Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

13
BAB I PENDAHULUAN Keperawatan pre-operatif merupakan tahapan awal dari perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan vase ini merupakan awalan dari menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan- tahapan berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001) Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001) BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon

Transcript of Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

Page 1: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

BAB I

PENDAHULUAN

Keperawatan pre-operatif merupakan tahapan awal dari perioperatif. Kesuksesan tindakan

pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan vase ini

merupakan awalan dari menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.

Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat

diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen

dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS

Jantung “Harapan Kita”, 2001)

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak

dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.

Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan

tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah

normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh

masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997).

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak

dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.

Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan

tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).

B. PATOFISIOLOGI

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing

masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul

pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit

Page 2: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik

seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).

Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.

Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik

struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.

Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal

ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator

karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah

ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi

jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak

(pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,

ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat

pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan

anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan

denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia

atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

C. ETIOLOGI

1. Depresi Sistem saraf pusat

Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang

menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga

pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primer

Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar

melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot

pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau

pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks

Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi

ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera

Page 3: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

dan dapat menyebabkan gagal nafas.

4. Trauma

Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang

mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat

mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks

dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat

terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi

yang mendasar.

5. Penyakit akut paru

Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh

mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial,

atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan

gagal nafas.

D. TANDA DAN GEJALA

Tanda:

a). Gagal nafas total

Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan. Pada gerakan nafas spontan

terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi.

Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan.

b). Gagal nafas parsial

Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.

Ada retraksi dada

Gejala:

Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2).

Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemerikasan gas-gas darah arteri

Hipoksemia

Page 4: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

Ringan : PaO2 < 80 mmHg Sedang : PaO2 < 60 mmHg Berat : PaO2 < 40 mmHg Pemeriksaan

rontgen dada Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

Hemodinamik Tipe I : peningkatan PCWP EKG Mungkin memperlihatkan bukti-bukti

regangan jantung di sisi kanan Disritmia. F. PENGKAJIAN 1) Airway Peningkatan sekresi

pernapasan Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi 2) Breathing Distress pernapasan :

pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi. Menggunakan otot aksesori

pernapasan Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis. 3). Circulation Penurunan

curah jantung : gelisah, letargi, takikardia Sakit kepala Gangguan tingkat kesadaran :

ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk • Papiledema • Penurunan haluaran urine. G.

PENTALAKSANAAN MEDIS a) Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker

Venturi atau nasal prong b) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu

(CPAP) atau PEEP c) Inhalasi nebuliser d) Fisioterapi dada e) Pemantauan hemodinamik/jantung

f) Pengobatan -Brokodilator -Steroid g) Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan. H. DIAGNOSA

KEPERAWATAN 1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru Tujuan : Setelah

dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif.

Kriteria Hasil : • Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal • Adanya penurunan

dispneu • Gas-gas darah dalam batas normal Intervensi : • Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas

pernapasan serta pola pernapasan. • Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn •

Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg. • Berikan oksigen

dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan • Pantau dan catat gas-gas darah

sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2 •

Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam • Pertahankan tirah baring dengan

kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan •

Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk

• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir • Berikan bantuan

ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5

mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien

memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder

terhadap hipoventilasi.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas

Page 5: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

yang adekuat.

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan :

• Bunyi paru bersih

• Warna kulit normal

• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan.

Intervensi :

• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia

• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat

kesadaran pada dokter.

• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2

atau penurunan dalam PaO2

• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.

• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam

• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan

• Pantau irama jantung

• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan

• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.

• Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan.

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan:

• TTV normal

• Balance cairan dalam batas normal

• Tidak terjadi edema.

Intervensi :

• Timbang BB tiap hari

• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam

• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung

• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP

Page 6: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

• Monitor parameter hemodinamik

• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit

1. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi

jaringan.

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan

• Status hemodinamik dalam bata normal

• TTV normal

Intervensi :

• Kaji tingkat kesadaran

• Kaji penurunan perfusi jaringan

• Kaji status hemodinamik

• Kaji irama EKG

• Kaji sistem gastrointestinal

BAB III

PEMECAHAN MASALAH

ASKEP KLIEN PRE DAN POST OPERASI GANGGUAN

PERNAFASAN

A. Askep Klien Pre Operasi

1. Pengertian

Keperawatan Pre operasi adalah dimulai ketika klien masuk/pindah kebagian bedah dan berakhir

saat klien dipindahkan keruang pemulihan. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala

macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat diruang operasi.

2. Persiapan klien Pre Operasi

a) Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum,

meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga,

pemeriksaan fisik lengkap.

Page 7: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

b) Status nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan, lingkar lengan atas, kadar protein,

darah dan keseimbangan nitrogen.

c) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output.

d) Kebersihan lambung dan Kolon

Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa

diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan.

e) Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat

merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.

3. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengontrolan TTV

Melakukan auskultasi dada

Pola pernafasan

2. Diagnosa

Resiko infeksi

Resiko cedera

3. Implementasi

Memberikan dukungan emosional

Mengukur posisi yang sesuai

Mempertahankan keadaan aseptis

Menjaga kestabilan temperature pasien

Memonitor hiperglikemi

Membantu penutupan luka operasi

Membantu penutupan luka operasi

Memindahkan pasien keruang pemulihan

4. Intervensi

Memperbaiki jalan nafas

Page 8: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

Pendidikan pasien

Menghilangkan ansietas

B. Askep Klien Post-Operasi

2. Pengertian

Keperawatan Post-Operasi adalah dimulai dengan masuknya klien keruang pemulihan (Recovery

Room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah.

3. Yang harus diperhatikan pada Post-operasi

a. Pernafasan

b. Sirkulasi

c. Pengontrolan suhu

d. Fungsi Nurologis

e. Fungsi Genitrourinaria

f. Fungsi Gastroinfestinal

g. Keseimbangan cairan dan elektrolit

h. Kenyamanan

4. Proses keperawatan

a) Pengkajian

Pemeriksaan TTV

Tingkat kesadaran

Kondisi bautan dan drainase

Asupan cairan

b) Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan jalan nafas

Ketidakefektifan pola pernafasan

Nyeri

Resiko kekurangan volume cairan

Resiko kerusakan integritas kulit

c) Perencanaan

Menunjukkan fungsi fisiologis normal

Tidak memperlihatkan adanya infeksi bekas luka

Page 9: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman

Kembali pada status kesehatan fungsional

d) Implementasi / Penatalaksanaan

Mempertahankan fungsi pernafasan

Mencegah statis sirkulasi

Meningkatkan fungsi eleminasi

Mempercepat penyembuhan luka

Memperoleh kenyamanan dan istirahat

Mempercepat kembalinya status kesehatan fungsional

e) Evaluasi

Ukur penyimpangan dada saat bernafas dalam

Inspeksi kondisi tepi luka

Kaji suhu tubuh

Evaluasi perilaku verbal dan nonverbal

Observasi tingkat ambulasi klien

A. Kesimpulan

Keperawatan pre-operatif merupakan tahapan awal dari perioperatif. Kesuksesan tindakan

pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan vase ini

merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.

Keperawatan Pre operasi adalah dimulai ketika klien masuk/pindah kebagian bedah dan

berakhir saat klien dipindahkan keruang pemulihan.

Keperawatan Post-Operasi adalah dimulai dengan masuknya klien keruang pemulihan

(Recovery Room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah.

B. Saran

Page 10: Pre Dan Post Operasi Efusi Pleura

1. Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit

seperti kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan fisik lengkap.

2. Memperhatikan Kebersihan tubuh si pasien sebelum operasi dengan menyuruh pasien

berpuasa.