Prediksi Rekurensi Gangguan Hipertensi Dalam Kehamilan Antara 34 Dan 37 Minggu Usia Kehamilan
-
Upload
theofilus-ardy -
Category
Documents
-
view
53 -
download
4
Transcript of Prediksi Rekurensi Gangguan Hipertensi Dalam Kehamilan Antara 34 Dan 37 Minggu Usia Kehamilan
Terjemahan Jurnal
PREDIKSI REKURENSI GANGGUAN HIPERTENSI
DALAM KEHAMILAN ANTARA 34 DAN 37 MINGGU
USIA KEHAMILAN: STUDI KOHORT RETROSPEKTIF
Presentan :
dr. Widodo Joko
Counterpart :
dr. M. Guntur Adriadi
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DOKTER KARIADI
SEMARANG
2013
PREDIKSI REKURENSI GANGGUAN HIPERTENSI DALAM
KEHAMILAN ANTARA 34 DAN 37 MINGGU USIA
KEHAMILAN: STUDI KOHORT RETROSPEKTIF
MF van Oostwaard, J Langenveld, R Bijloo, KM Wong, I Scholten, S Loix,
CWPM Hukkelhoven, Y Vergouwe, DNM Papatsonis, BWJ Mol, W Ganzevoor
Tujuan
Untuk menilai risiko rekurensi penyakit hipertensi akhir-prematur dalam
kehamilan, dan untuk menentukan apakah faktor-faktor risiko potensial bersifat
prediktif.
Desain
Studi kohort retrospektif.
Setting
Tiga rumah sakit perawatan sekunder dan tiga rumah sakit perawatan tersier di
Belanda.
Populasi
Kami mengidentifikasi wanita dengan gangguan hipertensi pada kehamilan indeks
dan melahirkan pada 34-37 minggu usia kehamilan, antara Januari 2000 dan
Desember 2002.
Metode
Data diambil dari file medis dan wanita didekati untuk mendapat informasi
tambahan tentang kehamilan berikutnya. Sebuah outcome yang merugikan
didefinisikan sebagai rekurensi gangguan hipertensi pada kehamilan berikutnya.
Pengukuran outcome utama
Risiko absolut rekurensi dan model prediksi yang mengandung faktor-faktor
demografi dan klinis prediktif untuk outcome yang merugikan.
Hasil
Kami mengidentifikasi 425 wanita yang cocok dengan kriteria, 351 diantaranya
bisa dihubungi. Dari antara wanita ini, 189 (54%) telah memiliki kehamilan
berikutnya. Gangguan hipertensi berulang pada 96 (51%, 95% CI 43-58%)
wanita, 17 diantaranya (9%, 95% CI 5-14%) melahirkan lagi sebelum 37 minggu
usia kehamilan. Hipertensi kronis dan usia ibu adalah prediktor terkuat untuk
rekurensi. Wanita yang mengalami rekurensi memiliki kesempatan sembilan kali
lipat terkena hipertensi kronis (37% banding 6%, OR 8,7, 95% CI 3,3-23).
Kesimpulan
Wanita dengan gangguan hipertensi dan persalinan akhir-prematur memiliki
kesempatan 50% rekurensi, tapi hanya 9% kesempatan rekurensi mengakibatkan
persalinan sebelum 37 minggu kehamilan. Wanita dengan hipertensi kronis rentan
untuk terjadi rekurensi, dan wanita dengan rekurensi lebih sering menderita
hipertensi kronis.
Kata kunci : sindrom HELLP, hipertensi, preeklampsia, kehamilan, rekurensi,
kecil untuk masa kehamilan.
PENDAHULUAN
Gangguan hipertensi dalam kehamilan, termasuk pre-eklampsia (PE) dan
sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati dan trombosit rendah)
mempengaruhi 2-7% dari kehamilan. Onset akhir-preterm (misalnya antara 34 dan
37 minggu kehamilan) mewakili 5-17% dari gangguan hipertensi. Gangguan
hipertensi berkontribusi besar untuk outcome ibu dan perinatal di seluruh dunia,
dan merupakan penyebab utama kematian ibu di Belanda.
Karena gangguan hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi yang
heterogen, memprediksi rekurensi gangguan dengan menggunakan variabel
tunggal hasilnya cukup mengecewakan. Selain itu, kualitas pelaporan studi dan
kegunaan klinis atau generalisabilitas dinilai tidak optimal, yang membuat model
prediksi kurang memuaskan sampai sekarang. Gangguan hipertensi kehamilan
mungkin memiliki dampak psikologis yang signifikan pada wanita dan
pasangannya, dan banyak orangtua menahan diri dari kehamilan berikutnya
karena pengalaman mereka sebelumnya. Oleh karena itu, konseling informasi
tentang kehamilan berikutnya sangatlah penting.
