Praktek Mangrove (1)

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan sumber alam di Indonesia yang tidak ternilai harganya, termasuk didalamnya kawasan hutan mangrove dengan ekosistem yang khas dan unik (Purnobasuki, 2005). Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga (kayunya sebagai bahan bangunan, hiasan dan meubel) dan penghasil keperluan industri (bahan tekstil, bahan pembuatan kertas). Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan penebangan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan (Rochana, 2010). Letak ekosistem mangrove merupakan peralihan antara daerah laut dengan daratan, sehingga sering

description

file

Transcript of Praktek Mangrove (1)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangHutan merupakan salah satu kekayaan sumber alam di Indonesia yang tidak ternilai harganya, termasuk didalamnya kawasan hutan mangrove dengan ekosistem yang khas dan unik (Purnobasuki, 2005). Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga (kayunya sebagai bahan bangunan, hiasan dan meubel) dan penghasil keperluan industri (bahan tekstil, bahan pembuatan kertas). Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan penebangan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan (Rochana, 2010).Letak ekosistem mangrove merupakan peralihan antara daerah laut dengan daratan, sehingga sering mengalami gangguan untuk kepentingan manusia dan mengakibatkan kawasan mangrove mengalami kerusakan dan penyempitan lahan yang berdampak pada penurunan keanekaragamannya (Arisandi, 2001). Banyak faktor yang menyebabkan penurunan luas hutan mangrove. Dahuri (2003) mengemukakan bahwa penyusutan hutan mangrove disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : konversi kawasan hutan mangrove menjadi berbagai peruntukan lain seperti tambak, pemukiman, dan kawasan industri secara tidak terkendali, belum adanya kejelasan tata ruang dan rencana pengembangan wilayah pesisir, sehingga banyak terjadi tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan mangrove yaitu penebangan hutan mangrove, bahan bangunan, dan kegunaan lainnya melebihi kemampuan untuk pulih, sedimentasi akibat pengelolaan kegiatan lahan yang kurang baik. Kondisi ekosistem mangrove yang ada di distrik Bokem kabupaten Merauke juga banyak mengalami kerusakan diakibatkan oleh hal-hal di atas, sehingga diperlukan adanya upaya pengelolaan terhadap ekosistem tersebut, dalam rangka pengelolaan hutan mangrove maka perlu adanya studi tentang vegetasi mangrove.B. Rumusan MasalahRumusan masalah yang dapat diajukan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas mangrove yang meliputi jenis-jenis mangrove, keanekaragaman mangrove, dominasi mangrove dan pola zonasi mangrove yang ada di wilayah Kambapi distrik Naukenjerai kabupaten Merauke.C. TujuanTujuan dari Praktek ini adalah :1. Mengetahui struktur komunitas mangrove sebagai akibat dari pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat melalui identifikasi jenis dan penghitungan jenis jumlah dari vegetasi mangrove yang ada di wilayah distrik Bokem kabupaten Merauke2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistem mangrove berupa suhu air, salinitas, pH, dan tipe substrat. 3. Mengetahui upaya-upaya pengelolaan mangrove yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait di wilayah distrik Bokem kabupaten Merauke.

BAB IITUNJAUAN PUSTAKAA. Pengertian MangroveHutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan beradaptasi dalam perairan asin. Bakau adalah tumbuhan daratan berbunga yang mengisi kembali pinggir laut. Sebutan bakau ditujukan untuk semua individu tumbuhan, sedangkan mangal ditujukan bagi seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini (Nybakken, 1992).Menurut Dahuri (2003), hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropik yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Terdapat di daerah tropik atau sub tropik di sepanjang pantai yang terlindung dan di muara sungai yang merupakan komunitas tumbuhan pantai yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove (Direkotrat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2004).

B. Siklus Hidup MangroveMenurut Bengen (1999), jenis mangrove tertentu, seperti Bakau (Rhizophora sp) dan Tancang (Bruguiera sp) memiliki daur hidup yang khusus, diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu itu, semaian memanjang dan distribusi beratnya berubah, sehingga menjadi lebih berat pada bagian terluar dan akhirnya lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dari pohon induk, masuk ke perairan dan mengapung di permukaan air. Semaian kemudian terbawa oleh aliran air ke perairan pantai yang cukup dangkal, dimana ujung akarnya dapat mencapai dasar perairan. Untuk selanjutnya akarnya dipancangkan dan secara bertahap tumbuh menjadi pohon.

