PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN...

89
i PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN PERMEN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus Swalayan BC Mart 1 Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: Lia Rahmawati NIM : 21414006 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2020

Transcript of PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN...

Page 1: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

i

PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA

DENGAN PERMEN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(Studi Kasus Swalayan BC Mart 1 Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Lia Rahmawati

NIM : 21414006

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2020

Page 2: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

ii

Page 3: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

iii

Page 4: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

iv

Page 5: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

v

MOTTO

Laa khaula wa la quwwata illa billah

“tiada daya dan kekuatan kecuali pertolongan Allah”

La Ba’sa

“Hatiku tenang karena mengetahui apa yang

melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan

takdirku tidak akan pernah melewatkan aku”

(Umar bin Khattab)

Page 6: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk

Ibu dan Bapak tercinta, Ibu Surati dan Bapak Wahono yang rela melakuan

segalanya untuk selalu memenuhi kebutuhan penulis dan kakak serta adik penulis,

terimakasih atas lantunan doa yang selalu engkau ucapkan untuk kami, Terimakasih

atas semua pengorbanan yang telah engkau lakukan semoga bapak dan ibu selalu

dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.

Untuk kakak dan adikku tersayang Ayusi Setyowati, S.Pd dan Rizki Lukitawati

yang tak pernah henti mendengarkan keluh kesah penulis, serta selalu memberikan

dorongan dan semangat kepada penulis untuk menggapai gelar sarjana.

Terimakasih

Page 7: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. wb

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Swt tak hentinya kami ucapkan

atas limpahan berkah dan kariniaNya yang tak henti-hentinya diberikan kepada

penulis. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kami Nabi Agung

Muhammad Saw yang kita nantikan dan sangat kita harapkan syafaatnya kelak di

hari akhir. Amiin.

Atas kehendak dan ridho Allah Swt sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi penulis guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum (S.H) di Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

akan selesai tanpa adanya bentuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga.

3. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si., selaku Ketua Program Studi Hukum

Ekonomi Syari’ah.

4. Bapak Yahya S. Ag., M.HI. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

membantu dan mengarahkan penulis dalam menyalesaikan skripsi ini,

sehingga skripsi ini dapat terselaisaikan dengan baik.

Page 8: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

viii

5. Teman - teman kuliah yang selalu ada untukku Arrum Faida, Maulindatul

T. Ruli Susilowati, Cik Nur, Laela yang selalu mengantar dan menjeputku

selama kuliah bersama.

6. Seluruh anggota KKN Desa Lemahireng Kec. Kemusu yang telah menjadi

saudara dan salalu ada untuk penulis. Terutama posko 46 yang tercinta,

mbak Ulfa, Febby dan Ainiya.

7. Teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi Ririn S, Esha F, Angga S.

dan Taupiqurrohman

Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan yang telah

dilakukan kepada penulis dan semoga selalu mendapatkan perlindungan

dari Allah Swt dan keberkahan dalam kehidupan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

maka dari itu penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi

bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya dan bagi paca pembara

umumnya.

Wassalamualaikum, wr. wb

Salatiga, 3 Maret 2020

Lia Rahmawati

Page 9: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

ix

ABSTRAK

Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan Permen

Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang Undang No 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Swalayan Bc Mart 1

Salatiga) Skripsi. Fakultas Syariah Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Yahya,

S. Ag., M.HI.

Kata Kunci: Pengalihan, Sisa Uang Belanja. Hukum Islam, Undang-undang

Perlindugan Konsumen

Manusia merupakan makhluk sosial karena manusia selalu membutuhkan

manusia lainnya dalam melakukan segala kegiatannya setiap hari. Jual beli adalah

salah satu contoh dari kebutuhan manusia. Ada praktik yang menarik untuk diteliti

dalam ranah jual beli yaitu praktik pengalihan sisa uang belanja dengan permen

yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini berfokus pada tiga hal yakni pada praktik

pengalihan sisa uang belanja dengan permen di Swalayan BC Mart 1 Salatiga dan

bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang perlindungan konsumen

terhadapnya.

Untuk mengerti lebih dalam tentang permasalahan tersebut maka penulis

meneliti dengan penelitian jenis lapangan (field research) yaitu penelitian yang

dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung dari

informan dan mengamati secara langsung. Metode penelitian yang diguanakan

adalah kualitatuf dan dengan pendekatan yuridis normative. Sedangkan teknik

analisisnya adalah diskriptif dan teknik pengecekan keabsahan data adalah

triangulasi.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa praktik pengalihan sisa

uang belanja dengan permen ini dilakukan karena sulitnya mendapatkan uang

recehan yang nominalnya rendah, Praktik tersebut dilakukan oleh kasir Swalayan

BC Mart 1 Salatiga. Sedangkan praktik ini merupakan hal yang tidak diperbolehkan

menurut hukum Islam, praktik jual belinya adalah sah dan yang tidak dibenarkan

adalah tidak adanya akad yang jelas tentang pengembalian yang dialihkan dengan

permen. Serta menurut Undang undang Perlindungan Konsumen, praktik

pengembalian itu melanggar hak konsumen.

Page 10: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

NOTA PEMBIMBING .......................................... Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN ................................ Error! Bookmark not defined.

MOTTO .................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 4

E. Penegasan istilah .......................................................................................... 5

F. Telaah Pustaka ............................................................................................. 6

G. Metode Penelitian......................................................................................... 8

H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB II ................................................................................................................... 15

JUAL BELI DALAM ISLAM DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN ............ 15

A. Jual Beli Dalam Hukum Islam ................................................................... 15

1. Dasar Hukum Jual Beli ........................................................................... 16

Page 11: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

xi

2. Rukun jual beli ....................................................................................... 18

3. Syarat Jual Beli dalam Islam .................................................................. 22

4. Macam-Macam Jual beli ........................................................................ 24

B. Perlindungan Konsumen ............................................................................ 30

1. Hukum Perlindungan Konsumen ........................................................... 31

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ............................................ 32

3. Hak Konsumen ....................................................................................... 33

1. Kewajiban Konsumen ............................................................................ 35

2. Hak pelaku usaha .................................................................................... 36

3. Kewajiban Pelaku Usaha ........................................................................ 37

4. Asas Perlindungan Konsumen ................................................................ 38

BAB III ................................................................................................................. 40

PRAKTIK PENGALIHAN SISA UANG BELANJA DENGAN PERMEN DI

SWALAYAN BC MART 1 SALATIGA ............................................................. 40

A. Gambaran Umum Swalayan BC Mart 1 Salatiga ......................................... 40

1. Letak Geografis Kota Salatiga................................................................ 40

2. Profil Swalayan BC Mart 1 Salatiga ...................................................... 41

3. Produk yang dijual di BC Mart 1 Salatiga ............................................. 42

4. Stuktur Organisasi .................................................................................. 44

5. Tugas dan Wewenang Pegawai Swalayan BC Mart 1 Salatiga ............. 44

B. Pndangan Konsumen, Kasir Dan Menejer Swalayan BC Mart 1 Salatiga

Tentang Praktik Pengalihan Kembalian Uang Sisa Belanja Dengan Permen ... 46

1. Konsumen BC Mart 1 Salatiga ............................................................... 47

2. Kasir Swalayan BC Mart 1 Salatiga ....................................................... 49

3. Manager Swalayan BC Mart 1 Salatiga ..................................................... 50

Page 12: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

xii

BAB IV ................................................................................................................. 52

PRAKTIK PENGALIHAN SISA UANG BELANJA DENGAN PERMEN

DITINJAU DARI HOKUM ISLAM DAN UNDANG- UNADANG NO 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN ............................ 52

(STUDI KASUS SWALAYAN BC MART 1 SALATIGA) ............................... 52

A. Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan Permen di Swalayan BC

Mart 1 Salatiga .................................................................................................. 52

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja

Dengan Permen (Studi Kasus Swalayan BC Mart 1 Salatiga) .......................... 57

C. Pandangan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Praktik Pengalihan Sisa Uang Belanja Dengan Permen

(Studi Kasus Swalayan BC Mart 1 Salatiga) ..................................................... 67

1. Kewajiban Pelaku Usaha ........................................................................ 68

2. Hak Konsumen ....................................................................................... 70

BAB V ................................................................................................................... 73

PENUTUP ............................................................................................................. 73

A. Kesimpulan ................................................................................................... 73

B. Saran ........................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 1

Page 13: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial karena manusia selalu

membutuhkan manusia lainnya dalam melakukan segala kegiatannya setiap

hari. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya campur tangan dari

orang lain karena pada dasarnya setiap manusia memiliki perannya masing-

masing dalam berkehidupan di dunia.

Salah satu peran manusia yang paling dasar serta paling penting

dalam kehidupan adalah saat mereka saling mencukupi dan saling

melengkapi kebutuhannya masing-masing dengan cara melakukan transaksi

jual beli. Selain itu, saat terjadi kegiatan jual beli maka terjadilah transaksi

sosial dalam masyarakat.

Di dalam kehidupan bermasyarakat dari dulu hingga saat ini,

manusia tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan jual beli. Kegiatan jual beli

dapat dikatakan setiap hari selalu dilakukan oleh manusia demi memenuhi

segala kebutuhan sehari-hari. Dalam perkembangan zaman, kegiatan jual

beli ini pada umumnya telah dilakukan sejak dulu dengan berbagai macam

perkembangannya, dimulai dari sistem barter hingga berkembang

menggunakan uang kertas dan bahkan menggunakan uang elektronik (e-

money). Selain perkembangan jual beli dari sudut sistemnya kini tempat

transaksi jual beli juga turut sudah berkembang pesat.

Page 14: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

2

Setiap manusia hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan,

sehingga terjadi pertentangan - pertentangan kehendak. Untuk menjaga

keperluan masing-masing perlu adanya aturan-aturan yang mengatur

kebutuhan manusia agar manusia itu tidak melanggar dan memperkosa hak-

hak orang lain. Maka, timbulah hak dan kewajiban di antara sesama

manusia.1

Dalam Islam, jual beli (al-bai wal syira‟) yaitu pertukaran antara

benda dengan uang atau harga, dimana usaha atau perdagangan harus

dilakukan secara sukarela (ridha) diantara para pihak dan dengan cara yang

dibenarkan sesuai dengan aturan syara.2

Kegiatan jual – beli dalam memenuhi kebutuhan berupa sandang dan

pangan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari – hari di super market,

merupakan perjanjian jual-beli yang biasanya dapat terjadi sedikit banyak

tanpa syarat-syarat formal, sebagian besar jual-beli tunai dilakukan semata-

mata dengan lisan, seperti jual-beli barang di toko, makanan dan minuman

di restoran atau tempat umum jual-beli mobil secara tunai.3

Jual beli sekarang ini sering menggunakan kontrak baku yang

diterapkan swalayan dengan langsung mencantumkan harga, sehingga

konsumen sering tidak memiliki kesempatan untuk melakukan proses tawar

menawar, dan sering terjadi jika kembalian sisa belanja yang kurang dari

1 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), hal 31. 2 Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2013),

hal. 212. 3 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian.Ctk ke 3. PT Alumni. Bandung. 2006.hlm

243

Page 15: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

3

Rp.1000 ada yang dibulatkan, selain itu ada juga yang dikembalikan dengan

barang lain seperti contohnya adalah permen.

Pada dasarnya, dalam hukum Islam hak pembeli adalah menerima

pengembalian dari harga yang telah dibayarkan dan itu harus ditunaikan

oleh penjual kecuali ada persetujuan atau kerelaan kedua belah pihak.

Adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab kerelaan berhubungan dengan

hati, tanda yang jelas menunjukkan kerelaan adalah ijab dan qabul.

Ada hal yang menarik untuk diteliti yakni dalam praktik jual beli di

BC Mart 1 Salatiga yang melakukan pengembalian sisa uang belanja

konsumen dengan menggunakan permen dan dituangkan dalam sebuah

judul penelitian yaitu PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA

DENGAN PERMEN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN (Studi Kasus Swalayan BC Mart 1 Salatiga)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas. Maka

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik pengalihan kembalian uang sisa belanja dengan

permen di Swalayan BC Mart 1 Salatiga ?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktik pengembalian

uang menggunakan permen di Swalayan BC Mart 1 Salatiga?

Page 16: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

4

3. Bagaimana pandangan Undang Undang No 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap praktik pengembalian uang

menggunakan permen di Swalayan BC Mart 1 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan di

capai dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui praktik pengalihan kembalian uang sisa belanja

dengan permen di Swalayan BC Mart 1 Salatiga

2. Untuk mengetahui pandangan pandangan hukum Islam terhadap

praktik pengembalian uang menggunakan permen di Swalayan BC Mart

1 Salatiga

3. Untuk mengetahui pandangan Undang Undang No 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen terhadap praktik pengembalian uang

menggunakan permen di swalayan BC Mart 1 Salatiga

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat yang

baik bagi beberapa pihak, diantaranya sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih

pemikiran dalam hukum islam dan hukum positif terkait hukum praktik

pengembalian sisa uang belanja umumnya dan khususnya hukum

pengembalian sisa uang belanja dengan permen.

Page 17: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

5

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pedoman, dan

pertimbangan untuk transaksi jual beli khususnya terkait dengan

pengembalian sisa uang belanja dengan permen.

E. Penegasan istilah

Agar terdapat kejelasan mengenai judul penelitian di atas, maka

penulis perlu menjelaskan maknanya sebagai berikut:

1. Pengalihan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah berasal dari

kata “alih” yang berarti ganti, tukar dan ubah. Sedangkan Pngalihan

berarti proses, cara, pengalihan, pemindahan, pengubahan dan

penggantian.

2. Uang sisa belanja adalah kembalian dsri pembayaran yang dilakukan

setelah melakukan belanja dengan menggunakan uang lebih dari yang

harus dibayarkan.

3. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.4

4. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.5

4 UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 5 ibid

Page 18: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

6

F. Telaah Pustaka

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dapat penulis pakai sebagai

rujukan berkaitan dengan pokok permasalahan yaitu pengalihan kembalian

uang sisa belanja dengan permen yang penulis kemukakan diantaranya

adalah:

Muhimmatus Salamah. Perspektif Hukum Ekonomi Syariah Terhadap

Praktik Pengalihan Sisa Uang Pembeli Dalam Transaksi Jual Beli Di Toko

Arafah Cirebon. Berbentuk skripsi, Adapun jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitianya adalah penelitian kualitatif dekskriptif yang bertujuan

untuk memberikan gambaran mengenai objek penelitian yakni praktik

pengalihan sisa uang pembeli di Toko Arafah yang berdasarkan data yang

diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Hasil dari penelitiannya

menunjukkan bahwa praktik pengalihan sisa uang pembeli baik itu untuk

dana sosial ataupun diganti dengan wafer yang diterapkan oleh Toko Arafah

diperbolehkan menurut hukum ekonomi syari’ah. Hal tersebut dikarenakan

pihak Toko Arafah mengalami kesulitan untuk mendapatkan uang pecahan

kecil yang nominalnya di bawah Rp.1000,- yang sudah jelas tidak diedarkan

dan tidak digunakan lagi dalam transaksi pembayaran. Sehingga sesuai

dengan sumber hukum yang ada, hal tersebut berawal dari adanya kesulitan

dan Toko Arafah dimudahkan untuk diperbolehkan mengambil sebuah

keringanan. Keringanan ini yakni pengalihan sisa uang pembeli untuk dana

sosial dan pengalihan sisa uang pembeli yang diganti dengan wafer selama

adanya unsur ‘an taradhin (saling rela) antara kedua belah pihak

Page 19: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

7

Wulan Widya Astuti “Pandangan Hukum Islam Terhadap

Pengembalian Sisa Pembelian Dengan Barang (Studi Kasus Pada Kantin

Syariah Uin Raden Intan Lampung)” Penelitiannya berbentuk skripsi,

adapun jenis penelitiannya merupakan penelitian lapangan (field research)

dan diperkaya dengan data kepustakaan. Adapun populasi dalam penelitian

ini yakni pedagang Kantin Syariah UIN Raden Intan Lampung yang

berjumlah 11 orang dan mahasiswa UIN Raden Intan Lampung yang

berjumlah 35 orang. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan

antara lain metode wawancara atau interview dan obsevasi. Sedangkan

analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dengan pendekatan berfikir

induktif. hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa akad pada praktik

pengembalian sisa pembelian dengan barang merupakan akad jual beli yang

hanya diberikan atau kebijakan pedagang tetapi tidak adanya kesepakatan

terlebih dahulu dengan mahasiswa. Sehingga mau tidak mau, ikhlas tidak

ikhlas mahasiswa harus menerima uang kembalian berupa barang. Hasilnya,

tawaran uang kembalian diganti dengan permen seperti sebuah tawaran

paksaan yang mana mahasiswa tidak mempunyai pilihan selain

berkompromi dan menerima permen dengan lapang dada, meski sebenarnya

tidak sedang membutuhkan permen. Tidak jarang mahasiswa sering

mengeluh dengan pengembalian sisa pembelian dengan barang yaitu

permen, karena mahasiswa menganggap uang lebih penting.

Seharusnya tidak semestinya juga pihak pedagang mengabaikan hak

pembeli yaitu mahasiswa yang ingin agar uang kembalian berbentuk uang

Page 20: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

8

tunai bukan dalam bentuk barang yaitu permen. Kemudian dalam

pandangan hukum Islam tidak boleh memakan harta orang lain secara batil

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka yaitu adanya

kerelaan khususnya pihak pembeli. Bahwa dalam hukum Islam suatu

trasaksi dapat dikatakan tidak sah jika adanya salah satu pihak yang merasa

dirugikan.6

Dari kedua peneliian di atas terlihat bahwa ada kedekatan dengan judul

yang penulis lakukan, namun penelitian yang penulis lakukan berbeda

derngan penelitian yang sudah diteliti sebelumnya. Letak perbedaanya

adalah penelitian yang penulis teliti lebih menitik beratkan pada pandangan

hukum Islam dan undang undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

konsumen tidak hanya berfokus pada hukum Islam saja.

G. Metode Penelitian

Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu,

sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, dan mengji

suatu pegetahuan, dimana dilakuka dengan metode- metode tertentu.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu

6 Wulan Widya Astuti. “Pandangan Hukum Islam Terhadap Pengembalian Sisa Pembelian

Dengan Barang (Studi Kasus Pada Kantin Syariah Uin Raden Intan Lampung)” Skripsi UIN Raden

Inten Lampung (2018)

Page 21: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

9

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antar fenomena yang

diselidiki.7

b. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan

cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan

literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.8

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data

di lapangan dengan menggunakan alat penelitian yang aktif dalam

mengumpulkan data-data di lapangan. Selain peneliti, yang dijadikan

alat pengumpulan data adalah dokumen-dokumen yang menunjang

keabsahan hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat

mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.

Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat

menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah

yang ada, serta hubungan dengan informasi yang didapat menjadi lebih

jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak.

7 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rakusarasi, 1991),

hlm.19. 8 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Rajawali Press,

2011), hlm. 13-14.

Page 22: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

10

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan.

Dalam penelitian ini lokasi penelitian berada di Swalayan BC Mart 1

Salatiga jalan Kartini No. 2 Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo Kota Salatiga.

Kode Pos 50714.

4. Sumber data

Dalam penelitian ini, terdapat 2 (dua) sumber data yang

digunakan peneliti yang terdiri dari:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber yang dapat memberikan

informasi secara langsung dan sumber data tersebut memiliki

hubungan dengan masalah pokok penelitian sebagai bahan

informasi yang dicari. Data tersebut diperoleh dari wawancara

pemilik/pengurus Swalayan, karyawan serta konsumen BC Mart 1

Salatiga.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah digunakan untuk mendukung

data primer.9 Data lain yang bisa mendukung penelitian ini yaitu

buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, jurnal, dan

skripsi yang meneliti hal serupa.

5. Teknik Pengumpulan Data

9 Munawaroh, Panduan Memahami Metode Penelitian, (Malang: Inti Media, 2013). Hlm:

82.

Page 23: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

11

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai

berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.10

Peneliti melakukan tanya jawab kepada pemilik/pengurus,

karyawan serta kepada para konsumen Swalayan BC Mart 1

Salatiga.

b. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengamati dan

mencatat secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang

diteliti.11 Dalam hal ini peneliti akan medatangi dan mengamati

kegiatan transksi jual beli yang terjadi di swalayan BC Mart 1

Salatiga.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel mengenai foto, catatan, buku, surat kabar dan lainnya

sebagai acuan bagi peneliti untuk mempermudah penelitian.12

Dalam hal ini dokumen yang digunakan adalah foto-foto tempat

10 Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),

hlm. 185. 11 ibid 12 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 158.

Page 24: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

12

Swalayan BC Mart 1 Salatiga dan dokumen lain yang berkaitan

dengan peneliian ini.

6. Analisis data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti akan menganalisis

semua data dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu

teknik dengan menggambarkan seluruh aspek peneliti yang ada,

sehingga dapat mermberi gambaran antara yang seharusnya dan

kenyataanya terjadi di Swlayan BC Mart 1 Salatiga.

7. Pengecekan keabsahan data

Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga

untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk

memeriksa keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pengecekan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam

membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.13

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini yaitu dengan

membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara dan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

13 Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset), 2007, hlm. 330.

Page 25: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

13

H. Sistematika Penulisan

Agar diperoleh peneltian yang sistematis, mudah dipahami dan

dapat dimengerti oleh pembaca, maka penulisan menyajikan karya ilmiah

ini ke dalam bentuk sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu

sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini merupakan garis-garis besar

pembahasan isi pokok penelitian yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

tinjauan pustaka, metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian dan

pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data serta

sistematika penulisan.

Bab II adalah kajian teori yang terdiri dari jual beli menurut hokum

Islam,,dasar hukum jual beli, rukun, syarat jual beli, dan macam-macam jual

beli. Serta teori tentang perlindungan konsumen, hokum perlindungan

konsumen, asas dan tujuan undang-undang perlindungan konsumen, hak

konsumen, kewajiban konsumen, hak pelaku usaha, kewajiban pelaku

uasaha dan asas perlindungan konsumen.

Bab III berisi hasil penelitian tentang gambaran umum obyek

penelitian yaitu letak geografis Kota Salatiga, profil swalayan BC Mart I

Salatiga, produk yang dijual di BC Mart I Salatiga, struktur organisasi BC

Mart I Salatiga, tugas dan wewenang pegawai di BC Mart 1 Salatiga. Serta

praktik pengalihan sisa uang belanja dengan permen.

Page 26: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

14

Bab IV adalah pembahasan mengenai analisis yang dilakukan

penulis atas permasalahan dalam skripsi ini dengan menggunakan teori-teori

yang terdapat dalam bab kedua yaitu analsis tentang praktik pengalihan

kembalian uang sisa belanja dengan permen, dan pandangan konsumen

terhadap pengalihan kembalian uang sisa belanja dengan permen

Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran,

Kesimpulan yaitu berisi pemaparan berdasarkan data yang diperoleh dan

analisis yang dilakukan yang merupakan jawaban atas pokok masalah dari

penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan saran sebagai bahan pemikiran

dari penyusun semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Page 27: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

15

BAB II

JUAL BELI DALAM ISLAM DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Jual Beli Dalam Hukum Islam

Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu,

sedang menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-

cara tertentu (aqad).

Sedangkan jual beli dalam fiqih diartikan sebagai pertukaran harta

atas dasar saling rela; atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat

dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah).14

Secara terminologi dalam fiqih, jual beli disebut dengan al-bay’

yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu (البيح)

yang lain. Lafal al-bay’ dalam terminology fiqih terkadang dipakai untuk

lawannya, yaitu lafal-syira’ yang berarti membeli. Dengan demikian, al-

bay’ mengandung arti menjual sekaligus membeli atau jual beli. Menurut

mazhab Hanafi pengertian jual beli (al-bay’) secara definitif yaitu tukar

menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang

sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Adapun menurut mazhab

Maliki, mazhab Syafi’i, dan Hambali, bahwa jual beli yaitu tukar menukar

harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.

Sedangkan menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah,

14 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hlm. 128

Page 28: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

16

bay’ adalah jual beli antara benda dan benda, atau pertukaran benda dengan

uang.15

1. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan al-Qur’an, as-

Sunnah, dan ijma’ . Dalam kitab al-Umm, Imam Syafi‟i menjelaskan

hukum dasar setiap transaksi jual beli adalah mubah (diperbolehkan),

apabila terjadi kesepakatan antara pembeli dan penjual. Transaksi apapun

tetap diperbolehkan, kecuali transaksi yang dilarang oleh Rasulullah Saw.16

a. Al-Qur’an

Adapun dasar hukum dari Al-Qur’an antara lain:

Surat al-Baqarah (2) ayat 275

٥٧٢ ...وأحل ٱلله ٱلب يع وحرم ٱلر ب وا

Artinya: ..padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba... (Qs.Al baqoroh 275).

b. Hadits

Adapun landasan jual beli yang berasal dari hadits Rasulullah SAW

diantaranya adalah:

ال ب ي ع عن ت راض إنما

15Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta:Prenada Media Group,2012), hal.101

16Ahmad Nahrawi Abdus Salam al-Indunisi, Ensiklopedia Imam Syafi‟i, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2008), hal. 528

Page 29: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

17

Artinya: “Jual beli itu didasarkan kepada suka sama suka.”17

ب عن رفاعة ب ن رافع رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم سئل: أي ال كس رور ( قال: ) عمل الرجل بيده, وكل ب ي ع أط يب . ، وصه ال اكم رواه ال ب زار مب

Artinya: Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa

Sallam pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling

baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan

tangannya dan setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-

Bazzar. Hadits shahih menurut Hakim.18

c. Ijma’

Para ulama dan seluruh umat islam sepakat tentang dibolehkannya

jual beli, karena hal ini sangat dibutuhkan oleh manusia pada umumnya.

Dalam kenyataan kehidpan seharu-hari tidak semua orang memiliki apa

yang dibutuhkan orang lain. Dengan jual beli, maka manusia saling

tolong menolong ekonomi akan berjalan dengan positif karena apa yang

mereka lakukan akan menguntungkan kedua belah pihak19

Ibnu Qudamah Rohimahu Allah menyatakan bahwa kaum

muslimin telah sepakat tentang diperolehkannya bay’ karena

mengandung hikmah yang medasar, yakni setiap orang pasti memiliki

ketergantungan terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain. padahal orang

lain tidak akan memberikan sesuatu yang ia butuhkan tanpa mendapat

kompensasi. Dengan disyariatkannya bay’ setiap orang dapat meraih

tujuannya dan memenuhi kebutuhannya.20

17 (HR. Abu Dawud No. 2999, Tirmidzi No. 1169, Ibnu Majah No. 2176 dari Abu Sa’id al-

Khudriy Ra.

