Praktikum 2 Fixx

34
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN KELARUTAN ELEKTROLIT SECARA KONDUKTOMETRI Disusun Oleh : Kelompok 2 Kelas C 1. Adisty Caesari 0907133150 2. Bona Tua 0907136116 3. Ella Melyna 0907114082 4. Rahmat Afandi 0907114257

description

pengetahuan

Transcript of Praktikum 2 Fixx

Page 1: Praktikum 2 Fixx

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN KELARUTAN ELEKTROLIT SECARA

KONDUKTOMETRI

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Kelas C

1. Adisty Caesari 0907133150

2. Bona Tua 0907136116

3. Ella Melyna 0907114082

4. Rahmat Afandi 0907114257

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS RIAU

2011

Page 2: Praktikum 2 Fixx

BAB I

TEORI

1.1. Hantaran Larutan

Penghantar listrik merupakan fenomena transport, yakni perpindahan

sesuatu yang bermuatan (baik dalam bentuk elektron maupun ion) melalui sistem.

Oleh karena itu, hukum atau persamaan yang berlaku untuk penghantar logam

juga berlaku untuk penghantar yang lainya termasuk elektrolit.

I=∆ ǿ/R...........................................................................(1.1)

Persamaan (1.1) dikenal sebagai hukum ohm. Pada persamaan tersebut, I

merupakan kuat arus yang mengalir melalui medium (konduktor), ∆ ǿ beda

potensial listrik sepanjang medium dan R tahanan dari medium. Dalam sistem SI,

kuat arus dinyatakan dalam ampere (A), perbedaan potensial dalam volt (v) dan

tahanan dalam ohm (Ω). Tahanan sepanjang medium bergantung pada ukuran dari

konduktor. Untuk konduktor dengan luas penampang yang sama:

R=pl/A............................................................................(1.2)

Dimana:

l =panjang (cm)

A= luas penampang (cm)

p= tahanan jenis (cm)

R= tahanan dari medium ohm (Ω)

Tahanan jenis merupakan sifat khas dari zat penyusun konduktor. Kebalikan dari

tahanan adalah hantaran, l dan kebalikan dari tahanan jenis adalah jenis atau daya

hantar jenis, dari symbol huruf Yunani , k (dibaca: kappa).

1.2. Daya Hantaran (k)

Tahanan (R) dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjang

(l) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Jika R dinyatakan dalam

ohm (Ώ), l dalam meter (m) dan A dalam m2 maka satuan dari ρ adalah Ώ m,

sedangkan 1/ ρ adalah daya hantaran (k ) dengan satuan ohm-1 cm-1 (Ώ cm-1).

Page 3: Praktikum 2 Fixx

1L = ……………………………………..………(1.3)

R

L = Ls A ……………………………………….(1.4) l

Dimana,L= daya hantar (mho)

Ls= daya hantaran jenis (mho/cm)

A = luas penampang bahan, luas elektroda (cm2)

l = panjang bahan, jarak antar elektroda (cm)

Mekanisme Penghantar Listrik

Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan

perpindahan elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang

lebih rendah. Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam,

penghantaran berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui

penghantar dengan pengaruh dari potensial yang di terapkan. Dalam hal ini atom-

atom penyusun penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada

penghantar elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-

garam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif

maupun negatif menuju elektroda-elektroda.

Mekanisme elektrolisis bahwa elektron masuk dan keluar dari larutan

terjadi melalui perubahan kimia pada elektroda-elektrodanya.

Pengukuran hantaran jenis larutan

Hantaran jenis larutan tidak dapat diukur langsung, yang dapat diukur

langsung adalah tahanan dari suatu larutan elektrolit. Selanjutnya hantaran jenis

dapat digunakan dengan menggunakan persamaan (1.5).