Selama bertahun-tahun, tingkat sebesar rekurensi 65% telah dicatat,
berdasarkan studi yang paling sering dikutip dari Sibai et al. Saat ini, lebih banyak
studi telah mempublikasikan tingkat rekurensi gangguan hipertensi. Kebanyakan
penelitian berkonsentrasi pada tingkat rekurensi pada wanita yang mengalami
gangguan hipertensi onset-awal yang berat atau tingkat rekurensi pada wanita
yang mengalami pre-eklampsia aterm. Belum ada penelitian yang diterbitkan
mengenai berulangnya gangguan hipertensi onset akhir-prematur. Mungkin
terdapat mekanisme yang berbeda yang mendasari patofisiologi, faktor risiko dan
risiko rekurensi yang berbeda dibandingkan dengan PE aterm atau onset-awal,
sehingga data dari salah satu dari kelompok-kelompok ini tidak boleh
diekstrapolasikan untuk usia kehamilan akhir-prematur. Untuk alasan ini kami
memutuskan untuk mengeksplorasi kelompok ini, karena kelompok ini terdiri dari
populasi yang signifikan dalam setting non-akademis. Tujuan utama kami adalah
untuk menghitung risiko absolut terulangnya gangguan hipertensi pada kehamilan
berikutnya setelah melahirkan antara 34 dan 37 minggu usia kehamilan karena
gangguan hipertensi. Tujuan sekunder kami adalah untuk mengidentifikasi faktor
risiko independen untuk rekurensi menggunakan analisis multivariat, serta
menetapkan model prediksi.
METODE
Studi populasi
Kami mengidentifikasi wanita dari database elektronik di enam rumah
sakit di Belanda secara retrospektif: tiga pusat kesehatan sekunder (Rumah Sakit
Amphia, Breda, Rumah Sakit Deventer, Deventer, dan Kennemer Gasthuis,
Haarlem) dan tiga pusat perawatan tersier (Maastricht University Medical Centre,
Maastricht; Academic Medical Centre, Amsterdam, dan Maxima Medical Centre,
Veldhoven). Kami berturut-turut memasukkan wanita yang melahirkan antara 34
dan 37 minggu kehamilan pada kehamilan indeks mereka antara Januari 2000 dan
Desember 2002, dan yang didiagnosis dengan hipertensi gestasional (GH), pre-
eklampsia (PE), sindrom HELLP dan / atau melahirkan bayi kecil untuk usia
kehamilan (SGA) bayi. Wanita yang memiliki kehamilan dengan kelainan janin
dieksklusikan, tapi hipertensi kronis bukanlah kriteria eksklusi. Praktek standar
untuk menentukan usia kehamilan adalah dengan penanggalan USG, atau bila hal
ini belum dilakukan digunakan penanggalan dengan hari pertama dari siklus
menstruasi terakhir.
Kami mengumpulkan data demografi, meliputi: usia, indeks massa tubuh,
paritas dan faktor risiko kardiovaskular, seperti merokok, hipertensi kronis yang
didiagnosis sebelum kehamilan, trombofilia dan riwayat keluarga dengan penyakit
kardiovaskular. Untuk indeks dan kehamilan selanjutnya kami mengumpulkan
data sebagai berikut: tekanan darah sistolik dan diastolik tertinggi, penggunaan
obat, jumlah hari yang dihabiskan di rumah sakit, dan outcome perinatal, melputi
usia kehamilan saat melahirkan, berat lahir dan kematian perinatal.
Data diambil dari file medis. Informasi tentang kehamilan berikutnya
diperoleh terutama melalui file medis. Sebuah kehamilan berikutnya didefinisikan
sebagai kehamilan yang berlanjut melampaui 16 minggu kehamilan. Jika
informasi tersebut tidak tersedia dalam catatan institusi, masing-masing individu
akan dihubungi. Jika pasien melaporkan bahwa dia telah memiliki kehamilan
berikutnya, dokter kandungan atau dokter keluarganya dihubungi untuk
mendapatkan data setelah informed consent tertulis. Semua sumber daya publik
yang tersedia dikonsultasikan jika wanita lolos dari follow up.
Gangguan hipertensi kehamilan meliputi PE, superimposed PE, GH,
sindrom HELLP dan / atau melahirkan anak SGA. Pre-eklampsia didefinisikan
sebagai hipertensi (tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg atau tekanan darah sistolik
≥ 140 mmHg pada dua kali pengukuran, 4-5 jam terpisah) dalam kombinasi
dengan proteinuria (didefinisikan sebagai 1 + [0,3 g / l] atau lebih pada tes
dipstick proteinuria, rasio protein / kreatinin sebesar 30 mg / mmol atau lebih
dalam sampel acak, atau ekskresi protein urin dari 300 mg atau lebih per 24 jam)
setelah 20 minggu kehamilan. Wanita dengan hipertensi tanpa proteinuria, atau
dengan kenaikan tekanan darah yang signifikan dengan hipertensi kronis yang
dikenal, dianggap memiliki GH. GH yang terkait dengan peningkatan tekanan
darah yang signifikan sebesar 30 mmHg atau lebih digunakan untuk menekankan
perbedaan antara hipertensi kronis dan proses patologis yang berhubungan dengan
kehamilan. Hipertensi kronis didefinisikan sebagai adanya riwayat hipertensi atau
prakonsepsi atau hipertensi yang terdeteksi pada semester pertama kehamilan.
Superimposed pre-eklampsia ditandai dengan proteinuria yang baru terdeteksi,
atau dengan peningkatan proteinuria secara mendadak jika telah ada, pada wanita
dengan hipertensi kronis. Sindrom HELLP didefinisikan oleh hemolisis
(dehidrogenase laktat, LDH ≥ 600 IU/ l), peningkatan enzim hati, ditandai dengan
tingkat aspartat transaminase (SGOT) atau alanin transferase (SGPT) 70 IU / l,
dan jumlah trombosit yang rendah < 100 000/mm. SGA didefinisikan sebagai
berat lahir di bawah persentil kesepuluh, menurut buletin praktek American
College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) dan disesuaikan dengan usia
kehamilan berdasarkan populasi referensi lokal.
Analisis statistik
Kami menyatakan variabel kontinyu dalam rata-rata dengan standar
deviasi (SD) atau, jika tidak terdistribusi normal, median dengan kisaran
interkuartil (IQR). Perbedaan dalam karakteristik awal atau outcome
antarkelompok diuji dengan uji parametrik (Student t-test tidak berpasangan) atau
non-parametrik (Mann-Whitney U-test) uji, yang sesuai. Variabel kategorikal
dibandingkan dengan uji chi-square. Nilai P <0,05 dianggap menunjukkan
signifikansi statistik.
Setiap kandidat prediktor odds rasio untuk kemungkinan rekurensi
dihitung. Analisis regresi logistik univariat dan multivariat dilakukan, dengan
rekurensi penyakit hipertensi (ya / tidak) sebagai ukuran outcome. Informasi
kriteria Aikaike ini (AIC) digunakan untuk memilih prediktor terkuat untuk
rekurensi dalam prosedur seleksi mundur.
Model ini divalidasi secara internal dengan prosedur bootstrap. Model,
yang dikembangkan pada populasi penelitian ini, mungkin kurang sesuai,
menunjukkan bahwa prediksi tinggi terlalu tinggi dan prediksi rendah terlalu
rendah. Suatu prosedur bootstrap (re-sampling) dilakukan untuk menilai tingkat
optimisme. Seratus sampel bootstrap digambarkan dengan penggantian, dan
model yang dicocokkan di masing-masing sampel. Perbedaan rata-rata kinerja
antara sampel bootstrap dan data asli digunakan untuk menilai optimisme.
Prosedur bootstrap memberikan faktor penyusutan, dimana koefisien regresi dari
prediktor akan dikalikan (menyusut) untuk mencegah model memberikan prediksi
terlalu ekstrim untuk wanita dengan gangguan hipertensi pada kehamilan.
Keseluruhan kinerja dari model prediksi dinilai dengan R2. Ukuran kinerja
menunjukkan persentase variasi total pada wanita dengan dan tanpa rekurensi
yang dapat dijelaskan oleh prediktor dalam model. Kemampuan diskriminatif dari
model, menjadi kemampuan model untuk membedakan wanita dengan rekurensi
dari wanita tanpa rekurensi, yang dinilai dengan statistik c. Sebuah model dengan
statistik c sebesar 0,50 tidak memiliki daya diskriminatif sama sekali (sebanding
dengan flip koin), dan statistik c sebesar 1,0 mencerminkan diskriminasi yang
sempurna.
Hilangnya data seringkali tidak sepenuhnya acak, tapi dihilangkan secara
agak selektif. Penghapusan wanita dengan nilai-nilai yang hilang (disebut analisis
kasus lengkap) akan tampak dalam hasil penelitian yang tidak valid. Imputasi dari
nilai yang dihilangkan selektif dapat mengurangi bias dan memungkinkan semua
wanita masuk dalam analisis. Oleh karena itu, kami memperhitungkan nilai-nilai
yang hilang sepuluh kali setelah selesai seleksi. Model imputasi meliputi semua
prediktor kandidat, dan juga pluralitas, etnis, pendidikan, riwayat keluarga dengan
penyakit jantung, riwayat keluarga dengan hipertensi, riwayat keluarga dengan
diabetes mellitus, riwayat keluarga dengan preeklamsia, merokok, anamnesis
medis, tekanan darah sistolik, interval waktu antara kehamilan indeks dan
kehamilan kedua, dan variabel outcome. Analisis dilakukan di setiap sepuluh set
data multipel. Estimasi dari sepuluh set data kemudian digabung menjadi satu
estimasi keseluruhan dan varians, menurut aturan Rubin.
HASIL
Kami mengidentifikasi 425 wanita yang melahirkan antara 34 dan 37
minggu kehamilan karena gangguan hipertensi. Dari jumlah tersebut 425 wanita,
79 (19%) lolos dari follow up, 157 (37%) tidak hamil lagi dan 189 (44%)
memiliki kehamilan berikutnya setelah median 2,6 tahun (IQR 1,9-3,5 tahun).
