Ppm iswi-kdrt

7

Click here to load reader

Transcript of Ppm iswi-kdrt

Page 1: Ppm iswi-kdrt

1

Sosialisasi UU PKDRT Pada Ibu RT di Kalurahan Klitren Yogyakarta

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG RI NOMOR 23 TAHUN 2004

TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (PKDRT)

Disampaikan oleh : Rizqie Auliana, M.Kes

Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) Cabang Yogyakarta

bersama Tim Kajian Wanita Jurusan Pendidikan Teknik Boga

Universitas Negeri Yogyakarta 16 Juli 2007

Page 2: Ppm iswi-kdrt

2

Sosialisasi UU PKDRT Pada Ibu RT di Kalurahan Klitren Yogyakarta

Mengatasi meningkatnya jumlah kekerasan dalam rumah tangga

maka dibuatlah UU RI No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga (PKDRT) yang telah disahkan dan

diberlakukan pada tanggal 22 September 2004. Kekerasan dalam rumah

tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama wanita,

yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau merampas

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Sedangkan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga adalah jaminan

yang diberikan Negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam

rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan

melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga. Dari penjelasan ini

tampak jelas bahwa undang-undang ini merupakan salah satu upaya

perlindungan bagi kaum wanita. (Kementrian Pemberdayaan Perempuan,

2004).

Lahirnya undang-undang PKDRT dimaksudkan sebagai upaya

perlindungan terhadap seseorang terutama wanita dari tindak kekerasan

dalam rumah tangga dan dapat menjadi landasan hukum bagi upaya-

upaya pencegahan dan penindakan tindak kekerasan dalam rumah

tangga. Selama ini korban kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak

dialami oleh wanita (istri) dan anak serta meninggalkan derita traumatis

yang sangat besar. Undang-undang PKDRT telah disusun dalam bentuk

buku yang dapat menjadi pegangan bagi masyarakat untuk tetap

menjaga keutuhan rumah tangga dan sebagai jaminan memperoleh

keamanan. Dasar diberlakukannya undang-undang PKDRT adalah

meningkatnya jumlah korban yang berasal dari kaum wanita dan adanya

hak memperoleh rasa aman dan bebas dari segala kekerasan bagi setiap

warga negara.

Page 3: Ppm iswi-kdrt

3

Sosialisasi UU PKDRT Pada Ibu RT di Kalurahan Klitren Yogyakarta

1) Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama wanita, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau

penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah

tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau

merampas kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah

tangga.

2) Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga adalah jaminan yang

diberikan Negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi

korban kekerasan dalam rumah tangga. Dari penjelasan ini tampak jelas

bahwa undang-undang ini merupakan salah satu upaya perlindungan bagi

kaum wanita.

3) Korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan atau ancaman

kekerasan dalam lingkup rumah tangga.

Lahirnya undang-undang PKDRT dimaksudkan sebagai upaya

perlindungan terhadap seseorang terutama wanita dari tindak kekerasan dalam

rumah tangga dan dapat menjadi landasan hukum bagi upaya-upaya

pencegahan dan penindakan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Selama ini

korban kekerasan dalam rumah tangga memang lebih banyak dialami oleh

wanita (istri) dan anak serta meninggalkan derita traumatis yang sangat besar.

Undang-undang PKDRT telah disusun dalam bentuk buku yang dapat menjadi

pegangan bagi masyarakat untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangga dan

sebagai jaminan memperoleh keamanan. Dasar diberlakukannya undang-

undang PKDRT adalah meningkatnya jumlah korban yang berasal dari kaum

wanita dan adanya hak memperoleh rasa aman dan bebas dari segala

kekerasan bagi setiap warga negara.

Page 4: Ppm iswi-kdrt

4

Sosialisasi UU PKDRT Pada Ibu RT di Kalurahan Klitren Yogyakarta

TUJUAN PKDRT

Tujuan yang diharapkan dari disahkannya undang-undang PKDRT adalah:

1) Mencegah dan menghapus segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga

2) Mewujudkan perlindungan hukum bagi korban

3) Memberikan sanksi atau penjeratan hukum terhadap para pelaku kekerasan

dalam rumah tangga

4) Mewujudkan keutuhan, kerukunan dan keharmonisan rumah tangga.

Sedangkan bila diamati maka perspektif yang dihasilkan undang-undang

PKDRT sebagai hal baru sangat luas dan mencakup tiga prinsip yang belum ada

dalam undang-undang sebelumnya, yaitu a) perlindungan dan penegakan hak

asasi manusia, b) kesetaraan dan keadilan jender dan c) relasi sosial yang

imbang dan perlindungan atas korban (Munir, L.Z., 2005 dalam

www.kompas.com./9/03/2006).

Lingkup rumah tangga yang dimaksud terdiri dari :

1) Suami, istri, dan anak.

2) Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan no 1 karena

hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang

menetap dalam rumah tangga; dan/atau

3) Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah

tangga tersebut.

BENTUK-BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Dalam pasal 5 undang-undang PKDRT ini ditetapkan bahwa setiap

orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam

lingkup rumah tangganya dengan berbagai cara, sehingga bentuk kekerasan

yang ada dibedakan menjadi :

1) Kekerasan fisik, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

sakit, atau luka berat.

2) Kekerasan psikis, adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa

Page 5: Ppm iswi-kdrt

5

Sosialisasi UU PKDRT Pada Ibu RT di Kalurahan Klitren Yogyakarta

tidak percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak

berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

3) Kekerasan seksual, meliputi : a) Pemaksaan hubungan seksual yang

dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga

tersebut. b) Pemaksaan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup

rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan

tertentu.

4) Penelantaran rumah tangga, mencakup :

a) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah

tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena

persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan,

atau pemeliharaan kepada orang tersebut.

b) Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan

ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang

untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban

berada di bawah kendali orang tersebut.

DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

1) Dampak medis : keluarga yang mengalami kekerasan domestik akan pergi

ke ruang gawat darurat 6 kali lebih banyak dengan mereka yang tidak

mengalaminya, dan pergi ke dokter 8 kali lebih banyak dari mereka yang

tidak mengalami, tentu saja biaya kesehatan yang dibutuhkan menjadi lebih

besar.

2) Dampak emosional : yang bisa muncul adalah depresi, penyalahgunaan

obat dan alkohol, kecemasan, percobaan bunuh diri, keadaan stres pasca

trauma, rendahnya kepercayaan diri.

3) Dampak secara profesional : kinerja yang buruk, lebih banyak waktu yang

digunakan untuk mengatasi persoalan, antara lain karena membutuhkan

pendampingan (konseling), ketakutan kehilangan pekerjaan dan sementara

bekerja korban terus menerus mendapat kekerasan.

Page 6: Ppm iswi-kdrt

6

Sosialisasi UU PKDRT Pada Ibu RT di Kalurahan Klitren Yogyakarta

4) Dampak pribadi : anak-anak yang hidup dalam lingkungan kekerasan

mempunyai peluang lebih besar bahwa hidupnya akan dibimbing oleh

kekerasan, sehingga peluang terjadinya kekejaman pada anak menjadi

lebih tinggi, dan anak-anak bisa menjadi trauma sehingga muncul perilaku

antisosial dan depresi.

KETENTUAN PIDANA HUKUM

1) Kekerasan fisik :

a) Setiap orang yang melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga

dapat dikenai denda paling banyak Rp. 15 juta atau pidana penjara

paling lama 5 tahun.

b) Jika korban sakit keras atau luka berat maka denda paling banyak Rp.

30 juta atau pidana penjara paling lama 10 tahun.

c) Jika korbannya meninggal maka keluarga bisa menuntut denda paling

banyak Rp 45 juta atau pidana penjara 15 tahun.

d) Sedangkan jika kekerasan suami terhadap istri tanpa menimbulkan

penyakit atu halangan untuk tetap bekerja maka dikenai denda paling

banyak Rp. 5 juta atau pidana penjara 4 tahun.

2) Kekerasan psikis :

a) Setiap orang yang melakukan kekerasan psikis dalam rumah tangga

dapat dipidana penjara maksmal 3 tahun atau denda maksimal Rp. 9

juta.

b) Apabila kekerasan psikis dilakukan suami terhadap istri tanpa

menimbulkan penyakit atu halangan untuk tetap bekerja maka dikenai

denda paling banyak Rp. 3 juta atau pidana penjara maksimal 4 bulan.

3) Kekerasan seksual :

a) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual akan

dikenai pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda maksimal Rp.

36 juta.

Page 7: Ppm iswi-kdrt

7

Sosialisasi UU PKDRT Pada Ibu RT di Kalurahan Klitren Yogyakarta

b) Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah

tangganya melakukan hubungan seksual dapat dikenai pejara

maksimal 15 tahun dan denda minimal Rp.12 juta dan maksimal Rp.

300 juta.

c) Jika kekerasan seksual ini meninggalkan gangguan jiwa, luka yang

tidak sembuh, keguguran maka pidana penjara paling lama 20 tahun

atau denda minimal Rp. 25 juta dan maksimal Rp. 500 juta.

4) Sedangkan setiap orang yang menelantarkan orang lain dalam lingkup

rumah tangganya dapat dikenai pidana penjara paling lama 3 tahun dan

denda paling banyak Rp. 15 juta.

KEMANA MINTA TOLONG ?

1) Keluarga

2) Teman atau tetangga

3) Kepolisian

4) Pemerintah daerah atau perangkat desa

5) Lembaga sosial

6) Dokter atau pelayanan medis.

-----Wanita itu bintangnya langit dan bintangnya kegelapan-----