PRAKTIKUM MATA KULIAH · 2020. 12. 16. · KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I 1. SPO Triase 2. SPO Initial...

of 30 /30
PRAKTIKUM MATA KULIAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I DISUSUN OLEH : TIM DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2019

Embed Size (px)

Transcript of PRAKTIKUM MATA KULIAH · 2020. 12. 16. · KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I 1. SPO Triase 2. SPO Initial...

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
A. Visi
B. Misi
2. Mengembangkan riset dibidang keperawatan dan berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk pengabdian masyarakat untuk menjadi solusi masalah social khususnya pengangguran, kemiskinan dan lingkungan
4. Mengembangkan kerjasama di bidang keperawatan dengan berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar negeri.
C. Tujuan
1. Menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang berkarakter, berwawasan dan berkemajuan serta berpijak pada nilai-nilai keIslaman dan KeMuhammadiyahan
2. Menghasilkan penelitian keperawatan yang bermutu dengan pendanaan yang bersumber dari dalam dan luar universitas
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat untuk menjadi solusi dalam masalah kesehatan sosial dan lingkungan
4. Menghasilkan kerjasama dalam catur dharma perguruan tinggi yang produktif dan saling menguntungkan dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.
D. Sasaran
2. Terselenggaranya kegiatan kemahasiswaan dan alumni 3. Terselenggaranya pengembangan sumber daya manusia program studi
secara optimal untuk menunjang proses pembelajaran 4. Terlaksananya penelitian dan publikasi ilmiah dosen 5. Terlaksananya pengabdian masyarakat 6. Terselenggaranya kerja sama yang mendukung kegiatan program studi baik
dalam maupun luar negeri.
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I
5. SPO control servikal
6. SPO Needle decompression
8. SPO Resusitasi Jantung paru
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TRIAGE
Tanggal Terbit
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1
2

4 Mempersiapkan alat
• Sarana Non Medis
- Ruang triage dengan ketentuan ruangan dengan penyekat, wastafel dengan air mengalir, ventilasi udara baik, penerangan baik, lantai bersih dan tidak licin, ada suplai listrik, dan pembersih tangan
- Brancar
- Label 4 warna
6 Penandatanganan persetujuan tindakan oleh keluarga klien
7 Di ruang triage petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan selintas (singkat dan cepat) meliputi respirasi, perfusi, dan status mental.
8 Klien dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :
Merah : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup
Kuning : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat
Hijau : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala
Hitam : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi
9 Klien mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna
10 Pada waktu jam kerja klien dengan prioritas hijau dikirim kerawat jalan
Evaluasi
Dokumentasi
Unit Terkait
Referensi
1. Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing:
Principles and Practice. 7th ed. Mosby:
2. Elsevier Inc Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book.
Saunders: Elsevier Inc
3. Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6
Eds). Saunders: Elsevier Inc.
4. Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Tanggal Terbit 01-09-2019
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Tujuan umum
Tujuan khusus
1. Menjelaskan tujuan dilakukan initial assesment 2. Menjelaskan tahapan prosedur initial assessment 3. Melakukan intial assesement pada pasien
Pengertian
Penilaian awal terhadap kondisi mengancam nyawa pada pasien yang meliputi survey primer dan survey sekunder. Tujuan Resusitasi jantung paru
Initial assessment bertujuan untuk menentukan prioritas pasien dan menentukan adanya kondisi yang mengancam nyawa
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
3 Diagnosa keperawatan yang sesuai kasus trauma dan non trauma
Fase pre interaksi
4 Mempersiapkan alat
tangan, gown, cap rambut, sepatu boots)
2. Neck collar
5. Suction : Soft/rigid
9. Steteskop
10. Tensimeter
(sesuai kebutuhan)
12. Oksimetri
14. Troly emergency berisi (Peralatan ABC dan obat
obatan resusitasi)
15. Defibrilator
Fase Kerja
7 Pasang alat pelindung diri
8 Atur posisi pasien dalam keadaan terlentang (supinasi) dengan punggung berada pada alas yang rata, keras dengan tangan berada disisi tubuh. Jika pasien di atas tempat tidur, pasang papam yang keras (backboard/ triplek tebal) atau penahan lain yang permukaan rata dan keras dibawah badan pasien atau pindahkan ke lantai jika memungkinkan)
9 Posisikan diri dalam posisi menolong dengan berada di samping pasien
Melakukan survey primer (Airway, breathing, circulation)
10 Memeriksa Airway pasien dengan cara memanggil pasien
11 Lakukan immobilisasi servikal menggunakan neck collar dan head stabilizer bila dicurgai adanya cedera servikal
12 Buka jalan nafas dengan manual (head tilt chin lift atau jaw truts (bila trauma) dan atau basic airway (OPA, NPA)
13 Buka jalan nafas menggunakan suction (bila ada cairan)
14 Melakukan pemeriksaan breathing : frekuensi pernafasan, Inspeksi, Auskultasi, Perkusi dan Palpasi (IAPP)
15 Lakukan manajemen breathing bila ada gangguan breathing
16 Melakukan pemeriksaan oksimetri
17 Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien (BVM, NRM, RM, simple mask, Nasal kanul)
18 Melakukan pemeriksaan Sirkulasi (akral, tanda tanda perdarahan, tekanan darah)
19 Melakukan manajemen sirkulasi (resusitasi jantung paru, defibrilas, pemasangan infus, menghentikan perdarahan)
Melakukan evaluasi kembali pada ABC
Bila kondisi stabil (ABC dalam batas normal) lanjutkan pemeriksaan survey sekunder)
Melakukan pemeriksaan Anamnase (KOMPAK)
Melakukan pemeriksaan head to toe (Inspeksi : DCAP BTLS; Palpasi : TIC)
Melakukan kolaborasi pemeriksaan penunjang dan obat- obatan sesuai kebutuhan
Melakukan re evaluasi (ABC)
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
24 Melepas Alat pelindung diri
Evaluasi
Dokumentasi
26 1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, catat pula data hasil pengkajian dan respons klien.
2. Dokumentasikan urutan waktu kejadian dan tindakan.
3. dokumentasikan lama tindakan dan waktu berakhirnya tindakan.
4. Dokumentasi perkembangan pasien selama dilakukan initial assessment.
Unit Terkait
Referensi
1. Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing:
Principles and Practice. 7th ed. Mosby:
2. Elsevier Inc Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book.
Saunders: Elsevier Inc
3. Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6
Eds). Saunders: Elsevier Inc.
4. Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN BIDAI
No Dokumen
Tanggal Terbit
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan pemasangan bidai 2. Menjelaskan tahapan prosedur pemasangan bidai 3. Menerapkan pemasangan bidai dengan benar
Pengertian Pemasangan bidai adalah memasang alat untuk imobilisasi yang berfungsi untuk mempertahankan posisi tulang
Tujuan Pemasangan Bidai 1. Mencegah pergerakan tulang yang patah 2. Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang 3. Mengurangi rasa sakit 4. Mengistirahatkan daerah patah tulang
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
2 Kaji adanya benda asing yang ada pada telinga klien
3 Tinjau kembali program dokter, meliputi nama klien, tujuan irigasi, tipe irigan yang diprogramkan dan waktu pemberiannya
4 Kaji kesiapan klien
5 Kaji kesiapan perawat

• Verband atau Mitella
8 Mencuci tangan
10 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien)
11 Melakukan kontrak
13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan
14 Mendekatkan alat-alat
15 Perawat menggunakan masker dan handscoon sebagai alat pelindung diri
16 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik.
17 Jumlah dan ukuran bidai/spalk yang dipakai disesuaikan dengan lokasi patah tulang
18 Jika terjadi perdarahan, hentikan dulu perdarahan dengan menekan dan mengikat bagian yang luka dengan kain bersih.
19 Posisikan tubuh klien yang akan dipasang spalk pada posisi anatomi
20 Ukur bidai pada 2 (dua) sendi
21 Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin parah baik menggunakan spalk, bidai, tongkat, kayu, dll yang ringan dan kuat dibalut tapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka
22 Jangan membalut terlalu kuat atau terlalu longgar
23 Cuci tangan
32 Mengevaluasi respon klien
33 Memberi reinforcement positif
35 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala keluhannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi).
Dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
36 Mengumpulkan dan membersihkan alat
37 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan
Evaluasi
41 Evaluasi diri perawat
bidai serta respon pasien pada status/catatan
perkembangan klien
Unit Terkait
Referensi
1. Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing:
Principles and Practice. 7th ed. Mosby:
2. Elsevier Inc Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book.
Saunders: Elsevier Inc
3. Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6
Eds). Saunders: Elsevier Inc.
4. Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGAMBILAN BENDA ASING
Tanggal Terbit 01-09-2019
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan pengambilan benda asing (corpus alienum) 2. Menjelaskan tahapan prosedur pengambilan benda asing (corpus alienum) 3. Menerapkan pengambilan benda asing (corpus alienum) telinga secara benar
Pengertian Proses pembilasan pada saluran telinga bagian luar dengan air steril (saline steil)
Tujuan Pengambilan benda asing (corpus alienum)
1. Menghilangkan benda asing
Pengkajian
2 Kaji adanya benda asing yang ada pada telinga klien
3 Tinjau kembali program dokter, meliputi nama klien, tujuan
irigasi, tipe irigan yang diprogramkan dan waktu
pemberiannya
• Risiko infeksi dengan faktor risiko kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
Fase pre interaksi
7 Mempersiapkan alat
10 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama,
tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien)
11 Melakukan kontrak
13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan
14 Mendekatkan alat-alat
pada klien.
16 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik.
17 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran.
18 Bantu klien untuk miring atau posisi duduk dengan kepala
sedikit miring ke arah telinga yang kemasukan benda
asing. (agar pengaruh gravitasi bisa membantu benda
asing keluar)
kanal auditori terhadap adanya benda asing menggunakan
otoscope.
22 1. Benda Padat Biji-bijian dan benda berbentuk kotak a) Perawat memakai alat sonde telinga /
hidung (ukuran sonde sesuai dengan ukuran biji di dalam)
b) Perawat memasukan sonde ke dalam telinga / hidung dengan arah masuk melalui bagian luar biji-bijian tersebut.
c) Setelah sonde masuk ke dalam telingga / hidung dan posisi sonde sudah lebih dalam dari pada posisi biji-bijian, maka dilakukan pergerakan untuk mengeluarkan biji-bijian.
d) Bila biji-bijian belum keluar dilakukan pengulangan mulai dari awal.
23 2. Binatang
Lintah
a) Perawat memasukan sonde ke dalam telinga / hidung dengan arah masuk melalui bagian luar lintah tersebut.
b) Setelah sonde masuk ke dalam telinga / hidung dan posisi sonde sudah lebih dalam dari pada posisi lintah, maka dilakukan pergerakan untuk mengeluarkan lintah
c) Perawat memakai alat sonde telinga / hidung (ukuran sonde sesuai dengan ukuran lintah di dalam)
d) Bila lintah belum keluar dilakukan pengulangan mulai awal
Khusus serangga hidup, teteskan baby oil atau minyak sayur secukupnya. Sebaiknya pada suhu hangat di liang telinga agar serangga mati. Lalu tarik daun telinga ke belakang bawah danke depan bawah dengan maksud agar serangga tenggelam dalam larutan cairan kemudian dapat dikeluarkan dengan memiringkan kepala. Hati – hati bila curiga gendang telinga sudah berlubang sebelumnya.
NB: Jangan sekali – kali mendorong dengan cutton bud atau benda lain karena beresiko membuat benda asing tersebut masuk lebih jauh ke liang telinga tengah
27 Lanjutkan irigasi telinga kalau perlu
Fase Terminasi
32 Mengevaluasi respon klien
33 Memberi reinforcement positif
35 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien
membaca doa
segala keluhannya, angkat penyakitnya, sembuhkan
lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang
menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan
kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi).
Dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
36 Mengumpulkan dan membersihkan alat
37 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan
Evaluasi
39 Pantau adanya nyeri
40 Evaluasi respon klien
41 Evaluasi diri perawat
perkembangan klien
unit Terkait
Referensi
1. Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing:
Principles and Practice. 7th ed. Mosby:
2. Elsevier Inc Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book.
Saunders: Elsevier Inc
3. Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6
Eds). Saunders: Elsevier Inc.
4. Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN NECK COLLAR
No Dokumen
Tanggal Terbit 01-09-2019
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1
2
Kaji kemampuan diri perawat

5 Petugas menggunakan APD
6 Pegang kepala klien dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala mulai dari mandibula ke arah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri dengan tangan yang lain dengan cara yang sama
7 Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian belakang leher dengan sedikit melewati leher
8 Letakkan bagian bagian neck collar yang berlekuk tepat pada dagu
9 Rekatkan dua sisi neck collar satu sama lain
Evaluasi
10 Pemasangan neck collar : jangan terlalu kuat atau terlalu longgar
Dokumentasi
Unit Terkait
Referensi
1. Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing:
Principles and Practice. 7th ed. Mosby:
2. Elsevier Inc Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book.
Saunders: Elsevier Inc
3. Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6
Eds). Saunders: Elsevier Inc.
4. Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL NEEDLE DECOMPRESSION
No Dokumen
131 /FIK.3/B/2019
No Revisi
Tanggal Terbit
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan needle decompression 2. Menjelaskan tahapan prosedur needle decompression
Pengertian
Melakukan penusukan pada dinding dada di interkostal dua dengan maksud mengeluarkan
udara di pleura pada kasus tension pneumotoraks
Tujuan Needle Decompression
Pengkajian
2 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
Pola nafas tidak efektif bd adanya mekanisme ventill di rongga pleura
Fase pre interaksi
3 Mempersiapkan alat
1. Boneka manikin
3. Sarung tangan
kapas
6. Lidokain 2 %
7. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah
8. Gause steril atau pembalut steril
9. Cairan nacl 0,9 % steril
4 Mencuci tangan
Fase Kerja
7 Tempatkan pasien pada posisi terlentang
8 Gunakan sarung tangan
9 Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc yang telah
diisi air kira-kira 5 ml.
10 Desinfeksi daerah dada yang akan ditusuk dengan antiseptik
11 Identifikasi daerah sela iga dua di daerah pertengahan clavicula.. Bila pasien sadar bisa disuntikkan anestesi local.
12 Tusukkan jarum yang telah dihubungkan dengan spoit di bagian atas dari kosta tiga hingga keluar udara ditandai dengan adanya gelembung pada air di spoit.
Fase Terminasi
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan
kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi).
Dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
16 Merapikan alat
17 Mencuci tangan
18 Evaluasi ulang pernapasan pasien, apakah ada perbaikan atau Tidak.
Dokumentasi
Unit Terkait
Referensi
1. Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing:
Principles and Practice. 7th ed. Mosby:
2. Elsevier Inc Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book.
Saunders: Elsevier Inc
3. Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6
Eds). Saunders: Elsevier Inc.
4. Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN KASA TIGA SISI (OCCLUSIVE DRESSING)
No Dokumen
130 /FIK.3/B/2019
No Revisi
Tanggal Terbit
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 3. Menjelaskan tujuan needle decompression 4. Menjelaskan tahapan prosedur needle decompression
Pengertian
thorax yang terbuka (sucking chest wound)
Tujuan
1. Memudahkan udara dari dalam keluar saat ekspirasi dan mencegah udara luar masuk ke paru saat inspirasi melalui luka terbuka di dada.
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji adanya tanda tanda open pneumothorax (Sucking chest wound)
2 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
Pola nafas tidak efektif bd adanya mekanisme ventill di rongga pleura
Fase pre interaksi
3 Mempersiapkan alat
11. Tabung oksigen
Fase Kerja
7 Tempatkan pasien pada posisi terlentang
8 Gunakan sarung tangan
9 Berikan oksigen aliran tinggi. Bantu ventilasi seperlunya.
10 Membuat segel dari dressing oklusif steril yang ditempelkan di tiga sisi untuk bertindak sebagai flutter-type valve
Fase Terminasi
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi).
Dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
14 Merapikan alat
15 Mencuci tangan
16 Evaluasi ulang pernapasan pasien, apakah ada perbaikan atau Tidak.
Dokumentasi
17 Catat waktu pelaksanaan
18 Pantau saturasi oksigen dengan oksimeter pulsa dan CO2 ekspirasi dengan capnografi
Unit Terkait
Referensi
1. Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing:
Principles and Practice. 7th ed. Mosby:
2. Elsevier Inc Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book.
Saunders: Elsevier Inc
3. Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6
Eds). Saunders: Elsevier Inc.
4. Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
011/FIK.3/B/2019
Tanggal Terbit 01-09-2019
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Tujuan umum
Tujuan khusus
1. Menjelaskan tujuan resusitasi jantung paru 2. Menjelaskan tahapan prosedur resusitasi jantung paru 3. Menerapkan resusitasi jantung paru secara benar
Pengertian
Resusitasi jantung paru (RJP)ini merupakan suatu kombinasi antara kompresi dada yang
dilakukan secara manual memompa darah jantung ke organ otak dan pemberian bantuan
pernafasan (Ventilasi).
Tujuan Resusitasi jantung paru 1. Tindakan ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi jantung dan otak sampai adanya
tindakan defibrilasi atau bantuan bantuan perawatan jantung lanjut (advanced cardiac life-support) datang
Nama Mahasiswa :
Pengkajian
1 Kaji situasi: aman peneolong, aman pasien dan aman lingkungan
2 Kaji Respon pasien klien: tidak berespon, tidak bernafas
atau bernafas tidak normal (tersengal-sengal/only gasping)
dalam waktu maksimal 10 detik (periksa nadi karotis dan
nafas bersamaan)
3 Aktifkan sistem respon darurat dan minta tolong orang sekitar dan meminta ambilkan AED
4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

Fase pre interaksi
5 Mempersiapkan alat
• Alat pelindung diri, seperti pelindung wajah atau masker dan kacamata (google)
• Sungkup katup satu arah (pocket face mask, face shield)
• Sarung tangan
7 Pasang sarung tangan jika tersedia.
8 Atur posisi pasien dalam keadaan terlentang (supinasi) dengan punggung berada pada alas yang rata, keras dengan tangan berada disisi tubuh. Jika pasien di atas tempat tidur, pasang papan yang keras (backboard/ triplek tebal) atau penahan lain yang permukaan rata dan keras dibawah badan pasien atau pindahkan ke lantai jika memungkinkan)
9 Posisikan diri dalam posisi menolong dengan berada di samping pasien dengan lutut dan kaki sebagai penumpu tubuh penolong yang parallel dengan tulang rusuk pasien
10 Tempatkan satu tumit telapak tangan di tengah dada pasien diantara putting susu, setengah bawah dari sternum. Tempatkan tangan lainnya diatas tangan pertama tadi, regangkan jari dan lakukan jalinan antar jari tangan. Luruskan lengan dan posisi bahu berada langsung diatas lengan dan tangan
11 Lakukan kompresi dada 30 kali dengan kecepatan minimal 100 per menit (Berg, 2010, AHA, 2010, Traver, 2010), Hitung “satu, dua, tiga, dan seterusnya,” sampai 30, jaga siku dan lengan tetap lurus. Kompresi dada harus menekan tulang sternul minimal 2 inci atau 5 cm (Berg, 2010, AHA, 2010, Traver, 2010). Setelah kompresi beri kesempatan dada untuk kembali seperti semula (mengembang kembali)
12 Setelah kompresi dada 30 kali (siklus pertama), kaji airway pasien dan jika terjadi gangguan lakukan head tilt dan chin
lip (jika tidak ada kontra indikasi). Jika ada dugaan fraktur servikal lakukan jaws thrust
13 Jika pasien tetap tidak bernafas secara spontan, berikan nafas buatan dari mulut ke face mask sebanyak 2 kali ventilasi, diikuti dengan kompresi dada 30 kali
Bila ada BVM gunakan (di anjurkan pada 2 penolong) dengan tehnik EC Clamp
14 Berikan bantuan nafas 2 kali setiap 30 kali kompresi. Lakukan lima siklus lengkap yaitu 30 Kompresi dan dua kali ventilasi
15 Cek nadi karotis tiap lima kali siklus. Jika masih tidak bernafas atau tidak ada denyutan lakukan lagi 30 kompresi dan 2 kali ventilasi sampai pasien bernafas spontan dan jantung berdenyut teratur
16 Jika alat defibrilasi sudah ada, pasang dan lakukan defibrilasi segera, dan hindarkan interuspsi dengan terus melakukan RJP sampai AED benar-benar siap
17 Cek irama dan tanda-tanda shock, jika ada ulangi defibrilasi tiap 2 menit, diantara defibrilasi tetap lakukan RJP
18 Lanjutkan RJP sampai petugas yang kompeten mengambil alih atau pasien dipidahkan, penolong keletihan atau dokter meminta menghentikan. Petugas yang mengambil alih untuk memeriksa nadi dan terapi lanjutan yang sesuai
19 Jika pasien dapat bernafas spontan dan jantung berdenyut teratur, posisikan pasien dengan posisi pemulihan (recovery position). Jika pasien diduga mengalami fraktur servikal, lakukan logrolling
Fase Terminasi
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia,
engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
24 Melepas handscoon dan mencuci tangan
Evaluasi
25 RJP dilaksanakan secara efektif dan tanpa efek samping dan komplikasi maka pasien akan menunjukkan nadi pernafasan kembali normal, jantuing dan patu pasien berfungsi kembali dengan adekuat untuk keberlanjutan kehidupan, dimulainya tindakan bantuan hidup lanjut dan pasien tidak menunjukkan cidera yang serius
Dokumentasi
26 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, catat pula data hasil pengkajian dan respons klien.
Dokumentasikan urutan waktu kejadian dan tindakan. Disamping itu dokumentasikan lama tindakan dan waktu berakhirnya tindakan. Dokumentasi perkembangan pasien selama tindakan RJP yang dapat dialkukan oleh perawat lain yang mengikuti proses RJP. Dokumentasikan hasil p[engkajian: sirkulasi perifer, respon pasien, waktu pengkajian dan obat-obatan yang diberikan (jika di beri obat)
Unit Terkait
Referensi
1. Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing: Principles and Practice. 7th ed. Mosby:
2. Elsevier Inc Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book. Saunders: Elsevier Inc
3. Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6 Eds). Saunders: Elsevier Inc.
4. Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy.
PRAKTIKUM MATA KULIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR