Praktikum Tekanan Darah

download Praktikum Tekanan Darah

of 32

description

Tidak untuk dicopy paste

Transcript of Praktikum Tekanan Darah

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradient tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan (Ethel, 2003: 238).

Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi sering diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan denyut jantung. Denyut nadi dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan atau dengan cara palpasi, di samping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan peralatan elektronik yang sederhana maupun yang modern. Pemeriksaan denyut nadi didanpengukurantekanandarahmerupakanfaktor yang dapatdipakaisebagai indicator untuk menilai system kardiovaskuler.

Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan hal yang amat paling penting dalam bidang kesehatan pada umumnya dan khususnya di bidang kedokteran, karena denyut nadi maupun tekanan darah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai indicator untuk menilai system kardiovaskuler.

Denyut nadi dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan (cara palpasi), disamping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan peralatan elektronik sederhana maupun yang canggih.

Tekanan darah dapat diukur dengan dua metoda :

1. Metoda Langsung (Direct Method)

Metoda ini menggunakan jarum atau kranula yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan dihubungkan dengan manometer.

Metoda ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan peralatan yang lengkap serta keterampilan khusus.

2. Metoda Tidak Langsung (Indirect Method)

Metoda ini menggunakan shpygmomanometer (tensimeter).

Dengan metoda ini, tekanan darah dapat diukur dengan dua cara, yaitu:

a. Cara Palpasi

Dengan cara ini hanya dapat diukur tekanan sistolik.

b. Cara Auskultasi

Dengan cara ini dapat di ukur tekanan sistolik maupun tekanan diastolic. Cara ini memerlukan alat stethoscope.I.2 TUJUAN Tujuan praktikum

1.2.1. Memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan darah

1.2.1.1 Memeriksa denyut nadi secara palpasi.

1.2.1.2 Mengukur tekanan darah secara palpasi.

1.2.1.3. Mengukur tekanan darah secara auskultasi.

1.2.2 Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.

1.2.3. Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DENYUT NADI, TEKANAN DARAH, DAN SPHYGMOMANOMETERDenyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Selain dua hal tersebut, biasanya dapat dilakukan pengukuran kolesterol dalam darah yakni dengan mengukur rasio LDL atau kolesterol jahat terhadap HDL atau kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular. Pemeriksaan ini menggunakan instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secara akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan , kaki, tungkai, lengan dan leher (Sanif, 2008).

Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003). Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior

Gambar 1.3 Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole (Guyton & Hall, 2002)

Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.

Ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.II.2 PEMERIKSAAN DENYUT NADI SECARA PALPASI

Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu :

1. Arteri radialis

Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin

2. Arteri Brankialis

Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant

3. Arteri Karotid

Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :

Normal : 60 100 x / menit,

Bradikardi : 100. x / menit

Denyut nadi pada saat tidur yaitu :

a. Bayi baru lahir 100 180 x/menit

b. Usia 1 minggu 3 bulan 100 220 x/ menit

c. Usia 3 bulan 2 tahun 80 150 x/menit

d. usia 10 21 tahun 60 90 x/menit

e. Usia lebih dari 21 tahun 69 100 x/menitII.3 PENGUKURAN TEKANAN DARAH SECARA PALPASIDenyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari dan pengukurannya hanya dapat menetapkan sistolik saja; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).

Pengukuran tekanan darah palpasi dapat dilakukan dengan pasien berbaring dengan posisi supinasi dengan nyaman. Kantong manset diletakkan di atas arteri brakialis kanan kemudian arteri brakialis atau arteri radialis kanan dipalpasi, sementara manset dipompa di atas tekanan yang diperlukan untuk menghilangkan denyut nadi. Sekrup yang dapat diputar dibuka perlahan-lahan untuk mengurangi tekanan di dalam karet kantong secara lambat. Tekanan sistol diketahui dengan timbulnya kembali denyut brakial. Segera setelah denyut teraba, sekrup itu dibuka untuk mengurangi tekanan kantong karet dengan cepat. Itulah yang disebut dengan tekanan sistolik.

pengukuran denyut nadi atau tekanan darah dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior. Pada umumnya ukuran normal tekanan darah sistolik adalah kurang dari 130-139 mmHg dan yang diastolik kurang dari 85 mmHg.

II.4 PENGARUH POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI

Seperti halnya benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu, aliran darah pun akan semakin cepat mengalir bila posisi seseorang sedang berdiri, artinya tekanan darah tidak hanya berhubungan dengan aliran dan resistansi, tapi juga gravitasi. Berbeda jika posisi seseorang sedang berbaring, dimana gravitasi dapat diabaikan. Lihatgambar berikut yang menjelaskan tentang perbedaan antara kedua posisi tersebut :

Pada orang yang berdiri, terjadi perbedaan tekanan kardiovaskular antara jantung dengan bagian tubuh yang tidak selevel dengan jantung. Pada gambar B, semua tekanan intravaskular dikakimeningkat sekitar 90 mmH (arteri dan vena). Hal ini karena gravitasi itu memberikan efek yang sama terhadap tekanan arteri dan vena pada satu level. Meskipun perbedaan tekanan arteri dan vena tidak berbeda dari posisi berbaring, peningkatan tekanan pembuluh pada ekstrimitas bawah ketika berdiri memiliki dua efek langsung yaitu :

1.Peningkatan tekanan vena menyebabkan peningkatan volume vena periferal sebanyak 500 ml pada dewasa normal.

2.Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler menyebabkan tingginya laju filtrasi transkapiler.

Aktivasi refleks simpatis juga ikut berperan saat transisi dari posisi berbaring ke posisi berdiri. Gambar C menunjukkan bagaimana vasokonstriktor dari aktivasi simpatis hanya efektif dalam memperbaiki efek dari gravitasi pada ekstrimitas bawah. Konstriksi arteriol dapat menyebabkan sedikit penurunan tekanan pada kapiler jika dibandingkan pada gambar B.

Pada kenyataannya refleks normal kardiovaskular tidak dapat mempertahankan posisi berdiri tanpa adanya peran pompa otot rangka. Seseorang yang tetap bertahan dalam posisi berdiri tanpa kontraksi yang intermiten dari otot rangka kaki, maka orang tersebut akan kehilangan kesadarandalam 10-20 menit karena terjadi penurunan alirandarah ke otak yang merupakan akibat dari penurunan volume darah pusat,stroke volume, curah jantung dan tekanan arteri.

Efektivitas dari pompa otot rangka dalam mengarusbalikkan darah vena yang berkumpul dan formasiedemapada ektrimitas bawah selama berdiri dapat dilihat pada gambar D. Segera setelah kontraksi otot rangka, baik vena dan pembuluh limfa relatif kosong karena sistem katup satu arah pembuluh-pembuluh tersebut dapat mencegah aliran balik cairan yang telah terdorong (Gambar E).

Hal yang terpenting adalah berat dari cairan vena dan limfa akan ditahan oleh katupone-wayyang tertutup. Halinimengakibatkan tekanan vena lebih rendah secara drastis segera setelah kontraksi otot rangka dan kembali meningkat secara bertahap ketika vena terisi kembali dengan darah dari kapiler. Jadi, tekanan kapiler dan laju filtrasi transkapiler secara drastis juga turun setelah kontraksi otot rangka. Kontraksi otot rangka yang periodik dapat menjaga nilai tekanan vena. Berikut adalah refleks penyesuaiankardiovaskular terhadap posisi berdiri :1

Akibat dari penurunan input baroreseptor ke pusat kardiovaskular adalah refleks untuk meningkatkan tekanan darah dengan menurunkan aktivitas parasimpatis jantung dan peningkatan aktivitas simpatis. Denyut jantung dan kontraktilitas kardia juga meningkat, ketika arteri dan vena mengalami konstriksi di kebanyakan organ sistemik.1Denyut jantung dan resistansitotalperifer lebih tinggi ketika seseorang berdiri dibanding berbaring. Sebaliknya stroke volume dan curah jantung menurun dibawah nilai ketika posisi berbaring selama berdiri. Tekanan rata-rata arteri seringkali meningkat ketika seseorang berubah posisi dari berbaring ke berdiri.

Jika seseorang tetap berdiri, pompa venanya tidak bekerja, maka terjadi peningkatan tekanan vena dengan dipengaruhi efek gravitasi 90 mmHg dalam waktu 30 detik. Tekanan pada kapiler juga meningkat, sehingga menyebabkan filtrasi cairan keluar dari sistem sirkulasi ke ruang jarinbgan, sehingga menyebabkan kaki membengkak dan volume darah turun. Selain itu, 10-20% volume darah dapat menghilang dari sistem sirkulasi dalam 15-30 menit pada keadaan berdiri.II.5 PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

Pada saat beraktivtitas jantung memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang telah banyak terpakai pada saat melakakukan aktivitas. Oleh karena itu, setelah selesai melakukan aktivitas denyut bertambah untuk memenuhi kebutuhan oksigen kemudian denyut nadi semakin lama semakin menurun hingga kembali ke normal karena kebutuhan oksigen telah terpenuhi.BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alat Dan Bahan

1. Meja Periksa2. Stopwatch

3. Sphygmomanometer (tensimeter) yang terdiri atas :

Manometer isi raksa dan katup buka tutup

Manchet Udara

Selang Karet

Pompa Udara dari karet + sekrup buka tutup

4. Stetoschope

5. Tangga latihan fisik

6. MetronomIII.2 Tata Kerja

III.2.1 PEMERIKSAAN DENYUT NADI SECARA PALPASI1. Pilih salah satu mahasiswa, coba (MC1)

2. Suruh MC1 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit dimeja/tempat tidur

3. Letakkan kedua lengan disisi tubuh dengan kedudukan volar

4. Periksa denyut arteri radialis dextra dengan menggunakan ujung jari ke II-III-IV yang diletakkan sejajar satu terhadap yang lain diatas arteri radialis tersebut. Tentukan :

a. Frekuensinya jumlah denyut / menit

b. Iramanya.. teratur / tidak teratur

5. Catat Data sesuai format : Tabel ke 1

CATATAN

Tiap mahasiswa harus melakukan pemeriksaan ini.

Bagi mahasiswa coba (MC1) diberi kesempatan melakukannya disela-sela waktu praktikum iniIII.2.2 PENGUKURAN TEKANAN DARAH SECARA PALPASI1. MC1 tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa / tempat tidur.

2. Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan darahnya (lengan kanan) disisi tubuh dengan kedudukan volar.

3. Pasang manchet pada lengan atas kanan, sekitar 3cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).

4. Raba serta rasakan denyut arteria radialis dextra.

5. Pompakan udara ke dalam manchet (menggunakan pompa udara) sampai denyut arteria radialis dextra tidak teraba.

6. Pompakan terus udara ke dalam manchet sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut arteria radialis dextra tidak teraba.

7. Keluarkan udara dalam manchet secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arch jarum jam). Catat tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis pertama kali teraba kembali. Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik cara palpasi.

8. Catat data sesuai format : Tabel Ke IV.1.1.CATATAN :

Tiap mahasiswa harus melakukan pemeriksaan ini. Bagi mahasiswa coba (MC1) diberi kesempatan melakukannya disela-sela waktu praktikum ini.

III.2.3 PENGUKURAN TEKANAN DARAH SECARA AUSKULTASI1. Pasang manset di lengan atas kiri atau kanan , tambahkan 2-3 jari diatas foss cubiti.2. Cari dan raba arteri brakhialis3. Kunci skrup dan pompa tensimeter hingga arteri brakhialis tidak terasa dan tambahkan 20mmHg4. Letakkan stetoskop diatas arteri brakhialis5. Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah terdengar bunyi pertama kali dan pada angka berapakah bunyi yang terakhir sebelum menghilang. Angka tersebut menunjukan tekanan darah sistolik dan diastolic. ALAT

Stethoscope dan SphygmomanometerHASIL

Dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolic. Hasilnya lebih akurat dibandingkan pengukuran secara palpasi.III.2.4 PENGARUH POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH1. a. Pilih satu mahasiswa coba (MC2)

MC2 boleh sama dengan MC1 atau mahasiswa lain dalam kelompok yang bersangkutan.

b. Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC2 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point D.2.

c. Pilih satu mahasiswa yang bertugask mengukur tekanan darah MC2 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point D.2.

d. Pilih satu mahasiswa untuk mencatat data.

2. MC2 suruh berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian :

Tentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut), selanjutnya serta hitung nilai rata-ratanya.

3. MC2 suruh duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian :

Tentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.

4. MC2 suruh berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit, kemudian

Tentukan frekuensi, irama denyut arteria radialis sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi, masing-masing diukur tiga kali berturut-turut serta hitung nilai rata-ratanya.

6. Catat Data sesuai format :label IV.1.2.CATATAN:Bila didalam tiga kali pengukuran secara berturut-turut terdapat perbedaan yang besar, gunakan interval waktu 2 menit.III.2.5 PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH1. Pilih satu mahasiswa coba (MC3),

i. MC3 boleh sama dengan MC2 atau mahasiswa lain dalam kelompok yang bersangkutan

a. Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC3 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point D.3.

b. Pilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC3 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point D.3.

ii. Pilih salah satu mahasiswa untuk mencatat data.

2. MC3 dipersilahkan duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian:

i. Periksa denyut nadi arteria radialis sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diperiksa/diukur tiga kali berturut-turut).

ii. Catat frekuensi, irama denyut nadi dan tekanan sistolik, diastolik serta hitung nilai rata-ratanya.

3. Dengan manchet tetap terpasang pada lengan atas kanan, MC3 melakukan latihan fisik dengan cara:

i. STEP TEST (NAIK-TURUN BANGKU) 20 kali/menit selama 2 menit dengan dipandu oleh irama metronom yang disetting pada frekuensi 80 ketukan per menit.

4. Setelah Step Test berakhir, MC3 dipersilahkan duduk, ukurlah frekuensi nadi serta tekanan darahnya masing-masing satu kali saja.

i. Data ini diharapkan tercatat tepat 1 menit setelah step test berakhir.

5. Teruskan mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah dengan interval 2 menit (menit ke 3 ...... menit ke 5 ..... menit ke 7 ..... dstnya) sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihan,

i. Catatan: untuk setiap saat / interval, pengukuran denyut nadi dan tekanan darah hanya diukur satu kali.

6. Catat data sesuai format tabel : IV.1.3

BAB IVTABEL DAN PEMBAHASAN

IV.1 TABEL

IV.1.1 DATA DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

Mahasiswa cobapemeriksaDenyut nadiTekanan sistolik (Palpasi)pemeriksaTekanan sistolik (auskultasi)Tekanan diastolik

Frisca100112Frisca11270

Anugerah92104Teresa11278

Rafreza82100Anthony11070

Wahyu92110Nabila12070

IV.1.2 DATA PENGARUH POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

POSISI TUBUHDENYUT NADITEKANAN SISTOLIK (AUSKULTASI)TEKANAN DIASTOLIK (AUSKULTASI)

8712080

8912075

9012079

Mean = 88Mean = 120Mean = 78

9012080

9012080

9012078

Mean = 90Mean = 120Mean = 79

6912080

9912080

10812080

Mean = 99Mean = 120Mean = 80

IV.1.3 DATA PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAHDENYUT NADITEKANAN SISTOLIK (AUSKULTASI)TEKANAN DIASTOLIK (AUSKULTASI)

10011270

9211278

8211070

Mean = 91Mean = 111Mean = 72

Menit ke 19014268

Menit ke 38412050

Menit ke 56512070

Menit ke 76011070

IV.2 PEMBAHASANIV.2.1 DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

Denyut nadi dan tekanan darah merupakan tanda vital selain laju pernafasan dan suhu tubuh. Tanda vital merupakan parameter tubuh sehat. Disebut tanda vital karena penting untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh.

A. Tekanan Darah :

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu :

- Lingkungan : suasana bising,kurangnya privasi, suhu ruangan terlalu panas

- Peralatan : kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff (manset)

- Pasien : obat, status emosional, irama jantung, merokok, kopi, obesitas, olah raga

- Tehnik pemeriksaan : penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal, kesalahan membaca sfigmomanometer.

Parameter yang diukur pada pemeriksaan tekanan darah yaitu tekanan maksimal pada dinding arteri selama kontraksi ventrikel kiri, tekanan diastolik yaitu tekanan minimal selama relaksasi, dan tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan diastolik (penting untuk menilai derajat syok).

Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5 fase yaitu :

1. Fase I : Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik.

2. Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari fase I.

3. Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari fase I.

4. Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup.

5. Fase V : Bunyi tidak terdengar sama sekali,disebut sebagai tekanan diastolik.

Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII adalah sebagai berikut :

Klasifikasi tekanan darah pada usia 18 tahun :

KlasifikasiTekanan Sistolik (mmHg)Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal