Prak Perwil New

43
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN WILAYAH 1 SKS(4 jam) 1. Metode : Latihan Kelas dan diskusi panel, didampingi oleh dosen atau asisten, mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 s.d 4 orang. 2. Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum , mahasiswa dapat memahami materi perkuliahan yang telah diberikan secara mendalam, mampu dan terampil menggunakan analisis terapan untuk mengidentifikasi karakteristik dan potensi wilayah sehingga dapat memberikan arahan bagi pengembangan wilayah tersebut sesuai dengan keunggulannya baik secara komparatif maupun kompetitif. 3. Bahan Praktikum : Materi kuliah, data sekunder dari instansi terkait dan pustaka lain yang dianjurkan untuk dipelajari. 4. Jadwal Praktikum : Selama 1 semester dilaksanakan sekitar 12 kali ( minggu) praktikum 5. Penilaian/ evaluasi : Laporan kelompok setiap minggu, aktifitas diskusi dan laporan hasil kunjuangan lapangan baik secara perorangan maupun secara kelompok. Modul Praktikum MK Perencanaan Wilayah - TK 18

Transcript of Prak Perwil New

Page 1: Prak Perwil New

MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN WILAYAH

1 SKS(4 jam)

1. Metode : Latihan Kelas dan diskusi panel, didampingi oleh dosen atau asisten, mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 s.d 4 orang.

2. Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum , mahasiswa dapat memahami materi perkuliahan yang telah diberikan secara mendalam, mampu dan terampil menggunakan analisis terapan untuk mengidentifikasi karakteristik dan potensi wilayah sehingga dapat memberikan arahan bagi pengembangan wilayah tersebut sesuai dengan keunggulannya baik secara komparatif maupun kompetitif.

3. Bahan Praktikum : Materi kuliah, data sekunder dari instansi terkait dan pustaka lain yang dianjurkan untuk dipelajari.

4. Jadwal Praktikum : Selama 1 semester dilaksanakan sekitar 12 kali( minggu) praktikum

5. Penilaian/ evaluasi : Laporan kelompok setiap minggu, aktifitas diskusi danlaporan hasil kunjuangan lapangan baik secara perorangan maupun secara kelompok.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 2: Prak Perwil New

MATERI MINGGU I

Konsep wilayah:

Wilayah merupakan suatu unit geografis yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya saling tergantung secara internal. Tipologi suatu wilayah dapat digambarkan sebagai Gambaran Tunggal dan Gambaran Majemuk.

Gambaran tunggal, yaitu persamaan suatu wilayah ditentukan oleh satu fenomena, misalnya jenis tanah, agama, budaya, jenis komoditas pertanian dan sebagainya.Wilayah ini merupakan unit terkecil dan dapat ditentukan batas-batas unit area atau unit “atomistic” ruang.

Gambaran Majemuk, yaitu suatu wilayah dengan fenomena yang kompleks dengan beberapa persamaan di dalamnya. Gambaran ini dapat terdiri atas beberapa gambaran tunggal dari suatu wilayah, tetapi bila terdapat fenomena yang kompleks yang diperlukan oleh peneliti, maka wilayah ini dapat merupakan suatu wilayah yang kompak.

Batasan wilayah

• Batasan wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Wilayah Homogen (2) Wilayah Nodal, (3) Wilayah Perencanaan dan (4 ) Wilayah Administratif.

1. Wilayah Homogen Ialah wilayah yang dipandang dari suatu aspek mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri yang relatif sama, misalnya dalam hal ekonomi (struktur produksi atau pola konsumsi sama, mata pencaharian sama, tingkat pendapatan masyarakat sama, dll), geografi (topografi atau iklim sama), agama, suku, budaya dan sebagainya yang sama.

Menurut Richardson (1977) dan Hoover (1977) Wilayah homogen dibatasi berdasarkan keseragamannya secara internal (Internal Uniformity), contoh: Jalur Pantura dengan ciri homogenitas lumbung padi. Jika terjadi perubahan terhadap aktivitas usaha tani padi (teknologi, subsidi, harga) akan mempengaruhi bagian wilayah tersebut dengan proses yang sama.

2. Wilayah Nodal• Ialah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara

pusat (center) dan daerah belakangnya (hinterland). • Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, arus faktor

produksi, arus barang dan jasa, ataupun arus komunikasi dan arus transportasi. Dalam konteks ini menurut allen dan MacLellan (dalam

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 3: Prak Perwil New

Sukirno, 1976), batasan wilayah nodal ditentukan oleh sejauhmana pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi terhadap kegiatan ekonomi di daerah lain (Centre – Periphery).

• Wilayah nodal memperlihatkan hubungan saling ketergantungan secara fungsional antar pusat dan daerah belakangnya.

Contoh: Jabotabek (Jakarta sebagai centre; Bogor, Tangerang, Bekasi; sebagai Hinterland)

Berdasarkan bahasa perencanaan:

• Daerah: sebutan untuk lingkungan permukaan bumi dalam batas kewenangan Pemerintah Daerah. Dengan demikian pengertiannya berkaitan dengan batas administrasi misalnya Dati I, Dati II (Sekarang kabupaten, Propinsi)

• Wilayah: sebutan untuk lingkungan permukaan bumi yang berkaitan dengan pengertian kesatuan geografis seperti Wilayah Hutan, Wilayah Aliran Sungai (Jadi sebenarnya istilah DAS yang sering digunakan itu salah, oleh karena itu akhirnya sebagian orang menyebutnya sebagai Wilayah DAS)

• Kawasan: sebutan untuk wilayah dalam batas yang ditetapkan berdasarkan fungsi tertentu, misalnya kawasan perdagangan, kawasan permukiman, kawasan perkantoran, kawasan pendidikan.

Praktikum Minggu ke-1

Topik : Penetapan Deliniasi wilayah menurut konsep Homogenitas

Tujuan : Memahami konsep wilayah dan batasn wilayah berdasarkan karakteritik fisik, sosial dan ekonomi.

Bahan : Data kepadatan penduduk per kecamatan/kabupaten dan data pendapatan perkapita per kecamatan/kabupaten (kondisi sosial ekonomi). Peta Wilayah Kecamatan atau Kabupaten dengan unit analisis wilayah lebih bawahnya bisa diidentifikasi dengan jelas

Pokok Bahasan :1. Lakukan pengelompokkan wilayah berdasarkan kesamaan kondisi sosial

ekonomi pada suatu wilayah atas 3 kelompok: tinggi, sedang dan rendah.

2. Buat peta wilayah berdasarkan pengelompokkan tersebut .Unit analisis kecamatan atau kabupaten.

3. Lakukan superimpose (overlaping map) atas kondisi sosial ekonomi yang dianalsisis berdasarkan konsep homogenitas analisislah hasil pemetaan tersebut.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 4: Prak Perwil New

MATERI MINGGU II

Topik : Perancangan dan Perencanaan Wilayah

Tujuan : Memahami perbedaan antara perancangan dan Perencanaan wilayah dan produk-produknya.

Bahan : Materi kuliah, pustaka lain dan data sekunder mengenai jenis-jenis produk perancangan dan perencanaan wilayah

Pokok Bahasan:

1.Cari produk perancangan dan perencanaan yang sudah dibuat oleh suatu pemda, departemen atau konsultan.

2.Apa perbedaan dan persamaan dari keduanya ditinjau dari faktor-faktor penentu dari kedua produk tersebut.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 5: Prak Perwil New

MATERI MINGGU III

Topik : Pendekatan Perencanaan Wilayah

Tujuan : Memahami berbagai pendekatan Perencaaan Wilayah beserta produknya

Bahan : Materi kuliah, pustaka lain dan data sekunder mengenai jenis-jenis produk perencanaan wilayah beserta jenjang dan kritik terhadap perencanaan tersebut

Pokok Bahasan:

1.Cari produk perencanaan yang sudah dibuat oleh suatu pemda, departemen atau konsultan.

2.Buat critical review terhadap produk perencanaan tersebut.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 6: Prak Perwil New

MATERI MINGGU IV

Tekanan Penduduk

• Tekanan Penduduk (TP) ialah gaya yang mendorong petani untuk memperluas lahan garapannya atau untuk keluar dari lapangan kerja pertanian (Otto Soemarwoto, 1991)

• Analisis ini berguna untuk mengidentifikasi sejauhmana kemampuan daya dukung lahan pertanian masih dapat diandalkan sebagai sumber matapencaharian petani, dikaitkan dengan tekanan penduduk. Melalui analisis ini diperoleh indikasi terjadinya langkah-langkah alternatif keputusan dalam alokasi sumberdaya lahan pertanian.

• Gambaran luas lahan yang diperlukan (Ha/orang) menurut jenis komoditas yang diusahakan untuk hidup layak (960 kg/kap/th equivalen beras)

Padi sawah : 0,5 Ha/orang; Kacang-kacangan: 0,44 Ha /org, Ikan kolam : 0,19 Ha/org ; Tanaman hias : 4-60X10-4 Ha/org, Ternak ayam petelur: 10 – 36 X 10 –4 Ha/org Mina padi : 0,18 Ha/org

• Rumus analisis: F P0 (1 + r )t

TPt = Z ---------------------------- L

Keterangan: TP t = Tekanan penduduk pada tahun t Z = Luas lahan yang diperlukan untuk mendukung kehidupan seorang petani pada tingkat hidup layak (ha/orang) f = Persentase petani di dalam populasi penduduk (%) P = Besarnya populasi penduduk pada waktu acuan to (orang) r = Laju tahunan pertumbuhan penduduk t = Interval waktu perhitungan L = Luas lahan petani (ha)

Penarikan kesimpulan:

TP = 1 : kondisi tidak terjadi tekanan terhadap daya dukung lahan

TP < 1 : sumberdaya lahan pertanian masih mampu menahan laju

pertumbuhan penduduk

TP > 1 : sumberdaya lahan pertanian berada pada tekanan/beban

yang berat

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 7: Prak Perwil New

Praktikum Minggu ke-4

Topik : Penentuan kemampuan daya dukung lahan pertanian dan tekanan penduduk (TP)

Tujuan : Memahami karakter alokasi sumberdaya lahan pertanian yang diusahakan guna memenuhi kebutuhan hidup petani secara layak.

Bahan : Materi kuliah, pustaka lain dan data sekunder mengenai luas lahan pertanian, jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk atas pertanian dan non pertanian, laju pertumbuhan penduduk tahunan atau data jumlah penduduk secara histories (beberapa tahun) serta tata guna lahan yang ada di suatu wilayah desa/ kecamatan.

Pokok Bahasan:

1.Bagaimana kondisi sumberdaya lahan dalam mendukung aktifitas penduduknya.

2.Bagaimana hubungan tekanan penduduk dengan pengembaangan wilayah.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 8: Prak Perwil New

MATERI MINGGU IV-b

Indeks Produktivitas Relatif (IPR)

• IPR ini menunjukkan tingkat produktivitas tenaga kerja pada sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang sangat berguna dalam pengambilan kebijakan/strategi pembangunan, khususnya dalam memotret proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri . IPR merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks analisis pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, dengan menghubungkan kontribusi (share) suatu sektor terhadap PDRB dengan share tenaga kerja sektor ybs.

Rumus: % share Sektor I terhadap PDRB IPRi = % ten. kerja sektor i thd seluruh tenakersektor

Contoh perhitungan:

• Dari data BPS diperoleh informasi, kontribusi /share pertanian terhadap

PDRB Jawa Barat : tahun 1985 adalah :24,23% ,dan kontribusi

kesempatan kerjanya : 34,9%

Tahun 1988 : kontribusi : terhadap PDRB = 22,1%

Kesempatan kerja = 53,3%

Tahun 1993 : Kontribusi terhdap PDRB = 20,6 %

Kesempatan Kerja = 50,8 %

24,23%• IPR 1985 = = 0,69

34,90 %

22,1 %• IPR 1988 = = 0,41

53,3 %

20,6 %• IPR 1993 = = 0,40

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 9: Prak Perwil New

50,8 %

Praktikum Minggu ke-4b

Topik : Indeks Produktifitas Relatif (IPR)

Tujuan : Memahami proses transpormasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri melalui peninjauan kontribusi(share) sector ekonomi terhadap PDRB dan tenaga kerja.

Bahan : materi kuliah, data PDRB dan data tenaga kerja menurut sektor yang berada di suatu wilayah kecamatan/kabupaten dalam 2 kurun waktu ( 5 tahunan atau 10 tahunan).

Pokok Bahasan :

1. Bahas bagaimana produktifitas tenaga kerja sektor perekonomian (pertanian, industri dan jasa) di suatu wilayah kecamatan/ kabupaten/propinsi

2. Upaya apa saja yang dapat dilakukan guna meningkatkan produkifitas tenaga kerja sektor pertanian disuatu wilayah

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 10: Prak Perwil New

MATERI MINGGU V

Daya Tarik dan Daya Dorong Kota-Desa• Pergerakan penduduk dari wilayah desa ke kota sebagai akibat adanya

daya sentripetal yang disebabkan oleh daya tarik kota atau daya dorong luar kota.

• Pergerakan dari wilayah kota keluar kota sebagai akibat adanya daya sentrifugal yang disebabkan oleh adanya daya dorong kota dan adanya daya tarik dari luar kota.

Daya Sentripetal

Adalah daya yang mempengaruhi mobilitas penduduk dari luar kota/wilayah pedesaan ke dalam kota.

A. Faktor penarik (pull) kota :1. lapangan kerja diperkotaan 2. upaya menekan biaya transport3. kelengkapan saran dan prasarana

perkotaan 4. faktor psikologis

B. Faktor pendorong (push) luar kota :1. lapangan kerja sektor pertanian menurun 2. produktivitas pertanian berkurang 3. mahalnya biaya transport ke kota 4. kurangnya kesempatan memperoleh pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi

Daya sentripetal menyebabkan perkembangan kota intensif

Daya SentrifugalAdalah daya yang mempengaruhi mobilitas penduduk dari kota ke luar kota.

A. Faktor pendorong(push)dari dalam kota :1. kebisingan, polusi 2. harga lahan yang semakin mahal 3. kepadatan penduduk yang semakin meningkat 4. kemacetan

B. Faktor penarik (pull) dari luar kota :1. keadaan lingkungan yang relatif masih baik.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 11: Prak Perwil New

2. harga lahan relatif murah 3. spekulasi 4. relatif nyaman

Daya sentrifugal menyebabkan perkembangan kota ekstensif dan sporadis ke wilayah pinggiran kota.

Pertumbuhan Fisik Kota

Invasi Adalah penggantian fungsional di wilayah pinggiran luar kota oleh penduduk yang umumnya datang dari kota. Misalnya adanya kecenderungan tumbuhnya perumahan berskala besar di bagian pinggiran kota

Dampak positif invasi: - Penyebaran penduduk ke luar kota

- - pengembangan wilayah baru di pinggiran/bagian

luar kota- peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan

- pengadaan fasilitas dan utilitas perkotaan secara lebih meluas.