Ls = L l ................................................................(1.5) A

Tahanan (R) dari suatu larutan elektrolit tidak dapat diukur dengan baik jika

digunakan arus searah, karena akan terjadi peristiwa, karena akan terjadi

elektrolisis yang mengakibatkan perubahan konsentrasi elektrolit dan

Page 4: Praktikum 2 Fixx

penumpukan hasil elektrolisis pada elektroda akan mengubah tahanan larutan.

Untuk menghilangkan hal tersebut digunakan arus bolak-balik. Elektroda yang

digunakan adalah platina yang dilapisi platina hitam (Nugroho, 2010).

Untuk memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan

hantaran tinggi diperlukan suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi. Suatu larutan

dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda,

karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang

berbeda. Karena itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik

dari sejumlah tertentu elektrolit, disebut hantaran molar. Dalam hal ini hantaran

dinyatakan dalam bentuk jumlah muatan individual yang diangkut.

Hantaran molar

Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini

tidak biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran dalam suatu larutan

elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai

hantaran jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda

mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran

kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, di definisikan

hantaran molar (A).

Dengan C konsentrasi elektrolit (perhatikan bahwa hantaran molar bukan

hantaran jenis per mol), melainkan hantaran jenis persatuan konsentrasi molar.

Dapat dilihat dari persamaan (1.6) :

A = Ls ........................................................................

(1.6)

C

C = konsentrasi molar zat terlarut (mol dm-3 )

Ls = daya hantaran jenis (S m-1 )

A = hantaran molar(S m-1 )

Kebergantungan Hantaran Molar Terhadap Konsentrasi

Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua, yakni

elektrolit kuat (garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat, klorida) dan

elektrolit lemah (seperti asam asetat dan asam organik lainnya). Elektrolit kuat

Page 5: Praktikum 2 Fixx

mempunyai hantaran molar yang lebih tinggi dan dengan pengenceran mengalami

kenaikan yang tidak terlalu besar. Sedangkan elektrolit lemah mempunyai

hantaran yang jauh lebih rendah pada konsentrasi tinggi, tetapi nilainya meningkat

tajam dengan semakin encernya larutan (Nugroho, 2010).

Untuk elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion, konsentrasi

ionnya berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini terjadi karena

ada antaraksi diantara ion-ion yang mempengaruhi hantaran jenisnya. Interaksi ini

berubah dengan berubahnya konsentrasi.

Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk

semua elektrolit berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-

masing ion dalam larutan bergerak bebas dan tidak bergantung pada ion

pasangannya. Kontribusinya terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada

sifat dari ionnya tersebut. Jadi gaya hantar molar setiap elektrolit pada

pengenceran tak hingga merupakan jumlah dari daya hantar molar ion-ionnya

pada pengenceran tak hingga (Nugroho, 2010).

1.3. Titrasi konduktometri

Pengukuran daya hantar dapat digunakan untuk menentukan titik akhir

titrasi. Sebagai contoh kita tinjau titrasi asam basa. Pertama kita kaji dulu titrasi

asam kuat seperti HCI oleh basa kuat seperti NaOH. Daya hantar H+ dan OH- jauh

lebih besar dari pada kation-kation dan anion-anion lainnya. Sebelum

ditambahkan basa, larutan HCl mengandung banyak ion H+ yang menyebabkan

daya hantar larutan tersebut tinggi. Ketika ditambahkan basa ion H + dari HCl

akan bereaksi dengan OH- dari NaOH membentuk air dan H+ yang bereaksi

digantikan oleh Na (dari basa) yang daya hantarnya lebih rendah. Sehingga daya

larutan turun. Demikian seterusnya sampai penambahan basa mencapai titik

ekivalen. Penambahan basa selanjutnya akan meningkatkan kembali daya hantar

karena larutan sekarang kelebihan Na dan OH- (Nugroho, 2010).

Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mencari konsentrasi asam-

basa secara konduktometri ini dapat dilihat pada persamaan (1.7).

V1 x N1 = V2 x N2 …………………………..………..(1.7)

Page 6: Praktikum 2 Fixx

1.4. Konduktivitas

Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif

yang bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda.

Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tapi kalau kita

anggap semua ion adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya

hanya terdiri dari dua suku, seperti yang ditunjukkan Gambar 1.1.

Pada konduktor logam, hanya elektron valensi saja yang bebas bergerak.

Pada Gambar 1.1 (b) elektron-elektron itu digambarkan bergerak ke kiri.

Konduktivitas di sini hanya mengandung satu suku, yakni hasil kali rapat muatan

elektron-elektron muatan muatan konduksi (ρe) dengan mobilitas (µe) (Sinaga,

2010).

Dalam semikonduktor , seperti germanium dan silikon, konduksi tadi lebih

kompleks. Dalam struktur kristal, setiap atom mempunyai ikatan kovalen dengan

dua atom yang berdekatan. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 (c),

konduktivitas (σ) disini terdiri dari dua suku, satu untuk elektron, lainnya untuk

lubang. Dalam konduktivitas (σ) salah satu kerapatan ρe dan ρh akan jauh

melampaui yang lainnya (Sinaga, 2010).

Gambar 1.1 Konduktivitas (a) cairan atau gas, (b) logam, (c) semi konduktor

(Sumber: Sinaga, 2010)

Konduktivitas Elektrik

Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik

dari larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm3

larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain mendeteksi pengotoran

air karena zeolit atau zat kimia., seperti limbah industri, pengolahan air bersih dan

lain-lain. Karena ada relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi suatu

larutan, maka untuk menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara

Page 7: Praktikum 2 Fixx

mengukur konduktivitas larutan tersebut. Dalam hal itu hubungan antara

konsentrasi dan konduktivitas larutan telah ditentukan (Sinaga, 2010).

Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat

menghantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik

ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan.

Pengukuran konduktivitas suatu larutan dapat dilakukan dengan pengukuran

konsentrasi larutan tersebut, yang dinyatakan dengan persen dari berat, part per

million (ppm) atau satuan lainnya.

Jika harga konduktivitas dari bermacam konsentrasi larutan elektrolit

diketahui, maka untuk menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan

dengan mengalirkan arus melalui larutan dan mengukur resistivitas atau

konduktivitasnya. Gambar 1.2 menunjukkan grafik hubungan antara konduktivitas

dan konsentrasi untuk beberapa jenis larutan pada suhu tertentu.

Gambar 1.2 Grafik Hubungan Konduktivitas dengan Konsentrasi

(Sumber: Sinaga, 2010)

Elemen pertama pada pengukuran konduktivitas listrik berbentuk

konduktivitas sel yang terdiri atas sepasang elektroda yang luas permukaannya

Page 8: Praktikum 2 Fixx

ditetapkan dengan teliti. Konduktivitas yang diukur dengan sel konduktivitas

dinyatakan dengan rumus:

..………………………………………(1.8)

dimana;

k = konduktivitas (mho/cm)

C = konduktansi (mho)

A = Luas elektroda (cm3 )

l = Jarak antara elektroda (cm)

Dari persamaan (1.8) suatu konduktansi dengan nilai 1 mho dapat

dinyatakan sebagai kemampuan hantar dari zat cair yang berukuran luas

penampang 1 cm2 dan jarak 1 cm atau volume zat cair sebesar 1 cm3 untuk arus 1

ampere dengan tegangan 1 volt. Jika arus yang dapat dihantarkan lebih besar lagi,

maka konduktansinya lebih besar pula. Jika pada suatu resistor dialirkan arus yang

membesar, maka tahanan atau resistansinya akan mengecil. Hal ini berarti bahwa

konduktivitas adalah kebalikan dari dari resistansi, mho = 1/ohm (Sinaga, 2010).

Tabel 1.1. Konduktivitas berbagai material

Page 9: Praktikum 2 Fixx

(Sumber: Sinaga, 2010)

Dalam satuan Sistem Internasional (SI), satuan mho diganti dengan

Siemens. Untuk suatu konduktivitas, mho/cm sama dengan mikro siemens per

centimeter (μS/cm). Namun karena pada SI satuan panjang yang digunakan

adalah dalam satuan meter maka satuan konduktivitas adalah mikro siemens per

meter, μS/cm = 100 S/m.

Pada peralatan ukur konduktivitas di industri, luas permukaan elektroda

dapat lebih ataupun kurang dari 1 cm dan jaraknya dapat lebih jauh ataupun lebih

dekat dari 1 cm. Hubungan satuan antara elektroda-elektroda dengan sel

konduktivitas standar disebut dengan konstanta sel (K). Hal itu dapat diturunkan

dengan persamaan :

………………………………………………(1.9)

Page 10: Praktikum 2 Fixx

……………..……………………………

(1.10)

Jarak l dan A besarnya tetap, sehingga l/A merupakan tetapan yang disebut

sebagai konstanta sel. Jika l/A = F, maka C=K/F. F adalah konstanta sel dengan

satuan 1/cm atau cm-1 . Konstanta sel berkisar antara 0,01 sampai 100 untuk sel

konduktivitas.

Untuk konstanta sel tertentu memilliki daerah ukur konduktivitas, seperti

yang tercantum pada tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2. Konstanta sel dan rentang ukur konduktivitas

(Sumber: Sinaga, 2010)

Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik

(Konduktivitas)

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi 2 golongan

yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Perbedaan antara kedua larutan

ini terlihat pada tabel 1.3 berikut :

Page 11: Praktikum 2 Fixx

Tabel 1.3. Perbandingan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

(Sumber: Sinaga, 2010)

Page 12: Praktikum 2 Fixx

BAB II

PERCOBAAN

2.1. Alat-alat yang digunakan

Konduktometri

Gelas kimia

Buret

Statip

Erlenmeyer

Corong

Pipet tetes

2.2. Bahan-bahan yang dipakai

AgNO3 0.1N

NaOH 1N

HCl 1 N

Aquades

2.3. Prosedur percobaan

Persiapan bahan

1) Siapkan larutan NaOH 0.1 N 30 ml dengan cara pengenceran yang

teliti dari larutan induk NaOH 1 N.

2) Siapkan larutan HCl 0.1 N 10 ml engan cara pengenceran yang teliti

dari larutan induk HCl 1 N.

3) Siapkan larutan AgNO3 0.001 N 15 ml dengan pengenceran yang teliti

dari larutan induk AgNO3 0.1 N.

Titrasi asam-basa secara konduktometri

1) Pipet 10 ml HCl 0.1 N kedalam Erlenmeyer, encerkan dengan 100 ml

aquadest.

2) Ukur tahanan larutan HCl dengan mencelupkan elektroda

konduktometri.

3) Titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N.

Page 13: Praktikum 2 Fixx

4) Pada 5 kali penambahan pertama, tiap kali penambahan gunakan 1ml

NaOH, kemudian pada saat 20 kali penambahan selanjutnya, tiap kali

penambahan gunakan 0.5 ml NaOH sampai volum penambahan 15 ml.

Lima kali penambahan selanjutnya, tiap kali penambahan gunakan 1

ml NaOH sampai volum penambahan 20 ml. Setiap kali penambahan

NaOH, ukur tahanannya.

Menentukan kelarutan AgNO3 secara konduktometri

1) Ukur tahanan dari AgNO3 (0.01N) dan aquades.

2) Lakukan pengukuran/percobaan triplo.

2.4. Pengamatan

Titrasi asam-basa secara konduktometri

Sebelum titrasi dan pengukuran tahanan secara konduktometri dimula,

terlebih dahulu diukur tahanan aquades dan HCl, kemudian hasilnya dicatat.

Setelah itu barulah dimulai titrasi HCl dengan NaOH. Pada 10 kali penambahan

pertama, tahanan larutannya diukur, dan data hasil pengukuran selalu menurun

angkanya. Pada penambahan ke-11 data hasil pengukuran tahanan menunjukkan

peningkatan dan terus meningkat sampai pengukuran terakhir.

Kelarutan AgNO3 0.01N secara konduktometri

Pada percobaan ini dilakukan perlakuan secara triplo (pengujian hantaran

sebanyak 3 kali).

Page 14: Praktikum 2 Fixx

BAB III

HASIL DAN DISKUSI

3.1. Hasil

Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri

Setelah percobaan selesai dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Daya hantar (L) Aquades = 1.2 mS = 1.2 mmho

Daya hantar (L) HCl 0.1 N = 1.95 mS = 1.95 mmho

ml NaOH L (mho)

1 0.001781 0.001641 0.001531 0.001261 0.00111

0.5 0.001030.5 0.00080.5 0.000790.5 0.000770.5 0.00070.5 0.000830.5 0.000850.5 0.000880.5 0.000920.5 0.000960.5 0.0010.5 0.001190.5 0.001250.5 0.001260.5 0.001390.5 0.001430.5 0.001460.5 0.001540.5 0.001570.5 0.001631 0.001791 0.001931 0.002161 0.00221 0.00222

Tabel 3.1 Data Konduktivitas yang Diperoleh Setiap Penambahan ml NaOH

Page 15: Praktikum 2 Fixx

Tahanan AgNO3 0.01 N Secara Konduktometri

Pada percobaan ini dilakukan pengujian tahanan terhadap AgNO3 0.01 N

dengan menggunakan alat konduktometer secara triplo (3 kali pengujian), hasil

yang diperoleh sebagai berikut:

Pengujian ke-1 : L=0.46 mS = 0.46 mmho = 0.00046 mho

Pengujian ke-2 : L=0.5 mS = 0.5 mmho = 0.0005 mho

Pengujian ke-3 : L=0.44 mS = 0.44 mmho = 0.00044 mho

3.2. Diskusi

Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri

Dari hasil percobaan yang dilakukan, pada saat penambahan pertama

NaOH, daya hantar yang didapatkan langsung menurun dibandingkan sebelum

penambahan dengan NaOH, begitu seterusnya sampai pada penambahan ke-10.

Pada penambahan NaOH ke-11, daya hantar yang didapatkan langsung meningkat

dan terus meningkat sampai pada penambahan terakhir (penambahan ke-30). Hal

ini sesuai dengan teori “ Daya hantar terus menurun, karena ion H+ diganti ion

Na+ yang yang lebih lambat. Setelah titik ekivalen, kelebihan ion OH- sangat

memperbesar daya hantar”.

Dapat disimpulkan bahwa, titik ekivalen terjadi pada saat penambahan

NaOH yang ke-10 yaitu pada saat penambahan 7.5 ml NaOH.

Konsentrasi Asam-Basa Secara Konduktometri ( C )

Dari percobaan yang telah dilakukan, kita dapat menghitung konsentrasi

HCl selama titrasi berlangsung dan konsentrasi HCl pada titik ekivalen dengan

menggunakan rumus pengenceran pada persamaan (1.7). Untuk data hasil

perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

Dari Tabel 3.3 (dapat dilihat di lampiran) didapatkan konsentrasi HCl

selama proses titrasi berjalan, dan dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi

HCl ( C ) pada titik ekivalen adalah 0.000427 N.

Konstanta Sel Konduktansi, Hantaran jenis, dan Hantaran Molar

Tahanan (R) dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjang

(l) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Suatu larutan dengan

Page 16: Praktikum 2 Fixx

konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda, karena

volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang berbeda.

Adapun untuk mendapatkan nilai hantaran jenis (Ls) dapat digunakan persamaan

(1.5). Setelah mendapatkan nilai Ls, kita bisa mengetahui nilai hantaran molar

dengan menggunakan persamaan (1.6)

Tahanan AgNO3 0.01 N Secara Konduktometri

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan tahanan AgNO3

0.01 N yang diukur secara konduktometri adalah 2142.857143 ohm.

Page 17: Praktikum 2 Fixx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan:

1. Titik ekivalen pada percobaan titrasi HCl 0.1 N oleh NaOH 0.1 N terjadi

pada saat penambahan 7.5 ml NaOH

2. Hantaran = Hantaran jenis, karena nilai konstanta sel konduktansi nya = 1

3. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran

jenis yang berbeda, karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda

mengandung ion yang berbeda.

4. Tahanan AgNO3 0.01N adalah 2142.857143 ohm.

5.2. Saran

Setelah dilakukan praktikum, kami menyarankan supaya semua variabel

yang ada didalam buku penuntun praktikum agar kita bisa mengetahui semua

langkah-langkah percobaan dan mendapatkan hasil yang kita inginkan.

Selanjutnya, kami menyarankan agar larutan yang akan diuji kelarutannya

ditambah jenis larutannya, bukan hanya satu larutan.

Page 18: Praktikum 2 Fixx

BAB VI

JAWABAN PERTANYAAN

1. Kontanta Sel AgNO3 0.01 N

K = 1, karena l = 1 cm dan A = 1 cm2

2. Ls AgNO3 0.01 N dan Ls Aquades

Ls = L, karena K=1

Ls AgNO3 = L AgNO3 = 1/R

= 1/2142.857143 ohm

= 0.0004666 mho/cm

Ls Aquades = Ls Aquades

= 1.2 mmho = 0.0012 mho/cm

3. Lion AgNO3 0.01

Lion = Ls – L air

Lion = 0.0004666 - 0.0012

= -0.0007333334 mho/cm

4. Hantaran ekivalen AgNO3 0.01 N

A = Ls

C

A = 0.0004666 mho/cm

0.01 N

= 0.04666 mho cm2/mol

Page 19: Praktikum 2 Fixx

DAFTAR PUSTAKA

Arief. 2008. Larutan Koloid. (http://arifghokil.wordpress.com/) diakses pada 25

Maret 2011

Nugroho, Arya. 2010. Larutan Elektrolit.

(http://jawigo.blogspot.com/2010/03/larutan-elektrolit.html) diakses pada 24

Maret 2011

Sinaga. 2010. Studi Flowmeter Magnetik.

(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18269/3/Chapter%20II.pdf.)

diakses pada 25 Maret 2011

Yelmida. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Pekanbaru: UNRI Press

Page 20: Praktikum 2 Fixx

LAMPIRAN

Lampiran A. Tabel

Tabel 3.2. Hasil Perhitungan

ml NaOH

∆ml NaOH

L (mho)

R (ohm) V0 (ml)

Vkor (ml) Lkor (mho)

1/L(V0+ml

NaOH)/V0 L*Vkor

1 1 0.00178 561.7977528 10 1.1 0.001958

1 2 0.00164 609.7560976 11 1.090909091 0.001789091

1 3 0.00153 653.5947712 12 1.083333333 0.0016575

1 4 0.00126 793.6507937 13 1.076923077 0.001356923

1 5 0.00111 900.9009009 14 1.071428571 0.001189286

0.5 5.5 0.00103 970.8737864 15 1.033333333 0.001064333

0.5 6 0.0008 1250 15.5 1.032258065 0.000825806

0.5 6.5 0.00079 1265.822785 16 1.03125 0.000814688

0.5 7 0.00077 1298.701299 16.5 1.03030303 0.000793333

0.5 7.5 0.0007 1428.571429 17 1.029411765 0.000720588

0.5 8 0.00083 1204.819277 17.5 1.028571429 0.000853714

0.5 8.5 0.00085 1176.470588 18 1.027777778 0.000873611

0.5 9 0.00088 1136.363636 18.5 1.027027027 0.000903784

0.5 9.5 0.00092 1086.956522 19 1.026315789 0.000944211

0.5 10 0.00096 1041.666667 19.5 1.025641026 0.000984615

0.5 10.5 0.001 1000 20 1.025 0.001025

0.5 11 0.00119 840.3361345 20.5 1.024390244 0.001219024

0.5 11.5 0.00125 800 21 1.023809524 0.001279762

0.5 12 0.00126 793.6507937 21.5 1.023255814 0.001289302

0.5 12.5 0.00139 719.4244604 22 1.022727273 0.001421591

0.5 13 0.00143 699.3006993 22.5 1.022222222 0.001461778

0.5 13.5 0.00146 684.9315068 23 1.02173913 0.001491739

0.5 14 0.00154 649.3506494 23.5 1.021276596 0.001572766

0.5 14.5 0.00157 636.9426752 24 1.020833333 0.001602708

0.5 15 0.00163 613.4969325 24.5 1.020408163 0.001663265

1 16 0.00179 558.6592179 25 1.04 0.0018616

1 17 0.00193 518.134715 26 1.038461538 0.002004231

1 18 0.00216 462.962963 27 1.037037037 0.00224

1 19 0.0022 454.5454545 28 1.035714286 0.002278571

1 20 0.00222 450.4504505 29 1.034482759 0.002296552Tabel 3.3. Konsentrasi HCl

Page 21: Praktikum 2 Fixx

Konsentrasi HCl atau C (N)V

NaOHN

NaOHV

HCl N HCl1 0.1 110 0.0009091 0.1 111 0.0009011 0.1 112 0.0008931 0.1 113 0.0008851 0.1 114 0.000877

0.5 0.1 115 0.0004350.5 0.1 115.5 0.0004330.5 0.1 116 0.0004310.5 0.1 116.5 0.0004290.5 0.1 117 0.0004270.5 0.1 117.5 0.0004260.5 0.1 118 0.0004240.5 0.1 118.5 0.0004220.5 0.1 119 0.000420.5 0.1 119.5 0.0004180.5 0.1 120 0.0004170.5 0.1 120.5 0.0004150.5 0.1 121 0.0004130.5 0.1 121.5 0.0004120.5 0.1 122 0.000410.5 0.1 122.5 0.0004080.5 0.1 123 0.0004070.5 0.1 123.5 0.0004050.5 0.1 124 0.0004030.5 0.1 124.5 0.0004021 0.1 125 0.00081 0.1 126 0.0007941 0.1 127 0.0007871 0.1 128 0.000781

1 0.1 129 0.000775

Tabel 3.4. Konstanta Sel Konduktansi dan Hantaran Molar

N HCl Ls K (mho

Page 22: Praktikum 2 Fixx

(mho/cm)cm2/mol)

Ls*R Ls/C0.0009091 0.00178 1 1.9580.0009009 0.00164 1 1.82040.0008929 0.00153 1 1.71360.000885 0.00126 1 1.42380.0008772 0.00111 1 1.26540.0004348 0.00103 1 2.3690.0004329 0.0008 1 1.8480.000431 0.00079 1 1.83280.0004292 0.00077 1 1.79410.0004274 0.0007 1 1.6380.0004255 0.00083 1 1.95050.0004237 0.00085 1 2.0060.0004219 0.00088 1 2.08560.0004202 0.00092 1 2.18960.0004184 0.00096 1 2.29440.0004167 0.001 1 2.40.0004149 0.00119 1 2.86790.0004132 0.00125 1 3.0250.0004115 0.00126 1 3.06180.0004098 0.00139 1 3.39160.0004082 0.00143 1 3.50350.0004065 0.00146 1 3.59160.0004049 0.00154 1 3.80380.0004032 0.00157 1 3.89360.0004016 0.00163 1 4.0587

0.0008 0.00179 1 2.23750.0007937 0.00193 1 2.43180.0007874 0.00216 1 2.74320.0007813 0.0022 1 2.816

0.0007752 0.00222 1 2.8638

Lampiran B. Kurva Percobaan

Page 23: Praktikum 2 Fixx

Gambar 3.1 Kurva Lkor vs ml NaOH