Praktikum Fisika

59
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I (FD-1) Menentukan Percepatan Gravitasi dengan Metode Bandul Matematis I. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui prinsip kerja gerak periodic 2. Menentukan percepatan gravitasi metode bandul matematis II. Alat-alat yang diperlukan 1. bandul 2. benang 3. stop watch 4. penggaris busur III. Teori Percepatan gravitasi (g) didalam mekanika Newton adalah besaran turunan yang sangat berpengaruh, lebih-lebih pada aplikasi Geofisika, dimana didalam menentukan kandungan minyak dalam bumi, faktor gravitasi setempat sangat mempengaruhi. Lokasi atau tempat dipermukaan bumi ini mempunyai nilai gravitasi yang sangat bervariasi, hal ini ditunjukkan pada table dibawah ini: Table 1. Variasi g dengan lintang pada ketinggian permukaan laut Garis g (m/det 2 ) Garis g (m/det 2 ) Linta Linta

Transcript of Praktikum Fisika

Page 1: Praktikum Fisika

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I (FD-1)

Menentukan Percepatan Gravitasi dengan Metode Bandul

Matematis

I. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui prinsip kerja gerak periodic

2. Menentukan percepatan gravitasi metode bandul matematis

II. Alat-alat yang diperlukan

1. bandul

2. benang

3. stop watch

4. penggaris busur

III. Teori

Percepatan gravitasi (g) didalam mekanika Newton adalah

besaran turunan yang sangat berpengaruh, lebih-lebih pada

aplikasi Geofisika, dimana didalam menentukan kandungan

minyak dalam bumi, faktor gravitasi setempat sangat

mempengaruhi.

Lokasi atau tempat dipermukaan bumi ini mempunyai nilai

gravitasi yang sangat bervariasi, hal ini ditunjukkan pada table

dibawah ini:

Table 1. Variasi g dengan lintang pada ketinggian permukaan

laut

Garis

g (m/det2)

Garis

g (m/det2)Lintan

g

Lintan

g

0 9,78039 40 9,80171

10 9,78195 50 9,80171

20 9,78641 60 9,81918

30 9,79329 70 9,982608

Page 2: Praktikum Fisika

Ayunan matematis adalah merupakan metode pengukuran

percepatan gravitasi (g) yang tepat dan mudah, tanpa

mempergunakan peristiwa jatuh bebas.

Pemakaian ayunan sebagai penghitung waktu adalah

berdasarkan kenyataan bahwa periodenya hampir-hampir tidak

tergantung dari amplitudo. Ayunan matematis adalah sebuah

benda yang digantungkan pada tali ringan dengan panjang tetap

(l). Jika benda diberi simpangan sudut θ dan dilepaskan, maka

benda akan berayun pad bidang vertikal karena pengaruh gaya

berat, dan gerakan ini akan periodik (Gerak Periodik).

Gambar 1. Ayunan Matematis

Dari Gambar diatas, gaya pemulihnya adalah :

Gaya pemulih tidak berbanding langsung dengan θ, melainkan

dengan sin θ. Jika sudut θ sangat kecil, maka :

Sehingga persamaan (1) menjadi :

Page 3: Praktikum Fisika

Jika F diganti dengan m . a dan a diganti dengan V2/r dan V

diganti dengan ω.r dan ω diganti dengan 2./T, maka persamaan

(3) diatas menjadi :

Jika θ > 0, maka rumus diatas menjadi :

Dimana:

T = waktu periodic (detik)

l = panjang tali (meter)

g = percepatan gravitasi (m/det2)

IV. Percobaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Ditentukan sudut percobaan adalah 300 untuk semua panjang

tali

2. Panjang tali yang dipergunakan 50 cm, 60 cm, 70 cm, 80 cm

dan 90 cm

3. Jumlah getaran yang dihitung waktunya adalah 10, 15, 20

getaran pada setiap masing – masing tali

4. Bandul diikatkan pada tali yang sudah diukur panjangnya

sesuai dengan kebutuhan yaitu 50cm, 60cm, 70cm, 80cm

dan 90cm kemudian tali diikatkan pada paku yang terdapat

pada kayu yang sudah dipersiapkan

5. Bandul diangkat dengan sudut 300 kemudian dilepas bebas

sehingga berayun

6. Mulai awal ayunan sampai dengan jumlah ayunan yang

ditetapkan dihitung menggunakan stopwatch.

Page 4: Praktikum Fisika

7. Hasil percobaan dicatat dengan table.

Page 5: Praktikum Fisika

V. Pengolahan Data

Dari hasil percobaan dengan sudut 300 diperoleh data seperti

dibawah ini:

No

Panjang

Tali Jumlah GetaranWaktu

(meter) (Detik)

1 10 10 20 8 16,5

2 20 10 20 10 20

3 30 10 20 12 25

4 40 10 20 14 28

5 50 10 20 15 31

Dari hasil kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai

berikut:

1. Menghitung besar g untuk panjang tali yang sama dan

panjang tali berbeda

2. Membandingkan dengan besar g pada table serta membuat

kesimpulan

3. Membuat grafik T2 vs g

4. Membuat grafik l vs g

V.1. Menghitung g pada panjang tali yang sama dan

berbeda

Rumus yang digunakan menghitung g (gravitasi) adalah :

Page 6: Praktikum Fisika

Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

Panjang Tali Gravitasi

(Meter) g (m/det2)

10 9.700

20 9.738

30 9.865

40 9.776

50 9.822

g rata-rata 9.781

V.2. Perbandingan besar g

Dari kerja ilmiah didapatkan bahwa besar gaya gravitasi adalah

9.781 m/ det2 adalah sama dengan pada kedudukan suatu

tempat dengan Garis lintang antara 0 s/d 10 yaitu dengan

nilai 9.780 s/d 9.781.

Kesimpulan

Bahwa letak kampus Tama Jagakarsa adalah pada posisi lebih

besar dari 00 garis lintang dan lebih kecil dari 100 garis lintang.

Sesuai dengan letak posisi kota Jakarta pada 5 0 19’ 12”

LS sampai 60 23’54” LS.

Ketinggian tanah : 0 – 10 m di atas permukaan laut ( dari titik 0

tg. Priok) 5 - 50 m di atas permukaan laut ( dari banjir kanal

sampai batas selatan DKI Jakarta ).

Page 7: Praktikum Fisika

Table l (Panjang Tali), T (Periode) dan g (gravitasi)

Panjang

TaliJumlah Periode Gravitasi

(meter)Getaran T2

G

(m/det2)

10 10

20 10

30 10

40 10

50 10

Panjang

TaliJumlah Periode Gravitasi

(meter)Getaran T2

G

(m/det2)

10 20

20 20

30 20

40 20

50 20

Panjang

TaliJumlah Periode Gravitasi

(meter)Getaran T2

G

(m/det2)

Page 8: Praktikum Fisika

VI. Kesimpulan Hasil Akhir

Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai rata-rata gravitasi adalah 9.81 M/det2

2. Letak kampus Tama Jagakarsa adalah diantara 50 19’ 12” LS

sampai 60 23’54” LS, sesuai letak geografis Jakarta.

3. Ketepatan pengukuran kurang akurat dikarenakan kesulitan

pembacaan dan ketepatan penghitungan dengan

menggunakan stopwatch.

Page 9: Praktikum Fisika

PRATIKUM FISIKA DASAR II ( FD-2)

Menentukan Konstanta Pegas Secara Statis dan Dinamis

I. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui prinsip kerja gerak harmonic sederhana,

2. menentukan nilai konstanta pegas secara statis dan dinamis

II. Alat – alat yang dipergunakan

1. Statif

2. Stopwatch

3. Pegas

4. Beban-beban

5. Mistar atau penggaris.

III. Teori

Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama

disebut gerak periodik. Gerak periodic sering juga disebut

gerak harmonic atau gerak osilasi ( vibrasi). Disekitar kita

banyak sekali gerak osilasi,misalnya osilasi roda,keseimbangan

arloji, shok absorber pada kendaraan mobil / motor, atom d

alam molekul atau dalam krisis zat padat, massa yang diikat

pada pegas dll.

Tinjau system massa benda yang diikat pada pegas seperti pada

gambar dibawah, dimana benda pada suatu saat ketika

pergeserannya dari kedudukan setimbang 0 dinyatakan oleh

koordinat y, massa benda adalah m, dan gaya resultan

yang beraksi hanyalah gaya pengembali elastis – ky.

