PPT Bronkiolitis

62
CASE PRESENTATION OLEH ATINA IRANI WIRA PUTRI PEMBIMBING dr. Ani Pujiningrum, M.Kes dr. Dwi Purnomo Sidhi. MSi. Med. Sp. A

description

PPT bronkiolitisAs presented in Sumberrejo HospitalCopyright reserved @atinaputri

Transcript of PPT Bronkiolitis

Page 1: PPT Bronkiolitis

CASE PRESENTATION

OLEHATINA IRANI WIRA PUTRI

PEMBIMBINGdr. Ani Pujiningrum, M.Kes

dr. Dwi Purnomo Sidhi. MSi. Med. Sp. A

Page 2: PPT Bronkiolitis

Nama : By. Z Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 3 bulan Alamat : Banjarsari No. RM : 034839 Tanggal MRS : 17 Mei 2014

IDENTITAS PASIEN

Page 3: PPT Bronkiolitis

Nama Ayah : Tn. D Umur : 38 tahun Pekerjaan : Tani

Nama Ibu : Ny. M Umur : 35 tahun Pekerjaan : Tani

IDENTITAS ORANG TUA

Page 4: PPT Bronkiolitis

KELUHAN UTAMA :BATUK BERDAHAK

ANAMNESIS

Page 5: PPT Bronkiolitis

Pasien dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan batuk berdahak dengan dahak sulit dikeluarkan sejak 1 hari yang lalu.Pasien juga panas, sumer, sejak 1 hari lalu.Menurut Ibu pasien, pasien tampak sesak beberapa jam sebelum dibawa ke RS.Sejak sakit, pasien menjadi malas minum dan lemah. Tidak ada pilek, muntah, BAB dan BAK normal.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Page 6: PPT Bronkiolitis

Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya

Tidak pernah sakit berat sebelumnya Tidak ada riwayat tersedak

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Page 7: PPT Bronkiolitis

Ibu pasien sakit batuk berdahak dan pilek sejak 1 minggu yang lalu.

Tidak ada anggota keluarga yang batuk lama

Tidak ada riwayat asma/alergi di keluarga

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Page 8: PPT Bronkiolitis

(Antenatal, Natal, Postnatal)Saat hamil, ibu pasien rajin kontrol ke bidan tiap bulan. Tidak pernah menderita sakit berat. Tidak mengonsumsi jamu atau obat tertentu. Usia kehamilan 36 minggu, berat lahir: 3100 gram, persalinan spontan normal ditolong bidan, ketuban jernih, lahir langsung menangis spontan, warna kulit ,merah, ikterus (-), sianosis (-), kejang (-).

RIWAYAT KELAHIRAN

Page 9: PPT Bronkiolitis

Makanan/ Gizi Pasien minum ASI dan susu formula sejak lahir

Tumbuh KembangSudah bisa mengangkat kepala

Page 10: PPT Bronkiolitis

BCG (+)DPT I, II, III +/+/-HEP B I,II,III,IV +/+/-Polio I, II III, IV +/+/+/-Campak (-)

RIWAYAT IMUNISASI

Page 11: PPT Bronkiolitis

Keadaan umum : pasien tampak lemahKesadaran : Compos mentisGCS : 456BB : 8 kgVital SignNadi : 100 x/menit, regular, kuat angkatRR : 72x/menitSuhu : 38,0oC

PEMERIKSAAN FISIK

Page 12: PPT Bronkiolitis

Anemis (+) Icterus (-) Sianosis (-) Dyspnea (+) Mata : Edema periorbita (-), mata

cowong (-), Konjungtiva pucat (-) Hidung : Deformitas (-)

Pernafasan cuping hidung (+) Mulut : Lidah kotor (-), caries gigi (-) Telinga : Deformitas (-), Cairan keluar

daritelinga (-)

Leher : Deviasi trakea (-), pembesaranKGB (-)

KEPALA/LEHER

Page 13: PPT Bronkiolitis

ParuInspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi

subcostal, pergerakan kanan kiri simetris

Palpasi : Pergerakan kanan kiri simetrisPerkusi : HipersonorAuskultasi : Ekspirasi memanjang, Vesikuler/

vesikuler, wheezing (+)/(+), rhonki basah halus (+)/(+)

JantungInspeksi : Pulsasi (-)Palpasi : Pulsasi pada apeksAuskultasi : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

THORAKS

Page 14: PPT Bronkiolitis

InspeksiBentuk : flatPeristaltik : tidak tampakTumor/massa : tidak ada

Auskultasi : BU (+) N Palpasi : supel, turgor cukup, hepar

tidak teraba tepi tumpul, permukaan

halus, nyeri tekan (-) Perkusi : Ascites (-)

