Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

39
M A K A L A H T E K N O L O G I S E D I A A N FA R M A S I 1 “ Studi Preformulasi Tablet Aspirin “ Disusun Oleh : Kelas : Farmasi B PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Studi Preformulasi Tablet Aspirin 1 G 701 09 023 WAODE IRMA I. G 701 11 051 IKALIANA G 701 11 053 FANI OKTAVIANI G 701 11 054 SUMARNI G 701 11 055 FANNY AMELIA S. G 701 11 056 PRAMITA PUTRI G 701 11 057 RIZKYAH G 701 11 058 SUKMAWATI G 701 11 059 DINDA RAHMI YATI G 701 11 060 MOH. RIHWAL

description

Teknologi Sediaan Farmasi 1

Transcript of Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

Page 1: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

M A K A L A H

T E K N O L O G I S E D I A A N FA R M A S I 1

“ Studi Preformulasi Tablet Aspirin “

Disusun Oleh :

Kelas :

Farmasi B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2013 / 2014

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 1

G 701 09 023 WAODE IRMA I.

G 701 11 051 IKALIANA

G 701 11 053 FANI OKTAVIANI

G 701 11 054 SUMARNI

G 701 11 055 FANNY AMELIA S.

G 701 11 056 PRAMITA PUTRI

G 701 11 057 RIZKYAH

G 701 11 058 SUKMAWATI

G 701 11 059 DINDA RAHMI YATI

G 701 11 060 MOH. RIHWAL

G 701 11 061 SELVIANTY ASBAL

Page 2: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Studi

Preformulasi Tablet Aspirin ”.

Makalah ini berisikan tentang informasi tentang studi preformulasi dari

suatu sediaan tablet atau yang lebih khususnya membahas preformulasi tablet

aspirin, serta eksipiennya yang berupa zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur,

zat pelincir dan lain-lain.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca

pada umumnya dan dimanfaatkan khususnya dalam bidang farmasi. Kami

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Palu, 06 Maret 2013

                               

Kelompok I

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 2

Page 3: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................... 5

1.2 Tujuan........................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Studi Preformulasi....................................................... 7

2.2 Tujuan Preformulasi................................................................... 7

2.3 Garis Besar Daerah Utama Penelitian Praformulasi.................. 7

2.3.1 Karakterisasi Bulk............................................................. 7

2.3.2 Analisis Kelarutan............................................................. 10

2.3.3 Analisis Kestabilan............................................................ 12

2.4 Langkah-langkah penting dalam pengkajian Preformulasi........ 14

2.4.1 Uraian Fisik....................................................................... 14

2.4.2 Pengujian Mikroskopik..................................................... 14

2.4.3 Ukuran Partikel................................................................. 14

2.4.4 Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi........................ 15

2.4.5 Polimorfisme..................................................................... 15

2.4.6 Kelarutan.......................................................................... 16

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 3

Page 4: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

2.4.7 Disolusi............................................................................. 16

2.4.8 Permeabilitas Membran.................................................... 16

2.4.9 Kestabiilan........................................................................ 17

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Preformulasi Zat Aktif............................................................... 18

3.1.1 Monografi......................................................................... 18

3.1.2 Farmakokonetik................................................................ 19

3.1.3 Farmakodinamika............................................................. 20

3.1.4 Efek Samping................................................................... 20

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................ 22

4.2 Saran........................................................................................... 22

DAFTAR ISI

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 4

Page 5: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preformulasi mulai bila suatu obat yang baru disintesis

menunjukkan jumlah farmakologis yang cukup dalam model-model hewan

untuk menjamin penilaian pada manusia. Pengkajian ini harus berpusat pada

sifat-sifat fisika-kimia dari senyawa baru yang dapat mempengaruhi

penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan yang

menunjukkan efikasi. Pengertian seksama dari sifat-sifat ini akhirnya bisa

menyediakan suatu pemikiran untuk desain formulasi, atau menunjang

kebutuhan kebutuhan modifikasi molekuler. Dalam hal yang paling

sederhana, penelitian-penelitian praformulasi ini mungkin semata-mata

menegaskan bahwa tidak ada batas berarti untuk perkembangan senyawa

tersebut.

Penelitian obat biasanya ditargetkan untuk suatu daerah teraupetis

yang khas, potensi relatif pada produk saingan dan bentuk-bentuk sediaan

untuk manusia bisa diketahui. Selain itu, penelusuran literatur harus

dilakukan untuk memberikan pengertisn tentang mekanisme pelapukan yang

mungkin terjadi dan kondisi-kondusi yang meningkatkan peruraian obat.

Informasi ini bisa menyarankan suatu cara stabilitasi, kunci uji stabilitas,

atau senyawa acuan stabilitas (misalnya aspirin bagi senyawa yang

mengalami hidrolisis ester). Informasi tentang mode yang diusulkan dari

pemberian obat, seperti juga melihat kembali literatur tentang formulasi

(Lachman, L., 2007).

Dalam hubungan dengan masalah memformulasi suatu zat obat

menjadi bentuk sediaan yang tepat, ahli farmasi peneliti memakai

pengetahuan yang telah diperoleh melalui pengalaman dengan obat-obat

serupa yang lain dan melalui penggunaan (penerapan) disiplin ilmu fisika,

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 5

Page 6: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

kimia dan biologi yang tepat. Tahap awal dari tiap formulasi baru meliputi

pengkajian untuk mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang

karakteristik fisika dan kimia zat obat yang dibuat menjadi bentuk sediaan

farmasi tersebut. Pengkajian dasar ini merangkum penelitian preformulasi

yang dibutuhkan sebelum formulasi produk yang sebenarnya dimulai

(Ansel, Howard C., 2008).

1.2 Tujuan

1. Mengetahui studi tentang praformulasi

2. Mengetahui dan memahai tujuan dari preformulasi

3. Mengetahui dan memahami garis besar daerah utama penelitian

praformulasi

4. Mengetahui dan memahami langkah-langkah penting dalam pengkajian

preformulasi

5. Mengetahui dan memahami studi preformulasi sediaan tablet aspirin.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 6

Page 7: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Studi Preformulasi

Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pengembangan

bentuk sediaan obat yang rasional dari suatu zat aktif termasuk tablet. Studi

preformulasi ialah suatu investigasi sifat-sifat fisik dan kimia zat aktif

tunggal atau digabung dengan eksipien.

Studi preformulasi dalam farmasi kadang-kadang didefinisikan

sebagai studi pendahuluan untuk mengembangkan produk. Studi

preformulasi dalam arti yang luas dan digunakan untuk berbagai macam

sediaan farmasi tertentu, dapat didefinisikan sebagai studi pendahuluan

untuk penetapan formula akhir yang sebenarnya dan arah kerja untuk

membuat produk (Ryzki, A., 2011).

2.2 Tujuan Preformulasi :

a) Menggambarkan proses optimasi suatu obat melalui penentuan atau

definisi sifat-sifat fisika dan kimia yang dianggap penting dalam

menyusun formulasi sediaan yang stabil, efektif, dan aman.

b) Data preformulasi akan sangat membantu dalam memberikan arah yang

lebih sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan.

2.3 Garis Besar Daerah Utama Penelitian Praformulasi

Menurut Lachman, L., 2007, beberapa garis besar daerah utama

dalam penelitian preformulasi adalah :

2.3.1 Karakterisasi Bulk

Dalam banyak hal, proses sintesis dikembangkan sejalan

dengan penelitian-penelitian praformulasi. Suatu kandidat obat pada

tahap ini seringkali belum semua bentuk padatnya teridentifikasi, dan

ada suatu potensi besar bagi polimorf untuk bersatu. Sifat-sifat bulk

untuk bentuk padattersebut, seperti ukuran partikel,kerapatan bulk dan

morfologi permukaan juga tampak berubah selama proses

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 7

Page 8: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

pengembangan . oleh karena itu karakterisasi menyeluruh dari semua

lot bulk praformulsi perlu untuk mencegah ramalan stabilias atau

kelarutan yang sala, yang tergantung pada suatu bentuk Kristal

tertentu.

1. Kristalinitas dan Polimorfisme

Kebiasaan Kristal dan struktur dalam suatu obat dapat

mempengaruhi sifat-sifat bulk dan sifat-sifat fisika-kimia, yang

mempunyai kisaran dari kemampuan mengalir sampai kestabilitas

kimia. Kebiasaan (habit) adalah uraian penampilan luar dari

penampilan Kristal, sedangkan struktur dalam (internal structure)

adalah susunan molekul dalam zat padat tersebut. Beberapa

contoh kebasaan Kristal adalah berbentuk lempeng, kubus, jarum

pisau tabular dan prisma. Suatu struktur dalam tunggal untuk

suatu senyawa untuk kebiasaan-kebiasaan yang berbeda,

tergantung pada lingkungan tempat tumbuhnya Kristal.

Polimorifisme adalah kemampuan suatu senyawa (atau

unsur) untuk mengkristal lebih dari satu jenis Kristal yang

berbeda dengan kisi-kisi dalam berbeda. Stabilitas kimia dan

perubahan kelarutan karena polimorifisme dapat mempunyai

akibat pada bioavibilitas obat dan program peengenmbangannya

2. Higroskopitas

Banyak bahan-bahan obat, terutama bentuk-bentuk garam

yang larut dalam air mempunyai kecenderungan untuk

mengadsorbsi kelembapan atmosfer. Adsorbsi dan kesetimbangan

lembap (uap air) dapat tergantung pada humiditas atmosfer

(kelembapan udara), temperatur, luas permukaan, paparan. Zat-

zat higroskopik lain mengadsorpsi air karena pembentukan hidrat

atau tempat adsorbsi spesifik

Pada sebagian besar bahan higroskopis, perubahan level

lembab dapat sangat mempengaruhi tolok ukur yang penting

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 8

Page 9: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

seperti stabilitas kimia, kemampuan alir (flowability), dan

kemampuan untuk bercampur (kompatibilitas).

3. Karakterisasi Partikel Halus

Aliran bulk, homogenitas formulasi, dan proses-proses

yang mengawasi luas permukaan seperti disolusi dan reaktivitas

kimia secara langsung dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, dan

morfologi permukaan dari partikel-partikel obat. Umumnya tiap

kandidat obat baru harus diuji selama praformulasi dengan ukuran

partikel terkecil yang praktis untuk membantu penyiapan sampel

homogen dan memperluas permukaan obat untuk interaksi.

4. Kerapatan Bulk

Kerapatan bulk dari suatu senyawa bervariasi luas sekali

dengan metode kristalisasi, penggilingan atau formulasi.Sekali

suatu masalah kerapatan diidentifikasi tersebut dengan mudah

dikoreksi dengan penggilingan, penghancuran, atau

formulasi.Biasanya kerapatan bulk menjadi sangat penting bila

seseorang mempertimbankan ukuran produk suatu dosis tinggi

atau homogenitas dari suatu formulasi dosis rendah di mana ada

perbedaan besar dalam kerapatan obat dan bahan penambah.

5. Sifat-sifat Aliran Serbuk

Serbuk-serbuk farmasi secara luas bisa digolongkan

sebagai mengalir bebas atau tidak mengalir bebas (kohesif).

Kebanyakan sifat aliran dipengaruhi secara nyata oleh perubahan

dalam ukuran partikel, kerapatan, bentuk, muatan elektrostatis,

dan lembap yang teradsorbsi, yang mungkin timbul dari

pemrosesan atau formulasi. Akibatnya suatu kandidat obat yang

mengalir bebas bisa menjadi kohesif selama perkembangan,

sehingga memerlukan suatu strategi formulasi baru secara

keseluruhan.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 9

Page 10: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

2.3.2 Analisis Kelarutan

Pengkajian kelarutan praformulasi terpusat pada system –

system obat pelarut yang dapat terjadi selama penyampaian suatu

kandidat obat. Sebagai contoh, suatu obat untuk pemberian oral harus

diuji kelarutanya dalam media yang mempunyai kosentrasi ion klorida

isotonis dan pH asam. Walaupun rute pemberian mungkin tidak secara

nyata ditentukan pada waktu itu, pengertian profil kelarutan obat dan

mekanisme penglarutan yang memungkinkan, member suatu dasar

bagi formulasi selanjutnya. Pengkajian kelarutan preformulasi

biasanya meliputi :