F= - ky (1)

Page 10: Praktikum Fisika

Dimana :

F = gaya berat (newton)

k = konstanta pegas (N/m)

pertambahan Panjang pegas (meter)

Persamaan ini adalah merupakan hubungan empiris yang

dikenal sebagai Hokum hooke.

Dari hukum Newton II :

Page 11: Praktikum Fisika

Setelah dimanipulasi matematika, maka didapat :

Dimana :

T = waktu periode (detik)

m = massa benda (kg)

k = konstanta pegas (N/m)

IV. Percobaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan semua alat percobaan

2. Menimbang massa beban dan massa pegas

3. Pegas dikaitkan pada statip kemudian diukur panjangnya

sebelum diberikan beban,

4. Beban dikatkan kepegas yang tergantung, dimulai dari beban

terkecil kemudian diukur panjang pegas setelah diberikan

beban, kemudian pegas ditarik sedikit kemudian digetarkan

hingga 10 getaran,

5. Catat waktu menggunakan stop watch,

6. Mengulang langkah ke 4 dengan cara menambahkan beban

dengan cara mengaitkannya pada beban pertama yang telah

tergantung,

7. Mengulang langkah ke 5 dan seterusnya sampai dengan 4

(empat) beban

8. Hasil percobaan dicatat dalam table.

Page 12: Praktikum Fisika

VII. Pengolahan Data

Dari percobaan diperoleh data seperti dibawah ini.

Tabel 1. Massa Beban

No Massa Beban (Gram)

Massa Beban (Kg)

1 176.35 0.1762 155.5 0.1553 111 0.1114 87.5 0.087

Tabel 2. Praktikum Statis

NoMassa Pegas (Gram)

Massa Beban (Kg)

Panjang Pegas (m)

Perpanjangan Pegas (m) (y)

1 27.88 0 0.111 02 27.88 0.1763 27.88 0.0874 27.88 0.1555 27.88

Tabel 3. Praktikum Dinamis

NoMassa Pegas (Gram)

Massa Beban (Kg)

Waktu Getar (m)

Banyak Getaran kali (X)

1 27.88 0.176 10 10.52 27.88 0.155 10 15.53 27.88 0.111 10 18.54 27.88 0.087 10 20.5

Dari hasil kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai

berikut:

1. menghitung besar konstanta pegas k dari hasil kerja ilmiah

statis

2. menghitung besar kanstanta pegas k dari hasil kerja ilmiah

dinamis

3. membuat perbandingan nilai konstanta k statis dan k

dinamis serta kesimpulannya

Page 13: Praktikum Fisika

4. grafik massa beban vs panjang pegas

5. grafik T2 vs k

V.1. Menghitung besar konstanta pegas k dari hasil

kerja ilmiah statis

Rumus yang digunakan menghitung k (konstanta pegas )

statis

Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

No Massa

Pegas

(Gram)

Massa

Beban

(Kg)

Panjang

Pegas

(m)

Perpanjang

an Pegas

(m) (y)

Percepat

an Nilai

9,81

m/det2

Konstanta

Pegas

Statis

-k = m . g

Y

1 27,8 0,1555 0,313

2 27,8 0,331 0,678

3 27,8 0,419 0,86

4 27,8 0,530 1,08

Page 14: Praktikum Fisika

Kesimpulan dari nilai konstanta pegas k statis dan dinamis adalah :

1. nilai konstanta pegas statis bernilai ’–’ (negative) berarti arah

keatas,

2. nilai konstanta pegas dinamis bernilai ’+’ (positive)

berarti arah kebawah

3. semakin besar nilai konstanta pegas maka perpanjangan

pegas emakin kecil

4. semakin kecil nilai konstanta pegas maka pegas akan

semakin panjang tertarik

5. gaya yang bekerja pada pegas yang diberi beban kemudian ditarik

sehingga benda atau massa benda yang digantungkan pada

pegas dapat bergerak harmonic dalam keadan setimbang adalah

gaya pemulih / pengembali elastis.

