Praktikum Vi

17
Identifikasi Glikosida Jantung Tanggal praktikum : 18 Oktober 2012 DISUSUN OLEH : Kelompok : IV D INTEN NOVITA SARI 1111102000087 RIZKA NURBAITI 1111102000091 INDAH NUNIK 11111020000 SRI PUJI ASTUTI 1111102000097 HESTIAWATI 11111020000 KHAIRUL BACHTIAR 1111102000117 AHMAD FAUZI 11111020000 FARMASI D KELOMPOK IV FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Transcript of Praktikum Vi

Page 1: Praktikum Vi

Identifikasi Glikosida JantungTanggal praktikum : 18 Oktober 2012

DISUSUN OLEH :Kelompok : IV D

INTEN NOVITA SARI 1111102000087RIZKA NURBAITI 1111102000091INDAH NUNIK 11111020000SRI PUJI ASTUTI 1111102000097HESTIAWATI 11111020000KHAIRUL BACHTIAR 1111102000117AHMAD FAUZI 11111020000

FARMASI DKELOMPOK IV

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Page 2: Praktikum Vi

Bab IPENDAHULUAN

1.1 latar belakang

1.2 Tujuan praktikum

Sesudah praktikum mahasiswa diharapkan mampu melakukan identifikasi glikosida jantung

dari suatu simplisia nabati.

1.3 Manfaat praktikum

Untuk

Page 3: Praktikum Vi

Bab II

Tinjauan pustaka

II.1 Cara pemeriksaan

Lihat hasil warna yang sebelumnya telah diberikan zat campuran lainnya yang sesuai ketentuan

lalu bandingkan dengan warna yang ada pada literatur/ seharusnya. Untuk mengetahui ada atau

tidaknya glikosida tersebut,

II.2 Landasan teori

Glikosida steroid merupakan glikosida dengan aglikon steroid. Glikosida jantung/ cardiac

gycocide / sterol glycocide/ digitaloida adalah glikosida yang mempunyai daya kerja yang kuat dan

spesifik terhadap otot jantung.     Daya kerja glikosida steroid yaitu: menambah kontraksi sistemik,

berakibat pada pengosongan ventrikel menjadi lebih sempurna, akibat selanjutnya lamanya kontraksi

sistol dipersingkat, sehingga jantung dapat beristirahat lebih panjang di antara dua kontraksi.

(Brotosisworo. 1979)

Aglikon dari glikosida jantung merupakan golongan triterpena steroida yang mempunyai inti

siklopentano perhidrofenantrena dan cincin lakton yang jenuh pada atom C-17 dan mengandung

gugus hidroksil pada atom C-14. Aglikon yang mempunyai cincin lakton tersebut ada 2 macam yaitu:

1. Kardenolida, berupa steroida dengan atom karbon 23 yang mempunyai rantai samping

cincin lakton pentasiklik dengan sati ikatan rangkap dan satu buah gugus hidroksil pada C-14

(butirolakton, γ-lakton).

2. Bufadienolida, merupakan steroida dengan atom karbon 24 dengan rantai samping cincin

lakton dan satu buah gugus hidroksil pada C-14 (valerolakton, δ-lakton) (Harborne, 1987; Robinson,

1995).

Page 4: Praktikum Vi

Tipe-tipe aglikon dari glikosida jantung dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Kardenolida Bufadienolida

Gambar . Tipe aglikon dari glikosida jantung

Aspek kimiawi yang luar biasa dari kardenolida dan bufadienolida adalah bahwa hubungan

lingkaran C/D mempunyai konfigurasi sis.  Agar daya kerja terhadap jantung optimum, ternyata

bahwa aglikon harus mempunyai lingkaran lakotn tidak jenuh α-β dan β menempel pada posisi 1 dari

steroida dan hubungan-hubungan A/B dan C/D harus mempunyai konfigurasi sis.  Bila glikosida

dipecah aglikon masih mempunyai kegiatan terhadap jantung, tetapi bagian gula dari glikosida yang

menyebabkan dapat larutnya glikosida sangat penting untuk absorbsi dan penyebaran glikosida dalam

tubuh.  Subtitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruh penyebaran glikosida dalam

tubuh.  Substitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruhi penyebaran dan metabolisme

glikosida.  Pada umumnya makin banyak gugus hidroksi pada molekul lebih cepat waktu mulainya

bekerja dan selanjutnya lebih cepat dikeluarkan dari tubuh. (Brotosisworo. 1979)

Banyak tanaman yang mengandung kardioaktif atau glikosida jantung, yang memiliki efek

kuat terhadap ritme jantung. Senyawa ini umumnya terdapat dalam genera Convallaria, Nerium,

Helleborus, dan Digitalis. Bagian aglikonnya berupa steroid dan kadang disebut kardenolida karena

bersifat kardioaktif serta memiliki alken adan olida (ester siklik). (Robinson. 1995)

Tanaman yang paling banyak diteliti dan mengandung glikosida adalah foxglove (Digitalis

Page 5: Praktikum Vi

purpurea) dari famili tanaman Schopulareaceae yang digunakan sejak abad ke-18 untuk

pengobatan penyakit jantung yang mengalami edema. Dasar penggunaan obat ini adalah kandungan

digoksin dan digitoksin dalam tanaman tersebut. Digoksin adalah glikosida jantung yang paling

banyak dipakai dalam gagal jantung kongestif dan kini diproduksi melalui isolasi dari spesies

sejenisnya digitalis lanata. Glikosida jantung sejenisnya adalah lanatosida C dan deasetil-lanatosida C

yang memiliki kerja cepat sehingga digunakan dalam keadaan darurat melalui rute intravena.

(Brotosisworo. 1979)

(1) Digitalis folium

Merupakan preparat galenika, berupa tinctura digitalis, yang diperoleh dari Digitalis pupurea

dan Digitalis lanata. Daun digitalis mengandung dua glikosida yaitu lanatosida A dan

Lanatosida B. Sedangkan digitalis lanata mengandung zat ke tiga, yaitu lanatosida C.

Persiapan : Daun yang masih segar harus dikeringkan pada suhu lebih dari 60 o C. sehingga

daun yang sudah kering seharusnya berisi tidak kurang lebih 5% dari zat uap. Hal ini penting

untuk mencegah terjadinya pembusukan.

Tempat penghasil : Eropa selatan dan pusat, Inggris, Belanda, Jerman, dan India.

Preparation : untuk mendapatkan yang berkualitas bagus , daun digitalis harus ditanam dari

biji yang terpilih yang dapat menghasilkan tanaman yang subur akan kandungan glikosidanya.

Daun2 tersebut biasanya dipetik pada siang hari selama agustus atau September dalam satu

dan dua tahun, ketika hamper 2/3 dari tanaman tersebut telah berbunga. Daun dikumpulkan

pada tahun pertama yang mengandung kadar glikosida tertinggi. Daun basal yang terletak di

bagian atas dikumpulkan di akhir. Daun yang tidak berwarna dipisahkan dan dibuang.

Pengeringan dengan cara dipanaskan oleh aliran udar panas yang suhunya sangat

dipertahankan tidak lebih dari 60 o C. (Harbone. 1996)

Page 6: Praktikum Vi

Uji kimia :

Penggunaan :

1. Digitalis dapat meningkatkan kontradiksi otot jantung yang dapat meningkatkan Output

carrdiac, penurunan ukuran jantung, penurunan tekanan vena dan semuanya itu merupakan

penurunan volume darah. Oleh karena itu, digitalis sangat penting dalam pengelolaan dan

pengendalian berbagai jenis gagal jantung kongestif, flutter atrium, fibrilasi atrium,

takikardia dan premature resistol ekstrak.

2. Digitalis memiliki kecenderungan untuk mengerahkan efek kumulatif keseluruhan dalam

tubuh. Oleh karena itu, sangat penting untuk memantau regimen dosis

oleh dokter apakah ia bergantung pada produk bermerek atau obat misalnya persiapan alami,

digitoxin.

Page 7: Praktikum Vi

Bab III

Metodologi praktikum

Waktu dan tempat : 9.20 s/d 13.30 di gedung kampus III uin laboratorium FKIK

III.1 Alat dan bahan

Bahan :

- Serbuk Digitalis folium - Alkohol 70% atau etanol 96%

- Larutan Pb Asetat - Natrium sulfat

- Kloroform - Asam asetat glacial

- FeCl 3,5% - Asam sulfat pekat

- Pereaksi baljet - Etil asetat

- Metanol - Vanilin-asam sulfat

Alat :

- Pipet tetes Beker gelas - tabung reaksi + rak

- Kertas saring - Penangas air/waterbath

- Pipet tetes - Spatula

- Corong pisang - Statif

- Cawan penguap - Kaca arloji

- Batang penjepit - Alumunium foil

- Labu erlenmeyer

Page 8: Praktikum Vi

III.2 Prosedur kerja

- serbuk digitalis folium dimaserasi selama 1 jam dengan ditambahkan etanol (sambil dikocok).

- Saring bahan yag telah maserasi dengan kapas dan corong kedalam tabung reaksi yang kosong

- Jika masih memungkinkan untuk disaring, tambahkan etanol kembali kesisa penyaringan

pertama, lalu masukkan kembali kedalam tabung kedua

- Lakukan penyaringan kembali menggunakan kertas saring

- Tambahkan Pb Asetat sedikit demi sedikit sampai terbentuk endapan sempurna (seperti

lumut)

- Pisahkan supernatan dan endapan melalui sentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 200

rpm.

- Supernatan yang jernih diambil, lalu ditambahkan natrium asetat 6,3%.

- Jika terjadi pengendapan lagi, maka disentrifugasi sampai didapatkan supernatan kembali

- Setelah supernatan didapat, tambahkan di sari dengan kloroform sebanyak 2 kali masing-

masing 5ml

- Sari yang didapat kemudian dipekatkan sampai tinggal 5ml.

III. 3 Cara identifikasi

a. Uji keller-kiliani

- Dalam tabung reaksi, 1-2 ml sari kloroform dilarutkan dengan 3 ml larutan FeCl 3,5% dalam

asetat glasial.

- Tunggu selama 1 menit.

- Tambahka H2SO4 secara perlahan melalui dinding tabung

Keterangan : jika terjadi dua lapisan yang berwarna, pada bagian atas warna hijau, dibagian bawah

warna coklat, maka bahan tersebut mengandung glikosida.

Page 9: Praktikum Vi

b. Uji dengan pereaksi baljet

- Masukkan sari kloroform secukupnya kedalam tabung reaksi

- Encerkan dengan metanol 3-5 kali lipat volume asal

- Lalu tambahkan pereaksi baljet

Keterangan : jika dalam beberapa menit menjadi warna jingga menunjukkan adanya glikosida

dengan aglikon kardenolida.

c. Uji dengan perekasi legal

- Masukkan sari kloroform secukupnya kedalam tabung reaksi

- Encerkan dengan metanol 3-5 kali lipat volume asal

- Lalu tambahkan pereaksi Legal

Keterangan : jika dalam beberapa menit perubahan warna menjadi merah jingga menunjukkan

adanya glikosida dengan aglikon kardenolida.

Bab IV Hasil dan pembahasan

Hasil :

Bahan uji Uji keller Uji baljet Uji pereaksi legal

Keterangan

Serbuk Digitalis folium

Warna nya coklat dan menunjukkan warna hijau diatasnya

Warnanya kuning muda

Warnanya kuning muda

Hanya pada uji keller yang menunjukkan hasil positif bahwa adanya glikosida jantung.

Page 10: Praktikum Vi

Gambar

Page 11: Praktikum Vi

Pembahasan :

Berdasarkan praktikum dalam mengidentifikasi suatu simplisia Digitalis folium, telah didapatkan

hasil positif adanya glikosida pada uji Keller-Kiliani namun ketika di uji dengan uji pereaksi baljet,

pereaksi legal dan hasilnya negatif adanya glikosida. Yang kemungkinan disebabkan oleh beberapa

faktor :

- pada proses penggojogan filtrate tidak berjalan sempurna

- adanya zat yang tidak diinginkan terbawa pada saat menyaringan

fungsi penambahan campuran adalah untuk memisahkan endapan-endapan halus yang masih lewat

dari hasil penyaringan. Setelah dikocok akan terjadi dua fase yaitu fase yang lebih keruh berada

pada bagian atas, dan fase bening pada bagian bawah. Bagian bawah adalah fase kloroform dimana

filtrate terlarut didalamnya. Berat jenis kloroform lebih besar dari berat jenis air. Kemudian fase ini

dipisahkan dan sisanya kembali disari dengan campuran yang sama sampai 2kali.

Senyawa ini mengandung glikosida steroid dengan efek spesifik, yaitu mempengaruhi irama

pergerakan kerja jantung. Steroid ini strukturnya serupakan turunan sistem cincin tetrasiklik, yitu

10’-13 dimetil siklopentano perhidro phenantrena yang mempunyai lingkaran γ-lakton disebut

kardenolida, sedangkan yang mempunyai lingkaran δ-lakton disebut Bufadienolid, keduanya

terletak pada posisi atom C-17.

Digitalis folium bekerja ditubuh dengan cara menghalangi fungsi enzim natrium-kalium ATPase

sehingga meningkatnya kadar kalsium didalam sel-sel otot jantung inilah yang menjadi sebab

meningkatnya kekuatan kontraksi jantung. Digitalis folium ini digunakan untuk obat penyakit

jantung, terutama digoksin yang diekstraksi.

Page 12: Praktikum Vi

Bab VKesimpulan dan saran

Kesimpulan :

Komponen glikosida terdiri dari glikon dan aglikon, proses pembuatan larutan percobaan

menunjukkan hasil dari pengujian glikosida jika menghasilkan warna yang cocok pada percobaan

maka berarti positif mengandung glikosida.

Digitalis folium dengan menggunakan uji keller menghasilkan warna coklat dan menunjukkan warna

hijau diatasnya berarti mendapatkan hasil positif, pada uji Baljet mendapatkan warna kuning muda

berarti belum mendapatkan hasil yang positif, sedangkan uji legal warnanya kuning muda dan belum

mendapatkan hasil positif.

Saran :

- seharusnya diberikan waktu yang lebih untuk melakukan pada kedua praktikum ini, sehingga

keefektifan waktu dan percobaan menjadi seimbang

- kurangnya pengawasan pada praktikum

Page 13: Praktikum Vi

Daftar Pustaka

Brotosisworo, S.1979. obat Hayati Glikosida. Yogyakarta:UGM press

Harbone, J. B. 1966. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan terbitan ke-2. Terjemahan kosasih Padwinata dan Iwang Soediro. Bandung : ITB Press.

Robinson, T.1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan.