :

    1. Diuretik

    Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.

    Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan

    dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah

    pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi

    perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler

    dan volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.

    a. Thiazide

    Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi, golongan

    lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita dengan fungsi

    ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit,

    thiazide merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    21/24

    21

    tekanan darah. Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan

    terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk mengatasi efek

    dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini akan mempengaruhi

    tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan tekanan darah dengan cara

    memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam

    penurunan resistensi vascular perifer.

    b. Diuretik Hemat Kalium

    Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan

    tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan

    diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat

    mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik

    lainnya.

    c. Antagonis Aldosteron

    Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih

    berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6

    minggu dengan spironolakton).

    2. Beta Blocker

    Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan

    menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung

    dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.

    a. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada

    dosis rendah dan mengikat baik reseptor 1 daripada reseptor 2. Hasilnya

    agen tersebut kurang merangsang bronkhospasmus dan vasokontruksi serta

    lebih aman dari non selektif bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi

    pulmonari kronis (COPD), diabetes dan penyakit arterial perifer.

    Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan dan efek akan

    hilang jika dosis tinggi.

    b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas intrinsik

    simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor .

    3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)

    ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi

    tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada

    beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial.

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    22/24

    22

    Kemudian, tempat utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan

    ginjal. Pada kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada

    penderita dengan aktivitas renin plasma normal, bradikinin, dan produksi jaringan

    ACE yang penting dalam hipertensi.

    4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)

    Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan

    jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE

    hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor

    angiotensin tipe I, reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti

    inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin.

    5. Antagonis Kalsium

    CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat

    saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya

    kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan

    vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal

    kalsium dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua

    golongan ini (kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negative.

    Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV,

    dan menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada

    penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan

    denyut jantung dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.

    6. Alpha blocker

    Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor 1 yang

    menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan

    efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor 2 sehingga

    tidak menimbulkan efek takikardia.

    7. VASO-dilator langsung

    Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos

    arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari

    pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan

    renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada

    penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.

    8. Inhibitor Simpatetik Postganglion

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    23/24

    23

    Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal

    simpatetik postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap respon

    stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan resistensi

    vaskular perifer .

    9. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral

    10.VASO-dilator langsung

  • 7/27/2019 Pres Case Hipoglikemia

    24/24

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cryer, Philip. Bab 345. Hypoglicemia. Dalam Harrisons Principles of Internal

    Medicine 18 Edition editor Fauci. 2012. P.3003-3009. McGraw-Hill. USA.

    2. Masharani, Umesh. Bab 27. Diabetes Mellitus and Hypoglycemia. Dalam

    Current Medical Diagnosis and Treatment edisi 15 editor McPhee,dkk. 2011.

    P.1140-1188. McGraw-Hill. USA.

    3. Cryer, Philip et all. 2009. Evaluation and Management of Adult Hypoglycemic

    Disorders : An Endocrine Society Clinical Practice GuidelineJournal of Clinical

    Endocrinology and Metabolism.

    4. Soemadji, Djoko. Bab 296. Hipoglikemia Iatrogenik. Dalam Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5 Editor Sudoyo dkk. 2009. P.1900-1905. Interna

    Publishing. Jakarta.

    5. Kotchen, Theodore. Bab 247. Hypertensive Vascular Disease. Dalam buku

    Harrisons Principles of Internal Medicine 18 Edition editor Fauci. 2012. P.2042-

    2059. McGraw-Hill. USA.

    6. Sutters, Michael. Bab 11. Systemic Hypertension. Dalam buku Current Medical

    Diagnosis and Treatment edisi 15 editor McPhee,dkk. 2011. P.416-445. McGraw-

    Hill. USA.