PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST...

92
PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST TERHADAP TIGA PRINSIP JURNALISME DALAM PERSPEKTIF ANALISIS NARATIF Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Arita Ambarani 11140510000075A PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ASYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Transcript of PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST...

Page 1: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST TERHADAP

TIGA PRINSIP JURNALISME DALAM PERSPEKTIF ANALISIS

NARATIF

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Arita Ambarani

11140510000075A

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ASYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme
Page 3: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme
Page 4: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme
Page 5: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

i

ABSTRAK

Arita Ambarani, 11140510000075, Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The

Post Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif,

dibawah Bimbingan Dr. Rulli Nasrullah, M.Si.

Film merupakan penggabungan antara audio dan visualisasi gambar-gambar

yang memiliki keterkaitan. Film bagian dari media komunikasi untuk

menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang ataupun individu. Biasanya

film, memiliki keterkaitan dengan pesan pendidikan, hiburan maupun informasi.

Salah satu film yang mengemas informasi secara apik mengenai fakta perang

Vietnam, adalam film The Post. Film ini merupakan film biografi drama sejarah

Amerika Serikat. Film The Post, ini merupakan karya dari Steven Spielberg dan

Kristie Macosko Krieger.

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat dua persoalan, yaitu; pertama

bagaimana alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post? Dan prinsip

jurnalisme apa saja yang terdapat dalam film The Post?

Penelitian ini bertujuan untuk mendalami tentang prinsip jurnalisme dalam

film The Post. Narasi yang digunakan menggunakan naratif Tzvetan Todorof

yakni alur cerita awal, tengah, dan akhir dalam film The Post. Serta untuk

mendeskripsikan peran jurnalis sesuai dengan prinsip jurnalisme dalam fim The

Post.

Model analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model Tvzetan

Todorov. Inti analisis narasi adalah menggabungkan dua dimensi narasi tokoh dan

alur dalam satu kesatuan analisis. Sedangkan metodologi yang peneliti gunakan

ialah kualitatif melalui analisis narasi.

Narasi yang terdapat di dalam film The Post memiliki kaitan dengan

kebebasan pers. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menemukan tiga prinsip

jurnalisme, yakni: kewajiban peran jurnalisme adalah pada kebenaran, para

wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput, dan

jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.

Kata kunci: film the post, analisis naratif model tzvetan todorov, prinsip-

prinsip jurnalisme, wartawan dan masyarakat

Page 6: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warrahmatullahi Waabarakatu

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang maha

kuasa pemilik alam semesta, yang maha berkehendak atas segala kehidupan di

muka bumi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The

Post Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif” yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan koreksi dan saran untuk menyempurnakan

skripsi ini agar lenih bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu dengan adanya

pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis ingin

mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto M,Ed, Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Hj.

Roudhonah, MA Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi,

M.Si Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

2. Kholis Ridho M.Si Ketua Prodi Jurnalistik serta Dra. Hj. Musfirah Nurlaily,

M.A Sekretaris Jurusan yang telah banyak membantu penulis dalam proses

penyelesaian skripsi.

3. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si sebagai dosen pembimbing, yang selalu

membimbing penulis dengan sabar dan memberi motivasi kepada penulis

agar bisa menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan benar. Tidak ada kata

lain yang pantas terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediannya

untuk meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya guna memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis.

Page 7: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

iii

4. Terima kasih kepada Dosen Pembimbing Akademik, Ade Masturi, M.A yang

telah memberi masukan kepada penulis.

5. Ucapan terima kasih tiada henti penulis sampaikan kepada ayah dan ibu yang

telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih

sayang serta selalu mendoakan penulis dengan penuh ikhlas, juga

memberikan motivasi kepada penulis.

6. Kepada kakak penulis Anis Setiawati, Ambar Riwayati S.Psi, Anjas Asnar

dan Fitriyadi yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

7. Kepada keluarga besar H. Esno Arsyad terimakasih atas doa dan dukungan

kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini bisa selesai.

8. Terima kasih kepada teman-teman Jurnalistik A angkatan 2014 dan sahabat-

sahabat penulis, Nadia, Sofie, Isrojah dan Ikrimah, atas kritik, saran,

perhatian dan pengertiannya. Terima kasih atas canda, tawa dan sedih yang

kalian beri kepada penulis.

9. Terimakasih kepada Elda dan Inggil yang yang sudah nemenin bimbingan,

ngasih semangat dan doa.

Penulis mendoakan semoga bantuan, dukungan, semangat, perhatian dan

bimbingan dari semua pihak mendapatkan balasan pahala serta rahmat dan berkah

dari Allah SWT.

Akirnya penulis mengucapkan syukur, terimakasih, dan permohonan maaf

apabila selama ini terdapat banyak kesalahan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pihak manapun tanpa terkecuali.

Jakarta, Desember 2018

Arita Ambarani

Page 8: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

PERYATAAN KEASLIAN

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

ABSTRAK ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Batasan Masalah ............................................................................ 3

C. Rumusan Masalah .......................................................................... 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 3

1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

2. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................................ 4

F. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 5

G. Metodologi Penelitian .................................................................... 5

1. Paradigma Penelitian .................................................................. 5

2. Pendekatan Penelitian ................................................................ 6

3. Metode Penelitian....................................................................... 7

4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 7

5. Teknik Analisis Data .................................................................. 8

H. Sistematika Penulisan .................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 11

A. Film dan Narasi Ideologi ............................................................. 11

B. Karakteristik Film ........................................................................ 13

C. Jenis – jenis film .......................................................................... 14

D. Etika Jurnalisme ........................................................................... 15

Page 9: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

v

E. Pers dan Jurnalisme ..................................................................... 25

F. Prinsip Jurnalisme ........................................................................ 27

G. Manajeman Redaksi dalam Pemberitaaan ................................... 30

H. Analisis Naratif ............................................................................ 31

I. Teori Naratif Tzvetan Todorov .................................................... 33

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ................... 39

A. Resensi Film The Post ................................................................. 39

B. Pengenalan Tokoh Utama film The Post ..................................... 42

1. Meryl Louise Streep..................................................................... 43

2. Tom Hanks ................................................................................... 44

BAB IV TEMUAN DATA DALAM FILM THE POST ................... 46

A. Alur awal cerita pada film The Post ............................................ 47

B. Alur tengah cerita pada film The Post ......................................... 48

C. Alur akhir pada cerita pada film The Post ................................... 59

BAB V PEMBAHASAN .................................................................... 61

A. Analisis alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film

The Post. ............................................................................... 61

1. Analisis alur awal pada film The Post ......................................... 61

2. Analisis alur tengah pada film The Post ...................................... 62

3. Analisis alur akhir pada film The Post......................................... 64

B. Prinsip jurnalisme yang terdapat dalam film The Post. ............... 65

C. Interpretasi Penelitian. ............................................................... 113

BAB VI KESIMPULAN..................................................................... 78

A. Kesimpulan .................................................................................. 78

B. Saran ............................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 79

Page 10: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Struktur Narasi Menurut Sejumlah Ahli ...... 37

Tabel. 4.1 Adegan pertama alur awal.................................................. 47

Tabel. 4.2 Adegan pertama alur tengah .............................................. 49

Tabel. 4.3 Adegan kedua alur tengah .................................................. 50

Tabel. 4.4 Adegan ketiga alur tengah.................................................. 52

Tabel. 4.5 Adegan keempat alur tengah .............................................. 53

Tabel. 4.6 Adegan kelima alur tengah ................................................ 55

Tabel. 4.7 Adegan keenam alur tengah ............................................... 57

Tabel. 4.8 Adegan pertama alur akhir ................................................. 59

Page 11: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Film ......................................................................... 34

Gambar 2.2 Struktur Narasi Tzvetan Todorov .................................... 36

Gambar 3.1 Halaman depan The Washington Post yang memuat artikel

Pentagon Papers (sumber: pophistorydig.com)................................... 41

Page 12: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film merupakan bagian dari media massa yang memiliki acuan sebagai

sarana hiburan, edukasi, dan bahkan sarana informasi bagi khalayak yang

menyaksikannya. Pesan-pesan yang dikemas dalam sebuah film, tak jarang

memiliki kedekatan bahkan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Menurut

Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya

yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat

berdasarkan asa sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan

atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan

ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan

atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem

proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.1

Film juga dapat dikatakan sebagai gabungan pemikiran dan kenyataan sosial

yang dirasakan oleh seseorang, dan pada akhirnya dituangkan kedalam karya

audio visual yang dinamakan dengan film. Film termasuk media komunikasi yang

lahir lebih akhir dibandingkan dengan media cetak. Namun, salah satu film karya

Steven Spielberg, ingin menggambarkan bagaimana kehidupan perusahaan pers

yang dikemas dalam sebuah film.

Steven Spielberg menggandeng Meryl Streep dan Tom Hanks untuk

berperan dalam film The Post. The Post, bercerita mengenai sejarah Amerika

Serikat, yang mana setiap scene film mengadaptasi dari kisah nyata berkaitan

dengan perang Vietnam. The Post merupakan salah satu film buatan Hollywood

yang bergenre biography, drama dan history. Jika dibandingkan dengan film

sebelumnya, yakni film Spotlight (2015) film The Post merupakan film bernuansa

jurnalistik yang menceritakan tentang makalah Petagon yang bocor dan dirilis

oleh dua surat kabar ternama di Amerika Serikat. Sedangkan Spotlight, hanya

menceritakan bagaimana reposter yang sibuk mencari narasumber.

1 Heru Effendy, Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian (Jakarta: Erlangga, 2008),

h. 63-64.

Page 13: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

2

Sebagai sutradara, Steven Spielberg mencoba menggambarkan bagaimana

riuhnya ruang redaksi, rapat reporter, proses editing, hingga bagaimana

menyususn satu persatu panel huruf hingga proses pencetakan surat kabar.

Sebagai gambaran bagaimana kerja perusahaan pers dan peran jurnalis

didalamnya. Selama rilis The Post, mampu mencapai $174,466,835, melebihi

anggaran produksi film $50 juta. Sehingga The Post menempati posisi ke-20 di

box office. Selain itu film berdurasi 116 menit ini, mampu memenangkan dua

nominasi di ajang Oscar tahun 2018 untuk kategori film terbaik dan aktris terbaik.

Bahkan The Post, mendapat enam nominasi di Golden Globes 2018 dan dipilih

sebagai Film Terbaik 2017 oleh National Board of Review.

Berkaitan dengan perusahaan pers dan peran jurnalis, yang digambarkan

dalam film The Post. Jurnalis dituntut untuk professional, sehingga ia dapat

melakukan tugas sesuai koridor etik, produknya sesuai dengan harapan pemangku

kepentingan (atasan, audiens, narasumber). Tidak boleh ada kesan berat sebelah,

terlalu melebih-lebihkan, atau bahkan memunculkan unsur opini di dalamnya.

Karena apabila tidak sesuai dengan aturan yang ada, akan menimbulkan rasa

ketidak-berimbangan pada masyarakat. Sebab itulah dibutuhkan sebuah prinsip

matang terhadap jurnalis. Apakah ia sanggup untuk menyuguhkan informasi

sesuai dengan fakta atau sebaliknya. Isi media selalu dipengaruhi oleh faktor

inside dan outside organisasi media itu sendiri, salah satunya adalah pemerintah.

Pemerintah mempunyai kekuasaan untuk menjadikan media sebagai alat untuk

menyampaikan ideologi mereka, terkadang dibumbuhi dengan kebohongan

dengan dalil untuk menjaga stabilitas negara.

Film ini penting untuk diteliti karena film ini menceritakan bagaimana peran

jurnalis dalam merilis sebuah berita. Serta film ini pernah mendapat penghargaan

dalam ajang bergengsi. Sebab itulah peneliti tertarik untuk membahas penelitian

ini dengan judul Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The Post Terhadap Tiga

Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif. Peneliti tertarik karena,

dalam film The Post terdapat scene-scene yang menggambarkan bagaimana peran

jurnalis dan media pemberitaan dalam mempublikasikan karya jurnalistiknya.

Page 14: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

3

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada setiap narasi adegan dan teks

dialog yang berhubungan dengan empat prinsip jurnalisme yang ditampilkan

dalam alur awal, tengah dan akhir pada film The Post.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang ada, maka peneliti

mencoba merumuskan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post?

2. Prinsip jurnalisme apa saja yang terdapat dalam film The Post?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan ingin mendalami tentang prinsip jurnalisme

dalam film The Post. Narasi yang digunakan menggunakan naratif Tzvetan

Todorof yakni alur cerita awal, tengah, dan akhir dalam film The Post. Serta

untuk mendeskripsikan peran jurnalis sesuai dengan prinsip jurnalisme

dalam fim The Post.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini

adalah:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah subangsih ilmiah dalam

studi naratif yang menggunakan model Tzvetan Todorov yang

mana dilihat dari alur awal, tengah dan akhir pada sebuah film.

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

bahwa film dapat menyampaikan pesan positif ataupun negative

sesuai dengan kepentingan penulisan naskah.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk memahami dan

menambah pengetahuan seputar peran jurnalis sesuai dengan

kaidah prinsip jurnalisme dalam ranah pers. Diharapkan penelitian

ini dapat menjadi rujukan atau pedoman bagi peneliti lainnya baik

Page 15: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

4

di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta maupun perguruan tinggi lainnya.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam sebuah tinjauan pustaka, peneliti akan mengawali dengan penelitian

sejenis yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Dengan demikian, peneliti akan mendapatkan sebuah rujukan

pendukung, pelengkap, pembanding, dan memberikan gambaran awal mengenai

kajian yang terkait dalam penelitian ini.

Berikut adalah penelitian sejenis yang peneliti temukan tentang kajian yang

sesuai dengan apa yang peneliti angkat:

1. Skripsi dengan judul “Konflik Identitas Peran Muslimah Dalam Keluarga

(Analisis Pada Film Hijab Karya Hanung Bramantyo)” yang ditulis oleh

Ahmad Sahroji. Skripsi ini menggunakan pendekatan model analisis naratif

Tzvetan Todorov. Penelitian ini berbeda dari penelitian yang diambil

peneliti sebab pada penelitian yang ditulis oleh Ahmad Sahroji lebih

menekankan kepada peran muslimah sedangkan pada penelitian ini

peneliti penekankan kepada peran jurnalis dalam prinsip jurnalisme.

2. Skripsi dengan judul “Analisis Naratif Peran Bapak Dalam Film Sabtu

Bersama Bapak” yang ditulis oleh Rusnawati Sani. Skripsi ini sama

halnya dengan skripsi sebelumnya yang sama-sama menggunakan

analisis naratif Tzvetan Todorov. Namun skripsi ini lebih menekankan

kepada peran seorang bapak.

Jika dilihat sejauh ini, penelitian tentang film The Post belum ada sama

sekali. Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian film The Post, dengan

menggunakan analisis naratif Tzvetan Todorov merupakan penelitian pertama.

Sebab belum ada sama sekali yang menjadikan penelitian ini sebagai tema riset.

Page 16: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

5

F. Kerangka Pemikiran

G. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma

konstruktivis memandang bahwa realitas sosial adalah hasil dari konstruksi

sosial. Konstruktivisme menolak pandangan positivis yang berpendapat

bahwa komunikasi merupakan proses sebab akibat. Menurut Yerby yang

dikutip oleh West dan Turner (2008:55), paradigma konstruktivisme

menyatakan bahwa individu secara berkala menciptakan struktur sosial

melalui aksi dan interaksi mereka. Karenanya, tidak terdapat kebenaran

abstrak atau realitas karena realitas ada hanya ketika orang yang

menciptakannya secara bersama-sama.

Penggunaan paradigma ini dimaksudkan untuk menjelaskan realitas

yang diciptakan oleh individu. Istilah konstruksi merupakan buah pemikiran

Praktik Verifikasi Berita Dalam Film

The Post

Teori Naratif Tzvetan Todorov

Alur Awal

Alur Tengah

Alur Akhir

Prinsip-Prinsip Jurnalisme Tiga Prinsip-prinsip

Jurnalisme

Kualitatif Analisis Deskriptif

Page 17: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

6

dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Ia menggambarkan proses sosial

merupakan hasil dari tindakan dan interaksi dimana individu sebagai

makhluk kreatif menciptakan terus menerus suatu realitas.2

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti ingin

menekankan pada makna, penalaran, defenisi, suatu defenisi tertentu, lebih

banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan sehari-hari. Menurut

Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah salah satu jenis penelitian

yang proses penelitiannya menghasilkan data deskriptif dari sesuatu yang

diteliti.3 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode

observasi, wawancara (interview), analisis isi, dan metode pengumpul data

lainnya untuk menyajikan respons - respons dan perilaku subjek.4

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia.

Penelitian ini mengkaji film the post terhadap empat prinsip

jurnalisme dalam perspektif analisis naratif model Tzvetan Todorov. Oleh

karena itu, Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan penelitian bersifat deskriptif, yakni penelitian

yang memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual yang terjadi

didalam ruang lingkupan yang akan diteliti.

Penelitian kualitatif lebih medasarkan diri pada hal-hal yang bersifat

diskursif (transkip, memo, catatan lapangan, dokumen, hasil wawancara).

Sedangkan materi yang bersifat nondiskursif (foto, musik, arsitektur

bangunan, patung, candi) biasanya dikonversikan dalam bentuk narasi yang

bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian

disimpulkan.5 Penelitian kualitatif juga menekankan pada struktur yang

terjadi secara natural dari realitas, hubungan yang erat antara peneliti dan

2 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Masaa. (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008), h. 12. 3 Amirul Hadi dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia,

1998), h, 56. 4 Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2012), h. 40.

5 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007),

h. 37.

Page 18: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

7

apa yang diteliti, dan faktor-faktor yang menimbulkan pertanyaan.

Kemudian mereka mencari jawaban dari pertanyaan yang menekankan

bagaimana pengalaman sosial didapatkan dan tergali makna nya.6

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode naratif model

Tzvetan Todorov, dimana menurutnya narasi adalah apa yang dikatakan,

oleh karena itu mempunyai urutan kronologi, motif, plot, dan hubungan

sebab akibat dari suatu peristiwa.7 Analisis naratif Tzvetan Todorov ini akan

menggambarkan alur cerita awal, tengah dan akhir dengan cermat sehingga

dapat membantu penulis menggambarkan cerita dalam film The Post.

4. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan objek, tujuan dan masalah yang akan di teliti, penelitian

ini mempunyai teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis salah satunya

dengan teknik dokumentasi. Dokumentasi yang menjadi acuan awal

penelitian ini adalah materi film The Post yang rilis pada awal tahun

2018. Selain itu peneliti juga mencari refrensi lain berupa artikel,

buku-buku, dan lain sebagainnya yang berkaitan dengan penelitian

yang nantinya dapat mempermudah peneliti dalam menyusun hasil

penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Peneliti melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku-buku

yang berkaitan dengan jurnalistik, pers, analisis naratif, komunikasi,

film, dan media massa serta hasil-hasil dari penelitian yang

sebelumnya yang juga menggunakan analisis naratif Tzvetan

Todorov dalam mengkaji film.

6 Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln, The Handbook of Qualitative Research,

(London: Sage Publications Inc, 2000), h. 8 7 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2001), h.

46.

Page 19: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

8

5. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data

kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung,

bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

b. Penyajian Data

Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan mendisplay

data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut. Sebagai salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan

lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah

dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

Page 20: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

9

lapangan.8 Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat

digunakan untuk mengambil tindakan.9

Terkait dengan pemaparan ketiga teknik analisis data. dapat

disimpulkan ketika data terkumpul, kemudian peneliti mengklasifikasikan

sesuai dengan pertanyaan yang terapat pada rumusan masalah. Kemudian,

peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisas

naratif Tzvetan Todorov dengan mengusung konsep awal, tengah dan

akhir.

H. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini menghasilkan karya yang sistematis, maka peneliti

menyusunnya sebagai berikut:

BAB I: Dalam bab ini peneliti menguraikan pendahuluan dan memaparkan

tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

paradigma penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode

pengumpulan data, metode analisis data dan sistematika penulisan.

BAB II: Pada bagian ini, peneliti menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan film,

pers dan jurnalisme, prinsip jurnalisme, dan analisis naratif Tzvetan

Todorov.

BAB III: Bagian ini membahas mengenai gambaran umum dan latar belakang

penelitian.

BAB IV: Bab ini merupakan inti dari penelitian yang akan membahas mengenai

data dan temuan penelitian.

Bab V: Peneliti akan menguraikan hasil temuan data yang dikaitkan dengan latar

belakang, teori.

BAB VI: Pada bagian ini peneliti akan menguraikan terkait dengan simpulan,

implikasi dan saran sehingga memiliki manfaat secara praktis pula.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013) Cet 18, h.

243-252. 9 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007),

h. 104.

Page 21: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

10

Page 22: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Film dan Narasi Ideologi

Film adalah rangkaian imaji fotografi yang diproyeksikan ke layar dalam

sebuah ruang gelap. Definisi ini merupakan sebuah penjelasan awal atas

fenomena gambar bergerak dalam bioskop.1 Selain itu film dapat dijelaskan

sebagai media massa yang memiliki acuan sebagai sarana hiburan, edukasi, dan

informasi bagi khalayak yang menyaksikannya. Pesan-pesan yang terkandung di

dalam sebuah film, tak jarang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.

Menurut beberapa sumber, film dapat diartikan sebagai:

Menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1992 tentang

perfilman pada bab satu pasal satu, film adalah karya cipta seni dan budaya yang

merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan

asa sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan atau bahan

hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui

proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,

yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,

elektronik, dan lainnya.2

Menurut Arifin, film sebagai media publik yang bersifat audio visual,

memiliki kekuatan yang besar dalam memengaruhi khalayak atau publik.

Gambar hidup yang disajikan oleh film mempunyai kecenderungan umum yang

unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.3

Menurut Fritz Hippler, film mampu menimbulkan dampak psikologis dan

propagandistik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak

melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual sehingga lebih

1 Fatimah Rusmawati, Ratih Hasanah Sudrajat, “Kasih Sayang Ayah Dalam Film (Analisis

Naratif Film Miracle In Cell No. 7 Dengan Teori Algirdas Greimas,” Vol. 4, Fakultas Film dan

Televisi IKJ 2008, h. 4. 2 Heru Effendy, Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian (Jakarta: Erlangga, 2008),

h. 63-64. 3 Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia, Cet. I (Bandung: Simbiosa Rekatama

Media, 2011), h. 160.

Page 23: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

12

bertahan lama dari pada pengaruh yang dapat dicapai oleh ajaran gereja atau

sekolah, buku, surat kabar, atau radio.4

Menurut Apriadi Tamburaka, film merupakan realitas dari dunia nyata yang

dikonstruksi ulang menurut ide pembuatnya dan ditampilkan kembali kepada

khalayak seolah-oleh itu adalah realitas sesungguhnya. Dengan demikian, realitas

sesungguhnya tidak akan pernah sama dengan realitas yang dikonstruksi ulang

sutradara film. Khalayak hanya mendapat sebagian gambaran realitas tetapi

sesungguhnya tidak utuh.5

Beberapa kegiatan seperti dakwah, penerangan, pendidikan, dan lain-lain

kini banyak menggunakan media film sebagai alat bantu untuk memberikan

penjelasan yang dikemas secara apik.6

Hal tersebut dilakukan agar memudahkan

khalayak menerima dan mencerna suatu informasi yang disampaikan oleh

komunikator. Oleh sebab itu saat ini film banyak digunakan untuk suatu

kepentingan tertentu karena sifatnya yang memudahkan komunikator dan

komunikan.

Dari beberapa pemaparan di atas film dapat diartikan sebagai unsur

penggabungan dari dua media yakni, audio dan visual. Sehingga film dapat

digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi yang tersirat

maupun tersurat dalam sebuah rangkaian alur cerita. Film memiliki kelebihan

antara lain seperti jangkauan luas, sifat persuasi yang besar dan mudah untuk

dinikmati. Namun film juga memiliki kelemahan yakni sifatnya yang cepat dan

sekilas, sehingga orang tidak bisa menerima pesan yang disampaikan secara utuh

jika orang mengalihkan perhatiannya untuk kegiatan lain. Saat ini film bukan

hanya sebagai media penyampai pesan, untuk kalangan pembisnis film merupakan

lahan untuk mendapatkan pundi-pundi dengan mengangkat sebuah seni. Secara

umum film dapat dibagi menjadi dua unsur yakni, unsur naratif dan unsur

sinematik. Kedua unsur tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya. Unsur

4 Shoelhi, Propaanda Dalam Komunikasi Internasional, h. 165-167.

5 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), h. 117-118. 6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filasfat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2003), h. 209.

Page 24: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

13

naratif diartikan sebagai bahan atau materi yang akan diolah. Sedangkan unsur

sinematik adalah cara atau gaya penyajian.7

B. Karakteristik Film

Pada umumnya film memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik itu

penting untuk diketahui, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami film.

Adapun faktor yang menunjukkan karakteristik film adalah layar yang lebar,

teknik dalam pengambilan gambar, konsentrasi penuh saat menonton, dan

identifikasi psikologis yang menonton. Untuk mendapatkan pemahaman yang

lebih jelas, karakteristik film dapat diuraikan sebagai berikut:8

a. Layar yang luas

Film menggunakan layar yang luas. Berbeda dengan televisi layarnya

tidak luas seperti film. Walaupun sama-sama menggunakan layar. Layar yang

luas dalam film dimaksudkan agar memberikan keleluasaan penonton untuk

melihat adegan yang ditayangkan dan film umumnya sudah menggunakan

teknologi tiga dimensi sehingga film terlihat nyata dan tidak berjarak dengan

penonton.

b. Pengambilan Gambar

Dengan layar film yang lebar dan luas maka pengambilan gambar secara

menyeluruh sangat penting. Hal ini untuk memberikan kesan seni dan artistik

yang bernilai tinggi, sehingga film lebih terlihat menarik.

c. Konsentrasi Penuh

Konsentrasi penuh biasanya dapat dicapai saat menonton film di bioskop

yang jauh dari gangguan dan aktivitas di luar karena bioskop ruangan kedap

suara yang dikhususkan untuk menonton film. Semua mata hanya tertuju pada

layar, sementara pikiran dan perasaan penonton tertuju pada alur cerita. Dalam

keadaan demikian konsentrasi penuh dapat tercapai dan emosi penonton terbawa

suasana.

d. Identifikasi psikologis

Dalam menonton sebuah film penonton biasanya menyamakan dirinya

dengan salah seorang pemaran dalam film tersebut, sehingga tidak ada lagi

7 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 1.

8 Ardianto, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi, h. 145-146.

Page 25: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

14

perbedaan antara penonton dan pemeran. Penonton mengira ia sendiri yang

menjadi pemeran dalam film tersebut. Dalam fenomena ini menurut ilmu jiwa

sosial disebut dengan identifikasi psikologis.

C. Jenis – jenis film

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: film dokumenter,

fiksi dan eksperimental. Dari ketiga jenis tersebut, peneliti mencoba menjelaskan

sebagai berikut:

c. Film dokumenter

Film dokumenter dapat diartikan sebagai film yang mendokumentasikan

sebuah kenyataan. Kunci utama dalam film dokumenter adalah fakta.9 Istilah

“dokumenter” pertama kali digunakan dalam resensi film Moana (1926) dan

Robert Flaherty. Pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan.

Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam

kehidupan.

d. Film Fiksi

Berbeda dengan film dokumenter, film fiksi memiliki kaitan oleh plot. Film

fiksi relative lebih komplek jika dibandingkan dengan dua jenis film lainnya. Film

fiksi berada pada dua skema yakni nyata dan abstrak, sebab film fiksi

menginginkan ketegangan dan mengangkat unsur keindahan dalam sebuah film.10

Dapat disimpulkan bahwa film fiksi memberikan daya Tarik tersendiri karena

menampilkan unsur kenyataan dan hayalan yang terkesan nyata.

e. Film Eksperimental

Berbeda dengan film fiksi, film eksperimental tidak memiliki plot akan

tetapi tetapi memiliki struktur. Biasanya struktur yang terkandung dalam film

eksperimental dipengaruhi oleh insting subjektif sineas. Unsur struktur yang

mempengaruhi seperti: gagasan, ide, serta pengalaman batin sineas.11

Selain dari ketiga jenis film yang ada, terdapat pula kategorisasi lain

berdasarkan cerita, orientasi pembuatan serta genre dari pembuatan sebuah film:

9 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 4.

10 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 6.

11 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 7-8.

Page 26: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

15

a. Film yang dibuat berdasarkan cerita biasanya terbagi menjadi dua yakni

fiksi dan nonfiksi. Film-film fiksi biasanya tersusun dari serangkaian

imajinasi. Sedangkan film fiksi tersusun dari serangkaian kenyataan.

b. Film berdasarkan orientasi pembuatnya. Dalam hal ini film dapat

dilatarbelakangi oleh unsur komersial maupun non komersial. Biasanya

dalam unsur komersial sineas mengejar keuntungan baik materi maupun non

materi. Sedangkan dalam unsur non komensial sineas hanya mengejar untuk

menyampaikan pesan dan sarat akan tujuan dari sebuah seni.

c. Sedangkan dalam genre, terdapat beberapa pembagian yang sudah di

mengerti oleh masyarakat yang memahami film. Genre film yang ada

seperti: action, komedi, drama, petualangan, epic, musical, perang, science

fiction, pop, horror, gangster, thriller, disaster dan fantasi.12

Dalam penelitian ini, peneliti penyimpulkan bahwa film The Post bergenre

drama dengan mengangkan cerita nyata. Hal ini dikarenakan setiap gambar yang

ada dalam film The Post menggambarkan realitas kehidupan seorang jurnalis

atau perusahaan media.

D. Etika Jurnalisme

Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos. Artinya “karakter”, “sifat”, atau

“disposition” – maksudnya bagaimana seseorang diminta harus berbuat. Dalam

bentuk tunggal berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, sikap, perasaan, dan cara

berpikir. Dalam bentuk jamak, „ta etha‟ berarti kebiasaan. Pengertian dalam

bentuk jamak istilah etika yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah

etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukkan

filsafat moral. Pengertian ini dekat dengan ide umum tentang etika sebagai suatu

soal “internal” dari karakter kebajikan yang memotivasi orang untuk bertindak

secara benar. Secara intrinsic kata “ethic” berkaitan dengan masalah perilaku

yang benar atau correct conduct di tengah hidup bermasyarakat. Sedangkan

12

Apriandi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2013), h. 113-115.

Page 27: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

16

secara etimologis, etika mengindikasikan suatu concern akan virtuous people atau

orang-orang baik, karakter yang handal dan orang yang tepat.13

Ward (2009) mendefinisikan etika sebagai: the analysis, evaluation, and

promotion of correct and/or good character, according to the best available

standards. (analisis, evaluasi dan promosi perilaku yang benar dan/atau karakter

yang bagus menurut standar terbaik yang ada). Dalam American Heritage®

Dictionary: Description of ethic (2006), disebutkan bahwa etika adalah:14

1. A set of principles of right conduct (Seperangkat prinsip perilaku yang

benar).

2. A theory or a system of moral values (Suatu teori atau sistem nilai-nilai

moral).

3. Ethics (used with a sing. verb): Studi tentang sifat umum dari moral dan

pilihan-pilihan moral yang spesifik yang dibuat oleh seseorang; filosofi

moral. (The study of the general nature of morals and of the specific moral

choices to be made by a person; moral philosophy).

4. Ethics (used with a sing. or pl. verb): Aturan atau standar yang mengatur

perilaku seseorang atau suatu profesi; etika kedokteran.

Namun terkadang ada yang mengidentikkan etika dengan suatu rangkaian

aturan yang kaku dan cenderung mengategorikan suatu tindakan sebagai sesuatu

yang benar atau salah. Jadi dalam memandang etika harus berfokus pada

bagaimana orang menginterpretasikan, menerapkan, menyeimbangkan dan

memodifikasi prinsip-prinsip mereka sesuai dengan fakta-fakta dan teknologi

baru, attitude sosial yang baru, dan kondisi ekonomi dan politik yang berubah.

Sebab, etika sebenarnya tidak statis, karena terdiri dari kerangka prinsip-prinsip

dan nilai-nilai yang dinamis. Pada dasarnya etika merefleksikan keyakinan dan

ketertarikan yang paling dalam, mendefinisikan siapa kita, dan memberi kita suatu

“identitas” etis.

K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika, mendefinisikan etika

sebagai nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau

13

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali,

2015), h. 18-19. 14

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali,

2015), h. 27.

Page 28: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

17

kelompok untuk mengatur tingkah lakunya. Maka, perbuatan seseorang akan

dianggap tidak bermoral ketika melanggar nilai-nilai dan norma etis yang berlaku

dalam masyarakat.15

Etika mengantar seseorang kepada kemampuan untuk

bersikap kritis dan rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak

sesuai dengan apa yang dapat dipertanggungjawabkannya sendiri.16

Etika bukanlah sesuatu hal yang abstak atau berada di awing-awang. Etika

ada di mana saja. Dalam pengertian yang sederhana, etika merupakan filosofi

untuk berperilaku yang diterima di tengah orang lain. Etika mempertanyakan apa

yang harus kita perbuat pada situasi tertentu (what we should do in some

circumstance) atau apa yang harus kita lakukan selaku partisipan dalam berbagai

bentuk aktivitas atau profesi. Karena itu paling baik jika etika dipahami sebagai

sesuatu yang kita perbuat atau lakukan, dan sebagai suatu bentuk pertanyaan

terus-menerus tentang masalah-masalah praktis. Sebab, sebeneranya etika adalah

tentang aturan dan pedoman berperilaku sebagai seorang manusia yang hidup di

tengah manusia lainnya.17

Prinsip-prinsip utama etika jurnalisme:

1. Akurasi18

Prinsip akurasi berarti ataupun karya jurnalistik lain yang ditulis oleh

wartawan dan disiarkan oleh media, benar substansinya, fakta-faktanya, dan

penulisannya, dan berasal dari sumber informasi yang otoritatif dan kompeten,

serta tidak bias. Ada juga yang mendefinisikan akurasi sebagai informasi yang

mempunyai sumber yang baik berdasar pada bukti yang solid (well-sourced

information based on solid evidence).

Keakurasian fakta-fakta sebuah berita merupakan syarat mutlak bagi

kebenaran berita tersebut. Keakurasian dapat dicapai dengan:

- Melakukan tugas dengan penuh kehati-hatian.

- Menguasai substansi.

15

Bertens, Etika. (Jakart: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 7. 16

Adelbert Snijders, Manusia dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan. (Yogyakarta:

Kanisius, 2006), h. 273. 17

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali,

2015), h. 18-19. 18

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 116-120.

Page 29: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

18

- Diikat oleh rasa tanggung jawab (antara lain menyadari sepenuhnya implikasi

dari kesembronoan yang menyebabkan inakurasi).

- Tidak meng-underestimate khalayak.

- Diverifikasi: check dan recheck, crocc-check.

Pada sisi lain, ketidakakuratan dapat terjadi pada

- Substansi fakta.

- Penulisan.

- Pemuatan/penyiaran berita ataupun laporan yang ditulis oleh jurnalis dan

dimuat oleh media.

Menurut Lambeth (1992), akurasi merupakan tuntutan mendasar dari truth

telling atau penyampaian kebenaran, yang mensyaratkan para jurnalis untuk

mencek dan mericek informasi. Agar bisa selalu akurat, setiap jurnalis hendaklah

menanamkan kebiasaan akurasi dan mendisiplinkannya pada diri masing-masing.

Para jurnalis selalu diingatkan bahwa misi jurnalisme adalah mencari dan

menyampaikan kebenaran. Untuk itulah prinsip akurasi dan sejumlah prinsip yang

lainnya ditegakkan. Menurut Couldry, accuracy adalah disposition untuk menuju

kebenaran dan untuk melakukan investigasi yang diperlukan untuk mencapai

kebenaran. Kemudian dalam BBC Editorial Guideliness Section 3: Accuracy

Principles, disebutkan:

“Maka dari itu, kami lakukan segala yang kami mampu untuk mencapai due

accuracy dalam semua output kami meski mungkin hal itu menuntut

persyaratan yang beragam. Akurasi yang dituntut misalnya untuk drama,

entertainment dan komedi, biasanya tidak akan sama dengan untuk content

factual bisa berbeda, bergantung pada apakah, untuk entertainment factual,

dokumenter historis, current affairs ataupun berita.”

Selanjutnya dinyatakan bahwa akurasi bukan hanya sekedar soal

mendapatkan fakta secara benar. Jika sebuah isu kontroversial, opini yang relevan

sebagaimana fakta mungkin perlu dipertimbangkan. Manakala perlu, seluruh fakta

dan informasi yang relevan juga harus ditimbang agar tiba pada kebenaran.

2. Independensi19

Usaha untuk memperoleh dan meyampaikan kebenaran mestilah dilakukan

tanpa ada intervensi dari pihak mana pun. Untuk itu jurnalis dan media

menegakkan keindependenan dalam melakukan aktivitas jurnalisme.

19

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 120-122.

Page 30: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

19

Independensi menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh seorang wartawan baik

selaku pribadi maupun institusi media tempatnya bekerja. Mengenai prinsip

independensi, Canadian Association of Journalist menyatakan:

- Kita melayani demokrasi dan kepentingan public dengan melaporkan

kebenaran. Terkadang hal ini konflik dengan berbagai kepentingan publik dan

pribadi, termasuk pemerintah, pengiklan, dan di waktu tertentu dengan tugas

dan kewajiban kepada majikan kita.

- Mempertahankan kepentingan publik termasuk mempromosikan arus bebas

informasi, mengekspos kejahatan atau penyelewengan, melindungi kesehatan

dan keamanan publik dan mecegak publik dari kesesatan.

- Kita tidak mengistimewakan perilaku kepada pengiklan dan kepentingan

khusus. Kita menahan usaha mereka untuk memengaruhi berita.

- Kami membayar sendiri segala biaya manakala mungkin. Bagaimanapun tidak

semua jurnalis atau organisasi mampu untuk itu. Jadi bila pihak lain

membiayai kamu ke suatu event, hal itu kami sebutkan, termasuk ketika

meliput industri seperti travel, automotif, militer, dan perdagangan luar negeri

(foreign trade). (Secara umum dimengerti ada pengecualian, misalnya sudah

bisa untuk menerima tiket reviewer untuk preview film, konser, ceramah, dan

pertunjukan teater).

- Kami tidak menerima hadiah atau kebaikan untuk kegunaan pribadi, dan harus

segera mengembalikan hadiah yang melebihi nilai nominal. Bila pengembalian

tidak praktis, maka hadiah tersebut akan disumbangkan ke badan amal yang

tepat.

- Secara umum kami tidak menerima pembayaran bila menjadi pembicara di

kelompok yang kami liput atau komentari.

- Kami tidak memberitakan subjek yang kami punya kepentingan finansial atau

lainnya, dan tidak menggunakan posisi kami untuk mendapat keuntungan

bisnis atau lainnya yang tidak tersedia bagi publik umum.

- Kami tidak pemperlihatkan laporan lengkap kami kepada sumber – khususnya

sumber penjabat – sebelum diterbitkan atau disiarkan, kecuali hal itu

dimaksudkan untuk memverifikasi fakta. Melakukan hal itu dapat mengundang

pembatasan dini dan tantangan terhadap independensi kami sebagai reporter.

Page 31: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

20

- Kami mengumplkan informasi dengan maksud memproduksi berita dan

gambar untuk konsumsi public. Secara umum kami tidak membagi informasi

yang disiarkan – seperti catatan atau audio tapes dari interviu, dokumen, email,

file digital, foto digital, foto dan video – dengan pihak di luar organisasi media

tempat bekerja.

- Kolumnis dan komentator harus bebas mengekspresikan pandangan mereka,

meski pandangan tersebut konflik dengan organisasi, sepanjang content-nya

memenuhi standar jurnalistik yang umum diterima untuk fairness dan akurasi.

3. Objektivitas20

Konsep “the truth” dan “reality” tidak terpisah dari konsep objektivitas.

Prinsip objektivitas merupakan ketentuan yang bermaksud untuk mencegah

kemungkinan ataupun kecenderungan wartawan terpengaruh oleh subjektivitas

pribadi maupun pihak lain dalam memandang dan menggambarkan suatu

peristiwa atau kejadian. Prinsip ini bertujuan agar wartawan meninjau setiap

masaah dari berbagai sudut pandang supaya lebih mencerminkan kebenaran.

Dalam konteks jurnalisme, objectivity bisa dilihat sebagai sinonim dengan

kenetralan. harus dibedakan dengan tujuan objectivity dalam filsafat , yang

menggambarkan fakta-fakta yang independen dari pikiran. (mind-independent

facts) yang benar terlepasa dari perasaan manusia (human feelings), atau

keyakinan, ataupun penilaian.

Prinsip objektivitas, berarti harus bebas dari obligasi atas kepentingan apa

pun selain hak publik untuk mengetahui informasi, serta menghindari conflict of

interest baik yang nyata maupun yang dipersepsikan. Dalam Society of

Professional Journalists Code of Ethics dijelaskan bahwa untuk mencapai

objektivitas:

- Harus bebas dari obligasi atas kepentingan apa pun selain hak publik untuk

mengetahui.

- Menghindari conflict of interest baik yang nyata maupun perceived.

- Menolak hadiah, kebaikan, bayaran, free travel atau treatment khusus dan

nuansa secondary employment, political involvement, dan layanan di organisasi

komunitas jika hal itu mengkompromikan integritas jurnalistik.

20

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 122-131.

Page 32: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

21

- Menghindari streotipe berdasarkan ras, gender, usia, agama, etnisitas, geografi,

orientasi seksual, disabilitas, tampilan fisik atau status sosial.

Di sisi yang lain, penegakan prinsip objektivitas ini berhubungan langsung

dengan pencapaian kredibilitas media di mata publik. Semakin publik merasa

objektivitas suatu media maka bertambah pula tingkat kepercayaan khalayak

kepada media tersebut. Sebaliknya, jika suatu media dinilai subjektif dalam

pemveritaan dan tulisan yang dimuatnya, maka kredibilitas media tersebut akan

berkurang atau bahka bisa pupus di mata khalayak.

Norma objektivitas memandu jurnalis untuk memisahkan fakta dari nilai-

nilai dan hanya memberikan fakta. Pemberitaan objektif seyogianya bernada

sejuk, ketimbang emosional.21

Dalam suatu kontroversi politik, liputan yang

objektif bersusah payah untuk merepresentasikan masing-masing pihak secara

fair. Sesuai dengan norma objektivitas, jurnalis bertugas meliput sesuatu yang

disebut “news” tanpa mengomentarinya, memelintirnya, atau membentuk

formulasi tertentu dalam cara apa pun.

4. Balance22

Dalam memberitakan suatu peristiwa atau kejadian, seorang wartawan

haruslah memperhatikan prinsip keberimbangan (balance), yakni memberi tempat

dan kesempatan yang sejajar secara proposional bagi dua atau lebih lebih pihak

ataupun pandangan yang berkenaan dengan yang diberitakan. Jadi andainya

disederhanakan bahwa dalam suatu peristiwa atau kejadian ataupun suatu isu,

tentulah ada pihak ataupun padandangan yang pro dan kontra. Sedapat mungkin,

pandangan ataupun pihak yang dimaksud hendaklah diberi porsi yang seimbang

sehingga khalayak tidak menilai berita ataupun karya jurnalistik berat sebelah.

Jurnalis harus menampilkan pandangan dan fakta yang berimbang antara dua atau

lebih pihak yang terkait dengan peristiwa yang akan diberitakan. Dengan

demikian tidak terjadi keberpihakan pada salah satu sisi saja.23

5. Fairness24

21

James Curran, Making Journalists: Diverse Models, Global Issues. (Canada: Routledge,

2005), h. 101. 22

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 131-132. 23

Press criticism. The balance trap by N.L., The Economist, Aug 8th 2012.

24 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 132-134.

Page 33: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

22

Prinisp fairness diwujudkan dalam peliputan yang transparan, terbuka, jujur

dan adil yang didasarkan pada dealing yang langsung. Prinsip ini dimaksudkan

agar berita dan tulisan yang dibuat oleh jurnalis memberi tempat dan peluang bagi

semua pihak secara adil. Penerapan asas fairness memang tidak semudah seperti

yang dibayangkan. Akan tetapi, prinsip ini tetap wajib ditegakkan oleh setiap

jurnalis dan media. Pelaksanaan prinsip ini dalam beritan dan tulisan yang

disiarkan sekaligus menjadi cermin keindependenan para jurnalis dan media

tempat mereka bekerja. Dalam pengalaman selama ini, kelemahan dalam

pelaksanaan asas fairness umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1) Kurangnya kesadaran mengenai hal ini.

2) Ketergesaan ataupun desakan waktu yang dialami para jurnalis

6. Imparsialitas25

Pada hakikatnya prinsip ini merupakan penekanan kembali tentang

ketidakberpihakan jurnalis dan media dalam mencari, menulis dan menyiarkan

berita ataupun karya jurnalistik lainnya. Hal ini amat penting karena media

sebagai suatu institusi sosial menempatkan posisi tersendiri. Imparsialitas

diartikan sebagai peliputan yang fair dan pikiran terbuka untuk menggali semua

pandangan yang signifikan. Bagi BBC, imparsialitas ditempatkan pada inti dari

komitmen kepada khalayaknya.

7. Menghormati Privasi26

Isu privasi berkenaan dengan berbagai situasi yang memunculkan tantangan

pengambilan keputusan etis bagi para jurnalis dan para eksekutif dan pimpinan

surat kabar ataupun stasiun penyiaran. Berdasarkan dengan hal ini, para jurnalis

sering mengajukan argumentasi mereka dengan mengaitkan soal hal publik untuk

mengetahui.

8. Akuntabilitas Kepada Publik27

Setiap jurnalis harus meniatkan sejak awal, bahwa segala proses dan hasil

karyanya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Prinsip ini mengharuskan

para jurnalis untuk dapat mempertanggungjawabkan atau akuntabel dalam proses

dan produk yang dihasilkan dalam melakukan aktivitas jurnalisme. Prinsip ini

25

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 135. 26

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 135-137 27

Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 140-142

Page 34: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

23

bersumber pada hak-hak khalayak sebagai salah satu stakeholder dalam proses

komunikasi. Berbagai pengalaman yang dirasakan oleh khalayak mengenai

perlakuan media terhadap mereka, telah mendorong munculnya sejumlah

pemikiran untuk melindungi hak-hak khalayak dari kesewenang-wenangan media.

Selama ini pelakuan media terhadap khalayak yang dirasakan tidak pada

tempatnya antara lain:

- Pemuatan berita atau tulisan yang disara merugikan khalayak.

- Penjelasan isi media dengan informasi dan/atau materi yang tidak dirasakan

manfaatnya oleh khalayak.

- Pilihan content yang tidak mencerminkan penghargaan pada tingkat kecerdasan

khalayak, dengan kata lain terasa membodohi, ataupun merendahkan khalayak.

- Pelanggaran privasi individual anggota masyarakat yang merupakan bagian

dari khalayak luas.

- Mempertanggungjawabkan proses dan output reporting.

Khalayak mempunyai hak untuk tidak dirugikan ataupun dirusak oleh berita

ataupun informasi yang dimuat oleh sesuatu media. Kerugian atau kerusakan ini

biasanya berkenaan dengan nama baik seseorang yang terganggu oleh dimuatnya

suatu informasi menyangkut dirinya. Bila telah menjadi soal dirugikannya nama

baik seseorang karena pemberitaan oleh media maka hal itu telah masuk ke

domain hukum.

Etika jurnalisme merupakan sekumpulan prinsip moral. Etika jurnalisme

menentukan bagaimana wartawan bekerja. Wartawan mesti menghindari

“kejahatan, kesalahan, kerusakan” jika tidak ia dapat merugikan, menggangu,

membahayakan, melukai, mencelakakan datai menyusahkan pihak lain. Berbagai

prinsip moral etika jurnalisme, menjadi kesadaran nurani wartawan. Landasan

etika jurnalisme mengacu kepada kepentingan publik. Hal ini melegalitas moral

kewartawanan di berbagai dimensi dan aktifitas jurnalisme.28

Dalam ranah jurnalistik, etika jurnalisme seseorang dalam melakukan

profesinya sebagai jurnalis diatur dalam kode etik. Dalam melakukan tugasnya

seorang jurnalis memiliki kode etik tersendiri agar tidak menyalagunakan

prosefinya. Kode Etik Jurnalisme (KEJ) ditetapkan Dewan Pers melalui peraturan

28

Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2017), h. 273.

Page 35: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

24

Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat

Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/ 2006 tentang Kode Etik Jurnalisme

sebagai Peraturan Dewan Pers. Berikut sebelas pasal Kode Etik Jurnalisme:29

1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,

berimbang, dan tidak beritikad buruk.

2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam

melaksanakan tugas jurnalistik.

3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara

berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta

menerapkan asas praduga tak bersalah.

4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban

kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku

kejahatan.

6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima

suap.

7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang

tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai

ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai

dengan kesepakatan.

8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan

prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku,

ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan

martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan

pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita

yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada

pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara

proporsional.

29

Kode Etik Jurnalisme PWI

Page 36: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

25

E. Pers dan Jurnalisme

Jika dilihat dari sejarah persuratkabaran, pers berasal dari bahasa Belanda.

Dalam bahasa Inggris, istilah pers disebut juga dengan ress yang berarti

mencetak. Sedangkan dalam pengertian yang lebih operasional, pers berarti

publikasi atau pemberitahuan secara cetak. Akan tetapi pada perkembangan

selanjutnya, pengertian pers meluas menjadi segala bentuk media, baik cetak

maupun elektronik. Meskipun kini pers sudah memiliki arti luas, akan tetapi

dalam prespektif orang pers hanya diartikan sebatas media cetak. 30

Kata jurnalistik berasal dari kata “jurnal” atau dalam bahasa Ingris “journal”

berasal dari bahasa latin yaitu “diurnalis” yang dapat diartikan sebagai “harian

atau kegiatan sehari-hari.” Sementara kata “jurnalisme” diartikan sebagai

pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam surat

kabar. Sedangkan kata “jurnalistik” memiliki arti yang menyangkut

kewartawanan dan persuratkabaran.31

Menurut Roland E. Woseley dalam Understanding Magazines

mendefinisikan jurnalistik sebagai pengumpulan, penulisan, pemrosesan, dan

penyebaran informasi umum, opini, hiburan umum dengan cara sistematik dan

dapat dipercaya untuk diterbitkan pada media massa. Sedangkan menurut Erik

Hodgins, seorang praktisi jurnalistik sekaligus redaktur majalah Time,

menjabarkan jurnalistik sebagai pengiriman informasi dari satu tempat ke tempat

lainnya dengan benar, seksama dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan

keadilan berfikir yang selalu dapat dibuktikan.32

Istilah jurnalistik juga bersumber dari bahasa Belanda, journalistiek. Masih

menggunakan pendekatan bahasa, jurnalistik atau yang familiar dengan

journalistic atau journalistiek dalam bahasa Inggris berarti harian atau setiap hari.

Sedangkan secara oprasional, menurut Onong U. Effendi (1986:96), jurnalistik

merupakan keterampilan atau kegiatan mengolah bahasa berita. Kegiatan disini

30

Asep Saeful Muhtadi, Pengantar Ilmu Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,

2016), h. 15-16. 31

Anton Ramdan. Jurnalistik Islam. (___: Shahara Digital Publishing), h. 3. 32

Kustadi Suhandang. Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produksi dan Kode Etik.

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2016), h. 3.

Page 37: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

26

meliputi, peliputan sampai penyusunan sesuai dengan kelayakan untuk

disebarluaskan kepada khalayak atau publik.

Dari pendapat yang ada dari berbagai sumber, maka kata jurnalistik adalah

menyampaikan informasi dari sumbernya kepada publik dengan benar dan baik.

Benar dalam hal isi berita atau informasi yangditampilkan, sedangkan baik dalam

cara penyampaian berita tersebut kepada khalayak. Jurnalis adalah pelaku utama

dalam dunia jurnalistik.33

Dapat disimpulkan bahwasannya pers dan jurnalime memiliki keterkaitan,

yang mana pers merupakan sarana untuk menyebarluaskan hasil olahan dari

jurnalistik. Pers disini bersifat teknis, sebagai saluran dari produk jurnalistik.

Sedangkan jurnalistik itu sendiri merupan objek atau produk yang harus

disebarluaskan oleh pers.

Jika menyimak UU No. 40/1999 tentang Pers, upaya pemeliharaan

kebebasan pers ternyata masih cenderung memfokuskan pada praktik

institusionalisme pers demi kepentingan pasar dalam industry pers nasional.

Kebebasan wartawan dalam konteks ini tidak dapat dilepaskan dari kebebasan

sosial wartawan karena kebebasan sosial merupakan ruang gerak bagi kebebasan

wartawan.34

Secara sederhana jurnalistik adalah seni berberita. Selanjutnya jurnalistik

dapat diartikan sebagai kegiatan menghadirkan berita kepada pembaca, mulai dari

kegiatan pencarian data di lapangan, memproduksinya menjadi tulisan, hingga

menghadirkannya kepada khalayak pembaca.35

Effendy menyatakan, bahwa pers dan jurnalistik adalah dwitunggal yang

tidak dapat dipisahkan. Dua kata itu merujuk pada aktivitas yang sama. Walaupun

pers juga diidentikkan dengan lembaga media massa. Tentang hal ini Effendy

menjelaskan sebagai berikut:

Pers memiliki dua pengertian, dalam arti sempit pers adalah media massa

seperti surat kabar, majalah mingguan, televise, dan radio. Adapun dalam

arti luas, pers adalah lembaga atau badan organisasi yang menyebarkan

berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat

33

Anton Ramdan. Jurnalistik Islam, h. 4. 34

Wahyu Wibowo. Menuju Jurnalisme Beretika: Peran Bahasa, Bisnis, dan Politik di Era

Modial. (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 39. 35

Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi Pertama.

(Jakarta: Prenadamedis Group, 2018), h. 1.

Page 38: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

27

diibaratkan sebagai jiwa dan raga. Pers adalah aspek raga karena ia

berwujud, konkret. Nyata, oleh sebab itu ia dapat diberi nama. Adapun

jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya

hidup yang mengjidupi aspek pers (Effensy, 2007:90).36

Jurnalistik tidak dapat melepaskan, bahkan selalu beriringan dengan

perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi, sehingga ketika teknologi

informasi mengalami perkembangan yang luar biasa, maka jurnalistik pun

mengalami kondisi yang sama.

F. Prinsip Jurnalisme

Jurnalisme merupakan satu kesatuan yang memiliki tujuan utama

menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada warga masyarakat agar

dengan adanya informasi tersebut mereka dapat berperan membangun masyarakat

yang bebas. Tujuan ini mencangkup keperluan-keperluan lain, seperti tujuan

hiburan, menjadi watchdog serta menyuarakan kepentingan dari mereka yang

tidak memiliki suara.

Dari hal inilah memunculkan sekurangnya ada 10 elemen jurnalisme.

Elemen terakhir merupakan sumbangan dan Bill Kovach. Ada sejumlah prinsip

dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap jurnalis. Prinsip -

prinsip ini telah melalui masa pasang dan surut. Namun, dalam perjalanan waktu,

terbukti prinsip-prinsip itu tetap bertahan.37

1. Kewajiban para jurnalisme adalah pada kebenaran.

Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga

masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat.

Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi,

namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.

2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat.

Organisasi pemberitaan dituntut melayani berbagai kepentingan

konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan

induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain. Semua itu harus

dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses. Namun, kesetiaan

36

Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi Pertama, h. 3. 37

https://seword.com/media/9-elemen-jurnalisme-elemen-ke-10-dari-bill-kovach, diakses

pada 20 Agustus 2018, pukul 11:38 WIB

Page 39: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

28

pertama harus diberikan kepada warga (citizens). Ini adalah implikasi dari

perjanjian dengan publik.

Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada

warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas

dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi,

jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan

biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Jurnalis memiliki

kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan langsung majikannya

pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber keberhasilan

finansial majikan mereka.

3. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi.

Membedakan antara jurnalisme dengan hiburan (entertainment),

propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. Disiplin verifikasi

tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka

sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak.

Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-

benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai “obyektivitas”

dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi

metode yang digunakannya dalam meliput berita.

4. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput.

Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan

pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar.

Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Jurnalis

yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus

independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi,

kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi.

5. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap

kekuasaan.

Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.

Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di

masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar

mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka

Page 40: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

29

lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis

juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara

sendiri.

6. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik.

Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan

forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar

penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil

sikap.

Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan

kompromi publik. Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini

dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam

jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan

pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik.

Sebuah perdebatan yang melibatkan prasangka dan dugaan semata hanya

akan mengipas kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang hanya mengangkat

sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang, tidaklah melayani publik tetapi

sebaliknya justru mengabaikan publik. Yang tak kalah penting, forum ini harus

mencakup seluruh bagian dari komunitas, bukan kalangan ekonomi kuat saja atau

bagian demografis yang menarik sebagai sasaran iklan.

7. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan

relevan.

Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting

menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap

naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang kurang

serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun.

8. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif.

Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi

bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus

menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif. Dengan

mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta, kita melihat bahwa

proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi. Kita juga terbantu dalam

memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita.

Page 41: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

30

9. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya.

Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika

dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka

punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan

membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa. Agar hal ini bisa terwujud,

keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip

jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui

adanya kewajiban pribadi.

10. Hak dan Kewajiban terhadap berita.

Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi,

khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi

mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog,

jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas

(community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan

pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong

perkembangan jurnalisme.

G. Manajeman Redaksi dalam Pemberitaaan

Ketika pers telah menjadi sebuah industri media, maka orientasi

pemberitaan akan lebih memihak kepada kepentingan pasar. Mengutip penyataan

Eni Maryani, sebagai sebuah industri dan didasari oleh kepentingan bisnis yang

terlanjur menedot investasi modal yang sangat besar, industri media menjadi

kepentingan pasar di atas segalanya (Maryani, 2011: 1). Pertimbangan pasar tidak

terlepas dari kepentingan ekonomi dan politik pengusaha atau pemilik media

untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya melalui bisnis pemberitaan.

Campur tangan pemilik media dalam perusahaan surat kabar, mulai dari

rekrutmen pekerja media, penetapan struktur organisasi media, penetapan standar

pemberitaan, sampai pada pengambilan keputusan dalam ruang sedaksi

pemberitaan menjadi hal yang tak terhindarkan. Akibatnya, ideologi pemilik

media akan mempengaruhi isi pemberitaaan.38

38

Juni Wati Sri Rizki, Kepemilikan Media & Ideologi Pemberitaan: Kajian Ekonomi

Politik Komunikasi terhadap Kepemilikan Media dan Wacana Pembentukan Provinsi Tapanuli di

Surat Kabar Harian Waspada dan Sinar Indonesia Baru. (Yogyakarta: Deepublish, 2012), h. 2.

Page 42: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

31

Dalam era kebebasan pers saat ini, pengaruh ideologi pemilik media

terhadap medianya menjadi dominan. Pemilik media semakin leluasa dalam

menentukan arah pemberitaan. Oleh karena itu, kepemilikan media menjadi hal

yang menarik. Kerja kewartawanan dan pemberitaan memerlukan keteraturan

yang terorganisir. Bukan sekedar kerja kesendirian yang tak memakai aturan.

Akan tetai, terolah dari kebiasaan. Kebiasaan itu terbentuk dari oleh rutinitas kerja

dari mekanisme dan tuntutan jurnalisme, sebagai sebuah profesi. Dengan begitu,

ada News Organizations and Routines. Ada pengorganisasian berita dan berbagai

rutinitas yang membanyangi kerja kewartawanan. Ada organisasi yang mengatur

kerja pengorganisasian berita. Maka itu. Kerja kewartawanan diatur oleh

mekanisme. Dikendalikan oleh struktur dan dikaitkan dengan sistimatika

keorganisasian media.39

H. Analisis Naratif

Dalam proses analisis, peneliti menggunakan teori Tzevetan Todorov yang

membagi narasi menjadi alur awal, alur tengah, dan alur akhir. Secara etimologi

narasi berasal dari bahasa latin narre, yang artinya membuat tahu. Dengan kata

lain, narasai berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau

peristiwa.40

Narasi adalah cerita yang berkesinambungan. Ia menpunyai dua sisi. Sisi

pertama adalah rantai atau plot. Plot cenderung bergerak antara keseimbangan

terbuka yang terganggu, mempercepatk aksi melalui rintang biasanya, menuju

keseimbangan baru atau terpulihkan. Sedangkan pada sisi kedua dari narasi

melibatkan pilihan atau presentasi – cara cerita tersebut direalisasikan atau

diceritakan. Narasi dipahami untuk mengungkapkan kerja ideologi dan wacana

dalam plot dan presentasi; ikatan dan pilihan. Analisis narasi dapat diaplikasikan

pada lebih dari sekedar praktik film tradisional. Narasi merupakan fungsi sentral

dalam gambar fotografi dan iklan cetak, dimana pembaca gambar diundang untuk

menalar apa yang terjadi pada gambar.41

39

Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2017), h. 242. 40

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013), h 1. 41

John Hartley, Communication, Cultural, & Media Studies – Konsep Kunci, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2010), h. 206-207.

Page 43: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

32

Sementara narasi menurut Gorys Keraf Narasi adalah salah satu bentuk

wacana yang berusaha menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga

seolah-olah kita dapat melihat ataupun mengalami sendiri peristiwa tersebut. Oleh

sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan

atau tindakan. Adapun peristiwa yang dimaksud disini adalah peristiwa yang

memiliki rangkaian atau urutan peristiwa. Dan peristiwa yang tidak memiliki

rangkaian dan urutannya seperti halnya jadwal siaran televisi, papan penunjuk

jalan, dan semacam itu tidak bisa dikatakan sebagai sebuah narasi.

Onong Uchana Effendy berpandangan bahwa narasi itu berisi penjelasan

bagaimana cerita disampaikan, bagaimana materi dari suatu cerita dipilih, dan

disusun untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak.42

Narasi memiliki tiga (3)

karakteristik.(a). Narasi harus terdiri atas beberapa peristiwa yang kemudian

dirangkai. (b). Rangkaian peristiwa tersebut disusun secara beraturan, tidak acak,

dan menghasilkan makna tertentu. (c). Terdapat pemilihan peristiwa yang

dirangkai. Pada karakteristik ini, keputusan mengenai bagian mana yang diangkat

dan bagian mana yang dibuang sangatlah berkaitan dengan makna yang ingin

disampaikan oleh pembuat narasi.43

Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa narasi merupakan cara yang

digunakan untuk memberitahu mengelola struktur sebuah cerita, baik fiksi

maupun fakta, yang didalamnya terdapat alur, tokoh, karakter, sudut

penggambaran, dan juga rangkaian peristiwa yang diatur secara berurutan.

Menurut Branston dan Stafford, narasi terdiri atas empat (4) macam, diantaranya:

a. Narasi menurut Tvzetan Todorov, bahwa narasi memiliki alur awal, alur

tengah, dan alur akhir. b. adapun menurut Vladimir Propp, bahwa suatu cerita itu

pasti karakter tokoh, c. sedangkan menurut Levis Strauss, Suatu cerita memiliki

sifat-sifat yang berlawanan, d. dan terakhir menurut Joseph Campbell, bahwa

narasi juga memiliki unsur mitos dan simbol-simbol tertentu didalamnya.

Oleh karena itu, peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut Tvzetan

Todorov dikarenakan objek daripada penelitiannya adalah mengenai film.

42

Onong Uchjana Effendy: Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi. (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2007), h. 214. 43

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013), h 2.

Page 44: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

33

Kendatipun narasi tidak ada hubungannya dengan fakta dan fiksi, sebab narasi

hanya berkaitan dengan cara bercerita, bagaimana fakta disajikan atau diceritakan

kepada khalayak.44

Untuk itu tidak ada bedanya film fiksi dengan film non fiksi

seperti halnya film dokumenter. Kesemuanya memiliki alur, plot, karakter, dan

tokoh terntentu yang dinarasikan di dalam nya.

I. Teori Naratif Tzvetan Todorov

Tvzetan Todorov, seorang ahli sastra dan budaya asal Bulgaria memiliki

gagasan tentang struktur dari narasi. Teorinya kerapkali digunakan dalam bidang

media dan komunikasi. Ia melihat bahwa pada teks terdapat struktur tertentu.

Menurutnya, pembuat teks dalam menyusun narasi belum tentu secara sadar

membentuk struktur seperti itu. Narasi dalam pandangan Todorov adalah apa

yang dikatakan, maka dari itu narasi memiliki urutan kronologis motif dan plot,

serta adanya hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa.

Tzvetan Todorov, mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan

“keseimbangan” di mana beberapa potensi pertentangan berusaha

“diseimbangkan.” Todorov membagi film dalam beberapa bagian. Ada bagian

yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut

dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi tersebut. Dan alurlah

yang menandai kapan sebuah narasi dimulai dan kapan berakhir.45

Menurut Todorov, pada bagian awal terdapat interaksi situasi dasar,

kemudian di bagian tengah terdapat konflik, dan pada bagian akhir terdapat

penyelesaian yang biasanya berakhir bahagia. Tentu saja itu melalui intervensi

dari produk yang akan dijual. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari

perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara sistematis alur dapat

digambarkan sebagai berikut.46

44

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media, h 2. 45

Tzvetan Todorov, The Poetics of Prose. (Oxford: Blackwell, 1977), h. 127. 46

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT, Gramedia Pustaka Utama, 1997), h.

145

AWAL TENGAH AKHIR

Page 45: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

34

Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah

cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu. Misalnya, ada

pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yangdisebut “penyelesaian”

itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suaru kejadian atau peristiwa akan

menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan

sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah

berikutnya.47

Sebab itu, narasi harus diberikan batasan yang lebih jelas, yaitu

rangkaian tindakan yang terdiri atas tahapan-tahapan yang penting dalam sebuah

stuktur yang terikat oleh waktu. Di mana waktu dalam film terbagi menjadi tiga.

Dengan kata lain Todorov berpandangan bahwa sebuah cerita itu memiliki alur

cerita awal atau pendahuluan, alur cerita tengah atau perkembangan dan juga alur

cerita akhir atau peleraian. Sebagaimana penjelasan berikut:

a. Alur Cerita Awal

Suatu peristiwa tidak muncul begitu saja dari kekosongan. Tetapi, peristiwa

lahir dari suati kondisi dan situasi yang mengandung sistem-sistem yang mudah

meledak. Situasi tersebut harus menghasilkan suatu perubahan yang dapat

membawa akibat atau perkembangan yang lebih lanjut. Jadi, bagian pendahuluan

menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan khalayak memahami adegan-

adegan selanjutnya.48

Jadi pada bagian ini menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan

pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya. Bagian

pendahuluan menentukan daya Tarik dan selera pembaca atau penonton terhadap

bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh-

sungguh secara seni.

47

Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146. 48

Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book. (London: Routledge, 2003),

h. 56.

Gambar 2.1 Alur Film

Page 46: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

35

b. Alur Tengah Cerita

Bagian ini merupakan batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk

para tokoh, dan merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh

proses narasi. Bagian perkembangan mencakup adegan-adegan yang berusaha

meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan peristiwa yang berkembang dari

situasi asli. Artinya di bagian ini para tokoh sudah terlihat karakter jelasnya,

konflik juga sudah mulai terbangun atau sudah memasuki tahap konkritisasi.

Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau situasi

awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.49

Konkritisasi diungkapkan

dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem narasi, perbuatan

atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokoh-tokoh dan tindakan

mereka yang menimbulkna benturan kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat

dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan

sudah disajikan secara jelas.

c. Alur Cerita Akhir

Pada bagian akhir atau disebut juga bagian peleraian (denouement), konflik

yang terjadi dapat diatasi dan diselesaikan. Akhir suatu cerita bukan hanya

menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika

dikatakan, bahwa akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau

kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula

membersit keluar dan menemukan pemecahannya.50

Pada bagian ini merupakan

titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna cerita.

Bagian ini sekaligus titik di mana struktur dan makna memperoleh fungsi

sepenuhnya. Dengan kata lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton

sepenuhnya merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari

persoalan yang sama.

Dari pemaparan sebagaimana di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

narasi ada bagian yang mengawali narasi, kemudian ada bagian yang menjadi

tahap perkembangan dari alur awal cerita dan yang terakhir ada bagian yang

mengakhiri suatu narasi. Walau demikian banyak juga pendapat dan kritikan

mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tersebut tidak

49

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 50

Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 154.

Page 47: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

36

Gambar 2.2

Struktur Narasi Tzvetan Todorov

Ekuilibrium Gangguan Ekuilibrium

(Keseimbangan) (Kekacauan) (Keseimbangan)

dapat meniadakan pembagian waktu. Seperti misalnya, ada pendapat yang

mengatakan “bahwa sebenaranya apa yang disebut sebagai penyelesaian itu

sebenarnya tidak ada, karena akhir dai suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi

awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi,

yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.”51

Menurut Todorov, suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir.

Narasi diawali dengan adanya keseimbangan atau keteraturan dalam kehidupan.

Kemudia, keteraturan itu terganggu dengan adanya kekuatan jahat. Narasi diakhiri

oleh upaya atau cara untuk membuat gangguan itu berhenti sehingga

keseimbangan akan kembali tercipta. Jika digambarkan, struktur dari sebuah

narasi yang dikemukakan oleh Todorov sebagai berikut:52

Struktur narasi inilah merupakan bagian dari aspek utama dari sebuah

proses naratif.53

Bagian awal, tengah dan akhir merupakan struktur berdasarkan

pembagian waktu. Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat

yang tertib. Keteraturan tersebut berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari

seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Dalam cerita fiksi,

hal ini ditandai dengan musuh yang berhasil dikalahkan, pahlawan yang hidup

bahagia, masyarakat yang bisa dibebaskan sehingga menjadi makmur dan bahagia

selamanya.

Struktur narasi yang dikemukakan oleh Todorov, telah dimodifikasi oleh

Nick Lacey dan Gillespie. Lacey dan Gillespie memodifikasi struktur narasi

tersebut menjadi lima bagian. Tahapan yang ditambah oleh Lacey dan Gillespie

51

Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146. 52

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media, h. 46. 53

Tony Thwaites, dkk, Introduction Cultural And Media Studies: Sebuah Pendekatan

Semiotika. Penerjemah Saleh Rahman. Cet. Ke – 1, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 182.

Page 48: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

37

tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambah oleh keduanya,

misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan

dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting lain yang ditambahkan

adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan.54

Tabel 2.155

Perbandingan Struktur Narasi Menurut Sejumlah Ahli

No. Lacey Gillespie

1. Kondisi keseimbangan dan

keteraturan.

Ekposisi, kondisi awal.

2. Gangguan (disruption)

terhadap keseimbangan.

Gangguan, kekacauan.

3. Kesadaran terjadi

gangguan.

Komplikasi, kekacauan

makin besar.

4. Upaya untuk memperbaiki

gangguan.

Klimaks, konflik

memuncak.

5. Pemulihan menuju

keseimbangan.

Penyelesaian dan akhir.

Kondisi awal, kondisi keseimbangan dan keteraturan. Narasi umumnya

diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan. Dalam narasi tentang

superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota yang damai, kerajaan yang

makmur, dan seterusnya. Atau narasi tentang sebuah keluarga, diawali dengan

kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia.56

Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan. Bagian atau struktur kedua

dari narasi adalah adanya gangguan. Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh

yang merusak keharmonisan, keseimbangan dan keteraturan. Dalam film tentang

54

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media, h. 46. 55

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media, h. 47. 56

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media, h. 47.

Page 49: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

38

superhero misalnya, babak kedua ini ditandai oleh kehadiran musuh yang

melakukan tindakan jahat yang mengubah ketertiban.57

Kesadaran terjadi gangguan. Gangguan makin besar. Pada tahap ketiga,

gangguan makin besar dan dampaknya makin dirasakan. Pada tahap ini, gangguan

umumnya mencapai titik puncak (klimaks). Dalam narasi mengenai superhero,

babak ini ditandai oleh kekuatan musuh yang makin kuat.58

Upaya untuk memperbaiki gangguan. Pada tahap ini, narasi biasanua berisi

tentang hadirnya sosok pahlawan yang berupaya untuk memperbaiki kondisi. Di

tahap ini, sudah ada upaya untuk menciptakan keteraturan kembali, meskipun

upaya itu digambarkan mengalami kegagalan. Dalam narasi mengenai superhero,

di tahap ini sudah muncul perlawanan terhadap musuh.59

Pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali. Tahap

ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada babak

dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali. Dalam

tahap ini, dalam narasi superhero digambarkan bagaimana pahlawan berhasil

mengalahkan musuh.60

57

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media, h. 47. 58

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media, h. 48. 59

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media, h. 48. 60

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media, h. 48.

Page 50: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

39

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Resensi Film The Post

Subyek analisis dalam penelitian ini adalah Film The Post. Film yang

disutradarai oleh Steven Spielberg dengan pemeran utama Tom Hanks dan Meryl

Streep ini, mengangkat kisah nyata tentang The Washington Post, salah satu

penerbit surat kabar yang terkenal di Amerika Serikat.1

Film ini diangkat dari kisah nyata mengenai pembeberan data yang

seharusnya rahasia. The Post diakui oleh Spielberg sebagai film yang memiliki

masa produksi paling singkat di antara semua film miliknya. Film ini mulai

digarap ketika Amy Pascal memenangkan hak atas naskah The Post yang ditulis

oleh Liz Hannah pada Oktober 2016 lalu. Saat Maret 2017 diumumkanlah Steven

Spielberg sebagai sutradaranya dan di saat yang bersamaan Meryl Streep dan Tom

Hanks ditunjuk sebagai pemeran Katharine Graham dan Ben Bradlee.

Setting pertama dibuka dengan cuplikan adegan Perang Vietnam dan diskusi

pejabat pemerintah AS terkait perang dan selanjutnya cerita mulai berfokus pada

Kay Graham (yang diperankan oleh Meryl Streep), Ben Bradlee (diperankan oleh

Tom Hanks) beserta tim wartawan The Washington Post yang berjuang

mengungkap Pentagon Papers ke publik.

1 https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a98fae3cf01b4660b1f5 957/resensi-

filmthe-post-adu-kuat-antara-pers-dan-pemerintah diakses pada 3 September 2018, pukul 07:56

WIB.

Page 51: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

40

Pentagon Papers adalah serangkaian dokumen paling rahasia (klasifikasi

Top Secret) Departemen Pertahanan AS terkait keterlibatan pemerintah AS dalam

Perang Vietnam. Dokumen ini terdiri dari 47 volume yang disusun dalam rentang

tahun 1967-1969, mencakup 3,000 halaman narasi dan 4,000 halaman dokumen

pendukung. Penelitian ini dipimpin oleh seorang Analis Militer, Daniel Ellsberg,

yang kemudian malah membelot dan beropini bahwa seharusnya seluruh

informasi hasil penelitian tim-nya diketahui publik.

Film The Post mulai diproduksi pada 30 Mei 2017 dan selesai pada 25

Agustus 2017 dan 22 Desember 2017. Film The Post dirilis di Amerika Serikat

dan 12 Januari 2018 dirilis secara global. Film The Post menceritakan sosok

seorang wanita, Katharine Graham, salah satu penerbit surat kabar di Amerika,

The Washington Post dan juga editornya, Ben Bradlee. Kay dan Ben bergabung

bersama jurnalis lainnya pada tahun 1971 untuk menerbitkan sebuah makalah

Pentagon.

Sebuah makalah yang mengungkapkan cerita di balik perang Vietnam, dan

juga mengenai keterlibatan Pentagon di perang tersebut. Makalah yang bisa

dikatakan mampu membuka semua rahasia Pentagon. Perseteruan pun terjadi

antara para wartawan tersebut dengan pemerintah. Namun para wartawan yang

rela mempertaruhkan karir mereka dan kebebasan mengetahui kebenaran

membuat mereka berjuang kuat untuk mengungkapkan kebenaran.

The New York Times adalah yang pertama kali mempublikasikan salah satu

isi Pentagon Papers dan langsung menyita perhatian publik, termasuk Gedung

Putih. Gedung Putih langsung melayangkan peringatan kepada New York Times

dan melarang mempublikasikan lebih jauh isi Pentagon Papers dengan alasan

dapat mengakibatkan kehancuran negara, kematian langsung tahanan perang AS,

memperpanjang perang dan sebagainya. Dikarenakan New York Times menolak,

gugatan perdata pun dilayangkan pemerintah AS sehingga New York Times

diputuskan tidak boleh menerbitkan kembali Pentagon Papers.

Dari sinilah The Washington Post mulai berperan. Saat kasus Pentagon

Papers ini berlangsung, Kay Graham baru saja kehilangan suami yang sekaligus

menjabat sebagai pimpinan The Washington Post, mendadak harus menjalankan

perusahaan keluarga tersebut. Untuk menstabilkan kondisi keuangan perusahaan,

Page 52: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

41

Kay Graham harus menjual sejumlah sahamnya kepada publik. Setelah New York

Times dilarang menerbitkan Pentagon Papers, tak disangka Ben Bradlee juga

mendapatkan narasumber terpercaya terkait Pentagon Papers. Empat ribu halaman

salinan dokumen tak beraturan itupun mulai disusun sedemikian rupa untuk

menerbitkan artikel berikutnya.

Kay Graham dihadapkan pada dilema berat oleh dewan direksinya.

Sebagian mendorongnya (terutama Ben Bradlee) untuk menerbitkan artikel

tersebut dengan pertimbangan bahwa seharusnya pers tidak bisa didikte

pemerintah dan sebagian menentangnya karena berpotensi menyebabkan para

investor akan menarik sahamnya dari The Washington Post. Disatu sisi, Kay

Graham ingin tetap berpegang pada prinsip kebebasan pers sementara disisi lain ia

juga tidak ingin kehilangan perusahaannya, karena kemungkinan terburuknya

adalah The Washington Post tutup dan ia dipenjara karena melawan pemerintah.

Pada akhirnya, Kay memutuskan untuk tetap mempublikasikan artikel

tersebut dan tentunya langsung menyulut reaksi dan peringatan dari Gedung

Putih. The Washington Post dilarang keras masuk ke Gedung Putih lagi dan

dituntut di pengadilan. Kasus New York Times dan Washington Post melawan

pemerintah menjadi kasus yang paling terkenal dengan sebutan New York Times

vs United States. Namun tak disangka, ternyata Pentagon Papers juga telah

Gambar 3.1 Halaman depan The Washington Post yang

memuat artikel Pentagon Papers (sumber: pophistorydig.com)

Page 53: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

42

tersebar ke surat kabar lainnya mulai dari Times, Boston Globe dan lainnya. Dan

ketika serombongan perusahaan media ini bersatu mengajukan banding ke

Mahkamah Agung, kasus pun dimenangkan pihak pers karena mereka berhasil

membuktikan bahwa dengan diterbitkannya Pentagon Papers ini, tidak akan

menimbulkan hal-hal seperti yang telah dikhawatirkan oleh pemerintah. Kasus ini

pun akhirnya melahirkan amandemen pertama pada undang-undang yang

menjamin kebebasan pers.

Pada film The Post akting yang ditampilkan Tom Hanks dan Meryl Streep

sangat pas dengan tokoh yang diperankan. Mungkin karena mereka berdua juga

telah berpengalaman dalam berakting di genre film-film serupa. Tapi menurut alur

The Post dibilang cukup lambat, mungkin karena materi yang yang disajikan

lumayan "berat".

Jika di Film Spotlight (2015) para reporter sibuk mencari narasumber, di

sini Steven Spielberg menyajikan riuhnya ruang redaksi, rapat para reporter tanpa

henti, dan proses editor yang harus teliti, hingga tempat produksi tradisional. Kita

diajak melihat bagaimana para petugas harus menyusun satu per satu panel huruf

per halaman untuk dicetak di surat kabar.

Berbicara akting, Meryl Streep dan Tom Hanks masing-masing memiliki

porsi yang pas. Ketika kepemimpinan Kay diragukan hanya karena ia wanita satu-

satunya dalam perusahaan tersebut, Meryl berhasil memerankan sosok Kay

dengan totalitas. Di saat gentingnya memutuskan harus mempublikasikan

makalah pentagon atau tidak, Kay dengan lantang berkata “It‟s no longer my

father‟s company. This is no longer my husband‟s company. This is my company”

di hadapan para komisaris. Sementara itu, Tom Hanks melengkapi Meryl dengan

perannya sebagai sosok editor yang idealis dan sibuk memberikan saran-saran

untuk Kay.2

B. Pengenalan Tokoh Utama film The Post

Sutradara Steven Spielberg menggunakan pendekatan personal untuk

membangun rasa yang ia inginkan dalam penggarapan film The Post ini.

Penegasan tokoh dalam setiap alur di suguhi dengan banyaknya karakter, akan

2 https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-the-post-meryl-streep-tom-hanks

diakses pada 3 September 2018, pukul 08:27 WIB

Page 54: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

43

tetapi ada tokoh-tokoh yang menjadi sorotan salam film The Post.

1. Meryl Louise Streep

Mary Louise Strepp yang dikenal sebagai Meryl Streep lahir di Summit,

New Jersey, 22 Juni 1949. Aktris yang berdarah keturunan Jerman, Swiss dan

Inggris ini merupakan putri pasangan eksekutif perusahaan farmasi, Harry

William Streep, Jr., dan bintang iklan sekaligus mantan editor bidang seni, Mary

Wolf Wilkinson. Meryl memiliki dua saudara yakni Dana dan Harry.

Meryl menunjukkan bakatnya di bidang akting dan drama. Meryl beberapa

kali tampil di atas panggung pertunjukan saat dia menempuh pendidikan di Yale

School of Drama dan Vassar College. Beberapa tahun setelah lulus, Meryl

berhasil mengawali debutnya sebagai aktris lewat film layar lebar “Julia” (1977).

Dua tahun setelah debutnya itu, Meryl menyabet penghargaan Oscar di kategori

Best Supporting Actress lewat perannya sebagai Joanna Kramer di film “Kramer

vs. Kramer” (1979). Sementara penghargaan pertamanya untuk kategori Best

Actress di ajang penghargaan Oscar berhasil diraih Meryl lewat film “Sophie's

Choice” (1982).

Tahun 1980 hingga 1999, pamor Meryl di Hollywood kian berkibar. Hal ini

dibuktikan dengan kesuksesan beberapa film yang dibintanginya seperti “Out of

Africa” (1985), “Ironweed” (1987), "Death Becomes Her" (1992), “The Bridges

of Madison County” (1995), “Before and After” (1996), “Marvin's Room” (1996),

dan “Music of the Heart” (1999). Dalam hal akting, Meryl dikenal sangat jago

Page 55: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

44

menghidupkan berbagai karakter. Dia pernah memperlihatkan sisi sinis dan

sarkasme lewat perannya sebagai bos Anne Hathaway, Miranda Priestly, di film

“The Devil Wears Prada.”

Dia juga sempat menampilkan sisi kikuk saat berperan sebagai bibi

Josephine di film anak-anak yang dibintangi Jim Carrey, “Lemony Snicket’s A

Series of Unfortunate Events.” Kepiawaian akting Meryl semakin diakui dunia

ketika aktris yang kini berusia 61 tahun ini berhasil menunjukkan keahlian

menyanyinya lewat film musikal, “Mamma Mia!”. Tahun 2010, Meryl dikabarkan

mendapat tawaran peran yang cukup menantang. Dia bakal menghidupkan

karakter mantan perdana menteri wanita pertama di Inggris, Margaret Thatcher, di

film biopic tentang kehidupan Marget bertajuk “Thatcher.” Tidak heran apabila

pemandu acara Academy Awards tahun lalu, Jimmy Kimmel, menyebut Meryl

sebagai aktris yang 'overrated'. Tentu saja, karena Meryl adalah aktris serba bisa

yang menjadi permata di era milenial ini.3

2. Tom Hanks

Thomas Hanks merupakan aktor Hollywood papan atas yang terkenal asal

Amerika Serikat. Ia lahir di Concord, California, Amerika Serikat pada tanggal 9

Juli 1956. Tom Hanks juga merupakan seorang sutradara. Ia dikenal sebagai salah

satu aktor Hollywood dengan kemampuan akting yang sangat bagus. Ia juga

beberapa kali mendapatkan prestasi dan penghargaan film internasional dan

diakui sebagai salah satu aktor terbaik dalam kurun 3 dekade terakhir.

3 https://kumparan.com/@kumparanhits/meryl-streep-legenda-hidup-perfilman-dunia

diakses pada 16 Januari 2019 pukul 1528 WIB.

Page 56: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

45

Tom Hanks lahir dengan nama lengkap Thomas Jeffrey Hanks pada tanggal

9 Juli 1956. Ia mengawali karir akting sejak awal tahun 80an. Namanya mulai

dikenal di tahun 90an setelah ia membintangi beberapa film barat 90an yang

populer. Sejak itu, Tom Hanks pun menjadi aktor papan atas Hollywood. Ia juga

sempat menjadi aktor dengan bayaran termahal di dunia.

Beberapa karakter Tom Hanks yang paling ikonik adalah sebagai Forrest

Gump dalam film Forrest Gump serta sebagai Captain John Miller dalam film

Saving Private Ryan. Sementara film Tom Hanks terbaik lainnya misalnya yaitu

Philadelphia, Apollo 13, The Green Mile, Cast Away, Catch Me If You Can,

Captain Phillips dan Bridge of Spies. Tom Hanks juga menjadi pengisi suara

Woody dalam film animasi Toy Story series.4

Thomas Hanks salah satu aktor terbaik yang mampu eksis hingga saat ini di

perfilman Hollywood. Memulai karir profesionalnya pada tahun 1980, Hanks

memulai kesuksesannya saat membintangi film fantasi komedi berjudul Big pada

tahun 1988. Berkat kemampuan aktingnya dalam film tersebut, Tom Hanks

mendapatkan penghargaan Academy Award pertamanya sebagai Best Actor.

Kesuksesan sebagai seorang aktor pun mulai menjadi bagian dari hidupnya. Film-

film yang dibintanginya selalu menjadi box office yang sukses besar di pasaran,

tak terkecuali film-film yang dibintanginya pada tahun 90an.5

4 https://www.artikelbaca.com/biografi-film-tom-hanks/ diakses pada 16 Januari 2019

pukul 15:34 WIB. 5 https://www.idntimes.com/hype/throwback/ganjar-firmansyah/5-film-terbaik-tom-

hanks-tahun-90an-c1c2-1/full diakses pada 16 januari 2019 pukul 15:36 WIB.

Page 57: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

46

BAB IV

TEMUAN DATA DALAM FILM THE POST

Dengan menggunakan model alur cerita Tzvetan Todorov, peneliti akan

menjabarkan alur cerita dalam film The Post. Berdasarkan hasil pengamatan dari

tayangan film terkait dengan praktik verifikasi berita terhadap prinsip jurnalisme,

terlihat jelas bahwa proses verifikasi menjadi bagian terpenting dalam berita.

Dalam dunia jurnalisme sebagai seorang wartawan bahkan pemilik media harus

mengemban nilai-nilai yang terkandung di dalam prinsip jurnaslisme.

Media menjadi sebuah sarana penyebaran dan penyampaian informasi untuk

masyarakat. Tetapi pemberitaan merupakan produk dari media yang mana telah

melewati serangkaian tahapan sebelum rilis. Media merupakan hasil dari proses

yang telah dipengaruhi oleh berbagai unsur. Dengan kata lain berita yang

ditampilkan bukan hanya melewati serangkaian proses, akan tetapi merupakan

hasil kompromi dari elemen pemberitaan. Film The Post, sebagai salah satu film

yang menampilkan bagaimana kerja dari sebuah media.

Pada film The Post terlihat proses penyusunan berita dilakukan melalui

berbagai tahap hingga berita tersebut layak untuk diberitakan kepada khalayak.

Tahapan-tahapan tersebut, misalnya saja seperti rapat redaksi penentuan berita

yang akan dirilis, dan wartawan yang ditunjuk untuk meliput. Kemudian tahap

selanjutnya ialah penulisan berita, proses penyutingan, pemilihan headline, hingga

pencetakan. Walaupun begitu proses penulisan hingga rilis terlihat aada

ketegangan antara pemerintah, pemilik media dan jurnalis tapi pada akhirnya

peran media di dalam film ini diberikan sebuah kebebasan pers yang

menguntungkan untuk media.

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan alur cerita film The Post menurut

Tvzetan Todorov. Analisis film ini nantinya akan terbagi menjadi tiga bagian,

yaitu alur awal, tengah dan akhir, yang nantinya akan dihubungkan. Film ini

termasuk film drama, yang mana film ini mengetengahkan aspek-aspek human

interest, sehingga yang tuju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap

kejadian dalam adegan film The Post.

Page 58: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

47

A. Alur awal cerita pada film The Post

Film ini dimulai dengan cuplikan kondisi perang Vietnam. Diawal frame

yang ditampilkan terkait dengan kondisi tentara di Provinsi Shaun Nghia,

Vietnam dengan konsep tahun 1966. Di awal digambarkan kondisi tentara yang

siap berperang dengan pakaian dan alat lengkap. Akan tetapi sempat terlihat ada

satu tokoh yang ditonjolkan di deretan tentara yang ada. Tokoh tersebut adalah

seorang pengamat yang di perintahkan langsung oleh pemerintah Amerika.

Lalu Ellsberg selaku pengamat dari Kedutaan Besar, bergegas pergi ke

medan perang bersama dengan tentara lainnya. Saat di medan perang, lokasi

sudah malam dan terjadi baku tembak antara tentara AS dengan tentara Vietnam.

Pada saat baku tembak, Nampak tentara dari AS banyak yang mengalami luka-

luka, akibat baku tembak yang terjadi. Berikut cuplikan dari bagian awal atau

pendahuluan dalam film The Post:

Tabel. 4.1

Adegan pertama alur awal

Visualisasi

Durasi

0:05:15

Dialog Ket. Angle Kamera

Jurnalis : Pak Sekretaris, pak! Bagaimana

perjalananmu, pak? Pak.

Sekretaris : Selamat sore, tuan-tuan, aku tidak

punya apapun. Ucapan yang

disiapkan tapi aku sangat senang

menerima pertanyaanmu satu

persatu. Jim?

Jim : Pak Sekretaris, aku bertanya apakah

perjalanan tersebut membuatmu

optimis atau pesimis soal prospek

kita dalam perang ini, dan

Medium long

shot/medium wide

shot. Tetapi angle

dalam gambar ini bisa

mengacu kepada

group shot, karena

pengambilan gambar

untuk sekelompok

orang sebagai objek.

Page 59: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

48

kemampuan kita untuk

memenangkannya?

Sekretaris : Kau bertanya apakah aku optimis

atau pesimis. Hari ini, aku bisa

berkata kemajuan militer selama 12

bulan terakhir telah melampaui

harapan kita. Kami sangat terdorong

oleh apa yang kita saksikan di

Vietnam. Dalam segala hal, kami

sudah ada kemajuan. Aku senang ada

Bob Komer bersama kami dalam

perjalanan. Jadi dia bisa melihat

sendiri yang kami tunjukkan.

Perbaikan besar dalam setiap sudut

dimensi perang. Derrick?

Kebohongan mulai dirasakan ketika Sekretaris turun dari pesawat lalu

disambut oleh kerumunan wartawan yang ingin mengetahui kondisi perang.

Sekretaris menegaskan bahwa kondisi perang saat ini jauh lebih baik dan

kemungkinan kemenangan akan diraih oleh Amerika. Atas pertanyaan tersebut

para awak media merasa senang akan tetapi terlihat ketika Ellsberg turun dari

pesawat dirinya merasa ada hal yang sepatutnya tidak di jelaskan kepada awak

media.

Ellsberg merasa ada yang perlu di ungkap kepada publik, terkait dengan

rahasia perang Vietnam yang sebenarnya. Karena Ellsberg memiliki akses

brangkas tempat menyimpan dokumen rahasia, akhirnya Ellsberg mencoba

membuka akses tersebut dan mengambil beberapa dokumen rahasia milik negara

untuk di salin. Saat membuka brangkas data yang muncul pertama kali, yakni data

mengenai hubungan Amerika Serikat – Vietnam tahun 1945-1967 yang mana data

ini memiliki tingkat – sangat rahasia. Karena Ellsberg merasa harus ada yang

diungkap akhirnya Ellsberg membawa beberapa berkas untuk disalin.

B. Alur tengah cerita pada film The Post

Sebagai pemilik perusahaan koran Katharine memiliki hubungan baik

dengan pemilik perusahaan yang serupa. Pada saat makan siang bersama salah

satu kolegannya Katharine mendapatkan informasi berkenaan dengan berita yang

Page 60: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

49

akan dirilis di media lain. Karena informasi itu penting, akhirnya Katharine

mencoba menghubungi Ben selaku editor di The Washington Post.

Berikut beberapa cuplikan dari bagian tengah dalam film The Post:

Tabel. 4.2

Adegan pertama alur tengah

Visualisasi

Durasi

0:32:26

0:33:18

Dialog Ket. Angle Kamera

A : Jenderal Haig, pak.

Jenderal Haig : Hai, Al.

A : Ya pak.

Jenderal Haig : Bagaimana dengan daftar korban.

Kau punya sosok itu?

A : Tidak, pak, tapi kupikir ini menjadi

sangat rendah,

Jenderal Haig : Baik. Baik. Tidak ada lagi yang

menarik di dunia ini?

A : Ya, pak, sangat penting ini, New

York Times telah berani mengekspos

dokumen perang yang paling rahasia.

Angle yang digunakan

ialah menggunakan

teknik long shot.

Page 61: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

50

Jenderal Haig : Maksudmu itu yang bocor keluar

dari Pentagon?

A : Laporan keseluruhan yang ditulis

McNamara. Ini pelanggaran

keamanan yang tinggi, lebih dari

yang besar yang terbesar apapun.

Jenderal Haig : aku pernah melihat.

A : Yah…

Jenderal Haig : Nah, apa yang sedang dilakukan

mengenai hal itu? Apakah kita tahu

ini akan keluar?

A : Tidak, kami tidak tahu, pak.

B : Aku punya Dr, Kissinger.

Jenderal Haig : Henry, hal itu bagiku hanya tidak

masuk akal ini tindakan yang masuk

akal. Bagian dari bajingan yang

memadamkannya.

A : Aku sangat yakin ini melanggar

segala macam keamanan… hukum –

orang harus dimasukkan untuk hal

semaram ini.

Tabel. 4.3

Adegan kedua alur tengah

Visualisasi

Durasi

0:36:21

Dialog Ket. Angle Kamera

Ben mendatangi rumah Katharine

Ben : Aku percaya kau mengetahui New

York Times.

Katharine : Hmm.

Ben : Laporan yang mereka kerjakan…

Siapa yang ditugaskan oleh McNamara.

Katharine : Ya itu maksudku.

Ben : Bilamana McNamara menugaskannya,

mungkin dia punya salinan. Aku perlu

Gamabr ini

menampilkan dua

objek dan

menggunakan teknik

eye level.

Page 62: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

51

bilang padamu untuk menemukan

seorang narasumber. Bagai mencari

jarum di tumpukan jerami.

Katharine : Aku tidak butuh metafora.

Ben : Aku belum pernah menjadi penulis

untuk sementara waktu sehingga klise

lama. Perbandingan yang terbaik. Aku

bisa datang. Aku butuh salinan laporan

itu, Kay.

Katharine : Beri saja, Ben.

Ben : Oh ini dia.

Cucu : Terima kasih.

Katharine : Ben, sama sepertiku senang. Sebuah

tugas investigasi yang baik, Bob

Mcnamara adalah teman lama.

Ben : Mm.

Katharine : Dia banyak menjalani hidupnya saat

ini.

Ben : Hanya aku.

Katharine : Mungkin dia bilang semua yang ingin

dikatakan.

Ben : Mengapa kau berpikir demikian?

Katharine : Mengapa?

Ben : Mengapa? Mengapa McNamara bicara

denganku?

Katharine : Nah, aku baru saja bilang dia teman

lamaku, dan.

Ben : Nah, apakah dia bicara soal teman

lain?

Katharine : Aku tidak yakin menghargai

impikasinya.

Ben : McNamara sedang bicara denganmu.

Sebab kau penerbitnya.

Katharine : Itu tidak benar!

Ben : Dari Washington Post.

Katharine : Tidak mungkin.

Ben : Bukan itu alasannya. Sebab ingin

sekali bertemu kau. Selamatkan reputasi

surat kabar kita.

Katharine : Tidak perlu sungkan.

Ben : McNamara ingin kau disisinya.

Katharine : Tidak, Ben, bukan preran aku. Kau

tahu itu. Aku takkan bilang bagaimana menulis soal dia. Sama seperti aku tidak

mau ambilah pada diriku sendiri untuk

memberitahunya. Seharusnya dia

serahkan sokumen rahasia itu, itu bisa

menjadi tindakan kejahatan. Supaya

Page 63: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

52

bisa menjadi narasumbermu.

Ben : Narasumber kami, Katharine.

Katharine : Tidak, aku, tidak. Aku tidak. Aku

takkan tanya Bob untuk penelitiannya.

Ben : Aku… aku mengerti, kau punya

hubungan dengan Bob McNamara. Tapi

bukankah menurutmu kau juga punya

kewajiban pada surat kabar dan untuk

khalayak umum?

Katharine : Izinkan aku menayakan sesuatu

padamu. Bagitulah perasaanmu saat kau

berada disamping Jack Kennedy? Di

mana rasa kewajibanmu saat itu? Aku

tidak ingat kau mendorongnya sangat

keras untuk segala hal.

Ben : Aku mendorong Jack saat itu dan tidak

pernah aku menariknya.

Katharine : Aku. Bernarkah begitu? Karena kau

biasa makan malam di Gedung Putih

seminggu sekali. Semua perjalanan ke

Camp David. Oh, dan pelayaran ulang

tahun di Sequoia kau bercerita. Sulit

dipercaya kau akan dapat semua

undangan itu jika tidak Tarik beberapa

dorongan.

Tabel. 4.4

Adegan ketiga alur tengah

Visualisasi

Durasi

0:39:08

Dialog Ket. Angle Kamera

Saat Ben berada di mobil

Radio : Protes dijalanan menyebar hari ini di

seluruh negeri setelah publikasi lebih

Angle yang digunakan

dalam penggambilan

gambar ini,

Page 64: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

53

banyak kutipan dari arsip Departeman

Pertahanan yang diklasifikan di New

York Times. Laporan menyebut yang

ditugaskan oleh mantan Sekretaris

Pertahanan Robert McNamara telah

memicu perdebatan lebih lanjut selama

perang berlangsung di Vietnam. Karena

jelas Kennedy dan Johnson serta

Eisenhower juga Truman sangat

menyesatkan negara di Vietnam. Seri

judul bom telah muncul selama dua hari

terakhir di New York Times.

Masa : Kami tidak ingin bau peperangan!

menggunakan teknik

extreme close up.

Tabel. 4.5

Adegan keempat alur tengah

Visualisasi

Durasi

0:41:01

0:42:28

Dialog Ket. Angle Kamera

Seorang perempuan masuk keruang berita, dan

mecari orang yang diaggap pas menerima paket

Gambar ini

menampilkan

Page 65: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

54

darinya. Setelah ada seorang reporter yang tengah asih

bekerja, perempuan tersebut menghampirnya dan

memberikan paket.

P : Permisi. Apakah kau orang penting?

Reporter : Ya, aku seorang reporter bagian

umum.

P : Baiklah,

Reporter : Eh, kurasa aku punya sesuatu.

Sekretaris : Jadilah tamuku.

Editor : Dan mereka narasumber ceritanya.

Setiap kali aku membaca New York

Times di atas lipatan.

Reporter : Tn. Bradlee?

Bradlee : Tidak. Serasa bagai ada orang yang

menusuk kartu poker ke pantatku.

Reporter : Kupikir aku punya sesuatu.

L : Dari mana kau bisa dapatkan ini?

Reporter : Sseorang wanita meninggalkannya di

mejaku.

Bradlee : Tidak ada yang diam-diam

menyarankan agar McNamara

memprovokasi Vietnam Utara agar

punya alasan untuk eskalasi.

C : Ya, ada di artikel The Times.

Bradlee : Bagus. Kau harus memeriksanya.

C : Baik itu. Ya Tuhan.

Bradlee : Berikan pada seseorang yang bisa

mengetikkan 91 kata per menit.

L : Ben.

Bradlee : Dan punya bukti oke?

L : Ben.

Bradlee : Ya.

L : Kupikir kita punya sesuatu.

Bradlee : Apa itu? Ya Tuhan.

C : Apa ini bagian dari hasil laporan

McNamara?

Bradlee : Dari mana?

Reporter : Dari seseorang wanita yang

meninggalkannya di mejaku.

Bradlee : Di mejamu?

Reporter : Bukan mejaku. Aku, tapi seorang

wanita.

Bradlee : Seorang wanita? Oh, kita…punya. C : Ratusan catatan McNamara.

Bradlee : Seorang wanita, siapa dia?

C : Bahan berita di sini.

Reporter : Dia wanita hippie. Dia punya salah

satu dari mereka,

beberapa objek.

Gambar pertama

menggunakan

komposisi three shot

sedangkan gambar

kedua group shot.

Untuk angle kedua

gambar ini

menggunakan long

shot atau wide shot.

Page 66: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

55

Bradlee : Hei, Debbie, beri aku Bagdikian.

Reporter : Dia keluar, baru saja pergi.

Bradlee : Nah, hal yang nyata. Ini akan menjadi

halaman depan besok surat kabar, um…

Berikan pada Marder, ini hari

keberuntungannya. Ya Tuhan,

menyenangkan

Tabel. 4.6

Adegan kelima alur tengah

Visualisasi

Durasi

0:54:47

0:56:47

Dialog Ket. Angle Kamera

Bradlee ke tempat Ellsberg.

Ellsberg : Siapa ini?

Bradlee : Ini Ben.

Ellsberg : Ben.

Bradlee : Dan.

Ellsberg : Penelitian ini memiliki 47 jilid. Aku

menyelinap keluar beberapa pada suatu

Kedua gambar

menggunakan angle

medium long shot.

Page 67: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

56

waktu. Butuh waktu berbulan-bulan

untuk menyalin semuanya.

Bradlee : Apa-apaan?

Ellsberg : Yah, kami semua mantan pegawai

pemerintahan. Atas izin, semua itu.

McNamara ingin akademisi memiliki

kesempatan untuk memeriksa apa yang

terjadi. Dia berkata pada kita, “Biarkan

keripik jatuh di tempat mereka berada.”

Bradlee : Lelaki pemberani.

Ellsberg : Menurutku rasa bersalah motivator

yang lebih besar daripada keberanian.

McNamara tidak berbohong dan juga

sisanya. Tapi aku-kurasa dia tidak

melihat apa yang akan terjadi, apa yang

kita temukan, tidak butuh waktu lama

untuk cari tahu. Nah, bagi kita semua

untuk cari tahu. Jika publik pernah

melihat surat-surat ini, meraka akan

berbalik melawan perang. Oops yang

terselubung, utang yang terjamin,

pemilihan yang dicurigai, semuanya ada

di sini. Ike, Kennerdy, Johnson mereka

melanggar Konvensi Jenewa, dan

mereka berbohong pada Kongres juga

pada publik. Mereka tahu kita tidak bisa

menang dan masih mengirim pemuda

untuk mati.

Bradlee : Bagaimana dengan Nixon?

Ellsberg : Dia hanya terus seperti yang lainnya.

Terlalu takut jadi orang yang kalah

perang di arlojinya. Seseorang

mengatakan ini. Di beberapa titik

mengapa kami tinggal, saat kamu tahu

kalah. 10 persen untuk membantu

Vietnam Selatan. 20 persen menahan

komies. 70 persen untuk menghindari

penghinaan dari kekalahan Amerika. 70

persen dari laki-laki itu hanya

menghindari untuk dipermalukan? Itu

menempel dengan saya.

Bradlee : Mereka akan mengejarmu, kau tahu?

Dan aku harus jujur, remah-remah roti tidak terlalu sulit untuk diikuti.

Ellsberg : Aku tahu.

Bradlee : Mereka akan menguncimu, Dan.

Ellsberg : Tidakkah kau akan dipenjara untuk

hentikan perang ini?

Page 68: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

57

Bradlee : Secara teoritis, tentu.

Ellsberg : Kau menerbitkan dokumen-dokumen

ini?

Bradlee : Ya.

Ellsberg : Bahkan dengan perintah tersebut.

Bradlee : Iya.

Ellsberg : Kalau begitu, tidak begitu teoritis,

bukan?

Tabel. 4.7

Adegan keenam alur tengah

Visualisasi

Durasi

1:03:59

1:06:33

Dialog Ket. Angle Kamera

Bradlee : Bukan laporan lengkap, tapi lebih

dari 4.000 halaman itu.

P : Hah, apa ini sudah sesuai?

Bradlee : Aku tidak berpikir begitu.

Kemeja G : Tidak ada nomor halaman.

Bradlee : Ya, disitulah perangko rahasia.

Narasumberku harus memotongnya.

Jas : Kita seharusnya pension pada hari

Jum’at.

Kaca M, Jas H : Ben, bagaimana kita bisa menyortir

Gambar pertama

menggunakan angle

frog angle, sedangkan

gambar kedua

menggunakan angle

bird angle.

Page 69: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

58

dari 4.000 halaman ini.

Kemeja G : Mereka bahkan tidak diatur secara

longgar.

Kaca M J Abu : Times punya waktu tiga bulan

untuk menyortir. Tidak mungkin kita

dapatkan jumlah ini…

Kemeja G : Ya, dia benar, kita punya waktu

kurang dari delapan jam.

P : Kami dapatkan dua per kota, maka

kami punya sepuluh.

Ben : Hei, hei, hei, selama enam tahun

terakhir kita sudah bermain mengejar

ketinggalan. Dan sekarang berkat

Presiden Amerika Serikat.

Ngomong-ngomong, mengambil

seluruh Amandemen Pertama, kita

punya satu hal. Tidak akan punya

kompetisi. Ada puluhan cerita di sini.

Times nyaris tidak menggaruk

permukaannya. Kami punya waktu

sepuluh jam sampai batas waktu,

jadi, kami menggali.

P : Saya pikir memo ini dari

McNamara. Uh “Ini keyakinanku

seharusnya ada jeda tiga atau empat

minggu dalam pemboman.”

G. Kacamata : Tunggu, tunggu, tunggu, aku

melihat separuh dari memo itu.

P. Dasi : Eh, ada yang punya separuh kabel

dari Dulles di ’54?

G. Kacamata : Kupikir, aku melihat satu dari bulan

Juli.

P. Dasi : Ya, ini dia, “Alasan untuk

kepercayaan ini bahwa kita harus

meletakkan dasar dalam benak

masyarakat Amerika.”

P : It it itu dia! Mm hmm. Jadi Johnson

tidak berusaha berdamai, dia hanya

memanipulasi publik?

Ben : Pengawas keluar untuk suspense

dalam pemboman sejak kapan?

P. Dasi : Tahun ’65 sampai ’68.

P. Kacamata : Bagaimana dengan memo dari Eisenhower? Panitian khusus di

Indocina?

G. Kacamata : Eh, Meg membacakan satu bagian

untukku?

P. Dasi : Meg? Semua orang melihat

Page 70: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

59

penyebutan dari Rand, Vietcong?

P. Kacamata : Yah, kukira ini mungkin dari Rand

Corp, “VC sangat berkomitmen.”

“Vietnam Selatan penyebab

kekalahan.”

Keseluruhan : Whoa! Ini dia!

G. Kacamata : Meg, Meg, Mmeg, aku butuh…

P : Aku meletakkannya di rak.

Beberapa tumpukan.

Ben : Baik, jam 01.30, jam 4.00

konferensi cerita.

Anak Ben : Bolehkah aku menarik minat siapa

pun beli limun ini?

P : Apa ada vodka di dalamnya?

Anak Ben : Aku tidak, aku tidak.

Ben : Seduhkan vodka ke dalam limunku.

Lebih mudah bagi anak itu.

P. Dasi : Berapa, sayangku?

Anak Ben : Seperempat.

Ben : Ini lima puluh sen.

C. Alur akhir pada cerita pada film The Post

Tabel. 4.8

Adegan pertama alur akhir

Visualisasi

Durasi

1:47:14

Dialog Ket. Angle Kamera

Katharine : Apa yang dikatakan suamiku

soal berita tersebut? Dia

menyebutnya sebagai sejarah

pertama draft yang kasar. Itu

bagus, bukan? Oh, yah, kita tidak

Angle yang digunakan

pada gambar ini

adalah medium long

shot.

Page 71: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

60

selalu melakukannya dengan

benar. Kita tidak selalu sempurna

tapi kupikir kita bisa adil.

Teruskan itu? Itu pekerjaannya,

bukan?

Ben : Ya itu.

Katharine : Oh, Ken Clauson datang

menemuiku lebih awal.

Ben : Oh?

Katharine : Ternyata keadilan masih bisa

dipertimbangkan, tuntutan pidana

terhadap kita. Dan kau tidak

khawatir?

Ben : Nggak. Tidak, Katharine,

tugasmu itu.

Katharine : Kukira ya itu. Oh, syukurlah,

putusan pengadilan sangat jelas.

Ben : Ya, ya, aku tahu. Aku yakin

Nixon benar.

Katharine : Baik. Karena kau tahu tidak

berpikir aku bisa hidup melalui

hal semua ini lagi.

Page 72: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

61

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil temuan penelitian. Terlihat

jelas bahwa media hingga jurnalis memiliki andil besar dalam sebuah

pemberitaan. Berita yang di rilis bukan hanya dapat menyita perhatian dari

berbagai kalangan, akan tetapi juga bisa menyita perhatian media lainnya.

Pemberitaan perang Vietnam dilakukan untuk membuka kebohongan yang selama

ini ada.

Pemberitaan perang Vietnam yang dimuat oleh The Times, The

Wangshinton Post dan media cetak lainnya telah menyita perhatian publik hingga

Gedung Putih. Sebab pemberitaan perang Vietnam merupakan pemberitaan yang

sensitif yang dapat mengancam elektabilitas pemeritah di mata khalayak luas dan

dokumen pendukung dalam setiap rilis berita merupakan bagian dari dokumen

rahasia milik pemerintah.

Berdasarkan unit analisis yang peneliti gunakan untuk mengganalisis film

The Post, peneliti mengikuti tiga alur dari narasi model Tzvetan Todorov. Dari

setiap alur ditemukan 4 prinsip Jurnalisme yang menonjol. Setelah beberapa data

terkumpulkan peneliti melakukan analisis mengenai konfirmasi temuan penelitian

dengan teori yang digunakan dalam penelitian agar diperoleh hasil yang lebih

valid lagi sesuai dengan kerangka penelitian yang telah dibuat. Berdasarkan

temuan data dan analisis yang dihasilkan, maka ditemukan hasil seperti berikut:

A. Analisis alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post.

1. Analisis alur awal pada film The Post

Bagian pendahuluan adalah bagian awal dari sebuah cerita atau film yang

menjadi asal mulanya dari kejadian-kejadian selanjutnya. Bagian pendahuluan

dalam cerita harus berisi cerita yang menarik agar penonton lebih tertarik untuk

melanjutkan menonton adegan-adegan selanjutnya.

Dapat dikatakan alur awal film ini terasa membingungkan, penonton

terlebih dahulu di bawa ke suasana perang Vietnam lalu tiba-tiba di bawa ke

Page 73: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

62

suasana perdebatan birokrasi, setelah itu penonton kembali di bawa ke cerita

dimana Daniel mengambil sebuah dokumen super rahasia dan kemudia di copy.

Namun alur awal inilah yang menjelaskan dan mengantarkan alur puncak film

The Post, dimana keseluruhan film ini bercerita tentang bocornya dokumen sangat

rahasia negara yang dipublikasikan oleh dua media massa, The New York Times

dan Wangshinton Post yang isi dokumen tersebut menceritakan peristiwa

mengejutkan. Sebuah skandal soal pemerintah yang ketahuan menutup-nutupi

langkah yang mereka ambil sehubungan dengan perang Vietnam.

Sosok awal yang dimunculkan di film ini, yaitu Daniel Ellsberg juga yang

akan menjadi sosok penting yang membuka konflik awal film ini dimana

dokumen negara yang sangat rahasia tersebut ia copy yang nanti akan

diberikankepada Neil Shenaan, salah seorang wartawan The New York Times.

Setelah New York Times dilarang untuk memplubikasikannya Daniel kembali

memberikan salinan lengkap Pentagon Papers kepada Wanshington Post.

2. Analisis alur tengah pada film The Post

Apa yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis jika melihat suatu

kebenaran, yang justru kebenaran tersebut menjadikan ia musuh pemerintah?

Mungkin pertanyaan ini dapat mewakili bagaimana jalan cerita alur tengah film

The Post ini.

Alur tengah ini dibuka dengan cerita dimana New York Times

mempublikasikan bocoran isi Pentagon Paper yang membuat pemerintah bagai

kebakaran jenggot. Dalam sebuah adegan terlihat bagaimana seorang jurnalis juga

Page 74: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

63

mempunyai ego yang ingin perusahan media tepat ia kerja bisa mencetak berita-

berita besar. Seorang jurnalis dianggap perlu untuk menjadi seorang pemberontak,

dengan artian ia independen dan tidak di bawah intimidasi pemerintah.

Adegan dalam alur tengah film The Post ini juga memperlihatkan

bagaimana dunia jurnalisme dulu, tidak ramah terhadap perempuan. Ketimpangan

gender sangat terlihat dimana jurnalis laki-laki masih sangat mendominasi

pekerjaan media massa. Katherine, walaupun sebagai pemilik dari Washington

Post terkadang tidak berdaya untuk memberikan keputusan sehingga gampang

dibuat terombang-ambing oleh komisarisnya. Hal ini yang sering menimbulkan

perbedaan pendapat dengan para karyawannya terutama kepala editornya, Ben

yang dikenal sangat idealis.

Konflik internal dalam sebuah perusahaan media massa sering terjadi, hal

ini dikarenakan perbedaan idealisme antara komisaris, pemilik perusahaan dan

para editornya. Para jurnalis dan editor menuntut agar perusahaan media massa

harus mampu memberitakan kebenaran bagaimanapun juga, walaupun itu akan

melawan kebijakan pemerintah. Namun disisi lain, sebagai perusahaan yang

tujuannya adalah untuk mencari keuntungan menuntut agar berita harus sejalan

dengan agenda pemerintah agar perusahaan terus mendapatkan keuntungan. Jika

melawan pemerintah kemungkinan besar mereka akan kesulitan mendapatkan

sponsor dan juga iklan yang menjadi pemasuk utama dalam perusahaan media

massa.

Ketik New York Times dituntut oleh pemerintah dalam pengadilan karena

mempublikasikan beberapa salinan rahasia pemerintah, para komisaris

Washington Post melihat ini sebagai sebuah keuntungan. Katherine yang

digambarkan sebagai seorang sosialita yang dekat dengan beberapa pejabat

pemerintah dituntut untuk terus memberitakan hal baik tentang pemerintah.

Namun rupanya karyawan Washington Post sangat mendukung apa yang telah

dikerjakan oleh New York Times sehingga Ben menyuruh salah satu bawahannya,

Ellberg untuk mecari salinan lengkap dari Pentagon Paper.

Puncak dari alur tengah dalam film ini dimulai ketika seorang perempuan

misterius meberikan sebuah kotak kepada salah satu editor umum yang berisi

bahasan yang selama ini dicari cari oleh Ben. Ben bahkan mengatakan bahwa apa

Page 75: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

64

yang dipublikasikan oleh New York Times bahakan tidak mengeruk bagaian

permukaan dari cerita yang sesungguhnya. Apalagi asisten editor The Washington

Post Ben Bagdikian mampu melacak Daniel sebagai sumber kebocoran Pentagon

Paper, Daniel memberikan Ben Bagdikian salinan yang lebih lengkap yang

berjumlah 4000 halaman dari materi yang sama yang diberikan kepada The New

York Times.

Mendapatkan sumber berita yang tidak terduga, para editor The Washington

Post sangat bersemangat untuk segera mepublikasikannya, mereka berkumpul di

rumah Ben untuk menyortir salinan Pentagon Paper lalu dijadikan bahan berita

yang keesokan harinya harus dipublikasikan. Namun Pengacara The Washington

Post menyarankan agar tidak mempublikasikan berita tersebut dan berharap

administrasi Presiden Richard Nixon tidak mengajukan tuntutan kriminal terhadap

mereka.

Katharine berdiskusi dengan Robert, Ben Bradlee dan ketua The

Washington Post Fritz Beebe (Tracy Letts) dan merasa dilema dalam mengambil

keputusan untuk mempublikasikan berita tersebut atau tidak. Situasi menjadi

semakin rumit ketika pengacara The Washington Post menemukan bahwa sumber

Ben Bagdikian sama dengan The New York Times yang memiliki kemungkinan

bahwa Katharine berada dalam penghinaan terhadap pengadilan karena dianggap

berkoalisi dengan The New York Times. Jika tuntutan diajukan terhadap The New

York Times, Katharine dapat menghancurkan surat kabar yang dilihatnya sebagai

warisan keluarga. Sebaliknya, jika ia memenangkan tantangan hukum, The

Washington Post malah bisa membangun dirinya sebagai lembaga jurnalistik yang

penting. Katharine memilih untuk menerbitkan berita tersebut.

3. Analisis alur akhir pada film The Post

Bagian penutup sering juga disebut alur akhir atau alur pelerai. Pada bagian

ini konflik-konflik yang muncul di bagian perkembangan atau alur tengah dapat

diselesaikan dan menemukan jalan keluarnya. Berikut bagian penutup atau alur

akhir dalam film The Post. Pada alur akhir menceritakan bahwa, pada akhirnya

pihak gedung putih mau berdamai dan menekankan kebebasan pers.

Page 76: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

65

Ketika Ny. Graham dan beberapa petinggi datang ke Makamah Agung

untuk menhadiri tuntutan Gedung Putih terhadap media atau pers yang berani

mengungkap kebenaran perang Vietnam berdasarkan dokumen rahasia yang ada.

Pihak Gedung Putih, merasa bahwa tindakan media atau pers mampu menekan

elektabilitas pemerintahan. Akan tetapi media merasa kebenaran haruslah

diungkap.

The Wangshinton Post, merasa perlu mengungkap kebenaran perang

Vietnam yang pada awalnya membuat Katharine khawatir dengan hasil yang akan

didapat karena dirinya takut jika keputusan yang diambil salah, akan

mempengaruhi The Wangshinton Post. Akan tetapi kekhawatiran Katharine dan

Ben, terbayar sudah saat sekretaris The Wangshinton Post mendapatkan kabar

bahwa Mahkamah Agung berdasarkan pemungutan suara hasil yang didapatkan

enam berbanding tiga yang mana pers berada di posisi enam. Hal ini pastinya

dalam aju banding, pers memenangkannya.

Dengan hasil yang dicapai ini Katharine merasa bahwa keadilan masih bisa

dipertimbangkan. Akan tetapi dilain sisi pihak Gedung Putih lebih mengetatkan

kembali peraturan tentang peliputan di Gedung Putih. Pihak Gedung Putih, tidak

memberikan peluang kepada reporter The Wangshinton Post untuk memasuki area

Gedung Putih dan bahkan pelayan gereja juga tidak boleh masuk. Hal ini

menggambarkan bahwa pihak Gedung Putih atau pemiliki wewenang telah

memberikan kebebasan untuk pers akan tetapi dalam sisi yang lain pemerintah

masih memiliki andil untuk membatasi dengan alasan elektabilitas pemerintah

akan terganggu.

B. Prinsip jurnalisme yang terdapat dalam film The Post.

The Post merupakan film biografi drama sejarah Amerika Serikat. Dalam

film ini memiliki beberapa point penting yang berkenaan dengan prinsip-prinsip

jurnalisme. Dengan adanya prinsip-prinsip jurnalisme yang terkandung di dalam

film The Post, memberikan gamabran bahwa sebagai pers atau jurnalisme harus

memiliki nilai yang harus diemban. Film The Post melukiskan bagaimana kerja

perusahaan pers, dari mulai proses mencari narasumber, menyusun data, hingga

data atau berita naik cetak.

Page 77: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

66

Peneliti menggunakan teori analisis cerita model Tzvetan Todorov yang

menjelaskan prinsip-prinsip jurnalisme yang terjadi secara stimultasn melalui tiga

tahap yakni, dimulai dari alur awal yang diawali dengan keseimbangan, kemudian

di alur tengah terjadi Eklublirium atau gangguan dan alur akhir mengalami

keseimbangan kembali. Tiga proses yang terjadi dalam film The Post, ini terjadi

di antara individu satu dengan lainnya yang menjadi tokoh sentral ataupun

pendukung dalam cerita.

Dalam film The Post, terdapat beberapa prinsip-prinsip jurnalisme yang

dapat di implementasikan dalam dunia pers atau perjualistikan. Dari hasil analisis

naratif berdasarkan model analisis naratif Tzvetan Todorov, makan prinsip-prinsip

jurnalisme yang terdapat di setiap alur peneliti deskripsikan di bawah ini:

1. Prinsip jurnalisme yang pertama yakni kewajiban para jurnalisme adalah

kebenaran. Pada prinsip ini jurnalis dituntut untuk memperoleh informasi yang

benar, agar khalayak yang membaca atau menonton berita mendapatkan informasi

yang valid. Sebab seorang jurnalis harus menyampaikan sebuah kebenaran. Selain

itu sebagai seorang jurnalis bertugas untuk memaparkan fakta-fakta secara adil

dan terpercaya. Prinsip jurnalisme ini terdapat pada adegan pertama di alur tengah

cerita, yaitu saat Jenderal mempermasalahkan New York Times yang telah berani

mengekspos dokumen perang yang paling rahasia. Seperti deskripsi dialog di

bawah ini:

A : Jenderal Haig, pak.

Jenderal Haig : Hai, Al.

A : Ya pak.

Jenderal Haig : Bagaimana dengan daftar korban. Kau punya sosok itu?

A : Tidak, pak, tapi kupikir ini menjadi sangat rendah,

Jenderal Haig : Baik. Baik. Tidak ada lagi yang menarik di dunia ini?

A : Ya, pak, sangat penting ini, New York Times telah berani

mengekspos dokumen perang yang paling rahasia.

Jenderal Haig : Maksudmu itu yang bocor keluar dari Pentagon?

A : Laporan keseluruhan yang ditulis McNamara. Ini pelanggaran

keamanan yang tinggi, lebih dari yang besar yang terbesar

apapun.

Page 78: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

67

Jenderal Haig : aku pernah melihat.

A : Yah…

Jenderal Haig : Nah, apa yang sedang dilakukan mengenai hal itu? Apakah kita

tahu ini akan keluar?

A : Tidak, kami tidak tahu, pak.

B : Aku punya Dr, Kissinger.

Jenderal Haig : Henry, hal itu bagiku hanya tidak masuk akal ini tindakan yang

masuk akal. Bagian dari bajingan yang memadamkannya.

A : Aku sangat yakin ini melanggar segala macam keamanan…

hukum – orang harus dimasukkan untuk hal semaram ini.

Apa yang dilakukan oleh New York Times, merupakan bagian dari prinsip

jurnalisme yang pertama yakni kewajiban peran jurnalisme adalah pada

kebenaran. New York Times, mencoba mengungkap kebenaran yang ada terkait

dengan dokumen perang. Walaupun dokumen tersebut, merupakan dokumen

rasahasia, akan tetapi New York Times merasa rahasia tersebut perlu diungkapkan

kepada khalayak karena mengandung unsur kebenaran terkait dengan perang

Vietnam.

Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga

khalayak dapat memperoleh informasi yang mereka butuhkan sesuai dengan fakta

yang ada. Akan tetapi kebenaran dalam ranah ini bukan sekedar akurasi, namun

merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional. Prinsip pertama ini

dalam ranah jurnalisme, merupakan prinsip pertama dalam konteks pengejaran

kebenaran tanpa dilandasi kepentingan tertentu.

2. Prinsip jurnalisme kedua dalam film ini, para wartawan harus memiliki

kebebasan dari sumber yang mereka liput. Hal ini berkaitan dengan independensi.

Kata independensi sebenarnya tidak sama dengan bersikap netral. Sebab itulah

harus ada jarak antara jurnalis dengan sumber yang diliput. Agar jurnalis dapat

melihat dengan imbang kasus yang sedang diliput. Prinsip keduan ini

tergambarkan pada alur tengah pada film The Post. Kebebasan merupakan syarat

dari jurnalisme. Dalam pemberitaan informasi yang disajikan oleh wartawan

haruslah memiliki kebebasan baik jiwa maupun pemikiran. Wartawan harus

Page 79: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

68

bersikap netral dan tidak memihak pada siapapun, tak terkecuali pemerintah. Dari

isi kebebasan ini wartawan harus mampu menyampaikan informasi terlepas dari

kepentingan-kepentingan baik dari faktor insead maupun faktor outsead. Seperti

deskripsi dialog di bawah ini:

Adegan pertama alur awal

Saat Pak Sekretaris turun dari pesawat menjumpai sekumpulan jurnalis.

Jurnalis : Pak Sekretaris, pak! Bagaimana perjalananmu, pak? Pak.

Sekretaris : Selamat sore, tuan-tuan, aku tidak punya apapun. Ucapan yang

disiapkan tapi aku sangat senang menerima pertanyaanmu satu

persatu. Jim?

Jim : Pak Sekretaris, aku bertanya apakah perjalanan tersebut

membuatmu optimis atau pesimis soal prospek kita dalam

perang ini, dan kemampuan kita untuk memenangkannya?

Sekretaris : Kau bertanya apakah aku optimis atau pesimis. Hari ini, aku bisa

berkata kemajuan militer selama 12 bulan terakhir telah melampaui harapan kita.

Kami sangat terdorong oleh apa yang kita saksikan di Vietnam. Dalam segala hal,

kami sudah ada kemajuan. Aku senang ada Bob Komer bersama kami dalam

perjalanan. Jadi dia bisa melihat sendiri yang kami tunjukkan. Perbaikan besar

dalam setiap sudut dimensi perang. Derrick?

Adegan kedua alur tengah

Ben mendatangi rumah Katharine

Ben : Aku percaya kau mengetahui New York Times.

Katharine : Hmm.

Ben : Laporan yang mereka kerjakan… Siapa yang ditugaskan oleh

McNamara.

Katharine : Ya itu maksudku.

Ben : Bilamana McNamara menugaskannya, mungkin dia punya

salinan. Aku perlu bilang padamu untuk menemukan seorang

narasumber. Bagai mencari jarum di tumpukan jerami.

Katharine : Aku tidak butuh metafora.

Page 80: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

69

Ben : Aku belum pernah menjadi penulis untuk sementara waktu

sehingga klise lama. Perbandingan yang terbaik. Aku bisa datang.

Aku butuh salinan laporan itu, Kay.

Katharine : Beri saja, Ben.

Ben : Oh ini dia.

Cucu : Terima kasih.

Katharine : Ben, sama sepertiku senang. Sebuah tugas investigasi yang baik,

Bob Mcnamara adalah teman lama.

Ben : Mm.

Katharine : Dia banyak menjalani hidupnya saat ini.

Ben : Hanya aku.

Katharine : Mungkin dia bilang semua yang ingin dikatakan.

Ben : Mengapa kau berpikir demikian?

Katharine : Mengapa?

Ben : Mengapa? Mengapa McNamara bicara denganku?

Katharine : Nah, aku baru saja bilang dia teman lamaku, dan.

Ben : Nah, apakah dia bicara soal teman lain?

Katharine : Aku tidak yakin menghargai impikasinya.

Ben : McNamara sedang bicara denganmu. Sebab kau penerbitnya.

Katharine : Itu tidak benar!

Ben : Dari Washington Post.

Katharine : Tidak mungkin.

Ben : Bukan itu alasannya. Sebab ingin sekali bertemu kau. Selamatkan

reputasi surat kabar kita.

Katharine : Tidak perlu sungkan.

Ben : McNamara ingin kau disisinya.

Katharine : Tidak, Ben, bukan preran aku. Kau tahu itu. Aku takkan bilang

bagaimana menulis soal dia. Sama seperti aku tidak mau ambilah

pada diriku sendiri untuk memberitahunya. Seharusnya dia

serahkan sokumen rahasia itu, itu bisa menjadi tindakan kejahatan.

Supaya bisa menjadi narasumbermu.

Ben : Narasumber kami, Katharine.

Page 81: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

70

Katharine : Tidak, aku, tidak. Aku tidak. Aku takkan tanya Bob untuk

penelitiannya.

Ben : Aku… aku mengerti, kau punya hubungan dengan Bob

McNamara. Tapi bukankah menurutmu kau juga punya kewajiban

pada surat kabar dan untuk khalayak umum?

Katharine : Izinkan aku menayakan sesuatu padamu. Bagitulah perasaanmu

saat kau berada disamping Jack Kennedy? Di mana rasa

kewajibanmu saat itu? Aku tidak ingat kau mendorongnya sangat

keras untuk segala hal.

Ben : Aku mendorong Jack saat itu dan tidak pernah aku menariknya.

Katharine : Aku. Bernarkah begitu? Karena kau biasa makan malam di

Gedung Putih seminggu sekali. Semua perjalanan ke Camp David.

Oh, dan pelayaran ulang tahun di Sequoia kau bercerita. Sulit

dipercaya kau akan dapat semua undangan itu jika tidak Tarik

beberapa dorongan.

Adegan ketiga alur tengah

Saat Ben berada di mobil

Radio : Protes dijalanan menyebar hari ini di seluruh negeri setelah

publikasi lebih banyak kutipan dari arsip Departeman Pertahanan

yang diklasifikan di New York Times. Laporan menyebut yang

ditugaskan oleh mantan Sekretaris Pertahanan Robert McNamara

telah memicu perdebatan lebih lanjut selama perang berlangsung di

Vietnam. Karena jelas Kennedy dan Johnson serta Eisenhower juga

Truman sangat menyesatkan negara di Vietnam. Seri judul bom

telah muncul selama dua hari terakhir di New York Times.

Masa : Kami tidak ingin bau peperangan!

Adegan keempat alur tengah

Seorang perempuan masuk keruang berita, dan mecari orang yang diaggap

pas menerima paket darinya. Setelah ada seorang reporter yang tengah asih

bekerja, perempuan tersebut menghampirnya dan memberikan paket.

Page 82: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

71

P : Permisi. Apakah kau orang penting?

Reporter : Ya, aku seorang reporter bagian umum.

P : Baiklah,

Reporter : Eh, kurasa aku punya sesuatu.

Sekretaris : Jadilah tamuku.

Editor : Dan mereka narasumber ceritanya. Setiap kali aku membaca New

York Times di atas lipatan.

Reporter : Tn. Bradlee?

Bradlee : Tidak. Serasa bagai ada orang yang menusuk kartu poker ke

pantatku.

Reporter : Kupikir aku punya sesuatu.

L : Dari mana kau bisa dapatkan ini?

Reporter : Sseorang wanita meninggalkannya di mejaku.

Bradlee : Tidak ada yang diam-diam menyarankan agar McNamara

memprovokasi Vietnam Utara agar punya alasan untuk eskalasi.

C : Ya, ada di artikel The Times.

Bradlee : Bagus. Kau harus memeriksanya.

C : Baik itu. Ya Tuhan.

Bradlee : Berikan pada seseorang yang bisa mengetikkan 91 kata per menit.

L : Ben.

Bradlee : Dan punya bukti oke?

L : Ben.

Bradlee : Ya.

L : Kupikir kita punya sesuatu.

Bradlee : Apa itu? Ya Tuhan.

C : Apa ini bagian dari hasil laporan McNamara?

Bradlee : Dari mana?

Reporter : Dari seseorang wanita yang meninggalkannya di mejaku.

Bradlee : Di mejamu?

Reporter : Bukan mejaku. Aku, tapi seorang wanita.

Bradlee : Seorang wanita? Oh, kita…punya.

C : Ratusan catatan McNamara.

Page 83: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

72

Bradlee : Seorang wanita, siapa dia?

C : Bahan berita di sini.

Reporter : Dia wanita hippie. Dia punya salah satu dari mereka,

Bradlee : Hei, Debbie, beri aku Bagdikian.

Reporter : Dia keluar, baru saja pergi.

Bradlee : Nah, hal yang nyata. Ini akan menjadi halaman depan besok surat

kabar, um… Berikan pada Marder, ini hari keberuntungannya. Ya

Tuhan, menyenangkan.

Adegan kelima alur tengah

Bradlee ke tempat Ellsberg.

Ellsberg : Siapa ini?

Bradlee : Ini Ben.

Ellsberg : Ben.

Bradlee : Dan.

Ellsberg : Penelitian ini memiliki 47 jilid. Aku menyelinap keluar beberapa

pada suatu waktu. Butuh waktu berbulan-bulan untuk menyalin

semuanya.

Bradlee : Apa-apaan?

Ellsberg : Yah, kami semua mantan pegawai pemerintahan. Atas izin, semua

itu. McNamara ingin akademisi memiliki kesempatan untuk

memeriksa apa yang terjadi. Dia berkata pada kita, “Biarkan

keripik jatuh di tempat mereka berada.”

Bradlee : Lelaki pemberani.

Ellsberg : Menurutku rasa bersalah motivator yang lebih besar daripada

keberanian. McNamara tidak berbohong dan juga sisanya. Tapi

aku-kurasa dia tidak melihat apa yang akan terjadi, apa yang kita

temukan, tidak butuh waktu lama untuk cari tahu. Nah, bagi kita

semua untuk cari tahu. Jika publik pernah melihat surat-surat ini,

meraka akan berbalik melawan perang. Oops yang terselubung,

utang yang terjamin, pemilihan yang dicurigai, semuanya ada di

sini. Ike, Kennerdy, Johnson mereka melanggar Konvensi Jenewa,

Page 84: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

73

dan mereka berbohong pada Kongres juga pada publik. Mereka

tahu kita tidak bisa menang dan masih mengirim pemuda untuk

mati.

Bradlee : Bagaimana dengan Nixon?

Ellsberg : Dia hanya terus seperti yang lainnya. Terlalu takut jadi orang

yang kalah perang di arlojinya. Seseorang mengatakan ini. Di

beberapa titik mengapa kami tinggal, saat kamu tahu kalah. 10

persen untuk membantu Vietnam Selatan. 20 persen menahan

komies. 70 persen untuk menghindari penghinaan dari kekalahan

Amerika. 70 persen dari laki-laki itu hanya menghindari untuk

dipermalukan? Itu menempel dengan saya.

Bradlee : Mereka akan mengejarmu, kau tahu? Dan aku harus jujur, remah-

remah roti tidak terlalu sulit untuk diikuti.

Ellsberg : Aku tahu.

Bradlee : Mereka akan menguncimu, Dan.

Ellsberg : Tidakkah kau akan dipenjara untuk hentikan perang ini?

Bradlee : Secara teoritis, tentu.

Ellsberg : Kau menerbitkan dokumen-dokumen ini?

Bradlee : Ya.

Ellsberg : Bahkan dengan perintah tersebut.

Bradlee : Iya.

Ellsberg : Kalau begitu, tidak begitu teoritis, bukan?

3. Prinsip terakhir yang terdapat dalam film The Post ini berkaitan dengan

jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.

Membuat pembaca atau penonton tertarik dengan berita yang diangkat, jurnalis

harus memiliki kreatifitas dan kejelian dalam mengemas fakta yang dimiliki agar

menarik dan relevan. Prinsip jurnalisme ini tergambarkan pada alur tengah.

Prinsip ini sebagai seorang jurnalisme harus membuat informasi menjadi tertarik

dan relevan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dalam membuat

pemberitaan. Ukuran kualitas dilihat dari suatu tulisan dapat melibatkan pembaca

dan mencerahkannya. Prinsip ini tergambarkan seperti dialog berikut:

Page 85: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

74

Adegan keenam alur tengah

Bradlee : Bukan laporan lengkap, tapi lebih dari 4.000 halaman itu.

P : Hah, apa ini sudah sesuai?

Bradlee : Aku tidak berpikir begitu.

Kemeja G : Tidak ada nomor halaman.

Bradlee : Ya, disitulah perangko rahasia. Narasumberku harus

memotongnya.

Jas : Kita seharusnya pension pada hari Jum’at.

Kaca M, Jas H : Ben, bagaimana kita bisa menyortir dari 4.000 halaman ini.

Kemeja G : Mereka bahkan tidak diatur secara longgar.

Kaca M J Abu : Times punya waktu tiga bulan untuk menyortir. Tidak

mungkin kita dapatkan jumlah ini…

Kemeja G : Ya, dia benar, kita punya waktu kurang dari delapan jam.

P : Kami dapatkan dua per kota, maka kami punya sepuluh.

Ben : Hei, hei, hei, selama enam tahun terakhir kita sudah bermain

mengejar ketinggalan. Dan sekarang berkat Presiden Amerika

Serikat. Ngomong-ngomong, mengambil seluruh Amandemen

Pertama, kita punya satu hal. Tidak akan punya kompetisi. Ada

puluhan cerita di sini. Times nyaris tidak menggaruk

permukaannya. Kami punya waktu sepuluh jam sampai batas

waktu, jadi, kami menggali.

P : Saya pikir memo ini dari McNamara. Uh “Ini keyakinanku

seharusnya ada jeda tiga atau empat minggu dalam pemboman.”

G. Kacamata : Tunggu, tunggu, tunggu, aku melihat separuh dari memo itu.

P. Dasi : Eh, ada yang punya separuh kabel dari Dulles di ’54?

G. Kacamata : Kupikir, aku melihat satu dari bulan Juli.

P. Dasi : Ya, ini dia, “Alasan untuk kepercayaan ini bahwa kita harus

meletakkan dasar dalam benak masyarakat Amerika.”

P : It it itu dia! Mm hmm. Jadi Johnson tidak berusaha berdamai,

dia hanya memanipulasi publik?

Page 86: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

75

Ben : Pengawas keluar untuk suspense dalam pemboman sejak

kapan?

P. Dasi : Tahun ’65 sampai ’68.

P. Kacamata : Bagaimana dengan memo dari Eisenhower? Panitian khusus di

Indocina?

G. Kacamata : Eh, Meg membacakan satu bagian untukku?

P. Dasi : Meg? Semua orang melihat penyebutan dari Rand, Vietcong?

P. Kacamata : Yah, kukira ini mungkin dari Rand Corp, “VC sangat

berkomitmen.” “Vietnam Selatan penyebab kekalahan.”

Keseluruhan : Whoa! Ini dia!

G. Kacamata : Meg, Meg, Mmeg, aku butuh…

P : Aku meletakkannya di rak. Beberapa tumpukan.

Ben : Baik, jam 01.30, jam 4.00 konferensi cerita.

Anak Ben : Bolehkah aku menarik minat siapa pun beli limun ini?

P : Apa ada vodka di dalamnya?

Anak Ben : Aku tidak, aku tidak.

Ben : Seduhkan vodka ke dalam limunku. Lebih mudah bagi anak

itu.

P. Dasi : Berapa, sayangku?

Anak Ben : Seperempat.

Ben : Ini lima puluh sen.

Adegan pertama alur akhir

Katharine : Apa yang dikatakan suamiku soal berita tersebut? Dia

menyebutnya sebagai sejarah pertama draft yang kasar. Itu

bagus, bukan? Oh, yah, kita tidak selalu melakukannya

dengan benar. Kita tidak selalu sempurna tapi kupikir kita

bisa adil. Teruskan itu? Itu pekerjaannya, bukan?

Ben : Ya itu.

Katharine : Oh, Ken Clauson datang menemuiku lebih awal.

Ben : Oh?

Katharine : Ternyata keadilan masih bisa dipertimbangkan, tuntutan

pidana terhadap kita. Dan kau tidak khawatir?

Page 87: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

76

Ben : Nggak. Tidak, Katharine, tugasmu itu.

Katharine : Kukira ya itu. Oh, syukurlah, putusan pengadilan sangat

jelas.

Ben : Ya, ya, aku tahu. Aku yakin Nixon benar.

Katharine : Baik. Karena kau tahu tidak berpikir aku bisa hidup melalui

hal semua ini lagi.

C. Interpretasi Penelitian

Film The Post, menggambarkan bagaimana polemik seorang jurnalis dalam

mengangkat kebenaran dari perang Vietnam. Dengan menggunakan model alur

cerita yang diusung oleh Tzvetan Todorov, penelitian ini mendapatkan gambaran

beberapa adegan yang relevan. Pada alur awal peneliti menemukan satu temuan

yang berkaitan dengan jurnalisme. Pada alur tengah, peneliti menemukan enam

temuan. Sedangkan pada alur akhir, peneliti menemukan satu temuan.

Temuan-temuan yang peneliti temukan berkaitan dengan prinsip-prinsip

jurnalime yang peneliti kaji. Prinsip-prinsip jurnalisme, menjadi prinsip dasar

jurnalis di seluruh dunia. Walaupun perkembangan saat ini kegiatan jurnalistik

semakin menemukan kebebasan, prinsip-prinsip ini mampu memberikan

kebebasan tanpa adanya kekangan.

Dalam melakukan kegiatan jurnalisme, harus ada aturan untuk

mengendalikan dan mengatur jurnalis, hal ini tidak dimaksudkan untuk

membatasi. Terkait dengan masalah ini, peneliti menemukan beberapa ayat al-

Qur’an yang berkaitan dengan prinsip-prinsip sebagai seorang jurnalis:

Ayat pertama ini terkait dengan menjauhi dari prasangka yang akan

membawa keraguan dan ketidakbenaran:

ا أي ه جتىثا ٱءامىا لذيه ٱ ي ل لظه ٱإن تعض لظه ٱكثيزا م إثم

ميتا ل يغتة تعضكم تعضا أيحة أحدكم أن يأكل لحم أخي تجسسا

تمي ٱ تقا ٱفكز ٱإن لل حيم لل اب ر ٢١ت

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-

cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah

Page 88: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

77

seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?

Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (Qs. Al-

Hujurat [49]: 12).

Pada ayat berikut ini, terkait kepada bicara kebenaran atau jujur:

ا أي ٱ تقا ٱءامىا لذيه ٱ ي ل سديدا لل قلا ق ٠٧

70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

katakanlah perkataan yang benar (Qs. Al-Ahzab [33]: 70).

Selain itu, pembaca atau pendengar berita harus memeriksa terlebih dulu

apakah berita yang didengar dan dibaca tersebut benar atau tidak. Hal ini

berkaitan dalam surat:

اي لة لذيه ٱ أي ا تج م ا أن تصيثا ق تىثإ فتثيىا إن جاءكم فاسق ءامى

دميه ٦فتصثحا على ما فعلتم و

6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya

yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (Qs. Al-Hujurat [49]: 6).

Ayat-ayat diatas merupakan beberapa ayat yang berkaitan dengan sikap atau

prinsip yang harus dimiliki jurnalis serta bagi konsumen ketika menerima berita.

Pada hakikatnya sebagai jurnalis memiliki kebebasan, namun untuk menjaga

kepentingan masyarakat dan relevansi berita maka diperlukan aturan sebagai

acuan atau pedoman dalam dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

Page 89: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

78

BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan dan menganalisis data dari film The Post yang

telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya makan peneliti menarik kesimpulan

bahwa sebagai seorang jurnalistik atau pers harus mengemban prinsip-prinsip

jurnalisme yang telah ditetapkan. Narasi yang menggambarkan prinsip-prinsip

jurnalisme digambarkan melalui para tokoh dalam film tersebut terutama dalam

bentuk perilaku, dialog, karakter fan kejadian dalam film.

Prinsip-prinsip jurnalisme yang ada di dalam film The Post, diwakilkan

dengan tiga prinsip, yakni: Kewajiban peran jurnalisme adalah pada kebenaran,

Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput, dan

Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.

B. Saran

Saran yang ingin disampaikan mengenai film ini adalah: saat menonton

sebuah film sibutuhkan sikap kritis tidak hanya menerima cerita yang disuguhkan

dengan apa adanya. Penonton harus lebih aktif dalam menggali pesan-pesan yang

ada di dalam film baik pesan tersirat maupun tersurat. Diharapkan penonton tidak

menjadi korban cerita tetapi dapat aktif memahami pesan komunikatif yang

disampaikan.

Page 90: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

79

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2004.

Arifin, Anwar. Sistem Komunikasi Indonesia, Cet. I. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2011.

Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi

Pertama. Jakarta: Prenadamedis Group, 2018.

Bertens, Etika. Jakart: Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Branston, Gill dan Roy Stafford, The Media Student’s Book. London: Routledge,

2003.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Masaa. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008.

Curran, James. Making Journalists: Diverse Models, Global Issues. (Canada:

Routledge, 2005.

Denzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln, The Handbook of Qualitative

Research. London: Sage Publications Inc, 2000.

Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita.

Jakarta: Kompas, 2010.

Effendy, Heru. Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian. Jakarta: Erlangga,

2008.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filasfat Komunikasi. Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2003).

Eriyanto. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks

Berita Media. Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013.

Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS,

2001.

Hadi, Amirul dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka

Setia, 1998.

Hartley, John. Communication, Cultural, & Media Studies – Konsep Kunci.

Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Hikmat, Mahi M. Jurnalistik: Literary Journalism. Jakarta: Kencana, 2018.

Page 91: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

80

K, Septiawan Santana. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2017.

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi, Cet. Ke. 11. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1997.

Kode Etik Jurnalisme PWI

Muhtadi, Asep Saeful. Pengantar Ilmu Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama

Media, 2016.

Nasution, Zulkarimein Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rajawali,

2015.

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara,

2007.

Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.

Press criticism. The balance trap by N.L., The Economist, Aug 8th

2012.

Ramdan, Anton. Jurnalistik Islam. ___: Shahara Digital Publishing,__.

Rizki, Juni Wati Sri Kepemilikan Media & Ideologi Pemberitaan: Kajian

Ekonomi Politik Komunikasi terhadap Kepemilikan Media dan Wacana

Pembentukan Provinsi Tapanuli di Surat Kabar Harian Waspada dan Sinar

Indonesia Baru. Yogyakarta: Deepublish, 2012.

Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2012.

Shoelhi, Mohammad. Propaganda Dalam Komunikasi Internasional. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2012.

Snijders, Adelbert. Manusia dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan.

Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D Cet 18. Bandung: Alfabeta,

2013.

Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produksi dan

Kode Etik.

Tamburaka, Apriadi. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa.

Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Thwaites, Tony, dkk, Introduction Cultural And Media Studies: Sebuah

Pendekatan Semiotika. Penerjemah Saleh Rahman. Cet. Ke – 1. Yogyakarta:

Jalasutra, 2009.

Page 92: PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43751/1/ARITA...PROGRAM STUDI JURNALISTIK . ... Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme

81

Todorov, Tzvetan. The Poetics of Prose. Oxford: Blackwell, 1977.

Wibowo, Wahyu. Menuju Jurnalisme Beretika: Peran Bahasa, Bisnis, dan Politik

di Era Modial. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.

Sumber Lain

https://seword.com/media/9-elemen-jurnalisme-elemen-ke-10-dari-bill-kovach,

diakses pada 20 Agustus 2018, pukul 11:38 WIB.

https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a98fae3cf01b4660b1f5

957/resensi-filmthe-post-adu-kuat-antara-pers-dan-pemerintah diakses pada

3 September 2018, pukul 07:56 WIB.

https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-the-post-meryl-streep-tom-

hanks diakses pada 3 September 2018, pukul 08:27 WIB.

https://kumparan.com/@kumparanhits/meryl-streep-legenda-hidup-perfilman-

dunia diakses pada 16 Januari 2019 pukul 1528 WIB.

https://www.artikelbaca.com/biografi-film-tom-hanks/ diakses pada 16 Januari

2019 pukul 15:34 WIB.

https://www.idntimes.com/hype/throwback/ganjar-firmansyah/5-film-terbaik-tom-

hanks-tahun-90an-c1c2-1/full diakses pada 16 januari 2019 pukul 15:36

WIB.

Rusmawati, Fatimah dan Ratih Hasanah Sudrajat, “Kasih Sayang Ayah Dalam

Film: Analisis Naratif Film Miracle In Cell No. 7 Dengan Teori Algirdas

Greimas,” Vol. 4, Fakultas Film dan Televisi IKJ 2008.