Dampak negatif Invasi:Ada indikasi terdesaknya penduduk di bagian luar kota.Ada indikasi terbentuknya enclave di bagian luar kotaMeningkatnya nilai dan harga lahan sehingga menjadi ajang spekulan lahanSering terjadi bahwa pengembangan utilitas umum pada prakteknya tidak merataSering menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan lingkunganTerjadi transfer konversi lahan di wilayah pertanian

PenetrasiAdalah pertumbuhan kegiatan fungsional non perumahan menggantikan kegiatan fungsional perumahan di sepanjang jalan utama yang strategis..

Dampak positif penetrasi: • Menyebarkan kepadatan atau kemacetan di kawasan

pusat kota mengurangi beban fungsional kawasan pusat kota

• menambah sub-sub pelayanan kota• mengurangi mobilitas penduduk di kawasan pusat kota

Dampak negatif penetrasi:• Pola pembagnunan lahan yang cenderung tidak teratur/tidak tertib• Meningkatkan kemacetan lalulintas jalan, parkir dan penduduk di bag

wilayah kota tertentu

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 12: Prak Perwil New

• Ketidakteraturan tata bangunan atau pola urban design di suatu bagia wilayah kota tertentu

• Kawasan perumahan yg makin terdesak shg mendorong trbaginya proses pertumbuhan invasif ke bag pinggiran kota dan ini berdampak pada sektor lain

Praktikum Minggu ke-5

Topik : Gaya Sentripetal dan Gaya Sentrifugal

Tujuan : memahami factor -faktor yang mempengaruhi mobilitas tenaga kerja dan investasi bergerak menuju pusat atau sumbu pertumbuhan wilayah ( Growth Centre) atau sebaliknya bergerak menjauhinya.

Bahan : Materi kuliah, data sekunder mengenai tataguna lahahan, jumlah penduduk, data migrasi penduduk masuk dan keluar suatu wilayah kecamatan/kabupaten, serta data pertumbuhan dan perkembangan kecamatan/kabupaten

Hasil wawancara dengan migran di suatu lokasi pertumbuhan

Pokok Bahasan :

1. Identifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi daya tarik dan daya dorong migrasi tenaga kerja dan investasi bergerak menuju atau menjauhi pusat pertumbuhan di suatu wilayah.

2. Bagaimana hubungan tataguna lahan dengan jumlah penduduk dan perkembangan serta pertumbuhan suatu kecamatan/kota.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 13: Prak Perwil New

MATERI MINGGU VI

Location Quotient (LQ)

LQ merupakan teknik awal untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Teknik ini belum atau tidak memberikan kesimpulan akhir, tetapi masih merupakan kesimpulan sementara yang harus lebih dikaji dan dianalisis melalui teknik analisis lain yang dapat menjawab apakah kesimpulan sementara tersebut terbukti kebenarannya.

Keterangan: Si = jumlah produksi kegiatan i di daerah yang diselidiki S = jumlah produksi seluruh kegiatan di daerah yang diselidiki Ni = jumlah produksi kegiatan i di daerah lebih atas/luas dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya N = Jumlah produksi seluruh kegiatan di daerah lebih atas/luas dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya.

Asumsi : 1. Hasrat konsumsi sama pada setiap sub daerah 2. Kualitas tenaga kerja setiap sektor/kegiatan ,sama. 3. Tingkat pendapatan di sub daerah , sama 4. Setiap sektor/kegiatan menghasilkan produk tunggal

Kenyataannya:Hasrat konsumsi tidak sama pada setiap sub daerahProduktivitas tenaga kerja tidak samaTingkat pendapatan tidak sama pada tiap sub daerah.Tiap sektor/kegiatan mungkin bisa menghasilkan > 1 macam produk

Hasil analisis LQ memberikan indikasi sebagai berikut:• LQ > 1, menyatakan bahwa sub daerah ybs memiliki potensi ekspor

dalam kegiatan tertentu.• LQ = 1 , menyatakan daerah ybs telah mencukupi kebutuhannya dalam

Kegiatan tertentu.• LQ < 1, sub daerh ybs memiliki kecenderungan impor

Atau :• LQ > 1, sering disebut sebagai sektor

basis/basik

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 14: Prak Perwil New

• LQ < 1, sering disebut sebagai sektor non basis/basik

Contoh: Jumlah Produksi Komoditas Tanaman Pangan di Propinsi X Thn 2005 (ton)

Komoditas Propinsi X Jumlah

Kab A B C D

Padi 150 200 140 160 650

Jagung 200 300 180 200 880

Kedelai 500 50 150 175 870

Ubi Jalar 300 100 160 180 740

Jumlah 1150 650 630 715 3145

Hasil Perhitungan LQ

Komodi tas R1 A R2 B C D

Padi 150/650 =0,63 = 150/11501150/3145 650/3145

1,49 1,075 1,08

Jagung 0,62 1,65 1,02 1

Kedelai 1,56 0,28 0,86 0,88

Ubi Jalar 1,1 0,65 1,08 1,07

(Si/Ni) X100% (Si/S) X 100% R1 = R2 = (S/N) x 100% (Ni/N) X100%

Koefisien Lokalisasi (α)

• Yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi suatu kegiatan tertentu di suatu daerah.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 15: Prak Perwil New

Komoditas A B C D (αi)

Padi - 0,13 0,10 0,02 0,019 0,139

Jagung - 0,14 0,13 0,004 -0,00007 0,134

Kedelai 0,21 - 0,15 - 0,03 -0,03 0,21

Ubi Jalar 0,04 - 0,07 0,02 0,02 0,08

Caranya: Jumlahkan nilai (αi ) yang nilainya positif saja Nilainya 0 < α < 1 α = 1, menunjukkan pemusatan penuh atau kegiatan terkumpul di sutu daerah

Koefisien Spesialisasi ( β)

• Yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat spesialisasi suatu daerah dalam kegiatan tertentu.

(β i ) = Si/S – Ni/N

Komoditas A B C D

Padi - 0,08 0,10 0,016 0,017

Jagung -0,105 0,18 0,006 -0,00009

Kedelai 0,156 -0,2 -0,04 -0,003

Ubi Jalar 0,025 -0,08 0,02 0,016

(βi) 0,181 0,28 0,042 0,033

Caranya: Jumlahkan nilai ( βi) yang nilainya positifnyaNilai nya 0 < βi <1(βi) = 1 , artinya daerah tersebut telah melakukan spesialisasi pada suatu kegiatan .Pada kasus di atas tidak ada satu daerah pun yang melakukan spesialisasi pada kegiatan tertentu. (βi <1)

Praktikum Minggu ke-6

Topik : Analisis ekonomi Basis Wilayah (LQ,α, β )

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 16: Prak Perwil New

Tujuan: Memahami teknis analisis untuk mengidentifikasi karakter wilayah berdasarkan aktifitas basisnya.

Bahan: Materi kuliah, data PDRB berdasarkan sektor di suatu kecamatan /kabupaten

Pokok Bahasan :1. Identifikasi sektor basis yang ada di suatu wilayah kecamatan/kabupaten2. Faktor apa saja yang turut menentukan basis tidaknya suatu aktifitas

ekonomi di wilayah tersebut.

MATERI MINGGU VII

Perubahan Regional

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 17: Prak Perwil New

Kemajuan dan Kemundurun Aktivitas ekonomi bisa berlipat ganda (multiflier effect) àbesarnya tergantung pada sifat dan karakteristik kegiatan ekonomi tersebutBila basisà nilai Multifliernya tinggiNon Basis à Nilai Multifliernya rendah

Teori basis:a. Kegiatan basis à kegiatan ekonomi yang mengekspor barang/jasa ke luar daerah tsbb. Kegiatan ekonomi non basisà kegiatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk daerahnya sendiri, bahkan impor

MULTIFLIER BASE=

ATAU BASIC MULTIFLIER (BM) =

TOTAL EMPLOYMENT = (BASE MULTIFLIER) (BASIC EMPLOYMENT

Ekonomic Base Ratio (EBR) =

Keterbatasan Teori Basis :

Beberapa kelemahan yang terdapat dalam teori basis :• Tingkat upah yang berbeda pada sektor pertanian dan industri • Bila produktifitas meningkat, upah juga meningkat, sedangkan tenaga

kerja tetap • Sulit menentukan sektor mana yang merupakan sektor basis atau non-

basis• Teori basis kurang mementingkan impor

Relevansi Teori Basis :

• Teori dibuat sederhana • Mudah diterapkan • Dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampaknya

pada masa yang akan datang

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Basik employmentNon Basik Employment

Total employmentBasik Employment

∑ Basik employment +Sektor Non Basik ∑Basik Employment

Page 18: Prak Perwil New

Multifier Perdagangan Inter-Regional

Berlandaskan pada kenyataan, bahwa penginjeksian kapital kedalam perekonomian regional berdampak meningkatkan pendapatan nasional. Penentu tingkat multifier adalah besarnya tabungan, pajak, dan kegiatan impor. Dinyatakan dalam bentuk matematis : I k= --------------- (S + M + T)K= multiflier perdagangan regionalI = Investasi (Injection) M = ImportS = Saving T = Tax

Praktikum Minggu ke-7 Topik: Multiplier Base

Tujuan: Mahasiswa dapat memahami perambatan pengaruh suatu sektor ke sector lainnya baik secara langsung ataupun tidak melalui hubungan ke belakang dan ke depan

Bahan: materi kuliah, data PDRB menurut lapangan usaha di kecamatan/kabupaten, data tenaga kerja menurut lapangan usaha di kecamatan/kabupaten.

Pokok Bahasan:1. Hitunglah koefisien pengganda pendapatan dan tenaga kerja sector basis di

suatu wilayah kecamatan/kebupaten.2. Interpertasikan hasilnya dikaitkan dengan pertumbuhan wilayah.

MATERI MINGGU VIII

Shift/share analysis is a technique sometimes used for retrospectively decomposing changes, usually in employment, in a set of urban areas or regions. Regional scientists widely use the technique to examine the sources of employment growth or decline.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 19: Prak Perwil New

We have a study area in which employment and population are growing (or declining; the technique works the same way in either case and it saves words to make the growth assumption.) Total employment in our area is e, and that in the ith activity is ei . We have a larger frame reference area, usually the nation, where total employment is E, and that in the ith activity is Ei . The shift-share model says that growth in the study area’s ith activity employment is a function of:

The study area’s share of national (or regional) growth. The mix change in activities. And the shift change of activities toward the study area.

This says that change in employment in the study area’s ith activity from time t to time t+n can be measured:

or

As this brief discussion suggests, shift-share analysis may be viewed as adding explicit considerations to economic base analysis. Economic base analysis asks how an area shares in national growth. Shift-share goes on to look at the changing mix of activities and at whether activities are shifting toward or away from the study area.

UNSUR DALAM SHIFT-SHARE ANALYSIS

A. PERTUMBUHAN WILAYAH (NATIONAL GROWTH) = (% PERUBAHAN TOTAL PENDAPATAN PER KAPITA) X (PENDAPATAN PER KAPITA SEKTOR LOKAL PADA (t-1)Digunakan untuk menunjukkan kemampuan sektor untuk meningkatkan peranannya dalam perolehan PDRB Pertumbuhan Nasional ialah produksi suatu wilayah yg disebabkan oleh perubahan produksi nasional scr umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional,

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 20: Prak Perwil New

atau perubahan dalam hal-hal yg mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah

B. INDUSTRI CAMPURAN (INDUSTRIAL MIX) atau PERTUMBUHAN PROPORSIONAL

= (% PERUBAHAN TOTAL PENDAPATAN PADA SEKTOR – % PERUBAHAN TOTAL PENDAPATAN PER KAPITA) X (PENDAPATAN PER KAPITA SEKTOR LOKAL PADA (t – 1)

Digunakan untuk mengukur kecepatan pertumbuhan suatu industri di tingkat lokal dibandingkan tingkat atasnya (lebih cepat bila positif atau lebih lambat bila negatif)

Industrial Mix timbul karena perbedaan sektor dalam kebijan yang terjadi pada sektor tsb (kebijakan harga, subsidi pajak), perbedaan dalam struktur dan keragaan pasar

C. KEUNTUNGAN KOMPETITIF (COMPETITIVE ADVANTAGE)à PERTUMBUHAN PANGSA WILAYAH (PPW)

= (% PERUBAHAN PENDAPATAN SEKTOR LOKAL - % PERUBAHAN TOTAL PENDAPATAN SEKTOR ) X PENDAPATAN

PER KAPITA SEKTOR PADA (t-1)Bila hasilnya positifà artinya sektor tsb mendapatkan tambahan daya saing , bila nilainyapositif

bila negatif à sektor tsb telah kehilangan daya saingnya, bila nilainya negatif kemampuan daya saing ini dipengaruhi leh kebijakan ekonomi regional, dukungan kelembagaan dan akses terhadap pasar

D. PERUBAHAN TOTAL (TOTAL CHANGE) = (PERTUMBUHAN X INDUSTRIAL MIX X KEUNTUNGAN KOMPETISI à UNTUK %-ASE

JUMLAHKAN à UNTUK VALUENYA

Praktikum Minggu Ke-8

Topik: Analisis Shift -Share Aktifitas Perekonomian Wilayah

Tujuan: mahasiswa dapat menunjukkan keunggulan kompetitif suatu wilayah melalui analisis shift and share.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 21: Prak Perwil New

Bahan: materi kuliah, data PDRB menurut lapangan usaha di kecamatan/kabupaten selama 2 kurun waktu.

Pokok Bahasan:1. Tentukan tingkat pertumbuhan dan pergeseran masing-masing sektor

perekonomian di suatu wilayah kabupaten/propinsi.2. Jelaskan atau interpretasikan hasil perhitungan tersebut.

MATERI MINGGU IX

Analisis ketimpangan wilayah

Fenomena regional inequalities dalam pengembangan regional

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 22: Prak Perwil New

dualisme struktur regional à utara vs selatancirinyaà perbedaan tingkat kemakmuranindikator: tingkat income per kapitawilliamson: regional inequalities cenderung membesar pada saat terjadinya proses perkembangan

Faktor-faktor penyebabnya:1. migrasi penduduk produktif yang memiliki skill/terdidik ke daerah2

yang telah berkembang, karena disana mereka dapat memperoleh upah/gaji yang lebih besar

2. investasi cenderung berlaku di daerah yg telah berkembang karena faktor market, dll, dimana keuntungan relatif lebih besar demikian pula risiko kerugian relatif lebih kecil pada umumnya

3. kebijakan pemerintah cenderung mengakibatkan terkonsentrasinya social dan ekonomic capital di daerah yang telah berkembang karena kebutuhan yg lebih besar

Tidak adanya kaitan (linkages) diantara regional market à merintangi pemencaran (spread effect) inovasi & income multiflier

Wiliamsons : RUMUS 1

CONTOH

KABUPATEN Yi (YI - Ȳ) (YI - Ȳ)2 fi fi/n (YI - Ȳ)2 fi/nA 162408 94947 9014932809 253151 0,114259 1030034950B 67523 62 3844 516784 0,233249 896,607274C 40389 -27072 732893184 563298 0,254242 186332543D 54948 -12513 156575169 299476 0,135167 21163852,8E 52976 -14485 209815225 226385 0,102178 21438503,5F 35427 -32034 1026177156 119186 0,053794 55202329,7G 76000 8539 72914521 237314 0,107111 7809931,17

Ȳ 67461 n = 2215594 1321983007

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 23: Prak Perwil New

= =0,53896

Praktikum Minggu Ke-9

Topik: Analisis Ketimpangan Wilayah

Tujuan: Mahasiswa terampil menganalisis ketimpangan wilayah dengan menggunakan analisis wilaiamson

Bahan: Materi kulian, data PDRB/kapita per region dan region atasnya, Jumlah penduduk region, jumlah penduduk wlayah lebih atasnya

Pokok Bahasan:

1. Analisislah data PDRB perkapita suatu wilayah berdasarkan Analisis

Wiliamson

2. Interpretasikan hasil dari analisis dan gali faktor penyebab ketimpangan yang

terjadi di wilayah tersebut

3. Apa Implikasi kebijakan yang dapat Sdr rekomendasikan

MATERI MINGGU X

36359,0842567461

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 24: Prak Perwil New

Pengelompokkan region menjadi Maju, Berkembang, lamban dan kurang berkembang.Data yang diperlukan: PDRB per kapita, laju pertumbuhan PDRB per kapita dari region dan Region yang lebih atasnya dimana region tsb merupakan bagian dari Region atasnya

Tipologi Klaasen

BESAR PDRB

RASIO BESAR PDRB PER KAPITA KABUPATEN THD PDRB PER KAPITA RATA-RATA PROPINSI

TINGGI (≥ 1)

RENDAH(˂ 1)

RASIOPERTUMBUHANPDRB/KAPITATHD PERTUM-BUHAN PDRB PROPINSI

TINGGI≥ 1

(W11) WILAYAH MAJU

(W12) WILAYAH BERKEM-BANG

RENDAH˂ 1

(W21) WILAYAH LAMBAN

(W22) WILAYAH KURANGBERKEMBANG

CONTOH:

KABUPATEN PDRB/KAPITA

LAJU PERTUMBUHAN

PDRB PER KAPITA

A 1863507 0,05B 1530620 0,08C 1884987 0,06D 1377266 0,07E 1556122 0,08F 1067289 0,06G 1541945 0,02PROPINSI 1482367 0,05

HASIL ANALISIS

KABUPATENRATIO PDRB/KAPITA RATIO PERTUMBUHAN

KRITERIAKAB THD PROPINSI PDRB/KAPITA KAB THD PROP

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 25: Prak Perwil New

A 1,26 1,00 MAJUB 1,03 1,60 MAJUC 1,27 1,20 MAJUD 0,93 1,40 BERKEMBANGE 1,05 1,60 MAJUF 0,72 1,20 BERKEMBANGG 1,04 0,40 LAMBAN

Praktikum Minggu 10

Topik: Pengelompokkan region berdasarkan tipologi Klassesn

Tujuan: Mahasiswa terampil mengelompokkan region berdasarkan analisis tipologi Klassen

Bahan: Materi kulian, data PDRB/kapita per region dan region atasnya, pertumbuhan PDRB region dan region lebih atasnya

Pokok Bahasan:

1. Analisislah data PDRB perkapita suatu wilayah berdarkan Analisis Tipologi

Klassen.

2. Interpretasikan hasil dari analisis

3. Apa Implikasi kebijakan yang dapat Sdr rekomendasikan

MATERI MINGGU XI

RENTABILITAS :

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 26: Prak Perwil New

Teori lokasi pada pertanian: Penerapan prinsip land rent dari teori Von ThunenLand rent à semakin mendekati pusat, maka semakin tinggi land rent-nya

Rumus:

R = E (p – a) – E.f.kKeterangan: R= Rent per unit luas lahan (Rp/Ha)E = Produktivitas per unit luas lahan (kw/Ha)p = harga pasar per unit komoditas (Rp/kg)a = Ongkos produksi per unit (Rp/kg)f = Ongkos transport per unit jarak dan berat (Rp/km/kgk = Jarak (km)

BILA k = 0, MAKA Ro = E (p-a)

KENTANG TOMAT CABE

HARGA/KG RP. 4000 Rp. 3.000 Rp. 6.000

O.PRODUKSI RP. 2.250 Rp. 1.500 Rp. 2.500

PRODUKTIVITAS/HA 25 KWT 2 ton 5 tonBIAYA TRANSPORT/KM/KG Rp. 25 Rp. 15 Rp. 70

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 27: Prak Perwil New

(p-a) Jarak k = --------------- f

R = E (p – a) – E.f.k

Diketahui:E = 100 kg/hap = Rp. 5/kga = Rp. 3/kgf= Rp 0,05/ km/kg

Asumsi: - Daerah tsb dianggap homogen- Titik O merupakan pusat pemasaran produk/komoditas

j a r a k (km)

Jarak (km) 0 10 20 30 40

O.transpor (Rp) 0 50 100 150 200

R (rentabilitas) 200 150 100 50 0

Praktikum Minggu ke 11

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 28: Prak Perwil New

Topik: Rentabilitas

Tujuan: Mahasiswa dapat menggunakan alat analisis rentabilitas untuk melokasikan kegiatan usahatani

Bahan: Materi kulian, data jarak usahatani ke pasar, harga komoditas di pasar, ongkos produksi per satuan, harga komoditas per satuan, biaya transportasi per km per satuan berat

Pokok Bahasan:

1 .Buatlah analisis rentabilitas dari beberapa komoditas yang sdr analisis

2 .Buatlah Gambar dan batas pewilayahan komoditas dari komoditas yang sdr analisis di suatu wilayah .Asumsi: hanya ada satu pasar, wilayah homogen

MATERI MINGGU XII

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 29: Prak Perwil New

Tata Guna Lahan Wilayah

• Tata guna lahan perdesaan (rural land use)• Tata Guna Lahan perkotaan (urban land use)

Nilai Lahan:

Chapin membagi dalam 3 kelompok:A. nilai keuntunganàmemp. tujuan ekonomiB. nilai kepentingan umum à berhub dg pengaturan utk masyarakatC. nilai sosial: yg dipelihara, peninggalan, pusaka

Kegiatan ekonomi:1. menurut prosesnya2. menurut penggunaan sehari-hari

Menurut prosesnya:A. kegiatan ekonomi raah ( extractive) mengambil dari alamB. kegiatan ekonomi budidaya (reproductive industries), mis: pertanian,

peternakan, perikanan, dsb.C. kegiatan ekonomi industri (manufacture)à tdpt proses peningkatan

nilai tambahD. kegiatan ekonomi jasa ( fasilitative industries)

Praktikum Minggu ke 12

Topik: Pengembangan Wilayah Desa

Tujuan: Mahasiswa dapat memahami potensi dan kendala fisik, sosial dan ekonomi suatu wilayah dalam pengembangannya ( Rural development).

Bahan: materi kulian, data monografi desa yang meliputi jumlah penduduk, tata guna lahan, mata pencaharian penduduk, data jumlah dan jenis fasilitas fisik. Sosial dan ekonomi (jalan, jembatan, puskesmas, pasar, kios sarana produksi pertanian, warung, sekolah, tempat peribadatan dll), peta desa beserta tata letak (lay out) dari lokasi pemukiman, pesawahan, hutan, sungai, dan fasilitas penunjang secara fisik, sosial dan ekonomi.

Pokok Bahasan:

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 30: Prak Perwil New

1. Tujukkan dan jelaskan potensi dan kendala yang ada di suatu wilayah pengembangan desa.

2. Berdasarkan data tersebut buatlah suatu perencanaan pengembangan desa (rural development).

Praktikum Minggu ke 13

Buatlah Makalah dengan menggunakan seluruh alat analisis yang sudah Sdr kuasai (yang relevan) dengan tujuan penulisan makalah yang sdr buat.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 31: Prak Perwil New

DAFTAR PUSTAKA

Avrom Bendavid-Val. 1983. Regional and Local Economic Analysis for Practioners. Praeger. New York .

Budhy Tjahjati S Soegijoko, BS Kusbiantoro. 1997. Bunga Rampai Perencaan Pembangunan di Indonesia. Granesia.Jakarta

Dawam Raharjo, 1985. Industrialisai dan Kesempatan Kerja Proses Transformasi Ekonomi . LP3ES, Jakarta.

Friedman, John and Douglas, Mike. 1976. Pengembangan Agropolitan, Menuju Siasat Baru Perencanaan Regional di Asia. FEUI. Jakarta.

Glasson, John, 1977. Pengantar Perencanaan Regional. FE-UI, Jakarta.

Harry W. Richardson.1977. Terjemahan Paul Sitohang. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. FEUI Jakarta

Hoover, EM, 1975. Introduction to Regional Economics, Alfred A.Knopt, New York.

Johara T Jayadinata. 1992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perdesaan, Perkotaan dan Wilayah. ITB. Bandung

Joko Sujarto. 1989. Planning Process. Institut Teknologi Bandung, Bandung

Joyo Winoto, 1995. Pewilayahan Komoditas Pertanian, Departemen Pertanian. Bandung

Max H. Pohan. 1987. Strategi Kutub Pertumbuhan Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. FEUI.Jakarta

Myra P. Gunawan, 1981. Pengantar Teori Lokasi. Planologi ITB, Bandung

Otto Soemarwoto, 1991. Ekologi Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan, UNPAD, Bandung.

Parkes Donald N. 1971. Scalogram Analysis in Planning for Urban Renewal Australian Planning Institute.

Richardson, H.W.1977. Dasar-dasar Ekonomi Regional . FE-UI, Jakar

Sugeng Budiharsono, 1989. Perencanaan Pengembangan Wilayah , Pasca Sarjana IPB .Bogor.

Sukirno, Sadono, 1976. Beberapa Aspek Persoalan Pembangunan Daerah.

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18

Page 32: Prak Perwil New

FE-UI, Jakarta.. Suwardjoko Warpani, 1984. Analisis Kota dan Daerah, ITB. Bandung

T Hanafiah. 1985. Aspek Lokasi dalam Analisis Ekonomi Wilayah .IPB. Bogor

Tommy Firman. 1977.Regional Inequality. ITB . Bandung

M o d u l P r a k t i k u m M K P e r e n c a n a a n W i l a y a h - T K 18