PPT Bronkiolitis
-
Upload
atina-putri -
Category
Documents
-
view
67 -
download
4
description
Transcript of PPT Bronkiolitis
CASE PRESENTATION
OLEHATINA IRANI WIRA PUTRI
PEMBIMBINGdr. Ani Pujiningrum, M.Kes
dr. Dwi Purnomo Sidhi. MSi. Med. Sp. A
Nama : By. Z Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 3 bulan Alamat : Banjarsari No. RM : 034839 Tanggal MRS : 17 Mei 2014
IDENTITAS PASIEN
Nama Ayah : Tn. D Umur : 38 tahun Pekerjaan : Tani
Nama Ibu : Ny. M Umur : 35 tahun Pekerjaan : Tani
IDENTITAS ORANG TUA
KELUHAN UTAMA :BATUK BERDAHAK
ANAMNESIS
Pasien dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan batuk berdahak dengan dahak sulit dikeluarkan sejak 1 hari yang lalu.Pasien juga panas, sumer, sejak 1 hari lalu.Menurut Ibu pasien, pasien tampak sesak beberapa jam sebelum dibawa ke RS.Sejak sakit, pasien menjadi malas minum dan lemah. Tidak ada pilek, muntah, BAB dan BAK normal.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
Tidak pernah sakit berat sebelumnya Tidak ada riwayat tersedak
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Ibu pasien sakit batuk berdahak dan pilek sejak 1 minggu yang lalu.
Tidak ada anggota keluarga yang batuk lama
Tidak ada riwayat asma/alergi di keluarga
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
(Antenatal, Natal, Postnatal)Saat hamil, ibu pasien rajin kontrol ke bidan tiap bulan. Tidak pernah menderita sakit berat. Tidak mengonsumsi jamu atau obat tertentu. Usia kehamilan 36 minggu, berat lahir: 3100 gram, persalinan spontan normal ditolong bidan, ketuban jernih, lahir langsung menangis spontan, warna kulit ,merah, ikterus (-), sianosis (-), kejang (-).
RIWAYAT KELAHIRAN
Makanan/ Gizi Pasien minum ASI dan susu formula sejak lahir
Tumbuh KembangSudah bisa mengangkat kepala
BCG (+)DPT I, II, III +/+/-HEP B I,II,III,IV +/+/-Polio I, II III, IV +/+/+/-Campak (-)
RIWAYAT IMUNISASI
Keadaan umum : pasien tampak lemahKesadaran : Compos mentisGCS : 456BB : 8 kgVital SignNadi : 100 x/menit, regular, kuat angkatRR : 72x/menitSuhu : 38,0oC
PEMERIKSAAN FISIK
Anemis (+) Icterus (-) Sianosis (-) Dyspnea (+) Mata : Edema periorbita (-), mata
cowong (-), Konjungtiva pucat (-) Hidung : Deformitas (-)
Pernafasan cuping hidung (+) Mulut : Lidah kotor (-), caries gigi (-) Telinga : Deformitas (-), Cairan keluar
daritelinga (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaranKGB (-)
KEPALA/LEHER
ParuInspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi
subcostal, pergerakan kanan kiri simetris
Palpasi : Pergerakan kanan kiri simetrisPerkusi : HipersonorAuskultasi : Ekspirasi memanjang, Vesikuler/
vesikuler, wheezing (+)/(+), rhonki basah halus (+)/(+)
JantungInspeksi : Pulsasi (-)Palpasi : Pulsasi pada apeksAuskultasi : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
THORAKS
InspeksiBentuk : flatPeristaltik : tidak tampakTumor/massa : tidak ada
Auskultasi : BU (+) N Palpasi : supel, turgor cukup, hepar
tidak teraba tepi tumpul, permukaan
halus, nyeri tekan (-) Perkusi : Ascites (-)
ABDOMEN
Akral hangat, kering, merah Capillary refill time < 2 detik Edema tangan -/-
Kaki -/-
EKSTREMITAS
Hb : 9,9 g/dl Eritrosit : 3,47 juta/uL Leukosit : 6.600/uL Trombosit : 194.000/uL Hematokrit : 29,3 %Hitung Jenis Basofil : 3,0 % Eosinofil : 0,2 % Neutrofil : 70,4 % Limfosit : 20,9 % Monosit : 5,5 % MCV : 84,4 fL MCH : 28,5 pg MCHC : 33,8 g/dl
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (DL)
Batuk berdahakPanasSesakDyspnea (+), RR 72x/menitNafas cuping hidung (+)Retraksi subcostalPerkusi hipersonorWheezing (+)/(+)Rhonki basah halus (+)/(+)
PROBLEM LIST
DIAGNOSIS ANAK DENGAN BATUK DAN SULIT
BERNAPAS
Klinis Pasien Gagal Jantung
-Tekanan vena jugularis tampak normal-Batuk berdahak-Panas-Sesak-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)-Denyut apeks normal-Hepar tidak teraba
-Peningkatan tekanan vena jugularis-Denyut apeks bergeser ke kiri-Irama derap-Bising jantung-Crackles /ronki di daerah basal paru-Pembesaran hati
Klinis Pasien Penyakit Jantung Bawaan
-Sejak sakit sulit menyusu-Batuk berdahak-Panas-Sesak-Sianosis (-)-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)-Denyut apeks normal-Hepar tidak teraba
-Sulit makan atau menyusu-Sianosis-Bising jantung-Pembesaran hati
Klinis Pasien Benda Asing
-Riwayat tersedak (-)-Batuk berdahak-Panas-Sesak-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Stridor (-)-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)-Denyut apeks normal-Hepar tidak teraba
-Riwayat tiba-tiba tersedak-Stridor atau distres pernapasan tiba-tiba-Wheeze atau suara pernapasan menurun yang bersifat fokal
Klinis Pasien Efusi
-Batuk berdahak-Panas-Sesak-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Gerak dada simetris-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Perkusi hipersonor-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)
-Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intra toraks-Pekak pada perkusi-Ada penyakit lain yang mendasari (penyakit ginjal, keganasan)
Klinis Pasien Tuberkulosis
-Riwayat kontak negatif-Batuk berdahak akut-Panas-Sesak-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Stridor (-)-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Murmur (-) Gallop (-)-Pembengkakan kelenjar limfe (-)-Pembengkakan tulang sendi (-)-Uji tuberkulin tidak dilakukan
-Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasaUji tuberkulin positif (≥ 10 mm, pada keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)Pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurunDemam (≥ 2 minggu) tanpa sebab yang jelasBatuk kronis (≥ 3 minggu)Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang spesifik. Pembengkakan tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang
Klinis Pasien Pertusis
-Batuk berdahak tanpa whoop-Tidak muntah-Panas-Onset sesak insidious-Sianosis (-)-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Imunisasi DPT lengkap -Klinis lemah
-Batuk paroksismal yang diikuti dengan whoop, muntah,sianosis atau apnu-Bisa tanpa demam-Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap-Klinis baik di antara episode batuk
Klinis Pasien Asma
-Umur 3 bulan-Sebelumnya belum pernah sesak dan mengi-Batuk berdahak-Panas-Onset sesak insidious-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Riwayat Alergi keluarga (-)-Eosinofil normal-Respon bronkodilator lambat
-Umur >2 tahun-Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan batuk dan pilek-Onset sesak akut-Hiperinflasi dinding dada-Ekspirasi memanjang-Riwayat atopi keluarga-Eosinofil meningkat-Respon cepat terhadap bronkodiilator
Klinis Pasien Pneumonia
-Panas suhu 380 (subfebris)-Batuk berdahak-Sesak-Sianosis (-)-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Gerak dada simetris-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Perkusi hipersonor-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Leukosit normal
-Demam, suhu >390C-Batuk dengan napas cepat-Gerakan dinding thoraks dapat berkurang pada daerah yang terkena-Perkusi normal atau redup-Crackles (ronki) basah halus pada auskultasi-Kepala terangguk-angguk-Pernapasan cuping hidung-Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam-Merintih (grunting)-Sianosis-Leukositosis dengan shift to the left
Klinis Pasien Bronkiolitis
-Panas suhu 380 (subfebris)-Batuk berdahak-Sesak-Sianosis (-)-Dyspnea (+), RR 72x/menit-Ekspirasi memanjang-Gerak dada simetris-Nafas cuping hidung (+)-Retraksi subcostal-Perkusi hipersonor-Wheezing (+)/(+)-Rhonki basah halus (+)/(+)-Leukosit normal
-Episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun-Batuk-Biasanya tanpa demam atau subfebris-Sesak nafas dengan nafas dangkal dan cepat-Dyspnea, retraksi dinding dada-Hiperinflasi dinding dada-Ekspirasi memanjang-Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai-Perkusi hipersonor-Kurang/tidak ada respons dengan bronkodilator
BRONKIOLITIS
DIAGNOSIS
Oksigen nasal 2 lpm Infus D51/4 NS 600/25/8 Injeksi Amoxan 3x150 mg Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg Puyer (3x1) : Paracetamol 80mg, Ambroxol 7
mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab
Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ
TERAPI
(18 MEI 2014)S : Batuk berdahak, sesak mulai berkurang,
panasO: KU lemah, HR : 115x/menit, RR: 60x/menit,
t : 37,3o
K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)
Ronki +/+, Wheezing +/+A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8,
Injeksi Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ
FOLLOW UP
(19 MEI 2014)S : Batuk dan sesak berkurang, panasO: KU cukup, HR : 110x/menit, RR: 64x/menit, t : 37,8o
K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)
Ronki +/+, Wheezing +/+A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8, Injeksi
Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ
FOLLOW UP
(20 MEI 2014)S : Batuk dan sesak berkurang, panas turunO: KU cukup, HR : 100x/menit, RR: 32x/menit, t : 36,9o
K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)
Ronki +/+, Wheezing +/+A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8, Injeksi
Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ
FOLLOW UP
(21 MEI 2014)S : Batuk dan sesak berkurangO: KU cukup, HR : 105x/menit, RR: 40x/menit, t : 36,5o
K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)
Ronki +/+, Wheezing +/+A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8, Injeksi
Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ, Konsultasi Rehab Medis
FOLLOW UP
(22 MEI 2014)S : Batuk membaikO: KU cukup, HR : 100x/menit, RR: 40x/menit, t : 36,8o
K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (+)
Ronki +/+, Wheezing -/-A : BronkiolitisP : Oksigen nasal 2 lpm, Infus D51/4 NS 600/25/8,
Injeksi Amoxan 3x150 mg, Injeksi Gentamisin 2x12,5 mg, Injeksi Dexamethason 3x 0,5 mg, Puyer (3x1):Paracetamol 80mg, Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab, Nebulisasi Ventolin 0,8 ml : 3 cc PZ, hasil konsul rehab medis: Postural drainage, fisioterapi dada
FOLLOW UP
(23 MEI 2014)S : BatukO: KU cukup, HR : 110x/menit, RR: 48x/menit, t : 36,4o
K/L : Pernapasan cuping hidung (-)Thoraks : Retraksi subcostal (-)
Ronki -/-, Wheezing -/-A : BronkiolitisP : Puyer (3x1):Paracetamol 80mg,
Ambroxol 7 mg, Salbutamol 0,5 mg, Vitamin B kompleks ¼ tab
FOLLOW UP
TINJAUAN PUSTAKA
Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus. Infeksi saluran nafas kecil (bronkiolus) menyebabkan obstruksi pada jalan nafas.
Bronkiolitis terjadi pada anak < 2 tahun dengan insidens tertinggi pada usia 2-6 bulan.
Penyebab tersering Respiratory syncytial virus, diikuti parainfluenzae dan adenovirus. Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi dan biasa terjadi pada keadaan tertentu.
Penyakit ditandai oleh sindrom klinis yaitu, napas cepat, retraksi dada dan wheezing.
(Setiawati, 2008)
BRONKIOLITIS
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
RSV adalah single stranded RNA virus yang berukuran sedang (80-350 nm), termasuk paramyxovirus.
Terdapat dua glikoprotein permukaan yang merupakan bagian yang penting dari RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment protein) yang mengikat sel dan protein F (fusion protein) yang menghubungkan partikel virus dengan sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini merangsang antibodi neutralisasi protektif pada host.
Masa inkubasi RSV 2-5 hari. Virus ini bereplikasi didalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran nafas atas kesaluran nafas bawah melalui penyebaran langsung pada epitel saluran nafas dan melalui aspirasi sekresi nasofaring. RSV mempengaruhi sistem saluran nafas melalui kolonisasi dan replikasi virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang memberi gambaran patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel epitel saluran nafas menyebabkan terjadi edema submukosa dan pelepasan debris dan fibrin kedalam lumen bronkiolus. Pada bronkiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena udema dan akumulasi mukus serta eksudat yang kental. Pada dinding bronkus dan bronkiolus terdapat infiltrat sel radang. Radang juga bisa dijumpai pada peribronkial dan jaringan interstisial. Obstruksi parsial bronkiolus menimbulkan emfisema dan obstruksi totalnya menyebabkan atelektasis.
(McNamara, 2014)
Virus yang merusak epitel bersilia juga mengganggu gerakan mokusilier, mukus tertimbun didalam bronkiolus. Kerusakan sel epitel saluran nafas juga akan mengakibatkan saraf aferen lebih terpapar terhadap alergen/iritan sehingga dilepaskan beberapa neuropeptida (neurokinin, substance P) yang menyebabkan kontraksi otot polos saluran nafas. Pada akhirnya kerusakan epitel saluran nafas juga meningkatkan ekspresi Intercelluler Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) dan produksi sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel inflamasi. Jadi, bronkiolus menjadi sempit karena kombinasi dari proses inflamasi, edema saluran nafas, akumulasi sel-sel debris dan mukus serta spasme otot polos saluran napas.
(McNamara, 2014)
Adapun respon paru ialah dengan meningkatkan kapasitas fungsi residu, menurunkan compliance, meningkatkan tahanan saluran nafas, dead space serta meningkatkan shunt. Semua faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan kerja sistem pernapasan, batuk, wheezing, obstruksi saluran nafas, hiperaerasi, atelektasis, hipoksia, hiperkapnia, asidosis metabolik sampai gagal nafas. Apalagi diameter saluran nafas bayi dan anak kecil lebih sempit. Resistensi aliran udara saluran nafas meningkat pada fase inspirasi maupun pada fase ekspirasi. Selama fase ekspirasi terdapat mekanisme klep sehingga udara akan terperangkap dan menimbulkan overinflasi dada. Volume dada pada akhir ekspirasi meningkat hampir 2 kali diatas normal.
(McNamara, 2014)
Wheezing, yang tidak membaik dengan tiga dosis bronkodilator kerja cepatEkspirasi memanjang/expiratory effortHiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusiTarikan dinding dada bagian bawah ke dalamCrackles atau ronki pada auskultasi dadaSulit makan, menyusu atau minum.(WHO, 2012)
DIAGNOSIS
Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor Respiratory Distress Assesment Instrument (RDAI) yang menilai distres napas berdasarkan 2 variabel respirasi yaitu wheezing dan retraksi. Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat, bila skor kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan.
Respiratory Distress Assessment Instrument
(RDAI)SKOR SKOR
MAKSIMAL
0 1 2 3 4
Wheezing:-Ekspirasi-Inspirasi-Lokasi
(-)(-)(-)
AkhirSebagian<2 dr 4 lap.paru
½Semua >3 dr 4 lap.paru
¾ Semua 4
22
Retraksi :-Supraklavikular-Interkostal-Subkostal
(-)(-)(-)
RinganRinganRingan
SedangSedangSedang
BeratBeratBerat
333
TOTAL 17
RINGAN (RDAI <3)Makan/minum normalDehidrasi (-)Retraksi (-)
(Setiawati, 2008)
TATALAKSANA
RAWAT JALANHidrasi oral, nutrisi
SuportifEdukasi orang tua
SEDANG (RDAI 3-15)Retraksi +,Takipnea +Wheezing +Sianosis –Resiko tinggi + (prematur, usia <3 bulan, penyakit jantung
bawaan, penyakit paru kronis, riwayat asma/alergi pada keluarga)
(Setiawati, 2014)
TATALAKSANA
RUMAH SAKIT-Oksigen, Hidrasi, Nutrisi
--Salbutamol 0,1 kgBB/dosis dalam 3 cc normal salin diulang tiap 4-6
jam-Antibiotik-Suportif
-Cek: foto thoraks, gas darah, EKG, elektrolit
BERAT (RDAI >15)Sianosis, sesak hebat, dehidrasiHipoksia, apnea, makan/minum (-)
(Setiawati, 2008)
TATALAKSANA
ICU/UPI-Cek foto thoraks, gas darah,
EKG, bila perlu ventilasi mekanik
-Nebulisasi Salbutamol-Steroid Dexamethason 0,1-0,2
mg/kgBB/dosis iv-Antibiotik-suportif
AntibiotikApabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari, selama 3 hari.Apabila terdapat tanda distres pernapasan tanpa sianosis tetapi anak masih bisa minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/ kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. (WHO, 2012)
TATALAKSANA
Bila anak memberi respons yang baik maka terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (25 mg/kgBB/kali, dua kali sehari) untuk 3 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam) sampai keadaan membaik, dilanjutkan per oral 4 kali sehari sampai total 10 hari.
(WHO, 2012)
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia berat) segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB/kali IM atau IV sekali sehari).
(WHO, 2012)
KortikosteroidDexamethasone 0,1-0,2 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis
Dapat diberikan nebulasi yang diencerkan dengan salin normal untuk memperbaiki kebersihan mukosilier
(Setiawati, 2008)
OksigenBeri oksigen pada semua anak dengan wheezing dan distres pernapasan berat.Metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen adalah dengan nasal prongs atau kateter nasal. Bisa juga menggunakan kateter nasofaringeal. Pemberian oksigen terbaik untuk bayi muda adalah menggunakan nasal prongs.Teruskan terapi oksigen sampai tanda hipoksia menghilang.Perawat harus memeriksa sedikitnya tiap 3 jam bahwa kateter atau prongs berada dalam posisi yang benar dan tidak tersumbat oleh mukus dan semua sambungan terpasang aman.(WHO, 2012)
Perawatan penunjangJika anak demam (≥ 39º C) yang tampak menyebabkan distres, berikan parasetamol.Pastikan anak yang dirawat di rumah sakit mendapatkan cairan rumatan harian secara tepat sesuai umur), tetapi hindarkan kelebihan cairan/overhidrasi. Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.Bujuk anak untuk makan sesegera mungkin setelah anak sudah bisa makan.(WHO, 2012)
Fisioterapi dada Fisioterapi dada (CPT) berfungsi untuk mengeluarkan mukus dari lobus paru. Ada 2 cara, yaitu :Bronchial drainage (BD), memposisikan tubuh dalam posisi tertentu, dengan bantuan gaya gravitasi untuk menggerakkan mukus. Percussion or clapping, menepuk dada secara ritmis untuk melepaskan mukus dari dinding dada sehingga mukus berpindah ke bronkus (jalan napas yang lebih besar)(Children’s Hospitals and Clinics of Minnesota, 2014)
- Anak dipakaikan baju tipis, jangan menepuk pada kulit langsung
- Baringkan dengan alas selimut atau bantal- Tangkupkan telapak tangan dan tepuk-tepukkan pada
dada secara ritmis- Perkusi/tepukan hanya pada tulang iga/costa, jangan
menepuk pada spine, payudara, perut, bawah kosta, dan punggung untuk menghindari injuri.
(Children’s Hospitals and Clinics of Minnesota, 2014)
TATACARA FISIOTERAPI DADA
KomplikasiJika anak gagal memberikan respons terhadap terapi oksigen atau keadaan anak memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat kemungkinan pneumotoraks.
(WHO, 2012)
DAFTAR PUSTAKA Children’s Hospitals and Clinics of Minnesota. 2014. Chest
Physiotherapy: Birth to 2 years.[Online]. Tersedia:http://www.childrensmn.org/Manuals/PFS/ChildDev/187862. [2 Juni 2014]
McNamara, Paul, Rosalind LS. 2014. The Pathogenesis of Respiratory Syncytial Virus Disease in Childhood. [Online]. Tersedia:http://bmb.oxfordjournals.org/content/61/1/13.full[1 Juni 2014]
Setiawati, Landia, Retno AS. Bronkiolitis. Dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Edisi ke-III. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo, 2008: 48-49
WHO. Batuk dan atau Kesulitan Bernapas. Dalam : Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Edisi ke-1. Jakarta: WHO, 2009: 83-86
TERIMA KASIH