1. Konstanta Ionisasi – pKa

Penentuan kostanta disosiasi bagi suatu obat yang mampu

mengion dalam rentang pH 1-10 penting karna kelarutan, dan

akibatnya absorbsi dapat berupadengan besarnya perubahan pH

tersebut. Untuk obat yang bersifat asam lemah dengan harga

pKalebih besar dari 3, bentuk tidak terion ada dalam kandungan

asam lambung, tetapi obat tersebut sebagian besar terion dalam

mesia usus yang netral. Untuk obat yang bersifat basa seperti

eritromisin dan papavirena (pKa ∼ 8 sampai 9) bentuk terion

mendominasi baik dalam lambung maupun dalam usus halus.

2. Profil pH Kelarutan

Kelarutan dari suatu obat yang bersifat asam atau basa

tergantung pada pKa dari gugus fungsionalyang mengion dan

kelarutan intrinsik untuk bentuk terion dan bentuk tidak terion .

Pada suatu larutan dimana pH ekuivalen dengan pHmaks, bentuk

basa bebas dan bentuk garamnya akan berada secara bersama-

sama dalam kesetimbangan dengan larutan jenuh. pHmaks dinilai

dengan pengambilan sampel obat yang mengendap dari larutan

yang disetimbangkan dan menentukan adanya kedua bentuk obat

tersebut.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 10

Page 11: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

3. Efek Ion Sejenis - Ksp

Dalam cairan lambung, dimana pH dapat berkisar dari 1

sampai 2 dan konsentrasi ion korida adalah antara 0,1 M dan 0,15

M, doksisiklina hidrokloridadihidrat mempunyai kelarutan – 4

mg/ml, yang merupakan suatu suatu faktor 7 kurang dari

kelarutannnya dalam air suling. Untuk garam-garam hidroklorida

dari klortetrasiklina, demoklosiklina, dan metasiklina, laju

disolusi dan bahkan kelarutan yang tampak (terlihat) kurang dari

bentuk-bentuk basa bebasnya (berturut-turut) dalam media yang

mengandung ion klorida. Akibatnya hasil kali kelarutan dari

masing-masing senyawa dari masing-masing senyawa yang dapat

terionisasi dengan ion natrium dan ion klorida harus dievaluasi

untuk mendeteksi masalah-masalah potensial in vivo dengan

disolusi dan atau absorbsi.

4. Efek Panas

Panas larutan, ∆Hs, menyatakan panas yang dilepaskan

atau diabsorpsi jika satu mol zat terlarut dilarutkan dalam suatu

pelarut dengan jumlah besar. Umumnya proses mearut tersebut

adalah endotermis, atau ∆Hs positif, dan ini berarti

meningkatkannya temperature larutan akan meningkatkan

kelarutan obat tersebut.

5. Solubilisasi

Untuk kandidat obat baik dengan kelarutan dalam air yang

buruk atau kelarutan yang tidak cukup untuk bentuk-bentuk

sediaan larutan yang diproyeksikan, maka cara-cara umum untuk

meningkatkan kelarutan adalah dengan menambahkan sesuatu

kosolven kesistem air. Kelarutan nonelektrolit yang seringkali

dapat diperbaiki oleh orde besaran dengan kosolven yang sesuai

seperti etanol, propilenglikol dan gliserin. Kosolven-kosolven ini

melarutkan molekul-molekul obat dengan merusak interaksi

hidrofobik dari air pada zat terlarut non polar atau antar muka air.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 11

Page 12: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

Besarnya solubilisasi atau penglarutan yang disebabkan oleh

penambahan kosolven tergantung pada struktur kimia dari obat

tersebut, yakni semakin non polar zat terlarut maka semakin besar

pula penglarutan yang dicapai oleh penambahan kosolven.

