PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI...

96
1 PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di DesaKecandranKecamatanSidomukti Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: FERI FIRDAUS NIM. 214-13-017 PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Transcript of PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI...

Page 1: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

1

PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN

(StudiKasus di DesaKecandranKecamatanSidomukti Kota

Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

FERI FIRDAUS

NIM. 214-13-017

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 2: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

2

Page 3: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

3

Page 4: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

4

Page 5: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

5

MOTTO

Ridhollah Fi RidholWalidain

Ridho Allah terletakpadaRidhokedua orang tua

Page 6: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

6

PERSEMBAHAN

Alhamdulilah puji syukur kepada Allah SWT dengan izin-Nya

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis

persembahkan untuk orang-orang yang mendukung penulis dalam

menuntut ilmu.

1. Bapak Muhammad Nasori dan ibu Khotijah yang saya hormati dan

saya cintai yang telah bersusaha payah menuntun perjalanan kaki

saya agar tetap berada pada jalan yang di ridhoi Allah SWT.

2. Kakek H. Muhammad ImrondanHj. Rukanah yang

telahmemberikando’adandukungankepadapenulis

3. Keluarga besar H. RusmandanAlmHj. Khuzaemah yang telah

memberikan do’a, dukungan moral maupun material.

4. Ketigaadiksaya yang sayasayangi Faisal Ikhsani,

NajihaNisaRizkia, dan Muhammad Rizkiputra.

5. Kakak-kakaksepupusayaFakhriyandanSukriNiami yang

selalumemberikanarahan, motivasidandukungankepadapenulis.

6. Sahabat-sahabat tercinta saya NurlailatulMaghfiroh,

AnidaKUmalasari, NurulAzizah, IlhamIndrawan, Diana wulansari,

IntanFadlilah, MaulinaHandayani

7. Pak Inam dan bu Inung yang selalu menjadi motifasi buat hidup

saya.

8. Kawan-kawan Hukum Ekonomi Syari’ah 2013 IAIN Salatiga.

Page 7: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

7

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun dalam mengarungi

proses pembelajaran akademik di jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

Syariah IAIN Salatiga.

Sholawat serta salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada khotamul

anbiya, Nabi Muhammad SAW, yang telah menyelamatkan ummat manusia dari

gelap kejahiliyaan kepada cahaya illahiyah yang terang benderang yang penuh

ilmu pengetahuan.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsiini, yang berjudul “Praktik Jual

Beli Musiman (Studi Kasus di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga)” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1

dalam Hukum Ekonomi Syariah, pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga, tentunya tidak terlepas bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, hingga akhirnya

skribsi ini dapat terselesaikan dengan segala kekurangannya. Karenannya patutlah

penyusun mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah membantu, baik

secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada:

Page 8: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

8

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama

Islam Negeri Salatiga.

3. Bapak Dr. Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Syariah.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah.

5. Bapak Moh. Khusen, M.Ag., M.A., selaku dosen pembimbing akademik.

6. Bapak Sukron Ma‟mun,S.HI,M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenagannya serta pengorbanan

waktunya dalam membimbing penulis skripsi ini.

7. Bapak ibu dosen serta karyawan Institut Agama Islam Negeri Salatigayang

telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Para Narasumber di Desa Kecandran yang telah memberikan informasi kepada

penulis yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

9. Ayahanda Muhammad Nasori dan Ibunda Khotijah yang telah mendoakan dan

memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam

Negeri Salatiga dan penyusunan skripsi dengan penuh kasih sayang dan

kesabaran.

10. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan2013 di Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun.

Page 9: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

9

Penyusun menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik

dan saran dari pembaca sangat di harapkan dalam rangka perbaikan dan

penyempurnaan karya ilmiyah ini. Penyusun berharap skripsi ini bermanfaat

khususnya bagi peyusun dan para pembaca pada umumnya.atas bantuan yang

diberikan kepada penyusu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang layak,

Amin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 14 Maret 2018

Penulis

FERI FIRDAUS

NIM. 214 13 017

Page 10: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

10

ABSTRAK

Firdaus, Feri 2018. “Praktik Jual Beli Musiman (Studi Kasus di desa Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga). Skripsi Fakultas Syari‟ah.

Jurusan Hukum Ekonimu Syari‟ah. Institut Agama Islan Negeri

(IAIN) Salatiga. Pembimbing Sukron Ma‟mun, S.HI,M.Si.

Kata Kunci: Praktik, jual beli, musiman.

Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang dengan barang atau

uang dengan barang. Jual beli dikatakan sah atau tidaknya tergantung dari

terpenuhinya rukun-rukun dan syarat akad. Jualbeli yang dilakukan di Desa

Kecandran adalah jual beli musiman. Jual beli ini dilakukan karena faktor

ekonomi dan kebutuhan mendesak. Sebagaimana yang terjadi dalam praktik jual

beli musiman bahwa buah kelengkeng, duku dan durian yang dibeli belum jelas

atau belum kelihatan wujudnya. Melihat permasalahan tersebut penulis

merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah praktik jual beli musiman di

Desa Kecandran? Bagaimanakah menurut perpsektif Hukum Islam tentang praktik

jual beli musiman di DesaKecandran?

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang

meggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat diskriptif metode yang dipakai

menggunakan pendekatan normative sosiologis yang dikaitkan dengan Hukum

Islam. Kemudian ditarik sebuah kesimpulan akhir mengenai praktik jual beli

musiman.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan jual beli musiman di

Kecandran awal mulanya karena factor ekonomi dan sistemnya satu pohon

kelengkeng dibayar lima musim sekali, pohon duku dibayar tiga musim sekali dan

durian satu tahun sekali. Apabila buah kelengkeng setiap satu musim gagal panen

maka akan digantikan musim berikutnya. Kalau buah duku apabila gagal panen

juga yang memanen adalah pemilik pohon tetapi cuma digantikan selama satu

musim saja. Berbeda lagi dengan durian tidak akan mendapatkan ganti rugi dari

pemilik pohon atau penjual. Mengenai pelaksanaan jual beli musiman di Desa

Kecandran dalam pandangan Hukum Islam terdapat sifat gharar karena terdapat

ketidakjelasan suatu barang yang belum terlihat tetapi sudah dilakukan

pembayaran diawal.

Page 11: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO ............................................................................... ii

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii

PENGESAHAN ......................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................. v

MOTTO...................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

ABSTRAK ................................................................................................. xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

Rumusan Masalah ......................................................................... 4

Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

Tinjauan Pustaka ............................................................................ 5

Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

Metode Penelitian .......................................................................... 7

Sistematika Penulisan .................................................................... 12

BAB II TEORI JUAL BELI DALAM ISLAM

Pengertian Jual Beli........................................................................ 14

Macam-macam Jual Beli ................................................................ 17

Dasar Hukum Kebolehan Jual Beli ................................................ 19

Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................................ 22

Khiyar dalam Jual Beli ................................................................... 27

Pengertian Gharar dan Dasar Hukum............................................ 30

Macam-macam Gharar .................................................................. 31

Page 12: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

12

Haramnya Gharar dalam Jua Beli ................................................. 33

Jual beli Buah-buahan .................................................................... 34

BAB III DESA KECANDRAN DAN TRADISI JUAL BELI MUSIMAN

Profil Desa Kecandran ................................................................... 37

LetakGeografis ............................................................................... 38

Demografi ...................................................................................... 45

Kondisi Sosiologis dan Kultural masyarakat Kecandran ............... 48

Potensi pertanian dan perkebunan di Kecandran ........................... 50

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM

Praktik Jual Beli Musiman ............................................................. 53

Perspektif Hukum Islam Tentang Praktik Jual Beli Musiman ....... 58

BAB V PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................... 66

Saran-saran .................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

13

DAFTAR LAMPIRAN

A. Biografi Penulis

B. Nota Pembimbing Skripsi

C. Surat Permohonan Izin Penelitian

D. Lembar Konsultasi

E. Surat Keterangan Kegiatan

F. Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif

G. Surat Rekomendasi Penelitian

Page 14: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna karena

manusia diberikan kelebihan akal untuk berfikir dan menjalankan

kehidupannya. Dengan kelebihan tersebut, manusia harus bisa

membedakan yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan manusia yang perlu

pemilahan untuk dijalani atau di tinggalkan.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari berbagai

kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan

tersebut manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi

kebutuhanya sendiri atau dengan kata lain manusia harus bekerjasama

dengan manusia lainya, misalnya dalam hal tukar-menukar barang dengan

jual beli, atau sewa-menyewa atau hutang-piutang dan lain-lain.

Ketergantungan antar manusia ini membuat manusia hidup secara

berkumpul atau berdekatan agar saling melengkapi antara satu dengan

lainya. Kerjasama dengan sesama adalah dianjurkan menurut Islam. Setiap

muslim dianjurkan bekerja apapun selama pekerjaan tersebut tidak

bertentangan dengan syari‟at Islam.

Masalah sosial yang sering timbul dan mengakibatkan perselisihan

antar manusia adalah karena tidak dijalankannya undang-undang syariat

yang telah ditetapkan oleh Allah dalam hal muamalah, termasuk jual beli

Page 15: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

15

yang merupakan pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan

milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (Pasaribu, 1996: 33). Berbagai

aturan telah dijelaskan dalam Islam seperti aturan dalam jual beli.

Perkataan jual beli sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan

beli”. Sebenarnya kata “jual” dan “beli” mempunyai arti yang satu sama

lainya bertolak belakang. Kata jual menunjukan bahwa adanya perbuatan

menjual, sedangkan beli adalah adanya perbuatan membeli. Dengan

demikian perkataan jual beli menunjukan adanya dua perbuatan dalam

satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan di pihak yang lain membeli,

maka dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli. Seperti yang ada

pada Al-Quran Surat Al-Baqarah 275 yang membahas tentang jual beli.

“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Dalam kegiatan masyarakat, khususnya di Desa Kecandran

terdapat transaksi jual beli yakni hasil panen buah seperti kelengkeng,

duku dan durian yang disebut jual beli musiman. Dimana dalam transaksi

jual beli ini, jika ada warga yang membutuhkan uang serta dalam keadaan

yang sangat mendesak dan dia menjual hasil panen buah kelengkeng, duku

dan durian kepada orang lain dengan cara musiman.

Menurut pengamatan sementara di Desa Kecandran, dari segi

kegiatan jual beli hasil panen buah kelengkeng, duku dan durian yaitu

dimana pihak penjual menjual hasil panenya kepada pihak pembeli

dengan kesepakatan untuk beberapa musim panen, yaitu tiga kali musim

Page 16: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

16

untuk duku, lima kali musim panen untuk buah kelengkeng. Kesepakatan

yang kedua yaitu jika hasil panen buah kelengkeng, duku, durian baik

maka hasil panen tersebut dimiliki oleh si pembeli, dan apabila hasil panen

buah kelengkeng, duku tersebut tidak baik maka hasil panen tersebut

dimiliki oleh si penjual. Tetapi untuk buah durian ketika gagal panen tidak

mendapatkan ganti dimusim berikutnya karena pembelianya setiap satu

musim sekali. Jika sudah sampai lima kali musim panen dengan hasil

panen yang baik maka hasil panen pohon kelengkeng tersebut akan

kembali lagi pada pihak penjual. Untuk buah duku tiga kali musim apabila

ada musim gagal panen maka digantikan satu kali musim kedepan. Tetapi

untuk buah durian ketika gagal panen tidak mendapatkan ganti dimusim

berikutnya karena pembelianya setiap satu musim sekali. Disini penjual

dan pembeli merupakan orang Islam. Sedangkan dalam jual beli hasil

panen buah kelengkeng, duku dan durian ini, terdapat suatu hal yang

meragukan bila di lihat dari norma Hukum Islam. Seperti pemilik pohon

yang menjual hasil panen dengan kesepakatan bahwa hasil panen buah

kelengkeng, duku dan durian tersebut nantinya akan kembali lagi kepada

penjual setelah selesai.

Syarat dalam jual beli sangatlah banyak, dalam melaksanakan jual

beli membutuhkan syarat-syarat untuk melakukan jual beli. Jual beli yang

dilakukan yaitu harus terhindar dari gharar. Gharar yaitu jual beli yang

barangnya tidak bisa diketahui keadaanya, seperti binatang yang masih

dalam kandungan, ikan di air yang menggenang, daging sebelum di

Page 17: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

17

sembelih dan lain-lain. Gharar disini dijelaskan yang wujudnya belum

dipastikan diantara ada dan tiada, tidak diketahui kualitasnya dan

kuantitasnya atau sesuatu yang tidak bisa di serahterimakan(Djuwaini,

2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

kelengkeng, duku dan durian yang dibeli belum jelas atau belum kelihatan

wujudnya. Jual beli gharar itu merupakan jual beli yang dilarang jadi tidak

ada alasan bagi kita untuk melakukan jual beli yang seperti ini.

Fenomena tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut

dan membahas bagaimana praktik transaksi jual beli buah kelengkeng,

duku dan durian musiman tersebut menurut pandangan tokoh agama di

Desa Kecandran, kemudian ditinjau dalam Hukum Islam. Sehingga

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam sebuah skripsi yang

berjudul: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (Studi kasus di Desa

Kecandran Kecamatan Sidomukti Salatiga).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah praktik jual beli musiman di desa Kecandran?

2. Bagaimanakah menurut perspektif Hukum Islam tentang praktik jual

beli musiman?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana praktik jual beli musiman di desa Kecandran.

2. Mengetahui bagaimana menurut perspektif Hukum Islam tentang

praktik jual beli musiman di desa Kecandran.

Page 18: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

18

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pada dasarnya adalah untuk menentukan apa

yang telah diteliti orang lain yang berhubungan dengan topik yang akan

dilakukan peneliti. Penelitian ini menganalisis tentang “Praktik Jual Beli

Musiman (Studi Kasus di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga)”. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan

perbandingan peneliti yaitu sebgai berikut:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Tsamrotul Fikriyyah (2008) UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

terhadap kontrak pohon mangga di Desa Pawidean Kecamatan Jatibarang

Kabupaten Indramayu” skripsi tersebut membahas tentang sewa pohon

mangga menggunakan sistem musiman seperti satu musim atau dua

musim, ada juga yang menggunakan sistem tahunan. Pohon mangga yang

disewakan itu oleh penyewa untuk diambil buahnya, sebagai hasil atau

kemanfaatan barang yang disewakan. Hal ini sudah m enjadi kebiaasan di

kalangan masyarakat, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

(http://digilib.iun-suka.ac.id/1470 diakses pada tanggal 17 Januari 2018).

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Farida Khiftiyani Ifda (2016)

STAIN Ponorogo yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap jual beli

sawah tahunan di Desa Ngabar Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo”

skripsi tersebut membahas tentang sewa menyewa sebidang tanah kepada

pembeli tetapi akad yang digunakan adalah akad jual beli .Dimana pihak

penjual menyewakan sebidang tanah kepada pembeli dalam batas atau

Page 19: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

19

waktu tertentu (http://etheses.iainponorogo.ac.id/1940 diakses pada

tanggal 17 Januari 2018).

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Mantoro Adi (2014) STAIN

Ponorogo yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap jual beli buah

jambu alpukat musiman (Studi kasus di Desa Kota Batu Kecamatan

Warkuk Ranau Selatan Sumatra Selatan). Skripsi ini membahas mengenai

penetapan harga dalam jual beli buah jambu alpukat. Cara yang pertama

sudah memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli dengan demikian sesuai

dengan Hukum Islam dimana ada kesepakatan yang menunjukan kerelaan

kedua belah pihak dengan adanya suatu paksaan. Cara kedua tidak

memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli dengan demikian tidak sah dan

tidak sesuai dengan Hukum Islam. Mengenai penetapan harga jual beli

buah jambu alpukat musiman tidak bertentangan dengan Hukum Islam

karena secara „urf (termasuk „urf‟amm) kebiasaan yang sudah berlaku

turun temurun dan terjadi sampai sekarang diseluruh Kecamatan Warkuk

Ranau Selatan (http://etheses.iainponorogo.ac.id/145 diakses pada tanggal

17 Januari 2018).

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan kepada masyarakat guna menjelaskan dan

memberi sekumpulan data tentang praktik jual beli musiman. Dan juga

penelitian ini mempunyai hal-hal yang positif dan bermanfaat. Setelah

mendapatkan data-data sebagai alternatif untuk mencari informasi teori

yang benar dalam transaksi jual beli musiman.

Page 20: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

20

1. Bagi Akademik

a. Menambah wawasan dan pengetahuan pada penulis yang

ingin mendalami permasalahan ini.

b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh civitas

akademik sebagai bahan informasi dan rujukan bagi

mereka yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi Praktisi

a. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menjalankan

sistem jual beli yang baik dan sesuai syari‟at Islam.

b. Dapat dijadikan referensi bagi masyarakat sebelum

melakukan perjanjian jual beli.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

a) Pendekatan Hukum Normatif

Menurut Soekanto (2010) Hukum Normatif yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar

untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran

terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

b) Pendekatan Sosiologis

Page 21: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

21

Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang dasar

tujuannya adalah permasalahan-permasalahan yang ada

dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan masalah,

faktor, praktik jual beli, maka pendekatan ini digunakan

untuk mengetahui realitas yang ada di masyarakat.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

lapangan (fieldresearch) dianggap sebagai pendekatan luas

dalam penelitian kualitatif sebagai metode untuk

pengumpulan data kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subyek peneliti misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik,

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,

2011: 6). Penelitian ini adalah Studi kasus seperti yang

telah diterangkan di atas bahwasanya penulis akan

melaksakan observasi dan wawancara langsung pada objek

kajian sehingga penelitin berada pada lapangan bersama

narasumber yang ada. Adapaun lokasi penelitian yaitu

berada di Desa Kecandran Kec. Sidomukti Kota. Salatiga.

Page 22: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

22

Peneliti akan menggali permasalahan dan mempelajari

praktik jual beli musiman yang sudah terjadi di Desa

Kecandran, Salatiga.

2. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Kecandaran Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga dengan subyek penelitian praktik jual beli

musiman yang telah terjadi di Desa Kecandran Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga. Lokasi ini dipilih oleh peneliti karena :

1. Akademis

Karena sistem jual beli ini sangat langka ditemukan di

Desa-desa lainnya.

2. Praktis

Karena di Desa ini sudah ada jual beli seperti ini

lokasinya dekat dan mudah dijangkau.

3. Kebutuhan dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui praktik jual beli

musiman yang telah terjadi di desa kecandran kecamatan sidomukti

kota salatiga. Sumber data penelitian adalah sumber dari mana data

dapat diperolehm (Moleong, 2000: 144). Sumber data yang

penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari peneliti

dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki

Page 23: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

23

informasi atau data tersebut (Idrus, 2009: 86). Jadi sumber

data primer yang didapat dari peneliti ini adalah wawancara

langsung antara penjual dengan pembeli di Desa Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

kedua (bukan orang pertama,bukan asli) yang memiliki

informasi atau data tersebut. Jadi sumber data lain yang

bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka

seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian

sebelumnya yang meneliti hal yang serupa.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi (pengamatan)

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan

fenomena yang dilakukan secara sistematis (Idrus, 2009:

101). Observasi yang dilakukan penulis ini untuk

mendapatkan data tentang bagaimana praktik jual beli buah

kelengkeng secara musiman ini.

b. Wawancara

Merupakan tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau

lebih berhadapan secara langsung dalam interview ada dua

Page 24: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

24

pihak yang menempati kedudukan yang berbeda. Satu

pihak sebagai perncari informasi atau interviewer

sedangkan pihak lain berfungsi sebagai informan atau

responden (Romy, 1990: 71). Dalam penelitian ini penulis

melakukan tanya jawab langsung kepada pihak yang

bersangkutan antara penjual dan pembeli yang melakukan

praktik jual beli musiman, sebagai pelaku sosial yang

mengetahui dan mendapatkan informasi sebanyak-

banyaknya sesuai dengan rumusan masalah.

5. Analisis Data

Analisi data dalam penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analisis. Analisi data yang dapat digunakan adalah data

primer dan sekunder, dengan menggunakan pola pikir deduktif

yang menganalisis sistem jual beli menurut Hukum Islam. Setelah

pengumpulan data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis

seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Untuk

menganalisisnya, data-data yang diperoleh kemudian direkduksi,

dikategorikan dan selanjutnya disentisasi atau disimpulkan

(Moloeng, 2011: 288).

6. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini teknik keabsahan data yang digunakan

yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

Page 25: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

25

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap

data itu (Moloeng, 2002: 178).

Berdasarkan pendapat moloeng diatas, maka penulis

melakukan perbandingan data yang telah diperoleh. Yaitu data-data

primer yang diperoleh dari observasi dan wawancara yang sesuai

fakta-fakta yang ditemui di lapangan, sehingga kebenaran dari data

yang diperoleh dapat dipercaya dan meyakinkan untuk diambil

sebuah kesimpulan.

G. Sistematika Penelitian

Agar diperoleh penelitian yang sistematis, terarah serta mudah

dipahami dan dapat dimengerti oleh para pembaca pada umumnya, maka

peneliti akan menyajikan karya ilmiah ini kedalam bentuk sistematika

penelitian yang terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan dalam bab ini berisi mengenai Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,Tinjauan

Pustaka, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penelitian.

BAB II: Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang jual beli

menurut perspektif hukum Islam, diantaranya pengertian jual beli, dasar

hukum jual beli, syarat dan rukun jual beli, khiyar dalam jual beli,

pengertian gharar dan dasar Hukum, jual beli buah-buahan dan hal-hal

lain yang bersangkutan dengan jual beli.

Page 26: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

26

BAB III : Berisi tentang gambaran umum objek penelitian lokasi

penelitian di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

BAB IV : Berisi tentang praktik jual beli musiman di Desa

Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dan perspektif Hukum

Islam terhadap praktek jual beli musiman di Desa Kecandran Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga.

BAB V : Berisi kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan akhir

dari penulisan skripsi. Dalam bab ini mengemukakan keseluruhan kajian

yang merupakan jawaban dari permasalahan dan juga dikemukakan

tentang saran-saran, penutup sebagai rangkaian dari penutup.

Page 27: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

27

BAB II

TEORI JUAL BELI DALAM ISLAM

A. Pengertian Jual Beli

Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai‟, al-

Tijarah dan al-Mubadalah, sebagaimana Allah SWT berfirman:

Artinya :“mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan

merugi”.(Q.S. Faathir.29).

Perjanjian jual beli diatur dalam pasal 1457-pasal 1540 BW. Pasal

tersebut untuk masa sekarang ini tentu saja tidak cukup untuk mengatur

segala bentuk atau jenis perjanjian jual beli yang ada dalam masyarakat,

akan tetapi cukup untuk mengatur tentang dasar-dasar perjanjian jual beli.

Dalam pasal 1457 BW diatur tentang pengertian jual beli. Perjanjian jual

beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan

dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk membayar

harga yang telah dijanjikan (Miru, 2012: 134).

Muamalat ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi

manfaat dengan cara yang ditentukan seperti jual beli, sewa-menyewa,

upah-mengupah, pinjam meminjam urusan bercocok tanam, berserikat,

dan usaha lainya (Rasjid, 2014: 278).

Menurut luqhawinya “jual beli” itu artinya saling menukar

(pertukaran). Menurut pengertian syari‟at, jual beli ialah: pertukaran harta

Page 28: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

28

atas saling rela. Atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat

dibenarkan (Ghazali, 2002: 214).

Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain

dengan cara yang tertentu (akad).

Artinya : “janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu”.(Q.S. An-Nisa: 29).

Jual beli menurut ulama Malikiyah ada dua macam, yaitu jual beli

yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus.

Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar-menukar

sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adalah akad

yang mengikat dua belah pihak. Tukar menukar yaitu salah satu pihak

menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang ditukarkan oleh pihak

lain.

Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang

bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik,

penukaranya bukan mas dan bukan pula perak, bendanya dapat dilearisir

dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang

Page 29: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

29

yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu

(Suhendi , 2014: 69).

Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli

adalah sebagai berikut:

1. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan

jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas

dasar merelakan.

2. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai

dengan aturan syara.

3. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf)

dengan ijab dan qabul, dengan cara yang sesusai dengan syara.

4. Tukar menukar benda dengan denda lain dengan cara yang khusus

(dibolehkan).

5. Penukaran denda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan

atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan

cara yang dibolehkan.

6. Aqad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka

jadilah penukaran hak milik secara tetap.

Dari definisi di atas dapat kita pahami bahwa inti dari jual beli

ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai

nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima

benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau

Page 30: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

30

ketentuan yang telah dibenarkan Syara‟ dan disepakati(Suhendi Hendi,

2014: 68).

Nawawi (juz III, 1995:599) menyatakan bahwa jual beli pemilikan

harta benda dengan secara tukar menukar yang sesuai dengan ketentuan

syariah.

B. Macam-Macam Jual Beli

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi

hukumnya, jual beli ada dua macam, yakni jual beli yang sah menurut

hukum dan batal menurut hukum. Dari segi objek jual beli dan segi pelaku

jual beli.

Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat

dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi

tiga bentuk:

1. Jual beli benda yang kelihatan, ialah pada waktu melakukan akad

jual beli benda atau barang yang diperjual belikan ada di depan

penjual dan pembeli. Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak

dan boleh dilakukan, seperti membeli beras di pasar.

2. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual

beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam

adalah untuk jual beli yang tidak ada tunai (kontan), salam pada

awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang

dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang

Page 31: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

31

menyerahkan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa

tertentu.

3. Jual beli yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang

dilarang oleh agama karena barangnya tidak tentu atau masih gelap

sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau

barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah

satu pihak (Suhendi, 2014: 75).

Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi

tiga bagian, dengan lisan, dengan perantara, dan dengan perbuatan:

1. Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang

dilakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti dengan

isyarat karenan isyarat merupakan pembawaan alami dalam

menampakkan kehendak. Hal yang di pandang dalam akad adalah

maksud atau kehendak dan pengertian, bukan pembicaraan dan

pernyataan.

2. Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau

surat menyurat sama halnya ijab kabul dengan ucapan, misalnya

via Pos dan Giro.

3. Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal

dengan istilah mu‟athah yaitu mengambil dan memberikan barang

tanpa ijab dan kabul (Suhendi, 2014: 77).

Page 32: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

32

C. Dasar Hukum Kebolehan Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong-menolong antara sesama umat

manusia mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Quran dan Sunnah

Rasulullah SAW (Ghazali, 2010: 66). Orang yang sedang melakukan

transaksi jual beli tidak dilihat sebagai orang yang sedang membantu

saudaranya. Bagi penjual, ia sedang memenuhi kebutuhan pembeli.

Sedangkan bagi pembeli, ia sedang memenuhi kebutuhan akan keuntungan

yang sedang dicari oleh penjual. Atas dasar inilah aktifitas jual beli

merupakan aktifitas mulia, Islam memperkenanya (Afandi, 2009: 54).

Jual beli telah disahkan oleh Al-Quran, sunnah, dan ijma‟.

Adapun dalil dari Al-Quran yaitu firman Allah SWT:

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

(QS.Al-Baqarah(2): 275)”

Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua akad

jual beli adalah haram sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang

berdasarkan ayat ini. Hal ini dikarenakan huruf alif dan lam dalam ayat

tersebut untuk menerangkan jenis, dan bukan untuk yang sudah dikenal

karena sebelumnya tidak disebutkan ada kalimat al-bai‟yang dapat

dijadikan referensi, dan jika ditetapkan bahwa jual beli adalah umum,

maka ia dapat dikhususkan dengan apa yang telah kami sebutkan berupa

riba dan yang lainya dari benda yang dilarang untuk diakadkan seperti

Page 33: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

33

minuman keras, bangkai, dan yang lainya dari apa yang disebutkan dalam

sunnah dan ijma‟ para ulama akan larangan tersebut (Azzam, 2010: 26).

Di tempat lain, Allah berfirman dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 29 yang

berbunyi:

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu”

Allah telah mengharamkan memakan harta oranglain dengan cara

batil yaitu tanpa ganti dan hibah, yang demikian itu adalah batil

berdasarkan ijma umat dan termasuk di dalamnya juga semua jenis akad

yang rusak yang tidak boleh secara syara‟ baik karena ada unsur riba atau

jahalah (tidak diketahui), atau karena kadar ganti yang rusak seperti

minuman keras, babi, dan yang lainya dan jika yang diakadkan itu adalah

harta perdagangan, maka boleh hukumnya, sebab pengecualian dalam ayat

di atas adalah terputus karena harta perdagangan bukan termasuk harta

yang tidak boleh dijual-belikan. Ada juga yang mengatakan istitsna‟

(pengecualian) dalam ayat bermakna lakin (tetapi) artinya, akan tetapi,

Page 34: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

34

makanlah dari harta perdagangan, dan perdagangan merupakan gabungan

antara penjualan dan pembelian.

Adapun dalil sunah diantaranya adalah hadist yang diriwayatkan

dari Rasulullah SAW beliau bersabda:”sesungguhnya jual beli itu atas

dasar saling ridha”. Ketika ditanya tentang usaha apa yang paling utama,

Nabi Muhammad SAW menjawab:”usaha seseorang dengan tanganya

sendiri, dan setiap jual beli yang mabrur.” Jual beli yang mabrur adalah

setiap jual beli yang tidak ada dusta dan hianat, sedangkan dusta itu adalah

menyembunyikan aib barang dari penglihatan pembeli. Adapun makna

hianat ia lebih umum dari itu sebab selain menyamarkan bentuk barang

yang dijual, sifat, atau hal-hal luar seperti dia menyifatkan dengan sifat

yang tidak benar atau memberi tahu harga yang dusta (Azzam, 2010: 27).

Sedangkan para ulama telah sepakat mengenai kebolehan akad jual

beli. Ijma‟ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia

berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan

kepemilikan sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, namun

harus ada kompensasi sebagai imbal baliknya. Sehingga dengan

disyariatkannya jual beli tersebut merupakan salah satu cara untuk

merealisasikan keinginan dan kebutuhan manusia, karena pada dasarnya,

manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dan bantuan

orang lain (Djuawaini, 2008: 73).

Page 35: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

35

D. Rukun dan Syarat Jual Beli

Di kalangan fuqaha terdapat perbedaan mengenai rukun jual beli.

Menurut fuqaha kalangan Hanafiyah, rukun jual beli adalah ijab dan kabul.

Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun jual beli terdiri dari akad (ijab

dan kabul), „aqid (penjual dan pembeli), ma‟qud alaih (objek akad).

Akad adalah kesepakatan (ikatan) antara pihak pembeli dengan

pihak penjual. Akad ini dapat dikatakan sebagai inti dari proses

berlangsungnya jual beli, karena tanpa adanya akad tersebut, jual beli

belum dikatakan sah. Disamping itu akad ini dapat dikatakan sebagai

bentuk kerelaan (keridhaan) antara dua belah pihak. Kerelaan memang

tidak dapat dilihat, karena ia berhubungan dengan hati (batin) manusia,

namun indikasi adanya kerelaan tersebut dapat dilihat dengan adanya ijab

dan kabul antara dua belah pihak (Huda, 2011: 55).

Adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab kerelaan berhubungan

dengan hati, kerelaan dapat diketahui melalui tanda-tanda lahirnya, tanda

yang jelas menunjukan kerelaan adalah ijab dan kabul, Rasulullah SAW

bersabda :

ت قن ا ثنا ن ال عن عن أ ب هر يرة رض عن النب ص م قا ل ل ي

تر ا ض )روه ا بو داود و التمذي(

“dari abi hurairah R.A. dari Nabi SAW bersabda: janganlah dua orang

yang jual beli berpisah, sebelum saling meridhai” (Riwayat Abu Daud

dan Tirmidzi).

Page 36: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

36

ما البيع عن ص قال النب هتراض )رواةابن مجاة( م ا

“Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli hanya sah dengan

saling merelakan” (Riwayat Ibn Hibban dan Ibn Majah).

Jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli sesuatu yang

menjadi kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan ijab dan kabul, ini adalah

pendapat jumhur. Menurut fatwa ulama syafiiyah, jual beli barang-barang

yang kecilpun harus ijab dan kabul, tetapi menurut imam Al-Nawawi dan

ulama mutaakhirin Syafi‟iyah berpendirian bahwa boleh jual beli barang-

barang yang kecil dengan tidak ijab dan qabul seperti membeli sebungkus

rokok (Suhendi, 2014: 70).

Oleh karena perjanjian jual beli ini merupakan perbuatan hukum

yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesusatu

barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya

dalam perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat syahnya

jual beli. Adapun yang menjadi rukun dalam perbuatan hukum jual beli

terdiri dari :

1. Adanya pihak penjual dan pembeli

2. Adanya uang dengan benda, dan

3. Adanya lafaz.

Page 37: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

37

Dalam suatu perbuatan jual beli, ketiga rukun ini hendaklah

dipenuhi, sebab andai kata salah satu rukun tidak terpenuhi, maka

perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan jual beli.

Agar jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan pihak

pembeli sah, haruslah dipenuhi syarat-syarat yaitu :

1. Penjual dan Pembeli.

a. Baligh berakal agar tidak mudah ditipu orang. Batal akad

anak kecil, orang gila, orang bodoh, sebab mereka tidak

pandai mengendalikan harta. Oleh karena itu, anak kecil,

orang gila dan orang bodoh tidak boleh menjual harta

sekalipun miliknya, Allah berfirman:

فهآء اموالك )النسآء:ة(ول ثؤث ؤ االس

“Dan janganlah kamu berikan hartamu kepada orang-

orang yang bodoh” (Al-Nisa:5)

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa harta tidak boleh

diserahkan kepada orang bodoh. „Illat larangan tersebut

ialah karena orang bodoh tidak cakap dalam mengendalikan

harta, orang gila dan anak kecil juga tidak cakap dalam

mengelola harta sehingga orang gila dan anak kecil juga

tidak sah melakukan ijab qabul.

b. Kehendak sendiri (bukan pksaan)

Tidak sah jika ada unsur pemaksaan terhadap hartanya

tanpa kebenaran karena tidak ada kerelaan darinya.

Page 38: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

38

c. Tidak mubazir (pemborops), sebab harta orang yang

mubazir itu ditangan walinya.

d. Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja

dalam benda-benda tertentu, misalnya seseorang dilarang

menjual hambanya yang beragama selain Islam sebab besar

kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan abid

yang beragama Islam, sedangkan Allah melarang orang-

orang mukmin memberi jalan kepada orang kafir untuk

merendahkan mukmin, firman-Nya:

“Dan Allah sekali-kali tidak memberi jalan bagi orang

kafir untuk menghina orang mukmin” (Al-Nisa:141)

(Suhendi, 2014: 74-75).

2. Ma‟qud „Alaih (barang atau harga).

Menurut Aziz (2010: 47) bahwa al-ma‟uqud alaih adalah

harga dan barang yang dihargakan. Untuk melengkapi

keabsahan jual beli, barang atau harga harus memenuhi

syaratnya yaitu:

a. Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah

penjualan benda-benda seperti anjing, babi dan yang

lainnya.

Page 39: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

39

b. Memberi manfaat menurut syara‟, maka dilarang jual beli

benda-benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut

syara‟, seperti menjual babi, kala, cicak dan yang lainnya.

c. Jangan ditaklikan, yaitu dikaitkan atau digantungkan

kepada hal-hal lain, seperti jika ayahku pergi, kujual motor

ini kepadamu.

d. Tidak dibatasi waktunya, seperti kujual motor ini kepada

Tuan selama satu tahun, maka penjualan tersebut tidak sah

sebab jual beli merupakan salah satu sebab pemilikan

secara penuh yang tidak dibatasi apapun kecuali ketentuan

Syara‟.

e. Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat.

f. Milik sendiri.

g. Diketahui (dilihat).

3. Lafaz shighat (Aziz, 2010: 29).

a. Pengertian Lafadz shighat

Shighat adalah ijab dan qabul. Ijab diambil dari kata anjaba

yang artinya meletakkan, dari pihak penjual yaitu

pemberian hak milik, dan qabul yaitu orang yang menerima

hak milik(Aziz, 2010: 29).

b. Syarat-syarat sah ijab kabul ialah sebagai berikut:

Page 40: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

40

a) Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam

saja setelah penjual menyatakan ijab dan

sebaliknya.

b) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab

dan qabul.

c) Beragam Islam, syarat khusus untuk pembeli saja

dalam benda-benda tertentu, misalnya seseorang

dilarang menjual hambanya yang beragama Islam

kepada pembeli yang tidak beragama Islam, sebab

besar kemungkinan pembeli tersebut akan

merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan

Allah melarang orang-orang mukmin memberi jalan

kepada orang kafir untuk merendahkan mukmin.

E. Khiyar dalam Jual Beli

Dalam jual beli, menurut agama Islam dibolehkan memilih,

apakakh akan mneruskan jual bila atau akan membatalkannya. Karena

terjadinya oleh sesuatu hal, khiar dibagi menjadi tiga macam berikut ini:

1. Khiyar majelis, artinya antara penjual dan pembeli boleh

memilih akan melanjutkan jual beli atau membatalkannya.

Selama keduanya masiyh ada dalam satu tempat (majelis),

khiar mejelis boleh dilakukan dalam berbagai jual beli.

Rasulullah SAW bersabda

Page 41: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

41

فا )رواه البخارى ومسلم( البيعان بلخيار مالم يتفر

“penjual dan pembeli boleh khiar selama belum berpisah”

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Bila keduanya telah berpisah dari tempat akad tersebut, maka

khiar mejelis tidak berlaku lagi, batal.

2. Khiyar Syarat, yaitu penjual yang didalamnya di syaratkan

sesuatu baik oleh penjual maupun oleh pembeli, seperti

seseorang berkata, “saya jual rumah ini dengan harga

100000000 dengan syarat khiar selama 3 hari”. Rasulullah

SAW bersabda:

أهت بلخيارف ك سلعة ابتعتا ثلث ليال )رواه البيهى (

“kamu boleh khiyar pada setiap benda yang telah dibeli selama

tiga hari tiga malam” (Riwayat Baihaqi).

3. Khiyar „aib, artinya dalam jual beli ini disyaratkan

kesempurnaan benda-benda yang dibeli, seperti seseorang

berkata: “saya beli mobil itu seharga sekian, bila mobil itu

cacat akan saya kembalikan”, seperti yang diriwayatkan oleh

Ahmad dan Abu Daud dari Aisah r.a. bahwa seseorang

membeli budak, kemudian budak tersebut disuruh berdiri di

dekatnya, didapatinya pada diri budak itu kecacatan, lalu di

adukannya kepada Rasul, maka budak itu dikembalikan pada

penjual (Suhendi, 2014: 83).

Page 42: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

42

4. Khiyar Ta‟yin, adalah hak yang dimiliki oleh pembeli untuk

memastikan pilihan atas sejumlah benda sejenis atau setara

sifat atau harganya. Khiyar ini hanya berlaku pada akad

mu‟awadhah al-maliyah yang mengakibatkan perpindahan hak

milik, seperti jual beli. Keabsahan khiyar ta‟yin menurut

madhab Hanafi harus memehuhi tiga syarat sebagai berikut:

a. Maksimal berlaku pada tiga pilihan obyek akad.

b. Sifat dan nilai benda-benda yang menjadi obyek pilihan

harus setara dan harganya harus jelas. Jika nilai dan

sifat masing-masing benda berbeda jauh, maka khiyar

ta‟yin ini menjadi tidak berarti.

c. Tenggang waktu khiyar ini tidak lebih dari tiga hari.

Adapun Imam Syafi‟i dan Ahmad Ibn Hanbal menyangkal

keabsahan khiyar ta‟yin ini, dengan alasan bahwa salah satu syarat

obyek akad adalah harus jelas.

5. Khiyar Ru‟yah (melihat) adalah hak pembeli untuk

membatalkan atau tetap melangsungkan akad ketika dia

melihat obyek akad dengan syarat dia belum melihatnya ketika

berlangsung akad atau sebelumnya dia pernah melihatnya

dalam batas waktu yang memungkinkan telah terjadi perubahan

atasnya

6. Khiyar Naqd (pembayaran) tersebut terjadi apabila dua pihak

melakukan jual beli dengan ketentuan jika pihak pembeli tidak

Page 43: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

43

melunasi pembayaran, atau pihak penjual tidak menyerahkan

barang dalam batas waktu tertentu maka pihak yang dirugikan

mempunyai hak untuk membatalkan atau tetap melangsungkan

akad (Huda, 2001: 46-47).

F. Pengertian Gharar dan Dasar Hukumnya

Gharar artinya jual beli yang mengandung kesamaran (Nawawi,

2012:88). Gharar ialah semua jenis jual beli yang mengandung jahalah

(kemiskinan) atau mukhatharah (spekulasi) atau qamaar (permainan

taruhan) (Sabiq, 1987: 75).

Jual beli dengan cara gharar yaitu jual beli yang barangnya tidak

bisa diketahui keadaanya, seperti binatang yang masih dalam kandungan,

ikan di air yang menggenang, daging sebelum di sembelih dan lain-lain.

Jual beli gharar tidak boleh, haram hukumnya, sesuai dengan

sabda Nabi :

بيع الغرر)رواه ملم( عن نهى

Artinya: “Nabi melarang jual beli dengan tipuan” (HR. Muslim).

Maka tidak boleh jual beli susu yang masih dalam tetek binatang,

buah-buahan yang belum tampak (masih berupa kembang atau muda yang

belum dapat dimanfaatkan), dan lain-lain (Salomo, 1978: 191).

Dalam sitem jual beli gharar terdapat unsur memakan harta orang

lain dengan cara bathil. Padahal Allah melarang memakan harta orang lain

dengan cara bathil.

Page 44: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

44

Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 188:

Artinya: “Dan janganlah (saling) memakan harta di antara kalian

dengan (cara yang) batil dan (jangan pula) membawa (urusan harta) itu

kepada hakim (untuk kalian menangkan) dengan (cara) dosa agar kalian

dapat memakan sebagian harta orang lain, padahal kalian mengetahui.

Gharar merupakan suatu kegiatan yang memiliki potensi untuk

membuat kita meraup keuntungan yang banyak, maka dari itu manusia

biasanya tertarik dengan jual beli ini. Pada zaman Nabi Muhammad SAW

jual beli gharar sangar marak sekali dan Nabi Muhammad SAW melarang

umatnya melakukan jual beli gharar karena itu sangat dilarang oleh agama

dan merugikan orang. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

م ف لاثثت )رواه احمد(الماء فا هه خرر والس

“janganlah kamu membeli ikan di dalam air, karena jual beli

seperti ini termasuk gharar, alias nipu” (Riwatat Ahmad) (Suhendi,

2014:81).

1. Macam-macam Gharar

Gharar dibagi menjadi dua yaitu gharar sighat aqad dan

gharar dalam benda yang berlaku pada aqadnya.

a. Gharar dalam sighat aqad

Page 45: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

45

Gharar pada sighat yaitu bahwa aqad terjadi dengan

kriteria yang mengandung unsur gharar. Gharar bentuk ini

berhubungan langsung dengan aqad. Unsur gharar pada jenis

bisnis ini karena kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli

tidak mengetahui apakah hal yang disyariatkan terpenuhi atau

tidak, sehingga tidak mengetahui apakah jual beli ini jadi atau

tidak. Juga tidak jelas dari segi waktunya, kapan transaksi tersebut

terjadi. Begitu jugga dari segi suka atau tidak suka, terkadang

pembeli pada saat ini ingin membeli, tetapi pada waktu yang lain

sudah tidak suka dan membetuhkan lagi. Dalam gharar sighat

dibagi menjadi:

1) Dua jual beli dalam satu jual beli

2) Jual beli urban

3) Jual beli munabazah

4) Jual beli hasah

5) Jual beli mulasamah

6) Aqad yang digantungkan dan aqad yang disandarkan

b. Gharar dalam benda yang berlaku pada aqadnya

Gharar bentuk ini lebih buruk lagi, karena tidak jelas

harga, jenis, sifat dan ukuranya. Jika salah satu dari keempat hal

tadi tidak diketahui maka sudah termasuk gharar. Gharar dalam

benda yang berlaku pada aqadnya ada empat:

Page 46: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

46

1) Ketidakjelasan pada dzat benda yang ditransaksikan

2) Ketidakjelasan pada jenis barang yang ditransaksikan

3) Ketidakjelasan pada macam barang yang ditransaksikan

4) Ketidakjelasan pada sifat sifat benda yang ditransaksikan

5) Ketidakjelasan kadar benda yang ditransaksikan

6) Ketidakjelasan pada tempo penentuan harga

7) Tidak adanya kemampuan menyerahkan benda yang

ditransaksikan

8) Transaksi pada benda yang tidak ada

9) Tidak bisa melihat benda yang ditransaksikan.

2. Haramnya Gharar Dalam Jual Beli

Menurut Ibn Jazi Al-Maliki, gharar yang dilarang ada sepuluh

macam yaitu:

a. Tidak diserahkan, seperti menjual anak hewan yang masih dalam

kandungan induknya.

b. Tidak diketahui harga dan barang

c. Tidak diketahui sifat barang atau harga barang

d. Tidak diketahui ukuran barang atau barang

Page 47: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

47

e. Tidak diketahui masa yang akan datang

f. Menghargakan dua kali dalam satu barang

g. Menjual barang yang diharapkan selamat

h. Jual beli mulasamah apabila mengusap baju atau kain, maka wajid

membelinya.

i. Termasuk dalam transaksi gharar adalah menyangkut kuantitas

barang. Dalam transaksi disebutkan kualitas barang yang

berkualitas nomor satu, sedangkan dalam realisasinya kualitas

berbeda. Hal ini mungkin diketahui dua belah pihak (ada

kerjasama) atau sepihak saja (pihak pertama).

G. Jual Beli Buah-Buahan

Jual beli buah-buahan yang belum sempurna keadaanya (ngijo

masih kembang, muda belum musimnya) tidak boleh, termasuk jual beli

gharar. Jual beli buah-buahan yang masih dipohonya, tetapi sudah

sempurna keadannya, sudah tua, sudah masak atau sudah bisa

dimanfaatkan (yang segera dipetik) boleh, sebab sudah jelas keadannya.

Sesuai dengan sabda Nabi SAW :

(اخر جه البخا ري ومسلميبد و صل حا ) حتىرة ل ثباع الثم

Artinya : “Buah-buahan tidak dijual belikan sehingga jelas

baiknya”. (HR. Bukhari dan Muslim) (Salomo, 1978: 193).

Page 48: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

48

Bertalian dengan persoalan di atas, ada beberapa masalah terkenal

yang akan kami sebutkan pokok-pokoknya. Sebab menjual buah-buahan

terkadang dilakukan sebelum terjadi dan terkadang sesudah terjadi.

Apabila sudah terjadi, maka kadang sesudah dipetik dan kadang sebelum

matang atau sesudahnya. Dan masing-masing dari kedua bentuk yang

terakhir ini kadang berupa penjualan bebas atau dengan syarat tetap di

pohon, atau dengan syarat dipotong.

1. Menjual Buah-buahan Sebelum Terjadi

Tentang menjual buah-buahan sebelum terjadi, para ulama

sepakat melarangnya karena termasuk dalam bab larangan menjual

sesuatu yang belum jadi dan bab penjualan tahunan.

Diriwayatkan dari Nabi Saw :

ه نهىأ ه ني و عن بيع المعا و مة وه بيع الث جر أعواما عن بيع الس

)خر جه مسلم وأبو داود(

“Nabi Saw melarang menjual tahunan, yakni menjual buah yang

akan berbuah pada pohon selama bertahun-tahun.”(HR. Muslim

dan Abu Dawud)

Kecuali apa yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a

dan Ibnu Zubair r.a. bahwa kedua sahabat tersebut membolehkan

penjualan tahunan terhadap buah-buahan.

Page 49: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

49

Sedangkan menjual buah-buahan sesudah datang masa

memetiknya, tidak diperselisihkan lagi kebolehannya.

2. Menjual Buah-buahan Sesudah Terjadi

Menjual buah-buahan sesudah terjadi dibolehkan oleh

kebanyakan ulama, berdasarkan rincian yang akan kami kemukakan.

Kecuali apa yang diriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdurrahman

dan dari Ikrimah yang menyatakan bahwa menjual buah-buahan tidak

dibolehkan kecuali sesudah datang masa memetiknya.

Hadis sahih dari Ibnu Umar r.a. berbunyi:

عن عبد الل بن ن رسول الل صل الل عليه و سلم ر أ عن نهىع

مر حت يبد وصل حا والمبتاع ئع البا نهىبيع الث

“Dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa Rasulullah SAW melarang

menjual buah-buahan sebelum tampak kematangannya, beliau

melarang penjual dan pembelinya." (HR. Bukhari - Muslim) (Rusyd,

2007: 750).

Tidak boleh menjual buah-buahan yang masih ada di pohon tanpa

dengan menjual pohonya secara mutlak, artinya tanpa ada syarat dipetik

atau dipanen, kecuali setelah tampak kebaikan atau kelayakan buah-

buahan itu. Maksud “tampak kelayakan” ialah sebagi berikut, bagi buah

Page 50: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

50

tidak dapat berubah warnanya yaitu sampai pada suatu keadaan sehingga

buah-buahan tersebut sudah sesuai dengan yang dimaksud menurut

umumnya. Seperti manisnya tebu, asamnya delima dan lunak atau

lembeknya buah tin.

Dan bagi buah-buahan yang dapat berubah warnanya, yaitu dengan

berubah warna menjadi merah, atau hitam, atau kuningseperti anggur,

juwet dan kurma mentah. Adapun buah-buahan yang dijual sebelum

tampak kelayakanyan, maka tidak sah menjualnya secara mutlak tidak

sahnya itu berlaku bagi pemilik pohon dan yang lainnya, kecuali dengan

janji bersedia memanen atau memetik, baik berlaku kebiasaan memanen

atau memetik buah-buahan atau tidak.

Bila pohon yang berubah di pohon, maka boleh menjual buahnya,

tanpa ada syarat harus memetik buahnya. Tidak boleh menjual tanaman

(berbiji) yang masih hijau yang ternanam di bumi (sawah), kecuali dengan

syarat memetiknya atau mencabutnya, jika tanaman (berbiji) itu dijual

besrta tanahnya atau disendirikan tanpa menyertakan tabahnya setelah

bijinya menjadi keras, maka boleh menjualnya tanpa syarat.

Barang siapa yang menjual buah-buahan atau tanaman (berbiji)

yang belum tampak kelayakannya, maka wajib bagi penjual untuk

menyiramnya, sekiranya dengan siraman tersebut dapat menaikkan atau

mengembangkan keadaan buh dan aman darim kerusakan, baik si pembeli

dan barang yang dijual atau belum menyerahkan (Mubarok, 2013: 8-10).

Page 51: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

51

Sebagaimana ketidak bolehan berjual beli buah-buahan yang masih

hijau kecuali terus dipetik, juga tidak boleh berjual beli pada yang baru

menghiaju kecuali harus dipetik juga. Maka membeli padi yang masih

hijau dan dipetik sesudah kuning nanti, tidak boleh (ngijo). Demikian juga

jual beli kurma sehingga tua, menjual gandum sehingga memutih

tangkainya.

Page 52: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

52

BAB III

Desa Kecandran dan Tradisi Jual Beli Musiman

A. Profil Desa Kecandran

Kelurahan Kecandran dibentuk pada Tahun 1992 yang sebelumnya

merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang. Selanjutnya pada Tahun 1993 dengan Dasar Hukum

Pembentukan PP Nomor 69 Tahun 1992 Tentang Perubahan Batas

Wilayah. Pada tanggal 1 agustus 1993, Desa Kecandran masuk

wilayah Kota Madya Salatiga dalam proses pemekaran wilayah Kota

Salatiga. Status wilayahnya masih menggunakan nama DESA dan

Kepala wilayahnya masih tetap Kepala Desa dan Pemilihannya masih

tetap menggunakan sistem PILKADES, dimana warga masyarakat

dapat memilih Kepala Desanya secara langsung dengan mencoblos

tanda gambar.

Pada tanggal 2 Juli 2003, nama Desa Kecandran berubah menjadi

Kelurahan Kecandran sesuai Perda No.11 Tahun 2003 tentang

Perubahan Desa Menjadi Kelurahan. Kepala Desa yang selama ini

dipilih langsung oleh masyarakat melalui PILKADES, Sejak Tanggal

tersebut diganti dengan Kepala Kelurahan yang statusnya sebagi PNS

dan ditetapkan melalui SK Walikota.

Page 53: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

53

Tipologi Kelurahan Kecandran yaitu kawasan Perladangan, Jasa

dan Perdagangan. Kondisi wilayahnya berada diluar Ibu Kota

Kecamatan dan bukan merupakan daerah rawan bencana. Adapun

Nomor Kode Wilayah 33 73 04 1001 Nomor Kode Pos 50723.

1. Letak Geografis

a. Luas Wilayah

Luas Wilayah : 600,6 Ha

b. Topografi

Topografi Kelurahan Kecandran terdiri dataran rendah dan tinggi.

Dataran rendah terletak di sebelah utara sampai timur dan dataran

tinggi di sebelah barat dan selatan. Curah hujan pertahun 2.583

mm. suhu rata-rata ± 26° C. adapun rincian gambaran lingkungan

Kelurahan Kecandran meliputi : Persawahan, Perladangan,

Perkebunan, Peternakan, Kerajinan dan Industri Kecil maupun

Industri sedang, Jasa dan Perdagangan.

c. Peta Wilayah

Peta Wilayah Kelurahan Kecandran sebagai berikut:

Peta Wilayah Kelurahan Kecandran

Page 54: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

54

Gambar 3.1

Page 55: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

55

d. Jarak dari keluarahan

Orbitrasi ( jarak dari pusat Pemerintahan ) :

1. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 7 km

2. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota : 5 km

3. Jarak dari Kota/Ibukota Kabupaten : 5 km

4. Jarak dari Ibukota Provinsi : 46 km

e. Perubahan status pengunaan lahan

Sesuai Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010 – 2030 lokasi Lahan atau

Tanah berada pada Kawasan Perumahan Kepadatan Rendah,

Sehingga Zonasi tanah harus memenuhi ketentuan umum sebagai

berikut:

1. Kawasan Perumahan Kepadatan Rendah merupakan

kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana lingkungan, dengan

ketentuan zonasi :

a) Pembangunan rumah atau perumahan wajib

mengikuti persyaratan teknis, ekologis dan

administrative.

b) Kawasan peruntukan perumahan diperbolehkan

untuk kegiatan tempat tinggal, pertemuan dan

Page 56: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

56

penunjangnya, pelayanan pemerintah dan lain – lain

sejenis.

c) Kegiatan perdagangan dan jasa, perkantoran,

industry rumah tangga diperbolehkan dikawasan

peruntukan perumahan dengan syarat mematuhi

ketentuan yang berlaku.

d) Kawasan peruntukan perumahan tidak

diperbolehkan untuk kegiatan industry besar.

e) Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada.

f) Tidak berada pada pada daerah rawan bencana

(lonsor, banjir, erosi).

g) Memiliki sistem drainase baik sampai sedang.

h) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/mata

air/saluran pengairan.

i) Tidak terletak pada kawasan budidaya pertanian /

penyangga.

j) Menghindari sawah irigasi teknis.

2. Perumahan Diizinkan dengan ketentuan:

a) Melaksanakan penyusunan dokumen lingkungan.

b) Melaksanakan penyusunan dokumen lalu lintas.

c) Mendapat persetujuan dari RT dan RW setempat.

d) Rekomendasi teknis dari instansi terkait.

Page 57: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

57

3. Kegiatan Perumahan dengan ketentuan Intensitas Lahan:

a) KWT (Koefisien Wilayah Terbangun) Maksimum

60 % dari luas lahan, Ruang Terbuka (prasarana

dan Sarana Utilitas) 40 % dari luas lahan.

b) KDB (Koefisien Dasar Bangunan) per kavling

maksimum 60 % dari Luas Kavling.

c) KLB (Koefisien Lantai Bangunan) Maksimum 1,2

dan Ketinggian bangunan Maksimum 10m (1-2

lantai).

d) KDH (Koefisien Dasar Hijau) per kavling minimum

10 % dari luas kavling ditanami pohon pelindung

atau dapat didalam Pot ditambah perdu dan semak,

serta penutup tanah atau rumput.

4. Ketentuan Tata Masa Bangunan:

Sempadan jalan lingkungan perumahan:

a) Ruang Milik Jalan (Rumija) 5m.

b) Ruang pengawasan Jalan (Ruawasja) 7m.

c) Pagar depan harus berjarak minimal 2,5 meter dari

AS jalan.

d) Tritisan bangunan depan rumah harus berjarak

minimal 3,5 meter dari AS jalan.

Page 58: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

58

5. Ketentuan Perumahan:

a) Setiap orang yang membangun perumahan wajib

dengan hunian berimbang, kecuali diperuntukan

untuk rumah sederhana dan/ atau rumah susun

umum. Komposisi penyelenggaraan perumahan

hunian berimbang dengan perbandingan jumlah

rumah sekurang – kurangnya 3:2:1 (tiga

berbanding dua berbanding satu), yaitu 3 (tiga)

atau lebih rumah sederhana berbanding 2 (dua)

rumah menengah berbanding 1 (satu) rumah

mewah sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat

(2) Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang

penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman dengan hunian berimbang.

b) Dalam hal rumah sederhana tidak dibangun dalam

satu hamparan, maka pembangunan rumah

sederhana oleh setiap orang harus memenuhi

persyaratan: dibangun dalam satu wilayah

Kabupaten/Kota; dan penyediaan akses ke pusat

pelayanan dan tempat kerja, sebagaimana

dimaksud dalam pasal 11 ayat (5) Peraturan

Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Page 59: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

59

Nomor 10 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan

perumahan dan Kawasan Permukiman dengan

Hunian Berimbang.

c) Bersedia membuat surat pernyataan di atas materai

kesanggupan untuk menyerahkan Prasarana,

Sarana dan Utilitas (PSU) Perumahan dan

Permukiman dari Pengembang kepada Pemerintah

Daerah dalam bentuk sertifikat atas nama

PEMKOT SALATIGA, dengan tujuan untuk

menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan

pengelolaan prasarana, Sarana dan Utilitas di

Lingkungan Perumahan dan Permukiman.

f. Keadaan iklim

Berdasarkan letak geografisnya, Kelurahan Kecandran

beriklim tropis dengan dua pergantian musim yaitu musim

penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada

bulan Nopember–April dipengaruhi oleh angin muson barat,

sedang musim kemarau terjadi antara bulan Mei–Oktober yang

dipengaruhi oleh angin muson timur.

g. Batas wilayah keluarahan

1. Sebelah Utara : Kelurahan Pulutan

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Dukuh

3. Sebelah Barat : Desa Gedangan

Page 60: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

60

4. Sebelah Timur : Kelurahan Dukuh

2. Demografi

a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No. Desa / Kelurahan Laki –

Laki

Perempuan Jumlah

1 Kecandran 3323 3266 6589

b. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah

1. Tidak / BelumSekolah 1142

2. BelumTamat SD / Sederajat 689

3. Tamat SD/ Sederajat 1748

4. SLTP/ Sederajat 1042

5. SLTA/ Sederajat 1179

6. Diploma I/II 30

7. Akademi / Diploma III SarjanaMuda 104

8. Diploma IV/ Strata I 251

9. Strata II 23

Page 61: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

61

10. Strata III 1

c. Jumlah Penduduk menurut Agama dan Aliran kepercayaan

No. AGAMA LAKI -

LAKI

PEREMPUAN JUMLAH

1 Islam 3262 3214 6476

2 Kristen Protestan 29 20 49

3 Katolik 25 24 49

4 Hindu 0 0 0

5 Bundha 2 2 4

6 Konghucu 0 0 0

7 Kepercayaan 0 0 0

Page 62: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

62

d. Banyaknya Kelahiran dan Kematian

No. Bulan Kelahiran Kematian

L P JML L P JML

1. Januari 2017 0 2 2 2 1 3

2. Februari 2017 6 8 14 3 0 3

3. Maret 2017 1 8 9 0 5 5

4. April 2017 6 3 9 3 1 4

5. Mei 2017 3 6 9 2 2 4

6. Juni 2017 0 0 0 2 1 3

7. Juli 2017 4 5 9 2 1 3

8. Agustus 2017 8 5 13 2 2 4

9. September 2017 8 6 14 3 3 6

10 Oktober 2017 5 4 9 1 2 3

e. Mutasi penduduk

No. Mutasi Pindah Datang

Page 63: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

63

L P JML L P JML

1 AntarDesa /

Kelurahan

2 1 3 7 3 10

2 AntarKecamatan 3 3 6 16 11 27

3 AntarKab / Kota 13 18 41 29 30 59

4 AntarProvinsi 1 4 5 6 9 15

5 Antar Negara 0 0 0 0 0 0

B. Kondisi Sosiologis dan Kultural Masyarakat Kecandran

Kondisi sosiologis masyarakat Kecandran ditentukan dari hasil

mata pencaharian yang rata-rata adalah buruh lepas, karyawan swasta,

petani kebun. Mayoritas penduduk Kecandran merupakan lulusan SMP

dan SMA sedangkan lulusan S1 dan S2 hanya sedikit. Masyarakat desa

Kecandran cenderung berhubungan baik dengan tetangga karena interaksi

sosial dijalin dengan baik.

Kondisi sosial agama masyarakat Kecandran lebih dari 90% Islam

dan masyarakat disini rata-rata Islam Nahdhatul Ulama yang selalu

menuju ke Ahli Sunnah Wal Jama‟ah.

Page 64: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

64

Kondisi kultural masyarakat Kecandran terkait dengan kebiasaan

masyarakat yang meliputi organisasi dan tradisi. Di desa Kecandran juga

terdapat banyak organisasi dan banyak tradisi-tradisi sebagai berikut :

1. Organisasi

a. Takmir Masjid

Takmir Masjid adalah sekumpulan orang yang

mempunyai kewajiban memakmurkan Masjid.

b. Remaja Masjid

Remaja Masjid adalah perkumpulan pemuda Masjid

yang melakukan aktifitas sosial di lingkungan masjid.

c. Karang Taruna

Karang Taruna adalah organisasi sosial wadah

pengembangan atas dasar kesadaran dan taggung jawab

sosial masyarakat dan untuk masyarakat terutama

bergerak di bidang usaha kesejahteraan masyarakat.

d. Pkk (pembinaan kesejahteraan keluarga)

Pkk adalah organisasi kemasyarakatan yang

memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam

pembangunan Indonesia

2. Tradisi

a. Nyadran

Nyadran adalah suatu rangkain budaya yang berupa

pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya

Page 65: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

65

berupa kenduri selamatan di Makam leluhur. Nyadranan di

Kecandran dilakukan satu tahun dua kali.

b. Berzanji

Berzanji adalah suatu doa-doa puji-pujian dan pencitraan

riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilafalkan dengan

suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika

kelahira, khitanan, pernikahan dan Maulid Nabi

Muhammad SAW .

c. Tahlilan

Tahlilan adalah upacara selamatan yang dilakukan

sebagian umat Islam untuk memperingati atau mendoakan

orang yang telah meninggal.

d. Masa‟i

Masa‟i adalah kegiatan mengaji yang dilakukan pada

waktu bulan Ramadhan setiap sore sebelum berbuka

puasa.

e. Mauludan

Mauludan adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad

Saw yang dirayakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam

penanggalan Hijriah.

C. Potensi Pertanian dan Perkebunan di Kecandran

Desa kecandran memiliki lahan yang digunakan sebagai lahan

pertanian yaitu sawah yang ditanami padi di sekitar Jalan Baru yang

Page 66: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

66

didukung dengan keadaan tanah yang cukup subur. Sehingga potensi

pertanian di Desa Kecandran sangat prospektif untuk kedepannya. Untuk

mendukung kegiatan dan pengetahuan para petani di desa Kecandran, para

petani bergabung dalam Kelompok Tani. Hasil padi di Desa Kecandran

ada yang dijual dan ada yang di konsumsi sendiri.

Selain pertanian, sudah banyak diketahui bahwa desa Kecandran

mempunyai potensi perkebunan yang baik yaitu hasil perkebunan seperti

salak, langsep, duku, kokosan, kelengkeng dan durian walaupun untuk

durian tidak begitu banyak. Selain karena tanahnya yang subur, di Desa

Kecandran didukung dengan adanya SDM yang aktif merawat perekbunan

mereka. Hasil perkebunan buah langsep, duku, kokosan dan kelengkeng

biasanya dijual dengan cara tebasan. Tebasan yaitu pembelian hasil

tanaman sebelum dipetik atau sebelum masa panen.

Luas persawahan di Kecandran 35M2 sebelah barat berbatasan

dengan Desa Candi sebelah utara Desa pulutan dan sebelah timur dengan

Banyuputih. Pertanian di Kecandran mayoritas tanamanya yaitu tanaman

padi karena air disini mudah di dapatkan dari sungai-sungai sekitar sawah.

Sebagian persawahan dimiliki bengkok yaitu sawah milik Desa, sawah ini

biasanya di kontrak salah satu orang Desa lalu di garap oleh petani yang

mau dan hasilnya dibagi dua. Biasanya hasil padi sebagian di konsumsi

dan sebagian dijual untuk kebutuhan pokok keluarga. Pertanian di

Kecandran berada di dusun Wining dan dusun Karang Rejo. Di Kecandran

Page 67: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

67

juga ada petani pembenihan ikan, terdapat 35 kolam yang luasnya 741M2

dan menghasilkan 1.025.000 per tiga bulan.

Perkebunan di Kecandran sangat luas di banding Kelurahan lain se

Kecamatan Sidomukti. Batas wilayah Kecandran sebelah selatan dusun

Gamol, disana perkebunan masih luas karena belum begitu padat

pemukimanya, sebelah barat dusun Karang Rejo, sebelah utara dusn

Winong, dusun Winong ini area persawahan dan ladang, sebelah timur

dusun Winong dan Sawahan. Dusun ini masih terdapat banyak perkebunan

salak. Kecandran masih terdapat banyak perkebunan dan ladang, tetapi

tidak seperti dulu di tahun 90an karena sekarang sudah banyak yang dibuat

rumah pemukiman ataupun perumahan dan juga adanya jalan baru Salatiga

memakan banyak area perkebunan dan persawahan di Kecandran ini.

Perkebunan sekarang di Kecandran sekarang kalau di total sekitar 60M2.

Kecandran adalah centra buah-buahan yang mempunyai ciri khas seperti

Duku, Langsep, Kokosan, Salak dan Durian, tetapi Durian tidak sebanyak

itu. Untuk buah Duku, Langsep, Kokosan setiap musimnya mencapai

874kwintal, salak 1760kwintal, Durian 90kwintal setiap musimnya.

Page 68: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

68

BAB IV

Praktik Jual Beli Musiman Dalam Perspektif Hukum Islam

D. Praktik Jual Beli Musiman

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna karena

manusiadiberikan kelebihan akal untuk berfikir dan menjalankan

kehidupannya. Dengan kelebihan tersebut, manusia harus bisa

membedakan yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan manusia yang perlu

pemilahan untuk dijalani atau ditinggalkan.

Penjual merupakan seseorang yang memiliki pohon kelengkeng,

duku dan durian sedangkan pembeli adalah yang membeli buah

kelengkeng, duku dan durian dengan cara musiman seperti halnya yang

terjadi di Kecandran Kecamatan Sidomukti Salatiga. Ada yang berbeda

mengenai sistem jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli di

Kecandran. Berikut hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan

narasumber yang berkenaan dengan hal tersebut dalam hal ini sebagai

narasumbernya ialah penjual dan pembeli.

Penjual adalah orang yang memiliki hak penuh atas pohon

kelengkeng, duku dan durian yang dijual. Pada saat buah kelengkeng,

duku dan durian masih muda (pentil) penjual biasanya mencari pembeli

untuk membelinya dengan sistem musiman.

Dalam penelitian ini terdapat informan atau narasumber terkait

dalam pelaksanaan jual beli dengan sistem musiman di Kecandran

Page 69: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

69

Kecamatan Sidomukti Salatiga, satu narsumber atau informan dari pihak

penjual yaitu sebagi berikut :

Data informan penjual buah

No Nama Penjual Buah Pekerjaan

1. Muhadi Kelengkeng Petani

2. Masrukhan Duku Wiraswasta

3. Siti Mariyam Duku Pedagang

4. Rokhim Durian Petani

Pembeli adalah orang yang membeli buah kelengkeng, duku dan

durian secara musiman, dalam hal ini buah kelengkeng, duku dan durian

masih muda (pentil). Pada saat buah kelengkeng masih muda (pentil)

pembeli mulai membungkus (brongsong) buah kelengkeng supaya tidak

dimakan hewan (codot). Setelah tiba musim panen pembeli mulai

memanennya, biasanya untuk memanen buah kelengkeng dan duku itu

caranya sama yaitu satu pohon membutuhkan waktu satu hari. Beda

dengan durian membutuhkan waktu agak lama karena tingkat

kematangan dari setiap buah itu berbeda.

Dalam penelitian ini terdapat informan atau narasumber dari pihak

pembeli buah musiman yaitu sebagai berikut :

Data pembeli buah

Page 70: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

70

No Nama Pekerjaan Pembeli Buah

1. Mustamim Wiraswasta Kelengkeng

2. Suroso Pedagang Duku

3. Poyo Serabutan Durian

4. Sukemi Pegawai Swasta Duku

Perjanjian yang dilakukan oleh penjual dan pembeli di Kecandran

ini sebenarnya sudah lama dilakukan, sebagaimana temuan penulis dalam

wawancara dengan narasumber.

“sistem jual beli musiman ini sudah dilakukan sejak lama mas,

kira-kira sepeuluh tahun yang lalu”/wawancara dengan Bapak

Muhadi penjual buah kelengkeng 20 Januari 2018.

“saya sudah melakukan jual beli musiman ini kira-kira hampir

limabelas tahun mas sudah cukup lama”/wawancara dengan Ibu

Siti Mariyam penjual buah duku pada tanggal 14 Maret 2018.

Sistem jual beli yang dilakukan penjual dan pembeli yaitu sistem

jual beli musiman.

“sistem jual beli disini dari sepuluh tahun terakhir ini menggunakan

sistem jual beli musiman, mengenai perjanjiannya mas, yaitu

perjanjian telah sepakat untuk lima kali masa panen, dan apabila

selama lima kali masa panen itu ada musim panen yang kurang

baik atau gagal panen maka akan di ganti tahun

berikutnya”/wawancara dengan Bapak Mustamim pembeli buah

kelengkeng 20 Februari 2018.

“jual beli musiman ini saya lakukan beberapa tahun terakhir ini

mas, mengenai perjanjianya jual beli musiman setiap tahunnya

kadang saya juga merasa rugi mas kalau buah durianya

Page 71: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

71

busuk/boleng”/wawancara dengan bapak Poyo pembeli buah

durian pada tanggal 15 Maret 2018.

Mengenai akad atau perjanjian yang di buat oleh kedua belah

pihak, bahwa telah terjadi ijab dan qabul antar penjual dan pembeli

sebelum masa panen tiba dan telah di anggap sah dan memenuhi unsur

perjanjian. Jual beli dengan sistem musiman ini sudah sesuai kesepakatan

saling rela. Kekuatan Hukum menurut penjual terkait dengan sistem jual

beli musiman ini bahwa sistem ini sudah sesuai dengan Hukum karena

telah terjadi kesepakatan antara penjual dengan pembeli, dan tidak ada

paksaan atau tekanan dan sudah memenuhi unsur perjanjian atau akad

sebagaimana hasil wawancara dengan narasumber.

“menurut saya ya mas sistem jual beli musiman ini sudah sesuai

dengan Hukum, karena sudah ada kesepakatan antaran saya dengan

pembeli. jadi ya sistem ini tidak bertentangan dengan hukum dan

sah-sah saja mas”/wawancara dengan Bapak Muhadi penjual buah

kelengkeng 20 Januari 2018.

“menurut saya sudah sesuai Hukum karena sudah ada perjanjian

sebelumnya mas, karena sebelum masa panen sudah ada

kesepakatan”/wawancara dengan Bapak Rohkim penjual buah

durian 15 Maret 2018.

Penjual yang mempunyai buah-buahan melakukan perjanjian jual

beli musiman untuk memenuhi kebutuhan yang begitu mendesak seperti

yang ditemukan peneliti ketika mewawancarai narasumber.

“jadi gini mas, alasan saya jual musiman karena kebutuhan

ekonomi yang sangat mendesak. makanya saya jual selama lima

musim”/wawancara dengan Bapak Muhadi penjual buah

kelengkeng 20 Januari 2018.

Page 72: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

72

“untuk menambah kebutuhan rumah mas”/wawancara dengan

Bapak Masrukhan penjual buah duku pada tanggal 14 Maret 2018.

Pada umumnya pembeli ini melakukan perjanjian jual beli

musiman adalah untuk mencari keuntungan. Alasan lainnya yaitu

menolong tetangga yang sedang membutuhkan uang. Sebagaimana temuan

peneliti dalam wawancara penulis dengan narasumber.

“ya namanya pembeli ya mencari keuntungan mas. Selain mencari

keuntungan juga saling tolong menolong”/wawancara dengan

Bapak Mustamim pembeli buah kelengkeng 20 Februari 2018).

“mencari keuntungan mas tetapi kadang juga rugi kalau buah duku

gagal panen”/wawancara dengan Bapak Suroso pembeli buah duku

pada tanggal 14 Maret 2018.

“alhamdulillah mas mesti keuntunganya sedikit bisa menjadi

tambahan kebutuhan”/wawancara dengan Bapak Sukemi pembeli

buah duku pada tanggal 14 Maret 2018.

Adapun cara penjual untuk menawarkan buah kepada pembeli

yaitu penjual mendatangi langsung kerumah pembeli.

”jadi gini mas, saya mendatangi langsung kerumah Pak Mustamim

dan saya menawarkan buah kelengkeng untuk dibeli secara

musiman selama lima musim di bayar di awal. Satu usimnya itu di

harga 200.000 jadi kalau lima musim 1.000.000. Dan Pak

Mustamim menyetujui untuk membelinya selama lima

musim”/wawancara dengan Bapak Muhadi penjual buah

kelengkeng 20 Januari 2018).

“jadi gini mas saya menemui pemilik buah durian untuk mebelinya

dengan harga 1.200.000 dua pohon”/wawancara dengan Bapak

Poyo pembeli buah durian pada tanggal 15 Maret 2018.

Adapu transaksi yang digunakan penjual dan pembeli yaitu pembeli

memberikan uang secara langsung kepada penjual. Sebagaimana

temuanpenulisdalamwawancaradengannarasumber.

Page 73: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

73

“sayamembayarlangsungkepada Pak Muhadiuntuk lima

musimkedepan”/wawancara dengan Bapak Mustamim pembeli

buah kelengkeng 20 Februari 2018.

“jadi saya langsung memberikan uang kepada Ibu Siti Mariyam

dengan jumlah yang sudah di sepakati mas”/wawancara dengan

Bapak Suroso pembeli buah duku pada tanggal 14 Maret 2018.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa,

sistem penjualan buah kelengkeng musiman dilakukan oleh sebagian

penduduk di Desa Kecandran dikarenakan kebutuhan ekonomi yang

mendesak. Dengan cara inilah pembeli dapat dengan mudah mendapatkan

keuntungan karna selain harganya relatif murah. Sehingga pembeli bisa

mendapatkan keuntungan sekalipun itu sedikit dan pembeli juga bisa

tolong-menolong.

E. Perspektif Hukum Islam tentang Praktik Jual Beli Musiman

Dalam kehidupan bermasyarakat saling tolong menolong dan

membantu antar sesama itu diharuskan. Karena sebagai makhluk sosial

kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal tersebut

dijelaskan di dalam Surat Al-Maidah Ayat 2 :

Artinya : “Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,sungguh, Allah

sangat berat siksa-Nya”.

Page 74: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

74

Salah satu bentuk muamalah dalam bermasyarakat yaitu jual beli.

Dalam praktik jual beli harus memenuhi aturan terkait syarat dan rukun

yang sesuai dengan syariat Islam sebagaimana yang telah di utarakan

dalam bab II bahwa jual beli di anggap sah apabila memenuhi syarat

dan rukun yang telah di tentukan dalam Islam.

1. Dilihat dari Segi Rukun

Sudah dijelaskan dalam Hukum Islam bahwa pelaksanaa jual beli

musiman itu harus memperhatikan ketentuan yang bisa menjamin

dalam pelaksaanya tidak merugikan salah satu pihak. Dalam

menjalankan ketentuan tersebut maka di butuhkan Rukun dan Syarat.

Berdasarkan hal tersebut penulis akan mencoba meninjau

pelaksanaan praktik jual beli musiman.

Dalam jual beli terdapat rukun yaitu sighat atau ijab qabul, „aqid

(penjual dan pembeli), ma‟qud alaih (objek akad).

a. Aqad atau ijab qabul

Sighat ijab qabul antara penjual dan pembeli misalnya

seseorang berkata,”kuserahkan pohon ini kepadamu untuk

di panen buahnya selama lima musim dengan pembayaran

di awal. Untuk satu musim buah kelengkeng dengan harga

Rp 200.000 jadi selama lima musim Rp 1.000.000, apabila

hasil panen tidak bagus maka saya yang akan memanennya

dan kamu akan di gantikan dengan musim selanjutnya”.

Page 75: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

75

Kemudian pembeli menjawab”aku akan melaksanakan

semua ketentuan yang telah engkau ucapkan”.

b. „aqid (penjual dan pembeli)

Syarat penjual dan pembeli yang melakukan aqad yaitu

baligh berakal agar tidak mudah ditipu orang. Batal aqad

anak kecil, orang gila, orang bodoh, sebab mereka tidak

pandai mengendalikan harta dan beragama Islam syarat ini

khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu

misalnya seseorang dilarang menjual hambanya yang

beragama Islam sebab besar kemungkinan pembeli tersebut

akan merendahkan abid yang beragama Islam. Dalam

penelitian ini penjual dan pembeli sudah baligh dan

berakal.

c. Ma‟qud alaih (obyek aqad)

Obyek yang digunakan dalam transaksi jual beli ini adalah

buah kelengkeng, duku dan durian. Objek jual beli itu harus

jelas atau tidak mengandung unsur gharar, tetapi hasil

penelitian dari penulis objek dalam buah musiman ini

mengandung unsur gharar atau ketidak jelasan. Obyek

tersebut merupakan barang yang belum diketahui maka dari

itu tidak boleh di perjual belikan dalam syariat Islam.

Dengan begitu timbul pertanyaan, bahwa ketidakjelasan

barang tersebut tidak sesuai dengan ketentuan syariat Islam,

Page 76: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

76

maksudnya pemanfaatan barang tersebut bertentangan

dengan norma-norma agama yang ada. Misalnya jika

sesuatu barang di beli, yang tujuan pemanfaatan barang

untuk berbuat yang bertentangan dengan syariat agama

Islam dalam kata lain perbuatan yang dilarang, maka dapat

dikatakan bahwa barang yang demikian disebut dengan

gharar (belum kelihatan).

2. Dilihat dari segi syarat

Sudah dijelaskan dalam Hukum Islam bahwa pelaksanaa jual beli

musiman itu harus memperhatikan ketentuan yang bisa menjamin

dalam pelaksaanya tidak merugikan salah satu pihak. Dalam

menjalankan ketentuan tersebut maka di butuhkan Rukun dan Syarat.

Berdasarkan hal tersebut penulis akan mencoba meninjau

pelaksanaan praktik jual beli musiman.

Dalam jual beli terdapat syarat yaitu baligh, berakal, beragama

Islam

a. Baligh berakal agar tidak mudah ditipu orang. Batal akad anak

kecil, orang gila, orang bodoh, sebab mereka tidak pandai

mengendalikan harta. Oleh karena itu, anak kecil, orang gila

dan orang bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun miliknya,

Allah berfirman:

فهآء اموالك )النسآء:ة(ول ثؤث ؤ االس

Page 77: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

77

“Dan janganlah kamu berikan hartamu kepada orang-orang

yang bodoh” (Al-Nisa:5)

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa harta tidak boleh

diserahkan kepada orang bodoh. „Illat larangan tersebut ialah

karena orang bodoh tidak cakap dalam mengendalikan harta,

orang gila dan anak kecil juga tidak cakap dalam mengelola

harta sehingga orang gila dan anak kecil juga tidak sah

melakukan ijab qabul. Para pelaku di desa Kecandran ini sudah

dalam kategori Baligh dan berakal.

b. Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam

benda-benda tertentu, misalnya seseorang dilarang menjual

hambanya yang beragama Islam sebab besar kemungkinan

pembeli tersebut akan merendahkan abid yang beragama

Islam, sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin

memberi jalan kepada orang kafir untuk merendahkan

mukmin, firman-Nya:

“Dan Allah sekali-kali tidak memberi jalan bagi orang kafir

untuk menghina orang mukmin” (Al-Nisa:141) (Suhendi,

2014: 74-75).

Dalam praktik jual beli musiman di desa Kecandran para pihak

yang melakukan transaksi yaitu penjual dan pembeli beragama Islam

Page 78: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

78

c. Kehendak sendiri (bukan paksaan)

Tidak sah jika ada unsur pemaksaan terhadap hartanya

tanpa kebenaran karena tidak ada kerlaan darinya.Adanya

kerelaan tidak dapat dilihat sebab kerelaan berhubungan

dengan hati, kerelaan dapat diketahui melalui tanda-tanda

lahirnya, tanda yang jelas menunjukan kerelaan adalah ijab dan

kabul, Rasulullah SAW bersabda :

ت قن ا ثنا ن ال عن أ ب هر يرة رض عن النب ص م قا ل ل ي

عن تر ا ض )روه ا بو داود و التمذي(

“dari abi hurairah R.A. dari Nabi SAW bersabda: janganlah

dua orang yang jual beli berpisah, sebelum saling meridhai”

(Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi).

ما البيع عن تراض )رواةابن مجاة( ه قال النب م ا

“Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli hanya sah

dengan saling merelakan” (Riwayat Ibn Hibban dan Ibn

Majah).

Para pelaku jual beli musiman di desa Kecandran ini kedua belah

pihak saling rela karena tidak ada unsur paksaan dari siapapun.

d. Barang harus jelas

Jual beli buah-buahan yang belum sempurna keadaanya

(ngijo masih kembang, muda belum musimnya) tidak boleh,

Page 79: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

79

termasuk jual beli gharar. Jual beli buah-buahan yang masih

dipohonya, tetapi sudah sempurna keadannya, sudah tua, sudah

masak atau sudah bisa dimanfaatkan (yang segera dipetik)

boleh, sebab sudah jelas keadannya.

Sesuai dengan sabda Nabi SAW :

(اخر جه البخا ري ومسلمل ثباع الثمرة حت يبد و صل حا )

Artinya : “Buah-buahan tidak dijual belikan sehingga jelas

baiknya”. (HR. Bukhari dan Muslim) (Salomo, 1978: 193).

Praktik jual beli di desa Kecandran termasuk gharar karena

terdapat ketidak jelasan buah belum masak, masih kembang. Peneliti dapat

menyimpulkan bahwa jual beli musiman ini tidak sesuai dengan Hukum

Islam.

Dari pemaparan diatas penulis menyatakan bahwa jual beli yang

dilakukan tersebut jika dilihat dari segi obyek barang yang

diperjualbelikan adalah sah menurut Hukum Islam karena barang yang

diperjualbelikan bukan barang yang najis, bermanfaat, kepemilikan penuh

dari si pemilik pohon kelengkeng, duku dan durian.

Menurut pemaparan yang dituliskan pada bab 2, jual beli buah

kelengkeng, duku dan durian tersebut menggunakan sistem transaksi jual

beli musiman yang dibayarkan sekaligus diawal perjanjian padahal buah

tersebut belum masa panen. Beberapa ulama mengatakan bahwa transaksi

Page 80: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

80

seperti itu tidak boleh dilakukan dengan alasan buah-buahan tersebut

belum sempurna keadaanya termasuk jual beli gharar seperti yang sudah

ditulis pada bab 2.

Dari penjelasan diatas yang menjadi suatu kemungkinan tidak

sahnya jual beli musiman adalah tidak diketahui jumlahnya. Jadi secara

keseluruhan bahwa jual beli buah kelengkeng, duku dan durian yang

dilakukan di Kecandran menurut Hukum Islam tidak boleh dan tidak sah

karena tidak jelasnya karena buah tersebut belum tampak kebaikan atau

kelayakanya namun sudah dibayar semunya diawal perjanjian.

Dalam praktik pelaksanaan jual beli musiman di Kecandran pihak

penjual telah menjual buah kelengkeng selama lima musim, duku selama

tiga musim dan durian setiap musim. Sementara dari pihak pembeli

membayar di awal buah kelengkeng, duku dan durian selama beberapa

musim kedepan dan apabila gagal panen maka yang memanen buah

kelengkeng, duku dan durian itu penjual dengan ketentuan si pembeli di

gantikan dengan tahun berikutnya.

Walaupun didalam praktik jual beli musiman terdapat ijab dan

qabul karena unsur kerelaan antara penjual dan pembeli, namun dalam

unsur kerelaan tersebut masih mengandung ketidak jelasan pada obyek

(kesamaran) maka hal tersebut tidak di benarkan dalam Islam. Pada

dasarnya praktik jual beli buah kelengkeng, duku durian musiman di

Kecandran Kecamatan Sidomukti Salatiga adalah dalam faktor kebutuhan

ekonomi (tolong-menolong).

Page 81: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan jual beli di desa Kecandran ini awal mulanya karena

faktor ekonomi, penjual telah menjual buah yang ada di pohon yang

dimilikinya kepada pembeli dengan sistem musiman yaitu satu pohon

kelengkeng dibayar lima musim sekali, pohon duku dibayar tiga tahun

sekali dan durian satu tahun sekali. Praktik jual beli dengan sistem

musiman di desa Kecandran ini adalah menggunakan akad jual beli,

dimana pemilik pohon meminjamkan pohonya untuk di panen buahnya

kepada pembeli dan dari hasil panen semuanya menjadi hak milik

pembeli, tetapi apabila buah kelengkeng setiap satu musim gagal

panen maka yang berhak memanen adalah si pemilik pohon atau

penjual dan akan digantikan musim berikutnya. Kalau buah duku

apabila gagal panen juga yang berhak memanen adalah pemilik pohon

tetapi Cuma digantikan selama satu musim saja. Berbeda lagi dengan

durian tidak akan mendapatkan ganti rugi dari pemilik pohon atau

penjual.

2. Pelaksanaan jual beli musiman di desa Kecandran dalam pandangan

Hukum Islam adalah termasuk dalam akad jual beli. Selain itu, dapat

diketahui bahwa dalam praktiknya tersebut terdapat sifat gharar yang

Page 82: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

82

tidak sempurnanya akad jual beli karena terdapat ketidakjelasansuatu

barang yang belum terlihat tetapi sudah dilakukan pembayaran diawal.

B. Saran

1. Masyarakat Akademis

Perlunya pihak masyarakat akademis untuk mengevaluasi kembali

praktik jal beli musiman tersebut supaya tidak terjadi lagi dan

diharapkan bisa memberi contoh kepada masyarakat biasa supaya

melakukan transaksi jual beli dengan cara yang biasa saja yang pasti

barang harus jelas dan tidak ada unsur gharar nya.

2. Tokoh Agama

Diharapkan memberi wawasan kepada masyarakat tentang jual beli

yang sesuai dengan Hukum Islam untuk menghindari sifat gharar

sehingga ketidakjelasan buah yang tumbuh dapat dihindari.

3. MasyarakatUmum

Hendaknya antara penjual dan pembeli mentaati apa yang sudah

ditetapkan dalam syarat dan rukun jual beli agar transaksi jual beli

tersebut menjadi berkah dan tanpa adanya kesalahpahaman di waktu

kemudian.

Page 83: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

83

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan Terjemahnya.

BUKU-BUKU

Al-Ghazali, Imam. 2002. Benang Tipis Antara Halal dan Haram. Surabaya: Putra

Pelajar.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Bungan, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial: Format Kuantitatif dan

Kualitatif. Surabaya: Airlangga University.

Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqh Muamalah. Yoyakarta:Pustaka

Pelajar.

Farida Khiftiyani Ifda. 2016. Tinjauan Hukum Islam terhadap jual beli sawah

tahunan di Desa Ngabar Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo.STAIN

Ponorogo.

Huda, Qamarul. 2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta:Teras.

J. Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Moleong, J, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

J. Moloeng, Lexy. 2011 .Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Mantoro Adi. 2014. Tinjauan Hukum Islam terhadap jual beli buah jambu

alpukat musiman (Studi kasus di Desa Kota Batu Kecamatan Warkuk Ranau

Selatan Sumatra Selatan). STAIN Ponorogo.

Miru, Ahmadi. 2012. Hukum Kontrak Bernuansa Islam. Jakarta:PT raja grafindo

persada.

Mubarok, Abu Hazim. 2013. FIQH IDOLA Terjemahan Fathul Qarib. Jawa

Barat: Mukjizat.

Nawawi, Ismail. 2012. Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Pasaribu, Chairuman dan Suhrawardi K. Lubis.1996. Hukum Perjanjian Dalam

Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Rasjid, Sulaiman, Haji. 2014. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Aglensindo.

Page 84: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

84

Romy, Soemitro. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Junemetri. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Rusyd, Ibn. 2007. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Mustashid. Jakarta: Pustaka

Amani.

Suhendi, Hendi, Haji. 2104. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

Tsamrotul Fikriyyah. 2008.Tinjauan Hukum Islam terhadap kontrak pohon

mangga di Desa Pawidean Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu.

UIN Sunan Kalijaga.

INTERNET

http://digilib.uin-suka.ac.id/147diaksespadatanggal 17 Januari 2018

http://etheses.iainponorogo.ac.id/1940diaksespadatanggal 17 Januari 2018

http://etheses.iainponorogo.ac.id/145diaksespadatanggal 17 Januari 2018

Page 85: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

85

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitae

Data Pribadi

Nama : Feri Firdaus

Tempat/Tanggal Kelahiran : Kab. Semarang/ 03 Mei 1995

Alamat : Gedongan RT 02/RW 02 Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga

Email : [email protected]

Nomor Telepon : 085701550748

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan

TK MA’ARIF KECANDRAN, Lulus Tahun 2001

SD NEGERI SIDOREJO LOR 02, Lulus Tahun 2007

MT NU SALATIGA, Lulus Tahun 2010

MAN SALATIGA, Lulus Tahun 20013

Page 86: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

86

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Hormat saya,

Feri Firdaus

Page 87: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

87

Page 88: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

88

Page 89: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

89

Page 90: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

90

Page 91: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

91

Page 92: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

92

Page 93: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

93

Page 94: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

94

Page 95: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

95

Page 96: PRAKTIK JUAL BELI MUSIMAN (StudiKasus di ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5015/1/SKRIPSI FIX.pdf · 2002: 85). Dalam praktik jual beli yang saya teliti disini yaitu buah

96