Page 15: Praktikum Fisika

VIII. Kesimpulan Hasil Akhir

Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan

bahwa:

1. Gerak harmonic atau Osilasi adalah gerak bolak – balik

benda disekitar suatu

titik setimbang dengan lintasan yang sama secara periodic

(berulang dalam rentang waktu yang sama). Seperti apabila

pegas diberikan beban dengan massa tertentu kemudian

ditarik dan dibiarkan bergerak berulang – ulang pada

Page 16: Praktikum Fisika

suatu siklus tertentu ( gerak harmonic)

2. Gerak ini terjadi karena benda memiliki posisi

kesetimbangan stabil dan

sebuah gaya pemulih atau torsi yang bekerja jika benda

benda tersebut

dipindahkan dari kesetimbangannya.

3. Konstanta pegas bernilai negative “-“ menunjukkan bahwa

gaya pegas (gaya pemulih atau restoring force) memiliki

arah yang berlawanan dengan simpangan benda

4. periode Osilasi (T) adalah waktu yang diperlukan benda

(system) untuk melakukan satu kali osilasi penuh (satu

siklus)

5. Frekuensi Osilasi (f) merupakan banyaknya osilasi yang

dilakukan oleh benda (system) dalam satu satuan waktu,

6. semakin besasr nilai konstanta pegas maka perpanjangan

pegas semakin kecil

7. semakin kecil nilai konstanta pegaas maka pegas akan

semakin panjang tertarik

Page 17: Praktikum Fisika

PRAKTIKUM FISIKA DASAR III (FD-3)

Menentukan Nilai Kapasitas Panas Jenis Spesifik Dari Cairan Dengan

Metode

Pendingin

I. Tujuan Praktikum

1.Mengetahui prinsip- prinsip azaz black,

2.Menentukan nilai kapasitas panas jenis spesifik cairan

II. Alat – alat yang diperlukan

1. kalori meter

2. isolator kalor

3. gelas ukur

4. thermometer

5. pengaduk

Page 18: Praktikum Fisika

6. timbangan

7. zat cair ( air,minyak tanah)

8. stop wach

9. kaki tiga

III. Teori

Kapasitas panas jenis suatu cairan dapat ditentukan dengan

menggunakan alat kolori meter,yang mana nilai tersebut dapat

dihitung dengan memanfaatkan prinsip – prinsip azaz black yaitu:

1. Jika dua buah benda yang berbeda suhunya saling didekatkan

sehingga terjadi kontak termis, maka setelah terjadi

kesetimbangan termis, susu kedua benda akan sama (Tawal = Takhir)

2. Kesetimbangan termis tercapai bila jumlah kalor yang terima

sama dengan jumlah kalor yang lepas/ diberikan (Qawal = Qakhir)

Page 19: Praktikum Fisika

Pada percobaan ini menggunakan metode pendinginan, dimana cairan

yang dipergunakan ditempatkan pada kalori meter. Waktu pendinginan

zat cair diukur dari sembarang temperature T2 sampai temperature

lainnya T1.

Laju cairan mendingin = laju air mendidih dari T2 ke T1

Jadi : {(m 2 - m 1 )c + m 1 c 1 }(T 2 -T 1 ) = {(m 3 -m 1 )c @ + m 1 c 1 }(T 2 -T 1 )

t1 t2

dimana: m1= massa kalori meter + pengaduk

m2= massa kalori meter + pengaduk + cair

m3= massa kolori meter + pengaduk + air

Ct = kapasitas panas jenis spesifik tembaga

(0,39 J/groK)

Cw= kapasitas panas jenis spesifik air ( 4,2 J/

gr0K)

C = kapasitas panas jenis spesifik cairan

( dihitung)

IV. Percobaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan

langkah – langkah sebagai berikut:

1. mempersiapkan alat percobaan

2. memanaskan minyak tanah sebanyak 100ml didalam gelas ukur

hingga mencapai suhu 500c,

3. menimbang kalori meter dan pengaduk kemudian dimasukkan

kedalam isolator panas

Page 20: Praktikum Fisika

4. tuang minyak panas kedalam kalori meter

5. mengukur temperature minyak panas setiap menit menggunakan

thermometer serta mencatat waktu menggunakan stop watch,

hingga suhu 300c

6. menimbang kalori meter bersama minyak didalamnya.

7. hasil percobaan dicatat dalam table

8. percobaan selanjutnya menggunakan air yang dipanaskan dengan

langkah seperti diatas.

