preeklampsia 2
-
Upload
wulan-ulan-dari -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of preeklampsia 2
STATUS PASIEN PREEKLAMPSIA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : PT salim
Pekerjaan : -
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Kaki bengkak (udem) sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
2 hari sebelum masuk rumah sakit kaki pasien bengkak (udem), pasien juga
mengeluhkan sesak, pusing (+), nyeri perut yang menjalar ke ari-ari (-),
keluar lendir campur darah (-), keluar air-air (-), batuk ± 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Ibu ada demam? Untuk memperingan keluhan sesak dan
pusing, ibu ngapain? Pusingnya terus – terusan atau tidak? Kakinya bengkak
setelah berarktivitas atau tidak?
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu ada riwat asma, hipertensi sebelum hamil, dan kencing manis bu? Penah
mengalami hal yang sama seperti ini bu?
d. Riwayat Penyakit Keluarga
apakah dikeluarga ada yang mempunyai riwayat hipertensi dan kencing
manis?
e. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Haid : teratur
Siklus : 28 hari
1
Lama Haid : ± 6 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 25 Oktober 2014
Hari Perkiraan Lahir : 1 Agustus 2015
f. Riwayat Nikah : Merupakan pernikahan yang pertama dan
sudah sudah berjalan 10 tahun
g. Riwayat obstetri ginekologi : G1P0A0H0 Dan adakah riwayat abortus
sebelumnya? Ada / tidak masalah-masalah dalam kehamilan serta dalam
persalinan sebelumnya? (misalnya prematuritas, kematian janin,
perdarahaan). Penolong persalinan terdahulu dan cara persalinan?
Bagaimana keadaan bayi saat lahir dan berat badan lahir?
h. Riwayat KB
Sejak awal pernikahan sudah memakai alat kontrasepsi IUD selama 5 tahun
i. Riwayat Psikososial : Bagaimana dengan pola makan, teratur / tidak? Berapa
kali dalam sehari? Sering makan buah tidak? Ada minum susu / tidak?
j. Riwayat Alergi : Apakah ada alergi terhadap makanana atau obat?
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : tampak sakit berat
b. Kesadaran : samnolen
c. Vital sign
Tekanan darah : 180/130 mmHg
Frekuensi nafas : 180x/menit
Frekuensi nadi : 42x/menit
Suhu tubuh : 36,50C
d. Status generalisata
o Kepala : Edema palpebra (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
o Dada : Paru I = gerakan paru kanan dan kiri simetris
Pal = sulit dinilai
2
Per = sonor seluruh lapangan paru
Au = ronkhi basah pada basal paru kiri dan
kanan
o Jantung : I = ictus cordis tidak terlihat
Pal = ictus cordis teraba di SIC V
Per = batas jantung dalam batas normal
Au = reguler, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan
o Abdomen : Status obstetrikus
o Genitalia : Status obstetrikus
o Ekstremitas : Edema tungkai (+/+).
e. Status Obstetri
o Muka : Edema palpebra (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-).
o Mamae : Hiperpigmentasi areola dan papilla (+/+).
o Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit.
Palpasi : Nyeri tekan (-), Leopold:
I : TFU 3 jari di atas pusat, teraba massa bulat dan
kenyal.
II : Tahanan terbesar di kanan.
III : Teraba massa bulat, keras.
IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
DJJ : Tidak terdengar.
HIS : (-).
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : BU (+) normal.
3
o Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Ultrasonografi (USG)
5. Diagnosa kerja
G1P0A0 gravid 31 minggu + Preeklampsia Berat
No. ICPC II : W81 Toxaemia of pregnancy
No. ICD X : O14.9 Pre-eclampsia, unspecified
Tingkat kemampuan: 3B
6. Diagnosis Banding
Hipertensi gestasional
7. Penatalaksanaan
IVFD RL drip SM 40%
Injeksi Lasix 1 ampul/IV
O2 4 liter/menit
4
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria1.
Tanda utama penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia
merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang
tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena Pre-eklampsia berdampak pada
ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah paska-
persalinan2.
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥ 5 g/ 24 jam
atau kualitatif 4+. Sedangkan pasien yang sebelumnya mengalami preeclampsia
kemudian disertai kejang dinamakan eklampsia (Angsar, 2008). Penggolongan
preeclampsia menjadi preeclampsia ringan dan preeclampsia berat dapat
menyesatkan karena preeclampsia ringan dalam waktu yang relative singkat dapat
berkembang menjadi preeklampsia berat1.
Preeklampsia berat dibagi menjadi: 1,3
o Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia
o Preeklampsia berat dengan impending eclampsia.
