Praktikum Mikrobiologi: Pengamatan Kapang dan Khamir

21
SCB1603402 PTA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2014/2015 Drs. IMAM SANTOSO, M.Phil Dra. SITARESMI, M.Sc LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR NAMA : Rohmad Joni Pranoto NPM : 1206247240 KELOMOK : X B TANGGAL PRAKTIKUM : 24 September 2014 ASISTEN : Andi Aisyiah Alwie Husnun Hamidah 1

description

Plagiarisme adalah sebuah pencurian terhadap hak cipta orang lain. Biasakan untuk selalu menyitasi dibandingkan kopas.

Transcript of Praktikum Mikrobiologi: Pengamatan Kapang dan Khamir

SCB1603402 PTAPRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2014/2015Drs. IMAM SANTOSO, M.PhilDra. SITARESMI, M.Sc

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGIMORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

NAMA: Rohmad Joni PranotoNPM: 1206247240KELOMOK: X BTANGGAL PRAKTIKUM: 24 September 2014ASISTEN: Andi Aisyiah Alwie Husnun Hamidah

UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN BIOLOGI2014

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

A. TUJUAN

1. Mengamati morfologi dan struktur kapang dan khamir secara makroskopik dan mikroskopik.2. Membedakan kapang tingkat tinggi dan rendah.

B. ALAT DAN BAHANPeralatan yang digunakan dalam praktikum morfologi kapang dan khamir secara makroskopis dan mikroskopis tersebut antara lain yaitu pembakar spirtus, jarum tanam tajam, jarum tanam bulat, gelas objek, kaca penutup gelas objek, dan mikroskop cahaya. Adapun bahan yang digunakan selama praktikum yaitu biakan kapang Rhizopus sp. berumur 5 hari, biakan kapang Aspergillus sp. berumur 7 hari, biakan kapang Penicillium sp. berumur 7 hari, biakan khamir Candida albicans berumur 1 hari, alkohol 70%, larutan laktofenol, larutan methylene blue, dan kertas tisu

C. TEORIFungi merupakan kelompok mikroorganisme eukaryotik heterotrof yang tidak berklorofil, berdinding sel dari kitin atau selulosa, dapat berbentuk hifa atau sel tunggal serta bereproduksi seksual dan aseksual. Sebagai mikroorganisme heterotrof, fungi dapat berperan sebagai dekomposer, saprofit, atau bahkan parasit di lingkungan. Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang saling berhubungan menjalin semacam jaring halus, yaitu miselium. (Pelczar & Chan 1986: 189 & 190; Gandjar dkk. 1992: 2).Secara taksonomis, fungi dapat dibedakan menjadi empat filum utama. Dasar penggolongan tersebut yaitu berdasarkan perbedaan spora seksual dan aseksual, struktur garis besar morfologi, sifat nutrisi, dan habitat. Keempat filum utama fungi antara lain adalah Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota (Gandjar dkk. 2006: 74--75).Menurut sifat yang dimiliki oleh masing-masing fungi, kelas Ascomycota dan Basidiomycota digolongkan menjadi fungi tingkat tinggi, sedangkan Zygomycota dan Deuteromycota digolongkan dalam fungi tingkat rendah. Ascomycota dan Basidiomycota dikatakan sebagai fungi tingkat tinggi karena memiliki hifa yang bersekat (septate hypha) atau monocytic dan struktur generatif penghasil spora aseksualnya didukung oleh struktur tangkai konidiofor tanpa adanya kotak spora, sehingga spora aseksual yang dihasilkannya disebut konidia (Pelczar dkk. 1977: 304--315; Madigan dkk. 1997: 775).Zygomycota dan Deuteromycota diakatakan sebagai fungi tingkat rendah karena strukturnya yang tidak mempunyai sekat (septa) pada hifanya sehingga disebut hifa coenocytic yang mempunyai banyak nukleus pada filamen hifa tanpa dipisahkan oleh septa. Spora dihasilkan berada dalam kantung spora yang disebut sporangium, yang terletak di ujung tangkai hifa aerial. Spora tersebut biasa disebut dengan sporangiofor. Setiap sporangium dapat menghasilkan ratusan spora (sporangiospora) (Tortora dkk. 2001: 335).Secara non taksonomis, fungi dibedakan menjadi tiga jenis sesuai penampakan morfologinya, yaitu khamir (Yeast), kapang (Moulds atau Molds), dan cendawan (Mushroom). Khamir atau yeast merupakan satu-saunya fungi uniseluler dan berbentuk bulat atau elips menyerupai bakteri tanpa alat gerak. Meskipun demikian, sel khamir berbeda dengan sel bakteri karena khamir adalah sel eukariot, ukurannya lebih besar daripada rata-rata ukuran sel bakteri dan mekanisme berkembang biaknya berbeda. Jadi, khamir adalah sel yang lebih sederhana dibandingkan fungi lainnya, tetapi struktur selnya lebih kompleks daripada struktur bakteri (Volk & Wheeler 1993: 189).Beberapa khamir tertentu dapat mengalami dimorfisme, yaitu membentuk fase Y (yeast/khamir, bentuk sel tunggal) dan fase G (filamen, bentuk benang). Sebagian besar khamir masuk ke dalam kelas Basidiomycetes dan Deuteromycota (Fungi Imperfecti). Khamir dapat berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan pembelahan sel dan budding (tunas pada sel induk). (Jutono dkk. 1973: 36; Alexopoulos dkk. 1996: 49--50). Kapang atau Molds adalah fungi multiseluler yang memiliki bentuk filamen yang bersifat saprofit atau parasit dan dapat bereproduksi dengan spora aseksual maupun seksual. Jaringan tubuh kapang memanjang, bercabang-cabang dan dapat membentuk filamen yang seperti benang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa-hifa tersebut membentuk suatu struktur yang disebut miselium. Struktur meselium tersebut membuat kapang lenih mudah untuk dikenali. Selain itu, kapang juga memiliki struktur dinding sel dari selulosa dan zat kitin (McKane & Kandel 1996: 135;Volk & Wheeler 1993:185).Dalam praktikum pengamatan morfologi kapang dan khamir secara makroskopis, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:1. Tekstur koloni yaitu keadaan permukaan koloni, misalnya granular (butiran), wooly (kapas), velvetty (beludru), dan floccose (benang).2. Warna koloni, misalnya Aspergillus sp. memiliki warna koloni hitam, hijau-kuninh, hijau, putih, dan coklat.3. Reverse bagian yang diamati merupakan bagian mikroorganisme tampak bawah/dilihat dari dasar medium. Bagian yang diamati yaitu warna, zonasi, dan radial furrow.4. Zonasi yaitu tekstur yang terbentuk karena adanya pembagian wilayah hifa aerial/generatif dan hifa vegetatif akibat pola pergiliran. Zonasi berupa lingkaran-lingkaran yang menunjukkan perbedaan warna (terang dan gelap).5. Exudate drops adalah materi senyawa kimia hasil metabolit sekunder.6. Radial Forrow yaitu garis garis radial hasil pertumbuhan mikroorganisme yang berpusat pada titik pertumbuhan dan menyerupai jari-jari roda akibat perbedaan kecepatan tumbuh.(Pelczar dkk. 1977: 292).Sedangkan beberapa hal yang harus diperhatika dalam melakukan pengamatan morfologi kapang secara mikroskopis antara lain:1. Hifa2. Spora seksual dan aseksual3. Badan buah (fruiting body)4. Dasar badan buah5. Tangkai badan buah6. Adanya bentuk khusus seperti Apofisa, stolon, rhizome, foot cell(Jutono dkk. 1973: 24 25).