PRAKTIKUM FISIKA DASAR IV (FD-4)

Menentukan Besar Kuat Medan Mangnet Kawat Yang Dialiri

Arus Listrik Di Suatu Titik

I. Tujuan Praktikum

1.Menganalisa adanya medan mangnet disekitar kawat berarus

listrik,

Page 21: Praktikum Fisika

2.Menentukan besar kuat medan magnet disuatu titik,

3.Memahami prinsip –prinsip teori Oersted dan Biot-Savart

4.Menyelidiki arah medan magnet disekitar kawat yang dialiri

arus listrik,

II. Alat- alat yang diperlukan

1.catu daya

2.kabel – kabel

3.papan rangkaian

4.kompas

5.volt meter

6.multitester

III. Teori

Pada tahun 1820 seorang ilmuwan Denmark bernama Hand

Cristian Oersted pertama kali mengamati hubungan antara

kelistrikan dan kemagnetan, ketika melakukan percobaan yang

menunjukkan bahwa jarum kompas dibelokkan oleh aliran listrik.

Biot dan savart adalah orang yang pertama mengembangkan

teori oersted untuk menyelidiki besarnya induksi mangnetic yang

ditimbulkan oleh penghantar berarus listrik.hasil pengamatan

menunjukkan bahwa kontribusi induksi mangnetic dB pada suatu

titik P berjarak r dan bersudut 0 terhadap elemen penghantar dl

yang dialiri arus I seperti gambar dibawah adalah sebagai

berikut:

a) sebanding dengan kuat arus listrik I,

Page 22: Praktikum Fisika

b) sebanding dengan elemen panjang elemen

penghantar,

c) sebanding dengan sinus sudut apit 0 antara arah

arus pada dl dengan garis hubung titik P dengan

dl.

Besar induksi mangnetik disekitar kawat penghantar lurus

berarus yang sangat panjang adalah:

B=

Dimana:

I = kuat arus listrik (amper)

a = jarak antar kawat dan titik P (meter)

B = kuat medan magnet ( tesla)

IV. Percobaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah

langkah sebagai berikut:

1. mempersiapkan senua alat percobaan,

2. letakkan kompas diatas panel,

Page 23: Praktikum Fisika

3. dalam kondisi catu daya off kabel penghubung negative (-)

dari catu daya disambungkan kepapan rangkaian,

4. kabel penghubung positive dari catu daya dihubungkan ke

ampere meter dan kabel keluar dari ampere meter

dihubungkan dengan seutas kawat penghantar serta satu sisi

kawat penghantar dihubungkan dengan kabel positive dari

papan panel

5. kawat penghantar tersebut diletakkan melintasi tengah –

tengah kompas,

6. posisi catu daya volt DC, kemudian tekan tombol On

7. perhatikan arah dan besar pembelokan dari jarum kompas,

8. hasil percobaan dicatat dalam table,

V. Pengolahan Data

Dari hasil percobaan diperoleh data seperti dibawah ini.

Page 24: Praktikum Fisika

Dari kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai

berikut:

1. menghitung besarnya B untuk berbagai tegangan

2. grafik I vs B

3. grafik I vs 0 (simpangan)

V.1. Besar ‘B’ untuk berbagai tegangan

Rumus yang digunakan menghitung B (kuat medan magnet)

V.2. Grafik I vs B

Tidak dapat ditunjukkan hanya 1 (satu) kali praktikum karena

alat overload

Page 25: Praktikum Fisika

V.3. Grafik I vs 0 ( simpangan)

Tidak dapat ditunjukkan hanya 1 (satu) kali praktikum karena

alat overload

VI. Kesimpulan Hasil Akhir

Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa:

- arus listrik dapat menyebabkan medan magnet.

- H.C. Oersted/ A. Ampere – jarum kompas disimpangkan

oleh kawat berarus.

- M. faraday – magnet yang digerak didekati loop dapat

menghasilkan arus listrik dalam loop.

Gambar 2. Medan magnet disekitar kawat berarus

Gambar 2. di atas tampak jarum kompas diletakkan dibawah

kawat penghantar. Saat saklar terbuka , pada kawat tidak ada

arus listrik yang mengalir dan jarum kompas pada posisi sejajar

dengan kawat. Apa bila saklar ditutup sehingga arus mengalir

Page 26: Praktikum Fisika

pada kawat penghantar,maka jarum kompas menyimpang.

