PPID Kemenkes - PERATURAN KOMISI INFORMASI ...ppid.kemkes.go.id/uploads/img_5cb354cdf2b31.pdfb....

42
1 PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KOMISI INFORMASI Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 1 angka 4, Pasal 23, Pasal 26 ayat (1) huruf a, Pasal 26 ayat (2) huruf a dan b, dan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik perlu ditetapkan Peraturan Komisi Informasi tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik; b. bahwa Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik masih memiliki kelemahan dan belum menampung seluruh asas pemenuhan hak akses atas informasi yang cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 2. Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 272, Tambahan Berita Negara Nomor 1). MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN KOMISI INFORMASI TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

Transcript of PPID Kemenkes - PERATURAN KOMISI INFORMASI ...ppid.kemkes.go.id/uploads/img_5cb354cdf2b31.pdfb....

  • 1

    PERATURAN KOMISI INFORMASI

    NOMOR 1 TAHUN 2013

    TENTANG

    PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

    KOMISI INFORMASI

    Menimbang :

    a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 1 angka 4, Pasal 23, Pasal 26 ayat (1) huruf a, Pasal 26 ayat (2) huruf a dan b, dan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik perlu ditetapkan Peraturan Komisi Informasi tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik;

    b. bahwa Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik masih memiliki kelemahan dan belum menampung seluruh asas pemenuhan hak akses atas informasi yang cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846);

    2. Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 272, Tambahan Berita Negara Nomor 1).

    MEMUTUSKAN

    Menetapkan :

    PERATURAN KOMISI INFORMASI TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

  • 2

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

    1. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan,

    dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang

    berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara

    dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya

    yang sesuai dengan Undang-Undang tentang Keterbukaan Informasi

    Publik serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan

    publik.

    2. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan

    badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan

    penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya

    bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau

    anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi

    nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya

    bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau

    anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat,

    dan/atau luar negeri.

    3. Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara

    Badan Publik dengan Pemohon Informasi Publik dan/atau Pengguna

    Informasi Publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan/atau

    menggunakan Informasi Publik berdasarkan peraturan perundang-

    undangan.

    4. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi yang selanjutnya

    disebut PPID adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang

    penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan

    informasi di Badan Publik dan bertanggungjawab langsung kepada

    atasan PPID.

    5. Atasan PPID adalah pejabat yang merupakan atasan langsung

    pejabat yang bersangkutan dan/atau atasan dari atasan langsung

    pejabat yang bersangkutan yang ditunjuk dan/atau

    bertanggungjawab dalam memberi tanggapan tertulis atas keberatan

    permohonan informasi publik yang diajukan oleh Pemohon Informasi

    Publik.

    6. Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang

    selanjutnya disebut Permohonan adalah upaya penyelesaian

    sengketa yang diajukan oleh Pemohon Penyelesaian Sengketa

    Informasi Publik kepada Komisi Informasi sesuai dengan Peraturan

    ini.

    7. Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang selanjutnya

    disebut Pemohon adalah Pemohon atau Pengguna Informasi Publik

    yang mengajukan Permohonan kepada Komisi Informasi.

  • 3

    8. Termohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang selanjutnya

    disebut Termohon adalah Badan Publik yang diwakili oleh Pimpinan

    Badan Publik, atasan PPID, atau pejabat yang ditunjuk dan diberi

    kewenangan untuk mengambil keputusan dalam penyelesaian

    sengketa di Komisi Informasi.

    9. Ajudikasi adalah proses penyelesaian Sengketa Informasi Publik

    antara para pihak di dalam persidangan yang diputus oleh Komisi

    Informasi.

    10. Mediasi adalah penyelesaian Sengketa Informasi Publik antara para

    pihak melalui bantuan mediator komisi informasi.

    11. Komisi Informasi adalah Komisi Informasi Pusat dan Komisi

    Informasi Provinsi dan/atau Komisi Informasi Kabupaten/Kota.

    12. Mediator adalah komisioner pada Komisi Informasi yang bertugas

    membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari

    berbagai kemungkinan penyelesaian Sengketa Informasi Publik

    tanpa menggunakan cara memutus atau memaksa sebuah

    penyelesaian.

    13. Mediator Pembantu adalah komisioner pada Komisi Informasi atau

    orang lain yang bertugas membantu Mediator, yang ditetapkan

    berdasarkan ketentuan Komisi Informasi Pusat.

    14. Kaukus adalah pertemuan mediator dengan salah satu pihak tanpa

    dihadiri oleh pihak lainnya.

    15. Majelis Komisioner adalah komisioner Komisi Informasi yang

    sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang dan berjumlah gasal

    yang ditetapkan oleh Ketua Komisi Informasi untuk memeriksa dan

    memutus Sengketa Informasi Publik.

    16. Panitera adalah Sekretaris Komisi Informasi yang bertanggung jawab

    mengelola administrasi permohonan penyelesaian sengketa,

    membantu Mediator, membantu Majelis Komisioner di dalam

    persidangan, mencatat persidangan, membuat Berita Acara

    Persidangan, dan menyusun laporan hasil persidangan.

    17. Panitera Pengganti adalah pegawai di lingkungan Komisi Informasi

    yang ditunjuk oleh Panitera untuk bertanggung jawab

    membantu/menjalankan tugas-tugas Panitera.

    18. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan di dalam

    persidangan terkait sengketa informasi publik, yang didengar sendiri,

    dilihat sendiri dan dialami sendiri.

    19. Ahli adalah orang yang dapat memberikan keterangan di dalam

    persidangan sesuai dengan keahliannya.

    BAB II

    ASAS DAN TUJUAN

    Pasal 2

    Proses penyelesaian Sengketa Informasi Publik dilakukan berdasarkan

    asas cepat, tepat, biaya ringan, dan sederhana.

  • 4

    Pasal 3

    Permohonan penyelesaian sengketa informasi publik dilakukan semata-

    mata untuk memenuhi hak atas informasi publik.

    Pasal 4

    (1) Para pihak yang mengajukan permohonan penyelesaian sengketa

    informasi publik wajib mengikuti proses penyelesaian sengketa

    informasi publik dengan sungguh-sungguh dan itikad baik.

    (2) Komisi Informasi tidak wajib menanggapi permohonan yang tidak

    dilakukan dengan sungguh-sungguh dan itikad baik.

    (3) Yang dimaksud dengan permohonan yang tidak dilakukan dengan

    sungguh-sungguh dan itikad baik sebagaimana dimaksud pada ayat

    (2) adalah:

    a. melakukan permohonan dalam jumlah yang besar sekaligus

    atau berulang-ulang namun tidak memiliki tujuan yang jelas

    atau tidak memiliki relevansi dengan tujuan permohonan.

    b. melakukan permohonan dengan tujuan untuk mengganggu

    proses penyelesaian sengketa.

    c. melakukan pelecehan kepada petugas penyelesaian sengketa

    dengan perlakuan di luar prosedur penyelesaian sengketa.

    (4) Dalam hal Komisi Informasi tidak menanggapi permohonan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Ketua Komisi Informasi

    menetapkan keputusan penghentian proses penyelesaian sengketa

    didasarkan pada alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

    (5) Ketentuan lebih lanjut akan ditetapkan di dalam Keputusan Ketua

    Komisi Informasi Pusat.

    Pasal 5

    Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat

    ditempuh apabila:

    a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang

    diberikan oleh atasan PPID; atau

    b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah

    diajukan kepada atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)

    hari kerja sejak keberatan diterima oleh atasan PPID.

    Pasal 6

    (1) Komisi Informasi Pusat berwenang menyelesaikan Sengketa Informasi

    Publik yang menyangkut Badan Publik Pusat.

    (2) Komisi Informasi Provinsi berwenang menyelesaikan Sengketa

    Informasi Publik yang menyangkut Badan Publik tingkat provinsi.

    (3) Komisi Informasi Kabupaten/Kota berwenang menyelesaikan

    Sengketa Informasi Publik yang menyangkut Badan Publik tingkat

    kabupaten/kota.

    (4) Dalam hal Komisi Informasi Kabupaten/Kota belum terbentuk,

    kewenangan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik yang

    menyangkut Badan Publik tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh

    Komisi Informasi Provinsi.

  • 5

    (5) Dalam hal Komisi Informasi Provinsi belum terbentuk, kewenangan

    menyelesaikan Sengketa Informasi Publik yang menyangkut Badan

    Publik tingkat provinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan oleh

    Komisi Informasi Pusat.

    Pasal 7

    (1) Komisi Informasi Provinsi dapat meminta Komisi Informasi Pusat

    untuk menyelesaikan Sengketa Informasi Publik dalam hal Komisi

    Informasi Provinsi tidak dapat menangani penyelesaian Sengketa

    Informasi Publik yang menjadi kewenangannya.

    (2) Komisi Informasi Kabupaten/Kota dapat meminta Komisi Informasi

    Provinsi untuk menyelesaikan Sengketa Informasi Publik dalam hal

    Komisi Informasi Kabupaten/Kota tidak dapat menangani

    penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

    Pasal 8

    (1) Dalam hal Sengketa Informasi Publik menyangkut Badan Publik

    Komisi Informasi, kewenangan penyelesaian sengketa dilaksanakan

    oleh Komisi Informasi di dalam wilayah terdekat dengan domisili

    Komisi Informasi yang menjadi Termohon.

    (2) Wilayah sebagaimana disebutkan di dalam ayat (1) ditetapkan di

    dalam Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat.

    BAB III

    PERMOHONAN

    Bagian Kesatu

    Tata Cara

    Pasal 9

    (1) Permohonan diajukan oleh Pemohon atau kuasanya kepada Komisi

    Informasi yang berwenang sesuai ketentuan dalam Pasal 6.

    (2) Permohonan diajukan secara tertulis baik dengan mengisi formulir

    Permohonan atau mengirimkan surat Permohonan.

    (3) Permohonan lisan hanya dapat diajukan dengan datang langsung

    oleh Pemohon yang memiliki kebutuhan khusus.

    (4) Petugas membantu Pemohon menuangkan Permohonan dalam

    formulir yang telah disediakan terhadap permohonan yang diajukan

    secara lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

    Pasal 10

    (1) Formulir atau surat Permohonan sekurang-kurangnya memuat:

    a. Identitas Pemohon:

    1. nama pribadi dan/atau nama institusi;

    2. alamat lengkap; dan

  • 6

    3. nomor telepon yang bisa dihubungi dan nomor

    faksimili/alamat email, jika ada.

    b. Uraian mengenai alasan pengajuan Permohonan;

    c. Hal yang dimohonkan untuk diputus oleh Komisi Informasi, yaitu:

    1. menyatakan bahwa informasi yang dimohon adalah informasi

    yang bersifat terbuka sehingga wajib dibuka dan diberikan

    kepada Pemohon;

    2. menyatakan bahwa Termohon telah salah karena tidak

    menyediakan informasi tertentu secara berkala, sehingga

    Termohon wajib menyediakan dan mengumumkan informasi

    tersebut secara berkala;

    3. menyatakan bahwa Termohon telah salah karena tidak

    menanggapi permohonan informasi, sehingga Termohon wajib

    menanggapi permohonan informasi oleh Pemohon;

    4. menyatakan bahwa Termohon telah salah karena telah

    menanggapi permohonan tidak sebagaimana yang dimohon,

    sehingga Termohon wajib menanggapi permohonan informasi

    sesuai permohonan;

    5. menyatakan bahwa Termohon telah salah karena tidak

    memenuhi permohonan informasi, sehingga Termohon wajib

    memenuhi permohonan informasi oleh Pemohon sebagaimana

    yang dimohonkan;dan/atau

    6. menyatakan bahwa Termohon telah salah karena mengenakan

    biaya yang tidak wajar atas permohonan informasi, dan

    meminta Komisi Informasi untuk menetapkan biaya yang

    wajar;

    (2) Bentuk formulir Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    diatur dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

    Peraturan ini.

    Pasal 11

    (1) Pemohon wajib menyertakan dokumen kelengkapan Permohonan

    sebagai berikut:

    a. identitas Pemohon yang sah, yaitu:

    1. fotokopi Kartu Tanda Penduduk, Paspor atau identitas lain

    yang sah yang dapat membuktikan Pemohon adalah warga

    negara Indonesia; atau

    2. anggaran dasar yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan

    Hak Asasi Manusia dan telah tercatat di Berita Negara Republik

    Indonesia dalam hal Pemohon adalah Badan Hukum.

    3. Surat kuasa dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemberi

    kuasa dalam hal Pemohon mewakili kelompok orang.

    b. permohonan informasi kepada Badan Publik, yaitu:

    1. surat permohonan, formulir permohonan, tanda terima atau

    tanda pemberian/pengajuan permohonan informasi; dan/atau

    2. surat pemberitahuan tertulis dari Badan Publik atas

    permohonan informasi;

    c. keberatan kepada Badan Publik, yaitu:

  • 7

    1. surat tanggapan tertulis atas keberatan Pemohon oleh atasan

    PPID; atau

    2. surat pengajuan keberatan disertai tanda

    pemberian/pengajuan, tanda pengiriman atau tanda terima;

    3. dokumen lainnya, bila dipandang perlu.

    (2) Dalam hal Pemohon didampingi atau diwakili oleh kuasa,

    Permohonan harus disertai dengan surat kuasa.

    (3) Pemohon yang mengajukan Permohonan Penyelesaian Sengketa

    Informasi Publik dengan alasan keberatan karena tidak

    disediakannya informasi publik yang wajib disediakan dan

    diumumkan secara berkala oleh Badan Publik, tidak perlu

    menyertakan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.

    Pasal 12

    Dalam menerima permohonan, Komisi Informasi tidak memungut biaya.

    Bagian Kedua

    Jangka Waktu

    Pasal 13

    Permohonan diajukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja

    sejak:

    a. tanggapan tertulis atas keberatan dari atasan PPID diterima oleh

    Pemohon; atau

    b. berakhirnya jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja untuk atasan

    PPID dalam memberikan tanggapan tertulis.

    Bagian Ketiga

    Pencabutan Permohonan

    Pasal 14

    (1) Permohonan dapat dicabut oleh Pemohon sebelum sidang putusan

    berdasarkan pertimbangan Majelis Komisioner.

    (2) Pencabutan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilakukan secara tertulis.

    Pasal 15

    (1) Panitera menerbitkan Akta Pembatalan Registrasi terhadap

    pencabutan permohonan yang dilakukan sebelum proses ajudikasi

    dimulai.

    (2) Dalam hal pencabutan permohonan dilakukan di dalam proses

    ajudikasi, Majelis Komisioner mengeluarkan penetapan terhadap

    pencabutan permohonan tersebut.

    (3) Majelis Komisioner memerintahkan Panitera untuk mencoret

    permohonan dari Register Sengketa.

    (4) Pembatalan registrasi terhadap pencabutan permohonan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Permohonan

    tidak dapat diajukan kembali.

  • 8

    BAB IV

    REGISTRASI

    Pasal 16

    (1) Petugas memeriksa Formulir atau Surat Permohonan dan dokumen

    kelengkapan Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

    dan Pasal 11.

    (2) Petugas mencatat Permohonan ke dalam Buku Register Permohonan

    dalam hal Permohonan lengkap.

    (3) Bentuk Buku Register Permohonan dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Lampiran II sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

    Pasal 17

    (1) Panitera memberikan Surat Pemberitahuan Ketidaklengkapan

    Dokumen selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya

    Permohonan, dalam hal Pemohon belum melengkapi dokumen

    kelengkapan Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

    (2) Pemohon harus melengkapi dokumen kelengkapan Permohonan

    paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya surat

    pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    (3) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    Pemohon belum melengkapi Permohonan dengan dokumen identitas

    yang sah sebagaimana dimaksud dalam 11 ayat (1) huruf a, Panitera

    menerbitkan Akta yang menyatakan bahwa Permohonan tidak

    diregistrasi.

    (4) Panitera memberikan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

    selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak penerbitan akta yang

    menyatakan bahwa permohonan tidak diregistrasi.

    (5) Bentuk Surat Pemberitahuan Ketidaklengkapan Dokumen

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Lampiran III

    sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

    Pasal 18

    (1) Panitera tetap meregistrasi Permohonan dalam hal Pemohon tidak

    dapat melengkapi Permohonan dengan dokumen sebagaimana

    dimaksud Pasal 11 ayat (1) huruf b dan c dengan alasan bahwa

    permohonan informasi atau permohonan keberatan tidak dilayani

    oleh Badan Publik sebagaimana mestinya.

    (2) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan

    kepada Komisi Informasi secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari

    kerja sejak diterimanya surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 17 ayat (1).

    (3) Panitera mengirimkan bukti registrasi kepada Pemohon selambat-

    lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak Permohonan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diregistrasi.

    Pasal 19

    Panitera menyampaikan formulir Permohonan dan dokumen

    kelengkapan Permohonan setelah diregistrasi kepada Ketua Komisi

    Informasi.

  • 9

    BAB V

    PENETAPAN DAN PEMANGGILAN PARA PIHAK

    Bagian Kesatu

    Penetapan Mediator, Majelis Komisioner, dan Panitera Pengganti

    Pasal 20

    (1) Ketua Komisi Informasi menetapkan Majelis Komisioner dan

    Mediator.

    (2) Panitera menetapkan Panitera Pengganti.

    (3) Majelis Komisioner dan Mediator merupakan komisioner pada Komisi

    Informasi.

    (4) Majelis Komisioner sekurang-kurangnya berjumlah 3 (tiga) orang

    atau lebih selama berjumlah gasal.

    (5) Ketua Komisi Informasi dapat menetapkan Mediator Pembantu.

    (6) Persyaratan dan tata cara untuk menjadi Mediator Pembantu selain

    komisioner ditetapkan oleh Ketua Komisi Informasi Pusat.

    Pasal 21

    Dalam hal Ketua Komisi Informasi berhalangan, pelaksanaan tugas dan

    kewenangan sebagaimana dimaksud Pasal 20 ayat (1) dijalankan oleh

    Wakil Ketua Komisi Informasi.

    Pasal 22

    (1) Mediator, Mediator Pembantu, dan Majelis Komisioner wajib

    mengundurkan diri apabila:

    a. terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat

    ketiga, atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai,

    dengan salah satu pihak atau kuasanya; atau

    b. mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan

    perkara dan/atau para pihak atau kuasanya.

    (2) Para pihak dapat mengajukan permohonan penggantian Mediator,

    Mediator Pembantu, dan/atau Majelis Komisioner kepada Ketua

    Komisi Informasi dalam hal adanya kondisi-kondisi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1).

    (3) Permohonan penggantian Mediator, Mediator Pembantu, dan/atau

    Majelis Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

    paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum mediasi atau ajudikasi

    dimulai.

    (4) Penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh

    Ketua Komisi Informasi.

    (5) Dalam hal yang dimohonkan penggantian sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) adalah Ketua Komisi Informasi, pergantian ditetapkan

    oleh Wakil Ketua Komisi Informasi.

    (6) Dalam hal yang dimohonkan penggantian sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) adalah Ketua dan Wakil Ketua Komisi Informasi,

  • 10

    pergantian ditetapkan oleh komisioner lain yang tertua usianya yang

    tidak menangani perkara tersebut.

    Pasal 23

    Majelis Komisioner menetapkan metode, tempat, agenda, serta jadwal

    sidang hari pertama ajudikasi.

    Bagian Kedua

    Pemanggilan Para Pihak

    Pasal 24

    (1) Panitera Pengganti menyampaikan Surat Panggilan kepada para

    pihak secara langsung atau melalui surat tercatat.

    (2) Surat Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah

    diterima oleh para pihak atau kuasanya selambat-lambatnya 3 (tiga)

    hari kerja sebelum hari pertama ajudikasi dan mediasi.

    (3) Panitera Pengganti membuat Tanda Terima Surat Panggilan.

    Pasal 25

    Termohon dapat menyerahkan jawaban tertulis kepada Majelis

    Komisioner melalui Panitera Pengganti sebelum hari pertama ajudikasi.

    BAB VI

    PROSES AJUDIKASI

    Bagian Kesatu

    Prinsip

    Pasal 26

    (1) Sidang ajudikasi bersifat terbuka untuk umum kecuali dalam hal

    Majelis Komisioner melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan

    dokumen-dokumen yang dikecualikan.

    (2) Majelis Komisioner bersifat aktif dalam proses persidangan.

    (3) Majelis Komisioner wajib menjaga kerahasiaan dokumen dalam hal

    dilakukannya pemeriksaan yang berkaitan dengan dokumen-

    dokumen yang termasuk dalam pengecualian sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

    Keterbukaan Informasi Publik.

    (4) Pemohon dan/atau kuasanya tidak dapat melihat atau melakukan

    pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1).

  • 11

    Bagian Kedua

    Tata Cara Persidangan

    Pasal 27

    Persidangan dilakukan untuk memeriksa:

    a. keterangan Pemohon atau kuasanya;

    b. keterangan Termohon atau kuasanya;

    c. surat-surat;

    d. keterangan saksi, apabila diperlukan;

    e. keterangan ahli, apabila diperlukan;

    f. rangkaian data, keterangan, perbuatan, keadaan, atau peristiwa

    yang bersesuaian dengan alat-alat bukti lain yang dapat dijadikan

    petunjuk, apabila diperlukan; dan/atau

    g. kesimpulan dari Para Pihak, apabila ada.

    Pasal 28

    (1) Persidangan dilakukan melalui pertemuan langsung ataupun tidak

    langsung.

    (2) Persidangan melalui pertemuan langsung dapat diselenggarakan di:

    a. salah satu ruangan di kantor Komisi Informasi; atau

    b. salah satu ruangan di kantor Badan Publik lain yang tidak terkait

    dengan sengketa atau tempat lain yang ditentukan oleh Komisi

    Informasi.

    (3) Tata cara persidangan melalui pertemuan tidak langsung diatur di

    dalam Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat.

    Pasal 29

    (1) Pada hari pertama sidang ajudikasi, Majelis Komisioner mewajibkan

    para pihak untuk menempuh proses penyelesaian sengketa melalui

    mediasi terlebih dahulu dalam hal penolakan permohonan informasi

    atas alasan sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 35 ayat (1) huruf

    b sampai dengan huruf g UU KIP;

    (2) Dalam hal penolakan permohonan informasi atas alasan

    pengecualian berdasarkan Pasal 35 ayat (1) huruf a UU KIP, Majelis

    Komisioner langsung memeriksa pokok sengketa tanpa melalui

    mediasi.

    Pasal 30

    Dalam hal Pemohon dan/atau kuasanya tidak hadir dalam persidangan

    selama 2 (dua) kali tanpa alasan yang jelas, Permohonan dinyatakan

    gugur.

    Pasal 31

    Dalam hal Termohon dan/atau kuasanya tidak hadir dalam

    persidangan, Majelis Komisioner dapat memeriksa dan memutus

    sengketa tanpa kehadiran Termohon.

    Pasal 32

    Panitera membuat Berita Acara Persidangan.

  • 12

    Pasal 33

    (1) Panitera wajib merekam secara elektronik seluruh proses

    persidangan.

    (2) Para pihak dapat meminta transkrip rekaman elektronik dengan

    dikenakan biaya pembuatan transkrip dan salinan sesuai standar

    biaya yang berlaku.

    (3) Dalam hal rekaman elektronik proses persidangan yang diminta

    memuat informasi yang dikecualikan, salinan rekaman diberikan

    dalam bentuk cetak dengan penghitaman atau pengaburan pada

    bagian informasi yang dikecualikan.

    Pasal 34

    (1) Dalam hal ajudikasi dilakukan karena penolakan permohonan

    berdasarkan alasan pengecualian informasi, Majelis Komisioner

    melakukan penilaian terhadap hasil uji konsekuensi atas penetapan

    informasi yang dikecualikan.

    (2) Dalam hal penilaian terhadap hasil uji konsekuensi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) terbukti bahwa informasi yang dimohon

    termasuk informasi yang dikecualikan, sidang ajudikasi dilanjutkan

    untuk melakukan uji kepentingan publik.

    (3) Uji kepentingan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    dilakukan untuk menilai apakah ada kepentingan publik yang lebih

    besar untuk membuka informasi daripada menutupnya sebagaimana

    diatur dalam Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

    tentang Keterbukaan Informasi Publik.

    Bagian Ketiga

    Pemeriksaan Awal

    Pasal 35

    (1) Ketua Majelis Komisioner membuka persidangan dengan menyatakan

    sidang terbuka untuk umum dan memeriksa identitas para pihak

    atau kuasanya.

    (2) Setelah memeriksa identitas para pihak, Ketua Majelis Komisioner

    membacakan ringkasan Permohonan dan keterangan Termohon serta

    memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menambahkan

    keterangan.

    (3) Dalam hal Termohon belum memberikan keterangan tertulis sebelum

    persidangan, Ketua Majelis Komisioner memerintahkan Termohon

    untuk memberikan keterangan singkat secara lisan terkait

    Permohonan Pemohon.

    Pasal 36

    (1) Pada hari pertama sidang, Majelis Komisioner memeriksa:

    a. kewenangan Komisi Informasi;

    b. kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi;

  • 13

    c. kedudukan hukum Termohon sebagai Badan Publik di dalam

    sengketa informasi;

    d. batas waktu pengajuan permohonan penyelesaian sengketa

    informasi.

    (2) Dalam hal permohonan tidak memenuhi salah satu ketentuan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Majelis Komisioner dapat

    menjatuhkan putusan sela untuk menerima ataupun menolak

    permohonan.

    (3) Dalam hal Majelis berpendapat tidak perlu menjatuhkan putusan

    sela, maka proses pemeriksaan dapat dilanjutkan dan diputus

    bersamaan dengan putusan akhir.

    Pasal 37

    Ketua Majelis Komisioner memberikan kesempatan kepada para pihak

    untuk menempuh proses mediasi terlebih dahulu dalam hal

    permohonan penyelesaian sengketa dilakukan terhadap penolakan

    pemberian informasi sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 35 ayat (1)

    huruf b sampai dengan huruf g UU KIP.

    Bagian Keempat

    Mediasi

    Pasal 38

    (1) Mediasi dipimpin oleh mediator yang ditetapkan oleh Ketua Komisi

    Informasi.

    (2) Mediator dapat dibantu oleh mediator pembantu.

    (3) Mediasi dilaksanakan pada hari yang sama dengan hari pertama

    sidang.

    (4) Apabila para pihak menghendaki lain, mediasi dapat dilakukan pada

    hari yang disepakati oleh para pihak, selambat-lambatnya 3 (tiga)

    hari kerja setelah proses ajudikasi dinyatakan ditunda.

    (5) Proses mediasi bersifat tertutup kecuali para pihak menghendaki

    lain.

    (6) Proses mediasi dapat dilakukan melalui pertemuan langsung atau

    menggunakan alat komunikasi dengan mempertimbangkan jarak

    dan/atau substansi sengketa.

    (7) Proses mediasi yang dilakukan dengan menggunakan alat

    komunikasi ditetapkan lebih lanjut di dalam Keputusan Ketua Komisi

    Informasi.

    Pasal 39

    (1) Mediasi melalui pertemuan langsung dapat diselenggarakan di:

    a. salah satu ruangan di kantor Komisi Informasi;

    b. salah satu ruangan di kantor Badan Publik lain yang tidak terkait

    dengan sengketa atau tempat yang dianggap netral yang

    ditentukan oleh Komisi Informasi; atau

    c. di tempat lain yang disepakati oleh para pihak.

  • 14

    (2) Dalam hal pertemuan mediasi dilaksanakan di tempat lain yang

    disepakati para pihak, biaya yang timbul ditanggung oleh masing-

    masing pihak yang bersengketa.

    (3) Para pihak tidak menanggung segala biaya yang dikeluarkan

    mediator.

    Pasal 40

    (1) Mediator mengupayakan mediasi selesai dalam sekali pertemuan.

    (2) Apabila mediasi tidak cukup dilaksanakan dalam sekali pertemuan,

    mediator menetapkan agenda dan jadwal mediasi berikutnya sesuai

    dengan kesepakatan para pihak.

    Pasal 41

    (1) Jangka waktu mediasi adalah 14 (empat belas) hari kerja sejak

    pertemuan mediasi pertama.

    (2) Apabila diperlukan, atas dasar kesepakatan para pihak mediasi dapat

    diperpanjang 1 (satu) kali dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja.

    Pasal 42

    Mediator mendorong para pihak menelusuri dan menggali kepentingan

    mereka untuk mencapai kesepakatan.

    Pasal 43

    Mediator dapat melakukan kaukus apabila dianggap perlu.

    Pasal 44

    (1) Mediator wajib mencatat proses mediasi.

    (2) Mediator dapat merekam secara elektronik seluruh proses mediasi

    berdasarkan kesepakatan para pihak.

    Pasal 45

    Dalam hal Pemohon atau kuasanya tidak hadir 2 (dua) kali tanpa alasan

    yang jelas, maka permohonan dinyatakan gugur melalui penetapan

    Komisi Informasi.

    Pasal 46

    (1) Dalam hal Para Pihak bersepakat, Mediator membantu para pihak

    merumuskan kesepakatan mediasi.

    (2) Kesepakatan mediasi sebagaimana dimaksud ayat (1) setidak-

    tidaknya memuat:

    a. tempat dan tanggal kesepakatan;

    b. nomor registrasi;

    c. identitas lengkap para pihak;

    d. kedudukan para pihak;

    e. kesepakatan yang diperoleh;

    f. nama mediator; dan

    g. tanda tangan para pihak dan mediator.

    (3) Sebelum para pihak menandatangani kesepakatan, mediator

    memeriksa materi kesepakatan untuk menghindari ada kesepakatan

  • 15

    yang bertentangan dengan hukum atau yang tidak dapat

    dilaksanakan.

    Pasal 47

    (1) Mediator menyerahkan kesepakatan mediasi kepada Majelis

    Komisioner yang menangani penyelesaian sengketa melalui Panitera

    Pengganti untuk dikuatkan menjadi Putusan.

    (2) Kesepakatan mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dituangkan dalam bentuk Putusan Mediasi oleh Majelis Komisioner.

    (3) Putusan Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-

    kurangnya memuat:

    a. kepala putusan;

    b. tempat dan tanggal putusan;

    c. Komisi Informasi yang memutuskan;

    d. identitas lengkap dan kedudukan para pihak;

    e. hasil kesepakatan tertulis;

    f. perintah untuk melaksanakan kesepakatan yang diperoleh;

    g. tanda tangan Majelis Komisioner dan Panitera Pengganti.

    Pasal 48

    (1) Mediator menyatakan mediasi gagal apabila:

    a. salah satu pihak atau para pihak menyatakan secara tertulis

    bahwa proses mediasi gagal;

    b. salah satu pihak atau para pihak menarik diri dari

    perundingan; atau

    c. kesepakatan belum tercapai dalam jangka waktu sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 41;

    d. Termohon tidak hadir 2 (dua) kali tanpa alasan yang jelas.

    (2) Dalam hal mediasi dinyatakan gagal, mediator membuat Pernyataan

    Mediasi Gagal yang sekurang-kurangnya memuat:

    a. tempat dan tanggal;

    b. nomor registrasi;

    c. identitas lengkap para pihak;

    d. alasan mediasi gagal;

    e. nama mediator;

    f. tanda tangan para pihak.

    Pasal 49

    (1) Mediator menyampaikan pernyataan mediasi gagal kepada Ketua

    Majelis Komisioner yang memeriksa sengketa informasi.

    (2) Terhadap mediasi yang dinyatakan gagal, Majelis Komisioner

    melanjutkan kembali proses ajudikasi.

    (3) Majelis Komisioner menetapkan hari sidang ajudikasi dengan

    pemberitahuan kepada para pihak.

    Pasal 50

    Seluruh hal yang terungkap di dalam proses mediasi tidak dapat

    menjadi alat bukti di dalam ajudikasi maupun persidangan di

    pengadilan terhadap perkara yang sama maupun yang lainnya.

  • 16

    Bagian Kelima

    Pembuktian

    Pasal 51

    Alat bukti yang dapat diajukan untuk diperiksa di persidangan sebagai

    berikut:

    a. surat;

    b. keterangan saksi;

    c. keterangan ahli;

    d. keterangan Pemohon dan Termohon;

    e. petunjuk yang diperoleh dari rangkaian data, keterangan,

    perbuatan, keadaan, atau peristiwa yang bersesuaian dengan alat

    bukti lain; dan/atau

    f. informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan

    secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.

    Pasal 52

    (1) Bukti surat dapat diajukan oleh Para Pihak.

    (2) Para Pihak mengajukan bukti surat yang sah disertai dengan materai

    yang cukup.

    (3) Para pihak menyerahkan daftar bukti beserta peruntukannya kepada

    Majelis Komisioner.

    Pasal 53

    (1) Saksi dapat diajukan oleh Pemohon, Termohon, dan Majelis

    Komisioner.

    (2) Majelis Komisioner dapat menolak saksi yang diajukan apabila:

    a. sengketa yang dihadapi bersifat sederhana sehingga tidak

    memerlukan keterangan saksi;

    b. saksi dianggap memiliki kepentingan bersifat pribadi dengan

    salah satu atau para pihak;

    (3) Pemeriksaan saksi dimulai dengan menanyakan identitas,

    hubungannya dengan sengketa informasi yang sedang berlangsung,

    dan kesediaannya diambil sumpah atau janji menurut agama dan

    kepercayaannya untuk memberikan keterangan sesuai dengan apa

    yang didengar, dilihat, dan/atau dialami sendiri.

    (4) Majelis Komisioner mengambil sumpah saksi dengan dibantu juru

    sumpah.

    Pasal 54

    (1) Ahli dapat diajukan oleh Pemohon, Termohon, dan Majelis

    Komisioner.

    (2) Keterangan ahli yang dapat dipertimbangkan oleh Majelis Komisioner

    adalah keterangan yang diberikan oleh orang yang memiliki keahlian

    mengenai hal yang dipersengketakan dan tidak memiliki kepentingan

    yang bersifat pribadi dengan para pihak yang berperkara.

  • 17

    (3) Majelis Komisioner dapat menolak ahli yang diajukan apabila:

    a. sengketa yang dihadapi bersifat sederhana sehingga tidak

    memerlukan keterangan ahli;

    b. ahli dianggap memiliki kepentingan yang bersifat pribadi

    dengan salah satu atau para pihak; atau

    c. keahliannya tidak relevan atau diragukan.

    (4) Pemeriksaan ahli dimulai dengan menanyakan identitas,

    keahliannya, dan kesediaannya diambil sumpah atau janji menurut

    agama dan kepercayaannya untuk memberikan keterangan sesuai

    dengan keahliannya.

    (5) Majelis Komisioner mengambil sumpah ahli dengan dibantu oleh juru

    sumpah.

    Pasal 55

    (1) Saksi dan ahli yang dipanggil atas perintah Majelis Komisioner wajib

    hadir dan memberikan keterangannya di dalam persidangan.

    (2) Saksi dan ahli yang tidak hadir dalam persidangan tanpa alasan yang

    jelas dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    Bagian Keenam

    Pemeriksaan Setempat

    Pasal 56

    (1) Majelis Komisioner dapat melakukan pemeriksaan setempat untuk

    memperoleh bukti dengan didampingi oleh Panitera dan dapat

    didampingi oleh Pemohon dan/atau Termohon atas pertimbangan

    Majelis Komisioner.

    (2) Dalam hal pemeriksaan setempat dilakukan untuk memeriksa

    dokumen yang memuat informasi yang dikecualikan, pemeriksaan

    dilakukan tanpa kehadiran Pemohon.

    (3) Dalam hal pemeriksaan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) tidak dapat dilakukan sendiri oleh Majelis Komisioner, Majelis

    Komisioner dapat mengupayakan bantuan Komisi Informasi terdekat.

    (4) Tata cara pemeriksaan setempat diatur lebih lanjut di dalam

    Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat.

    Bagian Ketujuh

    Kesimpulan Para Pihak

    Pasal 57

    (1) Para pihak dapat menyampaikan kesimpulan baik secara lisan

    maupun tertulis.

    (2) Para pihak dapat menyampaikan kesimpulan secara tertulis dalam

    jangka waktu yang ditentukan Majelis Komisioner setelah tahap

    pembuktian dinyatakan selesai.

  • 18

    (3) Kesimpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling

    lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum sidang putusan.

    Bagian Kedelapan

    Putusan

    Pasal 58

    (1) Majelis Komisioner melakukan musyawarah untuk menghasilkan

    putusan atas sengketa informasi.

    (2) Musyawarah dilakukan secara tertutup dan bersifat rahasia.

    (3) Musyawarah dipimpin oleh Ketua Majelis Komisioner.

    (4) Dalam hal terdapat pendapat yang berbeda dari anggota Majelis

    Komisioner, pendapat tersebut dilampirkan dalam putusan.

    Pasal 59

    (1) Putusan Majelis Komisioner diucapkan dalam sidang terbuka untuk

    umum.

    (2) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya

    memuat:

    a. kepala putusan;

    b. identitas lengkap para pihak;

    c. duduk perkara yang sekurang-kurangnya memuat:

    1. kronologi;

    2. alasan Permohonan; dan

    3. petitum;

    d. alat bukti yang diajukan dan diperiksa;

    e. kesimpulan para pihak;

    f. pertimbangan hukum yang sekurang-kurangnya memuat:

    1. fakta hukum persidangan;

    2. pendapat majelis;

    3. kesimpulan;

    4. amar putusan yang di dalamnya memuat pula mengenai jangka

    waktu pelaksanaan putusan;

    5. hari dan tanggal musyawarah Majelis Komisioner;

    6. hari dan tanggal putusan diucapkan, nama dan tanda tangan

    Majelis Komisioner yang memutus serta Panitera Pengganti

    yang mencatat persidangan; dan

    7. Pendapat anggota Majelis Komisioner yang berbeda, apabila

    ada.

    (3) Putusan Majelis Komisioner tidak boleh memuat informasi yang

    dikecualikan.

    (4) Salinan putusan diberikan kepada para pihak dalam jangka waktu

    paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak putusan dibacakan.

    (5) Segera setelah salinan putusan diberikan kepada para pihak,

    putusan dimasukkan ke dalam situs resmi Komisi Informasi.

  • 19

    Pasal 60

    (1) Pemohon dan/atau Termohon yang tidak menerima putusan

    Komisi Informasi dapat mengajukan keberatan secara tertulis ke

    pengadilan yang berwenang.

    (2) Keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) diajukan dalam

    tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak salinan putusan Komisi

    lnformasi diterima oleh para pihak berdasarkan tanda bukti

    penerimaan.

    (3) Dalam hal salah satu atau para pihak tidak mengajukan keberatan

    sebagaimana dimaksud ayat (2) maka putusan Komisi Informasi

    berkekuatan hukum tetap.

    (4) Putusan Komisi lnformasi yang berkekuatan hukum tetap dapat

    dimintakan penetapan eksekusi kepada Ketua Pengadilan yang

    berwenang oleh Pemohon lnformasi.

    (5) Permohonan untuk mendapatkan penetapan eksekusi

    sebagaimana dimaksud ayat (3) dilakukan dengan mengajukan

    permohonan tertulis dengan melampirkan salinan resmi putusan

    Komisi Informasi yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut

    ke Pengadilan dalam wilayah hukum Termohon.

    Pasal 61

    Ketua Majelis Komisioner menjelaskan hak-hak Pemohon dan Termohon

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 sebelum menutup persidangan

    terakhir.

    BAB VII

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 62

    (1) Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik terhadap permohonan

    yang telah sampai pada tahap pemeriksaan pendahuluan sebelum

    berlakunya peraturan ini tetap dilaksanakan berdasarkan Peraturan

    Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 tentang Prosedur

    Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

    (2) Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik terhadap permohonan

    yang telah diregistrasi namun belum sampai pada tahap pemeriksaan

    pendahuluan sebelum berlakunya peraturan ini dilaksanakan

    berdasarkan peraturan ini.

  • 20

    BAB VIII

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 63

    Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Komisi Informasi

    Nomor 2 Tahun 2010 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi

    Publik dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 64

    Hal-hal yang belum diatur terkait dengan Peraturan ini ditetapkan oleh

    Ketua Komisi Informasi Pusat.

    Pasal 65

    Peraturan ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

    Peraturan Komisi Informasi ini dengan penempatannya dalam Berita

    Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di : Jakarta

    pada tanggal : 28 Maret 2013

    KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    ABDUL RAHMAN MA’MUN

    Diundangkan di Jakarta

    pada tanggal 29 April 2013

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

    ttd AMIR SYAMSUDIN

    BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 649

  • 21

    PENJELASAN

    ATAS

    PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013

    TENTANG

    PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

    I. UMUM

    Peraturan Komisi Informasi tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa

    Informasi Publik merupakan salah satu pelaksanaan dari perintah Pasal

    26 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

    Keterbukaan Informasi Publik selanjutnya disebut UU KIP. Pasal ini

    memerintahkan Komisi Informasi Pusat untuk menetapkan petunjuk

    pelaksanaan dan petunjuk teknis proses penyelesaian sengketa

    informasi publik.

    Prosedur penyelesaian sengketa informasi diperlukan untuk

    memberikan kepastian hukum pemenuhan hak seseorang atas informasi

    oleh Badan Publik sebagai pihak yang menguasai informasi yang

    berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan kepentingan publik.

    Sebagai lembaga quasi peradilan, penyelesaian sengketa informasi memiliki perbedaan dengan proses penyelesaian sengketa di pengadilan

    meskipun sebagai tindak lanjut atas upaya hukum atas sengketa

    informasi tetap berujung di pengadilan. Prosedur penyelesaian sengketa

    informasi ini ditetapkan dengan menerapkan prinsip umum jaminan

    akses terhadap informasi yaitu cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan

    cara sederhana. Ketentuan Pasal 28 huruf f UUD 1945 juga memberikan

    jaminan bahwa setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh,

    memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan

    menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Dalam rangka

    menggunakan haknya, setiap orang wajib menghormati hak asasi

    manusia orang lain.

    Peraturan ini merupakan penyempurnaan terhadap kelemahan-

    kelemahan Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 tentang

    Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi yang ditemukan di dalam

    praktek, antara lain:

    a. Beberapa pengaturan di Peraturan Komisi Informasi Nomor 2

    Tahun 2010 menimbulkan celah yang beberapa kali digunakan

    oleh pihak-pihak tertentu untuk mempermainkan prosedur

    penyelesaian sengketa sehingga merugikan Badan Publik dan

    proses penyelesaian sengketa informasi yang diajukan oleh pihak

    yang lain.

  • 22

    b. Pemisahan proses mediasi dan ajudikasi membuat proses

    penyelesaian sengketa memakan waktu yang lebih panjang, tidak

    sejalan dengan asas cepat.

    c. Kebutuhan akan pengaturan materi baru yang belum diatur di

    dalam Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010.

    Secara umum, pengaturan ini mengatur antara lain mengenai:

    a. ketentuan umum;

    b. asas dan tujuan;

    c. perihal permohonan yang meliputi tata cara, jangka waktu, serta

    pencabutan permohonan, registrasi, penetapan dan pemanggilan

    para pihak;

    d. proses ajudikasi yang meliputi prinsip, tata cara persidangan,

    pemeriksaan awal, mediasi, pembuktian, pemeriksaan setempat,

    kesimpulan para pihak, serta putusan.

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1

    Cukup jelas.

    Pasal 2

    Cukup jelas.

    Pasal 3

    Cukup jelas.

    Pasal 4

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Huruf a

    Cukup jelas.

    Huruf b

    Cukup jelas.

    Huruf c

    Yang dimaksud dengan pelecehan antara lain termasuk namun

    tidak terbatas pada merendahkan petugas, pelecehan gender, dan

    pelecehan seksual.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

  • 23

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Pasal 5

    Cukup jelas.

    Pasal 6

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan Badan Publik pusat adalah Badan Publik yang

    lingkup kerjanya bersifat Nasional atau lembaga tingkat pusat dari

    suatu lembaga yang hierarkis. Contoh: Kementerian, MPR, DPR,

    Mahkamah Agung, Markas Besar Kepolisian Negara Republik

    Indonesia, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Partai Politik

    tingkat pusat, organisasi non pemerintah tingkat pusat, BUMN, atau

    lembaga negara lain di tingkat pusat.

    Ayat (2)

    Yang dimaksud dengan Badan Publik provinsi adalah Badan Publik

    yang lingkup kerjanya mencakup provinsi setempat atau lembaga

    tingkat provinsi dari suatu lembaga yang hierarkis. Contoh:

    Pemerintah Provinsi, DPRD Provinsi, Pengadilan tingkat banding,

    Kepolisian Daerah, Komando Daerah Militer, BUMD tingkat provinsi,

    Partai Politik tingkat provinsi, organisasi non pemerintah tingkat

    provinsi, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) tingkat provinsi, atau

    lembaga tingkat provinsi lainnya.

    Termasuk menjadi kewenangan Komisi Informasi Provinsi adalah

    sengketa dimana yang menjadi Termohon adalah Badan Publik yang

    tidak memiliki kantor pusat dan kantor cabang, misalnya suatu

    yayasan yang hanya terdiri dari satu kantor saja di Provinsi tertentu.

    Ayat (3)

    Yang dimaksud dengan Badan Publik kabupaten/kota adalah Badan

    Publik yang lingkup kerjanya mencakup kabupaten/kota setempat

    atau lembaga tingkat kabupaten/kota dari suatu lembaga yang

    hierarkis. Contoh: Pemerintah Kabupaten/Kota, DPRD

    kabupaten/kota, Pengadilan tingkat pertama, Komando Distrik

    Militer, BUMD tingkat kabupaten/kota, Partai Politik tingkat

  • 24

    kabupaten/kota, organisasi non pemerintah tingkat kabupaten/kota,

    RSUD tingkat kabupaten/kota, atau lembaga tingkat kabupaten/kota

    lainnya.

    Termasuk menjadi kewenangan Komisi Informasi Kabupaten/Kota

    adalah sengketa dimana yang menjadi Termohon adalah Badan Publik

    yang tidak memiliki kantor pusat dan kantor cabang, misalnya suatu

    yayasan yang hanya terdiri dari satu kantor saja di kabupaten/kota

    tertentu.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Pasal 7

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan tidak dapat menangani penyelesaian sengketa

    adalah belum terbentuknya sekretariat, belum tersedianya anggaran

    operasional atau kondisi lain yang dinilai Komisi Informasi Pusat tidak

    memungkinkan Komisi Informasi Provinsi untuk melaksanakan tugas

    dan fungsinya.

    Ayat (2)

    Yang dimaksud dengan tidak dapat menangani penyelesaian sengketa

    adalah belum terbentuknya sekretariat, belum tersedianya anggaran

    operasional atau kondisi lain yang dinilai Komisi Informasi Provinsi

    tidak memungkinkan Komisi Informasi Kabupaten/Kota untuk

    melaksanakan tugas dan fungsinya.

    Pasal 8

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

  • 25

    Pasal 9

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Yang dimaksud dengan memiliki kebutuhan khusus adalah Pemohon

    tuna netra atau Pemohon tuna aksara.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Pasal 10

    Ayat (1)

    Huruf a

    Cukup jelas.

    Huruf b

    Cukup jelas.

    Huruf c

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Pasal 11

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 12

    Cukup jelas.

    Pasal 13

    Cukup jelas.

  • 26

    Pasal 14

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 15

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Pasal 16

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 17

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

  • 27

    Pasal 18

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan “tidak dilayani oleh Badan Publik

    sebagaimana mestinya” adalah Pemohon sudah menyerahkan

    permohonan secara tertulis namun Badan Publik tidak mau

    memberikan tanda terima atau bahkan tidak mau menandatangani

    tanda terima yang disediakan sendiri oleh Pemohon.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 19

    Cukup jelas.

    Pasal 20

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Ayat (6)

    Cukup jelas.

    Pasal 21

    Yang dimaksud dengan berhalangan adalah tidak dapat menjalankan

    tugas sebagaimana mestinya karena sakit atau sedang melaksanakan

    tugas di luar kantor.

    Pasal 22

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

  • 28

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Ayat (6)

    Cukup jelas.

    Pasal 23

    Cukup jelas.

    Pasal 24

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 25

    Cukup jelas.

    Pasal 26

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Pasal 27

    Cukup jelas.

  • 29

    Pasal 28

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 29

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Pasal 30

    Alasan ketidakhadiran diberitahukan oleh Pemohon dan/atau kuasanya

    sebelum sidang dimulai dan dinilai kelayakannya oleh Majelis

    Komisioner di dalam persidangan.

    Pasal 31

    Alasan ketidakhadiran diberitahukan oleh Termohon dan/atau

    kuasanya sebelum sidang dimulai dan dinilai kelayakannya oleh Majelis

    Komisioner di dalam persidangan.

    Pasal 32

    Cukup jelas.

    Pasal 33

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 34

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

  • 30

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 35

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 36

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 37

    Cukup jelas.

    Pasal 38

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Ayat (6)

    Cukup jelas.

    Ayat (7)

  • 31

    Cukup jelas.

    Pasal 39

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 40

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Pasal 41

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Pasal 42

    Cukup jelas.

    Pasal 43

    Cukup jelas.

    Pasal 44

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Pasal 45

    Cukup jelas.

    Pasal 46

    Ayat (1)

  • 32

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 47

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 48

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Pasal 49

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 50

    Cukup jelas.

    Pasal 51

    Cukup jelas.

    Pasal 52

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

  • 33

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 53

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Pasal 54

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Pasal 55

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Pasal 56

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

  • 34

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Pasal 57

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 58

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Pasal 59

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Pasal 60

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

  • 35

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Pasal 61

    Cukup jelas.

    Pasal 62

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Pasal 63

    Cukup jelas.

    Pasal 64

    Cukup jelas.

    Pasal 65

    Cukup jelas.

    TAMBAHAN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5

  • 36

    LAMPIRAN I

    PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013

    TENTANG

    PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

    KOMISI INFORMASI Jl. ....... Telp: Website/email:

    Nomor:

    (diisi oleh petugas)

    FORMULIR PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI A. IDENTITAS PEMOHON Nama:

    Laki-laki/Perempuan/Badan Hukum (lingkari salah satu)

    Alamat Lengkap Jalan:

    Kecamatan: Kabupaten/Kota: Propinsi: Kode Pos:

    Tempat/Tanggal Lahir:

    Pekerjaan:

    Agama:

    Kewargangeraan:

    Nomor kontak: Rumah:

    Kantor:

    HP:

    Email:

    Tanda Bukti Identitas: KTP/SIM/Paspor/Akta Pendirian (lingkari salah satu)

    No. Identitas:

    B. IDENTITAS KUASA PEMOHON (jika ada) Nama: Laki-laki/Perempuan/Badan Hukum (lingkari salah satu)

    Alamat Lengkap Jalan: Kecamatan: Kabupaten/Kota: Propinsi: Kode Pos:

    C. MENGENAI PERMOHONAN INFORMASI Nama Badan Publik: Unit Kerja: Alamat:

    Informasi yang Dimohon: 1. ..........................................................

    ......................................................... 2. ..........................................................

    .......................................................... 3. ..........................................................

    ..........................................................

    Tanggal Permohonan:

    Pejabat/Petugas yang Menerima: (Nama dan Jabatan)

    Jawaban atas Permohonan Informasi:

    Tanggal Jawaban:

    Pejabat yang Menandatangani Jawaban: (Nama dan Jabatan)

    Alasan Keberatan:

    Tanggal

    Keberatan:

    Pejabat/Petugas yang

    Menerima: (Nama dan Jabatan)

    Tanggapan atas Keberatan:

    Tanggal Tanggapan:

    Pejabat yang Menandatangani Tanggapan: (Nama dan Jabatan)

    Alasan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi: (berikan tanda “√” terhadap pilihan yang sesuai)

    Atasan PPID menolak permohonan informasi dengan alasan pengecualian sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 17 UU KIP.

    Tidak disediakannya informasi berkala sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 9 UU KIP.

    Atasan PPID tidak menanggapi keberatan Pemohon.

  • 37

    Pemohon tidak puas terhadap tanggapan Atasan PPID atas keberatan.

    Pengenaan biaya yang tidak wajar.

    Penyampaian informasi yang melebihi waktu yang diatur di dalam UU KIP.

    Tuntutan Pemohon:

    D. DOKUMEN KELENGKAPAN PERMOHONAN(berikan tanda “√” jika ada) Salinan Identitas Tanda Bukti Pengajuan

    Permohonan Tanda Bukti Pengajuan Keberatan

    KTP/SIM/Paspor/Akta Pendirian

    Surat permohonan/formulir permohonan yang disediakan Badan Publik/tanda terima

    Surat pengajuan keberatan/formulir keberatan yang disediakan Badan Publik/tanda terima

    Surat Kuasa

    Pemberitahuan tertulis

    Tanggapan Atasan PPID atas keberatan

    Jawaban PPID terhadap Permohonan Informasi

    Dokumen Pendukung Lainnya 1. .................................................................................................................................... 2. ....................................................................................................................................

    Pernyataan Pemohon 1. Dengan ini saya menyatakan bahwa sengketa informasi yang saya ajukan kepada Komisi

    Informasi ............................................................... tidak sedang diproses atau belum pernah diputus oleh lembaga peradilan dan tidak sedang diproses atau difasilitasi oleh lembaga penyelesaian sengketa lainnya.

    2. Bahwa saya bersedia mengikuti seluruh proses penyelesaian sengketa di Komisi Informasi ...............................................................

    3. Apabila pernyataan yang saya berikan di atas tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka Komisi Informasi ............................................................... berhak untuk menolak permohonan penyelesaian sengketa yang saya ajukan atau menghentikan seluruh proses penyelesaian sengketa informasi ini.

    Demikian permohonan penyelesaian sengketa informasi ini saya ajukan dengan sadar tanpa pengaruh atau paksaan dari pihak manapun.

    [Tanggal Pengajuan Permohonan]

    Pemohon

    [Tanggal Terima]

    Komisi Informasi ............ [Nama dan Jabatan Staf Bagian Permohonan PSI]

    KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    ABDUL RAHMAN MA’MUN

  • 38

    LAMPIRAN II PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013

    TENTANG

    PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

    BUKU REGISTER PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA

    Nomor Register

    Tanggal Permohonan

    Nama Pemohon

    Alamat Pemohon

    Pekerjaan Pemohon

    Nama Termohon

    Alamat Termohon

    Informasi yang Dimohon

    Alasan Permohonan Penyelesaian Sengketa

    Keterangan:

    Nomor Register : Diisi dengan kode nomor urut 3 digit/bulan dengan angka romawi/KIP (Pusat/Provinsi/Kabupaten)-PS/tahun. Contoh: 001/I/KIP-PS/2013.

    Tanggal Permohonan : Diisi dengan tanggal permohonan diterima.

    Nama Pemohon : Diisi dengan nama Pemohon sesuai kartu identitas. Apabila Pemohon diwakili kuasa, yang dituliskan tetap nama Pemohon, bukan nama kuasanya.

    Alamat Pemohon : Diisi dengan alamat lengkap Pemohon sesuai dengan yang tertera di dalam formulir permohonan penyelesaian sengketa.

    Pekerjaan Pemohon : Diisi dengan pekerjaan Pemohon sesuai dengan yang tertera di dalam formulir permohonan penyelesaian sengketa.

    Nama Termohon : Diisi dengan nama Badan Publik yang menjadi Termohon, beserta unit kerjanya jika permohonan informasi kepada unit kerja.

    Alamat Termohon : Diisi dengan alamat Termohon sesuai dengan yang tertera di dalam formulir permohonan penyelesaian sengketa.

    Informasi yang Dimohon : Diisi dengan lengkap informasi yang dibutuhkan, sesuai dengan yang tertera di dalam formulir permohonan atau surat permohonan penyelesaian sengketa.

    Alasan Permohonan : Diisi sesuai dengan yang tertera di dalam formulir permohonan penyelesaian sengketa.

    KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    ABDUL RAHMAN MA’MUN

  • 39

    LAMPIRAN III

    PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013

    TENTANG

    PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

    KOMISI INFORMASI Jl. ....... Telp: Website/email:

    Nomor* : ___________________________

    Hal : Pemberitahuan Ketidaklengkapan Dokumen

    Lampiran : -

    Kepada Yth.

    ..............................................................

    Di tempat

    Komisi Informasi ............................ telah membaca berkas

    permohonan penyelesaian sengketa informasi:

    Nama Pemohon : ………………………………………………….

    Alamat : .............................................................

    Nama Termohon : ………………………………………………….

    Tanggal Permohonan : ………………………………………………….

    Informasi yang Dimohon : ………………………………………………....

    Dengan ini menyatakan bahwa dokumen permohonan tersebut

    belum lengkap, yaitu berupa: (beri tanda “√” di kolom yang sesuai)

    1. Salinan identitas; KTP/SIM/Paspor/Akta Pendirian. 2. Salinan formulir permohonan, tanda terima atau tanda

    pemberian/pengajuan permohonan informasi. 3. Salinan surat tanggapan tertulis atas keberatan Pemohon

    oleh atasan PPID/surat pengajuan keberatan/tanda pemberian/pengajuan/tanda pengiriman atau tanda terima keberatan.

    4. Salinan surat kuasa (jika Pemohon diwakili oleh Kuasa).

    Pemohon diharapkan melengkapi persyaratan di atas paling

    lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak surat pemberitahuan ini diterima oleh

    Pemohon.

    Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja Pemohon belum

    melengkapi dokumen identitas sebagaimana dimaksud pada angka 1

    (satu) dan/atau angka 4 (empat), maka permohonan tidak akan

    diregister.

  • 40

    Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja Pemohon belum

    melengkapi dokumen bukti pengajuan permohonan dan keberatan

    sebagaimana dimaksud pada angka 2 (dua) dan angka 3 (tiga) dengan

    alasan bahwa permohonan informasi atau permohonan keberatan tidak

    dilayani oleh Badan Publik sebagaimana mestinya, maka permohonan

    akan tetap diregister dan putusan untuk menerima atau menolak

    permohonan akan dilakukan di dalam sidang ajudikasi.

    .....................,................ 201...

    Panitera Pengganti

    ...................................

    *Nomor : Diisi dengan kode nomor urut 3 digit/bulan dengan angka romawi/KIP (Pusat/Provinsi/Kabupaten)-SPKD/tahun. Contoh: 001/I/KIP-SPKD/2013.

    KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    ABDUL RAHMAN MA’MUN

  • 41

    LAMPIRAN IV

    PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013

    TENTANG

    PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

    KOMISI INFORMASI ...................

    AKTA REGISTRASI SENGKETA

    (nomor)/REG-PSI/(bulan)/tahun

    Pada hari ini, ______ tanggal __________ bulan _________ tahun

    __________ pukul __________, telah dicatat dalam Buku Registrasi

    Sengketa Informasi perihal Permohonan Penyelesaian Sengketa

    Informasi Publik dengan:

    Nomor: __________________

    yang diajukan oleh:

    ____________________________, untuk selanjutnya disebut sebagai

    Pemohon,

    terhadap

    ____________________________, untuk selanjutnya disebut sebagai

    Termohon.

    Penetapan hari sidang sengketa tersebut akan dilakukan setelah

    permohonan tersebut setelah dicatat di dalam Buku Register Sengketa

    Informasi. Komisi Informasi akan memberitahukan perihal penetapan

    hari sidang kepada Pemohon dan Termohon.

    Demikian akta ini dibuat dan ditandatangani oleh Panitera.

    Panitera,

    .............................................

    KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    ABDUL RAHMAN MA’MUN

  • 42

    LAMPIRAN V

    PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013

    TENTANG

    PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

    AKTA PEMBATALAN REGISTRASI

    (nomor)/PREG-PSI/(bulan)/tahun

    Pada hari ini, ______ tanggal __________ bulan _________ tahun

    __________ pukul __________, Panitera Komisi Informasi ____________

    melaksanakan Penetapan Komisi Informasi _____________ Nomor

    _____________ untuk:

    MEMBATALKAN REGISTRASI PERMOHONAN

    Nomor: _____________________

    perihal Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi yang diajukan

    oleh:

    ____________________________, untuk selanjutnya disebut sebagai

    Pemohon,

    terhadap

    ____________________________, untuk selanjutnya disebut sebagai

    Termohon.

    Berdasarkan Pasal 15 ayat (4) Peraturan Komisi Informasi Nomor

    1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik,

    Pembatalan Registrasi terhadap Pencabutan Permohonan tersebut

    mengakibatkan Permohonan yang dimaksud tidak dapat diajukan

    kembali.

    Demikian akta ini dibuat dan ditandatangani oleh Panitera.

    Panitera,

    .............................................

    KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    ABDUL RAHMAN MA’MUN