Praktikum Hukum Ohm

download Praktikum Hukum Ohm

of 25

Transcript of Praktikum Hukum Ohm

praktikum hukum ohm 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hukum Ohm semulanya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidak lain ialah definisi hambatan, yakni V= IR. Sering hubungan ini dinamai hukum ohm. Akan tetapi, ohm jugamenyatakan, bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak bergantung pada v maupun I. Bagian kedua huku ohm ini tidak seluruhnya benar. Hubungan V=IR dapat diterapkan pada resistor apa saja, dimana V adalah beda potensial antara kedua ujung hambatan, dan I adalah arus yang mengalir didalamnya, sedangkan R adalah hambatan (Resistensi) Resistor tersebut. ( Bueche ) Hambatan suatu pengantar terhadap aliran muatan disebabkan oleh benturan yang sering terjadi antara elektron-elektron yang bergerak dengan atom-atom stasioner. Bila beda potensial diterapkan sepanjang kawat medan elektrik yang ditimbulkan menerapkan kakas pada setiap elektron didalam kawat. ( Cromer, 1994 ) 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui arus dan tegangan yang mengalir. Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan tahanan suatu penghantar dan kuat arus dan tahanan dalam suatu rangkaian dengan menggunakan prinsip hukum ohm. 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum fisika dasar tentang hukum ohm ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 8 Desember 2009. Pukul 07.00 09.00 WIB. Praktikum fisika dasar tentang hukum ohm ini dilaksanakan di laboratorium Ilmu-ilmu Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Ohm Hubungan antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hokum Ohm.Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper pada tahun 1820. The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple menjelaskan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan E=I.R I=E/R R=I/E Keterangan : Arus dinyatakan dengan Ampere, bersimbol I Hambatan dinyatakan dengan ohm, bersimbol R Tegangan dinyatakan dengan volt, bersimbol V atau E (Anonymous,2004). 2.2 Hukum Kircouff Hukum ini dapat dinyatakan sebagai : 1. Jumlah aljabar arus sesaat yang measuki titik cabang adalah nol. 2. Jumlah aljabar tegangan terpasang sesaat dalam suatu sosok tertutup sama dengan jumlah aljabar tegangan balik sesaat dalam sosok tersebut. Arti dari hukum yang pertama jelas jika arus yang menuju ketitik cabang disebut positif maka arus yang berlawanan arahnya harus disebut negative, dan hukum tersebut menyatakn bahwa besarnya arus yang memasuki titik cabang sama dengan besar arus yang meninggalkannya. Pada dasarnya hokum kedua menyatakan integral medan listrik disekeliling sosok, namun kita perlu menetapkan perjanjian tanda. Perjanjian ini dapat dirumuskan: Q=Stto I (t) dt 2.3 Hambatan jenis Hambatan merupakan sifat ssasaran bahan yang bersangkutan, dan bergantung hanya pada sifat bahan penyussun maupun geometernya. Sebaliknya kehambatan hanya bergantung pada sifat bahan penghantar. Penghantar yang bentuknay mudah yang dicairkan terutam oleh hambatannya disebut penghambat atau resistor biasanya dilambangkan dengan. Penghambat dapat dihubungkan dengsan satu yang lain mermbentuk jaringan hambatan. Hambatan seri R : R1 + R2

Hambatan pararel 1/R : 1/R1 + 1/R2 (Reitz, 1994) 2.4 Rangkaian Seri

R = R + R + ....Rn V = R . I V = V + V + ....Vn Jadi V = R . I I = I + I +....In V = Rn . I Dalam rangkaian seri, tahanan-tahanan tersebut dihubungkan sedemikian rupa seperti pada gambar sehingga arus I yang sama mengalir pada setiap tahanan. Pada rangkaian seri kuat arus (I) yang melalui masing-masing tahanan yang besar tegangan (V) berbanding terbalik dengan hambatan (R). Hal ini sesuai dengan hukum ohm. (Finn, 1994) Kebanyakan rangkaian listrik tidaklah hanya terdiri dari beberapa sumber tegangan dan resistor yang dihubungkan seri. Tiap muatan yang sama di R, akan melalui R dan R juga hingga arus yang melalui R, R, R haruslah sama. (Sutrisno, 1979) 2.5 Rangkaian Paralel

3. METODOLOGI 3.1 Alat dan Fungsi Alat-alat yang digunakan pada praktikum fisika dasar tentang hukum ohm adalah : Power Supply : sebagai sumber arus listrik yang digunakan. Amperemeter : untuk mengukur tegangan yang mengalir dalam rangkaian listrik. Lampu : sebagai indikator adanya arus listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik. Resistor atau Tahanan geser : digunakan sebagai hamabatan pada arus listrik yang mengalir. Kabel Penghubung : untuk menghubungkan kutub positif dan kutub negatif dalam rangkaian listrik. Penjebit Buaya : untuk membantu menjebit kabel agar arus listrik tetap mengalir.

3.2 Skema kerja Disiapkan alat-alatnya seperti penjepit buaya, power supply volmeter, amperemeter, lampu, kabel penghubung, resistor

Diatur rangkaian seri Diatur rangkaian paralel

Dipastikan stop kontak dalam keadaan ON

Dinaikan tegangan dari nilai minimum sampai maximum yaitu dari 7,5 V sampai 9 V secara bergantian

Diatur resistor suatu rangkaian secara berturut-turut dari 0,1 , 0,22 , 0,33 , 0,5 dan 1

Dicatat nilai yang diberikan oleh amperemeter dan voltmeter

Hasil

3.3 Gambar Rangkaian Rankaian Seri 12345

Keterangan Gambar : 1. Power Supply 2. Resistor 3. Voltmeter 4. Amperemeter 5. Lampu Rangkaian Paralel 12345

Keterangan Gambar : 1. Power Supply 2. Resistor 3. Voltmeter 4. Amperemeter 5. Lampu

4. PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan Rangkaian Seri No Tegangan Sumber (V) Resitor () Voltmeter (V) Amperemeter (A) Nyala Lampu Lampu 1 Lampu 2 1 9 0,1 5 2,2 Terang Mati 2 9 0,22 4 2,2 Merang Mati 3 9 0,33 4 2,2 Terang Mati 4 9 0,5 3 2 Agak redup Mati 5 9 1 2 2,8 Redup Mati 1 12 0,1 6 2,8 Terang Redup 2 12 0,22 6 2,6 Terang Redup 3 12 0,33 6 2,6 Terang Redup 4 12 0,5 6 2,6 Terang Redup 5 12 1 5 2,4 Terang Redup

Rangkaian Paralel No Tegangan Sumber (V) Resitor () Voltmeter (V) Amperemeter (A) Nyala Lampu Lampu 1 Lampu 2 1 7,5 0,1 2 2,2 Redup Mati 2 7,5 0,22 1 2,2 Redup Mati 3 7,5 0,33 1 2,2 Mati Mati 4 7,5 0,5 1 2 Mati Mati 5 7,5 1 1 2,8 Mati Mati 1 9 0,1 6 4,4 Terang Redup 2 9 0,22 6 4 Terang Redup 3 9 0,33 6 3,8 Redup Sangat Redup 4 9 0,5 6 3,6 Redup Redup 5 9 1 5 3,3 Mati Redup 4.2 Data Perhitungan Rangkaian Seri 9 V R = = = 2,27 R = = = 1,81 R = = = 1,81 R = = = 1,5 R = = = 0,71 R = R + R + R + R + R = 2,27 + 1,81 + 1,81 + 1,5 + 0,71 = 8,1 = = = 1,62 R - = 2,27-1,62 = 4,225 . 10 R - = 1,81 -1,62 = 3,61 . 10 R - = 1,81 -1,62 = 3,61 . 10 R - = 1,5 -1,62 = 1,44 . 10

R - = 0,71 -1,62 = 8,281 . 10 - = 1,34 Ralat Mutlak (A) A = = = 0,057 Ralat Nisbi (I) I = . 100% = . 100% = 0,035 . 100% = 3,5% Keseksamaan (K) K = 100% - I = 100% - 3,5% = 96,5% Hasil Perhitungan Hp = - A = 1,62 0,057 = 1,563 Hp = + A = 1,62 + 0,057 = 1,677 Rangkaian Seri 12 V R = = = 2,14 R = = = 2,31 R = = = 2,31 R = = = 2,31 R = = = 2,1 R = R + R + R + R + R = 2,14 + 2,31 + 2,31 + 2,31 + 2,1 = 11,17 = = = 2,234 R - = 2,14 - 2,23 = 8,1 . 10 R - = 2,31 2,23 = 6,4 . 10 R - = 2,31 2,23 = 6,4 . 10 R - = 2,31 2,23 = 6,4 . 10 R - = 2,1 2,23 = 1,7 . 10 - = 4,43 . 10 Ralat Mutlak (A) A = = = 2,215 . 10 Ralat Nisbi (I) I = . 100% = . 100% =9,93 . 10 . 100% = 0,099% Keseksamaan (K)

K = 100% - I = 100% - 0,099% = 99,90% Hasil Perhitungan Hp = - A = 2,23 2,215 . 10 = 2,27 Hp = + A = 2,23 + 2,215 . 10 = 2,232 Rangkaian Paralel 7,5 R = = = 0,5 R = = = 0,31 R = = = 0,3 R = = = 0,36 R = = = 0,45 R = R + R + R + R + R = 0,5 + 0,31 + 0,3 + 0,36 + 0,45 = 1,92 = = = 0,384 R - = 0,5 0,384 = 0,031 R - = 0,31 0,384 = 5,48 . 10 R - = 0,3 0,384 = 7,06 . 10 R - = 0,36 0,384 = 5,76 . 10 R - = 0,45 0,384 = 4,36 . 10 - = 0,031 Ralat Mutlak (A) A = = = 8,803 . 10 Ralat Nisbi (I) I = . 100% = . 100% =0,023 . 100% = 2,29% Keseksamaan (K) K = 100% - I = 100% - 2,29% = 97,71% Hasil Perhitungan Hp = - A = 0,384 8,803 . 10 = 0,375 Hp = + A = 0,384 + 8,803 . 10 = 0,392 Rangkaian Paralel 9 V R = = = 0,45

R = = = 0,25 R = = = 0,26 R = = = 0,27 R = = = 0,30 R = R + R + R + R + R = 0,45 + 0,25 + 0,26 + 0,27 + 0,30 = 1,53 = = = 0,306 R - = 0,45 0,306 = 0,021 R - = 0,25 0,306 = 3,136 . 10 R - = 0,26 0,306 = 2,116 . 10 R - = 0,27 0,306 = 1,296 . 10 R - = 0,30 0,306 = 3,6 . 10 - = 0,028 Ralat Mutlak (A) A = = = 8,367 . 10 Ralat Nisbi (I) I = . 100% = . 100% =0,027 . 100% = 2,73% Keseksamaan (K) K = 100% - I = 100% - 2,73% = 97,27% Hasil Perhitungan Hp = - A = 0,306 8,367 . 10 = 0,297 Hp = + A = 0,306 + 8,367 . 10 = 0,314

4.3 Analisa Prosedur Pada percobaan fisika dasar tentang hokum ohm.langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan,alat yang dibutuhkan adalahb power supply yang digunakan resistor digunakan sebagai hanbatan arus listrik yang digunakan dalam rangkaian listrik,voltmeter sebagai pengukur tegangan listrik,ampremeter sebagai arus listrik yang mengalir.,kabel penghubung sebagai penghubung kutuk positif dan negatif dalam rangkaian listrik dan penjepit bauya sebagai penjepit kabel agar arus listrik tetap mengalir. Setelah alat disiapkan,langkah selanjutnya adalah merangkai rangkaian menjadi rangkaian seridan parallel. a. Pada rangkaian seri Dihubungkan sumber arus DC atas power supply, tahanan geser. Amperemeter, voltmeter membentuk suatu rangkaian seri , yang dimaksud rangkaian seri adalah bila salah satu kabel mpda lampu dilepas maka lampu satunya akan mati juga. Setelah itu nyalakan stop kontak dan pada power supply dengan memutar knop pada tegangan 9 volt. Kemudian diatur tegangan geser 0,1 dan diameter perubahan angka pada amperemeter dan voltmeter, serta diamati pula nyaladan perubahan nyala angka lampu dan dicatat hasilnya . Setelah itu ulangi lagi percobaaan di atas dengan tegangan 12volt dan hambatan yang masih sama. Baru setelah itu diganti dengan hambatan 0,22, 0,33, 0,5, 0,1 dalam proses pergantian tegangan atau hambatan geser, matikan dulu power supply agar tidak tersebgat arus listrik. b. Pada rangkaian parallel Dihubungkan sumber arus DC / powersupply, tahanan geser, ampremeter dan voltmeter membentuk suatu rangkaian paralel, yang dimaksud = ud rangkaian paralel adalah jika salah satu kabel pada lampu tidak dihubungkan , maka lampu lainya tetap menyala. Kemudian kemudian stop kontak pada power supply ditekan tombol on lalu arus tegangan pada power supply dengan memutar knop pada tegangan 9volt. Kemudian atur tahanan geser pada 0,1 dan amati perubaahan pda voltmeter dan amperemeter, begitu juga nyala lampunya,setelah itu dicatat pada data hasil pengamatan.lalu ulangi lagi percobaan diatas dengan menggunakan tegangan 12volt

dan hambatan yang masih sama. Setelah itu diganti dengan tahanan geser, matikan dulu power supply agar tidak tersengat arus listrik. 4.4 Analisa Hasil Berdasrkan data hasil pengamatan dan perhitungan hasil pada rangkaian seri dengan digunakan tegangan 9volt dan hambatan 0,1 diketahui bahwa kuat arus yang mengalir 2,5 ampere,tegangan 9volt, pada lampu nyalanya redup pada lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyalanya terang dan didapatkan hambatan (R) adalah 2,8. Pada hambatan 0,22, kuat arus yang mengalir 2,4 ampere, tegangan 7 volt, pada lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyalanya redup dan hambatan (R) nya ternilai 2,92. Pada hambatan 0,33 kuat arus yang diperoleh adalah 28A, tegangan 7volt untuk pada lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyalanya redup hambatan(R) bernilai 2,5, pada hambatan 0,5kuat arus ternilai 2,4A tegangan 0,5 volt, pada hambatan 0,5 sedangkan nyala lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyalanya redup untuk nilai hambatan (R) adalah 2,71. Sedangkan pada 1,0 untuk kuat arus bernilai 2,2A sedangkan tegangan sebesar 6 volt dan hambatan (R) sebesar 2,73 dan nyala lampu 1 redup dan lampu 2 juga redup untuk jumlah hambatan aja adalah 2,73, sedangkan untuk jumlah =0,10. Untuk nilai ralat mutlak (A) adalah 0,10, ralat nisbi sebesar 4%, keseksamaan 96% dan hasil pengamatannya adalah Hp 2=2,83. Pada rangkaian seri dengan menggunakan tegangan 12 volt degan hambatan 0,1 didpatkan kuat arus listrik yang mengalir adalah 2,5A, tegangan 9V pada lampu 1 nyala terang dan lampu kedua terang dan untuk hambatan (R)adalah 3,4 pada hambatan 0,22 , kuat arus yang mangalir 2,8A tegangan 9V pada lampu 1 dan 2 nyala lampu terang dan untuk hambatan Ra, adalah 3,21 lalu pada hambatan 0,33 kuat arus bernilai 2,8A, tegangan 2,5V, sedangkan untuk nyala lampu1 redup dan lampu 2 redup, untuk hambtan (R)adalah 3,04 .pada hambatan 0,5 kuat arus 2,6A dan tegangan 8V dan nyala lampu 1 lebih redup dan lampu 2 redup ,hambatanya 3,08 . Sedangkan pada 1,0 kuat arus 2,5A tegangan 7V dan nyala lampu C lebih redup dan lampu 2 redup sedangkan untuk hambatanya adalah 2,4 . Untuk jumlah hambatan adalah 3,07 ,sedangkan = 0,75 dan jumlah nilai ralat mutlak 0,29. Ralat nisbi 93%, sedangkan keseksamaan 93% dan untuk hasil pengamatan 2,87 dan 3,27. Untuk hasil dari pengamatan rangkaian pararel dengan menggunakan 7,5 volt dan hambatan 0,1 adalah kuat arus 4,6A, tegangan 3V untuk pada lampu 1 nylanya lebih redup dan lampu 2 redup sedangkan untuk hambatannya 0,43 pada hambatan 0,22 ,kuat arus 4,6A tegangan 2, untuk lampu 1 nyalanya lebih redup dan lampu 2 redup dan nilai hambatannya 0,43 . Pada

hambatan 0,33,kuat arus 4,4A tegangan 2V untuk lampu 1 redup dan lampu 2 juga redup nilai hambatan 0,45. Pada hambatan 0,5 kuat arus 4A sedangkan 1 volt.untuk lampu 1 sangat redup dan lampu 2 sangat redup nilai hambatannya 0,29 untuk jumlah hambatan adakah 0,41 sedangkan =0,10. Sedangkan untuk nilai ralat mutlaknya 0,10, ralat nisbi 24%, keseksamaan 76% dan untuk hasil pengamatan, Hp1=0,31 dan Hp2=0,51. Pada rangkaian paralel nenggunakan tegangan 9volt dengan hanbatan 0,1 Didapatkan kuat arus yang mengalir adalah 6A, tegangan 5v, untuk lampu 1 terang 2 untuk nyala lampu 2 lebih terang dan hambatanya sebesar 0,83 .pada hambatan0,22 kuat arus sebesar 6A,tegangan 4V dan nyala lampu 1 terang dan lampu ke 2 lebih terang dan hambatannya bernilai 0,67 .pada hambatan 0,33kuat arus bernilai 5A, tegangan 3V. Nyala lampu 1 terang dan lampu ke 2 lebih terang untuk hambatannya bernilai 0,65 . Pada hambatan 0,5 nilai kuat arus 4,84 tegangan 2V untuk lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyala redup untuk nilai hambatannya adalah 0,42 . Sedangkan pada hambatan 1,0 , nilai kuat arus 4,1 tegangan 1V dan untuk nyala lampu 1 dan 2 redup dan nilai hambatannya 0,24 . Untuk jumlah hambatan =0,55, =0,21 dan untuk ralat mutlak dan ralat nisbi 18% keseksamaan 82% dan hasil pengamatan Hp1 sebesar 0,45 untuk Hp2 = 0,65.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah: 1. Hubungan J=.F sering di kenal dengan Hukum Ohm 2. Hukum kirchoff 1 berbunyijumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus keluar dari titik percabangan. 3. Hukum kirchoff 2 berbunyidalam rangkaian tertutup jumlah aljabar gel(F) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol. 4. Alat-alat yang digunakan pratikum ini adalah:power supply,voltmeter,amperemeter,lampu,resistor,kabel,penghubung,penjepit buaya. 5. Pada tegangan 9V pada rangkaian seri pada hambatan (R)=0,1,0,22 ,0.33 .0,5 ,dan 1,0

dan ralat mutlak 0,22 dan ralat nisbi 79%,keseksamaan 92,1%dan hasl pengamatan Hp1=2,54 dan Hp2=2,98. 6. Pada tegangan 12V pada hambatan (R)= ,1,0,22 ,0.33 .0,5 ,dan 1,0 dan ralat mutlak 0,60 dan ralat nisbi 22,3%,keseksamaan 92,1%dan hasil pengamatan Hp1=2,36 dan Hp2=3,72. 7. Pada tegangan 7,5V pada rangkaian seri pada hambatan (R)=0,1,0,22 ,0.33 .0,5 ,dan 1,0 dan ralat mutlak 0,11 dan ralat nisbi 45,8%,keseksamaan 54,2%dan hasl pengamatan Hp1=0,13 dan Hp2=0,35. 8. Pada tegangan 9V pada rangkaian seri pada hambatan (R)=0,1,0,22 ,0.33 .0,5 ,dan 1,0 dan ralat mutlak 0,045 dan ralat nisbi 8,1%,keseksamaan 9,19%dan hasl pengamatan Hp1=0,505 dan Hp2=0,595.

5.2 Saran Pada pratikum ini sebaiknya alat-alat lebih modern lagi dan diperbarui lagi kemudain para pratikum sebelumnya melaksanakan pratikum sebaiknya di pelajari dahulu buku panduan pratikumnya.

Latar Belakang Seperti kita katakana terlebih dahulu, bahwa hokum ohm bukanlah merupakan sebuah hokum fundamental darikeelektromagnetankarena hokum tersebut bergantung pada sifat-sifat medium penghantar. Bentuk hokum ohm adalah sangat sederhana, dan adalah merupakan hal yang aneh bahwa banyak penghantar yang menuruti hokum tersebut dengan baik, sedangkan penghantar yang lain tidak menuruti hokum tersebut sama sekali (Halliday dan Resnick, 1988) Besarnya kuat arus (I) yang melalui konduktor antara 2 titik berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan (V) didua titik tersebut, dan berbanding terbalik dengan hambatan atau resistansi (R) diantara mereka (Purnomo, 2010) Pada tahun 1827 seorang ahli fisika Jerman, George Simon Ohm menemukan hubungan antara arus listrik (I) yang mengalir melalui suatu rangkaian dengan tegangan yang dipasang dalam rangkaian (V). hubungan V dan I tersebut diperoleh ohm melalui sebuah percobaan, dan secara empiris ohm menyatakan hubungan antara V dan I (Setiawan, 2007). Maksud dan Tujuan Maksud dari pratikum ini adalah agar praktek fisika dasar tentang hokum ohm kali ini untuk mengetahui kuat arus dan tegangan yang mengalir.

Tujuan dari praktikum kali ini adalah menentukan tegangan suatu penghantar dan kuat arus dan tahanan. Waktu dan tempat. Praktikum fisika tentang hokum ohm ini dilakukan pada hari Rabu 06 Oktober 2010 pukul 13.00 WIB14.30 WIB yang bertempat dilaboratorium ilmu-ilmu perairan (IIP), Gedung C lantai 1 Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

I TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Ohm. Pada tahun 1827 seorang ahli fisika Jerman, George Simon Ohm menemukan hubungan antara arus listrik (I) yang mengalir melalui suatu rangkaian (V). Hubungan (V) dan (I) tersebut diperoleh Ohm melalui sebuah percobaan, dan secara empiris Ohm menyatakan hubungan antara V dan I (Setiawan, 2007). Besarnya kuat arus (I) yang melalui konduktor antara 2 titik berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan (V)di dua titik tersebut dan berbanding terbalik dengan hambatan atau resistansi (R) diantara mereka (Purnomo, 2010). Hukum Kirchoff Hukum Kirchoof I Dipertengahan abad 19 Gustav Kirchoff (1824-1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian dikenal dengan hokum Kirchoff. Hokum ini berbunyi Jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan yang kemudian dikenal sebagai hokum Kirchoff I. Secara matematis dinyatakan I=I keluar Masuk=Keluar. Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai berikut.

(Sidik,2008). Hukum Kirchoof II Hukum Kirchoof II dipakai untuk menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian terhubung dalam keadaan tertutup.(Saklar dalam keadaan tertutup) Hukum Kirchoff berbunyi :Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGI (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol.Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energy listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energy listrik bias digunakan atau diserap. Dari gambar diatas kuat arus yang mengalir dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa aturan sebagai berikut (Sidik, 2008). Pengertian Rangkaian Seri Suatu rangkaian hambatan R1, R2, R3, dan R4 yang terhubung seri dan dipasang pada sumber tegangan atau GGI E yang hambatannya dalam R. dalam rangkaian seri hanya terdapat hanya satu harga kuat arus listrik. Sedangkan pada setiap hambatan yang diseri terdapat pembagian tegangan listrik

yang besarnya tergantung nilai hambatannya. Pada hambatan yang nilainya besar, terdapat beda potensial yang kecil pula.

Gambar rangkaian Seri

(Supramono, 2005)

Pengertian Rangkaian Pararel Dalam rangkaian pararel, terdapat pembagian kuat arus listrik pada setiap hambatan yang besarnya tergantung nilai hambatan. Bagi hambatan listrik yang nilainya besar, arus yang mengalir kecil, dan sebaliknya pada hambatan listrik kecil mengalir arus listrik yang besar. Pada rangkaian hambatan pararel, semua hambatan luar memperoleh beda potensial yang sama besar.

Gambar Rangkaian Pararel

(Supramono, 2005).

Manfaat Hukum Ohm Dibidang Perikanan. Dalam bidang perikanan hokum Ohm berfungsi untuk mempelajari tentang pelajaran kelistrikan. Di pendidikan akademi perikanan sorong terdapat fasilitas simulator elektrik (Stephen Suleeman, 2009). Dalam bidang perikanan dan ilmu kelautan hokum Ohm berfungsi untuk mempelajari tentang kelistrikan dalam perikanan (Andri H, 2009).

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi Power Supply : Sebagai sumber arus listrik dan mengubah arus AC menjadi DC. Resistor : Sebagai hambatan arus listrik. Amperemeter : Untuk mengukur kuat arus listrik. Voltmeter : Untuk mengukur tegangan arus listrik.

Lampu : Sebagai indicator adanya arus listrik. Kabel : Untuk menghubungkan dan menghantarkan arus listrik dan rangkaian 1 kerangkaian lainnya. Penjepit buaya : Untuk menjepit kabel dan menghantarkan arus listrik.

3.2 Skema Kerja 3.2.1

3.2.2

3.3 Gambar Rangkaian Rangkaian Seri

Rangkaian Pararel

4. METODOLOGI 4.1 Data Pengamatan No R Tegangan Sumber (V) Lampu 1 Seri Pararel Seri Pararel 1 0,1 9 +++ +++ +++ ++ 2 0,22 9 ++ ++ ++ ++ 3 0,33 9 Mati Mati Mati Mati 4 0,5 9 + + + ++ 5 1 9 + + + + 1 0,1 12 ++++ ++++ ++++ ++++ 2 0,22 12 +++ ++++ +++ ++++

Lampu II

3 0,33 12 Mati Mati Mati Mati 4 0,5 12 +++ +++ ++++ ++++ 5 1 12 ++ ++ ++ ++ Keterangan : ++++ = Sangat terang : +++ = Terang : ++ = Redup : + = sangat redup No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Tegangan Sumber (V) V I V I 0,1 9 2 2,2 2 2,2 0,22 9 2 2,2 1 2,1 0,33 9 0 0 0 0 0,5 9 1 2,2 1 2,1 1 9 1 1,4 1 1,9 0,1 12 4 2,5 3 2,6 0,22 12 3 2,5 3 2,6 0,33 12 0 0 0 0 0,5 12 3 2,4 2 2,5 1 12 2 2,2 2 2,3 R Lampu 1 Lampu II

4.2. Perhitungan V = 9 Volt Rangkaian Seri. Lampu 1 No R V I R lampu (R Rata-rata) 1 0,1 2 2,2 0,91 0,31 0,097 2 0,22 2 2,2 0,91 0,31 0,097 3 0,33 0 0 0,00 0,60 0,357 4 0,5 1 2,2 0,45 0,14 0,020 5 1 1 1,4 0,71 0,12 0,014 Jumlah 0,60 0,585

(R Rata-rata)2

R |Lampu| 1. V/I=2/2,2=0,91 Ralat Mutlak (A) 2. V/I=2/2,2=0,91 A =(( n- )^2/(n (n-1))) =(0,585/(5 (5-1)))=0,17 4. V/I=1/2,2=0,45 =( ) 5. V/I=1/1,4=0,71 = (0,59 0,17) = ( 1 2 3 4 5)/5 = 0,59 + 0,17 U 0,59 0,17 = (0,91+0,91+0,00+0,45+0,71)/5 = 0,79 U = 0,42 = 2,98/5=0,60 Ralat Nisbi I = A/R x 100 1- = 0,91-0,60|2 = 0,17/0,59 x 100 = 0,097 = 0,289 x 100 2- = 0,91-0,60|2 = 28,82 % = 0,097 3- = 0,00-0,60|2 Keseksamaan. = 0,357 =100% - I = 100% = 28,82% 4- = 0,45-0,60|2 =71,18%

3. V/I=0/0

=0,00

= 0,020 5- = 0,71-0,60|2 = 0,014 Rn = 0,097 + 0,097 + 0,357 + 0,020 + 0,014 = 0,585 9 Volt Pararel No Lampu 2 R V I R (R rata-rata) (R rata-rata)^2 1 0,10 2 2,2 0,91 0,43 0,186 2 0,22 1 2,1 0,48 0,00 0,000 3 0,33 0 0,0 0,00 0,48 0,228 4 0,5 1 2,1 0,48 0,00 0,000 5 1,00 1 1,9 0,53 0,05 0,002 Jumlah 0,48 0,417 R = V/I = 1. V/I=2/2,2=0,91 Ralat Mutlak (A) 2. V/I=2/2,1=0,48 A =(( n- )^2/(n (n-1))) =(0,417/(5 (5-1)))=0,14 4. V/I=1/2,1=0,48 =( ) 5. V/I=1/1,9=0,53 = (0,42 0,14) = ( 1 2 3 4 5)/5 = 0,42 + 0,14 U 0,42 0,14 = (0,91+0,48+0,00+0,48+0,53)/5 = 0,56 U = 0,28 = 2,4/5=0,48 Ralat Nisbi I = A/R x 100 1- = 0,91-0,48|2 = 0,14/0,42 x 100 = 0,186 = 33,34 % 2- = 0,48-0,48|2 = 0,000 3- = 0,00-0,48|2 Keseksamaan. = 1,228 =100% - I = 100% = 33,4% 4- = 0,48-0,48|2 =66,66% = 0,000 5- = 0,53-0,48|2 = 0,002 Rn = 0,186 + 0,000 + 2,228 + 0,000 + 0,002 = 0,417 12 Volt Seri No Lampu I R V I R (R rata-rata) (R rata-rata)^2 1 0,10 4,00 2,50 1,60 0,61 0,370 2 0,22 3,00 2,50 1,20 0,21 0,043 3 0,33 0,00 0,00 0,00 0,99 0,984 4 0,5 3,00 2,40 1,25 0,26 0,067 5 1,00 2,00 2,20 0,91 0,08 0,007 Jumlah 0,99 1,470 R lampu = 1. V/I=4/2,50=0,60 Ralat Mutlak (A) 2. V/I=3/2,50=1,20 A =(( n- )^2/(n (n-1))) =(1,417/(5 (5-1)))=0,27

3. V/I=0/0

=0,00

3. V/I=0/0

=0,00

4. V/I=3/2,40=1,25 =( )A 5. V/I=2/2,20=0,91 = (1,48 0,27) = ( 1 2 3 4 5)/5 = 1,48 + 0,27 U 1,48 0,27 = (1,60+1,20+0,00+1,25+0,91)/5 = 1,75 U = 1,21 = 4,95/5=0,99 1- = 1,60-0,99|2 Ralat Nisbi I = A/R x 100 = 0,370 = 0,27/1,48 x 100 2- = 1,20-0,99|2 = 0,183 x 100% = 0,043 = 18,24% 3- = 0,00-0,99|2 Keseksamaan. = 0,984 =100% - I = 100% = 18,24% |R4- = 1,25-0,99|2 =81,76% = 0,067 5- = 0,91-0,99|2 = 0,007 Rn = 0,370 + 0,43 + 0,984 + 0,067 + 0,007 = 1,470 12 Volt Pararel No Lampu II R V I R (R rata-rata) (R rata-rata)^2 1 0,10 4,00 2,60 1,15 -0,36 0,128 2 0,22 3,00 2,60 1,15 -0,36 0,128 3 0,33 0,00 0,00 0,00 -0,80 0,633 4 0,5 3,00 2,50 0,80 0,00 0,000 5 1,00 2,00 2,30 0,87 -0,07 0,005 Jumlah 0,99 1,470 R lampu = 1. V/I=3/2,60=0,15 Ralat Mutlak (A) 2. V/I=3/2,60=1,15 A =(( n- )^2/(n (n-1))) =(0,895/(5 (5-1)))=0,21 4. V/I=2/2,50=0,80 =( ) 5. V/I=2/2,30=0,87 = (0,89 0,21) = ( 1 2 3 4 5)/5 = 0,89 + 0,21 U 1,89 0,21 = 4,00/5=0,80 = 1,1 U = 0,68 1- 2= 1,15-0,80|2 Ralat Nisbi I = A/R x 100 = 0,128 = 0,27/1,48 x 100 2- 2= 1,15-0,80|2 = 0,183 x 100% = 0,128 = 18,24%

3. V/I=0/0

=0,00

3- 2= 0,00-0,802 Keseksamaan. = 0,633 =100% - I = 100% = 23,59% 4- 2= 0,80-0,80|2 =76,40% = 0,000 5- 2= 0,87-0,80|2 = 0,005 Rn = 0,128 + 0,128 + 0,633 + 0,000 + 0,005

= 0,895

4.3 Analisa Prosedur Rangkaian Seri Disiapkan alat-alat untuk pratikum yaitu amperemeter, voltmeter, power supply, lampu, dan kabel penjepit buaya, resistor. Power supply dihubungkan dengan kabel ke resistor dari resistor dihubungkan amperemeter kemudian voltmeter dan terakhir dihubungkan ke indicator yaitu lampu. Untuk rangkaian seri pada kabel 2 dihubungkan dengan kabel 3, kabel 1 dihubungkan dengan kabel 4. Dihidupkan power supply dengan tegangan sumber 9. Dinaikkan tegangan geser dengan memindahkan kabel diresistor. Dari tegangan 0.1 , 0.22 , 0.33 , 0.5 , dan 1 . Diamati dan dicatat besar arus dan tegangan setiap kali diubah tegangan geser pada resistor. Untuk tegangan sumber 12 dilakukan seperti pada tegangan 9, Cuma mengganti tegangan sumber 12 pada power supply. Power supply digunakan sebagai sumber arus listrik dan mengubah arus AC menjadi DC, Resistor digunakan sebagai hambatan arus listrik, Amperemeter digunakan untuk mengukur kuat arus listrik, Volmeter digunakan untuk mengukur tegangan arus listrik, lampu digunakan sebagai indicator adanya arus listrik, kabel digunakan untuk menghubungkan dan menghantakan arus listrik darirangkaian 1 kerangkaian lainnya. Penjepit buaya digunakan untuk menjepit kabel dan menghantarkan arus listrik. Rangkaian Pararel Disiapkan alat-alat untuk pratikum yaitu amperemeter, Voltmeter, power supply, lampu, kabel, dan penjepit buaya, resistor. Power supply dihubungkan dengan kabel ke resistor dari resistor dihubungkan amperemeter kemudian voltmeter dan terakhir dihubungkan ke indicator yaitu lampu. Untuk rangkaian pararel, pada kabel 1 dihubungkan pada kabel 3, kabel 2 dihubungkan dengan kabel 4. Dihidupkan power supply dengan tegangan sumber 9. Dinaikkan tegangan geser memindah kabel diresistor dari tegangan 0.1 , 0.22 , 0.33 , 0.5 , dan 1 . Diamati dan dicatat besar arus dan tegangan, serta nyala lampu setiap kali diubah tegangan geser pada resistor. Untuk tegangan seumber 12 dilakukan seperti pada tegangan 9 Cuma mengganti tegangan sumber pada power supply. Power supply digunakan sebagai sumber arus listrik dan mengubah arus AC menjadi DC, Resistor digunakan sebagai hambatan arus listrik, Amperemeter digunakan untuk mengukur kuat arus listrik, Volmeter digunakan untuk mengukur tegangan arus listrik, lampu digunakan sebagai indicator adanya arus listrik, kabel digunakan untuk menghubungkan dan menghantakan arus listrik darirangkaian 1 kerangkaian lainnya. Penjepit buaya digunakan untuk menjepit kabel dan menghantarkan arus listrik. 4.4 Analisa Hasil. erdasarkan hasil pratikum hokum hm ini, dapat diketahui bahwa (jumlah hambatan rata-rata) untuk sumber 9 volt rangkaian seri adalah 0,60 dan nilai n adalah 0,585 untuk nilai n- 2 nya adalah 0,585. Sehingga menghasilkan ralat mutlak sebesar : 0,17. Ralat nisbi 28,82%, keseksamaan

adalah 71,18%. Dan hasil yang pertama adalah 0,76 dan yang kedua adalah 0,42. ntuk jenis rangkaian seri dengan sumber tegangan 12 volt, dapat diketahui bahwa (jumlah hambatan rata-rata) adalah 0,99 dan nilai n adalah 1,470 . untuk nilai n- 2 nya adalah 1,470 . Sehingga menghasilkan ralat mutlak sebesar 0,27. Ralat nisbi 18,24%, keseksamaan adalah 81,76%. Dan hasil yang pertama adalah 1,75 dan yang kedua adalah 1,21. Selanjutnya untuk jenis rangkaian pararel dengan sumber tegangan 9 volt, dapat diketahui bahwa (jumlah hambatan rata-rata) adalah 0,48 dan nilai n adalah 0,417 . untuk nilai n- 2 nya adalah 0,410 . Sehingga menghasilkan ralat mutlak sebesar 0,14. Ralat nisbi 33,34%, keseksamaan adalah 66,66%. Dan hasil yang pertama adalah 0,56 dan yang kedua adalah 0,28. Yang terakhir untuk jenis rangkaian pararel dengan sumber tegangan 12 Volt, dapat diketahui bahwa (jumlah hambatan rata-rata) adalah 0,80 dan nilai n adalah 0,895 . untuk nilai n- 2 nya adalah 0,895 . Sehingga menghasilkan ralat mutlak sebesar 0,21. alat nisbi 23,59%, keseksamaan adalah 76,40%. Dan hasil yang pertama adalah 1,1 dan yang kedua adalah 0,68. Pada rangkaian seri umumnya lampu lebih terang dari pada rangkaian pararel pada tegangan 9 volt. Sementara pada tegangan sumber 12 lebih terang rangkaian pararel.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum tentang hukum ohm adalah: Hasil pengatan menunjukkan bahwa jika hambatan semakin besar maka arus dalam beda potensial semakin kecil dan nyala lampu semakin redup. Sehingga dapat dikatakan bahwa hambatan berbanding terbalik dengan arus dan tegangan Pada rangkaian seri = V_1 V_2 I_(1@) I_2 Pada rangkaian parallel =V_1 = V_2 = I_1= I_2 Rangkaian seri adalah sambungan ujung kaki satu sama lain dengan lainnnya disatukan Rs = R1 + R2 + Rn Rangkaian parallel adalah sambungan ujung kaki satu sama lain dengan lainnya .1/Rp =1/R1 +1/R2 Rumus hukum ohm adalah V = I.R Hukum kirchoff berbunyi jika kuat arus masuk dalam titik percabangan yang sama dengan jumlah kuat

arus yang keluar dari titik percabangan. Parallel merupakan rangkaian kabel dengan kabel (1,3) (2,4) biasanya digunakan pada PLN. Seri merupakan rangkaian kabel (1,4)(2,3) biasanya pada elemen kulkas, lampu neon Parallel : keadaan lampu pada rangkaian parallel agar lebih gelap daripada rangkaian seri Seri : keadaan lampu pada rangkaian seri lebih terang 5.2 Saran Untuk praktikum berikutnya sebaiknya para asisten mendampingi pratikan agar pratikan tidak kebingungan. Untuk selanjutnya pratikan harus lebih teliti dalam penggunaan alat alat agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal DAFTAR PUSTAKA Agilwalk, 2010, arus listrik. http://wahab.glass.dc.dc.net/arch/arus/2010. 7 oktober 2010 jam 21.00 WIB Giancoli, 1984, general physics.prentice hall.new jersey. Hakkin, 2010 dasar-dasar rangkaian listrik. http://kampurgel.com.Dede. net/ acch/ ohm/2010. 07 oktober jam 21.00 WIB Holliday, all, 1988. Fisika,Erlangga .Jakarta Hassan,E. 1990. Fisika,Bandung,Ganeca exact. Nurrosyid,all, 2010. Kapan pembuatan sensor manetoressif berbasis bahan Lapisan tipis pemmatboy Yogyakarta.Universitas Gajah Mada. Prawiro Susanto,2010, fisika untuk ilmu-ilmu hayati,Yogyakarta universitas kimia. Purnomo, 2010. Hukum ohm dan rangkaian seri-paralel http://wahab. alas. dc.dc. net/ arch.com/2010/10/ 07 oktober 2010 jam 21.00 WIB. Supranomo,E, 2005, fisika dasar 2.malang.uneversitas negeri malang. Umar, 1998, fisika dan kecakapan hidup.Bandung.ganeca exact.