prencanaan pondasi 4
-
Upload
muhammad-suhendra -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of prencanaan pondasi 4
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
1/23
A. Macam – Macam Tipe Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang ada di bawahnya. Terdapat dua klasifikasi
pondasi, yaitu:
1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal didefenisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya
langsung, digunakan bila bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu besar
seperti:
Pondasi Pasang Batu Kali Menerus (Pondasi Memanjang)
Pondasi ini digunakan oleh sebagian besar rumah satu lantai (terutama rumah-
rumah di perumahan) di Indonesia. Pondasi ini dipasang menerus sepanjang
dinding bangunan untuk mendukung dinding serta kolom-kolom berdekatan.
Pondasi Telapak / Footplat
Pondasi telapak berbentuk seperti telapak kaki seperti ini.Pondasi ini setempat,
gunanya untuk mendukung kolom baik untuk rumah satu lantai maupun dua
lantai. Jadi, pondasi ini diletakkan tepat pada kolom bangunan.Pondasi ini
terbuat dari beton bertulang. Dasar pondasi telapak bisa berbentuk persegi
panjang atau persegi.
Pondasi Rakit
Bila di kedalaman dangkal ditemui tanah yang lunak untuk diletakkan pondasi,
maka solusinya bisa menggunakan pondasi rakit. Pondasi rakit bisa digunakan
untuk mendukung bangunan yang terletak di tanah lunak. Selain itu, pondasi
ini juga berguna untuk mendukung kolom-kolom yang jaraknya terlalu
berdekatan tidak mungkin untuk dipasangi telapak satu per satu, solusinya
yakni dijadikan satu kekakuan.
2. Pondasi Dalam
Pondasi Dalam adalah pondasi yang membutuhkan pengeboran dalam karena
lapisan tanah yang baik ada di kedalaman, biasanya digunakan oleh bangunan
besar, jembatan, struktur lepas pantai, dan sebagainya. Pondasi ini digunakan
untuk menyalurkan beban bangunan melewati lapisan tanah yang lemah di
bagian atas tanah yang tidak memiliki daya dukung dan ketika penggunaan
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
2/23
pondasi dalam hanya akan menyebabkan kerusakan struktur dan
ketidakstabilan, dan digunakan dengan kedalaman lebih dari 2 meter dan biasa
digunakan pada bangunan bertingkat lebih dari dua atau karena lapisan tanah
keras terlalu dalam.
Pondasi Tiang Pancang
Pondasi Sumuran
Dinding Penahan Tanah
B. Daya Dukung Tanah
Kapasitas/daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kekuatan tanah untuk
menahan suatu beban yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui
pondasi. Kapasitas/daya dukung tanah batas (qu = qult = ultimate bearing capacity)
adalah tekanan maksimum yang dapat diterima oleh tanah akibat beban yang bekerja
tanpa menimbulkan kelongsoran geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan
sekeliling pondasi.
Nilai daya dukung tanah sementara yang menjadi qestimasi bisa diperoleh dari
hasil uji laboratorium seperti UCS (Unconfined Compression Strength) maupun
Triaxial Compression Test yang akan memberikan besaran nilai qu , c, dan θ (sudut
geser) dari suatu tanah. Dimana nilai c adalah sebesar setengah dari q u (c=qu/2).
Berdasarkan sudut geser yang diperoleh, jenis tanah bisa dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok beserta daya dukung estimasinya, (seperti pada Tabel 1 dan
Tabel 2 )
Tabel 1 Harga-harga umum dari sudut geser internal, kondisi drained
Tipe Tanah Ø (deg)
Pasir: Butir Bulat
Renggang/lepas 27-30
Menengah 30-35
Padat 35-38
Pasir: Butiran Bersudut
Renggang/lepas 30-35
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
3/23
Menengah 35-40
Padat 40-45
Kerikil Bercampur Pasir 26-35
Lanau 26-35
Tabel 2 Estimasi daya dukung aman berbagai jenis tanah
Macam tanahDaya dukung
aman
(kg/cm2)
Keterangan
(a) Tanah - tanah granuler
Kerikil padat/pasir bercampur
kerikil padat
Kerikil kepadatan sedang/pasir
berkerikil kepadatan sedang
Kerikil tak padat/pasir berkerikil
tak padat
Pasir padat
Pasir kepadatan sedang
Pasir tak padat
>6,0
2 – 6
< 2
> 3
1 – 3
< 1
Lebar B>1 m.