D. HASIL PENGAMATAN

1. Pengamatan makroskopik kapang dan khamir

Tabel hasil pengamatan makroskopik kapang dan khamir dapat dilihat di lampiran.

2. Pengamatan mikroskopik kapang dan khamir1.Pengamatan mikroskopik kapanga.Nama biakan: Rhizopus sp.b. Umur biakan: 5 haric. Medium: PDAd. Perbesaran: 10 x 100e. Pewarnaan: Lactophenol f. Keterangan: a. sporangioforb. stolond. kolumelac. rhizoide. apofisef. sporangiospora

a. Nama biakan: Aspergillus sp.b. Umur biakan: 7 haric. Medium: PDAd. Perbesaran: 10 x 100e. Pewarnaan: Lactophenol cotton bluef. Keterangan: a. konidioforb. metulad. fialidc. vesikele. konidia

a. Nama biakan: Penicillium sp.b. Umur biakan: 7 haric. Medium: PDAd. Perbesaran: 10 x 100e. Pewarnaan: Lactophenol cotton bluef. Keterangan: a. konidioforb. cabang/branchc. fialid/metula

2.Pengamatan mikroskopik khamira. Nama biakan: Candida albicansb. Umur biakan: 1 haric. Medium: YMBd. Perbesaran: 10 x 100e. Pewarnaan: Methylene bluef. Keterangan: a. sel indukb. tipe unipolar

E. PEMBAHASAN

1. Pengamatan morfologi kapangPraktikum pengamatan morfologi kapang digunakan kapang Rhizopus sp., Aspergillus sp., dan Penicillium sp. Sebagai anggota filum Zygomycota, Rhizopus sp. sering disebut sebagai jamur tingkat rendah karena dianggap primitive dalam skala evolusi. Secara mikroskopis Rhizopus sp. mempunyai stolon, yaitu hifa yang menyerupai batang menjalar dan rhizoid yang merupakan hifa menyerupai akar yang dapat digunakan untuk memasuki substrat roti. Rhizopus sp. memiliki sporangiopora yang berbentuk bulat telur yang berada di dalam sporangium yang ditopang oleh sporangiofor. Secara makroskopis koloni Rhizopus sp. dapat tumbuh secara cepat membentuk miselium seperti kapas berwarna putih keabuan yang dapat memenuhi medium biakan (Ellis dkk. 2007: 121). Miselium Rhizopus sp. tidak bersepta (coenocytic) dengan kolumela berbentuk hemispherical, tidak bulat, silindris atau berbentuk pir, tidak memiliki radial furrow, exudate drops, growing zone , maupun zonasi (Salle 1961: 145). Anggota genus Rhizopus biasanya berwarna putih abu-abu, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam. Spesies anggota genus Rhizopus tersebut dapat diisolasi dari tanah, roti basi, biji-bijian, kacang tanah, air terpolusi, sayur-sayuran dan buah yang membusuk (Pelczar dkk. 1977: 300301; Gandjar dkk. 1999: 104).

Gambar 1. Rhizopus sp.[Ellis dkk. 2007: 123]Kapang jenis Aspergillus sp.tergolong ke dalam filum Ascomycota yang tergolong dalam fungi tingkat tinggi. Secara mikroskopis Aspergillus sp. memiliki hifa bersekat (monocytic), spora aseksual yang tidak berada dalam sporangium yang disebut konidiospora/konidia. Secara umum badan kapang Aspergillus sp. ditopang oleh struktur batang yang disebut dengan konidiofor. Struktur tersebut memiliki ujung melebar yang disebut dengan vesikel. Pada vesikel tersebut dapat tumbuh sejumlah hifa. Hifa yang mengandung konidiaspora disebut fialid (phialide), namun terdapat pula hifa yang menunjang fialid yang disebut metula (metulae). Aspergillus sp. yang memiliki metula disebut sebagai bentuk biseriate, sedangkan yang tidak memiliki metula disebut sebagai bentuk uniseriate (Ellis dkk. 2007: 8).Secara makroskopis kapang jenis Aspergillus sp. memiliki warna koloni hitam, hijau, kuning, kuning-coklat, coklat, atau putih. Teksturnya tampak seperti butiran tepung (powdery). Kapang Aspergillus sp. memiliki growing zone, beberapa memiliki zonasi dan beberapa tidak, memiliki, exudate drops, dan radial furrow (Gandjar 1992: 30).