6. Koefisien Partisi

Koefisien partisi didefinisikan sebagai perbandingan obat

yang tidak terion antara fase organic dan fase air pada

kesetimbangan.

Pm/a = ( C minyak

C Air¿ kesetimbangan

Untuk rangkaian senyawa, koefisien partisi dapat

memberikan penanganan empiris dalam penyaringan beberapa

sifat biologis. Untuk penyampaian obat, dapat dilihat

kesetimbangan lipofilik / hidrofilik yang merupakan faktor

pembantu untuk laju dan besarnya absorpsi obat. Walaupun data

koefisien partisi saja tidak memberikan pengertian dalam absorpsi

in vivo, data tersebut memberikan cara untuk mengkarakterisasi

sifat lipofilik/hidrofilik dari obat tersebut.

7. Disolusi

Disolusi dari suatu partikel obat dikontrol oleh beberapa

sifat fisika-kimia, termaksud bentuk kimia, kebiasaan Kristal,

ukuran pertikel, kelarutan, luas permukaan dan sifat – sifat

pembasahan. Sebagai contoh, disolusi dari bentuk solvat dan

polimorfis suatu obat dapat mengakibatkan sesuatu yang

bermakna pada bioavailabilitas dan penyampaian obat.

2.3.3 Analisis Kestabilan

Pengkajian stabilitas praformulasi biasanya merupakan

penilaian kuantitatif stabilitas kimia dari suatu obat baru. Pengkajian

percobaan keadaan larutan dan keadaan padatan dalam kondisi tipikal

penanganan, formulasi, penyimpanan, dan pemberian dari suatu

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 12

Page 13: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

kandidat obat. Bagian ini terfokus pada evaluasi stabilitas kimia

selama penelitian praformulasi.

1. Kestabilan dalam Formulasi Toksikologi

Air, vitamin, mineral (ion-ion logam), enzim-enzim dan

gugus-gugus ganda fungsional ada dalam makanan, yang sangat

dapat mengurangi shelf-life suatu obat. Aktivitas enzim dan

tingkat kelembapan secara tipikal berkurang dengan waktu,

sedangkan komposisi makanan bervariasi dengan pemakaian. Jadi

suatu contoh makanan segar yang akan digunakan dalam uji

toksikologi memberikan data yang paling relevan.

Preparat toksikologis yang berbentuk larutan dan suspensi

harus dicek untuk memudahkan pembuatan, dan kemudian

disimpan dalam ampul-ampul yang ditutyp dengan nyala api pada

berbagai temperature. Selain stabilitas kimia, suspensi harus

sering dikocok untuk mengecek dispersibilitasnya (kemampuan

untuk terdispersi).

2. Kestabilan Larutan

Tujuan utama fase penelitian praformulasi ini adalah

identifikasi dari kondisi–kondisi yang diperlukan untuk

membentuk suatu larutan stabil. Pengkajian ini harus meliputi

efek pH, kekuatan ion, pelarut tambahan, cahaya, temperature,

dan oksigen.

3. Kestabilan Keadaan Padat

Tujuan utama penyelidikan ini adalah identifikasi kondisi-

kondisi penyimpanan stabil untuk obat dalam keadaan padat, dan

identifikasi dari bahan penambahan tercampurkan untuk suatu

formulasi. Berbeda dengan profil stabilitas larutan sebelumnya,

pengkajian keadan padat ini sangat dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan dalam kemurnian dan kristalinitasi, yang

sering kali dihasilkan dari proses perbaikan.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 13

Page 14: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

2.4 Langkah-langkah penting dalam pengkajian Preformulasi

Menurut Ansel, Howard C., (2008), Langkah-langkah yang

dilakukan dalam study Pre formulasi antara lain:

2.4.1 Uraian Fisik

Penting untuk mengerti uraian fisik dari suatu obat sebelum

bentuk sediaan kebanyakan ( sebagai besar ) zat obat yang digunakan

sekarang adalah bahan padat.

Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni

yang berbentuk amorf dan Kristal cairan.Obat cairan digunakan dalam

jumlah yang jauh lebih kecil, gas bahkan lebih jarang lagi. Gas obat

resmi,oksida nitrit (nitrous oxide) dan siklopropan digunakan sebagai

anastetik umum dan inhalasi dan oksigen serta karbondioksida

merupakan pembantu pernafasan.

2.4.2 Pengujian Mikroskopik

Pengujian mikroskopis dari zat murni (bahan obat)

merupakan suatu tahap penting dalam kerja (penelitian) preformulasi.

Ia memberikan indikasi (petunjuk) ukuran partikel dari zat murni

seperti juga struktur kristal.

2.4.3 Ukuran Partikel

Sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh

distribusi ukuran partikel,termasuk laju disolusi obat, biofabilitas,

keseragaman isi,rasa tekstur,warna dan kestabilan.

Tambahan pula sifat-sifat karakteristik aliran laju sedimentasi

lain,antara lainnya juga merupakan faktor-faktor penting yang

berhubungan dengan ukuran partikel adalah penting juga untuk

mengetahui, memantapkan sendiri mungkin bagaimana ukuran

partikel dari zat murni tersebut dapat mempengaruhi formulasi dan

kemanjuran (efikasi) produk, khususnya yang menarik adalah efek

ukuran partikel terbukti secara bermakna mempengaruhi profil

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 14

Page 15: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

absorbsi oral dari obat-obat tertentu seperti gliseofulin, Nitrofalantion,

spiranolektan dan prokain penisilin.

2.4.4 Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi

Untuk memproduksi respon biologis molekul obat pertama

harus menyebrang.Suatu membrane biologis bereaksi sebagai suatu

pembatas lemak untuk kebanyakan obat-obat yang mengijinkan

absorbs zat-zat yang larut dalam lemak mendifusi menyeberangi

pembatasan hanya dengan kasulitan yang besar, jika tidak sama

sekali. Hubungan antara konstanta disosiasi, kelarutan dalam bentuk

lemak dan pH pada tempat absorsi serta karakteristik absorbsi dari

berbagai obat merupakan dasar dari teori pH-partisi.

Penentuan derajat ionisasi atau harga ph dari zat obat

merupakan suatu karakteristik fisika kimia yang relative penting

terhadap evaluasi dan efek-efek yang memungkinkan pada absorbs

dari berbagai tempat pemberian

2.4.5 Polimorfisme

Suatu faktor formulasi yang penting adalah bentuk kristal

atau bentuk amorf dari obat tersebut, yang menunjukkan sifat fisika-

kimia yang berbeda termasuk titik leleh dan kelarutan. Kejadian

bentuk-bentuk polimorfisme dengan obat-obat relative umum dan

telah diperkirakan bahwa polimorfisme ditujukan dengan paling

sedikit sepertiga dari semua senyawa-senyawa organik.

Disamping bentuk-bentuk polimorfisme dimana senyawa-

senyawa mungkin ada, mereka juga dapat terjadi dalam bentuk

nonkristal atau amorf. Energi yang dibutuhkan suatu molekul obat

untuk bebas dari suatu kristal jauh lebih besar dari pada yang

dibutuhkan untuk bebas dari suatu serbuk amorf. Oleh karena itu

bentuk amorf dari suatu senyawa selalu lebih muda larut

dibandingkan dengan kristalnya yang sesuai.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 15

Page 16: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

2.4.6 Kelarutan

Agar suatu obat masuk ke sistem sirkulasi, dan menghasilkan

suatu efek teraupetik, ia pertama-tama harus berada dalam larutan.

Senyawa-senyawa yang relatif tidak larut seringkali menunjukkan

absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu. Jika kelarutan dari

zat obat kurang dari yang diinginkan, pertimbangan harus diberikan

untuk memperbaiki kelarutannya. Sebagai contoh, jika zat obat

adalah asam atau basa, kelarutan dapat dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan dalam pH.

2.4.7 Disolusi

Laju disolusi atau waktu yang diperlukan bagi obat untuk

melarutkan dalam cairan pada tempat absorbsi, merupakan tahap yang

menentukan laju dalam proses absorbsi. Jadi apapun yang

mempengaruhi laju disolusi, akan mempengaruhi absorbsi. Akibatnya

laju disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas, dan lama respons,

serta kontrol bioavailabilitas obat tersebut keseluruhan dari bentuk

sediaannya.

2.4.8 Permeabilitas Membran

Pengkajian preformulasi modern meliputi masukan-masukan

awal dari lewatnya molekul-molekul obat menyebrangi membran

biologis.

Suatu tekhnik dengan menggunakan everted intestinal sac

dapat digunakan dalam mengevaluasi karakteristik absorbsi dari zat

obat. Dalam metode ini, selembar usus dibersihkan dari makanan

hewan everted diisi dengan suatu larutan dari zat obat, dan derajat

serta laju lewatnya obat melalui kantung membran ditentukan. Melalui

metode ini baik transpor pasif maupun transpor aktif dapat dievaluasi.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 16

Page 17: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

2.4.9 Kestabiilan

Pengkajian kestabilan yang dihubungkan dalam fase

preformulasi termasuk kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan

padat, kestabilan fase larutan, dan kestabilan dalam adanya penambah

yang diharapkan.

Penyelidikan awal mulai melalui pengetahuan dari struktur

kimia obat yang mengizinkan ilmuan preformulasi mengantisipasi

reaksi degradasi yang mungkin terjadi.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 17

Page 18: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Preformulasi Zat Aktif

Nama Resmi : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM

Nama Zat Aktif : Asam Asetilsalisilat

Nama Lain : Asetosal, aspirin

Struktur Molekul :

Rumus Molekul : C9H8O4

Bobot Molekul : 180,16

3.1.1 Monografi

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur

putih, umumnya seperti seperti jarum atau

lempengan tersusun, tidak berbau atau hampir

tidak berbau, rasa asam

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam

etanol; larut dalam kloroform dan dalam eter;

agak sukar larut dalam eter mutlak.

Data Kelarutan : Larut pada 1 dalam 300 bagian air; 1 dalam 7

bagian etanol; 1 dalam 17 bagian kloroform;

dan 1 dalam 20 bagian eter.

Titik Lebur : 143°C

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asam bebas, garam Fe,

sodium fenobarbiton, garam kuinin, kalium

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 18

Page 19: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

iodida, natrium iodida, alkali hidroksida, alkali

karbonat, dan alkali stearat.

Konstanta Disosiasi : pKa = 3.5 (pada T = 25°C)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Tablet berukuran

81 mg atau lebih kecil disimpan dalam wadah

berkapasitas tidak lebih dari 36 tablet.

Stabilitas : Stabil di udara kering; di dalam udara lembab

secara bertahap terhidrolisis menjadi asam

salisilat dan asam asetat.

3.1.2 Farmakokonetik

Absorbsi : Pemberian oral salisilat yang tidak terionisasi

diabsorbsi secara pasif dari lambung dan usus

(disolusi tablet cocok pada pH usus yang lebih

tinggi). Absorbsi salisilat melalui rektum lambat

dan tidak menentu, tetapi jalan ini berguna bagi

penderita anak-anak yang muntah.

Distribusi : Obat golongan salisilat (kecuali flunisal) dapat

menembus sawar darah otak dan plasenta.

Metabolisme : Dihidrolisa dalam hati menjadi asam salisilat.

Ekskresi : Salisilat dieksresi dalam bentuk metabolit terutama

melalui ginjal, sebagian kecil melalui keringa dan

empedu.

Dosis : Pada nyeri dan demam ; oral : 4 dd 0,5-1 g pc.,

maks 4 g sehari. Anak-anak sampai 1th 10 mg/kg

3-4 dd, 1-12th 4-6 dd, di atas 12th 4 dd 320-500

mg, maks 2 g/hari. Pada rema oral dan rektal 6 dd

1 g, maks 8 g/hari.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 19

Page 20: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

3.1.3 Farmakodinamika

Indikasi : Anti-inflamasi, antipiretik, dan analgesik

Mekanisme kerja : Efek anti-inflamasi dan antipiretik salisilat terjadi

karena penghambatan sintesis prostaglandin

dipusat pengatur panas dalam hipotalamus dan

perifer didaerah target. Selain itu, mencegah

sensitasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan

mekanis dan kimiawi serta menekan nyeri pada

daerah subkortikal

3.1.4 Efek Samping

a. Saluran cerna : efek salisilat terhadap saluran cerna yang paling

umum adalah distres epigastrum, mual, dan muntah.

b. Darah : asetilasi ireversible siklo-oksigenasi trombosit menurunkan

kadar trombosit TXA2, mengakibatkan penghambatan agregasi

trombosit dan perpanjangan waktu perdarahan.

c. Pernafasan : pada dosis toksik, salisilat menimbulkan depresi

pernafasan dan suatu kombinasi respirasi yang tidak terkompensasi

dan asidosis metabolik

d. Proses metabolik : energi yang digunakan untuk menghasilkan

ATP secara nirmal dikeluarkan sebagai panas, yang menerangkan

terjadinya hipetermia karena pengambilan salisilat dalam jumlah

toksik.

e. Hipersensivitas : urtikaria, bronkokontriksi, atau edema

angioneurotik.

f. Sindrom Reye : dapat menimbulkan hepatitis dengan edema

serebral.

g. Interaksi obat :

Pemberian salisilat yang digabung dengan beberapa kelas obat

dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan :

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 20

Page 21: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

- Heparin / antikoagulan oral : perdarahan

- Antasid : laju absorbsi aspirin berkurang

- Bilirubin, fenitoin, naproksen, sulfinilpirazon, tiopental,

tiroksin, triidotironin : konsentrasi dalam plasma meningkat

yang menyebabkan efek teraupetik, toksisitas dan waktu paruh

memanjang.

- Probenesid sulfinpirazon : ekskresi urat berkurang (merupakan

kontraindikasi pada pasien dengan gout).

Pustaka :

Farmakope Indonesia, edisi IV, hlm. 31-32,

The Pharmaceutical Codex, 12nd ed. hlm. 741,

Farmakologi Ulasan Bergambar, edisi 2, hlm. 406-411,

Obat-obat Penting, hlm. 316.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 21

Page 22: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Aspirin, monografinya : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur

putih, umumnya seperti seperti jarum atau lempengan tersusun, tidak

berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam. Sukar larut dalam air;

mudah larut dalam etanol; larut dalam kloroform dan dalam eter; agak

sukar larut dalam eter mutlak. Inkompatibel dengan asam bebas, garam

Fe, sodium fenobarbiton, garam kuinin, kalium iodida, natrium iodida,

alkali hidroksida, alkali karbonat, dan alkali stearat.

2) Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin

adalah analgesik, antipiretik dan anti inflamasi yang sangat digunakan

dan digolongkan dalam obat bebas.

4.2 Saran

Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita demam berdarah.

Karena asetosal berfungsi sebagai pengencer darah sedangkan pada demam

berdarah terdapat resiko pendarahan akibat penurunan trombosit.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 22

Page 23: Preformulasi Tablet Asam Asetilsalisilat

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Lachman, L., dkk., 2007, Teori dan Praktek Farmasi Industri Ed. 1, Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Lund, Walter. 1994. The Parmaceutical Codex 12th Edition. London : The

Parmaceutical Press.

Meycek, M.J., dkk., 2001, Farmakologi Ulasan bergambar Ed. 2, Penerbit Widya

Medika, Jakarta.

Ryzki, A., 2011, Farmasetika Penerapan Prinsip Preformulasi,

[ilmufarmasis.files.wordpress.com], Diakses Tanggal 06/03/12,

Pukul:01.52.

Tan Hoan Tjay, dan Rahardja Kirana, 2007, Obat – Obat Penting, Edisi ke-enam,

Penerbit PT. Elex Media Komputindo – Gramedia, Jakarta.

Studi Preformulasi Tablet Aspirin 23