Dari antara 157 wanita yang menahan diri dari kehamilan berikutnya, 36 (23%)
berhasil diketahui bahwa hal ini dilakukan karena risiko yang dirasakan. Median
follow up sejak melahirkan kehamilan indeks adalah 8,5 tahun (IQR 7,8-9,3
tahun). Profil penelitian diuraikan pada Gambar 1.
Untuk menguji bias seleksi, kami membandingkan karakteristik dasar
antara wanita dengan kehamilan dan wanita yang tidak hamil atau lolos dari
follow up. Karakteristik ini ditunjukkan pada Tabel 1. Wanita yang hamil lagi
berusia 3 tahun lebih muda (29 versus 32 tahun) dan lebih jarang merokok (11%
versus 20%). Mereka juga lebih cenderung berkulit putih (92% vs 82%), nulipara
pada indeks (89% vs 49%) dan lebih mungkin memiliki sindrom HELLP dalam
kehamilan indeks (31% versus 20%), dan jarang memiliki memiliki kehamilan
ganda (6% versus 28%).
Bagi wanita yang memutuskan untuk menahan diri dari kehamilan
berikutnya karena risiko yang dirasakan, kami mengevaluasi karakteristik
kehamilan untuk melihat apakah mereka lebih berisiko dibandingkan seluruh
kelompok. Wanita yang menahan diri dari kehamilan telah memiliki tekanan
darah diastolik yang lebih tinggi (108 [SD 11] vs 102 [SD 14] mmHg),
menggunakan obat antihipertensi lebih sering (58% vs 42%), berada di rumah
sakit lebih lama (12 [IQR 9 -15] vs 9 [IQR 5-14] hari) tetapi memiliki tingkat
proteinuria yang lebih rendah (1303 vs 2653 mg/24 jam) pada kehamilan indeks
(Tabel 2).
Usia rata-rata kehamilan pada persalinan pada kehamilan indeks adalah 36
minggu (SD 6 hari), dan berat lahir rata-rata adalah 2.256 g (SD 525 g). Pada
kehamilan berikutnya, usia kehamilan rata-rata saat melahirkan adalah 39 minggu
(SD 18 hari) dan berat lahir rata-rata adalah 3171 g (SD 728 g). Dalam kehamilan
indeks, 76 wanita memiliki kehamilan ganda (18%), dibandingkan 11 wanita (6%)
pada kehamilan berikutnya. Kematian perinatal dengan berbagai etiologi terjadi
pada delapan (2%) wanita dalam kehamilan indeks, dan pada tiga wanita (1%)
pada kehamilan selanjutnya.
Dari 189 wanita dengan kehamilan berikutnya, 96 wanita (51%, 95% CI
43-58%) memiliki rekurensi gangguan hipertensi pada kehamilan berikutnya, 17
di antaranya (9%, 95% CI 5-14%) memiliki rekurensi gangguan hipertensi dan
dikirimkan sebelum 37 minggu kehamilan. Delapan wanita dengan rekurensi
melahirkan sebelum 34 minggu kehamilan (4%, 95% CI 2-8%). Kehamilan
berikutnya tidak berkaitan dengan gangguan hipertensi pada 93 wanita (49%, 95%
CI 20-33%). Untuk 83 wanita yang membutuhkan obat antihipertensi dan / atau
antikonvulsif selama kehamilan indeks, gangguan hipertensi muncul kembali pada
45 wanita (51%). Hal iIni tidak berbeda secara statistik dibandingkan dengan
wanita tanpa obat tersebut (51% versus 50%, P = 0,405)
Untuk 96 wanita yang memiliki rekurensi gangguan hipertensi pada
kehamilan selanjutnya, kami membandingkan karakteristik klinis dari indeks dan
kehamilan berikutnya. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik tertinggi
bernilai lebih rendah (masing-masing 160 vs 148 mmHg, P <0,001, dan 105 vs 96
mmHg, P <0,001) pada kehamilan berikutnya. Selain itu, tingkat rata-rata
proteinuria juga lebih rendah (3403 vs 808 mg/24 jam, P = 0,006), yang
didiagnosis pada 47 (49%) wanita dengan pre-eklampsia pada kehamilan indeks
dan 22 (23%) pada kehamilan berikutnya . Durasi rata-rata perawatan di rumah
sakit lebih pendek (12 banding 6 hari, P <0,001). Selanjutnya, obat antikonvulsif
lebih jarang digunakan: padai 18 (19%) dibandingkan tujuh wanita (7%), P
<0.019. Sedangkan penggunaan obat antihipertensi adalah sebanding: 41 (43%)
dibandingkan 31 wanita (32%), P = 0.100.
Untuk 189 wanita dengan kehamilan berikutnya kami membandingkan
terulangnya salah satu sindrom individual (Tabel 3). Tak satu pun dari sindrom
individu lebih terkait dengan keseluruhan rekurensi dari yang lain, tetapi mereka
semua tampaknya memiliki kecenderungan untuk berulang dalam jenis yang sama
dari gangguan hipertensi seperti sebelumnya.
Model Prediksi
Distribusi dan analisis univariat prediktor kandidat dari wanita dengan dan
tanpa rekurensi dapat dilihat pada Tabel 4. Usia kehamilan tidak dinilai sebagai
prediktor, karena hal itu adalah salah satu dari kriteria seleksi. Hanya prediktor
'hipertensi kronis sebelum kehamilan' dan 'usia ibu saat melahirkan' yang secara
signifikan terkait dengan rekurensi. Akhirnya, analisis multivariabel dari
hubungan antara hipertensi kronis dan usia saat melahirkan dan rekurensi juga
ditunjukkan pada Tabel 4. Faktor penyusutan, yang diperkirakan dengan prosedur
bootstrap, sebesar 0,96. Usia pada saat persalinan memiliki pengaruh, dengan
rasio odds 1,1 per tahun (95% CI 1,02-1,2). Hipertensi kronis menunjukkan rasio
odds 7,9 (95% CI 2,6-24) pada terulangnya gangguan hipertensi kehamilan. R2
model adalah 0,17 dan statistik c adalah 0,71 (95% CI 0,64-0,78).
Penggunaan obat antihipertensi sebelum kehamilan berikutnya tidak
dimasukkan dalam model, karena derajat kebebasan yang terbatas, tetapi tidak
mencapai perbedaan yang signifikan dalam hal rekurensi. Tiga belas (86%) dari
15 wanita dalam pengobatan mengalami rekurensi, dibandingkan dengan 83
wanita (48%) yang tidak menggunakan obat (OR 7,1, 95% CI 1,5-47).
Semua wanita yang dihubungi ditanya apakah mereka telah mengalami
hipertensi kronis pada saat pengumpulan data (0,4-8,6 tahun setelah kehamilan
terakhir). Enam puluh empat wanita melaporkan berkembangnya hipertensi
kronis. Pada wanita dengan kehamilan berikutnya, kami telah kehilangan data
sebanyak total 28 wanita. Dari 83 wanita dengan rekurensi, 31 (37%) mengalami
hipertensi kronis, dibandingkan dengan lima dari 78 (6%) wanita tanpa rekurensi
(OR 8,7, 95% CI 3,3-23). Jika mereka juga melahirkan prematur karena rekurensi,
rasio kemungkinan berkembangnya hipertensi kronis setelah rekurensi adalah 4,8
(delapan dari 15 wanita dibandingkan dengan 28 dari 146 wanita tanpa rekurensi
sebelum 37 minggu kehamilan, 95% CI 1,7-14). Dari wanita yang menahan diri
dari kehamilan berikutnya, 23 dari 86 (26%) mengalami hipertensi kronis.
PEMBAHASAN
Studi kohort mengeksplorasi risiko kambuhnya gangguan hipertensi
kehamilan pada periode akhir-prematur; dengan demikian, temuan ini akan
mengisi kekosongan dalam literatur. Kami menemukan bahwa setengah dari
wanita memiliki kehamilan berikutnya. Gangguan hipertensi berulang pada 96
(51%) wanita, 17 (9%) diantaranya melahirkan lagi sebelum 37 minggu
kehamilan. Hipertensi kronis dan usia ibu adalah prediktor yang signifikan secara
statistik untuk rekurensi.
Dalam studi ini, gangguan hipertensi onset akhir-prematur dieksplorasi
untuk mengetahui tingkat rekurensinya, yang belum pernah diteliti sebelumnya.
Kekuatan dari penelitian ini adalah ukuran kohort yang wajar, informasi pada
wanita yang tidak hamil lagi untuk memperhitungkan sumber bias, waktu follow
upyang memadai, variabilitas dalam setting (baik pusat medis akademis maupun
non-akademis) dan jenis gangguan hipertensi.
Penelitian kami terlalu kecil untuk membangun sebuah model prediksi
mengenai rekurensi gangguan hipertensi pada periode akhir-prematur pada
kehamilan berikutnya. Juga, kelompok kami tidak menyertakan kelompok
kontrol. Untuk alasan ini, kami tidak bisa membandingkan risiko berkembangnya
gangguan hipertensi pada kehamilan berikutnya dengan wanita yang mengalami
kehamilan pertama tanpa komplikasi. Dimasukkannya SGA pada kehamilan
normotensif mungkin kontroversial, tetapi akan menjadi tepat jika dianggap
sebagai sebuah kontinum dari gangguan hipertensi kehamilan. Meskipun asumsi
ini mungkin memiliki relevansi klinis, harus diakui bahwa diagnosis SGA akan
memasukkan beberapa bayi dengan pertumbuhan yang baik dan patologi lain
yang tidak berhubungan dengan spektrum penyakit hipertensi. Pengaruh SGA
pada rekurensi secara terpisah dinilai dalam model prediksi multivariat.
Penggunaan definisi SGA di bawah persentil kesepuluh ditetapkan dalam
pedoman ACOG, dan telah digunakan secara luas dalam penelitian lain. Meskipun
persentil kelima akan memberikan data yang jauh lebih bersih, dalam praktek
klinis perbedaan antara normal dan pertumbuhan yang terbatas tidak dapat dibuat
dengan menggunakan persentil, dan maupun dari asalnya.
Perbedaan antara wanita dengan atau tanpa kehamilan berikutnya, atau
yang lolos dari follow up, tidak signifikan secara klinis. Jika seorang wanita tua,
multipara atau telah memiliki kehamilan kembar, akan lebih mungkin bahwa ia
menganggap keluarganya sudah lengkap dan memilih untuk tidak terlibat dalam
kehamilan berikutnya.
Sembilan puluh tujuh (19%) wanita lolos dari follow up, terutama karena
mereka tidak bisa dilacak setelah pindah. Dua puluh tiga persen wanita yang
menahan diri dari kehamilan berikutnya menunjukkan bahwa ini adalah karena
mereka takut akan rekurensi dari gejala. Hal ini sejalan dengan laporan lain dari
dampak psikologis gangguan hipertensi. Perbedaan dalam kelompok ini mungkin
atau mungkin tidak menempatkan wanita pada risiko yang lebih besar, dan tingkat
rekurensi pada wanita dengan kehamilan berikutnya belum tentu terekstrapolasi
ke grup ini. Ada kemungkinan bahwa konseling dapat ditingkatkan pada
kelompok wanita yang menggunakan data yang lebih akurat, namun tidak ada
informasi tentang bagaimana wanita telah mandapat konseling sampai saat ini.
Terulangnya gangguan hipertensi yang mengarah ke persalinan sebelum
37 minggu kehamilan, setelah kehamilan indeks dengan persalinan antara 34 dan
37 minggu kehamilan, adalah 9%. Meskipun persentase ini relatif rendah, tingkat
rekurensi keseluruhan gangguan hipertensi terlepas dari usia kehamilan pada
kehamilan berikutnya adalah 51%. Jika gangguan hipertensi kehamilan terulang,
secara umum gangguan ini akan lebih ringan pada kehamilan berikutnya.
Mostello et al menemukan tingkat rekurensi keseluruhan 22% dalam
subset dari penelitian terhadap wanita dengan pre-eklampsia yang melahirkan
antara 33 dan 36 minggu kehamilan pada kehamilan pertama. Mostello, namun
hanya memasukkan wanita dengan preeklamsia, yang dapat menjelaskan
perbedaan dengan penelitian kami. Dua studi berbasis populasi terbaru
menunjukkan tingkat rekurensi (pada setiap usia kehamilan) dari 15% dan 7%
pada wanita yang telah mengalami pre-eklampsia dalam satu kehamilan
sebelumnya. Studi ini juga menunjukkan bahwa kelahiran prematur, faktor risiko
kardiovaskular, penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya dan kehamilan
dengan komplikasi sebelumnya oleh gangguan tersebut dikaitkan dengan
kesempatan mengalami rekurensi yang lebih tinggi. Tingkat rekurensi lebih
rendah pada wanita dengan kehamilan kembar pada kehamilan indeks dalam studi
ini. Sayangnya, studi tersebut hanya menyelidiki wanita dengan pre-eklampsia
(berat), sedangkan kelompok kami juga memasukkan sindrom HELLP, SGA dan
GH. Ganzevoort et al menyatakan bahwa adalah hal yang wajar bila menganggap
penyakit ini sebagai variasi dinamis dari satu sindrom. Beberapa studi melaporkan
bahwa sindrom HELLP berulang lebih sering, tapi SGA berulang pada 20-24%
wanita. Hampir tidak ada data yang tersedia tentang rekurensi GH.
Dalam kelompok kami ada 62 wanita dengan GH. Terjadinya gangguan
hipertensi pada kehamilan berikutnya mereka adalah 56% (Tabel 3). Jika GH
didampingi dengan SGA (17 wanita), rekurensinya adalah 65%. Sebuah gangguan
hipertensi terulang pada tiga dari tujuh wanita (43%) dengan GH, yang terkait
dengan tanda-tanda sindrom HELLP (klinis didefinisikan sebagai PE). Dengan
kompisisi sepertiga dari kelompok kami, GH mungkin menjelaskan tingkat
rekurensi yang secara keseluruhan lebih tinggi tercatat di sini.
Rendahnya tingkat rekurensi yang dicatat oleh McDonald et al (7%) dapat
dijelaskan sampai batas tertentu dengan pengecualian wanita dengan hipertensi
kronis sebelum kehamilan. Jika metode yang sama telah digunakan dalam kohort
ini, kami akan memasukkan 156 wanita normotensif dengan persalinan
berikutnya. Rekurensi gangguan hipertensi dan kelahiran prematur terjadi pada
sepuluh wanita (6,4%), dan rekurensi pada setiap usia kehamilan terjadi pada 68
wanita (44%).