C. Ciri-ciri Umum Jenis Mangrove DominanMenurut Putranto (2001), deskripsi taksonomi beberapa jenis mangrove di Indonesia dapat dilihat dibawah ini :(1) AvicenniaNama daerah: Api-apiAkar: Akar nafasa. A. OfficinalisKulit batang halus. Buah berbentuk hati dengan panjang 2-3 cm. mempunyai kulit berbulu seperti beludru. Daun berbentuk oval dengan bagian ujung bulat dan bagian bawah berwarna hijau keabu-abuan.b. A. LanataKulit batang bersisik. Buah berbentuk hati, lebih kecil dari A. Officinalis dengan panjang 1,5 - 2 cm. Daun berbentuk oval dengan bagian pangkal dan ujung meruncing. c. A. MarinaKulit batang halus. Buah berbentuk kapsul dan kelihatan seperti lombok kecil dengan panjang 2-3 cm, berbulu halus dan berwarna hijau kekuning-kuningan. Daun berbentuk elips dengan bagian ujung runcing dan bagian bawah berwarna putih. Dapat dilihat pada Gambar 2.0

Gambar.2.0 Bunga, daun, batang, dan sistem perakaran mangrove jenis Avicennia marina (Noor,1999)(2) SonneratiaNama daerah: Peroda, PadadaAkar: Akar nafasKulit batang: Pecah-pecaha. S. CaseolarisCabang sering melengkung. Ranting menggantung ke bawah. Daun hampir tanpa tangkai. Pangkal tulang daun berwarna merah. Bunga besar dengan banyak benang sari.b. S. OvataRanting lurus. Mempunyai tangkai daun yang nyata. Pangkal tulang daun berwarna hijau. Daun berbentuk oval dengan bagian pangkal bulat. Permukaan daun bergelombang.c. S. AlbaRanting lurus. Mempunyai tangkai daun yang nyata. Pangkal tulang daun berwarna hijau. Daun berbentuk oval dengan bagian pangkal mengecil, permukaan daunnya rata. Mangrove dari jenis Sonneratia alba dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.1 Bunga, buah, daun, dan bentuk akar mangrove jenis Sonneratia alba.(Noor,1999)

(3) RhizophoraNama daerah: Tokke-tokke, bakoAkar: Akar tunjanga. R. MucronataKulit kayu pecah/retak horizontal, berwarna abu-abu sampai hampir hitam. Bunga berwarna putih kekuning-kuningan. Panjang buah (propagule) 60-80 cm dengan kotiledon (berbentuk cincin pada pangkal buah) berwarna kuning. Untuk lebih jelas, Rhizopora mucronata bisa dilihat pada Gambar 3.b. R. ApiculataKulit kayu halus berwarna abu-abu keputih-putihan. Daun berwarna hijau tua dengan bagian bawah berwarna hijau muda. Panjang buah (propagule) 20-30 cm dengan kotiledon berwarna merah.

Gambar 2.2 Buah, Bunga, Daun, dan Ranting mangrove jenis R. mucronata dan R. stylossa (Noor,1999)

(4) BruguieraNama daerah: Tongke, GandiAkar: Akar lututa. B. GymnorhizaKulit kayu berwarna gelap, kasar, dan pecah-pecah. Cabangnya lurus, daun berbentuk oval, panjang 15-22 cm dengan bagian pangkal dan ujung meruncing. Stipula bergetah putih. Bunga berwarna merah. Propagule matang berwarna cokelat, panjang 20-30 cm dan calyx berwarna merah. Dapat dilihat pada Gambar 4.b. B. SexangulaAkar berbanir. Kulit kayu berwarna ke abu-abuan. Daun oval, panjang 11-16 cm dengan bagian pangkal dan ujung meruncing. Stipula tidak bergetah. Bunga soliter berwarna putih. Propagule matang berwarna cokelat kehijauan, panjang 3-5 cm dan calyx berwarna hijau muda.c. B. ParvifloraAkar berbanir. Kulit kayu berwarna keabu-abuan. Daun berbentuk oval. Bunga bergerombol, panjang bunga per tangkai 2-5 cm. Propagule matang berwarna kuning kehijauan dengan panjang 15 -20 cm.

Gambar 2.3 Bentuk buah, bunga, daun, dan sistem perakaran jenis Bruguiera gymnorhiza. (Noor,1999)

D. Fungsi Dan Manfaat Dari Ekosistem MangroveMenurut Bengen (1999), hutan mangrove mempunyai fungsi dan manfaat sebagai berikut :1. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen.2. Penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove.3. Daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds)4. Penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas (pulp).5. Pemasok larva ikan, udang, dan biota laut lainnya.6. Sebagai tempat wisata.Supriharyono (2002), menambahkan ada beberapa manfaat penting hutan mangrove, di antaranya adalah :1. Kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar. Karena nilai kalorinya yang tinggi maka kayu mangrove dapat dipakai sebagai arang (Charcoal). Selain itu beberapa jenis pohon mangrove tertentu mempunyai kualitas kayu yang baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perumahan dan konstruksi kayu;2. Kulit kayu merupakan sumber tannin yang biasa digunakan untuk penyamak kulit dan pengawetan jala atau jaring ikan. Selain itu juga merupakan sumber lem plywood dan beberapa zat warna;3. Daunnya bisa digunakan sebagai makanan hewan ternak. Beberapa dari jenis-jenis tertentu digunakan sebagai obat tradisional baik untuk manusia ataupun hewan ternak, bahkan ada pula yang dipakai sebagai pengganti untuk teh dan tembakau;4. Bunga-bunganya merupakan sumber madu;5. Buah-buahan ada yang dapat dimakan, walaupun beberapa dari buah-buah tersebut ada yang beracun bagi ikan;6. Akar-akarnya efektif untuk perangkap sedimen, memperlambat kecepatan arus, dan erosi pantai;7. Tempat mencari makanan dan berlindung bagi berbagai ikan dan hewan-hewan air lainnya (seperti kerang-kerangan) terutama pada tingkat juvenile; dan8. Hutan mangrove merupakan suatu penyangga antara komunitas daratan dan pesisir (laut), misalnya antara terumbu karang dan lamun (seagrass).Mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangat penting dalam menunjang kelestarian wilayah pesisir. Fungsi tersebut yaitu sebagai tempat spawning ground, feeding ground, nursery ground dan penahan ombak lepas pantai yang mana dapat menyebabkan abrasi pantai. selain itu mangrove juga mempunyai nilai ekonomis yang dapat digunakan oleh masyarakat disekitarnya antara lain untuk pembuatan rumah, perkakas, kayu bakar dan obat-obatan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 2.4 Mangrove sebagai penunjang (Noor,1999)

Secara bioekologis di dalam ekosistem mangrove terdapat hewan-hewan muda (juvenile stage) yang akan dapat melangsungkan pertumbuhan dan perkembangan secara lebih baik menjadi bentuk dewasa, karena kaya akan unsur-unsur hara dan terhindar dari pemangsa (predator), sehingga ekosistem mangrove juga dapat dipandang sebagai unit fungsional dari seluruh sistem estuaria. Mangrove merupakan daerah perikanan yang lebih subur pada dataran lumpur, terutama yang terdapat di daerah sepanjang pantai di sekitar beting karang (reef) dan laguna (lagoon). Tumbuhan mangrove penting sekali sebagai pemroses suplai bahan pangan. Luas areal hutan mangrove sangat mempengaruhi populasi ikan, udang, kerang dan sumberdaya ikan lainnya yang hidup di dalam kawasan hutan mangrove dan di perairan laut sekitar hutan mangrove, bahkan banyak referensi yang menyatakan bahwa besarnya populasi udang penaeid di suatu perairan sangat bergantung pada luasnya areal hutan mangrove di daratannya dan sebaliknya, (Ditjenkan, 1993).E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Mangrovea. SuhuMenurut Kolehmainen et al., (1973) dalam Supriharyono (2000), Suhu yang baik untuk kehidupan mangrove tidak kurang dari 20 C, sedangkan kisaran musiman suhu tidak melebihi 5 C. Suhu yang tinggi (>40 C) cenderung tidak mempengaruhi petumbuhan dan kehidupan mangrove.b. Salinitasc. Bengen (1999), menyebutkan mangrove dapat hidup pada air bersalinitas payau (20-22 ) hingga asin (mencapai 38 ).d. Derajat Keasaman (pH)Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah Effendi (2003).e. Tipe SubstratMenurut Kint (1934) dalam Noor et al.,(1999), di Indonesia substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizopora mucronata dan Avicennia marina. Menurut Bengen (1999), daerah yang paling dekat dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia sp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp, yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik. Meskipun demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya akan bahan organik (KMNLH, 1993).F. Peranan Ekosistem Mangrove Dalam Kegiatan Perikanana. Penangkapan IkanMenurut Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (2004) data perikanan menunjukkan bahwa sekitar 3 % dari hasil tangkapan laut Indonesia berasal dari jenis spesies yang bergantung pada ekosistem mangrove, seperti Penaeus monodon, Penaeus mareueiensis, Metapenaeus spp., kepiting bakau, dan Scylla serrata. Peranan ekosistem mangrove bagi penyedia produk tangkapan hasil laut adalah sebagai daerah asuhan (nursery grounds), daerah pencari makanan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds). Penduduk yang tinggal di dalam atau di dekat hutan mangrove menangkap ikan, udang, kepiting dan moluska setiap hari di areal muara.b. Pembudidayaan IkanEkosistem hutan bakau merupakan suatu ekosistem yang unik, karena adanya proses kehidupan yang saling bergantung antara flora dan fauna baik di daratan maupun di air. Pemanfaatan lahan mangrove untuk budidaya juga harus tetap memperhatikan kelestarian ekosistem mangrove. Hal ini disebabkan karena lahan mangrove bermanfaat untuk penyedia pakan alami dan sumber benih bagi lahan tambak yang ada disekitarnya. Selain itu mangrove dapat berfungsi sebagai penyaring dan mengendapkan limbah yang berasal dari kawasan budidaya (Direkotrat jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2004).G. HabitatMenurut Romimohtarto dan Juwana (2001), Mangrove tumbuh didaerah yang di pengaruhi pasang surut dan membentuk hutan pasut yang terdapat di mintakat antara paras laut rata-rata dan pasut tertinggi pada saat air pasang. Oleh karena itu laut dengan sifatnya yang asin airnya menjadi bagian dari lingkungan normal mangrove. Tidak seperti kebanyakan tumbuh-tumbuhan tinggi lainnya, mangrove menyesuaikan diri pada kondisi salinitas tinggi pada saat akarnya terendam air laut secara berkala pada saat air pasang.Terdapat tiga faktor utama yang menentukan tumbuh dari jenis-jenis mangrove menurut Yayasan Mangrove (1993), yaitu :1. Kondisi dan tipe tanah : keras atau lembek, berpasir atau berlumpur,2. Salinitas : variasi rata-rata harian maupun tahunan ; frekuensi, kedalaman dan lamanya penggenangan; dan3. Ketahanan jenis-jenis mangrove terhadap arus dan ombak.

Menurut Bengen (1999) karakteristik habitat hutan mangrove, yaitu :1. Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir.2. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove.3. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.4. Terlindung dari gelombang besar dan pasang surut yang kuat. Air bersalinitas payau (2-22 o/oo) hingga asin (mencapai 38 o/oo).a. Kemampuan Beradaptasi Dari Pohon MangrovePohon mangrove mempunyai kemampuan beradaptasi pada kondisi apapun. Menurut Bengen (1999), adaptasi pohon mangrove antara lain, sebagai berikut :1) Terhadap kadar oksigen rendahPohon mangrove memiliki bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya : Avicennia spp., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara ; dan (2) bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya: Rhizophora spp.).2) Adaptasi terhadap kadar garam tinggiMemiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.1. Berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam.2. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.3) Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut

H. Zonasi Hutan MangroveMenurut Bengen (1999), zonasi hutan mangrove terdiri atas empat zona, yaitu sebagai berikut :1. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. Yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.2. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Nylocarpus spp.3. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.4. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fructicans, dan beberapa palem lainnya.

Gambar 2.5 zonasi mangrove yang umum yang terdapat di Indonesia

BAB IIIMETODE PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PraktekPraktek dilaksanakan pada tanggal 28 april 2012, bertempat di kampung Kambapi distrik Naukenjerai kabupaten Merauke dengan letak koordinat B. Alat dan Bahan 1) Alat Alat yang digunakan pada waktu prakter dapat dilihat pada tabel 3.0NoNama alatKegunaanSpesifikasi

1.Tali rafiaPembuatan Transek linePanjang 40 m ketelitian 1 m

4.Kantong plasticTempat sampelDaun dan buah

5.Digital cameraDokumentasi gambar3 megapixel

6.Scientific calculatorMenghitung analisa data vegetasi mangrovefx 3600

7.Gunting, pisauMemotong ranting mangroveContoh daun, batang, dan buah

8.Alat tulisPencatatan dataData-data di lokasi

9.Buku IdentifikasiIdentifikasi jenis mangroveMangrove yang ada

10RefraktometerPengukuran salinitas, dan suhuKetelitian 1o /oo

11.pH meterPengukuran pH air dari tiap plotKetelitian 1o C

12.GPSPenentu lokasi praktek

13LaptopPengolah dataApple iBook4G

2) Bahan Bahan dari kegiatan praktek ini yaitu komunitas mangrove yang ada di Kampung Kambapi distrik Naukenjerai kabupaten Merauke..C. Metode Pengumpulan Data1) Data primer yang dibutuhkan dalam kegiatan praktek akhir di dapatkan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap vegetasi mangrove yang terdapat di Desa Kabonga besar Kabupaten Donggala propinsi Sulawesi Tengah dengan menggunakan metode Transek Line .2) Data sekunder di peroleh dari studi literatur buku-buku penunjang yang berhubungan dengan judul praktek ini, yang digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di lokasi praktek. D. Prosedur PraktekPengukuran metode transek line dilakukan dengan cara menarik tali yang digunakan sebagai transek dengan panjang lingkaran Plot 10 x 10 m.Metode kerja dapat dilakukan dengan cara :1) Membuat transek yang memanjang dari tepi laut ke arah darat pada lokasi pengukuran.2) Mengukur data vegetasi mangrove dengan menggunakan metode transek line dengan panjang transek 10 x 10 m yang memiliki 5 sub plot atau kuadran dengan besar 1 x 1 m.3) Mengidentifikasi dan menghitung jenis mangrove pada setiap petak atau kuadran.4) Dalam pengamatan mungkin masih didapatkan jenis tumbuhan mangrove yang belum diketahui maka hal yang perlu dilakukan adalah memotong bagian ranting pohon yang lengkap dengan daunnya, dan apabila memungkinkan diambil juga bunga dan buahnya. Bagian tumbuhan yang telah diambil selanjutnya dipisahkan berdasarkan jenisnya dan dimasukkan kedalam kantong plastik untuk diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi mangrove.E. Analisis DataMelalui metode transek line, keadaan struktur komunitas dapat diketahui dengan mengolah data yang didapatkan, yaitu :1. Data mengenai jenis, jumlah tegakan dan diameter pohon yang terdapat pada setiap transek.2. Data analisis untuk mengetahui kerapatan jenis, frekuensi jenis,luas area penutupuan, dan nilai penting jenis.Menurut Bengen, (1999) data-data yang telah diperoleh dalam hal ini, jumlah tegakan dan diameter pohon yang telah dicatat dapat diolah lebih lanjut untuk memperoleh kerapatan jenis, frekuensi jenis, luas area penutupan, dan nilai penting jenis. Dengan menggunakan rumus dibawah ini :a) Kerapatan Jenis (Di)adalah jumlah tegakan jenis I dalam suatu unit areaRumus :

Di = ni / A

Keterangan :Di = kerapatan jenis i ni = jumlah total tegakan dari jenis I A = total area pengambilan contoh (luas total petak kuadran/plot).b) Kerapatan Relatif Jenis (RDi)Rumus :RDi = (ni / n) x 100Keterangan :ni= Perbandingan antara jumlah tegakan jenis I (ni) n= Jumlah total tegakan seluruh jenisc) Frekuensi Jenis (Fi)adalah peluang ditemukannya jenis I dalam petak kuadran/plot yang diamati : Fi = pi / p

Keterangan :Fi = Frekuensi jenis ipi = Jumlah petak kuadran/plot dimana ditemukan jenis Ip = Jumlah total petak kuadran/plot yang diamati.

d) Frekuensi Relatif Jenis (RFi)Rumus: RFi = (Fi / F) x 100Keterangan :Fi = Perbandingan antara frekuensi jenis i (Fi) F = Jumlah frekuensi untuk seluruh jenise) Penutupan Jenis (Ci)Adalah luas penutupan jenis I dalam suatu unit area, dinyatakan dalam rumus :

Ci = BA/ AKeterangan :BA = DBH2/4 (dalam cm2), (3,1416) adalah suatu konstanta dan DBH adalah diameter pohon dari jenis i A= Luas total area pengambilan sampel (luas total petak sampel atau plot). DBH=CBH/ (dalam cm), adalah lingkaran pohon setinggi dada. f) Penutupan Relatif Jenis (RCi)Rumus :RCi = (Ci / C) x 100Keterangan :Ci= Perbandingan antara luas area penutupan jenis I C= Luas total penutupan untuk seluruh jenisg) Nilai Penting Jenis (IVi)Rumus : IVi = RDi + RFi + RCi

Nilai Penting Jenis suatu jenis berkisar antara 0-300. Nilai Penting ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Hasil Identifikasi Mangrove Di Kampung Kambupi Distrik Naukenjerai Kabupaten MeraukeBerdasarkan hasil pengamatan selama praktek, terlihat bahwa vegetasi mangrove yang terdapat di kampung Kambupi distrik Naukenjerai kabupaten Merauke ditemukan 2 Jenis mangrove yaitu :

B. Analisis Struktur Komunitas Ekosistem MangroveEkosistem mangrove terdiri atas himpunan jenis tumbuhan lainnya dari suku tumbuhan lainnya dari suku tumbuhan yang berbeda beda. Setiap jenis mangrove memiliki frekuensi pemunculan yang berbeda. Selama praktek di lapangan ditemukan 2 jenis mangrove. Kondisi hutan mangrove di lokasi praktek dapat di lihat pada gambar dibawah ini.

C. Komposisi vegetasi Mangrove di Stasiun IPada stasiun I, dengan luas daerah pengamatan 100 m2 ditemukan 2 jenis vegetasi mangrove yaitu rhizophora.............. dan Avicennia..... Total jumlah vegetasi yang ditemukan untuk seluruh jenis adalah sebasar 71 individu. Bila dihubungkan dengan luas lokasi pengamatan, maka kerapatan vegetasi mangrove sebesar 71 ind/100 m2. Komposisi masing masing spesies dapat dilihat pada tabel 4.0 berikutstasiun I

jenisJumlah TegakanPresentasi (%)

Rhizopora4461,97

Avicennia alba2738,02

total71100

Sumber : Data Survey

Dari tabel dan grafik diatas, terlihat bahwa spesies yang paling banyak ditemui adalah dari jenis Rhizopora yaitu sejumlah 44 tegakan atau 61,97% dari jumlah total seluruh jenis. Selanjutnya adalah jenis Avicennia alba dengan jumlah tegakan 27 atau 38,02% dari total jumlah seluruh jenis.

D. Analisis Indeks Nilai PentingPerhitungan indeks nilai penting dilakukan untuk mengetahui besarnya peranan pengaruh dan dominasi dari suatu jenis mangrove pada suatu kawasan tertentu. Pengamatan untuk masing masing jenis mangrove dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut

Tabel 4.1 Hasil Analisis INPSpesiesRdiRfiRciINP

Rhizopora61,9766,657,10185,74

Avicennia alba3833,342,89114

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada stasiun I, spesies yang mendominasi dan memiliki pengaruh terbesar adalah dari jenis Rhizopora dengan nilai 185,74, sedangkan spesies Avicennia alba dengan INP sebesar 114 merupakan jenis mangrove yang pengaruhnya paling kecil pada lokasi praktek. Besarnya nilai INP yang dimiliki oleh Rhizopora menunjukkan bahwa jenis inilah yang mampu hidup dan berkembang dengan baik di kawasan pengamatan stasiun I. Rhizophora merupakan jenis mangrove yang paling umum di jumpai karena memiliki penyebaran yang luasJenis tersebut dapat hidup dengan baik pada daerah yang memiliki pergerakkan air minimal dan tidak dipengaruhi gelombang dan sedimennya berupa lumpur tebal. Kondisi ini sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan, dimana pada stasiun I mempunyai substrat berupa lumpur tebal. Berdasarkan zonasi kawasan mangrove, jenis Rhizophora merupakan jenis yang dapat ditemui pada daerah yang dekat dengan daratan (intertidal) yang dicirikan oleh lumpur yang dalam dan kaya bahan organik. Untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan yang berlumpur tebal dan kaya bahan organik, jenis ini mempunyai pola adaptasi pada akarnya, yaitu akar tongkat yang dilengkapi oleh lensisel.Jenis mangrove lainnya yaitu, Avicennia Alba ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan di stasiun Itidak sesuai untuk kehidupan jenis mangrove tersrbut sehingga peranan jenis ini juga sangat kecil yang ditunjukkan oleh nilai INP yaitu 114. Avicennia memiliki bentuk adaptasi yang unik yaitu memiliki akar yang mempunyai pneumatofor untuk bernafas. Tipe perakaran ini dikenal dengan tipe akar cakar ayam. Bentuk perakaran ini berbeda dengan jenis Rhizophora yang memiliki akar tongkat. E. Kondisi Fisik(a) SuhuSuhu merupakan salah satu parameter penting dalam pertumbuhan mangrove. Mangrove akan tumbuh subur pada daerah tropis yang bersuhu diatas 200 C (Kennish, 1990 dalam Kusmana 1997). Berdasarkan hasil pengukuran, suhu rata-rata perairan di lokasi penelitian berkisar 280 C. Fluktuasi suhu perairan sangat dipengaruhi oleh intensitas pebetrasi cahaya matahari ke dalam perairan, serta dipengaruhi pula oleh ada tidaknya naungan (penutupan) oleh tumbuhan. Bagi kawasan perairan dengan kerapatan vegetasi yang tinggi, suhunya akan cenderung lebih rendah, karena memiliki penutupan yang tinggi, sebaliknya bagi kawasan dengan vegetasi rendah, maka suhunya akan cenderung lebih tinggi. Kondisi ini ditemukan di lokasi praktek. Secara umum suhu di lokasi praktek sesuai untuk pertumbuhan mangrove. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusmana (1997), yang menyatakan bahwa mangrove jenis Rhizophora, Avicennia dan jenis lainnya dapat tumbuh dan memproduksi daun baru pada lingkungan perairan yang bersuhu di atas 260 C(b) SalinitasSalinitas merupakan salah satu parameter penting dalam pertumbuhan mangrove. Berdasarkan hasil pengukuran, salinitas di lokasi penelitian berkisar 26,5 0/00.(c) Derajat Keasaman (pH)Derajat Keasaman (pH)yang dimiliki perairan laut senantiasa berada dalam keseimbangan, karena ekosistem laut mempunyai kapasitas penyangga (buffer capacity) yang mampu mempertahankan nilai pH. Berdasarkan hasil pengukuran di tempat penelitian kisaran rata-rata pH yang didapat adalah sebesar 8,1. Kisaran nilai pH ini nasih sesuai dengan pertumbuhan mangrove, karena pada kisaran pH < 5,0 atau pH >9,00

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :1. Kondisi ekosistem mangrove di kawasan pesisir kampung kambupi distrik Naukenjerai kabupaten Merauke masih berada pada kondisi yang baik hal ini ditunjukkan oleh kerapatan vegetasi mangrove yang terdapat di stasiun I yang berkisar 71 ind/100m22. Selama pengamtan di lapangan ditemukan 2 jenis mangrove di stasiun I. Jenis mangrove yang paling dominan adalah Rhizophora sp (44 tegakan). Sebaliknya yang paling sedikit adalah Avicennia alba (27 tegakan).3. Hasil perhitungan indeks struktur komunitas mangrove menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di kampung Kambupi distrik Naukenjerai kabupaten Merauke berda pada kondisi rendah karena hanya ditemukan 2 jenis mangrove saja. B. Saran Perlu adanya peran serta masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian hutan mangrove guna dapat terus dimanfaatkan secara berkelanjutan (Sustainable)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Dwi Setyawan 2008, Buku Ajar : Biodiversitas ekosistem Mangrove di Jawa ; Tinjauan Pesisir utara dan Selatan Jawa Tengah ; Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Ahmad Dwi Setyawan, S.Si, Ari Susilowati, M.Si, Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D 2002, Biodiversitas Genetik, Spesies dan Ekosistem Mangrove di Jawa ; Jurusan Biologi ; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ; Universitas Sebelas Maret Surakarta

Anugrah Nontji 2007, Laut Nusantara, Penerbit Djambatan, Jakarta

Yus Rusila Noor, M. Khazali, I N.N. Suryadiputra 2006, Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia, PHKA/WHP, Bogor