Gambar 2. Morfologi mikroskopis Aspergillus sp.[Sumber: Ellis dkk. 2007: 8]Kapang Penicillium sp. seperti halnya Aspergillus sp. merupakan anggota dari filum Ascomycota. Secara mikroskopis struktur morfologi Penicillium sp. terdiri atas tangkai berupa konidiofor yang bercabang-cabang. Cabang dari konidiofor dinamakan ramus, yang bercabang lagi membentuk ramulus. Setiap ramulus akan menopang beberapa metula yang menyokong fialid (Gandjar dkk 1992: 27). Beberapa literatur menyebutkan bahwa ramus merupakan one-stage branched dan ramulus merupakan two-stage branched. Beberapa Penicillium sp. memiliki hingga three-stage branched (Ellis dkk. 2007: 108).Secara makroskopis, penampakan koloni Penicillium sp. berwarna nuansa hijau terkadang juga putih. Warna hijau dari Penicillium sp. tersebut merupakan warna dari spora. Tekstur dari Penicillium sp. berbentuk velvetty atau beludru. Penicillium sp. memiliki reverse yang berwarna putih kuning, tanpa zonasi dan radial furrow. Koloni Penicillium sp. memiliki exudate drops berwarna kuning atau bahkan beberapa berwarna bening (Gandjar dkk. 1999: 90).

Gambar 3. Morfologi Penicillium sp.[Sumber: Ellis dkk. 2007: 109]Penicillium sp. sangat umum ditemukan pada aneka produk pangan, serta bahan pangan yang berkadar air rendah, selain itu dapat pula diisolasi dari lingkungan ruangan dalam rumah, lingkungan gurun, lingkungan tanah hutan, air sungai yang terpolusi, serasah daun, rhizosfer kacang tanah dan tomat (Carlile & Watkinson 1995: 50; Gandjar dkk. 1999: 90). Hasil praktikum pengamatan morfologi kapang secara makroskopis dan mikroskopis menunjukkan hasil yang beragam. Pengamatan Rhizopus sp. berumur 5 hari, secara makroskopis diperoleh bahwa koloni Rhizopus sp. memiliki warna putih keabu-abuan apabila diamati dari front sedangkan apabila diamati secara reverse tampak putih kekuningan akibat terhalang oleh warna dari medium agar, dengan tekstur koloni menyerupai serabut kapas (wooly) atau asap (smoky). Koloni tersebut tidak terdapat adanya radial furrow, exudate drops, growing zone , maupun zonasi Hal tersebut telah sesuai dengan literatur. Secara mikroskopis, koloni Rhizopus sp.yang kami amati tampak seperti sebuah batang dengan ujung membulat hitam sama halnya dengan gambar di atas, hanya saja bagian-bagiannya tidak tampak jelas. Dari gambar yang kami peroleh dari pengamatan, yang dapat diamati hanya bagian sporangiofor, stolon, rhizoid, dan sporangium dengan sporangiospora. Tampak pula hifa yang tidak bersekat.Hasil praktikum kapang Aspergillus sp. yang berumur 7 hari secara makroskopis dapat dilihat bahwa tekstur berupa butiran (powdery), warna koloni hitam kehijauan apabila dilihat dari depan, memiliki growing zone, radial furrow, exudate drops, dan tanpa adanya zonasi. Ketika diamati secara reverse tampak warna tampak keputihan dan memiliki radial furrow. Hal tersebut sebagian besar sudah sesuai dengan yang ada pada literatur. Pengamatan secara mikroskopis menunjukkan hasil yang tidak dapat diamati dengan jelas. Struktur dari Aspergillus sp. tidak dapat dibedakan antara konidiofor, vesikel, dan fialid/metulanya. Hal tersebut dikarenakan dalam pembuatan preparat saat pengambilan sampel kemungkinan tidak dilakukan dengan hati-hati dan benar, sehingga ketika diamati yang diperoleh hanya spora dari Aspergillus sp.Hasil praktikum kapang Penicillium sp. yang berumur 7 hari, secara makroskopis, menunjukkan bahwa tekstur koloni seperti beludru (velvetty), warna koloni putih abu-abu kehijauan jika diamati dari depan, memiliki growing zone, tidak memiliki radial furrow, exudate drops, dan zonasi, sedangkan apabila diamati dari reverse, warna koloni tampak putih kekuningan tanpa radial furrow dan zonasi. Hal tersebut telah sesuai dengan literatur. Pengamatan secara mikroskopis menunjukkan struktur yang sesuai dengan literatur. Visual preparat menunjukkan adanya konidiofor Penicillium sp. yang bercabang-cabang, namun penentuan atara filaid dengan metula tidak dapat dilakukan karena gambar yang terlalu kecil.Pengamatan morfologi kapang secara mikroskopis tersebut digunakan suatu larutan untuk membuat preparat yaitu larutan laktofenol atau laktofenol cotton blue. Larutan tersebut berfungsi untuk mencegah penguapan dan pengerutan sel kapang, serta memberikan warna biru sehingga sel mudah diamati (Salle 1961: 153; Jutono dkk. 1973: 32).

1. Pengamatan morfologi khamirKhamir atau yeast berbeda dengan ragi. Ragi merupakan campuran mikroorganisme antara bakteri, kapang, dan khamir, sedangkan khamir sendiri merupakan kelompok fungi yang memiliki sel vegetatif uniseluler berbentuk bulat memanjang, bereproduksi aseksual dengan budding, dan dapat membentuk miselium sejati dan miselium palsu (pseudomicelium). Khamir dapat diisolasi tanah, buah-buahan, bunga, ranting, minuman/makanan terfermentasi, hewan, dan bahkan air (Gandjar dkk. 2006: 72).

Gambar 4. Candida albicans[Sumber: dokumentasi Andi Aisyiah Alwie]Praktikum pengamatan khamir, mikroorganisme yang digunakan ialah Candida albicans dalam medium YMB (Yeast Malt Broth) berumur 1 hari. Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopik, koloni Candida albicans berwarna putih seperti keruh pada larutan coklat emas. Berdasarkan pengamatan secara mikroskopik, bentuk sel Candida albicans adalah bulat atau oval. Bentuk sel Candida albicans tersebut sebagian telah mengalami budding (muncul sel baru) menjadi bentuk dua bulatan yang tidak terpisah seperti pin Bowling. Apabila (sel baru) bulatan kedua muncul di salah satu ujung dari sel induk maka disebut sebagai tipe unipolar, namun bila muncul dikedua kutub sel induk disebut tipe bipolar. Akan tetapi, terdapat pula muncul bulatan-bulatan yang berantai menyerupai hifa, tipe tersebut diakatakan sebagai pseudomicelium. Sel yang baru terbentuk tersebut semakin lama semakin besar dan memisahkan diri dari sel induknya (Madigan dkk. 1997: 776). Hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar sel Candida albicans yang diamati bertipe unipolar.Larutan yang digunakan untuk pengamatan khamir Candida albicans tersebut menggunakanmethylene blue. Hal tersebut disebabkan karena methylene blue merupakan cat yang bermuatan positif atau basic dye sehingga akan menimbulkan visual yang tampak lebih jelas apabila diamati di bawah mikroskop (Tortora dkk. 2001: 69).

F. KESIMPULAN

1. Pengamatan makroskopik pada kapang menunjukkan kapang memiliki warna koloni yang umumnya putih, hitam, hijau, kuning, dan abu-abu, serta tidak semua kapang memiliki reverse colony, growing zone, zonasi, exudate drops, dan radial furrow, sedangkan pengamatan mikroskospis menunjukan struktur adanya stolon, rhizoid, sporangiofor pada Rhizopus sp. dan adanya struktur konidiofor, filaid, metula, konidia pada Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Pengamatan makroskopis pada khamir menunjukkan warna putih keruh pada YMB, sedangkan mikroskopis menunjukkan bentuk bulat oval dan sebagian mengalami budding.2. Kapang tingkat tinggi dan tingkat rendah dapat dibedakan dari ada tidaknya sekat pada hifa dan jenis spora aseksualnya.

G. DAFTAR ACUAN

Alexopoulos, C. J., C. W. Mims, & M. Blackwell. 1996. Introductory mycology. Ed. Ke-4. John Wiley & Sons, Inc., New York: vi +868 hlm.Carlile, M. J. & S. C. Watkinson. 1995. The fungi. Academic Press, London: xiii + 482 hlm.Ellis, D., S. Davis, H. Alexiou, R. Handke, R. Bartley. 2007. Descriptions of medical fungi. 2nd Ed. Nexus Print Solutions, Underdale: vi + 188 hlm.Gandjar, I., I. M. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman praktikum mikrobiologi dasar. Jurusan Biologi FMIPA UI, Jakarta: vii + 87 hlm.Gandjar, I., R. A. Samson, K. T. Vermeulen, A. Oetari, & I. Santoso. 1999. Pengenalan kapang tropik umum. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: xiv + 136 hlm.Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, A. Oetari. 2006. Mikologi dasar dan terapan.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta : xii + 234 hlm.Jutono, J., S. Soedarsono, S. Hartadi, S. Kabirun, Suhadi, & Susanto. 1973. Pedoman praktikum mikrobiologi umum. Departemen Mikrobiologi Fakulas Pertanian UGM, Yogyakarta: xii + 232 hlm.Madigan, M. T., J. M. Martinko, & J. Parker. 1997. Brock biology of microrganisms. 8th ed. Prentice Hall International, Inc., London: xviii + 986 hlm.Pelczar, M. J., R. D. Reid & E. C. S. Chan. 1977. Microbiology. Ed. Ke-4. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York: vii + 952 hlm.Pelczar Jr, M. J. & E. C. S. Chan. 1986. dasar dasar mikrobiologi. Terj. Oleh Hadioetomo, R.S., T. Imas, S.S. Tjitrosoma, & S. L. Angka. UI Press, Jakarta: ix + 918 hlm.Salle, A. J. 1961. Fundamental principles of bacteriology. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York: viii + 812 hlm.Tortora, G. J., B. R. Funke, & C. L. Case. 2001. Microbiology: An introduction. 7th ed. Addison Wesley Longman, Inc., New York: xxiv + 887 hlm.Volk, W. A. & M. F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi. Ed.Ke-5. Terj.dari Microbiology, oleh Markham. Penerbit Erlangga, Jakarta: xii + 396 hlm.

LAMPIRAN

Rhizopus sp.Aspergillus sp.Penicillium sp.

Tampak DepanSebalik KoloniTampak DepanSebalik KoloniTampak DepanSebalik Koloni

Zona PertumbuhanXXXX

ZonasiXXXXXX

Garis RadialXXXX

WarnaPutih KapasPutih KapasHitamPutihAbu-abu kehijauanPutih Kekuningan

Exudate DropsXXXXX

TeksturWooly/ smoky-Granular/Powdery-Velvetty-

Aspergillus sp.Penicillium sp.Rhizopus sp.Tampak BelakangTampak Depan

Gambar 1. Makroskopis Kapang[Sumber: dokumentasi pribadi]

14