praktikum Biologi

21
PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL REPRODUKSI; INFERTILITAS

description

cocok untuk belajar!!

Transcript of praktikum Biologi

PRAKTIKUM BIOLOGI

MODUL REPRODUKSI; INFERTILITAS

Perkembangan sel sperma pada testis manusia

Perkembangan sel telur pada ovarium manusia

Semen Manusia

• Terdiri atas 2 bagian:– Spermatozoa– Plasma semen

Plasma semen yang merupakan sekret kelenjar genital tambahan

SPERMATOZOA

• Spermatozoa dihasilkan oleh testis berupa sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher, ekor dengan panjang 50 . Kepala berbentuk oval (lonjong) berisi nukleus, lebar 2,5-3,5 , panjang 4 -5

• Akrosom, suatu massa yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa, yang merupakan struktur berupa selubung yang menutupi 2/3 daerah kepala spermatozoa. mengandung enzim-enzim akrosin (enzim proteolitik untuk menembus zona pellusida), Hialuronidase (enzim untuk menembus kumulus ooferus), CPE (corona penetrating enzyme, untuk menembus corona radiata)

Struktur Spermatozoa

Analisa SemenUntuk mengetahui apakah seorang pria itu fertil atau infertil dapat diketahui dengan menganalisa semen.

• Semen yang dianalisa harus dari seluruh fraksi ejakulat. • Sebelum dianalisa, seorang pria harus abstinensi/tidak melakukan

hubungan seks 3-7 hari. • Semen diejakulasikan dengan cara masturbasi/ onani dan ditampung

seluruhnya ke dalam botol gelas bermulut lebar yang steril. • Semen dibiarkan dalam temperatur kamar ½ - 1 jam.

Tujuannya agar terjadi likuefaksi (pengenceran pada suhu kamar) plasma semen secara sempurna.

• Pemeriksaan/analisa pertama dilakukan secara makroskopis meliputi pengukuran volume, warna, pH, bau, viskositas (kekentalan) semen.

• Pemeriksaan kemudian dilanjutkan secara mikroskopis.• Satu testis semen diambil dari semen yang terlebih dahulu telah

diencerkan dengan larutan pengencer tertentu dan perbandingan pengenceran kemudian diaduk rata agar homogen.

• Setelah itu diteteskan ke atas bilik hitung (Hemositometer Improved Neubauer) dan setetes lagi ke atas kaca obyek.

• Melalui mikroskop diamati ada tidaknya spermatozoa. • Bila ada, apakah pada umumnya bergerak (motil) semua atau mati

semua. • Bila bergerak, bagaimana kualitas pergerakannya cepat, lambat, atau

bergerak ditempat. • Kemudian jumlah spermatozoa seluruhnya/ ejakulat dihitung dengan

cara menaksir jumlah spermatozoa dalam beberapa kamar hitung dan berapa spermatozoa yang bergerak dan spermatozoa yang diam tidak bergerak.

Kriteria spermatozoa seseorang berdasarkan volume semen adalah :• Aspermia : jika tidak ada spermatozoa dan tidak ada plasma

semen, volume 0 ml.• Hypospermia : < 1 ml• Normospermia : 1 – 6 ml• Hyperspermia : > 6 ml

volume semen normal yang normal : 2 – 5 ml.• Jika tidak ada satupun spermatozoa dalam semen diklasifikasikan sebagai

Azoospermia. • Hasil pemeriksaan semen seseorang termasuk Hypospermia disebabkan oleh

beberapa hal, antara lain : sampel tumpah – kesalahan teknis gangguan patologis dan genesis pada organ genitalia vesicula seminalis tidak berfungsi gangguan hormonal / radang kelenjar.

• Hyperspermia : abstinensi terlalu lama dan kelenjar genitalia tambahan over aktif.

Warna• - warna normal : putih keruh/putih-kelabu

seperti lem kanji.• - Warna putih kekuningan : lama abstinensi,

ada leukosit karena infeksi pada organ genitalia, minum antibiotika

pH• - pH normal : 7,2 – 7,8 (basa lemah)• - pH > 8 : terjadi radang akut pada kelenjar genitalia tambahan

atau epididymis• - pH < 7,2 : gangguan pada vesicula seminalis/ductus

ejaculatorius.• - PH semen berubah dalam 1 jam sesudah ejakulasi harus

diukur cepat (sebelum 1 jam sesudah ejakulasi).Bau • - Bau yang normal : khas seperti bau bunga akasia.• - Bau busuk : infeksi

Viskositas (kekentalan) - normal : tidak lagi berupa cairan yang kental dan membentuk benang

koagulum yang panjang (3 – 5 cm). - Secara sederhana dapat diketahui dengan mencelupkan batang

pengaduk dari kaca ke obyek gelas yang sudah ditetesi semen, lalu diangkat pelan, dan diukur tinggi benang koagulum yang terjadi antara batang kaca dengan obyek glass, sampai batas putus.

- Viskositas normal, jika panjang benang yang terjadi 3 – 5 cm. - Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) enzim likuefaksi dari

prostat kurang berfungsi. - Terlalu encer (panjang benang < 3 cm) zat koagulasi yang dihasilkan oleh

vesicula seminalis terlalu sedikit atau enzim likuefaksi dari prostat terlalu banyak.

• Koagulasi- semen yang normal setelah ejakulasi segera menggumpal.

• Likuefaksi-pengenceran yang normal terjadi pada semen 15 – 20 menit post ejakulasi.

• KecepatanDihitung dengan Hemocytometer, dilihat dengan mikroskop perbesaran 450 X.25 spermatozoa yang bergerak maju dihitung dengan memakai stopwatch, kemudian diambil nilai rata-ratanya.Kecepatan normal 2,5 detik perkotak ukuran dalam obyek (50 m3 ). Jika kecepatan kurang dari 2,5 detik perkotak ukuran berarti spermatozoa kurang mampu berfertilisasi.

Konsentrasi • jumlah spermatozoa/ml semen – dihitung dengan

Hemositometer. Berdasarkan jumlah sperma/ ml semen diklasifikasikan

• Azoospermia : 0 / ml• Oligozoospermia : < 40 juta / ml• Normozoospermia : 40 – 200 juta / ml• Polyzoospermia : > 250 juta / mlMenurut WHO, konsentrasi normal : > 20 juta / ml

MotilitasBerdasarkan motilitasnya diklasifikasikan• Asthenozoospermia : spermatozoa yang lemah sekali gerak majunya.• Necrozoospermia : semua spermatozoa yang diperiksa nampak mati/tidak

bergerak orang tersebut jelas infertil. Kriteria normal (WHO) : jumlah spermatozoa yang bergerak harus diatas

60 % dari jumlah total spermatozoa yang hidup.

25 % spermatozoa yang bergerak tersebut harus termasuk yang bergerak maju, cepat dan lurus.

25 % nya lagi spermatozoa yang bergerak lurus tetapi lambat.Yang bergoyang di tempat tidak boleh lebih dari 10%.

Morfologi• semen diteteskan diatas gelas obyek diwarnai dengan Giemsa

diamati dengan mikroskop perbesaran 1000X. 200 spermatozoa dihitung dan dibedakan spermatozoa normal dan abnormal. Norma l ( kepala oval dan bagian lain juga normal) (Gambar 7).

• Semen dianggap normal jika bentuk kepala oval dan bagian lain normal > 50 % dari jumlah total spermatozoa atau bentuk yang abnormal hanya 30

• Jika bentuk spermatozoa yang abnormal > 40 % disebut Teratozoospermia Intertil.

• Bentuk abnormal disebabkan penyakit alergi , ejakulasi terlalu sering, gangguan pada epidedymis, stress pisik/psikis, gangguan hormonal, gangguan saraf .

A: Normal B: Kepala kecil C: Raksasa G – I : leher dan tubuh abnormal J : ekor kecil K : ekor menggulung L,M: pembentukan badan & kepala abnormal N : Ada sisa Sitoplasma yang masih melekat O : dua ekor P : Kepala, leher dan tubuh ganda

Trims