18Indri, Hadis Ekonomi, hal. 159. 19Ahmad Wardi Muslich, fiqih muamalah, (Jakarta:AMZAH 2013), hal.173 20 Ibnu Qodamah: Al Mugni Jilid VI, hlm. 9

Page 30: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

18

d. Qiyas

Bahwasanya semua syari’at Allah SWT yang berlalu mengandung

nilai filosofis (hikmah) dan rahasia-rahasia tertentu yang tidak diragukan

oleh siapapun. Jika memang memperhatikan kita akan menemukan

banyak sekali filosofis di balik pembolehan bay’. Diantaranya adalah

sebagai media/sarana bagi umat manusia untuk memenuhi

kebutuhannya, seperti makanan, sandang dan lain sebagainya. Kita tidak

dapat memenuhi kebutuhan sendiri tanpa orang lain. ini semua akan

dapat terealisasi/terwujud dengan cara tukar-mrnukar (barter) harta

dengan kebutuhan hidup lainnya dengan oranglain,dan saling memberi

dan menerima antar sesame manusia agar kebutuhan dapat dipenuhi.21

2. Rukun jual beli

Para ulama berbeda pendapat tentang rukun jual beli ini. Menurut

Hanafiyah, rukun jual beli hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari

pembeli) dan qabul. Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli

hanyalah kerelaan kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.

Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit

diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang

menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual

beli, boleh tergambar dalam ijab dan qabul atau cara saling memberikan

barang dan harga barang (ta’athi). Sementara menurut Malikiyah, rukun

21 Abdullah Muhammad At Thayyar dll. Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam pandangan empat Madzhab.Yogyakarta: Maktabah Al Hanif. Cet 4, 2017. Hal 5

Page 31: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

19

jual beli ada tiga, yaitu 1) ‘aqidain (dua orang yang berakad, yaitu penjual

dan pembeli); 2) ma’qud ‘alaih (barang yang diperjualbelikan dan nilai

tukar pengganti barang); dan 3) shighat (ijab dan qabul). Ulama Syafi’iyah

juga berpendapat sama degan Malikiyah di atas.22

Menurut jumhur ulama, jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya

jual beli sesuatu yang menjadi kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan ijab

dan qabul. Menurut fatwa ulama Syafi’iyah, jual beli barang-barang yang

kecil pun harus ijab qabul, tetapi menurut Imam Nawawi dan ulama

muta’akhirin Syafi’iyah, boleh jual beli barang-barang yang kecil dengan

tidak ijab qabul seperti membeli sebungkus rokok.23

Rukun jual beli menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal

yaitu24:

a. Pihak-pihak; yaitu pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian jual beli

terdiri atas penjuan dan pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam

perjanjian tersebut.

b. Obyek; objek jual beli terdiri dari benda yang berwujud dan benda

yang tidak berwujud, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, dan

yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar. Syarat objekyang

diperjual belikan adalah sebagai berikut: barang yang dijual belikan

adalah barang yang diperjuabelikan harus ada, barang yang

diperjualbelikan harus dapat diserakan, barang yang dijualbelikan

22Hidayat, Enang. Fiqih Jual Beli. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2015). Hal 17

23 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Kencana Prenada

Media, 2013), Hal 102

Page 32: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

20

harus memiliki nilai/harga tertentu, barang yang diperjualbelikan

harus halal, barang yang diperjualbelikan harus diketahui oleh

pembeli, kekhususan barang yang diperjualbelikan harusdiketahui,

penunjukkan dianggap memenuhi syarat langsug oleh pembeli tidak

memerlukan penjelasan lebih lanjut, dan barang yang dijual harus

ditunjukkan secara pasti pada saat akad, jual beli dapat dilakukan

terhadap: barang yang terukur menurut porsi, jumlah,berat, atau

panjang baik satuan atau keseluruhanbarang yang ditakar atau

ditimbang sesuai jumlah yang ditentukan. Sekaipun kapasitas dari

timbangan tida diketahui , dan satuan komponen dari barang yang

dipisahkan dari komponen lain yang telah terjual.25

c. Kesepakatan. Kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan dan

isyarat ketiganya memiliki mana hukum yang sama.

Adapun akad dibagi menjadi dua yaitu:

1) Akad dengan kata-kata dinamakan juga dengan ijab qabul, ijab

yaitu kata-kata yang diucapkan terlebih dahulu, dan qabul adalah

kata-kata yng di ucapkan kemudian.

2) Akad dengan perbuatan dinamakan juga dengan mu’athah.

Misalnya seorang yang pembeli memberikan uang kepada

penjual dan mengambil barang tersebut tanpa mengucap kata-

kata. Akan tetapi, di sisi lain ulama mazhab Syafi’i berpendapat

bahwa Bay’ mu’āṭah hukumnya adalah tidak sah. Hal tersebut

25 Ibid 103

Page 33: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

21

didasari dengan alasan bahwa jual beli haruslah menggunakan

akad ijāb dan qabul antara penjual dan pembeli. Dengan akad

itulah akan terjadi kerelaan satu sama lain di antara pihak pembeli

dan penjual, sehingga jual beli menjadi sah hukumnnya.

Sedangkan Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli antara

lain yaitu26:

a. Shighat (Ijab qabul)

Ijab adalah peryataan yang disampaikan pertama oleh salah

satu pihak yang disampaikan menunjukan kerelaan, baik dinyatakan

si penjual maupun si pembeli. Sedangkan qabul adalah pernyataan

yang disebutkan kedua dari pembicaraan salah satu pihak yang

melakukan akad. Dari pengertian ijab dan qabul yang dikemukakan

oleh jumhur ulama dapat dipahami bahwa penentuan ijab dan qabul

bukan dilihat dari siapa dahulu yang menyatakan, melainkan dari

siapa yang memiliki dan siapa yang akan memiliki.

b. Orang yang berakad (penjual dan pembeli)

Penjual yaitu pemilik harta yang menjual barangnya, atau

orang yang diberi kuasa untuk menjual harta orang lain. Penjual

haruslah cakap dalam melakukan transaksi jual beli (mukallaf).

Pembeli yaitu orang yang cakap yang dapat mmbelanjakan hartanya

(uangnya). Penjual dan pembeli atau disebut juga „aqid adalah orang

yang melakukan akad.

26Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hal. 114

Page 34: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

22

c. Ma’qud Alaih (Objek akad)

Objek akad yaitu sesuatu yang dijadikan akad yang terdiri dari

harga dan barang yang diperjualbelikan.

3. Syarat Jual Beli dalam Islam

Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang

dikemukakan jumhur ulama di atas adalah sebagai berikut :27

a. Syarat yang berhubungan dengan dua orang yang berakad (‘aqadain),

yaitu penjual dan pembeli.28

1) Mumayyiz, baligh dan berakal. Maka tidak sah akadnya orang gila,

orang yang mabuk, begitu juga akadnya anak kecil, kecuali terdapat

ijin dari walinya sebagaimana pendapat jumhur ulama. Hanafiyah

hanya mensyaratkan berakal dan mumayyiz, tidak mensyaratkan

baligh.

2) Tidak terlarang membelanjakan harta, baik terlarang itu hak darinya

atau yang lainnya. Jika terlarang ketika melakukan akad, maka

akadnya tidak sah menurut Syafi’iyah. Sedangkan menurut jumhur

ulama, akadnya tetap sah jika terdapat izin dari yang melarangnya,

jika tidak ada izin, maka tidak sah akadnya.

3) Tidak dalam keadaan terpaksa ketika melakukan akad. Karena

adanya kerelaan dari kedua belah pihak merupakan salah satu rukun

jual beli. Jika terdapat paksaan, maka akadnya dipandang tidak sah

27Ibid,. hal. 115-120

28Hidayat, Enang. Fiqih Jual Beli. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015). Hal 18

Page 35: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

23

atau batal menurut jumhur ulama. Sedangkan menurut Hanafiyah,

sah akadnya ketika dalam keadaan terpaksa jika diizinkan, tetapi bila

tidak diizinkan, maka tidak sah akadnya.

b. Syarat yang berkaitan dengan objek akad.

Menurut Sayyid Sabiq, objek akad jual harus mempunyai kriteria

sebagai berikut:29

1) Benda tersebut suci dan halal (tidak boleh menjual barang yang

diharamkan, seperti miras, bangkai, bai dan patung).

2) Benda tersebut dapat dimanfaatkan (tidak boleh melakukan jual beli

ular dan anjing kecuali yang sudah terlatih yang digunakan untuk

berburu)

3) Benda tersebut milik yang melakukan akad jual beli (dilarang

menjual barang yang bukan miliknya walaupun itu milik istrinya

sendiri). Dalam ilmu fiqh hal ini disebut ba’i al-fudhuli.

4) Benda tersebut dapat diserahkan. (tidak boleh menjual barang yang

tidak dapat diserahkan, seperti menjual ikan yang masih ada di air).

5) Benda tersebut diketahui bentuknya atau keberadaannya atau

spesifikasinya dan harganya juga sudah jelas.

6) Benda tersebut sudah diterima oleh pembeli.

29Sabiq, Sayyid. Penerjemah Kamaluddin A. Marzuki. Fikih Sunnah. (Bandung: PT

Alma’arif. 1987). hal 129

Page 36: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

24

Syarat-syarat di atas pada prinsipnya sama dengan isi dari Pasal 76

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Menurut pasal tersebul, syarat

objek yang diperjualbelikan adalah30:

1) Barang yang dijualbelikan harus sudah ada.

2) Barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan.

3) Barang yang dijualbelikan harus berupa barang yang memiliki

nilai/harga tertentu.

4) Barang yang dijualbelikan harus halal

4. Macam-Macam Jual beli

Jumhur fuqaha membagi jual beli sebagai berikut:31

a. Ditinjau dari segi sifatnya

Ditinjau dari segi sifatnya jual beli terbagi dua bagian yaitu jual beli

shahih dan jual beli ghair shahih. Pengertian jual beli shahih adalah jual

beli yang tidak terjadi kerusakan, baik pada rukun dan maupun syaratnya.

Pengertian ghair shahih adalah jual beli yang tidak dibenarkan sama

sekali oleh syara’, dari definisi tersebut dapat dipahami jual beli yang

syarat dan rukunnya tidak terpenuhi sama sekali atau rukunnya terpenuhi

tetapi sifat atau syaratnya tidak terpenuhi. Seperti jual beli yang

dilakukan oleh orang yang memiliki akal yang sempurna, tetapi barang

yang dijual masih belum jelas.

30 Kompilasi Hokum Ekonomi Syariah 31 Rozalinda Ek, Fikih onomi Syariah Prinsip dan Implementasinya Pada Sektor Keuangan

Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal. 71-83

Page 37: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

25

Apabila rukun dan syaratnya tidak terpenuhi maka jual beli tersebut

disebut jual beli yang batil. Akan tetapi, apabila rukunnya terpenuhi

tetapi ada sifat yang dilarang maka jual belinya disebut jual beli fasid. Di

samping itu, terdapat jual beli yang digolongkan

Kepada ghair shahih yaitu jual beli yang rukun dan syaratnya

terpenuhi, tetapi jual belinya dilarang karena ada sebab diluar akad.

b. Dilihat dari segi shighatnya

Dilihat dari shighatnya jual beli dapat dibagi menjadi dua yaitu: jual

beli mutlaq dan ghair mutlaq. Pengertian dari jual beli mutlaq adalah jual

beli yang dinyatakan dengan shighat yang bebas dari kaitannya dengan

syarat dan sandaran kepada masa yang akan datang. Sedangkan jual beli

ghair mutlaq adalah jual beli yang shighatnya atau disandarkan kepada

masa yang akan datang.

c. Dilihat dari segi hubungannya dengan objek jual beli

Ada tiga macam jual beli yang dapat dilihat dari segi objeknya yaitu

:

a) Muqayyadhah adalah jual beli barang dengan barang, seperti jual

beli binatang dengan binatang, disebut dengan barter.

b) Sharf adalah tukar menukar emas dengan emas, dan perak dengan

perak, atau menjual salah satu dari keduanya dengan lain (emas

dengan perak atau perak dengan emas). Dalam jual beli sharf (uang)

yang sejenisnya sama disyaratkan hal-hal sebagai berikut yaitu:

Page 38: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

26

1) Kedua jenis mata uang yang ditukar tersebut harus sama

nilainya.

2) Tunai.

3) Harus diserahterimakan di majelis akad. Apabila keduanya

berpisah secara fisik sebelum uang yang ditukar diterima maka

akan menjadi batal.

c) Muthlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang.

d. Ditinjau dari segi alat pembayaran. Jual beli ini dapat dibagi menjadi

tiga bagian yaitu:

1) Jual beli tunai dengan penyerahan barang dan pembayaran

langsung.

2) Jual beli dengan pembayaran tertunda (bai muajjal), yaitu jual beli

yang penyerahan barang secara langsumg (tunai) tetapi pembayaran

dilakukan kemudian dan bisa dicicil.

3) Jual beli dengan penyerahan barang tertunda (deferred delivery),

meliputi:

a) Jual beli salam, yaitu jual beli ketika pembeli membayar tunai

di muka atas barang yang dipesan (biasanya produk pertanian).

b) Jual beli istishna’, yaitu jual beli yang pembelinya membayar

tunai atau bertahap atas barang yang dipesan (biasanya produk

manufaktur) dengan spesipikasi yang harus diproduksi dan

diserahkan kemudian.

Page 39: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

27

c) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-

sama tertunda

d) Barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh pembeli.

e) Kekhususan barang yang dijualbelikan harus diketahui.

f) Penunjukkan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang

yang dijualbelikan jika barang itu ada di tempat jual beli.

g) Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli

tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.

h) Barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu

akad.

e. Jual Beli Yang Dilarang dan Batalnya

1) Jual beli yang di larang dalam Islam senantiasa memperlihatkan

aspek-aspek keadilan dari masing-masing pihak baik penual maupun

pembeli sedangkan jual beli yang batal hukumnya adalah jual beli

yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukunnya.

2) Adapun Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai

berikut:32

a) Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi,

berhala, bangkai, dan khamar.

b) Jual beli sperma (mani hewan, seperti mengawinkan seekor

domba jantan dengan betina agar dapat memperoleh turunan).

32 Suhendi, hendi.. Fiqh muamalah.( Jakarta:raja grafindo persada, 2014)

Page 40: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

28

c) Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut

induknya. Jual beli ini dilarang, karena barangnya belum ada

dan tidak tampak.

d) Jual beli muhaqallah balaqah berarti tanah, sawah, dan kebun,

maksud muhaqallah disini ialah menjual tanam-tanaman yang

masih di ladang atau di sawah. Hal ini dilarang agama sebab ada

prasangka riba di dalamnya.

e) Jual beli dengan mukhadarah, yaitu menjual buah-buahan yang

belum pantas untuk dipanen, seperti menjual rambutan yang

masih hijau, mangga yang masih kecil-kecil, dan yang lainnya.

Hal ini dilarang karena barang tersebut masih samar, dalam

artian mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angin kencang

atau yang lainnya sebelum diambil oleh si pembelinya.

f) Jual beli dengan muammasah, yaitu jual beli secara sentuh

menyentuh, misalka seseorang menyentuh sehelai kain dengan

tangannya diwaktu malam atau siang hari, kama orang yang

menyentuh berarti telah membeli kain tersebut. Hal ini dilarang

karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan

menimbulkan kerugian bagi saalah satu pihak.

g) Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar-

melempar, seperti seseorang berkata,”lemparkan kepadaku apa

yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang

ada padaku”. setelah terjadi lempar-melempar, terjadilah jual

Page 41: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

29

beli. Hal ini dilarang karena mengandung tipuan dan tidak ada

ijab dan kabul.

h) Jual beli dengan muzabanah, yaitu menjual buah yang basah

dengan buah yang kering, seperti menjual padi kering dengan

bayaran padi basah, sedangkan ukurannya dengan dikilo

sehingga akan merugikan pemilik padi kering.

i) Menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjualbelikan.

Menurut Syafi’i penjualan seperti ini engandung dua arti, yang

pertama seperti seseorang berkata ”kujual buku ini seharga $ 10

dengan tunai atau $ 15 dengan cara utang”. arti kedua ialah

seperti seseorang berkata “aku jual buku ini kepadamu dengan

syarat kamu harus menjual tamu padaku”.

j) Jual beli dengan syarat iwadh mahjul, jual beli seperti ini

hampir sama dengan jual beli dengan menentukan dua harga,

hanya saja disini dianggap sebagai syarat, seperti seseorang

berkata, “aku jual rumahku yang butut ini kepadamu dengan

syarat kamu mau menjual mobilmu padaku”. lebih jelasnya, jual

beli ini sama dengan jual beli dua harga arti yang kedua menurut

al-syafi’i.

k) Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada

kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang

masih di kolam atau menjual kacang tanah yang atasnya

kelihatan bagus tetapi di bawahnya jelek.

Page 42: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

30

l) Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual,

seperti seseorang menjual sesuatu dari A menjual seluruh

pohon-pohonan yang ada kebunnya, kecuali pohon pisang. Jual

beli ini sah sebab yang dikecualikannya jelas, namun bila yang

dikecualikannya tidak jelas (majhul), jual beli tersebut batal.

m) Larangan menjual makanan hingga dua kali ditakar. Hal ini

menunjukkan kurangnya saling percaya antara penjual dan

pembeli. Jumhur ulama berpendapat bahwa seseorang yang

membeli sesuatu dengan takaran dan telah diterimanya,

kemudian ia menjual kembali maka ia tidak boleh menyerahkan

kepada pembeli kedua dengan takaran yang pertama sehingga ia

harus menakarnya lagi untuk pembeli yang kedua itu.

B. Perlindungan Konsumen

Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 ayat 2

menjelaskan bahwa Konsumen adalah setiap orang pemakai barang

dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri

sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.33 Dalam bertransaksi jual beli sering konsumen berada di

bawa tekanan dari penjual tanpa bisa menolak suatu ketentuan dari penjual,

oleh karena itu di bentuklah Undang-undang Perlindungan konsumen.

33 Pasal 1 Ayat 2 Undang Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Page 43: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

31

1. Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum perlindungan konsumen menurut AZ. Nasution adalah

‟bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-

kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang

melindungi kepentingan konsumen‟. Hukum konsumen diartikan

sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur

hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan

dengan barang dan atau jasa konsumen dalam pergaulan hidup.34

Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang

diciptakan untuk melindungi dan terpenuhinya hak konsumen. Sebagai

contoh, para penjual diwajibkan menunjukkan tanda harga sebagai

tanda pemberitahuan kepada konsumen. Asas – asas dan kaidah-kaidah

hokum yang mengatur hubungan dan masalah konsumen dalam

berbagai bidang hukum, baik perdata, pidana maupun administrasi

Negara. Perlindungan konsumen terkait erat dengan perlindungan

hukum jadi perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Pasal 1

Undang-Undang Perlindungan Perlidungan Konsumen merupakam

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberikan perlindungan hukum kepada konsumen.

34Az.Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar,ctk.Pertama, Daya

Widya, Jakarta,1999, hlm. 64-65

Page 44: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

32

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Diberlakukannya hukum perlindungan konsumen bertujuan

sesuai yang tertera dalam pasal 3 UU No. 8 Th 1999 tentang Perlindungan

konsumen yakni.35

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri;

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau

jasa;

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi;

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggungjawab dalam berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

35 Pasal 3 Undang Undang Republik Indonesia tahun 1999 NO.8 tentang Perlindungan

konsumen.

Page 45: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

33

Di dalam tujuan perlindungan konsumen yang dituangkan pada

pasal 3 UUPK ini merupakan isi pembangunan nasional, karena tujuan

perlindungan konsumen yang ada itu merupakan sarana akhir yang

harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan di bidang hukum

perlindungan konsumen. Di dalam setiap Undang-Undang pastilah

memiliki tujuan khusus, begitu pula dengan UUPK yang mengatur

tujuan khusus perlindungan konsumen.36

3. Hak Konsumen

Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan

hukum, oleh karena itu perlindungan konsumen mengandung aspek

hukum. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya

identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak

konsumen. Secara umum, ada empat hak dasar dari konsumen yaitu hak

untuk mendapatkan informasi, hak untuk mendapatkan keamanan, hak

untuk memilih dan hak untuk didengar.37

Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak

dan kewajiban. Pengetahuan mengenai hak dan kewajiban sangat

penting agar orang bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan

mandiri. Hal ini bertujuan jika dihadapi adanya tindakan yang tidak adil

terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu dan dapat

36 Ahmad, Miru dan Sutarman, Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta

:Rajawali Pers, 2014), hlm.34. 37 Celina, Tri Siwi Kristina, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Sinar Grafika,

2011), hlm.30

Page 46: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

34

bertindak untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain,

konsumen tidak hanya bisadiam dan menerima nasib saja.38

Di Indonesia, hak-hak konsumen telah terkandung dalam pasal 4

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu:39

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan / atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan / atau jasa serta mendapatkan barang

dan / atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa

yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya

penyelesaian konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta

tidak deskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi atau penggantian,

apabila barang dan jasa yang diterima tidak sesuai denganperjanjian

atau sebagaimana mestinya;

38 Happy, Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta Selatan :Transmedia

Pustaka, 2008), hlm.22.

39 Pasal 4 Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Page 47: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

35

i. Hak – hak yang diatur dalam peraturan perundang – undangan

lainnya.

1. Kewajiban Konsumen

Konsumen memiliki hak yang dapat diberikan apabila kewajibannya

sebagai konsumen telah terpenuhi, adapun mengenai kewajiban konsumen

dijelaskan dalam pasal 5 UUPK, yakni sebagai berikut:

a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa;

c. Membayar dengan nilai tukar yang telah disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Kewajiban konsumen yang diatur di dalam UUPK merupakan hal

yang penting. Adapun pentingnya kewajiban ini dikarenakan sering pelaku

usaha telah menyampaikan peringatan secara jelas pada label suatu produk,

namun konsumen tidak membaca peringatan yang disampaikan kepadanya.

Dengan pengaturan ini memberikan konsekuensi kepada konsumen apabila

ia tidak mengikuti peringatan yang diberikan maka ia harus menanggung

sendiri kerugian yang terjadi.40

40 Ahmad, Miru dan Sutarman, Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta :Rajawali

Pers, 2014), hlm.48.

Page 48: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

36

2. Hak pelaku usaha

Hak dan kewajiban pelaku usaha menjadi salah satu yang terpenting

juga dikarenakan untuk memberikan kepastian hukum yang sesuai dengan

tujuan perlindungan konsumen. Adanya hak dan kewajiban tersebut juga

bermaksud untuk menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan untuk

menciptakan pola hubungan yang seimbang antara pelaku usaha dan

konsumen.41

Berdasarkan UUPK pasal 6 mengatur mengenai hak pelaku usaha,

yaitu42

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik;

c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

41 Happy, Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta Selatan :Transmedia

Pustaka, 2008), hlm 34 42 Undang Undang Republik Indonesia Tahun 1999 NO.8 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Page 49: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

37

e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya

3. Kewajiban Pelaku Usaha

Selain memiliki hak tentunya pelaku usaha juga memiliki kewajiban

yang harus dilakukan, yakni: 43

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

43 Undang Undang Republik Indonesia tahun 1999 NO.8 tentang Perlindungan

konsumen.

Page 50: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

38

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

Di dalam undang-undang perlindaungan konsumen pelaku usaha

diwajibkan untuk beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya,

sedangkan konsumen diwajibkan beritikad baik dalam melakukan transaksi

pembelian barang dan/atau jasa. Dalam hal ini, itikad baik sangat ditekankan

kepada pelaku usaha karena semua tahapan yang ada dimulai dari

pembuatan barang sampai pada penjualan barang tersebut, pelaku usaha

harus beritikad baik agar barang dan/atau jasa tersebut tidak menimbulkan

kerugian44.

4. Asas Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen diselenggarakan bersama berdasarkan lima

asas yang sesuai dengan pembangunan nasional, yaitu:45

a. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamantkan bahwa segala upaya

dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha

secara keseluruhan.

b. Asas keadilan maksudnya agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

44 Celina, Tri Siwi Kristina, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : SinarGrafika,

2011), hlm.44.

45Asyhadie, Zaeni. 2005. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada). Hal 192

Page 51: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

39

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

kewajibannya secara adil.

c. Asas keseimbangan maksudnya perlindungan konsumen memberikan

kesimbangan antara konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti

materiil maupun spiritual.

d. Asas keselamatan dan keamanan konsumen, yaitu untuk memberikan

jaminan keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan dan pemakaian, serta pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas kepastian hukum maksudnya agar pelaku usaha dan kosumen

menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Page 52: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

40

BAB III

PRAKTIK PENGALIHAN SISA UANG BELANJA DENGAN PERMEN DI

SWALAYAN BC MART 1 SALATIGA

A. Gambaran Umum Swalayan BC Mart 1 Salatiga

1. Letak Geografis Kota Salatiga

Kota Salatiga merupakan kota kecil yang terletak di antara Kota

Semarang dan kota Surakarta, pada dasarnya wilayah Salatiga dikelilingi

wilayah Kabupaten Semarang. Selain itu kota Salatiga terletak tepat di daerah

cekungan, kaki Gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain:

Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong..

Wilayah Kota Salatiga berbatasan dengan wilayah Kabupaten

Semarang, adapaun batas-batas wilayahnya adalah di sebelah Utara kota

Salatiga berbatasan dengan Kecamatan Pabelan: Desa Pabelan, Desa Pejaten,

Kecamatan Tuntang: Desa Kesongo, Desa Watu Agung. Sedangkan dari

sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Pabelan: Desa Ujung-ujung,

Desa Sukoharjo, Desa Glawan, Kecamatan Tengaran: Desa Bener, Desa

Tegalwaton, Desa Nyamat. Di sebetah Selatan berdampingan dengan

Kecamatan Getasan: Desa Sumogawe, Desa Sa-mirono, Desa Jetak,

Kecamatan Tengaran: Desa Patemon, Desa Karang Duren. Dan pada sebelah

Barat terdapat Kecamatan Tuntang: Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa

Sraten, Desa Gedangan, Kecamatan Getasan: Desa Polobog.46

46 Https://Salatiga.Go.Id/Keadaan-Geografis, Di Akses Pada Tanggal 10 Januari 2020

Page 53: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

41

Kota Salatiga, meskipun kota kecil namun kota tersebut memiliki

berbagai penggerak perekonomiannya dan banyaknya pendapata daerah.

Misalnya terdapat dua perguruan tinggi besar di kota ini yakni IAIN Salatiga

dan UKSW Salatiga, selsin itu masih banyak legi perguruan tinggi swasta

lainnya.

Selain pergutuan tinggi terdapat pula berbabgai kegiatan penggerak

perekonomian Kota Salatiga misalnya dengan adanya pasar, supermarket

Mini market dan masih banyak lagi.

2. Profil Swalayan BC Mart 1 Salatiga

Di masa ini, sebagian besar masyarakat kita lebih senang berbelanja

kebutuhan pokok di swalayan, supermarket atau mini market, karena di

anggap lebih mudah, tanpa menawar dan tempatnya yang bersih. Meskipun

tidak semua kebutuhan tersedia, namun hampir kebutuhan pokok dapat

dijumpai di berbagai swalayan yang ada.

Dengan berubahnya sistem daya jual beli masyarakat banyak memilih

ke swalayan, maka bermunculan pula swalayan-swalayan baru yang mulai

berdiri di masa kini. Hampir di semua tempat baik di kota maupun di

pedesaan sekalipun kini terdapat swalayan yang mudah ditemui, tak

terkecuali di Kota Salatiga banyak swalayan-swalayan yang sudah berdiri

baik lama maupun yang baru. Hampir sebagian besar kegiatan perekonomian

Kota Salatiga terjadi di pusat Kota Salatiga yakni di sepanjang Jl. Jendral

Sudirman. Di sepanjang jalan tersebut terdapat berbagai macam swalayan

hingga pasar tradisional semua dapat ditemui.

Page 54: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

42

Selain di pusat kota kegiatan perekonomian juga dapat di temui di

berbagai tempat salah satunya swalayan yang berdiri di tempat yang strategis

di luar pusat kota yakni Swalayan BC Mart 1 Salatiga yang terletak di wilayah

sekolah.

Swalayan BC Mart 1 Salatiga dibangun pada tahun 2011 dan mulai

beroperasi atau mulai melakukan kegiatan jual beli pada tahun 2012 dengan

kepemilikan oleh SMK Diponegoro Salatiga.

Tujuan utama didirikannya BC Mart Salatiga adalah untuk

laboratorium penjualan bagi para siswa di SMK Diponegoro Salatiga, Namun

dengan berjalannya waktu BC Mart menjadi swalayan untuk

Swalayan BC Mart merupakan salah satu swalayan yang berada di

Kota Salatiga, tepatnya berada di samping SMK Diponegoro dan juga Mts

NU Salatiga di Jalan Kartini No. 2 Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo Kota Salatiga.

Pada awalnya, hanya didirikan satu swalayan BC Mart saja, tetapi

melihat bertambahnya konsumen dan kebutuhan tempat laboratorium

penjualan untuk para siswa SMK Diponegoro Salatiga, akhirnya didirikan

lagi dua swalayan BC Mart Salatiga yang berada di Jalan Nakula Sadewa No.

17B Dukuh Sidomukti Kota Salatiga.

3. Produk yang dijual di BC Mart 1 Salatiga

Produk yang dijual di Swalayan BC Mart 1 Salatiga adalah berbagai

jenis produk mulai dari bahan makanan, kosmetik, peralatan rumah tangga,

dan berbagai jenis makanan ringan dan peralatan bayi.

a. Bahan Pokok

Page 55: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

43

Dari berbagai produk yang dijual di Swalayan BC Mart 1 Salatiga

tentunya terdapat produk - produk kebutuhan pokok terutama kebutuhan

pangan seperti beras, mie instan, gandum, telur, minyak goreng, roti.

Selain itu terdapat pula bumbu yang sangat diperlukan untuk perlengkapan

membuat makanan.

Selain bahan pokok pangan, Swalayan BC Mart 1 Salatiga juga menjual

kebutuhan pokok yang lain seperti AMDK (air minum dalam kemasan),

gas elpigi, kebutuhan wanita dan masih banyak lagi.

b. Alat Kosmetik

Dimasa kini kebutuhan kecantikan hampir sejajar dengan kebutuhan

pokok karena hampir seluruh perempuan menggunakannya hingga produk

- produk kecantikan kini tidak hanya sebagai kebutuhan sekunder. Maka

dari itu di Swalayan BC Mart 1 Salatiga juga menjual produk - produk

kecantikan dari berbagai merk yang ada, di Swalayan BC Mart 1 Salatiga

sendiri menjual produk kecantikan mulai dari pelembab wajah, pembersih

wajah, lulur, lipstick, bedak, mascara, lotion, deodorant, minyak wangi,

dan lain sebagainya.

c. Peralatan Sehari-hari

Selain produk produk diatas Swalayan BC Mart 1 Salatiga juga

menjual peralatan sehari-hari seperti peralatan dan perlengkapan mandi

yakni sabun, shampoo, sikat gigi, masker rambut. Ada juga peralatan dan

perlengkapan mencuci baju dan mencuci piring, mulai dari detergen, sabun

colek, sikat dan sabun cuci, serta lain sebagainya.

Page 56: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

44

Barang kebutuhan sehari - hari lainnya adalah perlengkapan

kebersihan rumah seperti sapu, alat pel, kemonceng, pembersih kaca dan

masih banyak lagi.

4. Stuktur Organisasi

a. Manager : Bapak Sumarno

b. Admin : M. Yusuf ,S.H.

c. Kasir : 1. Ayu

2. Fitri

d. Pramuniaga : 1. Pak Tri

2. Vivi

3. Puput

4. Mas Ipang

5. Tugas dan Wewenang Pegawai Swalayan BC Mart 1 Salatiga

Agar terbentuknya suatu koordinasi yang baik antar pekerja maka perlu

di berikan tugas dan wewenang masing-masing sehingga tidak terjadi

kekacauan dalam melaksanakan kegiatan jual beli. di Swalayan BC Mart 1

Salatiga juga melakukan hal serupa dengan membaikan tugas masing-masing

karyawan, yakni sebagai berikut:

a. Tugas dan wewenang Menejer

Tugas Dan wewenang Menejer Swalayan BC Mart 1 Salatiga antara

lain:

1) Mengatur dan mengawasi jalannya kegiatan jual beli

Page 57: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

45

2) Merekrut dan melatih pegawai serta mengawasi kinerja pegawai agar

dapat bekerja efektif sesuai tugas masing-masing.

3) Bertanggung jawab dalam mencapai target penjualan.

4) Menjamin tidak ada produk yang “out of stock” yakni persediaan

barang yang kurang dari ketentuan atau persediaan barang telah

kosong.

5) Mengontrol investasi peusahaan.

6) Mengontrol faktur, harga jual dan label harga.

b. Tugas Administrasi

Tugas Dan wewenang Menejer Administrasi BC Mart 1 Salatiga

antara lain:

1) Melakukan input atau pemasukan data penjualan yang telah di

lakukan.

2) Membuat laporan laba rugi Swalayan BC Mart 1 Salatiga

3) Membuat laporan rutin mengenai persediaan barang.

c. Tugas Kasir

Tugas Dan wewenang Kasir Swalayan BC Mart 1 Salatiga antara lain:

1) Melakukan transaksi penjualan dan pembayaran.

2) Melakukan pencataan atas semua transaksi.

3) Melakukan proses transaksi pelayanan jual beli.

d. Tugas Pramuniaga

Page 58: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

46

Tugas Dan wewenang Pramuniaga Swalayan BC Mart 1 Salatiga

antara lain:

1) Memeriksa barang yang kosong.

2) Merapikan barang.

3) Memeriksa dan mengontrol barang yang rusak.

4) Memajang barang sesuai FIFO (first in first out) yang pertama masuk

yang pertama keluar, maksudnya adalah barang yang datang terlebih

dahulu harus di jual terlebuh dahulu juga, agar terhindar dari barang

yang akan kadaluarda atau expired.

5) Mempelajari dan mengenali barang.

6) Memberikan service terbaik kepada pelanggan.

B. Pandangan Konsumen, Kasir Dan Menejer Swalayan BC Mart 1

Salatiga Tentang Praktik Pengalihan Kembalian Uang Sisa Belanja

Dengan Permen

Praktik ini terjadi ketika para konsumen Swalayan BC Mart 1

Salatiga mengambil barang yang dibutuhkannya dan membayarnya di kasir

selanjutnya jika jumlah uang belanja konsumen masih tersisa maka akan di

kembalikan. Jika uang kembalian masih bernilai besar akan diberi

kembalian uang Rupiah sebagaimana mestinya, namun apabila masih

kurang dan ada kembalian uang yang bernilai kurang dari Rp. 500,- akan

dialihkan dengan permen. Yakni ketika konsumen membeli barang

belanjaan dengan jumlah total Rp. 11.700,- dan membayar dengan uang Rp.

15.000,- maka pihak kasir (jika tidak ada uang receh atau koin) maka akan

Page 59: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

47

di kembalikan dengan nominal Rp.3000 dan dengan tambahan beberapa

permen sebagai pengganti atau pengalihan uang Rp 300,- yang tidak

tersedia.

1. Konsumen BC Mart 1 Salatiga

Praktik tersebut diungkapkan oleh beberapa konsumen BC Mart 1

Salatiga yang penulis wawancarai beberapa waktu lalu. Seorang pelajar A

mengatakan bahwa,

“pernah mbak, ya terima aja mba, mau gimana? Hehe, masih

mending mba dikasih permen daripada ndak dikembaliin hehe”47

Konsumen mengatakan pernah menerima kembalian berupa permen

dan menerimanya di karenakan hal tersebut lebih baik dari pada di bulatkan

harganya sehingga mereka tidak mendapat kembalian. Selain pernyataan

dari A, peneliti juga mewawancara seorang ibu Y yang merupakan ibu

rumah tangga beliau mengungkapkan:

“iya mbak sering, saya soalnya belanja disini setiap hari, iya sering

dapet permen mbak. Nggak papa mbak jumlahnya juga nggak banyak”48

Ibu Y mengatakan beliau menerima kembalian berupa permen

karena jumlah uang yang di gantikan dengan permen bukanlah jumlah yang

banyak sehingga beliau tidak merasa di rugikan dengan adanya praktik

tersebut. Seorang konsumen F menyatakan pendapat yang sama dengan ibu

Y, yang merelakan uang mereka dialihkan menjadi permen dengan alasan

yang sama.ibu F mengatakan

47 Adel, konsumen, Wawancara. Swalayan BC Mart 1 Salatiga. 11 2019 48 Yuliani, konsumen, Wawancara. Swalayan BC Mart 1 Salatiga 11 2019

Page 60: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

48

“iya dek sering dapet permen, kalau sama anak saya langsung saya kasih

anak saya dek, tapi kalau ndak kadang ndak saya ambil. Kan juga banyak

swalayan yang kaya gitu dek mungkin susah nyari recehan.”49

Hal serupa juga disampaikan oleh R yang tidak keberatan dengan

adanya praktik tersebut, bahkan ia juga mengatakan jika terkadang permen

tersebut tidak ia ambil.

“iya mbak ini dapet kembalian permen, saya terima sih mbak, kan nggak

banyak juga, kalo banyak ya pasti protes mbak.”50

Berbeda pendapat dengan konsumen di atas, seorang konsumen S

mengungkapkan bahwa ia sering mendapat permen, tetapi ia sebenarnya

tidak rela karena konsumen S sangat sering mendapatkannya. Konsumen S

berpendapat bahwa dialihkannya dengan permen sama saja konsumen

membeli permen tersebut dengan uang sisa belanja mereka, dan konsumen

S juga mengatakan jika baginya uang recehan sangat berguna.

“kadang terima kadang enggak mbak soale kadang permennya itu kayaknya

ndak sesuai duitnya mbak, aku lebih seneng kalau dikembalikan duit mbak

dari pada permen, recehan kan bisa dicelengi”51

Seorang konsumen D juga mengungkapkan bahwa beliau tidak

setuju dengan praktik pengalihan uang kembalian dengan permen tersebut,

beliau berpendapat:

“nggak setuju sih mbak, jelas lebih milih uangnya saya mbak, kalo dikasih

permen itu bukan kembalian mbak, kan kita bayar paken uang, kalo menurut

saya kita di paksa beli permenya mbak.”52

49 Fathonah, Konsumen, Wawancara. Swalayan BC Mart 1 Salatiga, 11 Desember 2019 50 Rohmah, Konsumen, Wawancara. Swalayan BC Mart 1 Salatiga 11 Desember 2019 51 Sani, Konsumen, Wawancara. Swalayan BC Mart 1 Salatiga 11 Desember 2019 52 Dini, Konsumen, Wawancara. Swalayan BC Mart 1 Salatiga 11 Desember 2019

Page 61: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

49

2. Kasir Swalayan BC Mart 1 Salatiga

Wawancara yang penulis lakukan beberapa waktu yang lalu di

Swalayan BC Mart 1 Salatiga dengan informan berinisial A selaku Kasir di

Swalayan BC Mart 1 Salatiga saat penulis melakukan penelitian sedang

bertugas, mengatakan bahwa:

“iya mbak benar, kami kasir memang melakukan pengembalian

dengan permen, jika uang receh persediaan kami habis mbak, itu memang

kami di suruh seperti itu mbak sama pak kepala toko. Selama saya kerja

disini selama dua (2) tahun tidak banyak yang protes mbak, yang paling

sering protes itu emak - emak mbak biasanya, paling marah - marah sambil

pergi mbak. Kalau masalah hukumnya saya ndak tau mbak peraturannya,

saya cuma ngikutin peraturan kerja disini mbak.53

Dari wawancara dengan kasir di atas jelas mengatakan bahwa benar

Swalayan BC Mart 1 Salatiga melakukan praktik pengalihan uang sisa

belanja dengan permen, namun kembalian dengan permen tersebut tidak

langsung dilakukan sejak awal, melainkan ketika persediaan uang receh dari

Swalayan BC Mart 1 Salatiga telah habis. Kasir Swalayan BC Mart 1

Salatiga juga mengungkapkan bahwa selama ia bekerja tidak ada protes

yang berarti, dengan adanya praktik pengaihan uang sisa belanja dengan

permen tersebut.

Pihak kasir juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak langsung

memberi kembalian dengan permen tetapi pihak Swalayan BC Mart 1

Salatiga juga menyediakan stok kembalian uang receh, hanya saja kadang

53 Ayu, Kasir, Wawancara. Swalayan BC Mart 1 Salatiga 21 Desember 2019

Page 62: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

50

tidak mencukupi sehingga dialihkan dengan permen, berikut jawaban kasir

ketika peneliti menanyakan tentang berapa stok uang recehan yang ada di

kasir.

“Tidak mesti mbak jumlah uang receh stok kembalian kami sekitar

Rp. 70.000,- biasanya, mba tapi itu uang koin keseluruhan ada Rp. 1000,

Rp. 500, Rp.200 dan Rp.100,-”54

Pihak Swalayan BC Mart 1 Salatiga menyediakan kembalian uang

recehan tetapi tidak mencukupi, dan terpaksa mengembalikan uang receh

tersebut dengan permen permen itu.

3. Manager Swalayan BC Mart 1 Salatiga

Wawancara yang penulis lakukan beberapa waktu lalu di Swalayan

BC Mart 1 Salatiga dengan responden Bapak Sumarno selaku Manajer

Swalayan BC Mart 1 Salatiga beliau mengatakan bahwa:

“iya benar, Swalayan BC Mart 1 Salatiga memang melakukan

kembalian uang sisa dengan permen, tetapi hanya dalam nominal kecil,

pihak kami memang memutuskan untuk menyediakan beberapa bungkus

permen untuk stok jika tidak ada kembalian uang recehan terutama uang

Rp. 100,- dan Rp. 200,-. Sebenarnya kami juga menyediakan uang recehan

tersebut tapi pada praktinya kan uang receh itu sekarang sudah sulit di

dapatkan, jadi jika persediaan uang reehan itu telah habis pihak kasir akan

menggunakan permen tersebut sebagai pengganti. Kasir kami pernah

mengatakan jika memang ada beberapa konsumen yang memprotes, jika

memang tidak mau di beri kembalian berupa permen maka konsumen

tersebut harus sabar menunggu pihak kami mencari uang recehan terlebih

dahulu, atau pihak konsumen menyediakan uang sendiri. Tapi sejauh ini

hanya ada beberapa yang protes dan tidak ada yang mau menunggu kasir

kami mencarikan recehan.55

54 Ayu, Kasir, Wawancara. Swalayan BC Mart 1 Salatiga 21 2019 55 Sumarno.Manager Swalayan BC Mart 1 Salatiga, Wawancara.5 november 2019

Page 63: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

51

Manajer Swalayan BC Mart 1 Salatiga membenarkan praktik

pengalihan sisa uang belanja dengan permen. Dengan alasan sulitnya

mencari uang recehan dengan nominal rendah dan konsumen yang tidak

sabar untuk menunggu apabila persediaan kembalian uang receh di kasir

telah habis dan harus mencarikannya terlebih dahulu.

Manajer mengatakan pihak Swalayan BC Mart 1 Salatiga tentu

menyediakan uang recehan tetapi pada praktiknya itu tidak dapat memenuhi

seluruhnya, sehingga di ambil langkah untuk mengalihkan uang receh

tersebut dengan permen.

Page 64: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

52

BAB IV

PRAKTIK PENGALIHAN SISA UANG BELANJA DENGAN PERMEN

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG- UNADANG NO 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

(STUDI KASUS SWALAYAN BC MART 1 SALATIGA)

A. Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan Permen di Swalayan BC

Mart 1 Salatiga

BC Mart 1 Salatiga merupakan swalayan yang menggunakan sistem

seperti swalayan pada umumnya, yang mengutamakan kepuasan konsumen.

Prinsip jual beli juga menggunakan sistem pada umumnya dan sejak berdiri BC

Mart 1 Salatiga tidak menerima keluhan apapun dari konsumen.

Namun, sebenarnya ada satu praktik yang menyita perhatian peneliti,

yakni adanya kembalian sisa belanja dengan permen. Praktik tersebut sering

dilakukan ketika tidak ada kembalian uang recehan, terutama uang receh yang

nominalnya rendah yakni uang senilai Rp. 100,- dan Rp. 200.-. Sebenarnya

tidak hanya di BC Mart 1 Salatiga saja praktik ini hampir sering ditemui di

berbagai minimarket maupun supermarket, dengan alasan sulit ditemui uang

dengan nilai rendah tersebut.

Swalayan BC Mart 1 Salatiga melakukan praktik pengalihan uang sisa

belanja dengan permen dengan alasan sulitnya mendapatkan uang recehan

sehingga pihak Swalayan BC Mart 1 Salatiga mencari alternatif yang lebih

mudah yakni dengan permen, harga permen sendiri beragam dan ada beberapa

Page 65: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

53

yang tidak sesuai dengan kembalian yang seharusnya. Selain karena sulitnya

mendapatkan uang recehan, praktik tersebut juga dilakukan karena jika

memang harus mencari dan menukarkan uang terlebih dahulu maka pelanggan

harus sabar menunggu pegawai yang mencarikan uang kembalian terlebih

dahulu dan akan memperberat kerja pegawai dan kasir Swalayan BC Mart 1

Salatiga.

Dialihkannya uang kembalian dari uang receh ke permen karena

permen dianggap yang paling mendekati dengan nilai uang recehan tersebut,

meski ada harga yang tidak sesuai dengan permen, namun permen yang paling

dekat nilainya meski tidak selalu tepat sama.

Praktik pengalihan sisa uang belanja terjadi apabila ketersediaan uang

kembalian recehan di swalayan BC Mart 1 Salatiga telah habis, maka pihak

kasir mengalihkan uang recehan tersebut dengan permen yang memiliki nilai

yang hampir sama. Apabila kembalian Rp. 300,- akan dialihkan dengan 3 butir

permen.

Praktik pengalihan sisa uang belanja dengan permen dilakukan apabila

konsumen membeli barang belanja yang mereka butuhkan dan praktik ini

terjadi di meja kasir. Apabila konsumen tersebut membayar dengan uang yang

lebih dan membutuhkan kembalian, contohnya ketika konsumen membeli

barang dengan total harga Rp. 12.700,- dan menyerahkan uang kepada kasir

sebanyak Rp 15.000,- maka jika tidak ada uang recehan kasir akan

mengalihkan uang receh tersebut dengan permen dan konsumen tersebut akan

Page 66: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

54

mendapatkan kembalian sebanyak Rp. 2000,- dan dengan tambahan beberapa

permen biasanya 2 buah.

Pada praktiknya pengalihan sisa uang belanja dengan permen ini

menggunakan permen yang berharga sangat murah seperti permen yang tidak

ber mrek, atau permen yang murah lainnya biasanya permen seperti permen

suguz dan permen Pindy Susu permen Lunak. Dalam hal ini dapat di lihat

dalam satu bungkus permen Pindy Susu permen Lunak satu bungkus berharga

Rp. 6.500,- dengan isi 50 buah permen. Apabila degan kembalian yang

seharusnya Rp. 300.- namun dialihkan dengan permen hingga konsumen

mendapat permen sebanyak 2 buah, maka satu buah permen di hargai Rp. 150,-

. Padahal jika di hitung dengan harga awal permen maka satu buah permen

berharga Rp. 130,-. Dengan begitu maka Swalayan BC Mart mendapat

keuntungan Rp. 20,- per buah permen. Jadi pada setiap bungkus pihak

Swalayan mendapatkan keuntungan dari pengalihan sisa uang belanja dengan

permen tersebut sebanyak Rp. 1000.-.

Konsumen Swalayan BC Mart 1 Salatiga mengungkapkan bahwa

beberapa dari mereka mengetahui praktik yang dilakukan oleh Swalayan BC

Mart 1 Salatiga tersebut sebagian dari mereka tidak keberatan dengan praktik

tersebut karena total nilai yang digantikan dengan permen tidak banyak dan

tidak merasa dirugikan.

Sebagian ada yang mengatakan tidak rela atas praktik yang dilakukan

oleh Swalayan BC Mart 1 Salatiga karena meski jumlahnya tidak banyak,

Page 67: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

55

namun sering dilakukan dan konsumen merasa dirugikan, namun pendapat

yang mengungkapkan hal ini tidak banyak.

Konsumen yang merelakan uangnya menganggap bahwa praktik

tersebut sudah menjadi wajar di masyarakat sekarang karena sulitnya mencari

uang recehan tersebut.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat diketahui alasan yang paling

banyak diungkapkan, alasan tersebut dapat di bagi dua bagian. Alasan kerelaan

konsumen dan alasan konsumen yang kurang setuju dengan adanya praktik

pengalihan sisa uang belanja diganti dengan permen. Alasannya sebagai

berikut:

Alasan yang merelakan sisa uang belanja dialihkan dengan permen

menganggap bahwa dialihkannya sisa uang belanja dengan permen merupakan

suatu hal yang lumrah, karena memang sulit mencari uang recehan, alasan

mendapat uang recahan adalah lumrah karena banyak mini market atau

swalayan yang melakukan praktik serupa seperti yang diungkapkan oleh

konsumen.

Merelakan uangnya dialihkan dengan permen karena jumlah yang

dialihkan sedikit, kurang dari Rp 1000,-. Alasan ini merupakan alasan paling

banyak kenapa para konsumen memilih untuk menerima kembalian dengan

permen tersebut, karena sebagian dari mereka tidak merasa dirugikan dengan

adanya praktik tersebut.

Page 68: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

56

Dialihkannya uang sisa belanja dengan permen lebih baik dari pada

dibulatkan harganya, sehingga uang tidak kembali dan tidak mendapatkan

pengganti.

Sedangkan alasan yang tidak rela uang sisa belanja di ganti dengan

permen, karena tidak seharusnya uang di ganti dengan permen, sama saja

seperti membeli karena permen diberi harga Rp 100 per biji. Alasan

selanjutnya adalah meskipun uang receh tetap masih berguna bagi sebagian

konsumen. bagi sebagian konsumen, uang receh bagi mereka masih sangat

berharga, meski sedikit nilainya tetapi masih dapat digunakan untuk hal

lainnya. Sehingga mereka tidak setuju dengan adanya praktik pengalihan

dengan permen.

Dari alasan pertama para yang setuju dengan praktik tersebut yakni

karena hal tersebut merupakan hal yang wajar di kalangan masyarakat, menjadi

wajar sebab sudah sering di jumpai adanya praktik yang sama sehingga

masyarakat sudah menjadi terbiasa dengan praktik pengalihan sisa uang

belanja diganti dengan permen tersebut. Selanjutnya alasan yang paling banyak

diungkapkan oleh konsumen adalah jumlah uang yang diganti dengan permen

tidak banyak sehingga para konsumen tidak merasa dirugikan dengan adanya

praktik ini. Alasan yang ketiga yaitu konsumen lebih menerima permen

daripada pembulatan harga dan konsumen tidak di beri informasi kemana

kembalian tersebut berakhir. Konsumen lebih menerima permen tersebut

disbanding tidak mendapatkan kembalian mereka sama sekali.

Page 69: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

57

Dari berbagai alasan di atas dapat disimpulkan bahwa swalayan BC

Mart 1 Salatiga memang melakukan praktik pengembalian sisa uang belanja

dengan permen sebagai pengganti uang receh. Hal ini dilakukan karena

sulitnya mendapatkan uang recehan yang nominalnya rendah, Praktik tersebut

dilakukan oleh kasir Swalayan BC Mart atas perintah dari manager Swalayan

BC Mart 1 Salatiga.

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja

Dengan Permen (Studi Kasus Swalayan BC Mart 1 Salatiga)

Jual beli adalah salah satu sarana manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dalam hukum Islam jual beli mempunyai rukun dan syarat yang

harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’. Apabila

syarat dan rukun tidak terpenuhi maka jual beli tersebut menjadi tidak sah atau

fasid. Para ulama fiqh menyatakan bahwa jual beli baru dianggap sah apabila

jual beli itu terhidar dari cacat, seperti kriteria barang yang diperjualbelikan itu

diketahui, baik jenis, kualitas, maupun kuantitasnya, jumlah harga jelas, jual

beli itu tidak mengandung unsur paksaan, unsur tipuan, mudharat, serta adanya

syarat-syarat lain yang membuat jual beli itu rusak.

Nilai-nilai Islami yang dapat dijadikan dasar dalam menjalankan

kegiatan ekonomi adalah saling jujur, yaitu keadaan dimana semua pihak baik

pelaku usaha maupun konsumen mengetahui informasi terhadap barang

tersebut, baik kualitas, jumlah dan takaran barang, dan harga barang. Pada

dasarnya semua kegiatan mu’amalah diperbolehkan dalam hukum Islam

kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

Page 70: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

58

a. Aqidain (dua orang yang berakad)

Dalam praktik transaksi jual beli di Swalayan BC Mart 1 Salatiga

yang melakukan akad adalah konsumen dan kasir. Terkait dengan dua orang

yang berakad, dalam praktiknya kedua belah pihak sudah sesuai dengan

hokum islam karena hampir semua yang bertansaksi telah dewasa, sangat

jarang dijuampai anak-anak yang belanja tanpa bersama orang tua mereka,

sehingga anak anakpun ada pengawasan dari walinya secara langsung.

Jika dilihat dari syarat orang yang berakad maka hal tersebut telah

sesuai dengan hukum islam karena dalam hukum islam telah dijelaskan

bahwa orang yang berakad adalah orang yang diperbolehkan melakukan

akad, yaitu orang yang telah balig, berakal dan mengerti.maka akad yang

dilakukan oleh anak dibawah umur, orang gila atau idiot tidak sah kecuali

seizin walinya. Kecuali akad yang bernilai rendah seperti kembang gula dan

korek api.56 Seperti Firman Allah Qs. An nisa’ ayat 5

سو ول ت ؤ توا ٱل لكم ٱلتى جعل ٱلله لكم قيما وٱر زقوهم فيها وٱك و هم سفهاء أم

وقولوا لهم ق و ل مع روفا

Artinya: “dan janganlah kamu serahkan kepada seorang yang belum

sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam

kekuasaanmu)yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.

Berilah mereka belanja dan pakaian (dari harta itu)dan

ucapkanlah pada mereka kata kata yang baik.”

56 Abdullah Muhammad At Thayyar dll. Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam pandangan

empat Madzhab.Yogyakarta: Maktabah Al Hanif. Cet 4, 2017. Hal 104

Page 71: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

59

Hal serupa juga di uangkapkan di dalam fikih dijelaskan bahwa

syarat terjadinya akad berkaitan dengan ‘aqid (orang yang berakad) menurut

Imam Syafi’i yaitu baligh dan berakal. Demikian pula, akad Ijarah tidak sah

apabila pelakunya gila dan masih dibawah umur.57

b. Objek

Objek transaksi yaitu barang dan harga barang, Yang menjadi objek

akad dalam transaksi jual beli adalah benda dan produk yang telah ditata

rapi di rak-rak swalayan., pembeli tinggal mengambil barang yang

dibutuhkan dan membayarnya dimeja kasir. Barang-barang tersebut

sebagian besar telah tercantum harga sehingga konsumen bisa langsung

mengetahui harga barang yang mereka beli tersebut sehingga jelas. barang

atau produk yang dijual di BC Mart 1 Salatiga juga halal dan dapat langsung

diserahkan dan jelas terlihat.

Hal diatas sesuai dengan syarat objek transaksi adalah barang

bukanlah suatu yang dilarang agama, maka tidak boleh menjual barang

haram. Hal ini berdasarkan hadist Nabi Muhammad Saw, Riwayat Ahmad

ئا حرم ثمنه إن الله ت عالى إذا حرم شي

Artinya: “sesungguhnya bila Allah mengharamkan suatu barang maka

mengharamkan juga nilai jual barang tersebut”

57 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 117.

Page 72: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

60

Dalam observasi peneliti di Swalayan BC Mart 1 Salatiga produk

yang dijual di sana hampir semua adalah halal dan telah terdaftar BPOM

sehingga objek akad memenuhi syarat.

c. Akad

Dalam jual beli salah satu syarat sahnya adalah adanya lafaz akad

antara kedua belah pihak yang bertransaksi, dalam masa kini tidak semua

transaksi diucapkan langsung dengan lisan. Pada dasarnya penyerahan dan

pembayaran merupakan salah satu akad yang telah terjadi, karena kedua

belah pihak telah sepakat. Dalam transaaksi jual beli yang terjadi di

Swalayan BC Mart 1 Salatiga ijab qobul terjadi antara kasir dan konsumen.

Jenis akad yang digunakan di Swalayan BC Mart sebagian besar

adalah akad dengan perbuatan (shighot fi’liyah) yakni menurut fuqaha

dianggap sebagai tindakan memberi, yakni penjual memberikan barang

kepada pembeli tanpa adanya ucapan dari kedua belah pihak.58

Dalam praktik tersebut sering kali dilakukan dan hal itu adalah sah

karena tanpa berucap namun kedua belah pihak telah melakukan

persetujuan atau biasa di sebut akad al muwatho.

Transaksi jual beli di Swalayan BC Mart 1 Salatiga telah memenuhi

rukun jual beli. Namun dalam praktik pengembalian uang sisa belanja masih

belum ada akad yang jelas sehingga konsumen tidak mengetahui dan hanya

58 Abdullah Muhammad At Thayyar dll. Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam pandangan

empat Madzhab.Yogyakarta: Maktabah Al Hanif. Cet 4, 2017

Page 73: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

61

bisa menerima kembalian dengan permen tersebut tanpa adanya suatu

kesepakatan terlebih dahulu.

Pada dasarnya syarat akad adalah saling rela dan setuju dengan

kesepakatang yang dibuat kedua belah pihak sehingga tidak ada yang di

rugikan Sebagaimana sabda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم

نماال ب ي ع عن ت راض

Artinya: “Jual beli itu didasarkan kepada suka sama suka.”59

Dalam hadist tersebut mengungkapkan jual beli didasarkan pada

suka sama suka, sehingga jika salah satu pihak merasa terpaksa atau

dirugikan dan menjadi tidak rela dengan adanya praktik pengalihan uang

sisa belanja tersebut maka kegiatan jual beli menjadi tidak sah.

Seperti yang terdapat dalam Q.S An Nisa’ Ayat 29:

نكم بال باطل إل أن تكون تجارة والكم ب ي ن ت راض ع يا أي ها الذين آمنوا ل تأ كلوا أم يما ت لوا أن فسكم إن الله كان بكم رح ن كم ول ت ق م

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.

59 HR. Abu Dawud No. 2999, Tirmidzi No. 1169, Ibnu Majah No. 2176 dari Abu Sa’id

al-Khudriy Ra.

Page 74: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

62

Ayat diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya dasar dari jual beli

adalah saling rela diantara kedua belah pihak. Dalam ayat tersebut juga

menjelaskan bahwa kegiatan jual beli merupakan salah satu usaha untuk

mencukupi kebutuhan hidup yang sangat dianjurkan, tetapi dengan cara-

cara yang dibenarkan oleh agama.

Para ulama sepakat landasan untuk terwujudnya suatu akad adalah

timbulnya sikap yang menunjukkan kerelaan atau persetujuan kedua belah

pihak untuk merealisasikan kewajiban di antara mereka. Hal tersebut

menunjukkan bahwa akad harus menggunakan lafal yang menunjukkan

kerelaan dari masing-masing pihak untuk melakukan transaksi jual beli.

Sekarang bagaimana tinjauan hokum Islam terhadap praktik

pengalihan sisa uang belanja di Swalayan BC Mart 1 Salatiga. Dalam

perspektif hukum Islam, sebuah mu’amalah termasuk hal tersebut di atas

harus memenuhi rukun dan syarat agar dapat dinyatakan sah.

Dalam praktik pengalihan sisa uang belanja dengan permen terdapat

beberapa rukun yang tidak terpenuhi yaitu tidak adanya akad dan belum

disepakati objeknya yaitu permen. Yang dimaksukan disini adalah rukun

jual beli telah terpenuhi namun rukun tentang pengalihan uang sisa belanja

dengan permen tersebut belum memenuhi karena tidak adanya akad atau

lafadz yang mengatakan bahwa pihak kasir mengganti uang recehan

tersebut dengan permen. Dan konsumen juga tidak diberi kesempatan untuk

menyepakati objek pengganti uang receh tersebut karena kasir langsung

memberikan tanpa persetujuan.

Page 75: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

63

Selain itu, praktik tersebut juga tidak memenuhi syarat kerelaan

padahal kerelaan adalah sesuatu yang prinsip dalam muamalah. Masalah

‘an-taradhin, menurut ulama ini merupakan urusan yang tersembunyi

(batin), kerelaan dapat dinilai secara hukum hanya melalui lafaz ijab dan

kabul. Namun an-Nawawi, al-Mutawally, dan al-Baghawi ulama dari

kalangan Syafi’iyah mutaakhirin berbeda pendapat dengan pendahulunya.

dengan penjabaran tersebut jelaslah transaksi tersebut sah apabila konsumen

merelakan jika konsumen merasa terpaksa maka transaksi tersebut menjadi

tidak sah.

Ditambah pula dengan tidak adanya alternatif yang disediakan oleh

pihak pelaku usaha dalam pengembalian sisa uang belanja. Hal tersebut

mengindikasikan adanya unsur paksaan yang merugikan pihak konsumen.

karena tidak tersedianya uang pecahan kecil yang tidak mencukupi untuk

uang kembalian, serta tidak adanya pemberitauan atau akad terlebih dahulu

yang menyatakan tentang pengembalian yang digantikan dengan permen.

Disini pihak konsumen menjadi pihak yang lemah ketika swalayan

melakukan praktik tersebut. Padahal Pada dasarnya sayarat akad adalah

saling rela dan setuju dengan kesepakatang yang dibuat kedua belah pihak

sehingga tidak ada yang di rugikan Sebagaimana sabda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم

نماال ب ي ع عن ت راض

Artinya: “Jual beli itu didasarkan kepada suka sama suka.” (HR. Abu

Dawud No. 2999, Tirmidzi No. 1169, Ibnu Majah No. 2176 dari

Abu Sa’id al-Khudriy Ra.

Page 76: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

64

Jika dilihat dari harga permen sebagai pengganti uang kembalian itu

tidak sepadan dengan jumlah kembalian jika berbentuk uang. Dalam hal ini

sekali lagi konsumen dirugikan. Karena seharusnya mereka mendapatkan

kembalian berupa uang namun diganti dengan permen yang nominalnya

tidak sesuai jika diuangkan.

Dalam praktiknya, beberapa konsumen Swalayan BC Mart 1

Salatiga berpendapat bahwa mereka setuju atau merelakan pengalihan sisa

uang belanja dengan permen yang dilakukan oleh Swalayan BC Mart 1

Salatiga. Menurut beberapa konsumen praktik merelakan pengalihan sisa

uang belanja dengan permen merupakan hal yang wajar, karena untuk

mempermudah kinerja kasir dan mempercepat antrian, sehingga antrian

tidak menumpuk dan konsumen bisa lebih cepat untuk melanjutkan

perjalanannya. Alasan lain yaitu karena nominal uang yang dialihkan

tergolong sedikit dan dirasa tidak terlalu merugikan konsumen. Padahal jika

diperhatikan lebih mendalam para konsumen tetap menanggung kerugian

namun banyak yang merelakan karena tidak seberapa.

Konsumen merelakan uang kembalian pembelian tersebut hanya

untuk menghindari kesulitan yang dialami oleh kasir Swalayan, karena pada

saat ini uang receh Rp. 100, Rp. 200 dan Rp. 500 terkadang susah

ditemukan. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh pihak manajer

Swalayan BC Mart 1 Salatiga yaitu kurang tersedianya uang koin. Sehingga

terdapat unsur paksaan dari pihak Swalayan dengan langsung mengalihkan

Page 77: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

65

uang kembalian konsumen dengan permen tanpa adanya konfirmasi terlebih

dahulu.

Transaksi jual beli yang dilakukan di BC Mart 1 Salatiga adalah sah

akan tetapi adanya kembalian yang dialihkan dengan permen tanpa

mengatakan lafadz akad tentang diberikannya permen tersebut belum jelas

sehingga konsumen hanya dapat menerima karena tidak diberi kesempatan

dan tidak di beri pemberitahuan terlebih dahulu.

Selain hal tersebut diatas terdapat praktik ini juga tidak sesuai

dengan Qaidah Ushuliyah yang ke 15 menjelaskan tentang

رار ل ضرر ول ض

Yang artinya adalah “tidak boleh melakukan sesuatu yang

membahayakan dirisendiri dan orang lain”.

Dalam kaidah tersebut memiliki arti bahwa siapapun dilarang untuk

melakukan suatu perbuatan yang akan membahayakan atau membawa

mudharat kepada diri sendiri dan juga kepada orang lain melalui perbuatan

ataupun perkataan mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Dalam hal tersebut termasuk pula praktik pengembalian uang sisa

belanja dengan permen yang dilakukan di Swalayan BC mart 1 Salatiga,

merupakan suatu hal yang dilarang meskipun hanya uang receh yang

dianggap ringan tetapi dapat membawa mudharat bagi konsumen terutama,

karena merasa dirugikan atas praktik tersebut. Dengan demikian setiap

mudharat yang ditimbulkan kepada seorang muslim termasuk perkara yang

Page 78: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

66

diharamkan. Dan sebaliknya Allah SWT memerintahkan untuk berbuat

kebaikan dalam segala yang dikerjakan, seperti dalam Firman Allah dalam

Q.S Al Baqoroh ayat 195.

ب ن و ا ان الل ه ي س لكة واح ني ن وان فقو ا في سبي ل الل ه ول ت ل قو ا باي دي كم الى الت ه س ال م ﴾۵۹۱﴿البقرة :

Artinya: Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri,

dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang

berbuat baik.

Dalam ayat tersebut jelas bahwa setiap manusia di perintah untuk

berbuat kebikan, dan selalu berusaha berbuat baik. Termasuk pula pelaku

usaha sejatinya tetap mengutamakan iktikad baik mereka berusaha sebisa

mungkin untuk tidak merugikan konsumennya.

Ada satu jual beli dalam fiqh mu’amalahyang disebut dengan Idz’an

dimana posisi yang kuat ekonominya memaksa pihak yang lemah untuk

mematuhi syarat dan ketentuan yang telah ditentukannya. Contoh kasus

tersebut seperti pemasangan listrik, air bersih, dan lainnya. Jika harga yang

ditentukan melebihi harga normal maka jual beli itu tidak halal harganya

atau hasilnya karena merugikan konsumen. Namun jika harga yang

ditetapkan itu normal dan standar, maka halal hasilnya. Dalam transaksi

seperti yang disebut di atas, biasanya terjadi pada perusahaan besar dan juga

perusahaan milik Negara.

Page 79: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

67

Negarapun dalam kasus seperti di atas tidak diperkenankan untuk

memaksa, merugikan konsumen dengan menetapkan harga yang tidak

standar, apalagi perusahaan bukan milik Negara tentu tidak diperbolehkan

untuk melakukannya.

C. Pandangan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Praktik Pengalihan Sisa Uang Belanja Dengan

Permen (Studi Kasus Swalayan BC Mart 1 Salatiga)

Jual beli dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu

perjanjian dengan mana pihak satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan

suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah

d[janjikan60

Transaksi jual beli dianggap terjadi ketika kedua belah pihak telah

sepakat meskipun barang belum diserahkan ataupun barang belum dibayar

dalam pasal 1320 Kitab Uundang-undang Hukum Perdata untuk sahnya suatu

perjanjian diperlukan empat syarat61:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. Suatu hal tertentu atau adanya obyek;

d. Suatu Sebab Yang Halal.

Dalam pasal 1320 kitab undang-undang Hukum Perdata di atas, nomor

1 dan 2 merupakan syarat subyektif, dan apabila syarat subyektif tidak

60 Pasal 1447 kuhp 61 ibid

Page 80: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

68

terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Sedangkan

nomor 3 dan 4 merupakan syarat obyektif, apabila syarat obyektif tidak

terpenuhi maka perjanjian batal demi hukum

Dalam transaksi di Swalayan BC Mart 1 Salatiga, syarat-syarat di atas

sudah terpenuhi karena tentu saja kedua pihak telah terikat dalam bertransaksi

jual beli seperti syarat pertama yakni sepakat mengikat dirinya dalam transaksi

tersebut. Dalam syarat yang kedua yakni adanya kecakapan dalam membuat

suatu perikatan, hampir semua konsumen Swalayan BC Mart 1 Salatiga telah

cakap dalam membuat suatu perikatan, hampir tidak ada anak-anak yang

berbelanja sendiri tentu saja didampingi oleh orang tua mereka. Syarat adanya

obyek, tentu saja dalam perjanjian atau transaksi jual beli di Swalayan BC Mart

1 Salatiga terdapat objek yang dijualbelikan. Serta adanya sebab yang halal,

yang dimaksud sebab yang halal adalah tidak boleh memperjanjikan barang

yang dilarang oleh undang- undang atau yang bertentangan dengan norma

kesopanan dan kesusilaan, misalnya menjual belikan narkoba. Hampir semua

barang yang di perjualbelikan di Swalayan BC Mart 1 Salatiga adalah barang

sehari hari yang tidak bertentangan dengan hal tersebut.

1. Kewajiban Pelaku Usaha

Dalam melakukan suatu usaha pelaku usaha harus memperhatikan

kewajiban yang wajib ditaati seperti yang tertuang dalam pasal 7

Undang-Undang Perlindungan Konsumen kewajiban pelaku usaha

adalah yang pertama (a) beritikad baik dalam melakukan kegiatan

usahanya, yang dimaksudkan adalah pelaku usaha benar - benar memiliki

Page 81: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

69

niat yang baik dan perilaku yang baik terhadap transaksi jual beli yang

dilakukannya. Sebenarnya sebagai pelaku usaha pihak Swalayan BC

Mart 1 Salatiga telah menyediakan uang koin sebagai kembalaian akan

tetapi uang tersebut tidak mencukupi, dan pihak BC Mart 1 Salatiga tidak

mencari uang koin lainnya akan tetapi justru mengalihkannya dengan

permen. Padahal jika pelaku usaha benar-benar berusaha mencari uang

tersebut jelas masih banyak dan tersedia karena pihak Bank Indonesia

sampai detik ini masih memproduksi uang tersebut, serrta uang tersebut

juga masih berlaku.

Selanjutnya yang kedua (b) yaitu memberikan informasi yang benar,

jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta

memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

Kemudian kewajiban yang ketiga (c) adalah memperlakukan atau

melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

Selama penulis melakukan observasi di Swalayan BC Mart 1 Salatiga

pihak karyawan dan kasir memperlakukan semua pelanggannya dengan

baik dan tidak melakukan hal diskriminatif, namun kejujuran disini

belum diterapkan karena tidak memberitahukan informasi pengalihan

sisa uang belanja tersebut kepada konsumen.

Kewajiban yang keempat (d) adalah pelaku usaha harus menjamin

mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

Yang kelima (e) memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,

Page 82: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

70

dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

Yang keenam (f) yaitu memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. Dalam pasal 7

huruf (d, e, f) diatas semua sudah dipatuhi oleh Swalayan BC Mart 1

Salatiga.

Kewajiban pelaku usaha lainnya adalah (g) memberi kompensasi,

ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang

diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Dalam hal ini

pihak BC Mart 1 Salatiga tidak menerima barang yang dikembalikan dan

telah tertulis dalam struk pembelian.

2. Hak Konsumen

Mengenai hak-hak yang harus didapatkan oleh konsumen, pihak

Swalayan dalam transaksi langsung dengan konsumen yaitu kasir tidak

dapat memenuhi hak konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen No. 8 tahun 1999 pasal 4 (a) hak atas kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; pada pasal

ini praktik pengalihan sisa uang belanja yang digantikan dengan permen

tidak sejalan dengan kenyamanan konsumen dalam mendapatkan barang

yang dibelinya.

Selanjutnya adalah huruf (d) hak untuk didengar pendapat dan

keluhannya atas barang dan/ataujasa yang digunakan; dalam hal ini jelas

Page 83: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

71

hak konsumen dihilangkan yakni hak untuk mengeluhkan atau

mengungkapkan kerelaanya mendapat kembalian berupa permen karena

pihak kasir tidak memberitahu namun langsung memberikan kembalian

dengan bentuk permen tersebut.

Dalam pasal yang sama huruf (g) yaitu hak untuk diperlakukan atau

dilayani secara benar dan jujur serta tidak didiskriminatif belum

sepenuhnya tercapai karena belum memenuhi kejujuran yang harusnya

pelaku usaha lakukan. Selain pasal 4 diatas (a,d,g ) semua hak konsumen

telah dipenuhi oleh Swalayan BC Mart 1 Salatiga tetapi hak keseluruhan

uang harusnya didapat oleh konsumen tidak diberikan.

Selain melanggar undang-undang perlindungan konsumen, praktik

tersebut juga melanggar undang undang Bank Indonesia yaitu “Permen

bukan merupakan alat pembayaran yang sah di Indonesia. Pasal 2 ayat

(2) Undang-Undang No.23 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi

Undang-Undang No.3 Tahun 2004 yang kemudian diubah kembali

menjadi Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia

(Selanjutnya disebut UUBI) menyatakan bahwa: ”Uang Rupiah adalah

alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Republik Indonesia”.

Selanjutnya Pasal 2 ayat (3) UUBI menyatakan bahwa: ”Setiap perbuatan

yang menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran atau

kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di Wilayah

Page 84: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

72

Negara Republik Indonesia wajib menggunakan uang Rupiah, kecuali

apabila ditetapkan lain dengan Peraturan Bank Indonesia”.62

Tujuan utama dibentuknya hukum perlindungan konsumen tidak lain

adalah untuk melindungi hak hak konsumen. seperti yang dijelaskan dalam

pasal 1 Undang undang perlindungan Konsumen yang berbunyi: Perlindungan

konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen. Untuk menghindari perbuatan

semena-mena dari pelaku usaha yang merugikan konsumen baik dalam jumlah

kecil maupun besar.

62 Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat Vol. 3, No. 1, Mei 2014: 40 – 42 ISSN 1410 – 5675,

Penyuluhan Hukum Mengenai Hak Konsumen Dalam Mendapatkan Pengembalian Pembayaran

Dalam Bentuk Uang Pada Transaksi Jual Beli Oktivana, D., Yuanitasari, D. Dan Singadimedja,

H.N. Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung

Page 85: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh pembahasan dan paparan dari bab-bab di atas dapat penulis

simpulkan bahwa:

1. Praktik pengalihan sisa uang belanja di Swalayan BC Mart 1 Salatiga BC

Mart 1 Salatiga memang melakukan praktik pengembalian sisa uang belanja

dengan permen sebagai pengganti uang receh. Hal ini dilakukan karena

sulitnya mendapatkan uang recehan yang nominalnya rendah, Praktik

tersebut dilakukan oleh kasir Swalayan BC Mart atas perintah dari manager

Swalayan BC Mart 1 Salatiga.

2. Dalam pandangan hukum Islam, praktik pengalihan sisa uang belanja

dengan permen tidak diperbolehkan karena tidak adanya akad tentang

pengembalian dengan permen dan tidak adanya penawaran terlebih dahulu

kepada konsumen sehingga merugikan pihak konsumen.

3. Dalam pandangan UU Perlindungan Konsumen Praktik pengalihan sisa

uang belanja juga dilarang karena pelaku usaha juga tidak memiliki iktikad

baik dengan mencari lebih uang receh di berbagai tempat lain, atau tidak

melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan para konsumennya tentang

praktik tersebut. Serta melanggar kewajiban pelaku usaha yang tertuang

dalam Undang undang Perlindungan konsumen.

Page 86: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

74

B. Saran

1. Sebaiknya jika melakukan transaksi jual beli terutama bagi pelaku usaha

sebalum melakukan usahanya seharusnya lebih melihat dan mencari tau

bagaimena aturan yang ada di hukum islam dan undang undang yang berlaku

di Indonesia ini.

2. Apabila memang sangat sulit menukarkan atau mencari uang receh pihak

swalayan bisa mencarinya di masjid- masjid terdekat untuk menukarkanuang.

Apabila masih sangat sulit hendaknya harus ada akad bahwa kembalian

konsumen dialihkan dengan permen, jika hal tersebut terlalu rumit dan

membuat antrian panjang maka hendaknya di beri tulisan pada bagian kasir.

Berisi keterangan singkat tengtang kembalian dengan permen tersebut.

Page 87: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

DAFTAR PUSTAKA

AL Qur’an

1. QS. Al Baqoroh ayat 275

2. QS An Nisa’ ayat 4

3. QS An Nisa’ 29

Buku

Ahmad, Miru dan Sutarman, Yodo. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta

: Rajawali Pers

Asyhadie, Zaeni. 2005. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Az Nasution. 1999 Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta :

Daya Widya

Celina, Tri Siwi Kristina. 2011. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta : Sinar

Grafika

Djamil, Fathurrahman. 2013. Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta Timur: Sinar

Grafika

Happy, Susanto. 2008. Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Jakarta Selatan :

Transmedia Pustaka,

Haroen, Nasrun. 2007. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama

Hidayat, Enang. 2015. Fiqih Jual Beli. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Indri, Hadis Ekonomi

Mardani. 2012. Fiqih Ekonomi Syariah. Jakarta : Prenada Media Group

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika

Page 88: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

Moh. Rifa‟i. 1992. Fiqh Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset

Muhadjir, Noeng. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rakusarasi

Muhammad, Abdulkadir. 2006. Hukum Perjanjian. Bandung : PT Alumni

Muslich, Ahmad Wardi. 2013. Fiqih Muamalah. Jakarta : AMZAH

Rozalinda Ek. 2016. Fikih onomi Syariah Prinsip dan Implementasinya Pada

Sektor Keuangan Syariah. Jakarta : Rajawali Pers

Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah. Bandung : PT Alma’arif

Salam al-Indunisi, Ahmad Nahrawi Abdus. 2008. Ensiklopedia Imam Syafi‟i.

Jakarta Selatan : Mizan Publika

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:

Rajawali Press

Suhendi, Hendi. 2011. Fiqh Muamalah Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suhendi, Hendi. 2014. Fiqh Muamalah. Jakarta : Raja Grafindo Persada

UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Page 89: PRAKTIK PENGALIHAN UANG SISA BELANJA DENGAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8766/1/SKRIPSI...ix ABSTRAK Rahmawati, Lia (2020). Praktik Pengalihan Uang Sisa Belanja Dengan

Lain lain/jurnal/artikel

Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, Mahkamah Agiung RI, Direktorat

Jenderal Badan Peradilan Agama, 2011.

Astuti, Wulan Widya. 2018. “Pandangan Hukum Islam Terhadap

Pengembalian Sisa Pembelian Dengan Barang (Studi Kasus Pada Kantin Syariah

Uin Raden Intan Lampung)” Skripsi UIN Raden Intan Lampung

Hasana, Huswatun. 2018. Fenomena Praktik Pengembalian Sisa Harga

Digantidengan Barang Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studikasus Kasir

Swalayan Royal Mart Samata. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Https://Salatiga.Go.Id/Keadaan-Geografis, Di Akses Pada Tanggal 10

Januari 2020

Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat Vol. 3, No. 1, Mei

2014: 40 – 42 ISSN 1410 – 5675, Penyuluhan Hukum Mengenai Hak Konsumen

Dalam Mendapatkan Pengembalian Pembayaran Dalam Bentuk Uang Pada

Transaksi Jual Beli Oktivana, D., Yuanitasari, D. Dan Singadimedja, H.N. Dosen

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung.