Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

22
1. MATERI METODE 1.1. Alat dan Bahan 1.1.1. Alat Alat yang digunakan di dalam praktikum ini antara lain alat pengering (oven), stirrer, plate stirrer, dan sentrifuge 1.1.2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu biomassa spirulina yang sudah kering, akuades dan dekstrin. 1.2. Metode 1 Biomassa Spirulina dimasukkan dalam erlenmeyer Dilarutkan dalam aqua destilata (1 : 10)

description

praktikum THL

Transcript of Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Page 1: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

1. MATERI METODE

1.1. Alat dan Bahan

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan di dalam praktikum ini antara lain alat pengering (oven), stirrer,

plate stirrer, dan sentrifuge

1.1.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu biomassa spirulina yang

sudah kering, akuades dan dekstrin.

1.2. Metode

1

Biomassa Spirulina dimasukkan dalam erlenmeyer

Dilarutkan dalam aqua destilata (1 : 10)

Page 2: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

2

Disentrifugasi 5000 rpm, 10 menit hingga didapat endapan dan supernatant.

Supernatan diencerkan sampai pengenceran 10-2 dan diukur kadar fikosianinnya

pada panjang gelombang 615 nm dan 652 nm

Diaduk dengan stirrer ± 2 jam

Page 3: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

3

Dicampur merata dan dituang ke wadah

Dioven pada suhu 50°C hingga kadar air ± 7%

Supernatan diambil 8 ml dan ditambah dekstrin dengan perbandingan supernatan :

dekstrin = 1 : 1

Page 4: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

4

Didapat adonan kering yang gempal

Dihancurkan dengan penumpuk hingga berbentuk powder

Kadar Fikosianin (mg/g) diukur dengan rumus :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg /ml )=OD 615−0,474(OD 652)

5,34×

110−2

Yield (mg / g)=KF × Vol(total filtrat )

g (berat biomasa)

Page 5: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

5

Kadar Fikosianin (mg/g) diukur dengan rumus :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg /ml )=OD 615−0,474(OD 652)

5,34×

110−2

Yield (mg / g)=KF × Vol(total filtrat )

g (berat biomasa)

Page 6: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan fikosianin dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Pengamatan FikosianinKeterangan warna :+ : biru muda++ : biru+++ : biru tua

Kel

Beratbiomassa kering(g)

Jumlah aquadesyang

ditambahkan(ml)

Total filtratyang

diperoleh

OD 615

OD 652

KF(mg/ml)

Yield(mg/ml)

Warna

Sebelum di oven

Sesudah di oven

C1 8 80 56 0,1490 0,0575 2,280 15,960 +++ +C2 8 80 56 0,1460 0,0594 2,207 15,449 +++ +C3 8 80 56 0,1437 0,0574 2,181 15,267 +++ +C4 8 80 56 0,1410 0,0593 2,114 14,798 ++ +C5 8 80 56 0,1440 0,0588 2,175 15,225 ++ ++

Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat dilihat bahwa nilai OD pada panjang

gelombang 615 nm dan 652 nm berbeda. Dapat dilihat nilai OD pada panjang

gelombang 615 nm lebih besar dibandingkan dengan nilai OD pada panjang gelombang

652 nm. Nilai OD pada panjang gelombang 615 nm yang paling tinggi didapatkan pada

kelompok C1 dengan nilai sebesar 0,1490 dan yang terendah adalah kelompok C4

dengan nilai sebesar 0,1410. Nilai OD pada panjang gelombang 652 nm yang paling

besar adalah kelompok C2 dan yang terendah terdapat pada kelompok C1. Perbedaan

nilai OD ini berpengaruh terhadap nilai konsentrasi fikosianin dan yield yang

dihasilkan. Dapat dilihat bahwa konsentrasi fikosianin yang paling tinggi adalah

kelompok C1 dengan nilai sebesar 2,280 mg/ml dan yang terendah pada kelompok C4

dengan nilai sebesar 2,114 mg/ml. Begitupun dengan yield yang dihasilkan sama

dengan konsentrasi fikosianin yaitu nilai terbesar ada pada kelompok C1 dan terendah

pada kelompok C4. Dari tabel 1 ini dapat dilihat juga perubahan warna yang terjadi

pada fikosianin yang dihasilkan. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh jumlah dekstrin

yang ditambahkan ke dalam supernatan yang dihasilkan. Untuk kelompok C1 – C3

menggunakan dekstrin sebanyak 8 gram sedangkan untuk kelompok C4 dan C5

menggunakan dekstrin sebanyak 9 gram. Perubahan warna yang terjadi pada kelompok

C1 – C3 adalah dari warna biru tua menjadi warna biru muda sedangkan untuk

kelompok C4 dan C5 terjadi perubahan dari warna biru menjadi warna biru muda.

6

Page 7: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

3. PEMBAHASAN

Mikroalga merupakan penghasil energi alami yang berasal dari perairan. Pertumbuhan

mikroalga ini sangat dipengaruhi oleh pH, suhu, salinitas, cahaya, karbondioksida dan

oksigen serta ketersediaan nutrisi yang cukup (Duangsee, 2009). Mikroalga banyak

dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada industri pangan karena mikroalga memiliki

phycobiliprotein yang dapat memberikan berbagai macam warna yang berbeda seperti

contohnya phycocyanin yang akan memberikan warna biru cerah, phycoerythrin yang

memberikan warna merah dan allophycocyanin yang akan memberikan warna hijau

kebiru-biruan (Santiago-Santos et al., 2004). Hal ini juga dikemukakan oleh Zhang et

al. (2015) dalam jurnal penelitian “Extraction and Separation of Phycocyanin from

Spirulina using Aqueous Two-Phase Systems of Ionic Liquid and Salt” bahwa Spirulina

mengandung phycobiliprotein yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

phycoerythrin, allophycocyanin, dan phycocyanin. Fikosianin sendiri biasanya

digunakan sebagai bahan pewarna alami dalam industri pangan maupun kosmetik.

Kemudian di dalam jurnal penelitian dengan judul “Effect of Blue Green Microalgae

(Spirulina) On Cocoon Quantitative Parameters of Silkworm (Bombyx mori L.)” oleh

Kumar et al. (2009) dikatakan bahwa spirulina atau blue green algae mengandung 18

asam amino, glutamin, asparagin, asam piruvat dan berbagai vitamin seperti biotin,

tokoferol, thiamin, riboflavin dan lain sebagainya.

Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi fikosianin dari mikroalga. Fikosianin ini

merupakan pigmen penghasil warna biru yang alami dan umumnya digunakan untuk

industri makanan permen karet, dairy product dan pembuatan jelly. Pada umumnya

fikosianin dapat diperoleh dari Spirulina platensis, Aphanothece halophytica,

Synechococcus sp. IO 9201 dan Nostoc sp. (Berns & MacColl, 1989). Dalam praktikum

ini bahan yang digunakan adalah Spirulina yang merupakan mikroorganisme yang

termasuk ke dalam kelompok alga biru hijau karena memiliki filamen yang berwarna

hijau kebiruan. Untuk dapat tumbuh dengan maksimal Spirulina sp. ini membutuhkan

suhu, suplai cahaya dan nutrient yang cukup besar. Oleh karena itu berdasarkan syarat

pertumbuhan tersebut maka Spirulina paling cocok tumbuh di daerah tropis. Suhu

6

Page 8: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

7

optimal untuk pertumbuhan Spirulina adalah 35°C – 38°C (Zarrouk, 1966). Dalam

pertumbuhannya Spirulina juga membutuhkan cahaya dan CO2 yang cukup untuk dapat

berfotosintesis dan menghasilkan oksigen. Adapun pH juga menentukan pertumbuhan

Spirulina ini dimana pH optimum adalah antara 8 – 11 dengan kandungan senyawa

karbonat-bikarbonat yang tinggi.

Selain fikosianin, Spirulina juga memiliki kandungan pigmen yang lainnya seperti

halnya klorofil sebanyak lebih dari 1 mg/g sedangkan kandungan fikosianin dalam

Spirulina sendiri bisa mencapai hingga lebih dari 15% bergantung dari spesies Spirulina

yang digunakan dalam pengisolasian (Ngakou et al., 2012). Spirulina juga memiliki

kandungan protein yang cukup tinggi sekitar 50% hingga 70% dari berat keringnya

(Ciferri, 1983). Hal ini dikemukakan juga oleh Tang & Suter (2011) di dalam jurnal

berjudul “Vitamin A, Nutrition, and Health Values of Algae : Spirulina, Chlorella, and

Dunaliella” bahwa spirulina mengandung protein yang tinggi yaitu sekitar 60–70% dari

berat keringnya. Spirulina juga mengandung banyak asam amino esensial yang tinggi.

Biomassa sel Spirulina lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti air atau larutan

buffer jika dibandingkan dengan pelarut non polar. Besar kecilnya keberadaan

fikosianin yang terkandung di dalam biomassa sel tergantung dari banyak sedikitnya

suplai nitrogen yang dikonsumsi oleh Spirulina (Boussiba, 1980). Adapun menurut

Diharmi (2001), pigmen yang terdapat di dalam Spirulina dapat dikelompokkan

menjadi tiga kelas yaitu klorofil a sebesar 1,7% dari berat sel, karotenoid dan xantofil

sebesar 0,5% dari berat sel dan fikobiliprotein yang terdiri dari 20% protein seluler dan

merupakan pigmen yang paling dominan dalam Spirulina.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan selama proses penyimpanan Spirulina ini.

Selama penyimpanan dapat terjadi perubahan warna dari fikosianin yaitu warna akan

memudar sebesar 30% pada hari ke 5 penyimpanan dan akan berubah menjadi bening

setelah disimpan selama 15 hari pada suhu kamar (Patil et al., 2006). Untuk mencegah

perubahan warna tersebut bisa ditambahkan dekstrin yang berfungsi untuk menerangkan

pigmen fikosianin dalam Spirulina selama penyimpanan. Adapun dekstrin menurut

Patel et al. (2005) merupakan polisakarida yang dibuat dari hidrolisa pati yang diatur

oleh enzim tertentu ataupun hidrolisa oleh asam. Dekstrin ini mudah larut di dalam air,

Page 9: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8

mudah terdispersi, tidak kental serta lebih stabil jika dibandingkan dengan pati. Secara

fisik dekstrin berwarna putih hingga kuning. Dekstrin juga mempunyai viskositas yang

relatif rendah sehingga menguntungkan dalam pemakaiannya yang biasa dimanfaatkan

sebagai bahan pengisi atau sebagai agen entrapment karena dapat meningkatkan berat

produk serta memerangkap senyawa penting untuk mempertahankan stabilitasnya

(Wiyono, 2007).

Menurut jurnal “Extraction and Purification of C-phycocyanin from dry Spirulina

Powder and Evaluating Its Antioxidant, Anticoagulant and Prevention of DNA Damage

Activity” oleh Kamble et al. (2013) salah satu usaha yang dibutuhkan untuk

mempertahankan kandungan phycobiliproteins dari Spirulina bubuk adalah dengan

melakukan proses ekstraksi dan purifikasi dari Spirulina. Untuk purifikasi yang baik

dapat dipakai agen presipitat seperti PEG, ethanol acetone, TCA dan amonium sulfat.

Efisiensi dari metode ekstraksi yang dilakukan dapat dilihat dari konsentrasi dan rasio

dari hasil isolasi C-PC. C-PC yang didapatkan dari Spirulina platensis menunjukkan

adanya aktivitas antioksidan in vitro oleh nitrit oksida. Dari hasil penelitian juga dapat

menunjukkan adanya aktivitas antikoagulasi yang didapatkan dari agen antikoagulasi di

dalam heparin. C-PC ini juga berkontribusi dalam mencegah penghancuran DNA oleh

OH-.

Langkah awal dalam melakukan isolasi pigmen fikosianin adalah sebanyak 8 gram

biomassa Spirulina dimasukkan ke dalam erlenmeyer untuk dilarutkan dengan akuades

dengan perbandingan 1 : 10 (8 gr : 80 ml). Langkah ini sesuai dengan Bhaskar et al.

(2005) yang menyatakan bahwa Spirulina sp. lebih mudah larut di dalam pelarut polar

seperti air dan larutan buffer. Kemudian langkah selanjutnya yaitu biomassa diaduk di

atas stirrer selama kurang lebih 2 jam. Fungsi pengadukan ini yaitu untuk memudahkan

pemisahan fikosianin dari Spirulina (Hartayanie & Rika, 2011). Selanjutnya larutan

tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit hingga diperoleh

endapan dan supernatan. Tujuan dilakukannya sentrifugasi adalah agar dapat

memisahkan fikosianin dari Spirulina secara sempurna. Kemudian supernatan yang

dihasilkan dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volume yang didapat dari semua

filtrat yang didapatkan untuk menjadi total filtrat yang diperoleh. Kemudian, dari filtrat

tersebut diambil 1 ml untuk diencerkan hingga pengenceran 10-2. Langkah berikutnya

Page 10: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

9

yaitu mengukur kadar fikosianin menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang 615 nm dan 652 nm. Pengukuran fikosianin dengan spektrofotometer ini

digunakan untuk dapat mengetahui kemurnian dari fikosianin yang dihasilkan dengan

rasio absorbansi yang digunakan (Vonshak, 1986). Setelah didapatkan kadar

fikosianinnya maka dapat dihitung konsentrasi fikosianin menggunakan rumus :

KF= OD615-0,474 (OD652)5,34

x faktor pengencer

Semua alga memiliki kemampuan dalam menangkap gelombang cahaya.

Phycobiliproteins mampu menyerap cahaya dalam gelombang yang panjang seperti

halnya yang dikemukakan dalam jurnal “Phycocyanin Sensitizes Both Photosystem I

and Photosystem II in Cryptophyte Chroomonas CCMP270 Cells” oleh van der Weij-

De Wit et al. (2008). Dalam penelitian ini digunakan panjang gelombang 400 dan 582

nm untuk menganalisa PC645. Hasilnya menunjukkan bahwa energi yang terdapat di

dalam PC645 yang berasal dari Chroomonas ini mampu di transfer dengan baik kepada

PSI dan PSII yang merupakan sumber dari fikosianin di dalam Chroomonas.

Setelah dilakukan pengukuran kadar fikosianin selanjutnya supernatan tersebut

ditambahkan dengan dekstrin dengan perbandingan 1 : 1. Tujuan dari penambahan

dekstrin ini adalah untuk mempercepat pengeringan, mengurangi kerusakan pigmen

akibat panas, meningkatkan total padatan serta untuk memperbesar volume. Setelah

ditambahkan selanjutnya dilakukan pencampuran secara merata hingga tidak ada

gumpalan dekstrin lagi di dalam supernatan agar tercampur secara sempurna. Setelah

tercampur rata maka campuran tersebut dituangkan ke dalam wadah yang telah dilapisi

plastik kemudian dimasukkan ke dalam oven bersuhu 45°C dan dikeringkan hingga

kadar air mencapai kurang lebih 7%. Menurut MacColl (1983) tujuan utama dari proses

pengeringan ini adalah untuk mengurangi kadar air bebas yang masih dapat digunakan

oleh bakteri agar tidak dapat merusak fikosianin. Setelah proses pengeringan maka akan

terbentuk adonan kering yang gempal. Oleh karena itu, adonan tersebut harus

dihancurkan hingga menjadi bubuk dengan cara ditumbuk.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa nilai absorbansi untuk panjang gelombang

615 nm berkisar antara 0,1410 – 0,1490 dan untuk panjang gelombang 652 nm

Page 11: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

10

didapatkan nilai absorbansi kisaran antara 0,0575 – 0,0594. Menurut Fox (1991),

metode absorbansi dipengaruhi oleh konsentrasi dan kejernihan larutan sehingga apabila

larutan semakin keruh maka hal itu menunjukkan bahwa konsentrasi larutan sangat

besar. Nilai KF dan nilai yield dari fikosianin sangat dipengaruhi oleh optical density

(OD) sedangkan nilai OD ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan kejernihan

larutan. Nilai KF berkisar antara 2,114 – 2,280 sedangkan nilai yield berkisar mulai dari

14,798 sampai dengan 15,960.

Penambahan dekstrin dibagi dalam dua kelompok yaitu untuk kelompok C1 – C3

menggunakan dekstrin sebanyak 8 gram sedangkan untuk kelompok C4 dan C5

menggunakan dekstrin sebanyak 9 gram. Hal ini terlihat sangat berpengaruh terhadap

warna dari fikosianin sebelum di oven. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa

warna sebelum di oven untuk kelompok C1 – C3 berwarna biru tua sedangkan untuk

kelompok C4 dan C5 berwarna biru. Kemudian setelah dioven dan dikeringkan ternyata

fikosianin dari semua kelompok telah berubah warna menjadi biru muda. Hal ini telah

sesuai dengan pernyataan Mishra et al. (2008) bahwa warna dari fikosianin akan

memudar sebesar 30% setelah penyimpanan selama 5 hari dan akan menjadi bening

setelah penyimpanan 15 hari di dalam suhu 35°C. Warna yang pucat ini disebabkan

oleh penambahan bubuk dekstrin dalam konsentrasi yang tinggi (Brekelman &

Lagarias, 1986). Namun dari hasil pengamatan ternyata tidak nampak perbedaan yang

nyata dalam penambahan dekstrin terhadap perubahan warna fikosianin. Hal ini dapat

disebabkan karena adanya kesalahan dalam mengamati warna dari fikosianin setelah di

oven atau bisa dikarenakan pencampuran dekstrin yang tidak merata.

Page 12: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

4. KESIMPULAN

Pertumbuhan mikroalga dipengaruhi pH, suhu, salinitas, cahaya dan suplai oksigen.

Spirulina dapat menghasilkan pigmen fikosianin yang berwarna biru.

Spirulina paling cocok tumbuh pada kondisi tropis.

Suhu optimal untuk Spirulina adalah 35°C - 38°C.

pH optimum bagi Spirulina yaitu antara 8 – 11.

Kandungan protein dalam Spirulina yaitu sekitar 50 – 70 % dari berat keringnya.

Pigmen fikosianin larut dalam pelarut polar seperti air.

Pengukuran konsentrasi fikosianin secara kuantitatif dapat dilakukan menggunakan

spektrofotometri dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm.

Besar kecil nya konsentrasi fikosianin tergantung dari suplai nitrogen.

Fungsi penambahan dekstrin adalah supaya mempercepat pengeringan, mengurangi

kerusakan pigmen akibat panas, meningkatkan total padatan serta untuk

memperbesar volume.

Nilai OD memengaruhi hasil dari konsentrasi fikosianin dan nilai yield.

Konsentrasi fikosianin dan nilai yield berbanding lurus dengan nilai OD.

Semakin banyak dekstrin yang ditambahkan ke dalam fikosianin maka warna

fikosianin akan semakin memudar.

Semarang, 7 Oktober 2015

Praktikan, Asisten Dosen

Jessica Kezia Harel Ferdyanto Juwono

13.70.0098

11

Page 13: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

5. DAFTAR PUSTAKA

Berns, D.S. and MacColl, R. (1989). Phycocyanin in physical-chemical studies. Chemical reviews. 89 : 807-825.

Bhaskar, S.U., Gopalaswamy, G. and Raghu, R. A. (2005). Simple method for efficient extraction and purification of C-Phycocyanin from Spirulina platensis Geitler. Indian Journal of Experimental Biology. 43(3): 277-279.

Boussiba S and Richmond A. (1980). c-Phycocianin as a storage protein in the blue-green alga Spirulina plantesis. Archives of Microbiology 125, 143-147.

Ciferri, O. (1983). Spirulina, the edible micoorganism. Microbiology Reviews. 47 : 551–578.

Diharmi A. (2001). Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kandungan Pigmen Bioaktif Mikrolaga Spirulina platensis Strain Lokal (INK). Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Duangsee, Rachen. Natapas Phoopat. Suwayd Ningsamond. 2009. Phycocyanin extraction from Spirulina platensis and extract stability under various pH and temperature. Food Innovation Asia Conference 2009, Bangkok, Thailand.

Fox, P. F. (1991). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.

G. Patil, S. Chethana and A. S. Sridevi. (2006). “Method to obtain C-phycocyanin of high purity”, Raghavarao Journal of Chromatography A., vol. 1127, pp 76-81.

Hartayanie, Laksmi and Rika Pratiwi. (2011). Optimation and Thermal Stability of Phycocyanin Powder from Spirulina platensis. UNIKA Soegijapranata. Indonesia.

Kamble, S. P., Gaikar, R. B., Padalia, R. B., and Keshav D. Shinde. (2013). Extraction and purification of C-phycocyanin from fry Spirulina powder and evaluating its antioxidant, anticoagulation and prevention of DNA damage activity. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol 3 (08), pp 149-153.

Kumar, R. V., Kumar, D., Kumar, A. And S. S. Dhami. (2009). Effect of Blue Green Micro Algae (Spirulina) on Cocoon Quantitative Parameters of Silkworm (Bombyx mori L.). Journal of Agriculture and Biological Science. Vol. 4, No, 3. ISSN 1990-6145.

Mishra SK, Shrivastav A, Mishra S. (2008). Effect of preservatives for food grade C-PC from Spirulina platensis. Process Biochemistry 43:339–345.

Ngakou, Albert, Ridine Wague, Mbaiguinam Mbailao, Namba Fabienne. (2012). Changes in the physico-chemical properties of Spirulina platensis from three production sites in Chad. Journal of Animal & Plant Sciences Vol. 13, Issue 3: 1811-1822.

12

Page 14: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

13

Patel, A., Mishra, S., Pawar, R. and Ghosh, P.K. (2005). Purification and characterization of C-Phycocyanin from cyanobacterial species of marine and fresh water habitat. Protein Expression and Purification. 40: 248 –255.

R. MacColl. 1983. Stability of allophycocyanin’s quaternary structure. Biochemistry biophysics. Vol. 223, pp. 24-32.

Santiago-Santos, Ma. Carmen: Teresa Ponce-Noyola; Roxana Olvera-Ramirez; Jaime Ortega-Lopez; Rosa Oivia Canizares-Villanueva. (2004). Extraction and purification of phycocyanin from Calothrix sp. Process Biochemistry. 39 : 2047 – 2052.

Tang, G. and Paolo M Suter. (2011). Vitamin A, Nutrition, and Health Values of Algae : Spirulina, Chlorella, and Dunaliella. Journal of Pharmacy and Nutrition Sciences. Vol. 1. 111-118.

T. R. Brekelman and J. C. Lagarias. (1986). Visualization of bilin-linked peptides and proteins in polyacrylamide gels. Anal Biochem. Vol. 156, pp 194-201.

Van der Weij-De Wit, C. D., Doust, A. B., van Stokkum, I.H. M., and Jan P. Dekker. (2008). Phycocyanin Sensitizes Both Photosystem I and Photosystem II in Cryptophyte Chroomonas CCMP270 Cells. Biophysical Journal. Volume 94, pg 2423-2433.

Vonshak, A. (1986). Laboratory techniques for the cultivation of microalgae. In A. Richmond (Ed.), CRC handbook of microalgae mass culture (pp. 117–143). Boca Raton, USA: CRC Press.

Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat.

Zarrouk, C. (1966). Contribution aletude dune cyanophycee: Influnce de divers facteurs physiques et chimiques sur la croissance et la photosynthese de Spirulina maxima. PhD Thesis, Paris (in French).

Zhang, X., Zhang, F., Luo, G., Yang, S., and Danxia Wang. (2014). Extraction and Separation of Phycocyanin from Spirulina Using Aqueous Two-phase Systems of Ionic Liquid and Salt. Journal of Food and Nutrition Research. Vol 3, No. 1. 15-19. China.

Page 15: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus perhitungan :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = OD615 – 0,474 ( OD652 )

5,34 x

1

10−2

Yield (mg/g) = KF × Vol (total filtrat)g (berat biomassa)

Kelompok C1

KF = 0,1490 – 0,474 (0,0575)

5,34 x

1

10−2 = 2,280 mg/ml

Yield = 2,280×56

8 = 15,960 mg/g

Kelompok C2

KF = 0,1460 – 0,474 (0,0594)

5,34 x

1

10−2 = 2,207 mg/ml

Yield = 2,207×56

8 = 15,449 mg/g

Kelompok C3

KF = 0,1437 – 0,474 (0,0574)

5,34 x

1

10−2 = 2,181 mg/ml

Yield = 2,181×56

8 = 15,267 mg/g

Kelompok C4

KF = 0,1410 – 0,474 (0,0593)

5,34 x

1

10−2 = 2,114 mg/ml

Yield = 2,114×56

8 = 14,798 mg/g

Kelompok C5

14

Page 16: Prak_Jessica Kezia Harel_13.70.0098_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

15

KF = 0,1440 – 0,474 (0,0588)

5,34 x

1

10−2 = 2,175 mg/ml

Yield = 2,175 × 56

8 = 15,225 mg/g

6.2. Laporan Sementara

6.3. Diagram Alir

6.4. Abstrak Jurnal