Disebut impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala
subjektif berupa : Muntah-muntah, sakit kepala yang keras karena vasospasm
atau oedema otak, nyeri epigastrium karena regangan selaput hati oleh
haemorrhagia atau oedema, atau sakit karena perubahan pada lambung
2. FAKTOR RESIKO1,3
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
termasuk preeclampsia berat, yaitu:
Primigravida, primipaternitas
5
Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes
mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
Umur yang ekstrim.
Riwayat keluarga pernah preeclampsia/ eklampsia.
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Resiko preeclampsia meningkat dari 4.3 % pada ibu hamil dengan BMI
kurang dari 19,8 kg/m2 hingga 13,3% pada ibu hamil dengan BMI lebih dari
35 kg/m2
Faktor lingkungan juga memiliki kontribusi. Sebuah penelitian melaporkan
bahwa ibu hamil yang tinggal di dataran tinggi Colorado memiliki insiden
preeclampsia yang tinggi.
Walaupun merokok selama hamil berkaitan dengan dampak negative pada
kehamilan secara umum, namun merokok berkaitan dengan menurunnya resiko
hipertensi kehamilan. Plasenta previa telah dilaporkan menurunkan resiko hipertensi
dalam kehamilan.
3. ETIOLOGI
Setiap teori mengenai etiologi dan patofisiologi preeclampsia harus dapat
menjelaskan alasan mengapa hipertensi pada kehamilan cenderung terjadi pada: 3
Wanita yang terpapar dengan villi korionik untuk pertama kali
Wanita yang terpapar oleh vili korionik dalam jumlah besar, seperti pada
kehamilan kembar atau kehamilan mola.
Wanita dengan predisposisi penyakit vaskuler sebelumnya.
Wanita dengan predisposisi genetic ada yang pernah menderita hipertensi
selama kehamilan.
Vili korionik yang dapat mencetuskan preeclampsia tidak harus berada di
dalam rahim. Sedangkan ada atau tidaknya janin bukanlah suatu syarat untuk
terjadinya preeklampsia. Namun demikian, terlepas dari etiologinya, kaskade
peristiwa yang mengarah ke sindrom preeklampsia ditandai dengan sejumlah
6
kelainan yang mengakibatkan kerusakan endotel vaskular dengan vasospasme,
transudasi plasma, dan sequelae iskemik dan trombotik. Penyebab potensial saat ini
masuk akal adalah sebagai berikut:
1. Invasi trofoblas abnormal pada pembuluh darah rahim.
Pada implantasi normal, arteri spiralis uterus mengalami remodelling akibat
invasi endovascular trophoblasts ke dalam lapisan otot arteri spiralis. Hal ini
menimbulkan degenerasi lapisan otot arteri spiralis sehingga terjadi dilatasi dan
distensi. Pada preeclampsia, terjadi invasi trofoblas namun tidak sempurna dan tidak
terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis. Dalam hal ini, hanya
pembuluh darah desidua (bukan pembuluh darah miometrium) yang dilapisi oleh
endovaskuler trofoblas. Akibatnya, lapisan otot arteri spiralis tetap kaku dan keras
serta tidak memungkinkan untuk mengalami distensi dan dilatasi. Ini menciptkan
suatu keadaan di mana arteri spiralis mengalami vasokonstriksi relative. Keparahan
defek invasi trofoblas pada arteri spiralis berkaitan dengan keparahan hipertensi
Gambar 1Implantasi plasenta yang normal menunjukkan adanya proliferasi trofoblas extravili, membentuk saluran di bawah villi yang melekat. Trofoblas extravillous menginvasi
desidua dan masuk ke dalam artei spiralis. Hal ini menyebabkan perubahan pada endotel dan dinding otot pembuluh darah sehingga pembuluh darah melebar .
2. Intoleransi Imunologik antara ibu dan janin
7
Dugaan bahwa faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi
dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut;
Primigravida mempunyai faktor risiko lebih besar terjadinya hipertensi
dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih besar
terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami
yang sebelumnya.
Seks oral mempunyai risiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah
makin lama periode ini makin kecil terjadinya hipertensi dalam
kehamilan.
Pada perempuan hamil normal respon imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human Leucocyte
Antigen Protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon
imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G
pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel natural killer
(NK) ibu dan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan decidua ibu4.
Plasenta pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-
G. Berkurangnya HLA-G menghambat invasi trofoblas kedalam decidua. Invasi
trofoblas sangat penting agar jaringan decidua menjadi lunak, dan gembur
sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga
merangsang produksi sitokin, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.
Selain itu, pada awal trimester kedua kehamilan, perempuan yang mempunyai
kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi Helper sel
yang lebih rendah dibanding pada normotensive4.
3. Radikal Bebas dan Disfungsi Sel Endotel
Disfungsi sel endotel yang berkaitan dengan preeclampsia disebabkan oleh
gangguan adaptasi intravaskuler ibu terhadap kehamilan sehingga memicu proses
8
inflamasi intravaskuler sistemik. Dalam teori ini dinyatakan bahwa preeclampsia
timbul akibat adanya leukosit aktif dengan jumlah yang ekstrem dalam sirkulasi
ibu. Singkatnya, sitokin-sitokin seperti Tumor Necrosis Factor (TNF) dan
interleukin (IL) dapat memicu stres oksidatif yang berkaitan dengan
preeklampsia. Stres oksidatif ini ditandai oleh spesies oksigen reaktif dan radikal
bebas yang memicu terbentuknya peroksida lipid. Proses ini selanjutnya
menghasilkan radikal beracun yang merusak sel-sel endotel, mengacaukan
produksi nitrit oksida, dan mengganggu keseimbangan prostaglandin. Akibat
lainnya adalah terbentuknya sel makrofag yang mengandung lipid (sel foam) di
dalam atherosis; aktivasi proses koagulasi mikrovaskuler menyebabkan
trombositopenia; dan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan terjadinya
edema dan proteinuria1.
Penelitian tentang efek stress oksidatif pada preeclampsia ini menimbulkan
ketertarikan untuk memberikan antioksidan sebagai pencegahan preeclampsia.
Antioksidan merupakan kelompok senyawa yang berfungsi untuk mencegah
kerusakan akibat produksi radikal bebas yang berlebihan. Contoh antioksidan
antara lain, vitamin E atau tokoferol, vitamin C (asam askorbat), dan karoten 4.
4. Defisiensi Nutrisi
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk
hati halibut, dapat mengurangi resiko preeclampsia. Minyak ikan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan,
menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.
Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik bahwa konsumsi minyak
ikan atau bahan yang mengandung asam lemak tak jenuh dapat digunakan untuk
mencegah preeclampsia 4.
Studi lain menunjukkan bahwa pada populasi dengan diet kaya buah-buahan
dan sayuran yang banyak mengandung aktioksidan berkaitan dengan penurunan
tekanan darah. Studi ini berkaitan dengan penelitian Zhang bahwa resiko
9
preeklampsi menjadi dua kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi asam
askorbat kurang dari 85 mg. C-Reactive Protein (CRP) yang merupakan marker
inflamasi, juga meningkat pada obesitas. Hal ini selanjutnya juga berkaitan
dengan preeclampsia karena obesitas pada orang tidak hamil pun dapat
menyebabkan aktivasi endotel dan respon inflamasi sistemik akibat
atherosklerosis1.
5. Faktor genetik
Preeklampsia adalah gangguan multifaktorial poligenik. Insiden risiko
preeklampsia adalah 20 sampai 40 persen untuk anak wanita ibu preeklampsia;
11 sampai 37 persen untuk saudara wanita preeklampsia dan 22-47 persen dalam
studi kembar.
Kecenderungan ini kemungkinan besar turun temurun adalah hasil interaksi
dari ratusan gen pewaris-baik ibu dan ayah-yang mengontrol fungsi metabolik
enzimatik dan banyak sekali setiap seluruh sistem organ. Dengan demikian,
manifestasi klinis pada wanita diberikan dengan sindrom preeklampsia akan
menempati spektrum sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Dalam hal ini
ekspresi, fenotipik akan berbeda antara genotipe yang sama tergantung pada
interaksi dengan faktor lingkungan1.
4. PATOGENESIS PREEKLAMPSIA BERAT
o Vasospasme
Penyempitan pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
dan hipertensi berikutnya. Pada saat yang sama, kerusakan sel endotel
menyebabkan kebocoran yang interstisial melalui darah konstituen,
termasuk platelet dan fibrinogen, yang disimpan pada subendothelial.
Gangguan protein endothel junctional dan perubahan resistensi
ultrastruktural di wilayah subendothelial arteri pada wanita preeklampsia.
Dengan aliran darah yang berkurang karena maldistribusi, iskemia jaringan
10
sekitarnya akan menyebabkan nekrosis, perdarahan, dan lain organ akhir
gangguan karakteristik sindrom tersebut1.
o Aktivasi sel endotel
Selama dua dekade terakhir, aktivasi sel endotel menjadi bintang
dalam pemahaman kontemporer dari patogenesis preeklampsia. Dalam
skema ini, faktor yang tidak diketahui - kemungkinan berasal dalam plasenta
- juga dikeluarkan ke sirkulasi ibu dan memprovokasi aktivasi dan disfungsi
vaskular endotelium. Sindrom klinis preeklampsia diperkirakan merupakan
hasil dari perubahan sel endotel yang luas.
Endotelium utuh memiliki sifat antikoagulan, dan sel endotel
menumpulkan respon otot polos vaskular untuk agonis dengan melepaskan
oksida nitrat. Sel endotel yang rusak atau teraktivasi dapat memproduksi
oksida nitrat dan mengeluarkan zat yang mempromosikan koagulasi dan
meningkatkan kepekaan terhadap vasopressors1.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan
disfungsi sel endotel akan terjadi:
- Gangguan metabolism prostaglandin (vasodilator kuat)
- Agregasi sel trombosit untuk menutup endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit ini memproduksi
tromboksan (TXA2), suatu vasokonstriktor kuat. Dalam
keadaan normal, kadar prostasklin lebih tinggi daripada kadar
tromboksan. Pada preeclampsia, terjadi sebaliknya sehingga
berakibat naiknya tekanan darah.
- Peningkatan endotelin (vasopresor), penurunan oksida nitrit
(vasodilator).
- Peningkatan faktor koagulasi.
Bukti lebih lanjut dari aktivasi endotel termasuk perubahan
karakteristik morfologi endotel kapiler glomerulus, permeabilitas kapiler
11
meningkat, dan meningkatnya konsentrasi mediator yang berperan untuk
menimbulkan aktivasi endotel. Penelitian menunjukkan bahwa serum dari
wanita dengan preeklampsia merangsang sel endotel yang dikultur untuk
memproduksi prostasiklin dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
serum wanita hamil normal1,3.
5. DIAGNOSIS5,6
Digolongkan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110
mmHg. Tekanan darah tidak turun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yaitu produksi urin <500 cc/24 jam.
Peningkatan kreatinin plasma (>1.2 mg/dL).
Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma, dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson oleh karena nekrosis hepatoseluler,
iskemia, dan edema).
Gangguan fungsi hepar (peningkatan kadar AST dan ALT)
Edema paru-paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopati (ditandai dengan peningkatan LDH)
Trombositopenia (<100.000/mm3)
Pertumbuhan janin intra uterin yang terlambat.
Sindrom HELLP.
6. PENATALAKSANAAN1,4
Prinsip penatalaksanaan preeklamsia berat adalah mencegah timbulnya kejang,
mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial serta kerusakan dari
12
organ-organ vital, pengelolaan cairan, dan saat yang tepat untuk
persalinan.Perawatannya dapat meliputi :
a. Perawatan aktif, yang berarti kehamilan segera diakhiri.
Indikasi bila didapatkan satu atau lebih dari keadaan berikut ini
1) Ibu :
a) Kehamilan lebih dari 37 minggu
b) Adanya tanda-tanda terjadinya impending eklampsia
c) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif.
2) Janin :
a) Adanya tanda-tanda gawat janin
b) Adanya tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat.
3) Laboratorium :
Adanya sindroma HELLP .
b. Pengobatan Medikamentosa
1) Pemberian obat : MgSO4 40% dalam larutan RL 500 cc (60-125 cc/jam)
2) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
3) Diuretikum diberikan bila ada edema paru, payah jantung kongestif, atau
anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
4) Pemberian antihipertensi apabila TD ≥160/110 mmHg. Anti hipertensi lini
pertama adalah nifedipin dosis 10-20 mg per oral, diulangi setiap 30 menit,
maksimum 120 mg dalam 24 jam.
c. Pengelolaan Konservatif, yang berarti kehamilan tetap dipertahankan.
Indikasi : Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklamsi dengan keadaan janin baik
7. PROGNOSIS2
Prognosis pada umumnya dubia ad bonam baik bagi ibu maupun janin.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuninghan F.G. 2005. Obstetri Wiliam. Jakarta : EGC edisi :21
2. Panduan praktik klinis dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Edisi1, 2013
3. Parawirohardjo, sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
4. Angsar, 2008. Hipertensi dalam Kehamilan dalam Buku Ilmu Kebidanan Edisi
keempat halaman 534-559, editor: Saifudin, Abdul Bari, Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
5. Roberts JM, Redman CWG. Preeclampsia: More Than Pregnancy-induced
Hypertension. Lancet 1993; 341: 1447-1454
6. Hadijanto B. Buku Panduan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor :
Prawiroharjo S, saifundin AB, Rhimhadi T, Wiknjosastro GH, Jakarta : Bina
Pustaka. 2009
14