PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST...
Transcript of PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST...
PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST TERHADAP
TIGA PRINSIP JURNALISME DALAM PERSPEKTIF ANALISIS
NARATIF
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Arita Ambarani
11140510000075A
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ASYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
i
ABSTRAK
Arita Ambarani, 11140510000075, Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The
Post Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif,
dibawah Bimbingan Dr. Rulli Nasrullah, M.Si.
Film merupakan penggabungan antara audio dan visualisasi gambar-gambar
yang memiliki keterkaitan. Film bagian dari media komunikasi untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang ataupun individu. Biasanya
film, memiliki keterkaitan dengan pesan pendidikan, hiburan maupun informasi.
Salah satu film yang mengemas informasi secara apik mengenai fakta perang
Vietnam, adalam film The Post. Film ini merupakan film biografi drama sejarah
Amerika Serikat. Film The Post, ini merupakan karya dari Steven Spielberg dan
Kristie Macosko Krieger.
Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat dua persoalan, yaitu; pertama
bagaimana alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post? Dan prinsip
jurnalisme apa saja yang terdapat dalam film The Post?
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami tentang prinsip jurnalisme dalam
film The Post. Narasi yang digunakan menggunakan naratif Tzvetan Todorof
yakni alur cerita awal, tengah, dan akhir dalam film The Post. Serta untuk
mendeskripsikan peran jurnalis sesuai dengan prinsip jurnalisme dalam fim The
Post.
Model analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model Tvzetan
Todorov. Inti analisis narasi adalah menggabungkan dua dimensi narasi tokoh dan
alur dalam satu kesatuan analisis. Sedangkan metodologi yang peneliti gunakan
ialah kualitatif melalui analisis narasi.
Narasi yang terdapat di dalam film The Post memiliki kaitan dengan
kebebasan pers. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menemukan tiga prinsip
jurnalisme, yakni: kewajiban peran jurnalisme adalah pada kebenaran, para
wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput, dan
jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.
Kata kunci: film the post, analisis naratif model tzvetan todorov, prinsip-
prinsip jurnalisme, wartawan dan masyarakat
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warrahmatullahi Waabarakatu
Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang maha
kuasa pemilik alam semesta, yang maha berkehendak atas segala kehidupan di
muka bumi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The
Post Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif” yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan koreksi dan saran untuk menyempurnakan
skripsi ini agar lenih bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu dengan adanya
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis ingin
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto M,Ed, Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Hj.
Roudhonah, MA Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi,
M.Si Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
2. Kholis Ridho M.Si Ketua Prodi Jurnalistik serta Dra. Hj. Musfirah Nurlaily,
M.A Sekretaris Jurusan yang telah banyak membantu penulis dalam proses
penyelesaian skripsi.
3. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si sebagai dosen pembimbing, yang selalu
membimbing penulis dengan sabar dan memberi motivasi kepada penulis
agar bisa menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan benar. Tidak ada kata
lain yang pantas terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediannya
untuk meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya guna memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis.
iii
4. Terima kasih kepada Dosen Pembimbing Akademik, Ade Masturi, M.A yang
telah memberi masukan kepada penulis.
5. Ucapan terima kasih tiada henti penulis sampaikan kepada ayah dan ibu yang
telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih
sayang serta selalu mendoakan penulis dengan penuh ikhlas, juga
memberikan motivasi kepada penulis.
6. Kepada kakak penulis Anis Setiawati, Ambar Riwayati S.Psi, Anjas Asnar
dan Fitriyadi yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
7. Kepada keluarga besar H. Esno Arsyad terimakasih atas doa dan dukungan
kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini bisa selesai.
8. Terima kasih kepada teman-teman Jurnalistik A angkatan 2014 dan sahabat-
sahabat penulis, Nadia, Sofie, Isrojah dan Ikrimah, atas kritik, saran,
perhatian dan pengertiannya. Terima kasih atas canda, tawa dan sedih yang
kalian beri kepada penulis.
9. Terimakasih kepada Elda dan Inggil yang yang sudah nemenin bimbingan,
ngasih semangat dan doa.
Penulis mendoakan semoga bantuan, dukungan, semangat, perhatian dan
bimbingan dari semua pihak mendapatkan balasan pahala serta rahmat dan berkah
dari Allah SWT.
Akirnya penulis mengucapkan syukur, terimakasih, dan permohonan maaf
apabila selama ini terdapat banyak kesalahan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pihak manapun tanpa terkecuali.
Jakarta, Desember 2018
Arita Ambarani
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
PERYATAAN KEASLIAN
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
ABSTRAK ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Batasan Masalah ............................................................................ 3
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 3
1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
2. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................................ 4
F. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 5
G. Metodologi Penelitian .................................................................... 5
1. Paradigma Penelitian .................................................................. 5
2. Pendekatan Penelitian ................................................................ 6
3. Metode Penelitian....................................................................... 7
4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 7
5. Teknik Analisis Data .................................................................. 8
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 11
A. Film dan Narasi Ideologi ............................................................. 11
B. Karakteristik Film ........................................................................ 13
C. Jenis – jenis film .......................................................................... 14
D. Etika Jurnalisme ........................................................................... 15
v
E. Pers dan Jurnalisme ..................................................................... 25
F. Prinsip Jurnalisme ........................................................................ 27
G. Manajeman Redaksi dalam Pemberitaaan ................................... 30
H. Analisis Naratif ............................................................................ 31
I. Teori Naratif Tzvetan Todorov .................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ................... 39
A. Resensi Film The Post ................................................................. 39
B. Pengenalan Tokoh Utama film The Post ..................................... 42
1. Meryl Louise Streep..................................................................... 43
2. Tom Hanks ................................................................................... 44
BAB IV TEMUAN DATA DALAM FILM THE POST ................... 46
A. Alur awal cerita pada film The Post ............................................ 47
B. Alur tengah cerita pada film The Post ......................................... 48
C. Alur akhir pada cerita pada film The Post ................................... 59
BAB V PEMBAHASAN .................................................................... 61
A. Analisis alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film
The Post. ............................................................................... 61
1. Analisis alur awal pada film The Post ......................................... 61
2. Analisis alur tengah pada film The Post ...................................... 62
3. Analisis alur akhir pada film The Post......................................... 64
B. Prinsip jurnalisme yang terdapat dalam film The Post. ............... 65
C. Interpretasi Penelitian. ............................................................... 113
BAB VI KESIMPULAN..................................................................... 78
A. Kesimpulan .................................................................................. 78
B. Saran ............................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 79
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Struktur Narasi Menurut Sejumlah Ahli ...... 37
Tabel. 4.1 Adegan pertama alur awal.................................................. 47
Tabel. 4.2 Adegan pertama alur tengah .............................................. 49
Tabel. 4.3 Adegan kedua alur tengah .................................................. 50
Tabel. 4.4 Adegan ketiga alur tengah.................................................. 52
Tabel. 4.5 Adegan keempat alur tengah .............................................. 53
Tabel. 4.6 Adegan kelima alur tengah ................................................ 55
Tabel. 4.7 Adegan keenam alur tengah ............................................... 57
Tabel. 4.8 Adegan pertama alur akhir ................................................. 59
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Film ......................................................................... 34
Gambar 2.2 Struktur Narasi Tzvetan Todorov .................................... 36
Gambar 3.1 Halaman depan The Washington Post yang memuat artikel
Pentagon Papers (sumber: pophistorydig.com)................................... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film merupakan bagian dari media massa yang memiliki acuan sebagai
sarana hiburan, edukasi, dan bahkan sarana informasi bagi khalayak yang
menyaksikannya. Pesan-pesan yang dikemas dalam sebuah film, tak jarang
memiliki kedekatan bahkan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Menurut
Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya
yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat
berdasarkan asa sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan
atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan
atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.1
Film juga dapat dikatakan sebagai gabungan pemikiran dan kenyataan sosial
yang dirasakan oleh seseorang, dan pada akhirnya dituangkan kedalam karya
audio visual yang dinamakan dengan film. Film termasuk media komunikasi yang
lahir lebih akhir dibandingkan dengan media cetak. Namun, salah satu film karya
Steven Spielberg, ingin menggambarkan bagaimana kehidupan perusahaan pers
yang dikemas dalam sebuah film.
Steven Spielberg menggandeng Meryl Streep dan Tom Hanks untuk
berperan dalam film The Post. The Post, bercerita mengenai sejarah Amerika
Serikat, yang mana setiap scene film mengadaptasi dari kisah nyata berkaitan
dengan perang Vietnam. The Post merupakan salah satu film buatan Hollywood
yang bergenre biography, drama dan history. Jika dibandingkan dengan film
sebelumnya, yakni film Spotlight (2015) film The Post merupakan film bernuansa
jurnalistik yang menceritakan tentang makalah Petagon yang bocor dan dirilis
oleh dua surat kabar ternama di Amerika Serikat. Sedangkan Spotlight, hanya
menceritakan bagaimana reposter yang sibuk mencari narasumber.
1 Heru Effendy, Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian (Jakarta: Erlangga, 2008),
h. 63-64.
2
Sebagai sutradara, Steven Spielberg mencoba menggambarkan bagaimana
riuhnya ruang redaksi, rapat reporter, proses editing, hingga bagaimana
menyususn satu persatu panel huruf hingga proses pencetakan surat kabar.
Sebagai gambaran bagaimana kerja perusahaan pers dan peran jurnalis
didalamnya. Selama rilis The Post, mampu mencapai $174,466,835, melebihi
anggaran produksi film $50 juta. Sehingga The Post menempati posisi ke-20 di
box office. Selain itu film berdurasi 116 menit ini, mampu memenangkan dua
nominasi di ajang Oscar tahun 2018 untuk kategori film terbaik dan aktris terbaik.
Bahkan The Post, mendapat enam nominasi di Golden Globes 2018 dan dipilih
sebagai Film Terbaik 2017 oleh National Board of Review.
Berkaitan dengan perusahaan pers dan peran jurnalis, yang digambarkan
dalam film The Post. Jurnalis dituntut untuk professional, sehingga ia dapat
melakukan tugas sesuai koridor etik, produknya sesuai dengan harapan pemangku
kepentingan (atasan, audiens, narasumber). Tidak boleh ada kesan berat sebelah,
terlalu melebih-lebihkan, atau bahkan memunculkan unsur opini di dalamnya.
Karena apabila tidak sesuai dengan aturan yang ada, akan menimbulkan rasa
ketidak-berimbangan pada masyarakat. Sebab itulah dibutuhkan sebuah prinsip
matang terhadap jurnalis. Apakah ia sanggup untuk menyuguhkan informasi
sesuai dengan fakta atau sebaliknya. Isi media selalu dipengaruhi oleh faktor
inside dan outside organisasi media itu sendiri, salah satunya adalah pemerintah.
Pemerintah mempunyai kekuasaan untuk menjadikan media sebagai alat untuk
menyampaikan ideologi mereka, terkadang dibumbuhi dengan kebohongan
dengan dalil untuk menjaga stabilitas negara.
Film ini penting untuk diteliti karena film ini menceritakan bagaimana peran
jurnalis dalam merilis sebuah berita. Serta film ini pernah mendapat penghargaan
dalam ajang bergengsi. Sebab itulah peneliti tertarik untuk membahas penelitian
ini dengan judul Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The Post Terhadap Tiga
Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif. Peneliti tertarik karena,
dalam film The Post terdapat scene-scene yang menggambarkan bagaimana peran
jurnalis dan media pemberitaan dalam mempublikasikan karya jurnalistiknya.
3
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada setiap narasi adegan dan teks
dialog yang berhubungan dengan empat prinsip jurnalisme yang ditampilkan
dalam alur awal, tengah dan akhir pada film The Post.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang ada, maka peneliti
mencoba merumuskan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post?
2. Prinsip jurnalisme apa saja yang terdapat dalam film The Post?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan ingin mendalami tentang prinsip jurnalisme
dalam film The Post. Narasi yang digunakan menggunakan naratif Tzvetan
Todorof yakni alur cerita awal, tengah, dan akhir dalam film The Post. Serta
untuk mendeskripsikan peran jurnalis sesuai dengan prinsip jurnalisme
dalam fim The Post.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini
adalah:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah subangsih ilmiah dalam
studi naratif yang menggunakan model Tzvetan Todorov yang
mana dilihat dari alur awal, tengah dan akhir pada sebuah film.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bahwa film dapat menyampaikan pesan positif ataupun negative
sesuai dengan kepentingan penulisan naskah.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk memahami dan
menambah pengetahuan seputar peran jurnalis sesuai dengan
kaidah prinsip jurnalisme dalam ranah pers. Diharapkan penelitian
ini dapat menjadi rujukan atau pedoman bagi peneliti lainnya baik
4
di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta maupun perguruan tinggi lainnya.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam sebuah tinjauan pustaka, peneliti akan mengawali dengan penelitian
sejenis yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti. Dengan demikian, peneliti akan mendapatkan sebuah rujukan
pendukung, pelengkap, pembanding, dan memberikan gambaran awal mengenai
kajian yang terkait dalam penelitian ini.
Berikut adalah penelitian sejenis yang peneliti temukan tentang kajian yang
sesuai dengan apa yang peneliti angkat:
1. Skripsi dengan judul “Konflik Identitas Peran Muslimah Dalam Keluarga
(Analisis Pada Film Hijab Karya Hanung Bramantyo)” yang ditulis oleh
Ahmad Sahroji. Skripsi ini menggunakan pendekatan model analisis naratif
Tzvetan Todorov. Penelitian ini berbeda dari penelitian yang diambil
peneliti sebab pada penelitian yang ditulis oleh Ahmad Sahroji lebih
menekankan kepada peran muslimah sedangkan pada penelitian ini
peneliti penekankan kepada peran jurnalis dalam prinsip jurnalisme.
2. Skripsi dengan judul “Analisis Naratif Peran Bapak Dalam Film Sabtu
Bersama Bapak” yang ditulis oleh Rusnawati Sani. Skripsi ini sama
halnya dengan skripsi sebelumnya yang sama-sama menggunakan
analisis naratif Tzvetan Todorov. Namun skripsi ini lebih menekankan
kepada peran seorang bapak.
Jika dilihat sejauh ini, penelitian tentang film The Post belum ada sama
sekali. Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian film The Post, dengan
menggunakan analisis naratif Tzvetan Todorov merupakan penelitian pertama.
Sebab belum ada sama sekali yang menjadikan penelitian ini sebagai tema riset.
5
F. Kerangka Pemikiran
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma
konstruktivis memandang bahwa realitas sosial adalah hasil dari konstruksi
sosial. Konstruktivisme menolak pandangan positivis yang berpendapat
bahwa komunikasi merupakan proses sebab akibat. Menurut Yerby yang
dikutip oleh West dan Turner (2008:55), paradigma konstruktivisme
menyatakan bahwa individu secara berkala menciptakan struktur sosial
melalui aksi dan interaksi mereka. Karenanya, tidak terdapat kebenaran
abstrak atau realitas karena realitas ada hanya ketika orang yang
menciptakannya secara bersama-sama.
Penggunaan paradigma ini dimaksudkan untuk menjelaskan realitas
yang diciptakan oleh individu. Istilah konstruksi merupakan buah pemikiran
Praktik Verifikasi Berita Dalam Film
The Post
Teori Naratif Tzvetan Todorov
Alur Awal
Alur Tengah
Alur Akhir
Prinsip-Prinsip Jurnalisme Tiga Prinsip-prinsip
Jurnalisme
Kualitatif Analisis Deskriptif
6
dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Ia menggambarkan proses sosial
merupakan hasil dari tindakan dan interaksi dimana individu sebagai
makhluk kreatif menciptakan terus menerus suatu realitas.2
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti ingin
menekankan pada makna, penalaran, defenisi, suatu defenisi tertentu, lebih
banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan sehari-hari. Menurut
Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah salah satu jenis penelitian
yang proses penelitiannya menghasilkan data deskriptif dari sesuatu yang
diteliti.3 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode
observasi, wawancara (interview), analisis isi, dan metode pengumpul data
lainnya untuk menyajikan respons - respons dan perilaku subjek.4
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia.
Penelitian ini mengkaji film the post terhadap empat prinsip
jurnalisme dalam perspektif analisis naratif model Tzvetan Todorov. Oleh
karena itu, Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan penelitian bersifat deskriptif, yakni penelitian
yang memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual yang terjadi
didalam ruang lingkupan yang akan diteliti.
Penelitian kualitatif lebih medasarkan diri pada hal-hal yang bersifat
diskursif (transkip, memo, catatan lapangan, dokumen, hasil wawancara).
Sedangkan materi yang bersifat nondiskursif (foto, musik, arsitektur
bangunan, patung, candi) biasanya dikonversikan dalam bentuk narasi yang
bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian
disimpulkan.5 Penelitian kualitatif juga menekankan pada struktur yang
terjadi secara natural dari realitas, hubungan yang erat antara peneliti dan
2 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Masaa. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), h. 12. 3 Amirul Hadi dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia,
1998), h, 56. 4 Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2012), h. 40.
5 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007),
h. 37.
7
apa yang diteliti, dan faktor-faktor yang menimbulkan pertanyaan.
Kemudian mereka mencari jawaban dari pertanyaan yang menekankan
bagaimana pengalaman sosial didapatkan dan tergali makna nya.6
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode naratif model
Tzvetan Todorov, dimana menurutnya narasi adalah apa yang dikatakan,
oleh karena itu mempunyai urutan kronologi, motif, plot, dan hubungan
sebab akibat dari suatu peristiwa.7 Analisis naratif Tzvetan Todorov ini akan
menggambarkan alur cerita awal, tengah dan akhir dengan cermat sehingga
dapat membantu penulis menggambarkan cerita dalam film The Post.
4. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan objek, tujuan dan masalah yang akan di teliti, penelitian
ini mempunyai teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis salah satunya
dengan teknik dokumentasi. Dokumentasi yang menjadi acuan awal
penelitian ini adalah materi film The Post yang rilis pada awal tahun
2018. Selain itu peneliti juga mencari refrensi lain berupa artikel,
buku-buku, dan lain sebagainnya yang berkaitan dengan penelitian
yang nantinya dapat mempermudah peneliti dalam menyusun hasil
penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Peneliti melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku-buku
yang berkaitan dengan jurnalistik, pers, analisis naratif, komunikasi,
film, dan media massa serta hasil-hasil dari penelitian yang
sebelumnya yang juga menggunakan analisis naratif Tzvetan
Todorov dalam mengkaji film.
6 Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln, The Handbook of Qualitative Research,
(London: Sage Publications Inc, 2000), h. 8 7 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2001), h.
46.
8
5. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data
kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung,
bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Penyajian Data
Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan mendisplay
data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut. Sebagai salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.
Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan
lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di
9
lapangan.8 Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat
digunakan untuk mengambil tindakan.9
Terkait dengan pemaparan ketiga teknik analisis data. dapat
disimpulkan ketika data terkumpul, kemudian peneliti mengklasifikasikan
sesuai dengan pertanyaan yang terapat pada rumusan masalah. Kemudian,
peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisas
naratif Tzvetan Todorov dengan mengusung konsep awal, tengah dan
akhir.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini menghasilkan karya yang sistematis, maka peneliti
menyusunnya sebagai berikut:
BAB I: Dalam bab ini peneliti menguraikan pendahuluan dan memaparkan
tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
paradigma penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, metode analisis data dan sistematika penulisan.
BAB II: Pada bagian ini, peneliti menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan film,
pers dan jurnalisme, prinsip jurnalisme, dan analisis naratif Tzvetan
Todorov.
BAB III: Bagian ini membahas mengenai gambaran umum dan latar belakang
penelitian.
BAB IV: Bab ini merupakan inti dari penelitian yang akan membahas mengenai
data dan temuan penelitian.
Bab V: Peneliti akan menguraikan hasil temuan data yang dikaitkan dengan latar
belakang, teori.
BAB VI: Pada bagian ini peneliti akan menguraikan terkait dengan simpulan,
implikasi dan saran sehingga memiliki manfaat secara praktis pula.
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013) Cet 18, h.
243-252. 9 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007),
h. 104.
10
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Film dan Narasi Ideologi
Film adalah rangkaian imaji fotografi yang diproyeksikan ke layar dalam
sebuah ruang gelap. Definisi ini merupakan sebuah penjelasan awal atas
fenomena gambar bergerak dalam bioskop.1 Selain itu film dapat dijelaskan
sebagai media massa yang memiliki acuan sebagai sarana hiburan, edukasi, dan
informasi bagi khalayak yang menyaksikannya. Pesan-pesan yang terkandung di
dalam sebuah film, tak jarang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.
Menurut beberapa sumber, film dapat diartikan sebagai:
Menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1992 tentang
perfilman pada bab satu pasal satu, film adalah karya cipta seni dan budaya yang
merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan
asa sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan atau bahan
hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui
proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,
yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,
elektronik, dan lainnya.2
Menurut Arifin, film sebagai media publik yang bersifat audio visual,
memiliki kekuatan yang besar dalam memengaruhi khalayak atau publik.
Gambar hidup yang disajikan oleh film mempunyai kecenderungan umum yang
unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.3
Menurut Fritz Hippler, film mampu menimbulkan dampak psikologis dan
propagandistik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak
melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual sehingga lebih
1 Fatimah Rusmawati, Ratih Hasanah Sudrajat, “Kasih Sayang Ayah Dalam Film (Analisis
Naratif Film Miracle In Cell No. 7 Dengan Teori Algirdas Greimas,” Vol. 4, Fakultas Film dan
Televisi IKJ 2008, h. 4. 2 Heru Effendy, Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian (Jakarta: Erlangga, 2008),
h. 63-64. 3 Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia, Cet. I (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2011), h. 160.
12
bertahan lama dari pada pengaruh yang dapat dicapai oleh ajaran gereja atau
sekolah, buku, surat kabar, atau radio.4
Menurut Apriadi Tamburaka, film merupakan realitas dari dunia nyata yang
dikonstruksi ulang menurut ide pembuatnya dan ditampilkan kembali kepada
khalayak seolah-oleh itu adalah realitas sesungguhnya. Dengan demikian, realitas
sesungguhnya tidak akan pernah sama dengan realitas yang dikonstruksi ulang
sutradara film. Khalayak hanya mendapat sebagian gambaran realitas tetapi
sesungguhnya tidak utuh.5
Beberapa kegiatan seperti dakwah, penerangan, pendidikan, dan lain-lain
kini banyak menggunakan media film sebagai alat bantu untuk memberikan
penjelasan yang dikemas secara apik.6
Hal tersebut dilakukan agar memudahkan
khalayak menerima dan mencerna suatu informasi yang disampaikan oleh
komunikator. Oleh sebab itu saat ini film banyak digunakan untuk suatu
kepentingan tertentu karena sifatnya yang memudahkan komunikator dan
komunikan.
Dari beberapa pemaparan di atas film dapat diartikan sebagai unsur
penggabungan dari dua media yakni, audio dan visual. Sehingga film dapat
digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi yang tersirat
maupun tersurat dalam sebuah rangkaian alur cerita. Film memiliki kelebihan
antara lain seperti jangkauan luas, sifat persuasi yang besar dan mudah untuk
dinikmati. Namun film juga memiliki kelemahan yakni sifatnya yang cepat dan
sekilas, sehingga orang tidak bisa menerima pesan yang disampaikan secara utuh
jika orang mengalihkan perhatiannya untuk kegiatan lain. Saat ini film bukan
hanya sebagai media penyampai pesan, untuk kalangan pembisnis film merupakan
lahan untuk mendapatkan pundi-pundi dengan mengangkat sebuah seni. Secara
umum film dapat dibagi menjadi dua unsur yakni, unsur naratif dan unsur
sinematik. Kedua unsur tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya. Unsur
4 Shoelhi, Propaanda Dalam Komunikasi Internasional, h. 165-167.
5 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), h. 117-118. 6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filasfat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), h. 209.
13
naratif diartikan sebagai bahan atau materi yang akan diolah. Sedangkan unsur
sinematik adalah cara atau gaya penyajian.7
B. Karakteristik Film
Pada umumnya film memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik itu
penting untuk diketahui, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami film.
Adapun faktor yang menunjukkan karakteristik film adalah layar yang lebar,
teknik dalam pengambilan gambar, konsentrasi penuh saat menonton, dan
identifikasi psikologis yang menonton. Untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih jelas, karakteristik film dapat diuraikan sebagai berikut:8
a. Layar yang luas
Film menggunakan layar yang luas. Berbeda dengan televisi layarnya
tidak luas seperti film. Walaupun sama-sama menggunakan layar. Layar yang
luas dalam film dimaksudkan agar memberikan keleluasaan penonton untuk
melihat adegan yang ditayangkan dan film umumnya sudah menggunakan
teknologi tiga dimensi sehingga film terlihat nyata dan tidak berjarak dengan
penonton.
b. Pengambilan Gambar
Dengan layar film yang lebar dan luas maka pengambilan gambar secara
menyeluruh sangat penting. Hal ini untuk memberikan kesan seni dan artistik
yang bernilai tinggi, sehingga film lebih terlihat menarik.
c. Konsentrasi Penuh
Konsentrasi penuh biasanya dapat dicapai saat menonton film di bioskop
yang jauh dari gangguan dan aktivitas di luar karena bioskop ruangan kedap
suara yang dikhususkan untuk menonton film. Semua mata hanya tertuju pada
layar, sementara pikiran dan perasaan penonton tertuju pada alur cerita. Dalam
keadaan demikian konsentrasi penuh dapat tercapai dan emosi penonton terbawa
suasana.
d. Identifikasi psikologis
Dalam menonton sebuah film penonton biasanya menyamakan dirinya
dengan salah seorang pemaran dalam film tersebut, sehingga tidak ada lagi
7 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 1.
8 Ardianto, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi, h. 145-146.
14
perbedaan antara penonton dan pemeran. Penonton mengira ia sendiri yang
menjadi pemeran dalam film tersebut. Dalam fenomena ini menurut ilmu jiwa
sosial disebut dengan identifikasi psikologis.
C. Jenis – jenis film
Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: film dokumenter,
fiksi dan eksperimental. Dari ketiga jenis tersebut, peneliti mencoba menjelaskan
sebagai berikut:
c. Film dokumenter
Film dokumenter dapat diartikan sebagai film yang mendokumentasikan
sebuah kenyataan. Kunci utama dalam film dokumenter adalah fakta.9 Istilah
“dokumenter” pertama kali digunakan dalam resensi film Moana (1926) dan
Robert Flaherty. Pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan.
Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam
kehidupan.
d. Film Fiksi
Berbeda dengan film dokumenter, film fiksi memiliki kaitan oleh plot. Film
fiksi relative lebih komplek jika dibandingkan dengan dua jenis film lainnya. Film
fiksi berada pada dua skema yakni nyata dan abstrak, sebab film fiksi
menginginkan ketegangan dan mengangkat unsur keindahan dalam sebuah film.10
Dapat disimpulkan bahwa film fiksi memberikan daya Tarik tersendiri karena
menampilkan unsur kenyataan dan hayalan yang terkesan nyata.
e. Film Eksperimental
Berbeda dengan film fiksi, film eksperimental tidak memiliki plot akan
tetapi tetapi memiliki struktur. Biasanya struktur yang terkandung dalam film
eksperimental dipengaruhi oleh insting subjektif sineas. Unsur struktur yang
mempengaruhi seperti: gagasan, ide, serta pengalaman batin sineas.11
Selain dari ketiga jenis film yang ada, terdapat pula kategorisasi lain
berdasarkan cerita, orientasi pembuatan serta genre dari pembuatan sebuah film:
9 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 4.
10 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 6.
11 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 7-8.
15
a. Film yang dibuat berdasarkan cerita biasanya terbagi menjadi dua yakni
fiksi dan nonfiksi. Film-film fiksi biasanya tersusun dari serangkaian
imajinasi. Sedangkan film fiksi tersusun dari serangkaian kenyataan.
b. Film berdasarkan orientasi pembuatnya. Dalam hal ini film dapat
dilatarbelakangi oleh unsur komersial maupun non komersial. Biasanya
dalam unsur komersial sineas mengejar keuntungan baik materi maupun non
materi. Sedangkan dalam unsur non komensial sineas hanya mengejar untuk
menyampaikan pesan dan sarat akan tujuan dari sebuah seni.
c. Sedangkan dalam genre, terdapat beberapa pembagian yang sudah di
mengerti oleh masyarakat yang memahami film. Genre film yang ada
seperti: action, komedi, drama, petualangan, epic, musical, perang, science
fiction, pop, horror, gangster, thriller, disaster dan fantasi.12
Dalam penelitian ini, peneliti penyimpulkan bahwa film The Post bergenre
drama dengan mengangkan cerita nyata. Hal ini dikarenakan setiap gambar yang
ada dalam film The Post menggambarkan realitas kehidupan seorang jurnalis
atau perusahaan media.
D. Etika Jurnalisme
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos. Artinya “karakter”, “sifat”, atau
“disposition” – maksudnya bagaimana seseorang diminta harus berbuat. Dalam
bentuk tunggal berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, sikap, perasaan, dan cara
berpikir. Dalam bentuk jamak, „ta etha‟ berarti kebiasaan. Pengertian dalam
bentuk jamak istilah etika yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah
etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral. Pengertian ini dekat dengan ide umum tentang etika sebagai suatu
soal “internal” dari karakter kebajikan yang memotivasi orang untuk bertindak
secara benar. Secara intrinsic kata “ethic” berkaitan dengan masalah perilaku
yang benar atau correct conduct di tengah hidup bermasyarakat. Sedangkan
12
Apriandi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), h. 113-115.
16
secara etimologis, etika mengindikasikan suatu concern akan virtuous people atau
orang-orang baik, karakter yang handal dan orang yang tepat.13
Ward (2009) mendefinisikan etika sebagai: the analysis, evaluation, and
promotion of correct and/or good character, according to the best available
standards. (analisis, evaluasi dan promosi perilaku yang benar dan/atau karakter
yang bagus menurut standar terbaik yang ada). Dalam American Heritage®
Dictionary: Description of ethic (2006), disebutkan bahwa etika adalah:14
1. A set of principles of right conduct (Seperangkat prinsip perilaku yang
benar).
2. A theory or a system of moral values (Suatu teori atau sistem nilai-nilai
moral).
3. Ethics (used with a sing. verb): Studi tentang sifat umum dari moral dan
pilihan-pilihan moral yang spesifik yang dibuat oleh seseorang; filosofi
moral. (The study of the general nature of morals and of the specific moral
choices to be made by a person; moral philosophy).
4. Ethics (used with a sing. or pl. verb): Aturan atau standar yang mengatur
perilaku seseorang atau suatu profesi; etika kedokteran.
Namun terkadang ada yang mengidentikkan etika dengan suatu rangkaian
aturan yang kaku dan cenderung mengategorikan suatu tindakan sebagai sesuatu
yang benar atau salah. Jadi dalam memandang etika harus berfokus pada
bagaimana orang menginterpretasikan, menerapkan, menyeimbangkan dan
memodifikasi prinsip-prinsip mereka sesuai dengan fakta-fakta dan teknologi
baru, attitude sosial yang baru, dan kondisi ekonomi dan politik yang berubah.
Sebab, etika sebenarnya tidak statis, karena terdiri dari kerangka prinsip-prinsip
dan nilai-nilai yang dinamis. Pada dasarnya etika merefleksikan keyakinan dan
ketertarikan yang paling dalam, mendefinisikan siapa kita, dan memberi kita suatu
“identitas” etis.
K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika, mendefinisikan etika
sebagai nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
13
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali,
2015), h. 18-19. 14
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali,
2015), h. 27.
17
kelompok untuk mengatur tingkah lakunya. Maka, perbuatan seseorang akan
dianggap tidak bermoral ketika melanggar nilai-nilai dan norma etis yang berlaku
dalam masyarakat.15
Etika mengantar seseorang kepada kemampuan untuk
bersikap kritis dan rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak
sesuai dengan apa yang dapat dipertanggungjawabkannya sendiri.16
Etika bukanlah sesuatu hal yang abstak atau berada di awing-awang. Etika
ada di mana saja. Dalam pengertian yang sederhana, etika merupakan filosofi
untuk berperilaku yang diterima di tengah orang lain. Etika mempertanyakan apa
yang harus kita perbuat pada situasi tertentu (what we should do in some
circumstance) atau apa yang harus kita lakukan selaku partisipan dalam berbagai
bentuk aktivitas atau profesi. Karena itu paling baik jika etika dipahami sebagai
sesuatu yang kita perbuat atau lakukan, dan sebagai suatu bentuk pertanyaan
terus-menerus tentang masalah-masalah praktis. Sebab, sebeneranya etika adalah
tentang aturan dan pedoman berperilaku sebagai seorang manusia yang hidup di
tengah manusia lainnya.17
Prinsip-prinsip utama etika jurnalisme:
1. Akurasi18
Prinsip akurasi berarti ataupun karya jurnalistik lain yang ditulis oleh
wartawan dan disiarkan oleh media, benar substansinya, fakta-faktanya, dan
penulisannya, dan berasal dari sumber informasi yang otoritatif dan kompeten,
serta tidak bias. Ada juga yang mendefinisikan akurasi sebagai informasi yang
mempunyai sumber yang baik berdasar pada bukti yang solid (well-sourced
information based on solid evidence).
Keakurasian fakta-fakta sebuah berita merupakan syarat mutlak bagi
kebenaran berita tersebut. Keakurasian dapat dicapai dengan:
- Melakukan tugas dengan penuh kehati-hatian.
- Menguasai substansi.
15
Bertens, Etika. (Jakart: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 7. 16
Adelbert Snijders, Manusia dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan. (Yogyakarta:
Kanisius, 2006), h. 273. 17
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali,
2015), h. 18-19. 18
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 116-120.
18
- Diikat oleh rasa tanggung jawab (antara lain menyadari sepenuhnya implikasi
dari kesembronoan yang menyebabkan inakurasi).
- Tidak meng-underestimate khalayak.
- Diverifikasi: check dan recheck, crocc-check.
Pada sisi lain, ketidakakuratan dapat terjadi pada
- Substansi fakta.
- Penulisan.
- Pemuatan/penyiaran berita ataupun laporan yang ditulis oleh jurnalis dan
dimuat oleh media.
Menurut Lambeth (1992), akurasi merupakan tuntutan mendasar dari truth
telling atau penyampaian kebenaran, yang mensyaratkan para jurnalis untuk
mencek dan mericek informasi. Agar bisa selalu akurat, setiap jurnalis hendaklah
menanamkan kebiasaan akurasi dan mendisiplinkannya pada diri masing-masing.
Para jurnalis selalu diingatkan bahwa misi jurnalisme adalah mencari dan
menyampaikan kebenaran. Untuk itulah prinsip akurasi dan sejumlah prinsip yang
lainnya ditegakkan. Menurut Couldry, accuracy adalah disposition untuk menuju
kebenaran dan untuk melakukan investigasi yang diperlukan untuk mencapai
kebenaran. Kemudian dalam BBC Editorial Guideliness Section 3: Accuracy
Principles, disebutkan:
“Maka dari itu, kami lakukan segala yang kami mampu untuk mencapai due
accuracy dalam semua output kami meski mungkin hal itu menuntut
persyaratan yang beragam. Akurasi yang dituntut misalnya untuk drama,
entertainment dan komedi, biasanya tidak akan sama dengan untuk content
factual bisa berbeda, bergantung pada apakah, untuk entertainment factual,
dokumenter historis, current affairs ataupun berita.”
Selanjutnya dinyatakan bahwa akurasi bukan hanya sekedar soal
mendapatkan fakta secara benar. Jika sebuah isu kontroversial, opini yang relevan
sebagaimana fakta mungkin perlu dipertimbangkan. Manakala perlu, seluruh fakta
dan informasi yang relevan juga harus ditimbang agar tiba pada kebenaran.
2. Independensi19
Usaha untuk memperoleh dan meyampaikan kebenaran mestilah dilakukan
tanpa ada intervensi dari pihak mana pun. Untuk itu jurnalis dan media
menegakkan keindependenan dalam melakukan aktivitas jurnalisme.
19
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 120-122.
19
Independensi menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh seorang wartawan baik
selaku pribadi maupun institusi media tempatnya bekerja. Mengenai prinsip
independensi, Canadian Association of Journalist menyatakan:
- Kita melayani demokrasi dan kepentingan public dengan melaporkan
kebenaran. Terkadang hal ini konflik dengan berbagai kepentingan publik dan
pribadi, termasuk pemerintah, pengiklan, dan di waktu tertentu dengan tugas
dan kewajiban kepada majikan kita.
- Mempertahankan kepentingan publik termasuk mempromosikan arus bebas
informasi, mengekspos kejahatan atau penyelewengan, melindungi kesehatan
dan keamanan publik dan mecegak publik dari kesesatan.
- Kita tidak mengistimewakan perilaku kepada pengiklan dan kepentingan
khusus. Kita menahan usaha mereka untuk memengaruhi berita.
- Kami membayar sendiri segala biaya manakala mungkin. Bagaimanapun tidak
semua jurnalis atau organisasi mampu untuk itu. Jadi bila pihak lain
membiayai kamu ke suatu event, hal itu kami sebutkan, termasuk ketika
meliput industri seperti travel, automotif, militer, dan perdagangan luar negeri
(foreign trade). (Secara umum dimengerti ada pengecualian, misalnya sudah
bisa untuk menerima tiket reviewer untuk preview film, konser, ceramah, dan
pertunjukan teater).
- Kami tidak menerima hadiah atau kebaikan untuk kegunaan pribadi, dan harus
segera mengembalikan hadiah yang melebihi nilai nominal. Bila pengembalian
tidak praktis, maka hadiah tersebut akan disumbangkan ke badan amal yang
tepat.
- Secara umum kami tidak menerima pembayaran bila menjadi pembicara di
kelompok yang kami liput atau komentari.
- Kami tidak memberitakan subjek yang kami punya kepentingan finansial atau
lainnya, dan tidak menggunakan posisi kami untuk mendapat keuntungan
bisnis atau lainnya yang tidak tersedia bagi publik umum.
- Kami tidak pemperlihatkan laporan lengkap kami kepada sumber – khususnya
sumber penjabat – sebelum diterbitkan atau disiarkan, kecuali hal itu
dimaksudkan untuk memverifikasi fakta. Melakukan hal itu dapat mengundang
pembatasan dini dan tantangan terhadap independensi kami sebagai reporter.
20
- Kami mengumplkan informasi dengan maksud memproduksi berita dan
gambar untuk konsumsi public. Secara umum kami tidak membagi informasi
yang disiarkan – seperti catatan atau audio tapes dari interviu, dokumen, email,
file digital, foto digital, foto dan video – dengan pihak di luar organisasi media
tempat bekerja.
- Kolumnis dan komentator harus bebas mengekspresikan pandangan mereka,
meski pandangan tersebut konflik dengan organisasi, sepanjang content-nya
memenuhi standar jurnalistik yang umum diterima untuk fairness dan akurasi.
3. Objektivitas20
Konsep “the truth” dan “reality” tidak terpisah dari konsep objektivitas.
Prinsip objektivitas merupakan ketentuan yang bermaksud untuk mencegah
kemungkinan ataupun kecenderungan wartawan terpengaruh oleh subjektivitas
pribadi maupun pihak lain dalam memandang dan menggambarkan suatu
peristiwa atau kejadian. Prinsip ini bertujuan agar wartawan meninjau setiap
masaah dari berbagai sudut pandang supaya lebih mencerminkan kebenaran.
Dalam konteks jurnalisme, objectivity bisa dilihat sebagai sinonim dengan
kenetralan. harus dibedakan dengan tujuan objectivity dalam filsafat , yang
menggambarkan fakta-fakta yang independen dari pikiran. (mind-independent
facts) yang benar terlepasa dari perasaan manusia (human feelings), atau
keyakinan, ataupun penilaian.
Prinsip objektivitas, berarti harus bebas dari obligasi atas kepentingan apa
pun selain hak publik untuk mengetahui informasi, serta menghindari conflict of
interest baik yang nyata maupun yang dipersepsikan. Dalam Society of
Professional Journalists Code of Ethics dijelaskan bahwa untuk mencapai
objektivitas:
- Harus bebas dari obligasi atas kepentingan apa pun selain hak publik untuk
mengetahui.
- Menghindari conflict of interest baik yang nyata maupun perceived.
- Menolak hadiah, kebaikan, bayaran, free travel atau treatment khusus dan
nuansa secondary employment, political involvement, dan layanan di organisasi
komunitas jika hal itu mengkompromikan integritas jurnalistik.
20
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 122-131.
21
- Menghindari streotipe berdasarkan ras, gender, usia, agama, etnisitas, geografi,
orientasi seksual, disabilitas, tampilan fisik atau status sosial.
Di sisi yang lain, penegakan prinsip objektivitas ini berhubungan langsung
dengan pencapaian kredibilitas media di mata publik. Semakin publik merasa
objektivitas suatu media maka bertambah pula tingkat kepercayaan khalayak
kepada media tersebut. Sebaliknya, jika suatu media dinilai subjektif dalam
pemveritaan dan tulisan yang dimuatnya, maka kredibilitas media tersebut akan
berkurang atau bahka bisa pupus di mata khalayak.
Norma objektivitas memandu jurnalis untuk memisahkan fakta dari nilai-
nilai dan hanya memberikan fakta. Pemberitaan objektif seyogianya bernada
sejuk, ketimbang emosional.21
Dalam suatu kontroversi politik, liputan yang
objektif bersusah payah untuk merepresentasikan masing-masing pihak secara
fair. Sesuai dengan norma objektivitas, jurnalis bertugas meliput sesuatu yang
disebut “news” tanpa mengomentarinya, memelintirnya, atau membentuk
formulasi tertentu dalam cara apa pun.
4. Balance22
Dalam memberitakan suatu peristiwa atau kejadian, seorang wartawan
haruslah memperhatikan prinsip keberimbangan (balance), yakni memberi tempat
dan kesempatan yang sejajar secara proposional bagi dua atau lebih lebih pihak
ataupun pandangan yang berkenaan dengan yang diberitakan. Jadi andainya
disederhanakan bahwa dalam suatu peristiwa atau kejadian ataupun suatu isu,
tentulah ada pihak ataupun padandangan yang pro dan kontra. Sedapat mungkin,
pandangan ataupun pihak yang dimaksud hendaklah diberi porsi yang seimbang
sehingga khalayak tidak menilai berita ataupun karya jurnalistik berat sebelah.
Jurnalis harus menampilkan pandangan dan fakta yang berimbang antara dua atau
lebih pihak yang terkait dengan peristiwa yang akan diberitakan. Dengan
demikian tidak terjadi keberpihakan pada salah satu sisi saja.23
5. Fairness24
21
James Curran, Making Journalists: Diverse Models, Global Issues. (Canada: Routledge,
2005), h. 101. 22
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 131-132. 23
Press criticism. The balance trap by N.L., The Economist, Aug 8th 2012.
24 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 132-134.
22
Prinisp fairness diwujudkan dalam peliputan yang transparan, terbuka, jujur
dan adil yang didasarkan pada dealing yang langsung. Prinsip ini dimaksudkan
agar berita dan tulisan yang dibuat oleh jurnalis memberi tempat dan peluang bagi
semua pihak secara adil. Penerapan asas fairness memang tidak semudah seperti
yang dibayangkan. Akan tetapi, prinsip ini tetap wajib ditegakkan oleh setiap
jurnalis dan media. Pelaksanaan prinsip ini dalam beritan dan tulisan yang
disiarkan sekaligus menjadi cermin keindependenan para jurnalis dan media
tempat mereka bekerja. Dalam pengalaman selama ini, kelemahan dalam
pelaksanaan asas fairness umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1) Kurangnya kesadaran mengenai hal ini.
2) Ketergesaan ataupun desakan waktu yang dialami para jurnalis
6. Imparsialitas25
Pada hakikatnya prinsip ini merupakan penekanan kembali tentang
ketidakberpihakan jurnalis dan media dalam mencari, menulis dan menyiarkan
berita ataupun karya jurnalistik lainnya. Hal ini amat penting karena media
sebagai suatu institusi sosial menempatkan posisi tersendiri. Imparsialitas
diartikan sebagai peliputan yang fair dan pikiran terbuka untuk menggali semua
pandangan yang signifikan. Bagi BBC, imparsialitas ditempatkan pada inti dari
komitmen kepada khalayaknya.
7. Menghormati Privasi26
Isu privasi berkenaan dengan berbagai situasi yang memunculkan tantangan
pengambilan keputusan etis bagi para jurnalis dan para eksekutif dan pimpinan
surat kabar ataupun stasiun penyiaran. Berdasarkan dengan hal ini, para jurnalis
sering mengajukan argumentasi mereka dengan mengaitkan soal hal publik untuk
mengetahui.
8. Akuntabilitas Kepada Publik27
Setiap jurnalis harus meniatkan sejak awal, bahwa segala proses dan hasil
karyanya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Prinsip ini mengharuskan
para jurnalis untuk dapat mempertanggungjawabkan atau akuntabel dalam proses
dan produk yang dihasilkan dalam melakukan aktivitas jurnalisme. Prinsip ini
25
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 135. 26
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 135-137 27
Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 140-142
23
bersumber pada hak-hak khalayak sebagai salah satu stakeholder dalam proses
komunikasi. Berbagai pengalaman yang dirasakan oleh khalayak mengenai
perlakuan media terhadap mereka, telah mendorong munculnya sejumlah
pemikiran untuk melindungi hak-hak khalayak dari kesewenang-wenangan media.
Selama ini pelakuan media terhadap khalayak yang dirasakan tidak pada
tempatnya antara lain:
- Pemuatan berita atau tulisan yang disara merugikan khalayak.
- Penjelasan isi media dengan informasi dan/atau materi yang tidak dirasakan
manfaatnya oleh khalayak.
- Pilihan content yang tidak mencerminkan penghargaan pada tingkat kecerdasan
khalayak, dengan kata lain terasa membodohi, ataupun merendahkan khalayak.
- Pelanggaran privasi individual anggota masyarakat yang merupakan bagian
dari khalayak luas.
- Mempertanggungjawabkan proses dan output reporting.
Khalayak mempunyai hak untuk tidak dirugikan ataupun dirusak oleh berita
ataupun informasi yang dimuat oleh sesuatu media. Kerugian atau kerusakan ini
biasanya berkenaan dengan nama baik seseorang yang terganggu oleh dimuatnya
suatu informasi menyangkut dirinya. Bila telah menjadi soal dirugikannya nama
baik seseorang karena pemberitaan oleh media maka hal itu telah masuk ke
domain hukum.
Etika jurnalisme merupakan sekumpulan prinsip moral. Etika jurnalisme
menentukan bagaimana wartawan bekerja. Wartawan mesti menghindari
“kejahatan, kesalahan, kerusakan” jika tidak ia dapat merugikan, menggangu,
membahayakan, melukai, mencelakakan datai menyusahkan pihak lain. Berbagai
prinsip moral etika jurnalisme, menjadi kesadaran nurani wartawan. Landasan
etika jurnalisme mengacu kepada kepentingan publik. Hal ini melegalitas moral
kewartawanan di berbagai dimensi dan aktifitas jurnalisme.28
Dalam ranah jurnalistik, etika jurnalisme seseorang dalam melakukan
profesinya sebagai jurnalis diatur dalam kode etik. Dalam melakukan tugasnya
seorang jurnalis memiliki kode etik tersendiri agar tidak menyalagunakan
prosefinya. Kode Etik Jurnalisme (KEJ) ditetapkan Dewan Pers melalui peraturan
28
Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2017), h. 273.
24
Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat
Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/ 2006 tentang Kode Etik Jurnalisme
sebagai Peraturan Dewan Pers. Berikut sebelas pasal Kode Etik Jurnalisme:29
1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,
berimbang, dan tidak beritikad buruk.
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban
kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku
kejahatan.
6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima
suap.
7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang
tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai
dengan kesepakatan.
8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku,
ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan
martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan
pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita
yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada
pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional.
29
Kode Etik Jurnalisme PWI
25
E. Pers dan Jurnalisme
Jika dilihat dari sejarah persuratkabaran, pers berasal dari bahasa Belanda.
Dalam bahasa Inggris, istilah pers disebut juga dengan ress yang berarti
mencetak. Sedangkan dalam pengertian yang lebih operasional, pers berarti
publikasi atau pemberitahuan secara cetak. Akan tetapi pada perkembangan
selanjutnya, pengertian pers meluas menjadi segala bentuk media, baik cetak
maupun elektronik. Meskipun kini pers sudah memiliki arti luas, akan tetapi
dalam prespektif orang pers hanya diartikan sebatas media cetak. 30
Kata jurnalistik berasal dari kata “jurnal” atau dalam bahasa Ingris “journal”
berasal dari bahasa latin yaitu “diurnalis” yang dapat diartikan sebagai “harian
atau kegiatan sehari-hari.” Sementara kata “jurnalisme” diartikan sebagai
pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam surat
kabar. Sedangkan kata “jurnalistik” memiliki arti yang menyangkut
kewartawanan dan persuratkabaran.31
Menurut Roland E. Woseley dalam Understanding Magazines
mendefinisikan jurnalistik sebagai pengumpulan, penulisan, pemrosesan, dan
penyebaran informasi umum, opini, hiburan umum dengan cara sistematik dan
dapat dipercaya untuk diterbitkan pada media massa. Sedangkan menurut Erik
Hodgins, seorang praktisi jurnalistik sekaligus redaktur majalah Time,
menjabarkan jurnalistik sebagai pengiriman informasi dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan benar, seksama dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan
keadilan berfikir yang selalu dapat dibuktikan.32
Istilah jurnalistik juga bersumber dari bahasa Belanda, journalistiek. Masih
menggunakan pendekatan bahasa, jurnalistik atau yang familiar dengan
journalistic atau journalistiek dalam bahasa Inggris berarti harian atau setiap hari.
Sedangkan secara oprasional, menurut Onong U. Effendi (1986:96), jurnalistik
merupakan keterampilan atau kegiatan mengolah bahasa berita. Kegiatan disini
30
Asep Saeful Muhtadi, Pengantar Ilmu Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2016), h. 15-16. 31
Anton Ramdan. Jurnalistik Islam. (___: Shahara Digital Publishing), h. 3. 32
Kustadi Suhandang. Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produksi dan Kode Etik.
(Bandung: Nuansa Cendekia, 2016), h. 3.
26
meliputi, peliputan sampai penyusunan sesuai dengan kelayakan untuk
disebarluaskan kepada khalayak atau publik.
Dari pendapat yang ada dari berbagai sumber, maka kata jurnalistik adalah
menyampaikan informasi dari sumbernya kepada publik dengan benar dan baik.
Benar dalam hal isi berita atau informasi yangditampilkan, sedangkan baik dalam
cara penyampaian berita tersebut kepada khalayak. Jurnalis adalah pelaku utama
dalam dunia jurnalistik.33
Dapat disimpulkan bahwasannya pers dan jurnalime memiliki keterkaitan,
yang mana pers merupakan sarana untuk menyebarluaskan hasil olahan dari
jurnalistik. Pers disini bersifat teknis, sebagai saluran dari produk jurnalistik.
Sedangkan jurnalistik itu sendiri merupan objek atau produk yang harus
disebarluaskan oleh pers.
Jika menyimak UU No. 40/1999 tentang Pers, upaya pemeliharaan
kebebasan pers ternyata masih cenderung memfokuskan pada praktik
institusionalisme pers demi kepentingan pasar dalam industry pers nasional.
Kebebasan wartawan dalam konteks ini tidak dapat dilepaskan dari kebebasan
sosial wartawan karena kebebasan sosial merupakan ruang gerak bagi kebebasan
wartawan.34
Secara sederhana jurnalistik adalah seni berberita. Selanjutnya jurnalistik
dapat diartikan sebagai kegiatan menghadirkan berita kepada pembaca, mulai dari
kegiatan pencarian data di lapangan, memproduksinya menjadi tulisan, hingga
menghadirkannya kepada khalayak pembaca.35
Effendy menyatakan, bahwa pers dan jurnalistik adalah dwitunggal yang
tidak dapat dipisahkan. Dua kata itu merujuk pada aktivitas yang sama. Walaupun
pers juga diidentikkan dengan lembaga media massa. Tentang hal ini Effendy
menjelaskan sebagai berikut:
Pers memiliki dua pengertian, dalam arti sempit pers adalah media massa
seperti surat kabar, majalah mingguan, televise, dan radio. Adapun dalam
arti luas, pers adalah lembaga atau badan organisasi yang menyebarkan
berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat
33
Anton Ramdan. Jurnalistik Islam, h. 4. 34
Wahyu Wibowo. Menuju Jurnalisme Beretika: Peran Bahasa, Bisnis, dan Politik di Era
Modial. (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 39. 35
Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi Pertama.
(Jakarta: Prenadamedis Group, 2018), h. 1.
27
diibaratkan sebagai jiwa dan raga. Pers adalah aspek raga karena ia
berwujud, konkret. Nyata, oleh sebab itu ia dapat diberi nama. Adapun
jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya
hidup yang mengjidupi aspek pers (Effensy, 2007:90).36
Jurnalistik tidak dapat melepaskan, bahkan selalu beriringan dengan
perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi, sehingga ketika teknologi
informasi mengalami perkembangan yang luar biasa, maka jurnalistik pun
mengalami kondisi yang sama.
F. Prinsip Jurnalisme
Jurnalisme merupakan satu kesatuan yang memiliki tujuan utama
menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada warga masyarakat agar
dengan adanya informasi tersebut mereka dapat berperan membangun masyarakat
yang bebas. Tujuan ini mencangkup keperluan-keperluan lain, seperti tujuan
hiburan, menjadi watchdog serta menyuarakan kepentingan dari mereka yang
tidak memiliki suara.
Dari hal inilah memunculkan sekurangnya ada 10 elemen jurnalisme.
Elemen terakhir merupakan sumbangan dan Bill Kovach. Ada sejumlah prinsip
dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap jurnalis. Prinsip -
prinsip ini telah melalui masa pasang dan surut. Namun, dalam perjalanan waktu,
terbukti prinsip-prinsip itu tetap bertahan.37
1. Kewajiban para jurnalisme adalah pada kebenaran.
Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga
masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat.
Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi,
namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat.
Organisasi pemberitaan dituntut melayani berbagai kepentingan
konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan
induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain. Semua itu harus
dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses. Namun, kesetiaan
36
Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi Pertama, h. 3. 37
https://seword.com/media/9-elemen-jurnalisme-elemen-ke-10-dari-bill-kovach, diakses
pada 20 Agustus 2018, pukul 11:38 WIB
28
pertama harus diberikan kepada warga (citizens). Ini adalah implikasi dari
perjanjian dengan publik.
Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada
warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas
dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi,
jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan
biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Jurnalis memiliki
kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan langsung majikannya
pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber keberhasilan
finansial majikan mereka.
3. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi.
Membedakan antara jurnalisme dengan hiburan (entertainment),
propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. Disiplin verifikasi
tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka
sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak.
Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-
benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai “obyektivitas”
dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi
metode yang digunakannya dalam meliput berita.
4. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput.
Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan
pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar.
Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Jurnalis
yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus
independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi,
kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi.
5. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap
kekuasaan.
Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.
Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di
masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar
mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka
29
lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis
juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara
sendiri.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik.
Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan
forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar
penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil
sikap.
Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan
kompromi publik. Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini
dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam
jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan
pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik.
Sebuah perdebatan yang melibatkan prasangka dan dugaan semata hanya
akan mengipas kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang hanya mengangkat
sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang, tidaklah melayani publik tetapi
sebaliknya justru mengabaikan publik. Yang tak kalah penting, forum ini harus
mencakup seluruh bagian dari komunitas, bukan kalangan ekonomi kuat saja atau
bagian demografis yang menarik sebagai sasaran iklan.
7. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan
relevan.
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting
menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap
naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang kurang
serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun.
8. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif.
Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi
bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus
menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif. Dengan
mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta, kita melihat bahwa
proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi. Kita juga terbantu dalam
memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita.
30
9. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya.
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika
dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka
punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan
membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa. Agar hal ini bisa terwujud,
keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip
jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui
adanya kewajiban pribadi.
10. Hak dan Kewajiban terhadap berita.
Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi,
khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi
mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog,
jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas
(community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan
pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong
perkembangan jurnalisme.
G. Manajeman Redaksi dalam Pemberitaaan
Ketika pers telah menjadi sebuah industri media, maka orientasi
pemberitaan akan lebih memihak kepada kepentingan pasar. Mengutip penyataan
Eni Maryani, sebagai sebuah industri dan didasari oleh kepentingan bisnis yang
terlanjur menedot investasi modal yang sangat besar, industri media menjadi
kepentingan pasar di atas segalanya (Maryani, 2011: 1). Pertimbangan pasar tidak
terlepas dari kepentingan ekonomi dan politik pengusaha atau pemilik media
untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya melalui bisnis pemberitaan.
Campur tangan pemilik media dalam perusahaan surat kabar, mulai dari
rekrutmen pekerja media, penetapan struktur organisasi media, penetapan standar
pemberitaan, sampai pada pengambilan keputusan dalam ruang sedaksi
pemberitaan menjadi hal yang tak terhindarkan. Akibatnya, ideologi pemilik
media akan mempengaruhi isi pemberitaaan.38
38
Juni Wati Sri Rizki, Kepemilikan Media & Ideologi Pemberitaan: Kajian Ekonomi
Politik Komunikasi terhadap Kepemilikan Media dan Wacana Pembentukan Provinsi Tapanuli di
Surat Kabar Harian Waspada dan Sinar Indonesia Baru. (Yogyakarta: Deepublish, 2012), h. 2.
31
Dalam era kebebasan pers saat ini, pengaruh ideologi pemilik media
terhadap medianya menjadi dominan. Pemilik media semakin leluasa dalam
menentukan arah pemberitaan. Oleh karena itu, kepemilikan media menjadi hal
yang menarik. Kerja kewartawanan dan pemberitaan memerlukan keteraturan
yang terorganisir. Bukan sekedar kerja kesendirian yang tak memakai aturan.
Akan tetai, terolah dari kebiasaan. Kebiasaan itu terbentuk dari oleh rutinitas kerja
dari mekanisme dan tuntutan jurnalisme, sebagai sebuah profesi. Dengan begitu,
ada News Organizations and Routines. Ada pengorganisasian berita dan berbagai
rutinitas yang membanyangi kerja kewartawanan. Ada organisasi yang mengatur
kerja pengorganisasian berita. Maka itu. Kerja kewartawanan diatur oleh
mekanisme. Dikendalikan oleh struktur dan dikaitkan dengan sistimatika
keorganisasian media.39
H. Analisis Naratif
Dalam proses analisis, peneliti menggunakan teori Tzevetan Todorov yang
membagi narasi menjadi alur awal, alur tengah, dan alur akhir. Secara etimologi
narasi berasal dari bahasa latin narre, yang artinya membuat tahu. Dengan kata
lain, narasai berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau
peristiwa.40
Narasi adalah cerita yang berkesinambungan. Ia menpunyai dua sisi. Sisi
pertama adalah rantai atau plot. Plot cenderung bergerak antara keseimbangan
terbuka yang terganggu, mempercepatk aksi melalui rintang biasanya, menuju
keseimbangan baru atau terpulihkan. Sedangkan pada sisi kedua dari narasi
melibatkan pilihan atau presentasi – cara cerita tersebut direalisasikan atau
diceritakan. Narasi dipahami untuk mengungkapkan kerja ideologi dan wacana
dalam plot dan presentasi; ikatan dan pilihan. Analisis narasi dapat diaplikasikan
pada lebih dari sekedar praktik film tradisional. Narasi merupakan fungsi sentral
dalam gambar fotografi dan iklan cetak, dimana pembaca gambar diundang untuk
menalar apa yang terjadi pada gambar.41
39
Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2017), h. 242. 40
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013), h 1. 41
John Hartley, Communication, Cultural, & Media Studies – Konsep Kunci, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2010), h. 206-207.
32
Sementara narasi menurut Gorys Keraf Narasi adalah salah satu bentuk
wacana yang berusaha menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga
seolah-olah kita dapat melihat ataupun mengalami sendiri peristiwa tersebut. Oleh
sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan
atau tindakan. Adapun peristiwa yang dimaksud disini adalah peristiwa yang
memiliki rangkaian atau urutan peristiwa. Dan peristiwa yang tidak memiliki
rangkaian dan urutannya seperti halnya jadwal siaran televisi, papan penunjuk
jalan, dan semacam itu tidak bisa dikatakan sebagai sebuah narasi.
Onong Uchana Effendy berpandangan bahwa narasi itu berisi penjelasan
bagaimana cerita disampaikan, bagaimana materi dari suatu cerita dipilih, dan
disusun untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak.42
Narasi memiliki tiga (3)
karakteristik.(a). Narasi harus terdiri atas beberapa peristiwa yang kemudian
dirangkai. (b). Rangkaian peristiwa tersebut disusun secara beraturan, tidak acak,
dan menghasilkan makna tertentu. (c). Terdapat pemilihan peristiwa yang
dirangkai. Pada karakteristik ini, keputusan mengenai bagian mana yang diangkat
dan bagian mana yang dibuang sangatlah berkaitan dengan makna yang ingin
disampaikan oleh pembuat narasi.43
Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa narasi merupakan cara yang
digunakan untuk memberitahu mengelola struktur sebuah cerita, baik fiksi
maupun fakta, yang didalamnya terdapat alur, tokoh, karakter, sudut
penggambaran, dan juga rangkaian peristiwa yang diatur secara berurutan.
Menurut Branston dan Stafford, narasi terdiri atas empat (4) macam, diantaranya:
a. Narasi menurut Tvzetan Todorov, bahwa narasi memiliki alur awal, alur
tengah, dan alur akhir. b. adapun menurut Vladimir Propp, bahwa suatu cerita itu
pasti karakter tokoh, c. sedangkan menurut Levis Strauss, Suatu cerita memiliki
sifat-sifat yang berlawanan, d. dan terakhir menurut Joseph Campbell, bahwa
narasi juga memiliki unsur mitos dan simbol-simbol tertentu didalamnya.
Oleh karena itu, peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut Tvzetan
Todorov dikarenakan objek daripada penelitiannya adalah mengenai film.
42
Onong Uchjana Effendy: Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi. (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007), h. 214. 43
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013), h 2.
33
Kendatipun narasi tidak ada hubungannya dengan fakta dan fiksi, sebab narasi
hanya berkaitan dengan cara bercerita, bagaimana fakta disajikan atau diceritakan
kepada khalayak.44
Untuk itu tidak ada bedanya film fiksi dengan film non fiksi
seperti halnya film dokumenter. Kesemuanya memiliki alur, plot, karakter, dan
tokoh terntentu yang dinarasikan di dalam nya.
I. Teori Naratif Tzvetan Todorov
Tvzetan Todorov, seorang ahli sastra dan budaya asal Bulgaria memiliki
gagasan tentang struktur dari narasi. Teorinya kerapkali digunakan dalam bidang
media dan komunikasi. Ia melihat bahwa pada teks terdapat struktur tertentu.
Menurutnya, pembuat teks dalam menyusun narasi belum tentu secara sadar
membentuk struktur seperti itu. Narasi dalam pandangan Todorov adalah apa
yang dikatakan, maka dari itu narasi memiliki urutan kronologis motif dan plot,
serta adanya hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa.
Tzvetan Todorov, mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan
“keseimbangan” di mana beberapa potensi pertentangan berusaha
“diseimbangkan.” Todorov membagi film dalam beberapa bagian. Ada bagian
yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut
dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi tersebut. Dan alurlah
yang menandai kapan sebuah narasi dimulai dan kapan berakhir.45
Menurut Todorov, pada bagian awal terdapat interaksi situasi dasar,
kemudian di bagian tengah terdapat konflik, dan pada bagian akhir terdapat
penyelesaian yang biasanya berakhir bahagia. Tentu saja itu melalui intervensi
dari produk yang akan dijual. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari
perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara sistematis alur dapat
digambarkan sebagai berikut.46
44
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media, h 2. 45
Tzvetan Todorov, The Poetics of Prose. (Oxford: Blackwell, 1977), h. 127. 46
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT, Gramedia Pustaka Utama, 1997), h.
145
AWAL TENGAH AKHIR
34
Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah
cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu. Misalnya, ada
pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yangdisebut “penyelesaian”
itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suaru kejadian atau peristiwa akan
menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan
sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah
berikutnya.47
Sebab itu, narasi harus diberikan batasan yang lebih jelas, yaitu
rangkaian tindakan yang terdiri atas tahapan-tahapan yang penting dalam sebuah
stuktur yang terikat oleh waktu. Di mana waktu dalam film terbagi menjadi tiga.
Dengan kata lain Todorov berpandangan bahwa sebuah cerita itu memiliki alur
cerita awal atau pendahuluan, alur cerita tengah atau perkembangan dan juga alur
cerita akhir atau peleraian. Sebagaimana penjelasan berikut:
a. Alur Cerita Awal
Suatu peristiwa tidak muncul begitu saja dari kekosongan. Tetapi, peristiwa
lahir dari suati kondisi dan situasi yang mengandung sistem-sistem yang mudah
meledak. Situasi tersebut harus menghasilkan suatu perubahan yang dapat
membawa akibat atau perkembangan yang lebih lanjut. Jadi, bagian pendahuluan
menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan khalayak memahami adegan-
adegan selanjutnya.48
Jadi pada bagian ini menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan
pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya. Bagian
pendahuluan menentukan daya Tarik dan selera pembaca atau penonton terhadap
bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh-
sungguh secara seni.
47
Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146. 48
Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book. (London: Routledge, 2003),
h. 56.
Gambar 2.1 Alur Film
35
b. Alur Tengah Cerita
Bagian ini merupakan batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk
para tokoh, dan merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh
proses narasi. Bagian perkembangan mencakup adegan-adegan yang berusaha
meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan peristiwa yang berkembang dari
situasi asli. Artinya di bagian ini para tokoh sudah terlihat karakter jelasnya,
konflik juga sudah mulai terbangun atau sudah memasuki tahap konkritisasi.
Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau situasi
awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.49
Konkritisasi diungkapkan
dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem narasi, perbuatan
atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokoh-tokoh dan tindakan
mereka yang menimbulkna benturan kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat
dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan
sudah disajikan secara jelas.
c. Alur Cerita Akhir
Pada bagian akhir atau disebut juga bagian peleraian (denouement), konflik
yang terjadi dapat diatasi dan diselesaikan. Akhir suatu cerita bukan hanya
menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika
dikatakan, bahwa akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau
kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula
membersit keluar dan menemukan pemecahannya.50
Pada bagian ini merupakan
titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna cerita.
Bagian ini sekaligus titik di mana struktur dan makna memperoleh fungsi
sepenuhnya. Dengan kata lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton
sepenuhnya merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari
persoalan yang sama.
Dari pemaparan sebagaimana di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
narasi ada bagian yang mengawali narasi, kemudian ada bagian yang menjadi
tahap perkembangan dari alur awal cerita dan yang terakhir ada bagian yang
mengakhiri suatu narasi. Walau demikian banyak juga pendapat dan kritikan
mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tersebut tidak
49
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 50
Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 154.
36
Gambar 2.2
Struktur Narasi Tzvetan Todorov
Ekuilibrium Gangguan Ekuilibrium
(Keseimbangan) (Kekacauan) (Keseimbangan)
dapat meniadakan pembagian waktu. Seperti misalnya, ada pendapat yang
mengatakan “bahwa sebenaranya apa yang disebut sebagai penyelesaian itu
sebenarnya tidak ada, karena akhir dai suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi
awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi,
yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.”51
Menurut Todorov, suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir.
Narasi diawali dengan adanya keseimbangan atau keteraturan dalam kehidupan.
Kemudia, keteraturan itu terganggu dengan adanya kekuatan jahat. Narasi diakhiri
oleh upaya atau cara untuk membuat gangguan itu berhenti sehingga
keseimbangan akan kembali tercipta. Jika digambarkan, struktur dari sebuah
narasi yang dikemukakan oleh Todorov sebagai berikut:52
Struktur narasi inilah merupakan bagian dari aspek utama dari sebuah
proses naratif.53
Bagian awal, tengah dan akhir merupakan struktur berdasarkan
pembagian waktu. Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat
yang tertib. Keteraturan tersebut berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari
seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Dalam cerita fiksi,
hal ini ditandai dengan musuh yang berhasil dikalahkan, pahlawan yang hidup
bahagia, masyarakat yang bisa dibebaskan sehingga menjadi makmur dan bahagia
selamanya.
Struktur narasi yang dikemukakan oleh Todorov, telah dimodifikasi oleh
Nick Lacey dan Gillespie. Lacey dan Gillespie memodifikasi struktur narasi
tersebut menjadi lima bagian. Tahapan yang ditambah oleh Lacey dan Gillespie
51
Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146. 52
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita
Media, h. 46. 53
Tony Thwaites, dkk, Introduction Cultural And Media Studies: Sebuah Pendekatan
Semiotika. Penerjemah Saleh Rahman. Cet. Ke – 1, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 182.
37
tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambah oleh keduanya,
misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan
dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting lain yang ditambahkan
adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan.54
Tabel 2.155
Perbandingan Struktur Narasi Menurut Sejumlah Ahli
No. Lacey Gillespie
1. Kondisi keseimbangan dan
keteraturan.
Ekposisi, kondisi awal.
2. Gangguan (disruption)
terhadap keseimbangan.
Gangguan, kekacauan.
3. Kesadaran terjadi
gangguan.
Komplikasi, kekacauan
makin besar.
4. Upaya untuk memperbaiki
gangguan.
Klimaks, konflik
memuncak.
5. Pemulihan menuju
keseimbangan.
Penyelesaian dan akhir.
Kondisi awal, kondisi keseimbangan dan keteraturan. Narasi umumnya
diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan. Dalam narasi tentang
superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota yang damai, kerajaan yang
makmur, dan seterusnya. Atau narasi tentang sebuah keluarga, diawali dengan
kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia.56
Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan. Bagian atau struktur kedua
dari narasi adalah adanya gangguan. Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh
yang merusak keharmonisan, keseimbangan dan keteraturan. Dalam film tentang
54
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita
Media, h. 46. 55
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita
Media, h. 47. 56
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita
Media, h. 47.
38
superhero misalnya, babak kedua ini ditandai oleh kehadiran musuh yang
melakukan tindakan jahat yang mengubah ketertiban.57
Kesadaran terjadi gangguan. Gangguan makin besar. Pada tahap ketiga,
gangguan makin besar dan dampaknya makin dirasakan. Pada tahap ini, gangguan
umumnya mencapai titik puncak (klimaks). Dalam narasi mengenai superhero,
babak ini ditandai oleh kekuatan musuh yang makin kuat.58
Upaya untuk memperbaiki gangguan. Pada tahap ini, narasi biasanua berisi
tentang hadirnya sosok pahlawan yang berupaya untuk memperbaiki kondisi. Di
tahap ini, sudah ada upaya untuk menciptakan keteraturan kembali, meskipun
upaya itu digambarkan mengalami kegagalan. Dalam narasi mengenai superhero,
di tahap ini sudah muncul perlawanan terhadap musuh.59
Pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali. Tahap
ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada babak
dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali. Dalam
tahap ini, dalam narasi superhero digambarkan bagaimana pahlawan berhasil
mengalahkan musuh.60
57
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita
Media, h. 47. 58
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita
Media, h. 48. 59
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita
Media, h. 48. 60
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita
Media, h. 48.
39
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Resensi Film The Post
Subyek analisis dalam penelitian ini adalah Film The Post. Film yang
disutradarai oleh Steven Spielberg dengan pemeran utama Tom Hanks dan Meryl
Streep ini, mengangkat kisah nyata tentang The Washington Post, salah satu
penerbit surat kabar yang terkenal di Amerika Serikat.1
Film ini diangkat dari kisah nyata mengenai pembeberan data yang
seharusnya rahasia. The Post diakui oleh Spielberg sebagai film yang memiliki
masa produksi paling singkat di antara semua film miliknya. Film ini mulai
digarap ketika Amy Pascal memenangkan hak atas naskah The Post yang ditulis
oleh Liz Hannah pada Oktober 2016 lalu. Saat Maret 2017 diumumkanlah Steven
Spielberg sebagai sutradaranya dan di saat yang bersamaan Meryl Streep dan Tom
Hanks ditunjuk sebagai pemeran Katharine Graham dan Ben Bradlee.
Setting pertama dibuka dengan cuplikan adegan Perang Vietnam dan diskusi
pejabat pemerintah AS terkait perang dan selanjutnya cerita mulai berfokus pada
Kay Graham (yang diperankan oleh Meryl Streep), Ben Bradlee (diperankan oleh
Tom Hanks) beserta tim wartawan The Washington Post yang berjuang
mengungkap Pentagon Papers ke publik.
1 https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a98fae3cf01b4660b1f5 957/resensi-
filmthe-post-adu-kuat-antara-pers-dan-pemerintah diakses pada 3 September 2018, pukul 07:56
WIB.
40
Pentagon Papers adalah serangkaian dokumen paling rahasia (klasifikasi
Top Secret) Departemen Pertahanan AS terkait keterlibatan pemerintah AS dalam
Perang Vietnam. Dokumen ini terdiri dari 47 volume yang disusun dalam rentang
tahun 1967-1969, mencakup 3,000 halaman narasi dan 4,000 halaman dokumen
pendukung. Penelitian ini dipimpin oleh seorang Analis Militer, Daniel Ellsberg,
yang kemudian malah membelot dan beropini bahwa seharusnya seluruh
informasi hasil penelitian tim-nya diketahui publik.
Film The Post mulai diproduksi pada 30 Mei 2017 dan selesai pada 25
Agustus 2017 dan 22 Desember 2017. Film The Post dirilis di Amerika Serikat
dan 12 Januari 2018 dirilis secara global. Film The Post menceritakan sosok
seorang wanita, Katharine Graham, salah satu penerbit surat kabar di Amerika,
The Washington Post dan juga editornya, Ben Bradlee. Kay dan Ben bergabung
bersama jurnalis lainnya pada tahun 1971 untuk menerbitkan sebuah makalah
Pentagon.
Sebuah makalah yang mengungkapkan cerita di balik perang Vietnam, dan
juga mengenai keterlibatan Pentagon di perang tersebut. Makalah yang bisa
dikatakan mampu membuka semua rahasia Pentagon. Perseteruan pun terjadi
antara para wartawan tersebut dengan pemerintah. Namun para wartawan yang
rela mempertaruhkan karir mereka dan kebebasan mengetahui kebenaran
membuat mereka berjuang kuat untuk mengungkapkan kebenaran.
The New York Times adalah yang pertama kali mempublikasikan salah satu
isi Pentagon Papers dan langsung menyita perhatian publik, termasuk Gedung
Putih. Gedung Putih langsung melayangkan peringatan kepada New York Times
dan melarang mempublikasikan lebih jauh isi Pentagon Papers dengan alasan
dapat mengakibatkan kehancuran negara, kematian langsung tahanan perang AS,
memperpanjang perang dan sebagainya. Dikarenakan New York Times menolak,
gugatan perdata pun dilayangkan pemerintah AS sehingga New York Times
diputuskan tidak boleh menerbitkan kembali Pentagon Papers.
Dari sinilah The Washington Post mulai berperan. Saat kasus Pentagon
Papers ini berlangsung, Kay Graham baru saja kehilangan suami yang sekaligus
menjabat sebagai pimpinan The Washington Post, mendadak harus menjalankan
perusahaan keluarga tersebut. Untuk menstabilkan kondisi keuangan perusahaan,
41
Kay Graham harus menjual sejumlah sahamnya kepada publik. Setelah New York
Times dilarang menerbitkan Pentagon Papers, tak disangka Ben Bradlee juga
mendapatkan narasumber terpercaya terkait Pentagon Papers. Empat ribu halaman
salinan dokumen tak beraturan itupun mulai disusun sedemikian rupa untuk
menerbitkan artikel berikutnya.
Kay Graham dihadapkan pada dilema berat oleh dewan direksinya.
Sebagian mendorongnya (terutama Ben Bradlee) untuk menerbitkan artikel
tersebut dengan pertimbangan bahwa seharusnya pers tidak bisa didikte
pemerintah dan sebagian menentangnya karena berpotensi menyebabkan para
investor akan menarik sahamnya dari The Washington Post. Disatu sisi, Kay
Graham ingin tetap berpegang pada prinsip kebebasan pers sementara disisi lain ia
juga tidak ingin kehilangan perusahaannya, karena kemungkinan terburuknya
adalah The Washington Post tutup dan ia dipenjara karena melawan pemerintah.
Pada akhirnya, Kay memutuskan untuk tetap mempublikasikan artikel
tersebut dan tentunya langsung menyulut reaksi dan peringatan dari Gedung
Putih. The Washington Post dilarang keras masuk ke Gedung Putih lagi dan
dituntut di pengadilan. Kasus New York Times dan Washington Post melawan
pemerintah menjadi kasus yang paling terkenal dengan sebutan New York Times
vs United States. Namun tak disangka, ternyata Pentagon Papers juga telah
Gambar 3.1 Halaman depan The Washington Post yang
memuat artikel Pentagon Papers (sumber: pophistorydig.com)
42
tersebar ke surat kabar lainnya mulai dari Times, Boston Globe dan lainnya. Dan
ketika serombongan perusahaan media ini bersatu mengajukan banding ke
Mahkamah Agung, kasus pun dimenangkan pihak pers karena mereka berhasil
membuktikan bahwa dengan diterbitkannya Pentagon Papers ini, tidak akan
menimbulkan hal-hal seperti yang telah dikhawatirkan oleh pemerintah. Kasus ini
pun akhirnya melahirkan amandemen pertama pada undang-undang yang
menjamin kebebasan pers.
Pada film The Post akting yang ditampilkan Tom Hanks dan Meryl Streep
sangat pas dengan tokoh yang diperankan. Mungkin karena mereka berdua juga
telah berpengalaman dalam berakting di genre film-film serupa. Tapi menurut alur
The Post dibilang cukup lambat, mungkin karena materi yang yang disajikan
lumayan "berat".
Jika di Film Spotlight (2015) para reporter sibuk mencari narasumber, di
sini Steven Spielberg menyajikan riuhnya ruang redaksi, rapat para reporter tanpa
henti, dan proses editor yang harus teliti, hingga tempat produksi tradisional. Kita
diajak melihat bagaimana para petugas harus menyusun satu per satu panel huruf
per halaman untuk dicetak di surat kabar.
Berbicara akting, Meryl Streep dan Tom Hanks masing-masing memiliki
porsi yang pas. Ketika kepemimpinan Kay diragukan hanya karena ia wanita satu-
satunya dalam perusahaan tersebut, Meryl berhasil memerankan sosok Kay
dengan totalitas. Di saat gentingnya memutuskan harus mempublikasikan
makalah pentagon atau tidak, Kay dengan lantang berkata “It‟s no longer my
father‟s company. This is no longer my husband‟s company. This is my company”
di hadapan para komisaris. Sementara itu, Tom Hanks melengkapi Meryl dengan
perannya sebagai sosok editor yang idealis dan sibuk memberikan saran-saran
untuk Kay.2
B. Pengenalan Tokoh Utama film The Post
Sutradara Steven Spielberg menggunakan pendekatan personal untuk
membangun rasa yang ia inginkan dalam penggarapan film The Post ini.
Penegasan tokoh dalam setiap alur di suguhi dengan banyaknya karakter, akan
2 https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-the-post-meryl-streep-tom-hanks
diakses pada 3 September 2018, pukul 08:27 WIB
43
tetapi ada tokoh-tokoh yang menjadi sorotan salam film The Post.
1. Meryl Louise Streep
Mary Louise Strepp yang dikenal sebagai Meryl Streep lahir di Summit,
New Jersey, 22 Juni 1949. Aktris yang berdarah keturunan Jerman, Swiss dan
Inggris ini merupakan putri pasangan eksekutif perusahaan farmasi, Harry
William Streep, Jr., dan bintang iklan sekaligus mantan editor bidang seni, Mary
Wolf Wilkinson. Meryl memiliki dua saudara yakni Dana dan Harry.
Meryl menunjukkan bakatnya di bidang akting dan drama. Meryl beberapa
kali tampil di atas panggung pertunjukan saat dia menempuh pendidikan di Yale
School of Drama dan Vassar College. Beberapa tahun setelah lulus, Meryl
berhasil mengawali debutnya sebagai aktris lewat film layar lebar “Julia” (1977).
Dua tahun setelah debutnya itu, Meryl menyabet penghargaan Oscar di kategori
Best Supporting Actress lewat perannya sebagai Joanna Kramer di film “Kramer
vs. Kramer” (1979). Sementara penghargaan pertamanya untuk kategori Best
Actress di ajang penghargaan Oscar berhasil diraih Meryl lewat film “Sophie's
Choice” (1982).
Tahun 1980 hingga 1999, pamor Meryl di Hollywood kian berkibar. Hal ini
dibuktikan dengan kesuksesan beberapa film yang dibintanginya seperti “Out of
Africa” (1985), “Ironweed” (1987), "Death Becomes Her" (1992), “The Bridges
of Madison County” (1995), “Before and After” (1996), “Marvin's Room” (1996),
dan “Music of the Heart” (1999). Dalam hal akting, Meryl dikenal sangat jago
44
menghidupkan berbagai karakter. Dia pernah memperlihatkan sisi sinis dan
sarkasme lewat perannya sebagai bos Anne Hathaway, Miranda Priestly, di film
“The Devil Wears Prada.”
Dia juga sempat menampilkan sisi kikuk saat berperan sebagai bibi
Josephine di film anak-anak yang dibintangi Jim Carrey, “Lemony Snicket’s A
Series of Unfortunate Events.” Kepiawaian akting Meryl semakin diakui dunia
ketika aktris yang kini berusia 61 tahun ini berhasil menunjukkan keahlian
menyanyinya lewat film musikal, “Mamma Mia!”. Tahun 2010, Meryl dikabarkan
mendapat tawaran peran yang cukup menantang. Dia bakal menghidupkan
karakter mantan perdana menteri wanita pertama di Inggris, Margaret Thatcher, di
film biopic tentang kehidupan Marget bertajuk “Thatcher.” Tidak heran apabila
pemandu acara Academy Awards tahun lalu, Jimmy Kimmel, menyebut Meryl
sebagai aktris yang 'overrated'. Tentu saja, karena Meryl adalah aktris serba bisa
yang menjadi permata di era milenial ini.3
2. Tom Hanks
Thomas Hanks merupakan aktor Hollywood papan atas yang terkenal asal
Amerika Serikat. Ia lahir di Concord, California, Amerika Serikat pada tanggal 9
Juli 1956. Tom Hanks juga merupakan seorang sutradara. Ia dikenal sebagai salah
satu aktor Hollywood dengan kemampuan akting yang sangat bagus. Ia juga
beberapa kali mendapatkan prestasi dan penghargaan film internasional dan
diakui sebagai salah satu aktor terbaik dalam kurun 3 dekade terakhir.
3 https://kumparan.com/@kumparanhits/meryl-streep-legenda-hidup-perfilman-dunia
diakses pada 16 Januari 2019 pukul 1528 WIB.
45
Tom Hanks lahir dengan nama lengkap Thomas Jeffrey Hanks pada tanggal
9 Juli 1956. Ia mengawali karir akting sejak awal tahun 80an. Namanya mulai
dikenal di tahun 90an setelah ia membintangi beberapa film barat 90an yang
populer. Sejak itu, Tom Hanks pun menjadi aktor papan atas Hollywood. Ia juga
sempat menjadi aktor dengan bayaran termahal di dunia.
Beberapa karakter Tom Hanks yang paling ikonik adalah sebagai Forrest
Gump dalam film Forrest Gump serta sebagai Captain John Miller dalam film
Saving Private Ryan. Sementara film Tom Hanks terbaik lainnya misalnya yaitu
Philadelphia, Apollo 13, The Green Mile, Cast Away, Catch Me If You Can,
Captain Phillips dan Bridge of Spies. Tom Hanks juga menjadi pengisi suara
Woody dalam film animasi Toy Story series.4
Thomas Hanks salah satu aktor terbaik yang mampu eksis hingga saat ini di
perfilman Hollywood. Memulai karir profesionalnya pada tahun 1980, Hanks
memulai kesuksesannya saat membintangi film fantasi komedi berjudul Big pada
tahun 1988. Berkat kemampuan aktingnya dalam film tersebut, Tom Hanks
mendapatkan penghargaan Academy Award pertamanya sebagai Best Actor.
Kesuksesan sebagai seorang aktor pun mulai menjadi bagian dari hidupnya. Film-
film yang dibintanginya selalu menjadi box office yang sukses besar di pasaran,
tak terkecuali film-film yang dibintanginya pada tahun 90an.5
4 https://www.artikelbaca.com/biografi-film-tom-hanks/ diakses pada 16 Januari 2019
pukul 15:34 WIB. 5 https://www.idntimes.com/hype/throwback/ganjar-firmansyah/5-film-terbaik-tom-
hanks-tahun-90an-c1c2-1/full diakses pada 16 januari 2019 pukul 15:36 WIB.
46
BAB IV
TEMUAN DATA DALAM FILM THE POST
Dengan menggunakan model alur cerita Tzvetan Todorov, peneliti akan
menjabarkan alur cerita dalam film The Post. Berdasarkan hasil pengamatan dari
tayangan film terkait dengan praktik verifikasi berita terhadap prinsip jurnalisme,
terlihat jelas bahwa proses verifikasi menjadi bagian terpenting dalam berita.
Dalam dunia jurnalisme sebagai seorang wartawan bahkan pemilik media harus
mengemban nilai-nilai yang terkandung di dalam prinsip jurnaslisme.
Media menjadi sebuah sarana penyebaran dan penyampaian informasi untuk
masyarakat. Tetapi pemberitaan merupakan produk dari media yang mana telah
melewati serangkaian tahapan sebelum rilis. Media merupakan hasil dari proses
yang telah dipengaruhi oleh berbagai unsur. Dengan kata lain berita yang
ditampilkan bukan hanya melewati serangkaian proses, akan tetapi merupakan
hasil kompromi dari elemen pemberitaan. Film The Post, sebagai salah satu film
yang menampilkan bagaimana kerja dari sebuah media.
Pada film The Post terlihat proses penyusunan berita dilakukan melalui
berbagai tahap hingga berita tersebut layak untuk diberitakan kepada khalayak.
Tahapan-tahapan tersebut, misalnya saja seperti rapat redaksi penentuan berita
yang akan dirilis, dan wartawan yang ditunjuk untuk meliput. Kemudian tahap
selanjutnya ialah penulisan berita, proses penyutingan, pemilihan headline, hingga
pencetakan. Walaupun begitu proses penulisan hingga rilis terlihat aada
ketegangan antara pemerintah, pemilik media dan jurnalis tapi pada akhirnya
peran media di dalam film ini diberikan sebuah kebebasan pers yang
menguntungkan untuk media.
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan alur cerita film The Post menurut
Tvzetan Todorov. Analisis film ini nantinya akan terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu alur awal, tengah dan akhir, yang nantinya akan dihubungkan. Film ini
termasuk film drama, yang mana film ini mengetengahkan aspek-aspek human
interest, sehingga yang tuju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap
kejadian dalam adegan film The Post.
47
A. Alur awal cerita pada film The Post
Film ini dimulai dengan cuplikan kondisi perang Vietnam. Diawal frame
yang ditampilkan terkait dengan kondisi tentara di Provinsi Shaun Nghia,
Vietnam dengan konsep tahun 1966. Di awal digambarkan kondisi tentara yang
siap berperang dengan pakaian dan alat lengkap. Akan tetapi sempat terlihat ada
satu tokoh yang ditonjolkan di deretan tentara yang ada. Tokoh tersebut adalah
seorang pengamat yang di perintahkan langsung oleh pemerintah Amerika.
Lalu Ellsberg selaku pengamat dari Kedutaan Besar, bergegas pergi ke
medan perang bersama dengan tentara lainnya. Saat di medan perang, lokasi
sudah malam dan terjadi baku tembak antara tentara AS dengan tentara Vietnam.
Pada saat baku tembak, Nampak tentara dari AS banyak yang mengalami luka-
luka, akibat baku tembak yang terjadi. Berikut cuplikan dari bagian awal atau
pendahuluan dalam film The Post:
Tabel. 4.1
Adegan pertama alur awal
Visualisasi
Durasi
0:05:15
Dialog Ket. Angle Kamera
Jurnalis : Pak Sekretaris, pak! Bagaimana
perjalananmu, pak? Pak.
Sekretaris : Selamat sore, tuan-tuan, aku tidak
punya apapun. Ucapan yang
disiapkan tapi aku sangat senang
menerima pertanyaanmu satu
persatu. Jim?
Jim : Pak Sekretaris, aku bertanya apakah
perjalanan tersebut membuatmu
optimis atau pesimis soal prospek
kita dalam perang ini, dan
Medium long
shot/medium wide
shot. Tetapi angle
dalam gambar ini bisa
mengacu kepada
group shot, karena
pengambilan gambar
untuk sekelompok
orang sebagai objek.
48
kemampuan kita untuk
memenangkannya?
Sekretaris : Kau bertanya apakah aku optimis
atau pesimis. Hari ini, aku bisa
berkata kemajuan militer selama 12
bulan terakhir telah melampaui
harapan kita. Kami sangat terdorong
oleh apa yang kita saksikan di
Vietnam. Dalam segala hal, kami
sudah ada kemajuan. Aku senang ada
Bob Komer bersama kami dalam
perjalanan. Jadi dia bisa melihat
sendiri yang kami tunjukkan.
Perbaikan besar dalam setiap sudut
dimensi perang. Derrick?
Kebohongan mulai dirasakan ketika Sekretaris turun dari pesawat lalu
disambut oleh kerumunan wartawan yang ingin mengetahui kondisi perang.
Sekretaris menegaskan bahwa kondisi perang saat ini jauh lebih baik dan
kemungkinan kemenangan akan diraih oleh Amerika. Atas pertanyaan tersebut
para awak media merasa senang akan tetapi terlihat ketika Ellsberg turun dari
pesawat dirinya merasa ada hal yang sepatutnya tidak di jelaskan kepada awak
media.
Ellsberg merasa ada yang perlu di ungkap kepada publik, terkait dengan
rahasia perang Vietnam yang sebenarnya. Karena Ellsberg memiliki akses
brangkas tempat menyimpan dokumen rahasia, akhirnya Ellsberg mencoba
membuka akses tersebut dan mengambil beberapa dokumen rahasia milik negara
untuk di salin. Saat membuka brangkas data yang muncul pertama kali, yakni data
mengenai hubungan Amerika Serikat – Vietnam tahun 1945-1967 yang mana data
ini memiliki tingkat – sangat rahasia. Karena Ellsberg merasa harus ada yang
diungkap akhirnya Ellsberg membawa beberapa berkas untuk disalin.
B. Alur tengah cerita pada film The Post
Sebagai pemilik perusahaan koran Katharine memiliki hubungan baik
dengan pemilik perusahaan yang serupa. Pada saat makan siang bersama salah
satu kolegannya Katharine mendapatkan informasi berkenaan dengan berita yang
49
akan dirilis di media lain. Karena informasi itu penting, akhirnya Katharine
mencoba menghubungi Ben selaku editor di The Washington Post.
Berikut beberapa cuplikan dari bagian tengah dalam film The Post:
Tabel. 4.2
Adegan pertama alur tengah
Visualisasi
Durasi
0:32:26
0:33:18
Dialog Ket. Angle Kamera
A : Jenderal Haig, pak.
Jenderal Haig : Hai, Al.
A : Ya pak.
Jenderal Haig : Bagaimana dengan daftar korban.
Kau punya sosok itu?
A : Tidak, pak, tapi kupikir ini menjadi
sangat rendah,
Jenderal Haig : Baik. Baik. Tidak ada lagi yang
menarik di dunia ini?
A : Ya, pak, sangat penting ini, New
York Times telah berani mengekspos
dokumen perang yang paling rahasia.
Angle yang digunakan
ialah menggunakan
teknik long shot.
50
Jenderal Haig : Maksudmu itu yang bocor keluar
dari Pentagon?
A : Laporan keseluruhan yang ditulis
McNamara. Ini pelanggaran
keamanan yang tinggi, lebih dari
yang besar yang terbesar apapun.
Jenderal Haig : aku pernah melihat.
A : Yah…
Jenderal Haig : Nah, apa yang sedang dilakukan
mengenai hal itu? Apakah kita tahu
ini akan keluar?
A : Tidak, kami tidak tahu, pak.
B : Aku punya Dr, Kissinger.
Jenderal Haig : Henry, hal itu bagiku hanya tidak
masuk akal ini tindakan yang masuk
akal. Bagian dari bajingan yang
memadamkannya.
A : Aku sangat yakin ini melanggar
segala macam keamanan… hukum –
orang harus dimasukkan untuk hal
semaram ini.
Tabel. 4.3
Adegan kedua alur tengah
Visualisasi
Durasi
0:36:21
Dialog Ket. Angle Kamera
Ben mendatangi rumah Katharine
Ben : Aku percaya kau mengetahui New
York Times.
Katharine : Hmm.
Ben : Laporan yang mereka kerjakan…
Siapa yang ditugaskan oleh McNamara.
Katharine : Ya itu maksudku.
Ben : Bilamana McNamara menugaskannya,
mungkin dia punya salinan. Aku perlu
Gamabr ini
menampilkan dua
objek dan
menggunakan teknik
eye level.
51
bilang padamu untuk menemukan
seorang narasumber. Bagai mencari
jarum di tumpukan jerami.
Katharine : Aku tidak butuh metafora.
Ben : Aku belum pernah menjadi penulis
untuk sementara waktu sehingga klise
lama. Perbandingan yang terbaik. Aku
bisa datang. Aku butuh salinan laporan
itu, Kay.
Katharine : Beri saja, Ben.
Ben : Oh ini dia.
Cucu : Terima kasih.
Katharine : Ben, sama sepertiku senang. Sebuah
tugas investigasi yang baik, Bob
Mcnamara adalah teman lama.
Ben : Mm.
Katharine : Dia banyak menjalani hidupnya saat
ini.
Ben : Hanya aku.
Katharine : Mungkin dia bilang semua yang ingin
dikatakan.
Ben : Mengapa kau berpikir demikian?
Katharine : Mengapa?
Ben : Mengapa? Mengapa McNamara bicara
denganku?
Katharine : Nah, aku baru saja bilang dia teman
lamaku, dan.
Ben : Nah, apakah dia bicara soal teman
lain?
Katharine : Aku tidak yakin menghargai
impikasinya.
Ben : McNamara sedang bicara denganmu.
Sebab kau penerbitnya.
Katharine : Itu tidak benar!
Ben : Dari Washington Post.
Katharine : Tidak mungkin.
Ben : Bukan itu alasannya. Sebab ingin
sekali bertemu kau. Selamatkan reputasi
surat kabar kita.
Katharine : Tidak perlu sungkan.
Ben : McNamara ingin kau disisinya.
Katharine : Tidak, Ben, bukan preran aku. Kau
tahu itu. Aku takkan bilang bagaimana menulis soal dia. Sama seperti aku tidak
mau ambilah pada diriku sendiri untuk
memberitahunya. Seharusnya dia
serahkan sokumen rahasia itu, itu bisa
menjadi tindakan kejahatan. Supaya
52
bisa menjadi narasumbermu.
Ben : Narasumber kami, Katharine.
Katharine : Tidak, aku, tidak. Aku tidak. Aku
takkan tanya Bob untuk penelitiannya.
Ben : Aku… aku mengerti, kau punya
hubungan dengan Bob McNamara. Tapi
bukankah menurutmu kau juga punya
kewajiban pada surat kabar dan untuk
khalayak umum?
Katharine : Izinkan aku menayakan sesuatu
padamu. Bagitulah perasaanmu saat kau
berada disamping Jack Kennedy? Di
mana rasa kewajibanmu saat itu? Aku
tidak ingat kau mendorongnya sangat
keras untuk segala hal.
Ben : Aku mendorong Jack saat itu dan tidak
pernah aku menariknya.
Katharine : Aku. Bernarkah begitu? Karena kau
biasa makan malam di Gedung Putih
seminggu sekali. Semua perjalanan ke
Camp David. Oh, dan pelayaran ulang
tahun di Sequoia kau bercerita. Sulit
dipercaya kau akan dapat semua
undangan itu jika tidak Tarik beberapa
dorongan.
Tabel. 4.4
Adegan ketiga alur tengah
Visualisasi
Durasi
0:39:08
Dialog Ket. Angle Kamera
Saat Ben berada di mobil
Radio : Protes dijalanan menyebar hari ini di
seluruh negeri setelah publikasi lebih
Angle yang digunakan
dalam penggambilan
gambar ini,
53
banyak kutipan dari arsip Departeman
Pertahanan yang diklasifikan di New
York Times. Laporan menyebut yang
ditugaskan oleh mantan Sekretaris
Pertahanan Robert McNamara telah
memicu perdebatan lebih lanjut selama
perang berlangsung di Vietnam. Karena
jelas Kennedy dan Johnson serta
Eisenhower juga Truman sangat
menyesatkan negara di Vietnam. Seri
judul bom telah muncul selama dua hari
terakhir di New York Times.
Masa : Kami tidak ingin bau peperangan!
menggunakan teknik
extreme close up.
Tabel. 4.5
Adegan keempat alur tengah
Visualisasi
Durasi
0:41:01
0:42:28
Dialog Ket. Angle Kamera
Seorang perempuan masuk keruang berita, dan
mecari orang yang diaggap pas menerima paket
Gambar ini
menampilkan
54
darinya. Setelah ada seorang reporter yang tengah asih
bekerja, perempuan tersebut menghampirnya dan
memberikan paket.
P : Permisi. Apakah kau orang penting?
Reporter : Ya, aku seorang reporter bagian
umum.
P : Baiklah,
Reporter : Eh, kurasa aku punya sesuatu.
Sekretaris : Jadilah tamuku.
Editor : Dan mereka narasumber ceritanya.
Setiap kali aku membaca New York
Times di atas lipatan.
Reporter : Tn. Bradlee?
Bradlee : Tidak. Serasa bagai ada orang yang
menusuk kartu poker ke pantatku.
Reporter : Kupikir aku punya sesuatu.
L : Dari mana kau bisa dapatkan ini?
Reporter : Sseorang wanita meninggalkannya di
mejaku.
Bradlee : Tidak ada yang diam-diam
menyarankan agar McNamara
memprovokasi Vietnam Utara agar
punya alasan untuk eskalasi.
C : Ya, ada di artikel The Times.
Bradlee : Bagus. Kau harus memeriksanya.
C : Baik itu. Ya Tuhan.
Bradlee : Berikan pada seseorang yang bisa
mengetikkan 91 kata per menit.
L : Ben.
Bradlee : Dan punya bukti oke?
L : Ben.
Bradlee : Ya.
L : Kupikir kita punya sesuatu.
Bradlee : Apa itu? Ya Tuhan.
C : Apa ini bagian dari hasil laporan
McNamara?
Bradlee : Dari mana?
Reporter : Dari seseorang wanita yang
meninggalkannya di mejaku.
Bradlee : Di mejamu?
Reporter : Bukan mejaku. Aku, tapi seorang
wanita.
Bradlee : Seorang wanita? Oh, kita…punya. C : Ratusan catatan McNamara.
Bradlee : Seorang wanita, siapa dia?
C : Bahan berita di sini.
Reporter : Dia wanita hippie. Dia punya salah
satu dari mereka,
beberapa objek.
Gambar pertama
menggunakan
komposisi three shot
sedangkan gambar
kedua group shot.
Untuk angle kedua
gambar ini
menggunakan long
shot atau wide shot.
55
Bradlee : Hei, Debbie, beri aku Bagdikian.
Reporter : Dia keluar, baru saja pergi.
Bradlee : Nah, hal yang nyata. Ini akan menjadi
halaman depan besok surat kabar, um…
Berikan pada Marder, ini hari
keberuntungannya. Ya Tuhan,
menyenangkan
Tabel. 4.6
Adegan kelima alur tengah
Visualisasi
Durasi
0:54:47
0:56:47
Dialog Ket. Angle Kamera
Bradlee ke tempat Ellsberg.
Ellsberg : Siapa ini?
Bradlee : Ini Ben.
Ellsberg : Ben.
Bradlee : Dan.
Ellsberg : Penelitian ini memiliki 47 jilid. Aku
menyelinap keluar beberapa pada suatu
Kedua gambar
menggunakan angle
medium long shot.
56
waktu. Butuh waktu berbulan-bulan
untuk menyalin semuanya.
Bradlee : Apa-apaan?
Ellsberg : Yah, kami semua mantan pegawai
pemerintahan. Atas izin, semua itu.
McNamara ingin akademisi memiliki
kesempatan untuk memeriksa apa yang
terjadi. Dia berkata pada kita, “Biarkan
keripik jatuh di tempat mereka berada.”
Bradlee : Lelaki pemberani.
Ellsberg : Menurutku rasa bersalah motivator
yang lebih besar daripada keberanian.
McNamara tidak berbohong dan juga
sisanya. Tapi aku-kurasa dia tidak
melihat apa yang akan terjadi, apa yang
kita temukan, tidak butuh waktu lama
untuk cari tahu. Nah, bagi kita semua
untuk cari tahu. Jika publik pernah
melihat surat-surat ini, meraka akan
berbalik melawan perang. Oops yang
terselubung, utang yang terjamin,
pemilihan yang dicurigai, semuanya ada
di sini. Ike, Kennerdy, Johnson mereka
melanggar Konvensi Jenewa, dan
mereka berbohong pada Kongres juga
pada publik. Mereka tahu kita tidak bisa
menang dan masih mengirim pemuda
untuk mati.
Bradlee : Bagaimana dengan Nixon?
Ellsberg : Dia hanya terus seperti yang lainnya.
Terlalu takut jadi orang yang kalah
perang di arlojinya. Seseorang
mengatakan ini. Di beberapa titik
mengapa kami tinggal, saat kamu tahu
kalah. 10 persen untuk membantu
Vietnam Selatan. 20 persen menahan
komies. 70 persen untuk menghindari
penghinaan dari kekalahan Amerika. 70
persen dari laki-laki itu hanya
menghindari untuk dipermalukan? Itu
menempel dengan saya.
Bradlee : Mereka akan mengejarmu, kau tahu?
Dan aku harus jujur, remah-remah roti tidak terlalu sulit untuk diikuti.
Ellsberg : Aku tahu.
Bradlee : Mereka akan menguncimu, Dan.
Ellsberg : Tidakkah kau akan dipenjara untuk
hentikan perang ini?
57
Bradlee : Secara teoritis, tentu.
Ellsberg : Kau menerbitkan dokumen-dokumen
ini?
Bradlee : Ya.
Ellsberg : Bahkan dengan perintah tersebut.
Bradlee : Iya.
Ellsberg : Kalau begitu, tidak begitu teoritis,
bukan?
Tabel. 4.7
Adegan keenam alur tengah
Visualisasi
Durasi
1:03:59
1:06:33
Dialog Ket. Angle Kamera
Bradlee : Bukan laporan lengkap, tapi lebih
dari 4.000 halaman itu.
P : Hah, apa ini sudah sesuai?
Bradlee : Aku tidak berpikir begitu.
Kemeja G : Tidak ada nomor halaman.
Bradlee : Ya, disitulah perangko rahasia.
Narasumberku harus memotongnya.
Jas : Kita seharusnya pension pada hari
Jum’at.
Kaca M, Jas H : Ben, bagaimana kita bisa menyortir
Gambar pertama
menggunakan angle
frog angle, sedangkan
gambar kedua
menggunakan angle
bird angle.
58
dari 4.000 halaman ini.
Kemeja G : Mereka bahkan tidak diatur secara
longgar.
Kaca M J Abu : Times punya waktu tiga bulan
untuk menyortir. Tidak mungkin kita
dapatkan jumlah ini…
Kemeja G : Ya, dia benar, kita punya waktu
kurang dari delapan jam.
P : Kami dapatkan dua per kota, maka
kami punya sepuluh.
Ben : Hei, hei, hei, selama enam tahun
terakhir kita sudah bermain mengejar
ketinggalan. Dan sekarang berkat
Presiden Amerika Serikat.
Ngomong-ngomong, mengambil
seluruh Amandemen Pertama, kita
punya satu hal. Tidak akan punya
kompetisi. Ada puluhan cerita di sini.
Times nyaris tidak menggaruk
permukaannya. Kami punya waktu
sepuluh jam sampai batas waktu,
jadi, kami menggali.
P : Saya pikir memo ini dari
McNamara. Uh “Ini keyakinanku
seharusnya ada jeda tiga atau empat
minggu dalam pemboman.”
G. Kacamata : Tunggu, tunggu, tunggu, aku
melihat separuh dari memo itu.
P. Dasi : Eh, ada yang punya separuh kabel
dari Dulles di ’54?
G. Kacamata : Kupikir, aku melihat satu dari bulan
Juli.
P. Dasi : Ya, ini dia, “Alasan untuk
kepercayaan ini bahwa kita harus
meletakkan dasar dalam benak
masyarakat Amerika.”
P : It it itu dia! Mm hmm. Jadi Johnson
tidak berusaha berdamai, dia hanya
memanipulasi publik?
Ben : Pengawas keluar untuk suspense
dalam pemboman sejak kapan?
P. Dasi : Tahun ’65 sampai ’68.
P. Kacamata : Bagaimana dengan memo dari Eisenhower? Panitian khusus di
Indocina?
G. Kacamata : Eh, Meg membacakan satu bagian
untukku?
P. Dasi : Meg? Semua orang melihat
59
penyebutan dari Rand, Vietcong?
P. Kacamata : Yah, kukira ini mungkin dari Rand
Corp, “VC sangat berkomitmen.”
“Vietnam Selatan penyebab
kekalahan.”
Keseluruhan : Whoa! Ini dia!
G. Kacamata : Meg, Meg, Mmeg, aku butuh…
P : Aku meletakkannya di rak.
Beberapa tumpukan.
Ben : Baik, jam 01.30, jam 4.00
konferensi cerita.
Anak Ben : Bolehkah aku menarik minat siapa
pun beli limun ini?
P : Apa ada vodka di dalamnya?
Anak Ben : Aku tidak, aku tidak.
Ben : Seduhkan vodka ke dalam limunku.
Lebih mudah bagi anak itu.
P. Dasi : Berapa, sayangku?
Anak Ben : Seperempat.
Ben : Ini lima puluh sen.
C. Alur akhir pada cerita pada film The Post
Tabel. 4.8
Adegan pertama alur akhir
Visualisasi
Durasi
1:47:14
Dialog Ket. Angle Kamera
Katharine : Apa yang dikatakan suamiku
soal berita tersebut? Dia
menyebutnya sebagai sejarah
pertama draft yang kasar. Itu
bagus, bukan? Oh, yah, kita tidak
Angle yang digunakan
pada gambar ini
adalah medium long
shot.
60
selalu melakukannya dengan
benar. Kita tidak selalu sempurna
tapi kupikir kita bisa adil.
Teruskan itu? Itu pekerjaannya,
bukan?
Ben : Ya itu.
Katharine : Oh, Ken Clauson datang
menemuiku lebih awal.
Ben : Oh?
Katharine : Ternyata keadilan masih bisa
dipertimbangkan, tuntutan pidana
terhadap kita. Dan kau tidak
khawatir?
Ben : Nggak. Tidak, Katharine,
tugasmu itu.
Katharine : Kukira ya itu. Oh, syukurlah,
putusan pengadilan sangat jelas.
Ben : Ya, ya, aku tahu. Aku yakin
Nixon benar.
Katharine : Baik. Karena kau tahu tidak
berpikir aku bisa hidup melalui
hal semua ini lagi.
61
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil temuan penelitian. Terlihat
jelas bahwa media hingga jurnalis memiliki andil besar dalam sebuah
pemberitaan. Berita yang di rilis bukan hanya dapat menyita perhatian dari
berbagai kalangan, akan tetapi juga bisa menyita perhatian media lainnya.
Pemberitaan perang Vietnam dilakukan untuk membuka kebohongan yang selama
ini ada.
Pemberitaan perang Vietnam yang dimuat oleh The Times, The
Wangshinton Post dan media cetak lainnya telah menyita perhatian publik hingga
Gedung Putih. Sebab pemberitaan perang Vietnam merupakan pemberitaan yang
sensitif yang dapat mengancam elektabilitas pemeritah di mata khalayak luas dan
dokumen pendukung dalam setiap rilis berita merupakan bagian dari dokumen
rahasia milik pemerintah.
Berdasarkan unit analisis yang peneliti gunakan untuk mengganalisis film
The Post, peneliti mengikuti tiga alur dari narasi model Tzvetan Todorov. Dari
setiap alur ditemukan 4 prinsip Jurnalisme yang menonjol. Setelah beberapa data
terkumpulkan peneliti melakukan analisis mengenai konfirmasi temuan penelitian
dengan teori yang digunakan dalam penelitian agar diperoleh hasil yang lebih
valid lagi sesuai dengan kerangka penelitian yang telah dibuat. Berdasarkan
temuan data dan analisis yang dihasilkan, maka ditemukan hasil seperti berikut:
A. Analisis alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post.
1. Analisis alur awal pada film The Post
Bagian pendahuluan adalah bagian awal dari sebuah cerita atau film yang
menjadi asal mulanya dari kejadian-kejadian selanjutnya. Bagian pendahuluan
dalam cerita harus berisi cerita yang menarik agar penonton lebih tertarik untuk
melanjutkan menonton adegan-adegan selanjutnya.
Dapat dikatakan alur awal film ini terasa membingungkan, penonton
terlebih dahulu di bawa ke suasana perang Vietnam lalu tiba-tiba di bawa ke
62
suasana perdebatan birokrasi, setelah itu penonton kembali di bawa ke cerita
dimana Daniel mengambil sebuah dokumen super rahasia dan kemudia di copy.
Namun alur awal inilah yang menjelaskan dan mengantarkan alur puncak film
The Post, dimana keseluruhan film ini bercerita tentang bocornya dokumen sangat
rahasia negara yang dipublikasikan oleh dua media massa, The New York Times
dan Wangshinton Post yang isi dokumen tersebut menceritakan peristiwa
mengejutkan. Sebuah skandal soal pemerintah yang ketahuan menutup-nutupi
langkah yang mereka ambil sehubungan dengan perang Vietnam.
Sosok awal yang dimunculkan di film ini, yaitu Daniel Ellsberg juga yang
akan menjadi sosok penting yang membuka konflik awal film ini dimana
dokumen negara yang sangat rahasia tersebut ia copy yang nanti akan
diberikankepada Neil Shenaan, salah seorang wartawan The New York Times.
Setelah New York Times dilarang untuk memplubikasikannya Daniel kembali
memberikan salinan lengkap Pentagon Papers kepada Wanshington Post.
2. Analisis alur tengah pada film The Post
Apa yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis jika melihat suatu
kebenaran, yang justru kebenaran tersebut menjadikan ia musuh pemerintah?
Mungkin pertanyaan ini dapat mewakili bagaimana jalan cerita alur tengah film
The Post ini.
Alur tengah ini dibuka dengan cerita dimana New York Times
mempublikasikan bocoran isi Pentagon Paper yang membuat pemerintah bagai
kebakaran jenggot. Dalam sebuah adegan terlihat bagaimana seorang jurnalis juga
63
mempunyai ego yang ingin perusahan media tepat ia kerja bisa mencetak berita-
berita besar. Seorang jurnalis dianggap perlu untuk menjadi seorang pemberontak,
dengan artian ia independen dan tidak di bawah intimidasi pemerintah.
Adegan dalam alur tengah film The Post ini juga memperlihatkan
bagaimana dunia jurnalisme dulu, tidak ramah terhadap perempuan. Ketimpangan
gender sangat terlihat dimana jurnalis laki-laki masih sangat mendominasi
pekerjaan media massa. Katherine, walaupun sebagai pemilik dari Washington
Post terkadang tidak berdaya untuk memberikan keputusan sehingga gampang
dibuat terombang-ambing oleh komisarisnya. Hal ini yang sering menimbulkan
perbedaan pendapat dengan para karyawannya terutama kepala editornya, Ben
yang dikenal sangat idealis.
Konflik internal dalam sebuah perusahaan media massa sering terjadi, hal
ini dikarenakan perbedaan idealisme antara komisaris, pemilik perusahaan dan
para editornya. Para jurnalis dan editor menuntut agar perusahaan media massa
harus mampu memberitakan kebenaran bagaimanapun juga, walaupun itu akan
melawan kebijakan pemerintah. Namun disisi lain, sebagai perusahaan yang
tujuannya adalah untuk mencari keuntungan menuntut agar berita harus sejalan
dengan agenda pemerintah agar perusahaan terus mendapatkan keuntungan. Jika
melawan pemerintah kemungkinan besar mereka akan kesulitan mendapatkan
sponsor dan juga iklan yang menjadi pemasuk utama dalam perusahaan media
massa.
Ketik New York Times dituntut oleh pemerintah dalam pengadilan karena
mempublikasikan beberapa salinan rahasia pemerintah, para komisaris
Washington Post melihat ini sebagai sebuah keuntungan. Katherine yang
digambarkan sebagai seorang sosialita yang dekat dengan beberapa pejabat
pemerintah dituntut untuk terus memberitakan hal baik tentang pemerintah.
Namun rupanya karyawan Washington Post sangat mendukung apa yang telah
dikerjakan oleh New York Times sehingga Ben menyuruh salah satu bawahannya,
Ellberg untuk mecari salinan lengkap dari Pentagon Paper.
Puncak dari alur tengah dalam film ini dimulai ketika seorang perempuan
misterius meberikan sebuah kotak kepada salah satu editor umum yang berisi
bahasan yang selama ini dicari cari oleh Ben. Ben bahkan mengatakan bahwa apa
64
yang dipublikasikan oleh New York Times bahakan tidak mengeruk bagaian
permukaan dari cerita yang sesungguhnya. Apalagi asisten editor The Washington
Post Ben Bagdikian mampu melacak Daniel sebagai sumber kebocoran Pentagon
Paper, Daniel memberikan Ben Bagdikian salinan yang lebih lengkap yang
berjumlah 4000 halaman dari materi yang sama yang diberikan kepada The New
York Times.
Mendapatkan sumber berita yang tidak terduga, para editor The Washington
Post sangat bersemangat untuk segera mepublikasikannya, mereka berkumpul di
rumah Ben untuk menyortir salinan Pentagon Paper lalu dijadikan bahan berita
yang keesokan harinya harus dipublikasikan. Namun Pengacara The Washington
Post menyarankan agar tidak mempublikasikan berita tersebut dan berharap
administrasi Presiden Richard Nixon tidak mengajukan tuntutan kriminal terhadap
mereka.
Katharine berdiskusi dengan Robert, Ben Bradlee dan ketua The
Washington Post Fritz Beebe (Tracy Letts) dan merasa dilema dalam mengambil
keputusan untuk mempublikasikan berita tersebut atau tidak. Situasi menjadi
semakin rumit ketika pengacara The Washington Post menemukan bahwa sumber
Ben Bagdikian sama dengan The New York Times yang memiliki kemungkinan
bahwa Katharine berada dalam penghinaan terhadap pengadilan karena dianggap
berkoalisi dengan The New York Times. Jika tuntutan diajukan terhadap The New
York Times, Katharine dapat menghancurkan surat kabar yang dilihatnya sebagai
warisan keluarga. Sebaliknya, jika ia memenangkan tantangan hukum, The
Washington Post malah bisa membangun dirinya sebagai lembaga jurnalistik yang
penting. Katharine memilih untuk menerbitkan berita tersebut.
3. Analisis alur akhir pada film The Post
Bagian penutup sering juga disebut alur akhir atau alur pelerai. Pada bagian
ini konflik-konflik yang muncul di bagian perkembangan atau alur tengah dapat
diselesaikan dan menemukan jalan keluarnya. Berikut bagian penutup atau alur
akhir dalam film The Post. Pada alur akhir menceritakan bahwa, pada akhirnya
pihak gedung putih mau berdamai dan menekankan kebebasan pers.
65
Ketika Ny. Graham dan beberapa petinggi datang ke Makamah Agung
untuk menhadiri tuntutan Gedung Putih terhadap media atau pers yang berani
mengungkap kebenaran perang Vietnam berdasarkan dokumen rahasia yang ada.
Pihak Gedung Putih, merasa bahwa tindakan media atau pers mampu menekan
elektabilitas pemerintahan. Akan tetapi media merasa kebenaran haruslah
diungkap.
The Wangshinton Post, merasa perlu mengungkap kebenaran perang
Vietnam yang pada awalnya membuat Katharine khawatir dengan hasil yang akan
didapat karena dirinya takut jika keputusan yang diambil salah, akan
mempengaruhi The Wangshinton Post. Akan tetapi kekhawatiran Katharine dan
Ben, terbayar sudah saat sekretaris The Wangshinton Post mendapatkan kabar
bahwa Mahkamah Agung berdasarkan pemungutan suara hasil yang didapatkan
enam berbanding tiga yang mana pers berada di posisi enam. Hal ini pastinya
dalam aju banding, pers memenangkannya.
Dengan hasil yang dicapai ini Katharine merasa bahwa keadilan masih bisa
dipertimbangkan. Akan tetapi dilain sisi pihak Gedung Putih lebih mengetatkan
kembali peraturan tentang peliputan di Gedung Putih. Pihak Gedung Putih, tidak
memberikan peluang kepada reporter The Wangshinton Post untuk memasuki area
Gedung Putih dan bahkan pelayan gereja juga tidak boleh masuk. Hal ini
menggambarkan bahwa pihak Gedung Putih atau pemiliki wewenang telah
memberikan kebebasan untuk pers akan tetapi dalam sisi yang lain pemerintah
masih memiliki andil untuk membatasi dengan alasan elektabilitas pemerintah
akan terganggu.
B. Prinsip jurnalisme yang terdapat dalam film The Post.
The Post merupakan film biografi drama sejarah Amerika Serikat. Dalam
film ini memiliki beberapa point penting yang berkenaan dengan prinsip-prinsip
jurnalisme. Dengan adanya prinsip-prinsip jurnalisme yang terkandung di dalam
film The Post, memberikan gamabran bahwa sebagai pers atau jurnalisme harus
memiliki nilai yang harus diemban. Film The Post melukiskan bagaimana kerja
perusahaan pers, dari mulai proses mencari narasumber, menyusun data, hingga
data atau berita naik cetak.
66
Peneliti menggunakan teori analisis cerita model Tzvetan Todorov yang
menjelaskan prinsip-prinsip jurnalisme yang terjadi secara stimultasn melalui tiga
tahap yakni, dimulai dari alur awal yang diawali dengan keseimbangan, kemudian
di alur tengah terjadi Eklublirium atau gangguan dan alur akhir mengalami
keseimbangan kembali. Tiga proses yang terjadi dalam film The Post, ini terjadi
di antara individu satu dengan lainnya yang menjadi tokoh sentral ataupun
pendukung dalam cerita.
Dalam film The Post, terdapat beberapa prinsip-prinsip jurnalisme yang
dapat di implementasikan dalam dunia pers atau perjualistikan. Dari hasil analisis
naratif berdasarkan model analisis naratif Tzvetan Todorov, makan prinsip-prinsip
jurnalisme yang terdapat di setiap alur peneliti deskripsikan di bawah ini:
1. Prinsip jurnalisme yang pertama yakni kewajiban para jurnalisme adalah
kebenaran. Pada prinsip ini jurnalis dituntut untuk memperoleh informasi yang
benar, agar khalayak yang membaca atau menonton berita mendapatkan informasi
yang valid. Sebab seorang jurnalis harus menyampaikan sebuah kebenaran. Selain
itu sebagai seorang jurnalis bertugas untuk memaparkan fakta-fakta secara adil
dan terpercaya. Prinsip jurnalisme ini terdapat pada adegan pertama di alur tengah
cerita, yaitu saat Jenderal mempermasalahkan New York Times yang telah berani
mengekspos dokumen perang yang paling rahasia. Seperti deskripsi dialog di
bawah ini:
A : Jenderal Haig, pak.
Jenderal Haig : Hai, Al.
A : Ya pak.
Jenderal Haig : Bagaimana dengan daftar korban. Kau punya sosok itu?
A : Tidak, pak, tapi kupikir ini menjadi sangat rendah,
Jenderal Haig : Baik. Baik. Tidak ada lagi yang menarik di dunia ini?
A : Ya, pak, sangat penting ini, New York Times telah berani
mengekspos dokumen perang yang paling rahasia.
Jenderal Haig : Maksudmu itu yang bocor keluar dari Pentagon?
A : Laporan keseluruhan yang ditulis McNamara. Ini pelanggaran
keamanan yang tinggi, lebih dari yang besar yang terbesar
apapun.
67
Jenderal Haig : aku pernah melihat.
A : Yah…
Jenderal Haig : Nah, apa yang sedang dilakukan mengenai hal itu? Apakah kita
tahu ini akan keluar?
A : Tidak, kami tidak tahu, pak.
B : Aku punya Dr, Kissinger.
Jenderal Haig : Henry, hal itu bagiku hanya tidak masuk akal ini tindakan yang
masuk akal. Bagian dari bajingan yang memadamkannya.
A : Aku sangat yakin ini melanggar segala macam keamanan…
hukum – orang harus dimasukkan untuk hal semaram ini.
Apa yang dilakukan oleh New York Times, merupakan bagian dari prinsip
jurnalisme yang pertama yakni kewajiban peran jurnalisme adalah pada
kebenaran. New York Times, mencoba mengungkap kebenaran yang ada terkait
dengan dokumen perang. Walaupun dokumen tersebut, merupakan dokumen
rasahasia, akan tetapi New York Times merasa rahasia tersebut perlu diungkapkan
kepada khalayak karena mengandung unsur kebenaran terkait dengan perang
Vietnam.
Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga
khalayak dapat memperoleh informasi yang mereka butuhkan sesuai dengan fakta
yang ada. Akan tetapi kebenaran dalam ranah ini bukan sekedar akurasi, namun
merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional. Prinsip pertama ini
dalam ranah jurnalisme, merupakan prinsip pertama dalam konteks pengejaran
kebenaran tanpa dilandasi kepentingan tertentu.
2. Prinsip jurnalisme kedua dalam film ini, para wartawan harus memiliki
kebebasan dari sumber yang mereka liput. Hal ini berkaitan dengan independensi.
Kata independensi sebenarnya tidak sama dengan bersikap netral. Sebab itulah
harus ada jarak antara jurnalis dengan sumber yang diliput. Agar jurnalis dapat
melihat dengan imbang kasus yang sedang diliput. Prinsip keduan ini
tergambarkan pada alur tengah pada film The Post. Kebebasan merupakan syarat
dari jurnalisme. Dalam pemberitaan informasi yang disajikan oleh wartawan
haruslah memiliki kebebasan baik jiwa maupun pemikiran. Wartawan harus
68
bersikap netral dan tidak memihak pada siapapun, tak terkecuali pemerintah. Dari
isi kebebasan ini wartawan harus mampu menyampaikan informasi terlepas dari
kepentingan-kepentingan baik dari faktor insead maupun faktor outsead. Seperti
deskripsi dialog di bawah ini:
Adegan pertama alur awal
Saat Pak Sekretaris turun dari pesawat menjumpai sekumpulan jurnalis.
Jurnalis : Pak Sekretaris, pak! Bagaimana perjalananmu, pak? Pak.
Sekretaris : Selamat sore, tuan-tuan, aku tidak punya apapun. Ucapan yang
disiapkan tapi aku sangat senang menerima pertanyaanmu satu
persatu. Jim?
Jim : Pak Sekretaris, aku bertanya apakah perjalanan tersebut
membuatmu optimis atau pesimis soal prospek kita dalam
perang ini, dan kemampuan kita untuk memenangkannya?
Sekretaris : Kau bertanya apakah aku optimis atau pesimis. Hari ini, aku bisa
berkata kemajuan militer selama 12 bulan terakhir telah melampaui harapan kita.
Kami sangat terdorong oleh apa yang kita saksikan di Vietnam. Dalam segala hal,
kami sudah ada kemajuan. Aku senang ada Bob Komer bersama kami dalam
perjalanan. Jadi dia bisa melihat sendiri yang kami tunjukkan. Perbaikan besar
dalam setiap sudut dimensi perang. Derrick?
Adegan kedua alur tengah
Ben mendatangi rumah Katharine
Ben : Aku percaya kau mengetahui New York Times.
Katharine : Hmm.
Ben : Laporan yang mereka kerjakan… Siapa yang ditugaskan oleh
McNamara.
Katharine : Ya itu maksudku.
Ben : Bilamana McNamara menugaskannya, mungkin dia punya
salinan. Aku perlu bilang padamu untuk menemukan seorang
narasumber. Bagai mencari jarum di tumpukan jerami.
Katharine : Aku tidak butuh metafora.
69
Ben : Aku belum pernah menjadi penulis untuk sementara waktu
sehingga klise lama. Perbandingan yang terbaik. Aku bisa datang.
Aku butuh salinan laporan itu, Kay.
Katharine : Beri saja, Ben.
Ben : Oh ini dia.
Cucu : Terima kasih.
Katharine : Ben, sama sepertiku senang. Sebuah tugas investigasi yang baik,
Bob Mcnamara adalah teman lama.
Ben : Mm.
Katharine : Dia banyak menjalani hidupnya saat ini.
Ben : Hanya aku.
Katharine : Mungkin dia bilang semua yang ingin dikatakan.
Ben : Mengapa kau berpikir demikian?
Katharine : Mengapa?
Ben : Mengapa? Mengapa McNamara bicara denganku?
Katharine : Nah, aku baru saja bilang dia teman lamaku, dan.
Ben : Nah, apakah dia bicara soal teman lain?
Katharine : Aku tidak yakin menghargai impikasinya.
Ben : McNamara sedang bicara denganmu. Sebab kau penerbitnya.
Katharine : Itu tidak benar!
Ben : Dari Washington Post.
Katharine : Tidak mungkin.
Ben : Bukan itu alasannya. Sebab ingin sekali bertemu kau. Selamatkan
reputasi surat kabar kita.
Katharine : Tidak perlu sungkan.
Ben : McNamara ingin kau disisinya.
Katharine : Tidak, Ben, bukan preran aku. Kau tahu itu. Aku takkan bilang
bagaimana menulis soal dia. Sama seperti aku tidak mau ambilah
pada diriku sendiri untuk memberitahunya. Seharusnya dia
serahkan sokumen rahasia itu, itu bisa menjadi tindakan kejahatan.
Supaya bisa menjadi narasumbermu.
Ben : Narasumber kami, Katharine.
70
Katharine : Tidak, aku, tidak. Aku tidak. Aku takkan tanya Bob untuk
penelitiannya.
Ben : Aku… aku mengerti, kau punya hubungan dengan Bob
McNamara. Tapi bukankah menurutmu kau juga punya kewajiban
pada surat kabar dan untuk khalayak umum?
Katharine : Izinkan aku menayakan sesuatu padamu. Bagitulah perasaanmu
saat kau berada disamping Jack Kennedy? Di mana rasa
kewajibanmu saat itu? Aku tidak ingat kau mendorongnya sangat
keras untuk segala hal.
Ben : Aku mendorong Jack saat itu dan tidak pernah aku menariknya.
Katharine : Aku. Bernarkah begitu? Karena kau biasa makan malam di
Gedung Putih seminggu sekali. Semua perjalanan ke Camp David.
Oh, dan pelayaran ulang tahun di Sequoia kau bercerita. Sulit
dipercaya kau akan dapat semua undangan itu jika tidak Tarik
beberapa dorongan.
Adegan ketiga alur tengah
Saat Ben berada di mobil
Radio : Protes dijalanan menyebar hari ini di seluruh negeri setelah
publikasi lebih banyak kutipan dari arsip Departeman Pertahanan
yang diklasifikan di New York Times. Laporan menyebut yang
ditugaskan oleh mantan Sekretaris Pertahanan Robert McNamara
telah memicu perdebatan lebih lanjut selama perang berlangsung di
Vietnam. Karena jelas Kennedy dan Johnson serta Eisenhower juga
Truman sangat menyesatkan negara di Vietnam. Seri judul bom
telah muncul selama dua hari terakhir di New York Times.
Masa : Kami tidak ingin bau peperangan!
Adegan keempat alur tengah
Seorang perempuan masuk keruang berita, dan mecari orang yang diaggap
pas menerima paket darinya. Setelah ada seorang reporter yang tengah asih
bekerja, perempuan tersebut menghampirnya dan memberikan paket.
71
P : Permisi. Apakah kau orang penting?
Reporter : Ya, aku seorang reporter bagian umum.
P : Baiklah,
Reporter : Eh, kurasa aku punya sesuatu.
Sekretaris : Jadilah tamuku.
Editor : Dan mereka narasumber ceritanya. Setiap kali aku membaca New
York Times di atas lipatan.
Reporter : Tn. Bradlee?
Bradlee : Tidak. Serasa bagai ada orang yang menusuk kartu poker ke
pantatku.
Reporter : Kupikir aku punya sesuatu.
L : Dari mana kau bisa dapatkan ini?
Reporter : Sseorang wanita meninggalkannya di mejaku.
Bradlee : Tidak ada yang diam-diam menyarankan agar McNamara
memprovokasi Vietnam Utara agar punya alasan untuk eskalasi.
C : Ya, ada di artikel The Times.
Bradlee : Bagus. Kau harus memeriksanya.
C : Baik itu. Ya Tuhan.
Bradlee : Berikan pada seseorang yang bisa mengetikkan 91 kata per menit.
L : Ben.
Bradlee : Dan punya bukti oke?
L : Ben.
Bradlee : Ya.
L : Kupikir kita punya sesuatu.
Bradlee : Apa itu? Ya Tuhan.
C : Apa ini bagian dari hasil laporan McNamara?
Bradlee : Dari mana?
Reporter : Dari seseorang wanita yang meninggalkannya di mejaku.
Bradlee : Di mejamu?
Reporter : Bukan mejaku. Aku, tapi seorang wanita.
Bradlee : Seorang wanita? Oh, kita…punya.
C : Ratusan catatan McNamara.
72
Bradlee : Seorang wanita, siapa dia?
C : Bahan berita di sini.
Reporter : Dia wanita hippie. Dia punya salah satu dari mereka,
Bradlee : Hei, Debbie, beri aku Bagdikian.
Reporter : Dia keluar, baru saja pergi.
Bradlee : Nah, hal yang nyata. Ini akan menjadi halaman depan besok surat
kabar, um… Berikan pada Marder, ini hari keberuntungannya. Ya
Tuhan, menyenangkan.
Adegan kelima alur tengah
Bradlee ke tempat Ellsberg.
Ellsberg : Siapa ini?
Bradlee : Ini Ben.
Ellsberg : Ben.
Bradlee : Dan.
Ellsberg : Penelitian ini memiliki 47 jilid. Aku menyelinap keluar beberapa
pada suatu waktu. Butuh waktu berbulan-bulan untuk menyalin
semuanya.
Bradlee : Apa-apaan?
Ellsberg : Yah, kami semua mantan pegawai pemerintahan. Atas izin, semua
itu. McNamara ingin akademisi memiliki kesempatan untuk
memeriksa apa yang terjadi. Dia berkata pada kita, “Biarkan
keripik jatuh di tempat mereka berada.”
Bradlee : Lelaki pemberani.
Ellsberg : Menurutku rasa bersalah motivator yang lebih besar daripada
keberanian. McNamara tidak berbohong dan juga sisanya. Tapi
aku-kurasa dia tidak melihat apa yang akan terjadi, apa yang kita
temukan, tidak butuh waktu lama untuk cari tahu. Nah, bagi kita
semua untuk cari tahu. Jika publik pernah melihat surat-surat ini,
meraka akan berbalik melawan perang. Oops yang terselubung,
utang yang terjamin, pemilihan yang dicurigai, semuanya ada di
sini. Ike, Kennerdy, Johnson mereka melanggar Konvensi Jenewa,
73
dan mereka berbohong pada Kongres juga pada publik. Mereka
tahu kita tidak bisa menang dan masih mengirim pemuda untuk
mati.
Bradlee : Bagaimana dengan Nixon?
Ellsberg : Dia hanya terus seperti yang lainnya. Terlalu takut jadi orang
yang kalah perang di arlojinya. Seseorang mengatakan ini. Di
beberapa titik mengapa kami tinggal, saat kamu tahu kalah. 10
persen untuk membantu Vietnam Selatan. 20 persen menahan
komies. 70 persen untuk menghindari penghinaan dari kekalahan
Amerika. 70 persen dari laki-laki itu hanya menghindari untuk
dipermalukan? Itu menempel dengan saya.
Bradlee : Mereka akan mengejarmu, kau tahu? Dan aku harus jujur, remah-
remah roti tidak terlalu sulit untuk diikuti.
Ellsberg : Aku tahu.
Bradlee : Mereka akan menguncimu, Dan.
Ellsberg : Tidakkah kau akan dipenjara untuk hentikan perang ini?
Bradlee : Secara teoritis, tentu.
Ellsberg : Kau menerbitkan dokumen-dokumen ini?
Bradlee : Ya.
Ellsberg : Bahkan dengan perintah tersebut.
Bradlee : Iya.
Ellsberg : Kalau begitu, tidak begitu teoritis, bukan?
3. Prinsip terakhir yang terdapat dalam film The Post ini berkaitan dengan
jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.
Membuat pembaca atau penonton tertarik dengan berita yang diangkat, jurnalis
harus memiliki kreatifitas dan kejelian dalam mengemas fakta yang dimiliki agar
menarik dan relevan. Prinsip jurnalisme ini tergambarkan pada alur tengah.
Prinsip ini sebagai seorang jurnalisme harus membuat informasi menjadi tertarik
dan relevan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dalam membuat
pemberitaan. Ukuran kualitas dilihat dari suatu tulisan dapat melibatkan pembaca
dan mencerahkannya. Prinsip ini tergambarkan seperti dialog berikut:
74
Adegan keenam alur tengah
Bradlee : Bukan laporan lengkap, tapi lebih dari 4.000 halaman itu.
P : Hah, apa ini sudah sesuai?
Bradlee : Aku tidak berpikir begitu.
Kemeja G : Tidak ada nomor halaman.
Bradlee : Ya, disitulah perangko rahasia. Narasumberku harus
memotongnya.
Jas : Kita seharusnya pension pada hari Jum’at.
Kaca M, Jas H : Ben, bagaimana kita bisa menyortir dari 4.000 halaman ini.
Kemeja G : Mereka bahkan tidak diatur secara longgar.
Kaca M J Abu : Times punya waktu tiga bulan untuk menyortir. Tidak
mungkin kita dapatkan jumlah ini…
Kemeja G : Ya, dia benar, kita punya waktu kurang dari delapan jam.
P : Kami dapatkan dua per kota, maka kami punya sepuluh.
Ben : Hei, hei, hei, selama enam tahun terakhir kita sudah bermain
mengejar ketinggalan. Dan sekarang berkat Presiden Amerika
Serikat. Ngomong-ngomong, mengambil seluruh Amandemen
Pertama, kita punya satu hal. Tidak akan punya kompetisi. Ada
puluhan cerita di sini. Times nyaris tidak menggaruk
permukaannya. Kami punya waktu sepuluh jam sampai batas
waktu, jadi, kami menggali.
P : Saya pikir memo ini dari McNamara. Uh “Ini keyakinanku
seharusnya ada jeda tiga atau empat minggu dalam pemboman.”
G. Kacamata : Tunggu, tunggu, tunggu, aku melihat separuh dari memo itu.
P. Dasi : Eh, ada yang punya separuh kabel dari Dulles di ’54?
G. Kacamata : Kupikir, aku melihat satu dari bulan Juli.
P. Dasi : Ya, ini dia, “Alasan untuk kepercayaan ini bahwa kita harus
meletakkan dasar dalam benak masyarakat Amerika.”
P : It it itu dia! Mm hmm. Jadi Johnson tidak berusaha berdamai,
dia hanya memanipulasi publik?
75
Ben : Pengawas keluar untuk suspense dalam pemboman sejak
kapan?
P. Dasi : Tahun ’65 sampai ’68.
P. Kacamata : Bagaimana dengan memo dari Eisenhower? Panitian khusus di
Indocina?
G. Kacamata : Eh, Meg membacakan satu bagian untukku?
P. Dasi : Meg? Semua orang melihat penyebutan dari Rand, Vietcong?
P. Kacamata : Yah, kukira ini mungkin dari Rand Corp, “VC sangat
berkomitmen.” “Vietnam Selatan penyebab kekalahan.”
Keseluruhan : Whoa! Ini dia!
G. Kacamata : Meg, Meg, Mmeg, aku butuh…
P : Aku meletakkannya di rak. Beberapa tumpukan.
Ben : Baik, jam 01.30, jam 4.00 konferensi cerita.
Anak Ben : Bolehkah aku menarik minat siapa pun beli limun ini?
P : Apa ada vodka di dalamnya?
Anak Ben : Aku tidak, aku tidak.
Ben : Seduhkan vodka ke dalam limunku. Lebih mudah bagi anak
itu.
P. Dasi : Berapa, sayangku?
Anak Ben : Seperempat.
Ben : Ini lima puluh sen.
Adegan pertama alur akhir
Katharine : Apa yang dikatakan suamiku soal berita tersebut? Dia
menyebutnya sebagai sejarah pertama draft yang kasar. Itu
bagus, bukan? Oh, yah, kita tidak selalu melakukannya
dengan benar. Kita tidak selalu sempurna tapi kupikir kita
bisa adil. Teruskan itu? Itu pekerjaannya, bukan?
Ben : Ya itu.
Katharine : Oh, Ken Clauson datang menemuiku lebih awal.
Ben : Oh?
Katharine : Ternyata keadilan masih bisa dipertimbangkan, tuntutan
pidana terhadap kita. Dan kau tidak khawatir?
76
Ben : Nggak. Tidak, Katharine, tugasmu itu.
Katharine : Kukira ya itu. Oh, syukurlah, putusan pengadilan sangat
jelas.
Ben : Ya, ya, aku tahu. Aku yakin Nixon benar.
Katharine : Baik. Karena kau tahu tidak berpikir aku bisa hidup melalui
hal semua ini lagi.
C. Interpretasi Penelitian
Film The Post, menggambarkan bagaimana polemik seorang jurnalis dalam
mengangkat kebenaran dari perang Vietnam. Dengan menggunakan model alur
cerita yang diusung oleh Tzvetan Todorov, penelitian ini mendapatkan gambaran
beberapa adegan yang relevan. Pada alur awal peneliti menemukan satu temuan
yang berkaitan dengan jurnalisme. Pada alur tengah, peneliti menemukan enam
temuan. Sedangkan pada alur akhir, peneliti menemukan satu temuan.
Temuan-temuan yang peneliti temukan berkaitan dengan prinsip-prinsip
jurnalime yang peneliti kaji. Prinsip-prinsip jurnalisme, menjadi prinsip dasar
jurnalis di seluruh dunia. Walaupun perkembangan saat ini kegiatan jurnalistik
semakin menemukan kebebasan, prinsip-prinsip ini mampu memberikan
kebebasan tanpa adanya kekangan.
Dalam melakukan kegiatan jurnalisme, harus ada aturan untuk
mengendalikan dan mengatur jurnalis, hal ini tidak dimaksudkan untuk
membatasi. Terkait dengan masalah ini, peneliti menemukan beberapa ayat al-
Qur’an yang berkaitan dengan prinsip-prinsip sebagai seorang jurnalis:
Ayat pertama ini terkait dengan menjauhi dari prasangka yang akan
membawa keraguan dan ketidakbenaran:
ا أي ه جتىثا ٱءامىا لذيه ٱ ي ل لظه ٱإن تعض لظه ٱكثيزا م إثم
ميتا ل يغتة تعضكم تعضا أيحة أحدكم أن يأكل لحم أخي تجسسا
تمي ٱ تقا ٱفكز ٱإن لل حيم لل اب ر ٢١ت
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-
cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
77
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (Qs. Al-
Hujurat [49]: 12).
Pada ayat berikut ini, terkait kepada bicara kebenaran atau jujur:
ا أي ٱ تقا ٱءامىا لذيه ٱ ي ل سديدا لل قلا ق ٠٧
70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar (Qs. Al-Ahzab [33]: 70).
Selain itu, pembaca atau pendengar berita harus memeriksa terlebih dulu
apakah berita yang didengar dan dibaca tersebut benar atau tidak. Hal ini
berkaitan dalam surat:
اي لة لذيه ٱ أي ا تج م ا أن تصيثا ق تىثإ فتثيىا إن جاءكم فاسق ءامى
دميه ٦فتصثحا على ما فعلتم و
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (Qs. Al-Hujurat [49]: 6).
Ayat-ayat diatas merupakan beberapa ayat yang berkaitan dengan sikap atau
prinsip yang harus dimiliki jurnalis serta bagi konsumen ketika menerima berita.
Pada hakikatnya sebagai jurnalis memiliki kebebasan, namun untuk menjaga
kepentingan masyarakat dan relevansi berita maka diperlukan aturan sebagai
acuan atau pedoman dalam dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.
78
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah mendeskripsikan dan menganalisis data dari film The Post yang
telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya makan peneliti menarik kesimpulan
bahwa sebagai seorang jurnalistik atau pers harus mengemban prinsip-prinsip
jurnalisme yang telah ditetapkan. Narasi yang menggambarkan prinsip-prinsip
jurnalisme digambarkan melalui para tokoh dalam film tersebut terutama dalam
bentuk perilaku, dialog, karakter fan kejadian dalam film.
Prinsip-prinsip jurnalisme yang ada di dalam film The Post, diwakilkan
dengan tiga prinsip, yakni: Kewajiban peran jurnalisme adalah pada kebenaran,
Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput, dan
Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.
B. Saran
Saran yang ingin disampaikan mengenai film ini adalah: saat menonton
sebuah film sibutuhkan sikap kritis tidak hanya menerima cerita yang disuguhkan
dengan apa adanya. Penonton harus lebih aktif dalam menggali pesan-pesan yang
ada di dalam film baik pesan tersirat maupun tersurat. Diharapkan penonton tidak
menjadi korban cerita tetapi dapat aktif memahami pesan komunikatif yang
disampaikan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2004.
Arifin, Anwar. Sistem Komunikasi Indonesia, Cet. I. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2011.
Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi
Pertama. Jakarta: Prenadamedis Group, 2018.
Bertens, Etika. Jakart: Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Branston, Gill dan Roy Stafford, The Media Student’s Book. London: Routledge,
2003.
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Masaa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008.
Curran, James. Making Journalists: Diverse Models, Global Issues. (Canada:
Routledge, 2005.
Denzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln, The Handbook of Qualitative
Research. London: Sage Publications Inc, 2000.
Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita.
Jakarta: Kompas, 2010.
Effendy, Heru. Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian. Jakarta: Erlangga,
2008.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filasfat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2003).
Eriyanto. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks
Berita Media. Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013.
Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS,
2001.
Hadi, Amirul dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia, 1998.
Hartley, John. Communication, Cultural, & Media Studies – Konsep Kunci.
Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Hikmat, Mahi M. Jurnalistik: Literary Journalism. Jakarta: Kencana, 2018.
80
K, Septiawan Santana. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2017.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi, Cet. Ke. 11. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1997.
Kode Etik Jurnalisme PWI
Muhtadi, Asep Saeful. Pengantar Ilmu Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2016.
Nasution, Zulkarimein Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rajawali,
2015.
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara,
2007.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.
Press criticism. The balance trap by N.L., The Economist, Aug 8th
2012.
Ramdan, Anton. Jurnalistik Islam. ___: Shahara Digital Publishing,__.
Rizki, Juni Wati Sri Kepemilikan Media & Ideologi Pemberitaan: Kajian
Ekonomi Politik Komunikasi terhadap Kepemilikan Media dan Wacana
Pembentukan Provinsi Tapanuli di Surat Kabar Harian Waspada dan Sinar
Indonesia Baru. Yogyakarta: Deepublish, 2012.
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2012.
Shoelhi, Mohammad. Propaganda Dalam Komunikasi Internasional. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2012.
Snijders, Adelbert. Manusia dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D Cet 18. Bandung: Alfabeta,
2013.
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produksi dan
Kode Etik.
Tamburaka, Apriadi. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa.
Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Thwaites, Tony, dkk, Introduction Cultural And Media Studies: Sebuah
Pendekatan Semiotika. Penerjemah Saleh Rahman. Cet. Ke – 1. Yogyakarta:
Jalasutra, 2009.
81
Todorov, Tzvetan. The Poetics of Prose. Oxford: Blackwell, 1977.
Wibowo, Wahyu. Menuju Jurnalisme Beretika: Peran Bahasa, Bisnis, dan Politik
di Era Modial. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.
Sumber Lain
https://seword.com/media/9-elemen-jurnalisme-elemen-ke-10-dari-bill-kovach,
diakses pada 20 Agustus 2018, pukul 11:38 WIB.
https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a98fae3cf01b4660b1f5
957/resensi-filmthe-post-adu-kuat-antara-pers-dan-pemerintah diakses pada
3 September 2018, pukul 07:56 WIB.
https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-the-post-meryl-streep-tom-
hanks diakses pada 3 September 2018, pukul 08:27 WIB.
https://kumparan.com/@kumparanhits/meryl-streep-legenda-hidup-perfilman-
dunia diakses pada 16 Januari 2019 pukul 1528 WIB.
https://www.artikelbaca.com/biografi-film-tom-hanks/ diakses pada 16 Januari
2019 pukul 15:34 WIB.
https://www.idntimes.com/hype/throwback/ganjar-firmansyah/5-film-terbaik-tom-
hanks-tahun-90an-c1c2-1/full diakses pada 16 januari 2019 pukul 15:36
WIB.
Rusmawati, Fatimah dan Ratih Hasanah Sudrajat, “Kasih Sayang Ayah Dalam
Film: Analisis Naratif Film Miracle In Cell No. 7 Dengan Teori Algirdas
Greimas,” Vol. 4, Fakultas Film dan Televisi IKJ 2008.