Ppt Skenario 2 Hemato
-
Upload
rani-dwi-n -
Category
Documents
-
view
260 -
download
2
description
Transcript of Ppt Skenario 2 Hemato
“PERTUMBUHAN BADAN TERLAMBAT DAN PERUT MEMBUNCIT”
KELOMPOK B12
KETUA : RANI DWI NINGTIAS 1102014220
SEKERTARIS : NUR ANNISYA 1102014199
ANGGOTA : MUCHAMMAD ALFIANSYAH 1102013177
MUHAMMAD AIDIL FITRI 1102014165
MUTHI’AH NABILLAH 1102014175
NABILA 1102014178
NABILA NURRAMDANI. O 1102014182
NANDI RUSNANDI 1102013208
MIA PURHAYATI 1102014156
SKENARIO
Seorang anak laki – laki berusia 5 tahun dibawa orangtuanya ke dokter praktek umum dengan keluhan pertumbuhan badan terlambat bila dibandingkan dengan teman sebayanya. Keluhan tersebut baru disadari orangtuanya sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan perut membuncit, lekas lelah, dan sesak nafas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. TB= 98 cm, BB= 13 kg, konjungtiva ikterik, dan splenomegali Schufner II.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil :
Pemeriksaan Kadar Nilai normal
Hemoglobin ( Hb ) 9 g/dL 11,5 – 15,5 g/dL
Hematrokit ( Ht ) 35 % 34 – 40 %
Eritrosit 5 x 106/µl 3,9 – 5,3 x 106/µl
MCV 65 fL 75 – 87 fl
MCH 13 pg 24 – 30 pg
MCHC 19 % 32 – 36 %
Leukosit 8000/µl 5000 – 14.500/µ
lTrombosit 260.000/µl 250.000
– 450.000/
µlRetikulosit 2% 0,5 – 1,5
%Sedian apus darah tepi Eritrosit mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, sel target (+), polikromasi,
fragmentosit (+), eritrosit berinti (+).
KATA SULIT :
Anisopoikilositosis : eritrosit yang ukurannya bervariasi dan bentuk abnormal dalam darah
Sel target : eritrosit yang terdapat bagian lebih gelap di daerah pucat eritrosit
Plokromasi : warna eritrositnya gelap karena adanya benang – benang kromatin
Schufner II : garis yang membentang dari SIAS dextra melewati umbilikus sampai arcus costae bagian lateral sinistra
Splenomegali : pembesaran pada limpa
Fragmentosit : pemecahan eritrosit
Sklera ikterik : perubahan warna kuning pada bagian putih mata yang di sebabkan oleh meningkatnya bilirubin dalam darah
Mikrositik hipokrom : ukurannya lebih dari yang normal dan daerah pucatnya lebih sepertiga eritrosit
Retikulosit : eritrosit muda yang masih berinti
PERTANYAAN :
1. Pada kasus tersebut mengapa perut anak membuncit ?
2. Apa penyebab terjadinya splenomegali ?
3. Kenapa pertumbuhan badannya terlambat ?
4. Kenapa pada kasus ini anak sesak nafas ?
5. Kenapa retikulosit meningkat ?
6. MCV, MCH, MCHC menurun, kenapa ?
7. Kenapa keluhan timbul usia 5 tahun ?
8. Apa penyebab sklera menjadi ikterik ? selain pada sklera dimana saja ?
9. Apakah penyakit ini diturunkan ?
10.Apa diagnosis sementara ?
11.Mengapa hemoglobin menurun ?
12.Mengapa pada sediaan hapus darah tepi eritrositnya mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, sel target (+), polikromasi (+), fragmentosit (+), erotrosit berinti (+) ?
13.Pemeriksaan pada kasus tersebut ?
14.Terapi dan pencegahan ?
15.Mengapa dilakukan pemeriksaan retikulosit ?
JAWABAN :
1. Karena adanya splenomegali
2. Karena detruksi eritrosit berlebihan maka akan terjadi eritropoesis ekstramedular dan penimbunan besi
3. Hemoglobin menurun berkurang mengangkut oksigen hipoksia mempengaruhi growth faktor merangsang sumsum tulang untuk terus menerus membentuk eritrosit hiperplasia sumsum tulang deformitas.
4. Kompensasi dari hipoksia dan mungkin karena adanya tekanan pada diafragma paru – paru tertekan
5. Karena terjadi hemolisis ( MCV menurun )
6. Karena hemoglobin menurun
7. Asimptomatik
8. Karena bilirubin meningkat biasanya pada sklera dan kulit
9. Bersifat herediter
10.Thalasemia (terjadi karena mutasi pada rantai globin pada hemoglobin)
11.Terjadi mutasi gen hemoglobin sejak janin
12.Karena penurunan hemoglobin dan growth faktor
13.Radiologi ( hair on end ) dan elektroforesis
14.Sebelum menikah melakukan pemeriksaan thalasemia
15.Karena sediaan hapus darah tepi ditemukan retikulosit
HIPOTESIS
Globin dapat mengalami mutasi yang mengakibatkan terbentuknya hemoglobin abnormal yang ada dalam eritrosit sehingga limpa secara aktif mendestruksi eritrosit abnormal yang akan menyebabkan splenomegali. Selain itu, terjadi deformitas tulang karena hiperplasia sumsum tulang akibat terangsangnya proses eritropoiesis terus-menerus sehingga meningkatkan kadar retikulosit dalam darah . Hemoglobin abnormal tidak efektif mengikat oksigen sehingga terjadi sesak nafas (hipoksia). Hemoglobin abnormal juga dapat menyebabkan ikterik karena penumpukan bilirubin meningkat dalam tubuh (sklera atau kulit). Dengan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang seperti SADT, hematologi lengkap dan radiologi (hair on end), diagnosisnya adalah Thalassemia yang merupakan penyakit herediter yang dapat dicegah dengan pemeriksaan sebelum pernikahan.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan hemoglobin
1.1 Definisi
1.2 Sintesis heme dan globin
1.3 Klasifikasi hemoglobin
1.4 Katabolisme hemoglobin
2. Memahami dan menjelaskan thalasemia
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Epidemiologi
2.4 Klasifikasi
2.5 Patogenesis
2.6 Patofisiologis
2.7 Manifestasi klinis
2.8 Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
2.9 Diagnosis dan diagnosis banding
2.10 Terapi dan pencegahan
2.11 Prognosis
1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HEMOGLOBIN
1.1 DEFINISI
Hemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen pada eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang sedang berkembang di dalam sumsum tulang. (Dorland, 2012)
Hemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen pada eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang sedang berkembang di dalam sumsum tulang; sebuah hemoprotein tersusun atas empat rantai polipeptida globin yang berbeda dan mengandung sekitar 141 sampai 146 asam amino. ( Harper, 2014 )
1.2 SINTESIS HEME DAN GLOBIN
Sintesis hemoglobin membutuhkan produksi dari heme dan globin yang terkoordinasi.
Sintesis Heme
(Sumber : www.Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html)
Sintesis globin
Gen-gen untuk sintesis globin terletak di kromosom 11 (rantai gamma,delta & beta) dan kromosom 16 (rantai alfa & zeta). Manusia mempunyai 6 rantai polipeptida globin yaitu rantai α dan non α yang terdiri dari β, γ, δ, ε, ζ.
Chromosome 11 (- cluster) :
Urutannya -G-A- --
Chromosome 16 (-cluster):
Urutannya 2-1-2-1-2-1-
(Sumber : www.Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html)
PERKEMBANGAN SINTESA GLOBIN
50
30
10
6 18 30 6 18 30 42prenata l age (wks)
% of to ta lg lobinsynthesis
birth
postnata l age (w ks)
1.3 KLASIFIKASI HEMOGLOBIN
Human Hemoglobins
Embryonic hemoglobins Fetal hemoglobin Adult hemoglobins
gower 1- zeta(2), epsilon(2) gower 2- alpha(2), epsilon (2) Portland- zeta(2), gamma (2)
hemoglobin F- alpha(2), gamma(2)
hemoglobin A- alpha(2), beta(2) hemoglobin A2- alpha(2), delta(2)
1.4 KATABOLISME HEMOGLOBINEritrosit Hemolisis atau proses penuaan
Hemoglobin
HemGlobin
Fe CO ProtopofirinAsam Amino
Pool Protein Pool BesiBilirubin Indirek
HATI
Disimpan / Disimpan /
Digunakan lagi digunakan lagi
Bilirubin direk
Feses: Urine: Sterkobilinogen Urobilinogen
2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN THALASEMIA
2.1 DEFINISI
Thalassemia adalah sekelompok kelainan genetik yang heterogen yang disebabkan oleh menurunnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta. Talasemia beta lebih sering ditemukan pada daerah mediterania sedangkan talasemia alfa lebih sering ditemukan di timur jauh. ( Hoffbrand, 2013 )
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk kedalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin. Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:
Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence) rantai globin tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, atau
Perubahan kecepatan sintesis (rate of synthesis) atau kemampuan produksi rantai globin tertentu, disebut thalassemia ( IPD, 2014 )
Thalasemia adalah kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang ditandai oleh penurunan kecepatan sisntesis satu rantai polipeptida hemoglobin atau lebih, diklasifikasikan menurut rantai yang terkena (α, β, δ), dua kategori mayor adalah α- dan β- thalasemia. (Dorland, 2014)
Thalassemia adalah kelainan darah yang diturunkan (yaitu, diteruskan dari orang tua kepada anak-anak melalui gen) disebabkan ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup protein yang disebut hemoglobin, bagian penting dari sel darah merah. Ketika hemoglobin tidak cukup, sel darah merah dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik dan mereka akan bertahan dalam periode waktu yang lebih singkat. Jadi hanya ada beberapa sel-sel darah yang normal dalam aliran darah. http://www.cdc.gov/ncbddd/thalassemia/facts.html
2.2 ETIOLOGI
Mekanisme penurunan penyakit thalassemia :
2.3 EPIDEMIOLOGI
Thalassemia beta
Dilihat dari distribusi geografiknya maka thalassemia beta banyak dijumpai di Mediterania, Timur Tengah, India/Pakistan dan Asia. Di siprus dan Yunani lebih banyak dijumpai varian β+, sedangkan di Asia Tenggara lebih banyak varian β0
Italia : 10%, Yunani : 5-10%, Cina : 2%, India :1-5%, Negro : 1%, Asia Tenggara : 5%
Thalassemia alfa
Sering dijumpai di Asia Tenggara, lebih sering dari thalassemia beta.
2.4 KLASIFIKASI
Thalassemia –
1. Thalassemia - , Thalassemia - , thalassemia homozigot dan heterozigot.
2. Thalassemia – trait (minor)
3. Thalassemia – mayor
4. Thalassemia – intermedia
5. Thalassemia – dominan
Thalassemia –
1. Thalassemia – trait
2. Thalassemia – trait ()
3. Hemoglobin H disease (--/-)
4. Hydrops fetalis dengan Hb Bart’s (--/--)
Thalassemia α Thalassemia βMutasi Delesi gen umum terjadi Delesi gen umum
jarang terjadiSifat-sifat globin yang berlebihan
Tetramer γ4 atau β4 yang larut
Agregat rantai alfa yang tidak larut
Sel darah merah
Hidrasi berlebihan; kaku; membran hiperstabil; p50 menurun
Dehidrasi; kaku; membran tidak stabil; p50 menurun
Anemia Terutama hemolitik Terutama diseritropoetik
Perubahan tulang
Jarang Umum
Besi berlebih Jarang Umum
Perbedaan penting antara thalassemia α dan thalassemia β
2.5 PATOGENESIS
Pada thalassemia mutasi gen globin dapat menimbulkan perubahan rantai gen globin , berupa perubahan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi rantai globin tertentu, dengan akibat menurunnya atau tidak diproduksinya rantai globin tertentu dengan, akibat menurunnya atau tidak diproduksinya rantai globin tersebut. Perubahan ini diakibatkan oleh adanya mutasi gen globin pada cluster gen berupa bentuk delesi atau non delesi.
Cara menentukan jenis mutasi gen pada terapi gen thalassemia
Cluster Gen Globin
1. Cluster gen teletak pada kromosom 16
2. Cluster gen terletak pada kromosom 11
3. Pengaturan cluster gen globin
4. Perubahan dan perkembangan ekspresi gen globin
(IPD, 2014)
2.6 PATOFISIOLOGIS
Thalassemia-β
Pada thalassemia-β terdapat dua kemungkinan yang mungkin dapat terjadi, yaitu penurunan produksi rantai β, atau terjadi produksi berlebihan rantai α. Rantai α yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai globin lainnyaakan berpresipitasi pada prekursor sel darah merah dalam sumsum tulang dan dalam sel progenitor dalam darah tepi. Menimbulkan:
1. eritropoiesis yang tidak efektif (akibatnya timbul anemia)
2. ekspansi sumsum tulang (akibatnya deformitas tulang)
3. splenomegali (akibat bekerja keras menghancurkan eritrosit abnormal)
4. kerusakan organ dan diakhiri dengan kematian (akibat penumpukan besi)
Thalassemia-α
Patofisiologi thalassemia-α umumnya sama dengan thalaseemia -β kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T) rantai globin-α. Hilangnya gen globin-α tunggal tidak berdampak pada fenotip. Sedangkan thalassemia-2ᵃ-α homozigot (-α/α) atau thalassemia-1ᵃ-α heterozigot (αα/- -) memberi fenotip seperti thalassemia-β carrier. Kehilangan 3 dari 4 gen globin-α memberikan fenotip tingkat penyakit berat mencegah, yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalassemia α⁰ homozigot (- -/- -) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb-Bart’s hydrops syndrome.
2.7 MANIFESTASI KLINIS
Thalassemia β dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
Thalassemia β minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik hipokrom.
Thalassemia β mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada transfusi darah.
Thalassemia β intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan minor.
Thalassemia-α
Hydrops Fetalis dengan Hb Bart’s
Hydrops fetalis dengan edema permagna, hepatosplenomegali, asites, serta kardiomegali. Kadar Hb 6-8 gr/dL, eritrosit hipokromik dan berinti. Sering disertai toksemia gravidarum, perdarahan postpartum, hipertrofi plasenta yang dapat membahayakan sang ibu.
Hb H disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%, splenomegali, sumsum tulang hiperplasia eritroid, retardasi mental dapat terjadi bila lokus yang dekat dengan cluster gen-α pada kromosom 16 bermutasi/ co-delesi dengan cluster gen-α. Krisis hemolitik juga dapat terjadi bila penderita mengalami infeksi, hamil, atau terpapar dengan obat-obatan oksidatif.
Thalassemia α Trait/ Minor
Anemia ringan dengan penambahan jumlah eritrosit yang mikrositik hipokrom.
Sindrom Silent Carrier Thalassemia
Normal, tidak ditemukan kelainan hematologis, harus dilakukan studi DNA/ gen.
2.8 PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANGRiwayat penyakit
(ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)
Pemeriksaan fisik
(pucat, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal, pigmentasi)
Laboratorium darah dan sediaan apus
(hemoglobin, MCV, MCH, retikulosit, jumlah eritrosit, gambaran darah tepi/termasuk badan inklusi dalam eritrosit
darah tepi atau sumsum tulang, dan presipitasi HbH)
Elektroforesis hemoglobin
(Adanya Hb abnormal, termasuk analisis pada Ph 6-7 untuk HbH dan H Barts
Penentuan HbA2 dan HbF
(untuk memastikan thalassemia β)
Distribusi HbF
intraseluler
Sintesis rantai globinAnalisis struktural
Hb varian (Misal Hb Lepore)
2.9 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Kriteria Anemia Defisiensi Besi
Anemia Penyakit Kronik
Trait Thalassemia
Anemia Sideroblastik
MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/NMCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/NSerum Iron (SI) Menurun Menurun Normal NormalTIBC Meningkat Menurun Normal/Naik Normal/NaikSaturasi Menurun Menurun/N meningkat MeningkatTransferrin <15% 10-20% >20% >20%Besi Sumsum Tulang
Negatif Positif Positif Kuat Positif frngan ring sideroblast
Protoporfirin Eritrosit
Meningkat Meningkat Normal Normal
Ferritin Menurun Normal Meningkat MeningkatSerum <20 µg/dl 20-200 µg/dl >50 µg/dl >50 µg/dlElektroforesis Hb
N N Hb A2 meningkat N
2.10 TERAPI DAN PENCEGAHAN
TERAPI
1. Tranfusi darah regular
2. Asam folat regular diberikan jika diet kurang baik
3. Terapi kelat besi
4. Splenektomi
5. Terapi endokrin
6. Imunisasi terhadap hepatitis B
7. Transpalntasi sel punca alogenik
PENCEGAHAN
8. Screening pembawa sifat thalassemia
9. Konsultasi genetik (genetic counseling)
10.Diagnosis prenatal
Terapi Rekomendasi
Deferasirox a. Dosis awal 20 mg/kg/hari pada pasien yang cukup sering mengalami transfusi
(Exjade®) a. 30 mg/kg/hari pada pasien dengan kadar kelebihan besi yang tinggi
b. 10-15 mg/kg/hari pada pasien dengan kadar kelebihan besi yang rendah
DFO(Desferal®)
a. 20-40 mg/kg (anak-anak), = 50-60 mg/kg (dewasa)
b. Pada pasien anak < 3 tahun,direkomandasikan untuk mengurangi dosis dan melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tulang
Deferiprone(Ferriprox®)
a. 75 mg/kg/harib. Dapat dikombinasikan dengan DFO bila DFO
sebagai tidak efektif
2.11 PROGNOSIS
Thalasemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksidan pemberian chaleting agents untuk mengurangi hemosderosis (harganya sangat mahal, pada umumnya tidak terjangkau oleh penduduk negara berkembang). Thalasemia tumor trooit dan thalasemia beta HbE yang umumnya mempunyai prognosis baik dan dapat hidup seperti biasa.
Tanpa terapi penderita akan meninggal pada dekade pertama kehidupan, pada umur, 2-6 tahun, dan selama hidupnya mengalami kondisi kesehatan buruk. Dengan tranfusi saja penderita dapat mencapai dekade ke dua, sekitar 17 tahun, tetapi akan meninggal karena hemosiderosis.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I.M. (2015). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.
Hoffbrand, A.V., Moss, P.A.H. (2013). Kelainan Hemoglobin yang Bersifat Genetik. In: Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC.
Murray, Robert K.,dkk. (2014). BIOKIMIA HARPER EDISI 29. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
www.Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html. Diakses pada 28 Oktober 2015. 21.00