PRAKTIKUM STABILITAS

download PRAKTIKUM STABILITAS

of 22

description

STABILITAS

Transcript of PRAKTIKUM STABILITAS

  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

    UJI STABILITAS

    NAMA : NITA SARI

    NPM : 260110140044

    HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SELASA , 31 MARET 2015

    ASISTEN : 1. IMAM HAFIZ RAHAYUDA

    2. KHOIRUNNISA ALFITRIA

    LABORATORIUM FARMASI FISIKA II

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    JATINANGOR

    2015

  • ABSTRAK

    Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi

    kimia. Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama

    penyimpanan. Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu

    paro suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran

    kecepatan terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Dengan

    mengetahui stabilitas obat dan waktu paronya kita dapat mengetahui lamanya obat

    dapat disimpan atau waktu simpan. Shelf life atau masa kadaluarsa adalah periode

    penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu produk tetap memenuhi

    spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi

    penjualan di pasar. Stabilitas obat sangat di pengaruhi oleh perubahan suhu,

    semakin tinggi suhu maka stabilitas suatu obat menurun. Pada percobaan

    dilakukan uji stabilitas asetosal terhadap perubahan suhu. Semakin tinggi suhu

    maka semakin menurun stabilitasnya.

    Kata kunci : stabilitas, kadar asetosal, waktu penyimpanan, suhu

  • ABSTRACT

    Drug stability is the degree of degradation of the drug in terms of

    chemistry . The stability of the drug can be seen from the absence of a decrease in

    the levels during storage . In the manufacture of the drug should be known half-

    life time of a drug . The half-life of a drug can provide an overview of drug

    stability , ie the speed of picture degradation speed decomposition of the drug or

    chemical . By knowing the stability of the drug and the half-life we can determine

    the length of time the drug can be stored or saved . Shelf life or expiration period

    is the period of use and storage that is the time when a product still meets the

    specifications if stored in containers in accordance with the conditions of sale on

    the market . Drug stability is influenced by changes in temperature , the higher the

    temperature , the stability of a drug decreases . In experiments to test the stability

    of aspirin to temperature changes . The higher the temperature , the decreased

    stability.

    Keyword: stability, degree of asetosal, shelf life, temperature

  • UJI STABILITAS

    I. Tujuan

    1. Membuat larutan yang mengandung 4% asetosal dan 10 % natrium sitrat

    2. menentukan kadar asetosal dalam berbagai variasi suhu dan waktu tertentu

    dengan menggunakan sediaan farmasi yang disebabkan oleh kenaikan

    suhu

    3. Memperlihatkan penguraian sediaan farmasi yang disebabkan oleh

    kenaikan suhu

    4. Meramalkan kecepatan sediaan yang terurai pada suhu penyimpanan yang

    biasa (suhu kamar) dengan persamaan Arrhenius dan ekstrapolasi grafik.

    II. Prinsip

    1. Hukum Arrhenius

    Persamaan Arrhenius menyatakan hubungan antara energi aktivasi dengan

    laju reaksi ( ilmukimia, 2014).

    2. Azas Le Chatelier

    Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan

    mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi

    sekecil kecilnya (Ratna, 2009).

    3. Titrasi Asam Basa

    Titasi merupakan salah satu metode untuk menetukan konsentrasi suatu

    larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut

  • terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah

    diketahui. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi

    asam basa (Muchtaridi,2007).

    4. Laju reaksi

    Laju reaksi dapat diartikan sebagai penambahan atau pengurangan

    konsentrasi zat per satuan waktu(Ratna, 2009).

    5. Reaksi Netralisasi

    Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7)

    hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa

    (Sumardjo, 2006).

    6. Pengenceran

    Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang

    lebih pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses pengenceran,

    perlu diingat bahwa penambahan lebih banyak pellarut ke dalam sejumlah

    tertentu larutan stok akan berubah (mengurangi) konsentrasi larutan tanpa

    mengubah jumah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan

    ( Chang, 2005).

    7. Stoikiometri

    Stoikiometri reaksi adaah penentuan perbandingan massa unsur unsur

    dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya(Alfian, 2009).

    III. Reaksi

    2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O

    ( Svehla ,1990).

  • IV. Teori Dasar

    Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk

    mempertahankan integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum pada

    etiket , dalam batas batas yang ditentukan oleh united stated pharmacopedia.

    Untuk menetapkan stabilitas kimia suatu obat .laju reaksi dan orde reaksi harus

    diteliti. Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan zat obat atau produk obat

    untuk tetap di dalam spesifikasi yang dibentuk untuk menjaga identitas kekuatan

    dan kualitas juga kemurnian melalui luar tes tes ulang atau berakhirnya masa

    datang (Aulton,2003).

    Dalam suatu larutan ,terkenal suatu istilah masa kadaluarsa atau shelf life

    (waktu simpan ). Shelf life adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu

    waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam

    wadahnya yang sesuai dengan kondisi penjualan di pasar ( Joshita,2008).

    Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro

    suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan

    terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-

    alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan

    rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu

    ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua

    molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1989).

    Stabilitas obat perlu diuji untuk memberikan bukti tentang mutu suatu bahan

    dan atau produk obta yang berubah seiring waktu di bawah pengaruh faktor faktor

    lingkungan seperti suhu , kelembaban, dan cahaya. Selain itu, tujuan uji tersebut

    adalah untuk menetapkan suatu periode uji ulang untuk bahan obat tersebut atau

    masa edar untuk produk obat dan kondisi penyimpanan yang direkomendasikan

    (Watsonm, 2009).

  • Jenis stabilitas yang umum dikenal adalah :

    a. Stabilitas fisika

    Meliputi penampilan, konsistensi, warna, aroma, rasa, kekerasan,

    kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat, adanya uap, bentuk

    dan ukuran partikel.

    b. Stabilitas kimia

    Meliputi degradasi formulasi bentuk, kehilangan potensi (bahan aktif),

    kehilangan bahan bahan tambahan (pengawet, antioksidan, dll).

    c. Stabilitas mikrobiologi

    Meliputi perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non steril,

    sterilisasi dan perubahan efektifitas pengawet.

    d. Stabilitas terapi

    meliputi efek terapi tidak berubah

    e. Stabilitas toksikologi (Ukhti, 2013).

    Stabilitas berkaitan erat dengan laju reaksi dan orde reaksi. Proses laju

    merupakan hal dasar yang perlu bagi setiaporang dengan kaitan bidang

    kefarmasian mulai dari pengusaha obat sampai pasien. Beberapa prinsip dan

    proses laju yang berkaitan dimasukkan ke dalam rantai peristiwa ini:

    1. Kestabilan dan tidak tercampurkan

    2. Disolusi

    3. Proses adsorpsi pada tingkat molekular ( Connors, 1979).

    Efek yang tidak diinginkan dan ktidakstabilan produk farmasi adalah:

    1. Hilangnya zat aktif

    2. Naiknya konsentrasi zat aktif

    3. BA berubah

    4. Hilangnya keseragaman kandungan

    5. Menurunnya status mikrobiologis

    6. Hilangnya elegansi produk dan Patient acceptability

  • 7. Pembentukan hasil urai yang toksik

    8. Hilangnya kekedapan kemasan

    9. Menurunnya kualitas label

    10. Modifikasi faktor hubungan fungsional ( Leon, 1994).

    Faktor faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu obat :

    1. Profil sifat fisika dan kimia pada sediaan yang dibuat (termasuk

    eksipien dalam sistem kemasan yang digunakan untuk formulasi

    sediaan )

    2. Faktor faktor lingkungan seperti suhu , kelembaban, dan cahaya

    (Ukhti,2013).

    Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

    membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat

    sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan

    waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Oabt

    yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian

    dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat

    membahaykan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa

    saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi

    dimana kestabilan obat tersebut optimum (Depkes RI, 1979).

  • V. Alat dan Bahan

    5.1. Alat 5.2 Bahan

    a. buret a. air

    b.Corong b. Asam oksalat

    c. erlenmeyer c. asetosal

    d. Kertas Indikator pH d. fenolftalein

    e.labu ukur e. Natrium hidroksida

    f.neraca analitis f. Natrium sitrat

    g. pipet ukur 10 ml

    5.3. Gambar Alat

    Buret corong Erlenmeyer

  • Kertas indikator Kertas saring neraca analitik

    Pipet volume

    VI . Prosedur

    250 ml larutan yang mengandung 4 % asetosal dan 10 % natrium sitrat

    dibagi 4 sampel dan disimpan pada suhu 30oC

    , 40

    oC, 50

    OC, dan 60

    oC diatas

    tangas air (water bath).

    Kurang lebih 200 ml larutan Na-sitrat 10 % dalam labu ukur dihangatkan

    pada suhu 50oC kurang lebih 10 menit. Asetosal ditimbang seksama

    (teliti),masukkan ke dalam labu ukur berisi larutan Na-sitrat 10% melalui corong,

    bilas dengan larutan Na-sitrat 10% . Dikocok sampai larut, ditambahkan larutan

    Na-sitrat 10% sampai 250 ml. Diambil sebanyak 4 kali 50 ml, dimasukkan

    kedalam wadah tertutup. Masing masing ditaruh di atas tangas air yang sesuai

    suhunya. Dicatat waktunya. Dipipet duplo 10 ml sampel dari sisa larutan yang 250

  • ml, dan segera ditetapkan kadarnya untuk mengetahui kadar awal asetosal

    (potensi 100%). Ditentukan kadar sampel dalam ke empat botol pada interval

    waktu 15 menit hingga satu jam.

    VIII. Data Pengamatan

    1. Pembakuan NaOH

    V1. N1 = V2.N2 V1. N1 = V2.N2

    12,5 . N1 = 10 . 0,1 8 . N1 =10 . 0,1

    N1 = 0,08 N N1 = 0,125 N

    N rata rata =

    = 0,1025N

    2. Potensi

    a. Kadar awal

    Potensi =

    . 100%

    =

    x 100%

    = 100%

    b. Potensi tiap waktu suhu 30oC

    Potensi waktu 0 menit

    Potensi waktu 0 =

    x 100%

    = 88,78%

  • Potensi waktu 15 menit

    Potensi waktu 15 =

    x 100%

    = 72,195%

    Potensi waktu 30 menit

    Potensi waktu 30 =

    x 100%

    = 61,95%

    Potensi waktu 45 menit

    Potensi waktu 45 =

    x 100%

    = 87,80%

    Keterangan :

    X = V titran awal

    Y = V titran pada suhu 30oC

    c. Log potensi

    Waktu o menit = log 88,78

    = 1,948

    Waktu 15 menit = log 72,195

    = 1,859

    Waktu 30 menit = log 61,95

    = 1,792

    Waktu 45 menit = log 87,80

    = 1,944

  • 3. Kadar Asetosal Tiap Waktu suhu 30oC

    Kadar asetosal =

    x Vstok

    Waktu 0 menit =

    x 250 ml

    = 5262,924

    Waktu 15 menit =

    x 250 ml

    = 6047,748

    Waktu 30 menit =

    x 250 ml

    = 6532,489

    Waktu 45 menit =

    x 250 ml

    = 5309,09

    4. Perhitungan K Tiap Waktu suhu 30 oC

    M =

    M=

    M =

    M = -8,889 . 10-5

    M=

    -8,889 . 10 -5

    =

  • K= 2,047 . 10-4

    Log K = -3,689

    Keterangan ;

    Y2 = log potensi (t=45)

    Y1 = log potensi (t = 0)

    X2 = t = 45 menit

    X1= t = 0 menit

    Data dari kelompok lain

    Kelompok 2 (40oC) Kelompok 3(50

    oC) Kelompok 4 (60

    oC)

    M -0,00978 -0,0128 -1,3. 10 -3

    K 0,00225 0,0294 3,07. 10 -3

    Log K -2,648 -1,5316 -2,51

    5. Perhitungan Energi Aktivasi (Ea)

    M =

    M =

    M =

    M= -2828,28

    M =

    -2828,28 =

    Ea =12896,79

  • Keterangan :

    Y2 = log K suhu akhir

    Y1= log K suhu awal

    R= 1,98

    X2 = 1/T ( T =kelvin)

    X1 = 1/T (T= kelvin)

    6. Perhitungan Nilai A

    In A =

    x

    =

    x

    = 18,48

    A= 106111395,4

    Log A = 8,025

    7. Perhitungan K25

    Log K25 = log A -

    =8,025-

    = -1,309

    K25 = 0,049

    8. perhitungan t90

    T90 =

    = 2,142 jam

  • Grafik Hubungan log Potensi terhadap Waktu

    Buat Grafik Hubungan Log K terhadap 1/T

    Log

    po

    ten

    si

    Waktu

    Log

    K

    suhu

  • Tabel penetapan kadar Asetosal suhu 30oC

    Waktu

    (menit)

    Titrasi (ml) Kadar

    asetosal

    (%/250 ml)

    potensi Log

    potensi pH

    1 2 Rata

    rata

    0 11,7 11,1 11,4 5262,924 100 % 2 5

    15 13,2 13 13,1 6047,748 85,088 % 1,93 5

    30 14,1 14,2 14,5 6532,489 73,887 % 1,88 5

    45 11,4 11,6 22,5 5309,09 99,123 % 1,996 5

    VIII . Pembahasan

    Uji stabilitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang

    telah diluluskan dan beredar dipasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui

    pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter

    parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif , pH, berat jenis dan net

    volume sehingga dapat ditetapkan tanggal kadaluwarsa yang sebenarnya.

    Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan

    karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas,

    kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode

    penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang

    baik dan menghindari efek toksik. Salah satu aktivitas yang paling penting dalam

    kerja preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni.

    Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan yaitu pembuatan

    sediaan farmasi. Suatu sediaan farmasi yang telah melebihi dari waktu

    penyimpanannya dapat mengalami reaksi yang tidak diinginkan misalnya

    penguraian zat zat yang ada didalamnya yang dapat menimbulkan efek toksik.

    Efek toksik tersebut dapat membahayakan pasien yang mengkonsumsi sediaan

    tersebut.

  • Energi aktivasi (Ea) yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat

    mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea) harus ditentukan dengan cara

    mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua

    harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga

    dapat ditentukkan energi aktivasinya .t atau waktu paruh adalah periode

    penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu produk tetap memenuhi

    spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau

    waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya. t90 atau masa

    kadaluarsa adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu

    diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi

    spesifikasi yang ditetapkan. Kestabilan suatu sediaan farmasi sangat

    mempengaruhi kualitas nya pula. Sehingga segala hal yang berhubungan dengan

    kestabilan sediaan farmasi harus diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi

    stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor

    utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas di antaranya temperatur yang tidak

    sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain

    yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH,

    kelarutan, dan bahan tambahan kimia.

    Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yaitu kestabilan suatu zat

    merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu

    sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi

    dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami

    penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya

    hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh

    karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu

    zatsehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga

    kestabilan obat terjaga.

  • Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu Asetosal. Variasi suhu

    yang digunakan dalampercobaan yaitu 30oC, 40

    oC, 50

    oC dan 60

    oC, dimana

    maksuddari dilakukannya variasi suhu tersebut yaitu agar diketahui pada suhu

    berapa suatu sediaan secara optimum dapat stabil dan untuk mengetahui pengaruh

    temperatur terhadap kecepatan reaksi suatu obat. Variasi waktu yang

    digunakan dalam percobaan yaitu 0,15, 30, 45 menit, dimana maksud

    dilakukannyavariasi waktu tersebut yaitu untuk mengetahui dimana pada

    setiap waktu, kestabilan suatu sediaan atau obat makin berkurang atau batas

    kadaluarsa obat semakin cepat.

    Metode pengujian stabilitas obat dengan kenaikan temperatur tidak dapat

    diterapkan untuk semua jenis sediaan terutama untuk produk yang mengandung

    bahan pensuspensi seperti metilselulosa yang menggumpal pada pemanasan,

    protein yang mungkin didenaturasi, salep dan suppositoria yang yang meleleh

    pada kondisi temperatur yang sedikit dinaikkan

    Selain temperatur, stabilitas obat dapat dipengaruhi juga oleh efek

    pengemasan dan penyimpanan. Sediaan berupa larutan masa simpannya relatif

    lebih singkat dibandingkan dengan bentuk sediaan padat, karena sediaan larutan

    mudah terurai dan bereaksi dengan keadaan sekitarnya atau lingkungannya (suhu

    dan cahaya). Misalnya, Jika suatu larutan obat disimpan dalam kondisi terlalu

    panas, ada kemungkinan botol(yang merupakan wadah umum untuk larutan)

    berinteraksi atau bereaksi dengan obat-obat yang terdapat di dalam botol tersebut.

    Selain itu perlu diperhatikan juga, bahwa jika suatu sediaan obat berupa larutan

    telah dibuka dari kemasannya atau wadahnya, stabilitas obat tersebut tidak sama

    lagi seperti stabilitas obat semula yang masih tersegel(masih dalam kemasan)

    sehingga waktu kadaluarsanya pun tidak akan sama persis seperti yang tertera

    pada kemasan obat tersebut karena obat yang telah dibuka segelnya

    (wadahnya/botolnya) akan berinteraksi langsung dengan udara luar dan keadaan

    sekitarnya yang akan menurunkan kestabilan obat tersebut.

  • Dari percobaan dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu atau

    temperatur maka semakin menurun stabilitas suatu sediaan farmasi. Hal ini

    dikarenakan suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

    kestabilan suatu sediaan farmasi.

    Pada percobaan uji stabilitas ini menggunakan metode titrasi dengan

    NaOH . NaOH sebagai larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan

    baku primer asam oksalat. Tujuan pembakuan adalah untuk memastikan dan

    menentukan kadar atau konsentrasi pasti NaOH. NaOH merupakan senyawa yang

    higroskopis sehingga mudah berikatan dengan udara yang menyebabkan

    konsentrasinya berubah. Oleh karena itu konsentrasi yang tertera dalam etiket

    belum tentu sama dengan konsentrasi yang sebenarnya. Indikator yag digunakan

    adalah pp (fenolftalein) yang mudah diamati perubahan pH nya dengan perubahan

    warna dari tidak berwarna menjadi pink rosa ketika kelebihan sedikit basa karena

    rentang pHnya antata 8,3 10. Sehingga cocok digunakan untuk indikator NaOH.

    IX. Simpulan

    1. Larutan Na Sitrat 10 % dibuat dengan melarutkan 25 g padatan dalam 250

    ml air dan 4% asetosal dengan menambahkan 10 g ke dalamnya dan

    ditambahkan aquades sampai 250 ml.

    2. Dengan titrasi asam basa menggunakan baku sekunder NaOH, kadar

    asetosal dapat ditentukan dengan rumus kadar =

    3. Kenaikan suhu menyebabkan penguraian larutan asetosal sehingga

    potensinya berkurang.

    4. Kecepatan sediaan uang terurai pada suhu penyimpanan dapat dihitung

    dengan persamaan Arrhenius dan eksrapolasi grafik.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Aulton, MG . 2003. Pharmaceutics : The Science of Dosage from Design Second

    edition . Edin Burg : Churchill Living Stone.

    Connors, K.A ,dkk. 1979. Chemical Stability of Phamaceutics . New York :

    wiley.

    Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

    Joshita, D. 2008. Kestabilan Obat . Tersedia online di

    http://staff.ui.ac.id/internal/130674809/material/kestabilan-obat-kuliah-

    s2.pdf [ 28 Maret 2015].

    Leon . 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri . Jakarta : UI Press.

    Moechtar. 1989. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi

    .Yogyakarta : Gadjah Mada press

    Svehla. 1990 . Analisis Kuantitatif Mikro dan Semimikro. Jakarta : Kalman Media

    Pusaka.

    Ukhti . 2013. Stabilitas Obat. Tersedia online di http://www.prezi.com/stabilitas-

    obat-adalah-suatu-pengertian-yang-mencakup-masalah/ [ 28 Maret 2015].

    Watson, David. 2009. Pharmaceutical analysis. Oxford : Elsevier Limited.