Kinerja dan kemampuan diskriminatif model prediksi cukup wajar, yang
sejalan dengan beberapa penelitian lain, meskipun kriteria inklusi atu tujuan
akhirnya tidak sama. Sep et al menciptakan gambaran model prediksi pada
rekurensi gangguan hipertensi. Hampir semua studi berfokus pada berulangnya
hanya satu penyakit, dan hanya ada dua model yang mengidentifikasi hipertensi
kronis sebagai prediktor. Kedua studi berfokus pada rekurensi gangguan
hipertensi pada kehamilan awal dengan sindrom HELLP. Hanya ada satu laporan
yang menampilkan odds ratio: wanita dengan hipertensi kronis dibandingkan
dengan wanita normotensif memiliki rasio odds 1,8-3,7 untuk pengembangan pre-
eklampsia atau HELLP, setelah kehamilan awal dengan sindrom HELLP dan
persalinan sebelum 28 minggu kehamilan. Dalam penelitian kami hipertensi
kronis menunjukkan efek rekurensi yang lebih besar. Mungkin hipertensi kronis
lebih memiliki pengaruh pada rekurensi setelah gangguan hipertensi selain
HELLP, tetapi tidak mungkin untuk membandingkan hasil ini bila kriteria inklusi
yang berbeda digunakan.
Akhirnya, penting untuk memperhitungkan perubahan manajemen dalam
dekade terakhir. Induksi persalinan disarankan awal kehamilan, yang dapat
menyebabkan model prediksi sedikit melebih-lebihkan tingkat rekurensi, karena
lebih banyak wanita dengan hanya penyakit yang ringan akan memberikan
sebelum 37 minggu kehamilan. Faktor penyusutan tidak memperbaiki ini.
KESIMPULAN
Asuhan prakonsepsi dan konseling merupakan aspek yang terus berkembang
dalam perawatan obstetri. Pasangan dapat membuat pilihan informasi yang lebih
baik tentang kehamilan berikutnya dan, jika diperlukan, pemantauan dapat
ditingkatkan pada kehamilan berikutnya. Dengan menggunakan hasil penelitian
ini, konseling risiko individu dapat ditingkatkan, tetapi model prediksi yang
bersifat lebih individual diperlukan.
Pengungkapan kepentingan
Tak satu pun dari para penulis memiliki konflik kepentingan dalam pelaporan.
Kontribusi terhadap penulis
MVO dan JL adalah penulis utama, yang merancang penelitian, melakukan
sebagian dari pengumpulan data dan menulis sebagian besar artikel. RB, KMW,
IS dan SL, semuanya melakukan sebagian besar pengumpulan data di berbagai
institusi dan mereview artikel. CH, bersama dengan YV, melakukan uji statistik,
menulis bagian 'statistik' dan mereview artikel. DP, BWM dan WG berkontribusi
pada desain penelitian, membantu dan mengawasi pengumpulan data dan
mereview artikel.
Rincian persetujuan etika
Dewan penasehat etika menganggap studi ini tidak termasuk pada Medical
Research Involving Human Subject Act (WMO). Keputusan ini didasarkan pada
kenyataan bahwa wanita dalam kelompok ini tidak perlu menjalani pemeriksaan
apapun, mereka juga tidak harus mengunjungi rumah sakit. Oleh karena itu,
dewan menyetujui penelitian ini.
Pendanaan
Penelitian preparatif juga dimungkinkan oleh uang yang diberikan oleh panitia
kerja perinatologi dan penyakit ibu Belanda dan dana perwalian yang diberikan
oleh Universitas Erasmus, Rotterdam.
Tabel 1. Karakteristik klinik dasar setelah indeks kehamilan pada 425 wanita yang diikut sertakan, dibagi menurut kategori: dengan
kehamilan selanjutnya, lolos dari follow up dan tanpa kelahiran selanjutnya
Karakteristik demografi Wanita dengan
kehamilan selanjutnya
Wanita tanpa kehamilan
selanjutnya
Wanita yang lolos dari
follow up
P
Usia saat melahirkan
(tahun) 29 (4) 32 (5) 31 (5) <0.001
Merokok 21 (11%) 31 (20%) 17 (22%) <0.001
Kulit putih 143 (92%) 118 (82%) 27 (63%) <0.001
Indeks massa tubuh
(kg/m2) 24 (21-27) 23 (21-26) 24 (21-28) 0.799
Hipertensi kronik
sebelum kehamilan 17 (9%) 19 (12%) 6 (8%) 0.504
Thrombofilia (diuji pada
78 orang, 18%) 14 (8%) 4 (8%) 1 (5%) 0.665
Riwayat keluarga
menderita penyakit
koroner
111 (59%) 108 (75%) 21 (49%) 0.004
Karakteristik kehamilan
dari indeks kehamilan
Kehamilan multipel 11 (6%) 44 (28%) 21 (28%) <0.001
Nullipara 169 (59%) 77 (49%) 53 (72%) <0.001
Tekanan sistolik
maksimum (mmHg) 159 (23) 159 (22) 158 N(25) 0.990
Tekanan diastolik
maksimum (mmHg) 103 (14) 103 (13) 104 (16) 0.989
Usia kehamilan pada
saat melahirkan (hari) 251 (6) 250 (6) 250 (6) 0.079
Berat lahir (gram) 2259 (526) 2156 (490) 2294 (541) 0.060
Hari perawatan 9 (6-14) 9 (5-15) 10 (6-15) 0.766
Kecil untuk masa
kehamilan 74 (39%) 73 (47%) 34 (43%)
0.387
Hipertensi gestasional 62 (33%) 56 (36%) 43 (54%) 0.003
Preeklamsia 97 (51%) 77 (49%) 30 (38%) 0.130
Eklamsia 7 (4%) 4 (2.5%) 4 (5%) 0.604
Sindrom HELLP 58 (31%) 32 (20%) 14 (18%) 0.026
Tabel 2. Karakteristik wanita yang tidak mengalami kehamilan selanjutnya karena risiko yang dialami
Keseluruhan kelompok (n=425) Tidak ada kehamilan
selanjutnya karena risiko yang
dirasakan
P
Usia saat melahirkan (tahun) 29 (4) 31 (4) 0.292
Usia kehamilan pada saat
melahirkan (hari) 252 (6) 245 (7) 0.077
Berat lahir (gram) 2256 (525) 2170 (513) 0.486
Tekanan sistolik maksimum
(mmHg) 158 (23) 163 (21) 0.262
Tekanan diastolik maksimum
(mmHg) 102 (14) 108 (11) 0.028
Proteinuria maksimum (mg/24
jam) 2653 (4267) 1303 (1901) 0.007
HELLP 98 (23%) 13 (36%) 0.071
Eklamsia 15 (4%) 1 (3%) 0.632
Hari perawatan 9 (5-14) 12 (9-15) 0.047
Pengobatan antikonvulsan 73 (14%) 10 (28%) 0.650
Pengobatan antihipertensi 178 (42%) 21 (58%) 0.028
Tabel 3. Analisis dari setiap sindrom individual pada rekurensi dari 189 wanita dengan kehamilan selanjutnya
Indeks kehamilan (%) Rekurensi pada kehamilan selanjutnya P
Kecil untuk masa
kehamilan 74 41 (55%) P=0.371
SGA : 23 (31%)
GH : 21 (28%)
PE : 7 (9%)
HELLP : 3 (4%)
< 0.001
0.292
0.295
0.571
Hipertensi gestasional 62 (33) 35 (56%) p=0.128
SGA : 9 (15%)
GH : 27 (44%0
PE : 3 (5%)
HELLP : 0 (0%)
0.277
0.005
0.032
0.0.60
Preeklamsia 97 (51) 47 (48%) p=0.509
SGA : 12 (12%)
GH : 29 (30%)
PE :18 (19%)
HELLP : 6(6%)
0.110
0.504
0.002
0.066
Sindrom HELLP 58 (31) 27 (47%) p=0.438
SGA : 6 (10%)
GH : 15 (26%)
PE : 12 (21%)
HELLP : 6 (10%)
0.084
0.180
0.011
0.004
Tabel 4. Distribusi dan analisi univariat antara prediktor kandidat dan rekurensi gangguan hipertensi pada kehamilan selanjutnya
Prediktor kandidat Rekurensi
N=96
Tanpa rekurensi
N=93
Analisis univariabel Analisis multivariabel % yang hilang
Karakteristik demografi
Usia saat melahirkan (tahun) 30 ± 4 28 ± 4 1.1 1.03-1.2 1.1 1.02-1.2 0
Indeks massa tubuh >30 kg/m2 14 (17%) 7 (9.2%) 1.8 0.69-4.4 - - 15
Hipertensi kronik sebelum
kehamilan 28 (29%) 4 (4.4%) 9.2 3.1-27 7.9 2.6-24 0.5
Faktor risiko kardiovaskuler selain
hipertensi
7 (7%) 3 (3%) 1.4 0.27-6.9 - - 0
Karakteristik indeks kehamilan
Primipara 82(85%) 87 (94%) 0.40 0.15-1.1 - - 0
Tekanan diastolik maksimum
(mmHg) 104 ± 13 102 ± 15 1.0 0.99-1.04 - - 2
Diagnosis kecil untuk masa
kehamilan 41 (43%) 34 (37%) 1.3 0.72-2.3 - - 0
Diagnosis sindrom HELLP 24 (25%) 28 (30%) 0.79 0.41-1.5 - - 1
Diagnosis preeklamsia 48 (50%) 51 (55%) 0.82 0.46-1.5 - - 0