ABDOMEN

Page 15: PPT Bronkiolitis

Akral hangat, kering, merah Capillary refill time < 2 detik Edema tangan -/-

Kaki -/-

EKSTREMITAS

Page 16: PPT Bronkiolitis

Hb : 9,9 g/dl Eritrosit : 3,47 juta/uL Leukosit : 6.600/uL Trombosit : 194.000/uL Hematokrit : 29,3 %Hitung Jenis Basofil : 3,0 % Eosinofil : 0,2 % Neutrofil : 70,4 % Limfosit : 20,9 % Monosit : 5,5 % MCV : 84,4 fL MCH : 28,5 pg MCHC : 33,8 g/dl

PEMERIKSAAN LABORATORIUM (DL)

Page 17: PPT Bronkiolitis

Batuk berdahakPanasSesakDyspnea (+), RR 72x/menitNafas cuping hidung (+)Retraksi subcostalPerkusi hipersonorWheezing (+)/(+)Rhonki basah halus (+)/(+)

PROBLEM LIST

Page 18: PPT Bronkiolitis

DIAGNOSIS ANAK DENGAN BATUK DAN SULIT

BERNAPAS

Page 19: PPT Bronkiolitis
Page 20: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Gagal Jantung

-Tekanan vena jugularis tampak normal-Batuk berdahak-Panas-Sesak-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)-Denyut apeks normal-Hepar tidak teraba

-Peningkatan tekanan vena jugularis-Denyut apeks bergeser ke kiri-Irama derap-Bising jantung-Crackles /ronki di daerah basal paru-Pembesaran hati

Page 21: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Penyakit Jantung Bawaan

-Sejak sakit sulit menyusu-Batuk berdahak-Panas-Sesak-Sianosis (-)-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)-Denyut apeks normal-Hepar tidak teraba

-Sulit makan atau menyusu-Sianosis-Bising jantung-Pembesaran hati

Page 22: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Benda Asing

-Riwayat tersedak (-)-Batuk berdahak-Panas-Sesak-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Stridor (-)-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)-Denyut apeks normal-Hepar tidak teraba

-Riwayat tiba-tiba tersedak-Stridor atau distres pernapasan tiba-tiba-Wheeze atau suara pernapasan menurun yang bersifat fokal

Page 23: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Efusi

-Batuk berdahak-Panas-Sesak-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Gerak dada simetris-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Perkusi hipersonor-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)

-Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intra toraks-Pekak pada perkusi-Ada penyakit lain yang mendasari (penyakit ginjal, keganasan)

Page 24: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Tuberkulosis

-Riwayat kontak negatif-Batuk berdahak akut-Panas-Sesak-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Stridor (-)-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)-Pembengkakan kelenjar limfe (-)-Pembengkakan tulang sendi (-)-Uji tuberkulin tidak dilakukan

-Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasaUji tuberkulin positif (≥ 10 mm, pada keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)Pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurunDemam (≥ 2 minggu) tanpa sebab yang jelasBatuk kronis (≥ 3 minggu)Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang spesifik. Pembengkakan tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang

Page 25: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Pertusis

-Batuk berdahak tanpa whoop-Tidak muntah-Panas-Onset sesak insidious-Sianosis (-)-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Imunisasi DPT lengkap -Klinis lemah

-Batuk paroksismal yang diikuti dengan whoop, muntah,sianosis atau apnu-Bisa tanpa demam-Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap-Klinis baik di antara episode batuk

Page 26: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Asma

-Umur 3 bulan-Sebelumnya belum pernah sesak dan mengi-Batuk berdahak-Panas-Onset sesak insidious-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Riwayat Alergi keluarga (-)-Eosinofil normal-Respon bronkodilator lambat

-Umur >2 tahun-Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan batuk dan pilek-Onset sesak akut-Hiperinflasi dinding dada-Ekspirasi memanjang-Riwayat atopi keluarga-Eosinofil meningkat-Respon cepat terhadap bronkodiilator

Page 27: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Pneumonia

-Panas suhu 380 (subfebris)-Batuk berdahak-Sesak-Sianosis (-)-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Gerak dada simetris-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Perkusi hipersonor-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Leukosit normal

-Demam, suhu >390C-Batuk dengan napas cepat-Gerakan dinding thoraks dapat berkurang pada daerah yang terkena-Perkusi normal atau redup-Crackles (ronki) basah halus pada auskultasi-Kepala terangguk-angguk-Pernapasan cuping hidung-Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam-Merintih (grunting)-Sianosis-Leukositosis dengan shift to the left

Page 28: PPT Bronkiolitis

Klinis Pasien Bronkiolitis

-Panas suhu 380 (subfebris)-Batuk berdahak-Sesak-Sianosis (-)-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Gerak dada simetris-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Perkusi hipersonor-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Leukosit normal

-Episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun-Batuk-Biasanya tanpa demam atau subfebris-Sesak nafas dengan nafas dangkal dan cepat-Dyspnea, retraksi dinding dada-Hiperinflasi dinding dada-Ekspirasi memanjang-Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai-Perkusi hipersonor-Kurang/tidak ada respons dengan bronkodilator

Page 29: PPT Bronkiolitis

BRONKIOLITIS

DIAGNOSIS

Page 30: PPT Bronkiolitis

Oksigen nasal 2 lpm Infus D51/4 NS 600/25/8 Injeksi Amoxan 3x150 mg Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg Puyer (3x1) : Paracetamol 80mg, Ambroxol 7

mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab

Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ

TERAPI

Page 31: PPT Bronkiolitis

(18 MEI 2014)S : Batuk berdahak, sesak mulai berkurang,

panasO: KU lemah, HR : 115x/menit, RR: 60x/menit,

t : 37,3o

K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)

Ronki +/+, Wheezing +/+A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8,

Injeksi Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ

FOLLOW UP

Page 32: PPT Bronkiolitis

(19 MEI 2014)S : Batuk dan sesak berkurang, panasO: KU cukup, HR : 110x/menit, RR: 64x/menit, t : 37,8o

K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)

Ronki +/+, Wheezing +/+A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8, Injeksi

Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ

FOLLOW UP

Page 33: PPT Bronkiolitis

(20 MEI 2014)S : Batuk dan sesak berkurang, panas turunO: KU cukup, HR : 100x/menit, RR: 32x/menit, t : 36,9o

K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)

Ronki +/+, Wheezing +/+A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8, Injeksi

Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ

FOLLOW UP

Page 34: PPT Bronkiolitis

(21 MEI 2014)S : Batuk dan sesak berkurangO: KU cukup, HR : 105x/menit, RR: 40x/menit, t : 36,5o

K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)

Ronki +/+, Wheezing +/+A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8, Injeksi

Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ, Konsultasi Rehab Medis

FOLLOW UP

Page 35: PPT Bronkiolitis

(22 MEI 2014)S : Batuk membaikO: KU cukup, HR : 100x/menit, RR: 40x/menit, t : 36,8o

K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)

Ronki +/+, Wheezing -/-A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8,

Injeksi Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ, hasil konsul rehab medis: Postural drainage, fisioterapi dada

FOLLOW UP

Page 36: PPT Bronkiolitis

(23 MEI 2014)S : BatukO: KU cukup, HR : 110x/menit, RR: 48x/menit, t : 36,4o

K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (-)

Ronki -/-, Wheezing -/-A : BronkiolitisP : Puyer (3x1):Paracetamol 80mg,

Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab

FOLLOW UP

Page 37: PPT Bronkiolitis

TINJAUAN PUSTAKA

Page 38: PPT Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus. Infeksi saluran nafas kecil (bronkiolus) menyebabkan obstruksi pada jalan nafas.

Bronkiolitis terjadi pada anak < 2 tahun dengan insidens tertinggi pada usia 2-6 bulan.

Penyebab tersering Respiratory syncytial virus, diikuti parainfluenzae dan adenovirus. Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi dan biasa terjadi pada keadaan tertentu.

Penyakit ditandai oleh sindrom klinis yaitu, napas cepat, retraksi dada dan wheezing.

(Setiawati, 2008)

BRONKIOLITIS

Page 39: PPT Bronkiolitis

PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI

Page 40: PPT Bronkiolitis

RSV adalah single stranded RNA virus yang berukuran sedang (80-350 nm), termasuk paramyxovirus.

Terdapat dua glikoprotein permukaan yang merupakan bagian yang penting dari RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment protein) yang mengikat sel dan protein F (fusion protein) yang menghubungkan partikel virus dengan sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini merangsang antibodi neutralisasi protektif pada host.

Page 41: PPT Bronkiolitis
Page 42: PPT Bronkiolitis
Page 43: PPT Bronkiolitis

Masa inkubasi RSV 2-5 hari. Virus ini bereplikasi didalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran nafas atas kesaluran nafas bawah melalui penyebaran langsung pada epitel saluran nafas dan melalui aspirasi sekresi nasofaring. RSV mempengaruhi sistem saluran nafas melalui kolonisasi dan replikasi virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang memberi gambaran patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel epitel saluran nafas menyebabkan terjadi edema submukosa dan pelepasan debris dan fibrin kedalam lumen bronkiolus. Pada bronkiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena udema dan akumulasi mukus serta eksudat yang kental. Pada dinding bronkus dan bronkiolus terdapat infiltrat sel radang. Radang juga bisa dijumpai pada peribronkial dan jaringan interstisial. Obstruksi parsial bronkiolus menimbulkan emfisema dan obstruksi totalnya menyebabkan atelektasis.

(McNamara, 2014)

Page 44: PPT Bronkiolitis

Virus yang merusak epitel bersilia juga mengganggu gerakan mokusilier, mukus tertimbun didalam bronkiolus. Kerusakan sel epitel saluran nafas juga akan mengakibatkan saraf aferen lebih terpapar terhadap alergen/iritan sehingga dilepaskan beberapa neuropeptida (neurokinin, substance P) yang menyebabkan kontraksi otot polos saluran nafas. Pada akhirnya kerusakan epitel saluran nafas juga meningkatkan ekspresi Intercelluler Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) dan produksi sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel inflamasi. Jadi, bronkiolus menjadi sempit karena kombinasi dari proses inflamasi, edema saluran nafas, akumulasi sel-sel debris dan mukus serta spasme otot polos saluran napas.

(McNamara, 2014)

Page 45: PPT Bronkiolitis

Adapun respon paru ialah dengan meningkatkan kapasitas fungsi residu, menurunkan compliance, meningkatkan tahanan saluran nafas, dead space serta meningkatkan shunt. Semua faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan kerja sistem pernapasan, batuk, wheezing, obstruksi saluran nafas, hiperaerasi, atelektasis, hipoksia, hiperkapnia, asidosis metabolik sampai gagal nafas. Apalagi diameter saluran nafas bayi dan anak kecil lebih sempit. Resistensi aliran udara saluran nafas meningkat pada fase inspirasi maupun pada fase ekspirasi. Selama fase ekspirasi terdapat mekanisme klep sehingga udara akan terperangkap dan menimbulkan overinflasi dada. Volume dada pada akhir ekspirasi meningkat hampir 2 kali diatas normal.

(McNamara, 2014)

Page 46: PPT Bronkiolitis

Wheezing, yang tidak membaik dengan tiga dosis bronkodilator kerja cepatEkspirasi memanjang/expiratory effortHiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusiTarikan dinding dada bagian bawah ke dalamCrackles atau ronki pada auskultasi dadaSulit makan, menyusu atau minum.(WHO, 2012)

DIAGNOSIS

Page 47: PPT Bronkiolitis

Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor Respiratory Distress Assesment Instrument (RDAI) yang menilai distres napas berdasarkan 2 variabel respirasi yaitu wheezing dan retraksi. Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat, bila skor kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan.

Page 48: PPT Bronkiolitis

Respiratory Distress Assessment Instrument

(RDAI)SKOR SKOR

MAKSIMAL

0 1 2 3 4

Wheezing:-Ekspirasi-Inspirasi-Lokasi

(-)(-)(-)

AkhirSebagian<2 dr 4 lap.paru

½Semua >3 dr 4 lap.paru

¾ Semua 4

22

Retraksi :-Supraklavikular-Interkostal-Subkostal

(-)(-)(-)

RinganRinganRingan

SedangSedangSedang

BeratBeratBerat

333

TOTAL 17

Page 49: PPT Bronkiolitis

RINGAN (RDAI <3)Makan/minum normalDehidrasi (-)Retraksi (-)

(Setiawati, 2008)

TATALAKSANA

RAWAT JALANHidrasi oral, nutrisi

SuportifEdukasi orang tua

Page 50: PPT Bronkiolitis

SEDANG (RDAI 3-15)Retraksi +,Takipnea +Wheezing +Sianosis –Resiko tinggi + (prematur, usia <3 bulan, penyakit jantung

bawaan, penyakit paru kronis, riwayat asma/alergi pada keluarga)

(Setiawati, 2014)

TATALAKSANA

RUMAH SAKIT-Oksigen, Hidrasi, Nutrisi

--Salbutamol 0,1 kgBB/dosis dalam 3 cc normal salin diulang tiap 4-6

jam-Antibiotik-Suportif

-Cek: foto thoraks, gas darah, EKG, elektrolit

Page 51: PPT Bronkiolitis

BERAT (RDAI >15)Sianosis, sesak hebat, dehidrasiHipoksia, apnea, makan/minum (-)

(Setiawati, 2008)

TATALAKSANA

ICU/UPI-Cek foto thoraks, gas darah,

EKG, bila perlu ventilasi mekanik

-Nebulisasi Salbutamol-Steroid Dexamethason 0,1-0,2

mg/kgBB/dosis iv-Antibiotik-suportif

Page 52: PPT Bronkiolitis

AntibiotikApabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari, selama 3 hari.Apabila terdapat tanda distres pernapasan tanpa sianosis tetapi anak masih bisa minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/ kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. (WHO, 2012)

TATALAKSANA

Page 53: PPT Bronkiolitis

Bila anak memberi respons yang baik maka terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (25 mg/kgBB/kali, dua kali sehari) untuk 3 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam) sampai keadaan membaik, dilanjutkan per oral 4 kali sehari sampai total 10 hari.

(WHO, 2012)

Page 54: PPT Bronkiolitis

Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia berat) segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.

Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB/kali IM atau IV sekali sehari).

(WHO, 2012)

Page 55: PPT Bronkiolitis

KortikosteroidDexamethasone 0,1-0,2 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis

Dapat diberikan nebulasi yang diencerkan dengan salin normal untuk memperbaiki kebersihan mukosilier

(Setiawati, 2008)

Page 56: PPT Bronkiolitis

OksigenBeri oksigen pada semua anak dengan wheezing dan distres pernapasan berat.Metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen adalah dengan nasal prongs atau kateter nasal. Bisa juga menggunakan kateter nasofaringeal. Pemberian oksigen terbaik untuk bayi muda adalah menggunakan nasal prongs.Teruskan terapi oksigen sampai tanda hipoksia menghilang.Perawat harus memeriksa sedikitnya tiap 3 jam bahwa kateter atau prongs berada dalam posisi yang benar dan tidak tersumbat oleh mukus dan semua sambungan terpasang aman.(WHO, 2012)

Page 57: PPT Bronkiolitis

Perawatan penunjangJika anak demam (≥ 39º C) yang tampak menyebabkan distres, berikan parasetamol.Pastikan anak yang dirawat di rumah sakit mendapatkan cairan rumatan harian secara tepat sesuai umur), tetapi hindarkan kelebihan cairan/overhidrasi. Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.Bujuk anak untuk makan sesegera mungkin setelah anak sudah bisa makan.(WHO, 2012)

Page 58: PPT Bronkiolitis

Fisioterapi dada Fisioterapi dada (CPT) berfungsi untuk mengeluarkan mukus dari lobus paru. Ada 2 cara, yaitu :Bronchial drainage (BD), memposisikan tubuh dalam posisi tertentu, dengan bantuan gaya gravitasi untuk menggerakkan mukus. Percussion or clapping, menepuk dada secara ritmis untuk melepaskan mukus dari dinding dada sehingga mukus berpindah ke bronkus (jalan napas yang lebih besar)(Children’s Hospitals and Clinics of Minnesota, 2014)

Page 59: PPT Bronkiolitis

- Anak dipakaikan baju tipis, jangan menepuk pada kulit langsung

- Baringkan dengan alas selimut atau bantal- Tangkupkan telapak tangan dan tepuk-tepukkan pada

dada secara ritmis- Perkusi/tepukan hanya pada tulang iga/costa, jangan

menepuk pada spine, payudara, perut, bawah kosta, dan punggung untuk menghindari injuri.

(Children’s Hospitals and Clinics of Minnesota, 2014)

TATACARA FISIOTERAPI DADA

Page 60: PPT Bronkiolitis

KomplikasiJika anak gagal memberikan respons terhadap terapi oksigen atau keadaan anak memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat kemungkinan pneumotoraks.

(WHO, 2012)

Page 61: PPT Bronkiolitis

DAFTAR PUSTAKA Children’s Hospitals and Clinics of Minnesota. 2014. Chest

Physiotherapy: Birth to 2 years.[Online]. Tersedia:http://www.childrensmn.org/Manuals/PFS/ChildDev/187862. [2 Juni 2014]

McNamara, Paul, Rosalind LS. 2014. The Pathogenesis of Respiratory Syncytial Virus Disease in Childhood. [Online]. Tersedia:http://bmb.oxfordjournals.org/content/61/1/13.full[1 Juni 2014]

Setiawati, Landia, Retno AS. Bronkiolitis. Dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Edisi ke-III. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo, 2008: 48-49

WHO. Batuk dan atau Kesulitan Bernapas. Dalam : Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Edisi ke-1. Jakarta: WHO, 2009: 83-86

Page 62: PPT Bronkiolitis

TERIMA KASIH