kedalaman muka
air tanah > B
dari dasar
pondasi
(b) Tanah-tanah kohesif
Lempung keras
Lempung pasir dan lempung
kaku
Lempung agak kaku
Lempung sangat lunak dan lanau
3 – 6
2 – 4
0,5 – 1
< 0,75
Sangat
dipengaruhi oleh
konsolidasi
jangka panjang
Konsep perhitungan daya dukung batas tanah dan bentuk keruntuhan geser
dalam tanah dapat dilihat dalam model pondasi menerus dengan lebar (B) yang
diletakkan pada permukaan lapisan tanah pasir padat (tanah yang kaku) seperti pada
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
4/23
Gambar 1a. Apabila beban terbagi rata (q) tersebut ditambah, maka penurunan
pondasi akan bertambah pula. Bila besar beban terbagi rata q = qu (qu = daya dukung
tanah batas) telah dicapai, maka keruntuhan daya dukung akan terjadi, yang berarti
pondasi akan mengalami penurunan yang sangat besar tanpa penambahan beban q
lebih lanjut seperti Gambar 1b. Hubungan antara beban dan penurunan ditunjukkan
pada kurva I pada Gambar 2.2b. Untuk keadaan ini, qu didefinisikan sebagai daya
dukung batas dari tanah.
Gambar 1 Daya dukung batas tanah untuk kondisi dangkal.
(a)
Model pondasi(b)
Grafik hubungan antara beban dan penurunan
Terdapat 3 kemungkinan pola keruntuhan kapasitas dukung tanah, yaitu :
1. Keruntuhan geser umum (General Shear Failure), Gambar 2
1) Kondisi kesetimbangan plastis terjadi penuh diatas failure plane
2) Muka tanah di sekitarnya mengembang (naik)
3)
Keruntuhan terjadi di satu sisi sehingga pondasi miring4) Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas rendah (padat dan kaku)
5) Kapasitas dukung batas (qu) bisa diamati dengan baik.
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
5/23
Gambar 2. Pola keruntuhan geser umum (General Shear Failure).
2. Keruntuhan geser setempat ( Local Shear Failure), Gambar 3.
1)
Muka tanah disekitar pondasi tidak terlalu mengembang, karena dorongan
kebawah dasar pondasi lebih besar
2) Kondisi kesetimbangan plastis hanya terjadi pada sebagian tanah saja
3)
Miring yang terjadi pada pondasi tidak terlalu besar terjadi
4)
Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi yang ditunjukkan dengan penurunan yang relatif besar
5)
Kapasitas dukung batas (qu) sulit dipastikan sulit dianalisis, hanya bisa
diamati penurunannya saja
Gambar 3. Pola keruntuhan geser setempat ( Local Shear Failure).
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
6/23
3. Keruntuhan geser baji/penetrasi ( Punching Shear Failure), Gambar 4.
1) Terjadi desakan di bawah dasar pondasi disertai pergeseran arah vertikal
sepanjang tepi
2)
Tidak terjadi kemiringan pondasi dan pengangkatan di permukaan tanah
3) Penurunan yang terjadi cukup besar
4)
Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi dan kompresibilitas rendah
jika kedalaman pondasi agak dalam
Gambar 4. Pola Keruntuhan geser baji ( Punching Shear Failure)
C. Kapasitas Daya Dukung Menurut Terzaghi
Analisis kapasitas dukung didasarkan kondisi general shear failure, yang
dikemukakan Terzaghi (1943) dengan anggapan-anggapan sebagai berikut:
Tahanan geser yang melewati bidang horisontal di bawah pondasi diabaikan
Tahanan geser tersebut digantikan oleh beban sebesar q = . Df
Membagi distribusi tegangan di bawah pondasi menjadi tiga bagian
Tanah adalah material yang homogen, isotropis dengan kekuatan gesernya yang
mengikuti hukum Coulumb.
= c + . tan (1.1)
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
7/23
dimana :
= tegangan geser
c = kohesi tanah
= tegangan normal
= sudut geser dalam tanah
Untuk pondasi menerus penyelesaian masalah seperti pada analisa dua dimensi
Analisa distribusi tegangan di bawah dasar pondasi menurut teori Terzaghi
seperti ditunjukkan pada Gambar 5, dimana bidang keruntuhan dibagi menjadi 3(tiga) zona keruntuhan yaitu:
Gambar 5 Analisa distribusi tegangan di bawah pondasi menurut teori
Terzaghi (1943)
Zona I
Bagian ACD adalah bagian yang tertekan ke bawah dan menghasilkan suatukeseimbangan plastis dalam bentuk zona segitiga di bawah pondasi dengan sudut
ACD = CAD = α = 45o + ø/2. Gerakan bagian tanah ACD ke bawah mendorong
tanah disampingnya ke samping.
Zona II
Bagian ADF dan CDE disebut radial shear zone (daerah geser radial) dengan
curve DE dan DF yang bekerja pada busur spiral logaritma dengan pusat ujung
pondasi.
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
8/23
Zona III
Bagian AFH dan CEG dinamakan zona pasif Rankine dimana bidang
tegangannya merupakan bidang longsor yang mengakibatkan bidang geser di atas bidang horisontal tidak ada dan digantikan dengan beban sebesar q = . Df
Terzaghi (1943), memberikan beberapa rumus sesuai dengan bentuk geometri
pondasi tersebut. Rumus-rumus yang dimaksud antara lain:
Untuk tanah dengan keruntuhan geser umum (general shear failure )
1. Kapasitas daya dukung pondasi menerus dengan lebar B
qu = c Nc + Df Nq + 1/2 B N (1.2)
2. Kapasitas daya dukung pondasi lingkaran dengan jari-jari R
qu = 1,3 c Nc + Df Nq + 0,6 R N (1.3)
3. Kapasitas daya dukung pondasi bujur sangkar dengan sisi B
qu = 1,3 c Nc + Df Nq + 0,4 B N (1.4)
4. Kapasitas daya dukung pondasi segi empat (B x L)
qu = c Nc (1 + 0,3 B/L) + Df Nq + 1/2 B N (1-0,2 . B/L) (1.5)
dimana:
qu = daya dukung maksimum
c = kohesi tanah
= berat isi tanah
B = lebar pondasi (= diameter untuk pondasi lingkaran )
L = panjang pondasi
Df = kedalaman pondasi
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
9/23
Nc; Nq; N adalah faktor daya dukung yang besarnya dapat ditentukan dengan
memakai Tabel 2.3 atau Gambar 2.7 atau dengan memakai rumus-rumus
sebagai berikut:
1)(Ncot1
2
φ
4
π2cos
eφcot N q
2
φ/2)tanφ/42(3
c
(1.6)
2
φ452cos
e N
2
φ/2)tanφ/42(3
q
(1.7)
tanφ1φ2cos
pyK
2
1 Nγ
(1.8)
Kpy = koefisien tekanan tanah pasif
Untuk tanah dengan keruntuhan geser setempat (local shear fail ure )
Untuk harga c diganti c′ = 2/3 c dan harga diganti ′ = tan-1 (2/3 tan ). Dari
nilai c′ dan ′ didapatkan faktor-faktor daya dukung untuk kondisi keruntuhan
lokal: N′c; N′q; N′ (Table 4 atau Gambar 6).
1. Kapasitas daya dukung pondasi menerus dengan lebar B
q′u = c′ N′c + Df N′q + 1/2 B . N′ (1.9)
2. Kapasitas daya dukung pondasi lingkaran dengan jari-jari R
q′u = 1,3 c′’ N′c + Df N′q + 0,6 R N′ (1.10)
3. Kapasitas daya dukung pondasi bujur sangkar dengan sisi B
q′u = 1,3 c′ N′c + Df N′q + 0,4 B N′ (1.11)
4. Kapasitas daya dukung pondasi persegi empat (BxL)
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
10/23
q′u = c′ N′c (1 + 0,3 B/L) + Df N′q + 1/2 B N′y (1-0,2.BL) (1.12)
Tabel 3. Faktor Daya Dukung Terzaghi untuk Kondisi Keruntuhan Geser Umum( general shear failure)
Nc Nq N Nc Nq N
0 5,70 1,00 0,00 26 27,09 14,21 9,84
1 6,00 1,10 0,01 27 29,24 15,90 11,60
2 6,30 1,22 0,04 28 31,61 17,81 13,70
3 6,62 1,35 0,06 29 34,24 19,98 16,18
4 6,97 1,49 0,10 30 37,16 22,46 19,13
5 7,34 1,64 0,14 31 40,41 25,28 22,65
6 7,73 1,81 0,20 32 44,04 28,52 26,87
7 8,15 2,00 0,27 33 48,09 32,23 31,94
8 8,60 2,21 0,35 34 52,64 36,50 38,04
9 9,09 2,44 0,44 35 57,75 41,44 45,41
10 9,61 2,69 0,56 36 63,53 47,16 54,36
11 10,16 2,98 0,69 37 70,01 53,80 65,27
12 10,76 3,29 0,85 38 77,50 61,55 78,61
13 11,41 3,63 1,04 39 85,97 70,61 95,03
14 12,11 4,02 1,26 40 95,66 81,27 115,31
15 12,86 4,45 1,52 41 106,81 93,85 140,51
16 13,68 4,92 1,82 42 119,67 108,75 171,99
17 14,60 5,45 2,18 43 134,58 126,50 211,56
18 15,12 6,04 2,59 44 151,95 147,74 261,60
19 16,56 6,70 3,07 45 172,28 173,28 325,34
20 17,69 7,44 3,64 46 196,22 204,19 407,11
21 18,92 8,26 4,31 47 224,55 241,80 512,84
22 20,27 9,19 5,09 48 258,28 287,85 650,67
23 21,75 10,23 6,00 49 298,71 344,63 831,99
24 23,36 11,40 7,08 50 347,50 415,14 1072,80
25 25,13 12,72 8,34
* Kumbhojkar (1993)
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
11/23
Tabel 4 Faktor-faktor daya dukung Terzaghi modifikasi untuk kondisi keruntuhan
geser setempat (locall shear failure)
N′c N′q N′ N′c N′q N′
0 5,70 1,00 0,00 26 15,53 6,05 2,59
1 5,90 1,07 0,005 27 16,30 6,54 2,88
2 6,10 1,14 0,02 28 17,13 7,07 3,29
3 6,30 1,2 0,04 29 18,03 7,66 3,76
4 6,51 1,30 0,055 30 18,99 8,31 4,39
5 6,74 1,39 0,074 31 20,03 9,03 4,83
6 6,97 1,49 0,10 32 21,16 9,82 5,51
7 7,22 1,59 0,128 33 22,39 10,69 6,32
8 7,47 1,70 0,16 34 23,72 11,67 7,22
9 7,74 1,82 0,20 35 25,18 12,75 8,3510 8,02 1,94 0,24 36 26,77 13,97 9,41
11 8,32 2,08 0,30 37 28,51 15,32 10,90
12 8,63 2,22 0,35 38 30,43 16,85 12,75
13 8,96 2,38 0,42 39 32,53 18,56 14,71
14 9,31 2,55 0,48 40 34,87 20,50 17,22
15 9,67 2,73 0,57 41 37,45 22,70 19,75
16 10,06 2,92 0,67 42 40,33 25,21 22,50
17 10,47 3,13 0,76 43 43,54 28,06 26,25
18 10,90 3,36 0,88 44 47,13 31,34 30,40
19 11,36 3,61 1,03 45 51,17 35,11 36,00
20 11,85 3,88 1,12 46 55,73 39,48 41,7021 12,37 4,17 1,35 47 60,91 44,54 49,30
22 12,92 4,48 1,55 48 66,80 50,46 59,25
23 13,51 4,82 1,74 49 73,55 57,41 71,45
24 14,14 5,20 1,97 50 81,31 65,60 85,75
25 14,80 5,60 2.25
* Kumbhojkar (1993)
Gambar 6 Grafik Faktor Daya Dukung Terzaghi
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
12/23
D. Pengaruh Permukaan Air Tanah Terhadap Kapasitas Dukung
Terdapat tiga keadaan pengaruh muka air tanah ( ground water table) terhadap
kapasitas dukung, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.8. Perubahan kapasitas dukung adanya beda tinggi muka air
tanah
a. Kasus I : jika letak muka air tanah, 0 < D1 Df :
q = D1. + D2(sat - w) dan
nilai dibawah pondasi menjadi : ´= sat – w (1.13)
b. Kasus II : jika letak muka air tanah, 0 < d B :
q = .Df dan nilai dibawah pondasi menjadi : )γ(γB
dγγ (1.14)
c. Kasus III : jika letak muka air tanah, d B :
Muka air tanah tidak berpengaruh terhadap kapasitas dukung tanah.
E. Eksentrisitas pada Pondasi
Pembebanan yang tidak sentris pada pondasi bisa terjadi apabila beban vertikal
yang bekerja mempunyai eksentrisitas terhadap titik pusat pondasi atau jika pondasi
menerima momen selain beban vertikal. Adapun dalam perhitungan, Meyerhof
(1953) menggolongkan pengaruh eksentristas beban terhadap kapasitas dukung
pondasi segi empat menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu seperti Gambar 7.
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
13/23
a. Eksentrisitas satu arah (Gambar 7a.)
b. Eksentrisitas dua arah (Gambar 7b.)
c.
Eksentrisitas dua arah yang disederhanakan (Gambar 7c.).
Gambar 7. Pengaruh eksentrisitas pada kapasitas dukung pondasi
segi empat dengan beban vertikal (Meyerhof, 1953)
a.
Eksentrisitas satu arah
Pada Gambar 8 terlihat pengaruh eksentrisitas beban satu arah pada pondasi
segiempat terhadap distribusi tekanan tanah dan dimensi efektif pondasi.
b.
Eksentrisitas dua arahKeadaan sebuah pondasi yang mengalami beban P dan sebuah momen (M)
seperti pada Gambar 9a. dan Gambar 9b. Sedangkan pondasi yang mengalami
pembebanan P dan momen dua arah (Mx dan My) seperti pada Gambar 9c. Ekivalen
dari dua momen tersebut membentuk dua eksentrisitas (x = eB = ex dan y = eL = ey)
seperti pada Gambar 9.
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
14/23
Jika beban eksentris dua arah (eB dan eL) maka lebar efektif pondasi (B′)
ditentukan sedemikian rupa sehingga resultan beban terletak di pusat berat luas
efektifnya (A′) dengan L′ adalah sisi terpanjang pada luas efektif tersebut.
Sehingga qmax,min yang terjadi pada pondasi yaitu:
(1.15)
Gambar 8. Detail pengaruh eksentrisitas beban satu arah pada pondasi segi
empat
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
15/23
Gambar 9. Analisis momen satu arah dan dua arah dari pondasi dangkal
F. Faktor Keamanan pada Pondasi Dangkal
Besarnya kapasitas dukung ijin kotor (qijin = qall = gross allowable load-
bearing capacity) adalah :
SF
qq uijin (1.16)
Sedangkan penambahan tegangan di bawah tanah netto (q ijin(net)) = beban dari
bangunan atas ( superstructure) per satuan luas pada pondasi dinyatakan dalam :
SF
poq
SF
qq u
u(net)
ijin(net)
(1.17)
keterangan :
qu = kapasitas dukung batas kotor ( gross ultimate bearing capacity)
qu(net) = kapasitas dukung batas netto (net ultimate bearing capacity)
po = tekanan overburden = .Df
SF = faktor keamanan ( factor of safety) umumnya minimal bernilai = 3
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
16/23
CONTOH PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
1.
Data Soal
Data Pondasi Tanah Lapis 1 Tanah Lapis 2
tf = 0.5 m h1 = 2 m h2 = 2 m
Df = 2.5 m 1 = 18 kn/m3 2 = 18 kn/m3
P = 300 KN 1 = 400 2 = 320
My = 40 KN.m c1 = 0 kn/m c2 = 40 kn/m
Mx = 0 KN.m
q = 15 KN/m2
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
17/23
Asumsi:
Dimensi dimensi kolom penyalur beban ke pondasi = 0,5m × 0,5m
Pondasi direncanakan dengan FS= 4 untuk keamanan pondasi.
Tinggi H2 dalam Df pondasi
Catatan: Dalam kasus soal, Tanah yang menahan pondasi yaitu tanah 2 ( h1 < Df ).
Desain Perencanaan menggunakan analisis Terzaghi.
2. Pergitungan Dimensi Optimal B dan L
Hitung qestimasi (sebagai qa)
Kondisi tanah 2
2 = 320
c2 = 40 kn/m2
Berdasarkan sudut geser
2 = 320, tergolong tanah pasir renggang /tak padat (Tabel 2.1 dan 2.2)
Maka, qestimasi = qa < 100 KN/m2
Berdasarkan kohesi c (Uji UCS)
Sehingga, diambil qestimasi = qa = 90 KN/m2
3.1.1 Hitung Dimensi berdasarkan qestimasi
Asumsi: B = 1,25 L
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
18/23
( )
Pembulatan dimensi yang akan digunakan:
Nilai A berdasarkan dimensi rencana
( )
** B > L karena My yang bekerja akan menyebabkan eksentrisitas, sehingga
direncakan ex yang terjadi terhadap bentang yang panjang, juga berfungsi
dalam penulangan, dimana pada B sebagai acuan dalam desain tulangan
(karena memungkinkan terjadinya lendutan yang besar)
3.1.2 Hitung qnetto (daya dukung aman tanah) berdasarkan dimensi rencana
3.1.3
Cek kontrol (qizin > qn)
a. Hitung q(ult) yang terjadi pada pondasi
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
19/23
qu (persegi panjang)
( ) ( )
-
- Desain terhadap keruntuhan geser umum
2 = 320 , nilai Nc = 44,04
Nq = 28,52
N = 26,87
( )( )
qu (segitiga)
karena segitiga nya merupakan segitiga sama kaki, maka:
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
20/23
qu (segitiga) = ½ x qu (persegi)
......... B = 0,5 m
sehingga, qult yang terjadi pada persegi:
b. Hitung q(ult)netto
c. Hitung qizin pada pondasi
d. Kontrol qizin > qn
........... Ok!
Tanah Aman menahan Pondasi, hal ini dikarenakan kapasitas dukung
tanah q(un) lebih besar dari qn, sehingga dengan faktor aman (FS) sama
dengan 4, menghasilkan qizin yang besar juga.
3.1.4 Cek kontrol (qizin > qmax,min)
a.
Menghitung Titik Pusat Pondasi (Xo,Yo)
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
21/23
- Luasan bagian – bagian Pondasi
- ∑ ∑
(dari titik 0,0)
- ∑ ∑
(dari titik 0,0)
b.
Menghitung Inersia (Ixo , Iyo)
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
22/23
- Ix dan Iy masing-masing bagian pondasi
Persegi Panjang 1
Persegi Panjang 2
Segitiga
c.
Menghitung qmax,min
Sehingga:
-
8/18/2019 prencanaan pondasi 4
23/23
d.
Kontrol qizin > qmax
........... Ok!Tanah aman menahan qmax yang diberikan oleh pondasi.
3.1.5 Cek kontrol eksentrisitas
= 0,05 m
= 0 m