Simpangan jarum kompas tergantung arah arus pada kawat dan

letaknya. Dari percobaan ini Hans Cristian Oersted (1777-1851

orang Denmark) menyimpulkan bahwa ”disekitar penghantar

berarus listrik timbul medan magnet”

Page 27: Praktikum Fisika

Gambar 3. Arah Medan magnet

Medan magnet disekitar penghantar lurus berarus listrik

berbentuk lingkaran sepusat dengan penghantar itu sebagai

pusatnya. Untuk menentukan arah medan magnet dapat

digunakan aturan tangan kanan. Arah medan magnet disekitar

penghantar berarus listrik dapat dilihat pada gambar 3 diatas.

Page 28: Praktikum Fisika

PRAKTIKUM FISIKA DASAR (FD-5)

Hukum ohm dan Hambatan Listrik

I. Tujuan Pratikum

1. menyelidiki hubungan antara tegangan arus dan hambatan

listrik,

2. menghitung besar hambatan,tegangan dan arus listrik

3. memahami konsep dasar hokum Ohm

II. Alat – alat yang diperlukan

1. catu daya

Page 29: Praktikum Fisika

2. kabel –kabel

3. papan rangkaian

4. sakelar

5. ampere meter

6. volt meter

7. hambatan tetap

III. Teori

Arus listrik mengalir diantara dua buah titik penghantar jika ada

beda potensia diantara dua titik tersebut. Bagaimanakah

hubungan antara kuat arus yang melalui penghantar tersebut

dan beda potensial antara ujung – ujung penghantar tersebut.

Adalah George Simom Ohm yang menyelidiki hubungan antara

kuat arus listrik dengan beda potensial pada tahun 1826. dari

percobaan Ohm, dapat disimpulkan bahwa beda potensial atau

tegangan (V) dan kuat arus (I) secara matematis terdapat

hubungan yang dinyatakan dengan:

Page 30: Praktikum Fisika

Nilai konstanta dapat disebut sebagai hambatan listrik yang

diberi nama Ohm dilambangkan R. jadi persamaan (1) diatas

dapat ditulis:

R= V

I

Damana : R= hambatan listrik

V= beda potensial listrik ( volt)

I= kuat arus listrik (amper)

Dapat didefinisikan bahwa “sebuah konduktor memiliki

hambatan 1 ohm, jika arus listrik dengan kuat arus 1 amper

mengalir melalui konduktor ketika beda potensial 1 volt

diberikan pada ujung – ujung konduktor”

IV. Percobaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah –

langkah sebagai berikut:

1. mempersiapkan semua alat percobaan

2. menghubungkan arus negative (-) dari catu daya ke amper

meter,

3. hubungkan kabel amper meter ke resistor,

4. sisi satu resistor dihubungkan dengan volt meter,

Page 31: Praktikum Fisika

5. arus positive (+) dari catu daya dihubungkan dengan volt

meter,

6. atur posisi catu daya pada voltage 3 volt, kemudian tekan

tombol on,

7. perhatikan besar hambatan pada amper meter dan voltage

pada volt meter

8. hasil percobaan dicatat pada table,

9. percobaan dilakukan dengan mengganti resistor seperti

urutan diatas serta menambah voltage pada catu daya,

10. percobaan dilaksanakan pada hubungan seri dan pararel,

V. Pengolahan Data

Dari hasil percobaan diperoleh data seperti dibawah ini.

Page 32: Praktikum Fisika

Dari hasil kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai

berikut:

1. menghitung besarnya nilai hambatan R1 dan R2 serta

hubungan serinya, membandingkan nilainya dengan nilai

ynag tertera pada hambatan tersebut dan secara teori pada

hubungan seri.

2. grafik I vs V untuk setip hambatan

3. grafik V vs R untuk setiap hambatan

V.1. Besar nilai hambatan R1, R2 dan r seri

Rumus yang digunakan hambatan R ( resistor )

Page 33: Praktikum Fisika

- semakin besar nilai I (kuat arus) maka besar resistor

akan semakin kecil

- semakin besar nilai resistor maka besar I (kuat arus)

akan semakin kecil pula.

- Rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai

resistansi total semakin bessar

- Rangkaian resistor secara pararel akan mengakibatkan

nilai resitansi pengganti semakin kecil

- Dari hokum Ohm diketahui, resistansi berbanding

terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melalui

resistor tersebut.

VI. Kesimpulan Hasil Akhir

Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa:

1. resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan

untuk mambatasi jumlah arus arus yang mengalir dalam satu

rangkaian. Resistor bersifat sesistif dan umumnya terbuat dari

bahan korbon.satuan resistansi dari suatu resistor disebut

Ohm atau dilambangkan dengan.

2. rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai

resistansi total semakin besar.dibawah ini contoh resistor

yang rangkai secara seri.

Page 34: Praktikum Fisika

4. rangkaian resistor secara pararel akan mengakibatkan nilai

resistensi pengganti semakin kecil. Dibawah ini contoh

resistor yang dirangkai secara pararel.

5. dari hokum Ohm diketahui, resistensi berbanding terbalik

dengan jumlah

arus yang mengalir melalui resistor tersebut.

Dimana: V = tegangan dengan satua volt, I = arus dengan

satuan amper,

R = resistansi dengan satuan resistansi P = daya dengan

satuan watt

Page 35: Praktikum Fisika

PRAKTIKUM FISIKA DASAR V ( FD-6)

Menentukan Kekentalan (viscositas) Fluida Dengan Metode Bola Jatuh

I. Tujuan Praktikum

1. Menentukan nilai viscositas (kekentakan) suatu fluida,

2. Memahami konsep dasar hokum stokes,

II. Alat – alat yang diperlukan

1. gelas ukur

2. cairan olie

3. cairan gliserin

4. bola – bola

5. stop watch

6. jangka sorong

7. micrometer

8. meteran

9. timbangan

10. thermometer

III. Teori

Page 36: Praktikum Fisika

Bila suatu fluida yang tidak encer mengalir, maka fluida tersebut

mengalami gesekan antara lapisan – lapisannya yang disebut

aliran laminar.

Gambar diatas diasumsikan sebagai aliran fluida yang viscous

lapisan paling atas akan menarik lapisan – lapisan dibawahnya

dengan gaya F, lapisan yang diatas bergerak dengan kecepatan

V, sementara yang paling bawah dalam keadaan diam V = 0

( shearing stress).

Dimana: F = gaya tarik (Newton)

A= luas panampang (m2)

D= diameter pipa (m)

Pada pengukuran koefisien viscositas ( ) dengan metode bola

jatuh, dimana fluida dalam keadaan statis (diam). Sebuah bola

akan dilepaskan tepat pada permukaan cair (Vo= 0).

Page 37: Praktikum Fisika
Page 38: Praktikum Fisika

IV. Percobaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah –

langkah sebagai berikut.

1. mempersiapkan semua alat percobaan,

2. timbang masing – masing bola

3. ukur diameter masing – masing bola

4. tuangkan gliserin kadalam gelas ukur sebanyak 900 ml,

5. tuangkan olie kedalam gelas ukur sebanyak 900 ml,

6. ukur suhu gliserin dan olie,

7. masukkan bala satu persatu kedalam gliserin maupun olie

serta catat kecepatan bola turun mulai dari permukaan

gliserin maupun olie sampai dengan dasar gelas ukur,

8. hasil percobaan dicatat dalam table,

9. percobaan dilakukan kembali sampai empat bola,

Page 39: Praktikum Fisika

VI. Kesimpulan Hasil Akhir

Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa:

Dilihat dari table kecepatan diatas maka

- olie mempunyai kecepatan lebih tinggi

- olie mempunyai viscositas lebih rendah dibandingkan

dengan gliserin

Page 40: Praktikum Fisika
Page 41: Praktikum Fisika

PRAKTIKUM FISIKA DASAR VIII (FD-8)

Pembiasan Cahaya

I. Tujuan Praktikum

1. menentukan indeks bias zat,

2. menentukan cepat rambat cahaya dalam medium dan

pergeseran sinar,

3. memahami konsep dasar hokum snellius,

II. Alat – alat yang diperlukan

1. kaca plan paralel,

2. sumber cahaya (senter laser)

3. mistar dan busur derajat,

4. alas meja

5. juru penunjuk

6. spidol

III. Teori

Page 42: Praktikum Fisika

Seberkas cahaya datang mengenai bidang batas antara dua

medium (misalnya udara dan kaca), maka cahaya akan

dibelokkan seperti gambar dibawah ini:

Hukum snellius I : sinar datang,sinar bias dan garis normal

terletak pada suatu bidang datar. Ketiganya terletak pada busur

derajat sebagai bidang datar.

Hukum Snellius II : jika sinar datang dari medium kurang rapat

ke medium lebih rapat, maka sinar akan dibelokkan mendekati

garis normal ( gambar 1 diatas ). Jika kebalikannya, sinar datang

dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat,maka sinar

dibelokkan menjahui garis normal ( gambar 2 dibawah)

Persamaan Snellius adalah:

Page 43: Praktikum Fisika

n1.sin i= n2.sin r

sin i = n2

sin r n1

dimana n1 = indeks bias medium 1

n2 = indeks bias medium 2

i = sudut datang

r = sudut bias

jika n1 adalah udara, maka n1 = 1, jadi persamaan (1) diatas

menjadi:

sin i = n2 = n

sin r

untuk kaca plan paralel, terlihat sinar datang masuk melalui

udara, kemudian dibiaskan oleh permukaan kaca pertama,

kemudian merambat didalam kaca dan akhirnya dibiaskan oleh

permukaan lain kaca tersebut.

Page 44: Praktikum Fisika

Maka pergeseran sinar yang keluar dari kaca adalah:

t=d(sin(i-r)/ cos.r)

dimana: t= pergeseran sinar

d= tebal kaca

i= sudut datang

r= sudut bias

apabila cepat rambat gelombang cahaya diudara adalah V1 dan

didalam air adalah V2, maka menurut Huygens berlaku

hubungan:

sin i = V1 = V1 = kons tan

sin r V2 V

jika persamaan (1) disubtitusikan kedalam persamaan (3) maka

didapatkan persamaan:

Page 45: Praktikum Fisika

sin i = V1 = n1

sin r V2 n2

IV. Percobaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dilakukan langkah –

langkah sebagai berikut:

1. mempersiapkan semua alat percobaan

2. menentukan garis normal A dan B

3. ukur ketebalan kaca plan paralel,

4. menggunakan garis segi tiga dengan sudut 30, menggunakan

senter laser cahaya dilewatkan berhimpit dengan penggaris

melewati titik A,

5. menandai titik C dan F, mengukur BC,AC,AC dan C,

6. mengulangi langkah diatas dengan kemiringan sudut yang

berbeda,

7. hasil percobaan dicatat dalam table,

V. Pengolahan Data

Page 46: Praktikum Fisika

Dari hasil kerja ilmiah tersebut akan dilakukan laporan sebagai

berikut:

1. menghitung harga rata – rata dari n dan t

2. perbandingan harga t terukur dengan t menurut perhitungan,

3. membuat kesimpulan eksperimen diatas

4. menghitung kecepatan cahaya dalam medium ( Vudara = 3x 108

m/s)

5. menghitung frekwensi gelombang cahaya

V.1. Besar rata- arata n dan t

Page 47: Praktikum Fisika

VI. Kesimpulan Hasil Akhir

Dari seluruh hasil kerja ilmiah dapat disimpulkan bahwa:

1. jika seberkas cahaya datang dari suatu medium dengan

indeks bias n1 kesuatu kesuatu kaca plan paralel dengan

indeks bias n2 maka sinar keluar akan sejajar dengan sinar

yang masuk I = r dan sinar yang keluar dari kaca planparalel

mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula,

2. indeks bias mutlak (n) suatu medium didefisinikan sebagai

perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa (c)

terhadap cepat rambat cahaya di medium tersebut ( v) .

Page 48: Praktikum Fisika

dalam hal ini indeks bias mutlak kaca plan paralel adalah

1.52m/det sedangkan udara 1m / det,

3. semakin besar sudut datang ( i) terhadap sumbu normal

maka semaakin besar pula sudut biasnya ( r )

4. kecepatan cahaya paling besar adalah diruang hampa ( c =

3x108m / det ) sedangkan kecepatan cahaya didalam suatu

medium selalu lebih kecil dari pada di ruang hampa.

Akibatnya indeks bias mutlak suatu medium n > 1,

5. pada peristiwa pembiasan cahaya, kecepatan dan panjang

gelombang berubah tetapi frekwensi konstan.