ppt DRY EYE

36
DRY EYE By: Fauziah (030.07.090) Pembimbing: dr. liliek I, Sp.M

Transcript of ppt DRY EYE

Page 1: ppt DRY EYE

DRY EYE

By: Fauziah

(030.07.090)

Pembimbing: dr. liliek I, Sp.M

Page 2: ppt DRY EYE

Defenisi

•Dry eyes (mata kering) adalah penyakit mata dimana jumlah atau kualitas produksi air mata berkurang atau penguapan air mata film meningkat

Page 3: ppt DRY EYE

ANATOMI

Page 4: ppt DRY EYE
Page 5: ppt DRY EYE

Air mata

• Membuat kornea menjadi licin

• Membasahi/melindungi kornea dan konjungtiva

• Menghambat pertumbuhan mikroorganisme

• sebagai substansi nutrient yang di perlukan

Page 6: ppt DRY EYE

LAPISAN FILM AIR MATA

Page 7: ppt DRY EYE

KOMPOSISI AIR MATA

Volume air mata normal 7 ± 2 µL di setiap mata.

Albumin → 60% dari protein total air mata Sisanya globulin dan lisozim jumlah sama immunoglobulin igA, igG dan igE. paling

banyak igA K+, Na+ dan Cl- kadar air mata > plasma. sedikit glukosa (5 mg/dL) urea (0,04 mg/dL). pH rata-rata 7,35, variasi normal (5,20-8,35).

Page 8: ppt DRY EYE

Epidemiologi

Dry eyes gangguan yang

sering pada mata,

insidensin10-30% dari populasi

Wanita usia > 40 tahun→90% Frekuensi

insidensi pada ras Hispanic dan

Asia dibandingkan ras

kaukasius

Page 9: ppt DRY EYE

ETIOLOGI

Defisiensi komponen lemak air mata. Defisiensi kelenjar air mata Difisiensi komponen musin cacatnya

konjungtiva. Akibat penguapan yang berlebihan Karena parut pada kornea atau

menghilangnya mikrovil pada kornea.

Page 10: ppt DRY EYE

MANIFESTASI KLINIS sensasi gatal / berpasir (benda asing). sekresi mucus berlebihan tidak mampu menghasilkan air mata sensasi terbakar fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit

menggerakkan palpebra. khas pada test slit lamp →terputus/tidak

adanya meniskus air mata di tepi palpebra inferior.

mucus kental kekuning kadang terlihat difornix conjungtiva inferior.

konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, beredema dan hiperemi.

Page 11: ppt DRY EYE

DIAGNOSATes Schirmer

Tear film break-up time

Tes Ferning Mata

Sitologi Impresi

Pemulasan Flourescein

Pemulasan Bengal Rose

Penguji Kadar Lisozim Air Mata

Osmolalitas Air Mata

Lactoferrin

Page 12: ppt DRY EYE

SCHIRMER TEST

Page 13: ppt DRY EYE

•Air mata buatan•Salep•pelembab, moisture-chamber spectacles atau kacamata renang.•mukomimetik , Na-hialuronat dan larutan dari serum pasien sendiri sebagai tetesan mata. •Vitamin A topikal•Tindakan bedah pemasangan sumbatan pada punktum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silikon).•terapi themal (panas), kauter listrik atau dengan laser

Terapi

Page 14: ppt DRY EYE

PROGNOSIS Secara umum, prognosis untuk ketajaman

visual pada pasien dengan sindrom mata kering baik.1

Page 15: ppt DRY EYE

KOMPLIKASIo Pada awalnya ,penglihatan sedikit terganggu.o ketidaknyamanan sangat terganggu.o kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea,

penipisan kornea, dan perporasi.o Infeksi bakteri sekunder dan berakibat paruto vaskularisasi pada kornea menurunkan

penglihatan.

Page 16: ppt DRY EYE

JOURNAL Awal dari penelitian

morfologi saraf kornea dan sensasi

kornea pada dry eye (mata kering)

Eye (2005) 19, 1276–1279

& 2005 Nature Publishing Group All rights reserved 0950-222X/05 $30.00

www.nature.com/eye

Page 17: ppt DRY EYE

ABSTRAK  Tujuan: Untuk mengevaluasi sensitivitas kornea

dan morfologi saraf kornea pada mata kering.Metode: Sebanyak 32 mata dari 16 pasien (10 pasien sindrom Sjogren dan 6 sindrom non- Sjogren ) dan 19 mata dari 10 usia pada mata yang sehat cocok untuk diteliti. Sensitivitaskornea sentral diukur oleh Cochet-Bonnet aesthesiometer. Morfologi saraf kornea diteliti di vivo confocal microscopy (ConfoScan 2.0, Fortune Teknologi Srl, Vigonza (PD), Italia). pleksus saraf subepitel, pleksus saraf epitelSub-basal, dan saraf stroma yang terlokalisasi dan dievaluasi untuk menentukan jumlah saraf, ketebalan, refleks, dan tortuositas untuk setiap frame.

Page 18: ppt DRY EYE

Hasil: Sensitivitas kornea rata-rata pada pasien mata kering (5,6 mm / gr / S) ditemukan secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pasien yang mata sehat (5,0 mm / gr / S) (Po0.01). meskipun bagian subepitel saraf lebih tebal di mata kering ( 6.3871.18 lm) dari pasien mata yang sehat (5.7271.27 lm), perbedaan ini tidak signifikan (P40.05).

Kesimpulan: Penurunan sensitivitas kornea tidak berkaitan dengan perubahan morfologi saraf kornea pada mata kering.

Kata kunci: confocal mikroskop , mata kering, saraf kornea; sensitivitas kornea

Page 19: ppt DRY EYE

LATAR BELAKANG  Mata kering gangguan mata yang paling umum.1, 2

↓ air mata atau ↑ karena penguapan.1-3 sekresi air mata terjadi mekanisme refleks.

Reseptor saraf trigeminal di kornea merangsang gland lacrimal sekresi air mata.3, 4

↓ sensasi dari kornea mengurangi refleks pada sekresi air mata.

sensitivitas dari kornea memungkinkan ↓ pada pasien mata kering .5

hubungan antara hipoasthesia kornea dengan perubahan morfologi saraf kornea pada pasien mata kering masih belum diketahui.

mikroskop confocal merupakan teknik non-invasif yang bisa menggambarkan dan mengukur lapisan kornea 6, 7

Page 20: ppt DRY EYE

SAMPLE DAN METODE

Metode

•Mata kering dilakukan Schirmer test (tanpa anestesi) ≤ 5 mm dalam 5 menit.•Tear break-up time (air mata berhenti)< 10 detik• Pemulasan fluorescein pada kornea.

sample

•Sebanyak , 32 mata dari 16 pasien (15♀ / 1♂) dengan mata kering (10 SS dan 6 non SS) dan 19 mata dari10 subyek yang sehat (8♀ /2) ♂)diteliti. •Persyaratan sample yang dipilih:•tidak sedang dalam pengobatan sistemik•penyakit okular berkaitan dengan hipoaethesia kornea•Pasien yang memakai kontak lensa Operasi okuler .• Mebandingkan Pasien sehat menjalani Schirmer test > 15 mm dalam 5 menit.

Page 21: ppt DRY EYE

• diukur dari kornea sentral dengan aesthesiometer Cochet-Bonnet.

• Pemeriksaan dimulai dengan panjang benang nilon 60mm dan dilanjutkan dengan memperpendek 5 mm sampai pasien merasakkan kontak dari filamen.

• kemudian dibaca dengan menggunakan tabel konversi.

• benang digunakan tegak lurus ke pusat cornea.5

• diperiksa sebelum dilakukan Schirmer tes dan pewarnaan.

• Morfologi saraf kornea dipelajari dalam vivo microscop confocal .

• Gamabar diperoleh dengan lensa objektif 40/0.75W standar,

• memiliki bidang 340x255 µm2 .• Resolusi gambar lateral sekitar 1 µm, dan

resolusi kedalaman adalah sekitar 10 µm.

Page 22: ppt DRY EYE

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS CONFOCAL

Page 23: ppt DRY EYE

KLASIFIKASI GAMBARUntuk pemeriksaan, fokus terbaik gambar serabut saraf. Tiga lapisan kornea diteliti untuk mengevaluasi saraf kornea .4

L apisan sel epitel subbasal sebelum lapisan Bowman (berisi pleksu ssaraf epitel sub-basal).

Stroma anterior, sebagai lapisan posterior dari lapisan Bowman. Merupakan lapisan pertama setelah lapisan

bowman ( berisi subepitel pleksus saraf). Stroma Anterior dan lapisan tengah stroma (berisi syaraf stroma). 4

Page 24: ppt DRY EYE

ANALISIS GAMBARpleksus saraf subepitel, pleksus saraf epitel Sub-

basal, dan saraf stroma yang terlokalisasi dan dievaluasi menentukan

Jumlah saraf,

ketebalan (lebar),

reflektifitas,

tortuositas untuk setiap gambar.

Page 25: ppt DRY EYE

YANG DINILAI

•Grade 0 (serabut saraf hampir lurus)• Grade 4 (serabut saraf sangat berliku-liku),

Reflektifitas •Grade 0 ( serabut saraf yang dibedakan dari dasarnya ) Grade 4 (reflektifitas jauh lebih tinggi daripada dasarnya).

Page 26: ppt DRY EYE

• Jenis kelamin dievaluasi dengan uji Fisher. variabel Lain dianalisis dengan uji Mann-Whitney U . nilai kemungkinan < 0.05 secara statistik sudah dianggap bermakna.

Analisis

statistik

• Usia rata-rata pasien mata kering 51 tahun (30-69 tahun) dan yang sehat 45 tahun (34-65 tahun) (P>0.05).

• sensitivitas kornea pasien mata kering (5,6 mm / gr / S) ditemukan secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan pasien sehat (5,0 mm / gr /S) (P<0.01).

• subepitel > tebal dalam mata kering ( 6.3871.18 mm) (Gambar 1) dari mata sehat ( 5.7271.27 mm) (Gambar 2) perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (P>0.05).

Hasil

Page 27: ppt DRY EYE

Figure 1 Corneal subepithelial nerve plexus in dry eye Figure 2 Corneal subepithelial mm). (nerve thickness, 7.9 mm). nerve plexus in control eye(nerve thickness, 4.3mm)

Page 28: ppt DRY EYE
Page 29: ppt DRY EYE

PEMBAHASAN

Hyposecretion lacrimalis terjadi karena congenital dan penyakit sistemik, gangguan di lacrimalis , sindrom Sjogren (SS), dan penurunan sensation kornea.8

Mata kering gangguan yang sangat umum di population lansia.2

subklinis dacryoadenitis 9 atau senili atrofi dan fibrosis dari kelenjar lacrimalis pada manusia dapat menyebabkan keratoconjunctivitis sicca.10

Morfologi saraf kornea dan sensitivitas kornea ↓ pada mata kering dengan ↑umur.11 Ini juga dapat ↓ sekresi air mata pada orang tua.

mikroskop confocal digunakan dalam mendiagnosis inflamasi dan infeksi keratitis, kornea dystrophies, siklus hidup epitel , dan sindrom endotel iridocorneal, mengetahui karakteristik penyembuhan luka setelah photorefractive keratectomy, mengukur ketebalan flap setelah laser dibantu dalam situ keratomileusis, dan memeriksa morfologi tear film.6

Page 30: ppt DRY EYE

kemampuan teknik ini terbatas, peneliti tidak bisa menjelaskan saraf dan akson terminal yang berasal dari dalam epitel sub-basal saraf lapisan sel epitel yang lebih dangkal. Saraf Kornea bagian stroma posterior, lapisan descemet ,dan lapisan sel endotel tidak dapat digambarkan .4

Para peneliti menyimpulkan bahwa mikroskop confocal adalah metode yang sesuai untuk menggambarkan saraf kornea.

Page 31: ppt DRY EYE

Keterbatasan dari teknik ini kurang dapat memeriksa area kecil pada kornea

kerusakan saraf kornea menyebabkan kornea hypoaesthesia sehingga mengurangi produksi air mata setelah dilaser in situ keratomileusis.12

Page 32: ppt DRY EYE

Penurunan sensitivitas kornea juga diamati setelah memakai lensa kontak. peneliti menyarankan bahwa kontak lens menyebabkan penurunan sensitivitas kornea karena adaptasi rangsangan mekanik sensoris kornea .15 Untuk mengurangi sensitivitas kornea sebaiknya penghentian pemakaian kontak lensa.11

sensitivitas kornea menurun berhubungan dengan gangguan integritas permukaan okular. Dalam penelitian ini, dengan pemulasan berhubungan dengan penurunan sensitivity kornea.5 Pada iritasi Adaptasi dari saraf sensorik dapat berkurang dalam frekuensi dan intensitas potensial aksi. Iritasi yang berkepanjangan pada kornea dapat meningkatkan ambang nyeri, dan rangsangan yang lebih kuat yang dapat menimbulkan sensasi.5

 

Page 33: ppt DRY EYE

Dalam penelitian rata-rata sensitivitas kornea pasien mata kering ditemukan secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pasien sehat .

Kornea hypoaesthesia berperan dalam patogenesis Kekurangan air mata pada pasien ini.

Dalam penelitian ini, diteliti dengan menggunakan mikroskop confocal morfologi saraf kornea pada pasien mata kering dan membandingkan hasilnya dengan pasien sehat berdasarkan usia dan jenis kelamin cocok. Temuan kami tidak bisa menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam morfologi saraf kornea antara mata kering dan mata sehat. Sebagai hasil dari keterbatasan teknik ini, kita tidak bisa menggambarkan saraf dalam lapisan epitel superfisial.

Page 34: ppt DRY EYE

Kesimpulan

•walaupun sensitivitas kornea menurunan pada pasien mata kering, hal ini tidak terkait dengan morfologi perubahan saraf kornea. adaptasi sensoris dari kornea menyebabkan terganggunya dinamika air mata dapat menyebabkan Hypoaesthesia kornea

Page 35: ppt DRY EYE

REFERENCES Liu Z, Pflugfelder SC. Corneal thickness is reduced in dryeye. Cornea 1999; 18(4): 403–407. Lemp MA. New strategies in the treatment of dry-eye states.Cornea 1999; 18: 625–632. Pflugfelder SC, Solomon A, Stern ME. The diagnosis and management of dry eye. A twenty-five-year

review. Cornea 2000; 19: 644–649. Oliveira-Soto L, Efron N. Morphology of corneal nerves using confocal microscopy. Cornea 2001; 20(4):

374–384. Xu XP, Yagi Y, Tsubota K. Decrease in corneal sensitivity and change in tear function in dry eye. Cornea

1996; 15(3):235–239. Cavanagh HD, El-Agha MS, Petroll WM, Jester JV. Specular Microscopy, confocal microscopy and

ultrasound biomicroscopy. Diagnostic tools of the past quarter century. Cornea 2000; 19(5): 712–722. Cavanagh HD, Petroll WM, Jester JV. The application of confocal microscopy to the study of living systems.

Neurosci Biobehav Rev 1993; 17: 483–498. Kaufman HE, Barron BA, McDonald MB, Kaufman SC. Abnormalities of the tears and treatment of dry

eyes. In: Kaufman HE et al (eds). Companion Handbook to the Cornea.Boston, Butterworth Heinemann: 2000, pp 29–42.

Strickland RW, Tesar JT, Berne BH, Hobbs BR, Lewis DM, Welton RC. The frequency of sicca syndrome in an elderly female population. J Rheumatol 1987; 14: 766–771.

Damato BE, Allan D, Murray SB, Lee WR. Senile atrophy of the human lacrimal gland: the contribution of chronic inflammatory disease. Br J Ophthalmol 1984; 68: 674–680.

Millodot M. Effect of long-term wear of hard contact lenses on corneal sensitivity. Arch Ophthalmol 1978; 96:1225–1227.

Battat L, Marci A, Dursun D, Pflugfelder SC. Effects of laser in situ keratomileusis on tear production, clearance and the ocular surface. Ophthalmology 2001; 108: 1230–1235.

Mu¨ ller LJ, Vrensen GFJM, Pels L, Cardozo BN, Willekens B.Architecture of human corneal nerves. Invest Ophthalmol Vis Sci 1997; 38: 985–994.

Mu¨ ller LJ, Pels L, Vrensen GFJM. Ultrastructural organization of human corneal nerves. Invest Ophthalmol Vis Sci 1996; 37: 476–488.

Polse KA. Etiology of corneal sensitivity changes accompanying contact lens wear. Invest Ophthalmol Vis Sci1978; 17: 1202–1206.Morphology of corneal nerves and dry eye BM Hos¸al et al1279

Page 36: ppt DRY EYE