PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

21
PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SOLUSI SAWIT DALAM KAWASAN HUTAN Oleh: RAKHMAT HIDAYAT (Dewan Anggota KKI WARSI) Disampaikan pada Diskusi Webinar Tandan Sawit interaktif Volume 6

Transcript of PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

Page 1: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SOLUSI SAWIT DALAM

KAWASAN HUTAN

Oleh:

RAKHMAT HIDAYAT

(Dewan Anggota KKI WARSI)

Disampaikan pada Diskusi Webinar Tandan Sawit interaktif Volume 6

Page 2: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

KONDISI HUTAN INDONESIA

• Luas Hutan di Indonesia 120,7 jt Ha(63,09 % dari luas daratan)

• Jumlah Penduduk miskin di arealhutan 10,2 jt (36,73% dari totalpenduduk miskin di Indonesia27,77 Jt) Sumber: Satistik KLHK, 5 Desember 2017

• Alokasi Pengelolaan Hutan untukmasyarakat ±13 % Sumber: PIAPS

PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA

Timber Extraction

Timber Management

PerhutananSosial

Akses Pengelolaan Hutan pada Pemerintahan (kolonial Belanda

dan Jepang)

HPH dan HTI diterapkan di Indonesia (Akses Pengelolaan Hutan untuk

Perusahaan tertentu)

Terbukanya Akses Pengelolaan Hutan untuk Masyarakat dalam bentuk:

PHJO, PHBM, HKm, HTR, HD, KULIN KK, IPHPS, HA & HR

Page 3: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

3

PERHUTANAN SOSIAL

Adalah system pengelolaan hutan lestariyang dilaksanakan dalam kawasan hutannegara atau hutan hak/hutan adat yangdilaksanakan oleh masyarakat setempat ataumasyarakat hukum adat sebagai pelaku utamauntuk meningkatkan kesejahteraannya,keseimbangan lingkungan dan dinamika sosialbudaya dalam bentuk HD, HKm, HTR, HR, HAdan Kemitraan Kehutanan

Page 4: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

“Pemberian akses kelola Perhutanan Sosial harus aman dan tepat sasaran”

- miskin – berlahan sempit / tidak berlahan – di dalam / pinggir kawasan hutan -

Page 5: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

HARAPAN PUBLIK TERHADAP PERHUTANAN SOSIAL

1. Zaman baru pengelolaan hutan yang berkeadilan, berkesejahteraandan berkelanjutan yang berbasis masyarakat dengan dukungan para pihak;

2. Jalan keluar untuk mengatasi ketimpangan penguasaan lahan dalam kawasan hutan;

3. Upaya menjaga tradisi, kearifan tradisional, pengetahuan dan teknologi lokal serta kedaulatan budaya;

4. Pemberian akses legal pengelolaan hutan kepada masyarakat;

5. Penyelesian konflik tenurial kawasan hutan;

6. Pemerataan kesejahteraan masyarakat dan mengatasi kesejanganekonomi; dan

7. Pelibatan secara penuh masyarakat didalam mengatasi degradasi dan deforestasi.

Page 6: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

JAMBI DALAM GERAKAN PERHUTANAN SOSIAL

1. Salah satu inisiator awal skema Hutan Adat, dimulai dengan pengakuan Hutan Adat Temedak di Desa Keluru Kabupaten Kerinci pada tahun 1994 seluas 23 Ha oleh Bupati Kabupaten Kerinci;

2. Inisiator awal Hutan Desa di Indonesia, dimana pada tahun 2009 dilakukan pencanangan Hutan Desa pertama di Indonesia untuk Hutan Desa Lubuk Beringin Kecamatan Batin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi melalui SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.109/Menhut-II/2009 tanggal 17 Maret 2009 seluas 2.356 Ha;

3. Salah satu Provinsi yang mempunyai lengkap 5 skema Perhutanan Sosial, baik Hutan Adat, Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan dan Kemitraan Kehutanan;

4. Menjadi sepuluh besar provinsi dengan luas dan jumlah SK Perhutanan Sosial terbanyak di Indonesia;

5. Menjadi lokasi pembelajaran pengembangan Perhutanan Sosial.

Page 7: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

REALISASI

4.194.689,82 Ha± 859.809 KK

6.632 Unit SK

Ijin/Hak

Re

alis

as

i pe

r Ta

hu

n

Realisasi per Skema

455.

743,

87

98.5

58,4

7

151.

017,

03

32.2

76,0

522.

584,

26

1.23

1.13

9,27

1.58

9.31

0,91

146.

336,

01

105.

897,

0

3.24

6,0

26.0

59,0

126,

0 156.

141,

0

280.

435,

0

221.

295,

0

37.7

06,0

164,

0

505,

0

1.30

5,0

1.06

5,0

221,

0

2007-2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Luas (Ha) Jumlah KK Jumlah Unit SK

*)

- Penetapan Hutan Adat = 71.982,86 Ha

- Penunjukan Hutan Adat = 914.927,13 Ha

Page 8: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

TANTANGAN IMPLEMENTASI PERHUTANAN SOSIAL DI PROVINSI JAMBI

1. Dukungan Kebijakan dan anggaran yang mendukung impelemntasi PS (cont: Perda Provinsi NTB

No.14 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Hutan yang mengamanatkan alokasi anggaran

minimal 2% dari APBD untuk a) perlindungan dan konservasi sumberdaya alam, b)

rehabilitasi dan perhutanan sosial, dan c) pengelolaan hutan dan investasi kehutanan, dan

Pergub Sumatera Barat No.52 Tahun 2018 tentang PelaksanaanFasilitasi PS yang menjadikan

PS sebagai tapak pembangunan dan dukungan seluruh OPD untuk PS);2. Keterbatasan pendanaan yang tersedia untuk mendukung proses fasilitasi untuk akses perizinan dan

paska izin;

3. Kapasitas pendampingan (fasilitasi) di tingkat lapangan/daerah (kapasitas, kuantitas dan kualitas

fasilitator);

4. Pengidentifikasian yang tidak tepat untuk kelompok sasaran (penerima manfaat) dari PS;

5. Pengetahuan dan Pemahaman PS;

6. Ketersediaan Data, Informasi, Peta;

7. Kapasitas KPS/KUPS (Kelola Kawasan, Kelembagaan, dan Usaha);

8. Sinergi dan Koordinasi Para Pihak untuk Implementasi PS (K/L, Pemda, Ornop, BUMN/BUMD, Swasta,

Millenial/Influencer,dan Perguruan Tinggi);

9. Konflik (Tenurial, Batas Administrasi, Kelembagaan Pengelola, Sawit dalam PS); dan

10. Kelembagaan PS Daerah.

Page 9: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

PEMBELAJARAN LAPANGAN PERHUTANAN SOSIAL DILAHAN BERSAWIT

Sungai Beras, dari sawit menuju Paludi Kultur dan Agroforest

Page 10: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

Profil Desa Sungai Beras

• Sungai Beras adalah sebuah nama yang diambil darinama Salah satu Dusun, yang dahulunya ditahun1999 adalah bagian dari Desa Mendahara Ulu yang dipimpin oleh seorang Kepala Dusun yang bernama M. ARFAH dan seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman pada tahun 2004 Desa dalamwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dimekarkandari 63 menjadi 93 Desa/Kelurahan, dan Kecamatanyang dahulunya 6 menjadi 11 Kecamatan berdasarkanPeraturan Pemerintah Kabupaten Tanjung JabungTimur Nomor 12 tahun 2004 tentang PenataanKecamatan dan Desa/Kelurahan dalam KabupatenTanjung Jabung Timur.

• Dusun Sungai Beras adalah bagian dari DesaMendahara Ulu yang dahulunya adalah salah satuDusun dari 11 Dusun dalam wilayah Desa MendaharaUlu, sejak ditetapkannya Desa Mendahara Ulu menjadi Kecamatan dan Desa Sungai Beras menjadi bagiandalam wilayah Kecamatan Mendahara Ulu

Page 11: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

• Desa Sungai Beras merupakan desa yang diapit oleh berbagai tipe penggunaanlahan. Pada sisi timur terdapat HutanLindung Gambut (HLG) Sungai Buluh. Pada sisi barat terdapat konsesi PT. Wirakarya Sakti Distrik II. Dan pada sisiutara mengarah ke timur terdapat HGU perkebunan kelapa sawit. Pada kawasanHLG, keanekaragaman hayati masih tinggikarena hutan alamnya masih terjagadengan vegetasi yang cukup rapat.

Page 12: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

EKONOMI

Kehidupan masyarakat Desa Sungai Berasyang didukung oleh sumber daya daratanmengakibatkan terdapat 2 kelompok besarsumber mata pencaharian utamamasyarakat desa yaitu Petani (90% kelapasawit,Kelapa dan Pinang) serta sisanyabergerak dibidang jasa & perdagangandan tanaman lainnya. Namun demikianpotensi daratan luas yang dimiliki desasangat menjanjikan bagi pengembangankehidupan masyarakat desa untuk dapathidup dengan sejahtera akan tetapi belumtergarap dengan baik dan masih banyakdijumpai lahan-lahan produktif yang dibiarkan “menganggur”, diluar HutanKawasan dan HLG.

Page 13: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

Hutan Desa Sungai BerasSejarah

• Desa Sungai Beras telah mengusulkan Kawasan HLG Sungai Buluh

untuk PHBM (Hutan Desa) Seluas 2.096 Ha pada tahun 2012-

2013.

• Pada tahun 2014 keluar SK PAK dari kementerian Kehutanan

dengan nomer SK PAK. 707/Menhut-II/2014.

• Pada tahun 2016 Pemerintah Provinsi Jambi melalui Badan

Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu

(BPMDPPT) telah memberikan Izin Hak Pengelolaan Hutan Desa

(HPHD) kepada LPHD Desa Sungai Beras dengan Nomor SK

17/KEP.BPMD-PPT.4/II/2016 dengan luas 2.200 Ha.

TUJUAN DIUSULKAN NYA HUTAN DESA

• Menyelamatkan ekologi kawasan HLG Sungai Buluh, karena karena

merupakan hutan tropis yang tersisa.

• Memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat di

sekitar kawasan hutan

• Sebagai resolusi konflik terhadap pengelolaan sumberdaya alam,

khususnya resolusi terhadap kebun masyarakat yang sudah

terlanjur masuk dalam HLG, seperti kebun sawit, dan pinang

Page 14: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

Kegiatan Pasca Diperoleh Izin

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Desa

• Pasca diberikan HPHD pada tahun 2016,LPHD beserta Pemerintah Desa danMasyarakat menyusun RencanaPengelolaan Hutan Desa (RPHD) selama10 Tahun ( 2017 – 2027) dengan carapartisipatif,

• Penyusunan RPHD menggunakan MetodePCP dengan difasilitasi oleh KKI Warsi.

• RPHD yang sudah tersusun diturunkanmenjadi Rencana Kerja Tahunan (RKT)Pertahun

Kegiatan Dalam RPHD

Kelola Kelembagaan

Kelola Kawasan, dan

Kelola Usaha

Page 15: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

Kegiatan Pasca Penyusunan RPHD

Kelola Kelembagaan

• Pelatihan Manajemen Organisasi LPHD

• Penyusunan RPHD, RKT

• Rapat Rutinan LPHD dan KTH

• Pembentukan Tim Peduli Bencana Desa Sungai Beras yang didalamnya terdiri dari pemerintah desa, LPHD, KTH dan MPA.

• Integrasi kegiatan PHBM dengan Pembangunan Desa.

• Pelatihan - Pelatihan

Page 16: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

Kegiatan Pasca Penyusunan RPHD

Kelola Kawasan• Penata Batasan Hutan Desa dengan

melakukan Pemasangan Patok Batas Hutan Desa;

• Patroli Kawasan HD dari Kegiatan Ilegal Logging serta Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan;

• Rewetting dengan kegiatan pembangunan sekat kanal secara partisipatif;

• Revegetasi dengan tanaman Jelutung seluas 350 Ha di dalam Kawasan HD pada Zona Pemanfaatan;

• Pengembangan Tanaman Agroforest, sebagai alternatif pengganti sawit; dan

• Pengembangan Paludikultur tanaman yang bernilai ekonomi dikawasan Hutan Gambut

Page 17: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

Kegiatan Pasca Penyusunan RPHD

Kelola Usaha• Budidaya Lebah Madu;• Budiddaya Merica dengan Sistem

Agroforest, terdapat juga di lahan yang sudah ada sawit;

• Budidaya Jelutung;• Budidaya Pinang;• Budidaya Kopi Liberika;• Perbaikan Mutu dan Kualitas Pinang yg

di integrasikan dengan BUMDES;• Pembangunan Greenhouse Penjemuran

dan Gudang Pinang; dan• Pemanfaatan Tumbuhan Nipah untuk

dibuat Tepung, Minuman dan Garam Nipah.

Page 18: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

1. Pengembangan PS memerlukan dukungan kemauan politik kuatdari para pihak, baik dari Kementerian LHK, K/L lain maupunPemerintah Daerah;

2. Dukungan kemauan politik harus disertai mekanisme kontrol danmonitoring-evaluasi yang kuat, dengan menyertakan sisteminsentif dan disinsentif

3. Untuk meningkatkan keefektifan pengembangan PS, diperlukanpeta jalan, baik di tingkat nasional, regional maupun lokal. Peta jalan inilah yang akan menjadi pedoman pengembangan secaraberkelanjutan

4. Pengembangan PS menghadapi persoalan yang kompleks: di satusisi modal sosial yang ada sangat terbatas, di sisi lain kawasanhutan yang tersedia cenderung bersifat open akses

PEMBELAJARAN

Page 19: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

6. Untuk itu, pengembangan PS memerlukan sistem layananyang cermat dan terpadu, tetapi mudah dan sederhana; baikyang terkait dengan perijinan, perencanaan, maupun tata niaga hasil Perhutanan Sosial;

7. Kepastian fasilitasi dan pendampingan yang terstruktur dan terorganisir menjadi kebutuhan penting;

8. Kolaborasi Multipihak (Pemda, KPH, LSM, Universitas, Lembaga Keuangan, Kaum Millenial, Influencer, Pemasar dan lainnya);

9. Praktek mengganti dan atau mencampur sawit dengan jenistanaman lain (tanaman kehutanan) sudah dipraktikkan oleh masyarakat Sungai Beras melalui skema Hutan Desa;

Page 20: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …

9. Pendorong utama praktik sawit campur adalah adanya kebijakan yang mengakomodasi, lahan terbatas dan keamanan pendapatan;

10.Persepsi dan pandangan masyarakat terhadap sawit campur mulai menguat, seiring terus melemahnya harga komoditas sawit, biaya yang tinggi, kebakaran hutan dan lahan dan adanya sumber-sumber pendapatan lain selain dari sawit;

11.Perlu dibangun model pembelajaran sekaligus bukti dan contoh implementasi lapangan sawit agroforest yang bisa unggul dibanding sawit monokultur baik dari sisi produktifitas dan profitabilitas, sosial, dan ekologi.

Page 21: PRAKTEK PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI …