praktikum kimia fisika

download praktikum kimia fisika

of 9

description

penentuan berat jenis senyawa volatil

Transcript of praktikum kimia fisika

BAB 3. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data PercobaanNo.Elemen yang diukurLabu erlenmeyer ke-

123

1 Massa erlenmeyer34,94 gram34,79 gram35,84 gram

2Massa erlenmeyer, alumunium foil, karet35,49 gram35,40 gram36,49 gram

3Massa erlenmeyer, alumunium, karet, cairan X42,57 gram42,38 gram43,62 gram

4Massa cairan X7,08 gram6,98 gram7,13 gram

5Suhu penguapan95 C93 C94 C

6Massa erlenmeyer + uap35,72gram35,59gram36,77gram

7Massa erlenmeyer+ air100,81 gram100,91 gram102,53 gram

8Suhu air28 C28 C28 C

3.2 Pengolahan DataLabu ErlenmeyerMassa airMassa gasVolume airBerat Molekul kloroformEfisiensi

165,87 g0,23g0,0661L105,04 g/mol87,99%

266,12 g0,19g0,0663L86,04 g/mol72,07%

366,69g0,28g0,0669L126,80 g/mol106,21%

Rata-rata105,96 g/mol88,76%

BAB 4. PEMBAHASANPercobaan kali ini bertujuan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas. Berat molekul senyawa adalah banyaknya gram massa suatu zat dalam sejumlah besar molnya. Ada beberapa metode untuk penentuan berat molekul dalam suatu senyawa, diantaranya cara Regnault, cara Victor Meyer, dan cara Limiting Density. Penentuan berat molekul dalam percobaan kali ini dilakukan menggunakan cara limiting density. Cara ini merupakan cara untuk menentukan berat molekul berdasarkan massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal.Senyawa volatil adalah senyawa-senyawa yang mudah menguap menjadi gas bila terjadi peningkatan suhu dan tekanan. Volatilitas dari suatu senyawa merupakan kecenderungan seberapa mudah suatu senyawa untuk menguap dan hal ini ditentukan oleh tekanan uapnya. Tekanan uap tergantung pada temperatur. Semakin tinggi suhu maka tekanan uap pada senyawa itu juga semakin tinggi, maka semakin mudah senyawa itu untuk menguap. Senyawa volatil yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah kloroform. Kloroform disebut senyawa volatil karena kloroform cenderung mudah menguap dalam keadaan atau temperatur ruangan.Penentuan berat molekul kloroform berdasarkan massa jenis gas dimulai dengan memasukkan larutan kloroform ke dalam erlenmeyer yang telah ditimbang bersama penutup dan pengikatnya. Hal ini dimaksudkan agar kloroform tidak terlalu cepat menguap. Kemudian penutup dilubangi menggunakan jarum untuk memudahkan keluarya udara saat labu erlenmeyer dipanaskan dan mempermudah terjadinya kesetimbangan. Titik didih kloroform berada di bawah 100C yaitu 61,2C, sehingga ketika kloroform dipanaskan pada penangas dengan suhu 100C kloroform akan menguap. Uap ini mendorong udara yang sebelumnya berada dalam erlenmeyer keluar melalui lubang kecil tadi dan kemudian uap dari zat volatil tadi juga akan ikut keluar setelah udara yang berada dalam erlenmeyer habis. Uap akan berhenti keluar saat dicapai kesetimbangan, yakni tekanan uap cairan dalam labu sama dengan tekanan uap udara luar. Labu erlenmeyer kemudian diambil dari penangas air, didinginkan dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat dalam erlenmeyer dapat diketahui. Volume uap kloroform dapat diidentifikasi sebesar volume erlenmeyer. Volume kloroform dalam erlenmeyer ini dapat diketahui dengan mengisi penuh erlenmeyer dengan air. Volume air, volume labu erlenmeyer dan volume kloroform adalah sama sehingga volume kloroform dapat diketahui dengan menghitung volume air dari perhitungan dengan massa jenis air. Massa jenis kloroform selanjutnya dapat ditentukan dengan membandingkan nilai massa uap kloroform yang telah ditimbang setelah labu didinginkan dengan volume air yang telah ditentukan menggunakan perhitungan massa jenis air tadi. Langkah selanjutnya adalah menentukan berat molekul kloroform menggunakan persamaan gas ideal yaitu BM= RT/P.Data yang didapat dari percobaan yaitu volume kloroform yang sama dengan volume air, suhu saat kloroform menguap habis dan massa uap kloroform kemudian diolah untuk menentukan berat molekul menggunakan persamaan yang telah diturunkan di atas. Volume kloroform yang didapat pada labu erlenmeyer pertama adalah 0,0661 L, suhu penguapan sebesar 368,15 K, massa uap kloroform sebesar 0,23 g, dan berat molekul yang dihasilkan adalah sebesar 105,04 g/mol. Volume kloroform yang didapat pada labu erlenmeyer kedua sebesar 0,0663 g, suhu penguapan sebesar 366,5 K, massa uap kloroform sebesar 0,19 g dan berat molekul kloroform sebesar 86,04 g/mol. Sedangkan pada labu erlenmeyer ketiga, volume kloroform yang didapat sebesar 0,0669 g, suhu penguapan sebesar 367,15 K, massa gas sebesar 0,28 g, dan berat molekul yang didapat sebesar 126,80 g/mol. Berat molekul rata-rata yang didapat dari percobaan adalah sebesar 105,96g/mol.Berat molekul kloroform berdasarkan literatur yang ada adalah sebesar 119,38 g/mol. Berat molekul kloroform dari ketiga erlenmeyer yang didapat dari hasil percobaan sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan berat molekul kloroform dari literatur. Adanya perbedaan hasil berat molekul dari percobaan denga berat molekul teoritis yang sebenarnya disebabkan oleh berbagai faktor kesalahan dari praktikan. Kesalahan tersebut anatara lain adalah ketidaktepatan praktikan saat melakukan pengamatan pada saat cairan telah menguap semua sehingga mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan. Cairan yang belum menguap dalam labu erlenmeyer dapat mengakibatkan kesalahan perhitungan massa gas, sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam perhitungan berat molekul. Kesalahan lain yang dilakukan adalah saat mengamati temperatur penangas. Praktikan tidak bisa mendapatkan temperatur penangas yang tepat sesuai dengan petunjuk praktikum, sehingga kemungkinan cairan volatil menguap pada temperatur sekitar kurang dari 100C. Massa gas yang dihitung tersebut pada temperatur tersebut adalah massa dari gas yang telah terkondensasi menjadi cair kembali, seharusnya pengukuran massa gas senyawa volatil tersebut dilakukan pada saat suhu masih tidak berubah yaitu 90C, karena pada suhu tersebut gas masih belum terkondensasi artinya gas dari senyawa volatil tersebut masih berbentuk gas.Perbedaan dari berat molekul yang didapat dari percobaan dengan berat molekul teoritis dari literatur ini dapat digunakan untuk mencari efisiensi. Efisiensi merupakan suatu ukuran ketepatan atau derajat ketepatan hasil pengukuran dengan kenyataan atau literatur yang dinyatkan dalam bentu persen (%). Efisiensi dapat digunakan untuk mengetahui seberapa berhasilkah percobaan yang dilakukan. Efisiensi yang kurang dari 100% menunjukkan bahwa berat molekul hasil percobaan kurang dari berat molekul standart, sedangkan efisiensi yang lebih dari 100% menunjukkan bahwa berat molekul hasil percobaan lebih tinggi dari berat molekul standar. Efisiensi yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan pada labu erlenmeyer pertama sebesar 87,99%, pada labu erlenmeyer kedua 72,07% dan pada labu erlenmeyer ketiga 106,21%. Efisiensi rata-rata dari ketiga labu erlenmeyer adalah sebesar 88,76%. Hasil ini menunjukkan bahwa berat molekul dari ketiga labu erlenmeyer ini kurang dari berat molekul teorotis dari literatur dan hal ini menunjukkan bahwa percobaan penentuan berat molekul kloroform berdasarkan massa jenis gas yang telah dilakukan kurang berhasil.

BAB 5. PENUTUP

5.1 KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan yang telah dilakukan adalah:1. Penentuan berat molekul senyawa volatil dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan menggunakan persamaan gas ideal.2. Berat molekul kloroform rata-rata yang didapat dari percobaan adalah sebesar 105,96 g/mol sedangkan berdasarkan literatur adalah sebesar 119,38 g/mol. Efisiensi rata-rata yang didapat adalah sebesar 88,76%

5.2 Saran1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan praktikum.2. Sebaiknya praktikan mempelajari cara kerja dan landasan teori sebelum praktikum agar tidak terjadi kesalahan selama praktikum

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. MSDS Kloroform. [serial online]. http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9924120. Diakses 04 Maret 2014 pukul 12.45 WIB. Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia: Pusaka Utama.Djamil, Buzar. 1986. Thermodinamika Kimia. Jakarta : Karunika.Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.Jerome, Rosenberg. 1996. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.Keenan, C.W. dkk. 1990. Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta: Erlangga.Tim Kimia Fisik. 2014. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember: FMIPA Universitas Jember.

LAMPIRANDiketahui:Labu ErlenmeyerMassa airMassa gasSuhu penguapan

1100,81g - 34,94g = 65,87 g35,72 g 35,49g = 0,23g95C= 368,15K

2100,91g 34,79g = 66,12 g35,59 g 35,40g = 0,19g93C=366,15 K

3102,52g 35,84 g= 66,69 g36,77g 36,49g= 0,28g94C=367,15 K

Keterangan: 1. Masaa gas= massa setelah penguapan massa erlenmeyer, alumunium foil, karet air pada suhu 28C = 0.9968 gram/cm3 Volume gas= volume air R=0.082 L.atm/mol.KPerhitungan 1. Perhitungan Volume Aira. Labu erlenmeyer 1

b. Labu erlenmeyer 2

c. Labu erlenmeyer 3

2. Perhitungan berat molekul senyawa volatila. Labu erlenmeyer 1

b. Labu erlenmeyer 2

c. Labu erlenmeyer 3

Rata-rata BM=

3. Perhitungan efisiensia. Labu erlenmeyer

b. Labu erlenmeyer 2

c. Labu erlenmeyer 3

Rata-rata efisiensi=