PPI Brief Series - ppidunia.org filePPI Dunia bertanggungjawab menangani lebih dari 200 pendaftar...

11
PPI Brief Series Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia PPI Brief no. 6 / 2019 Muhammad Fadlian Amhar Studi Komparatif Praktis dan Pengembangan Kapasitas Guru di Indonesia: Belajar dari Program Bantu Guru Melihat Dunia

Transcript of PPI Brief Series - ppidunia.org filePPI Dunia bertanggungjawab menangani lebih dari 200 pendaftar...

PPI Brief SeriesPerhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

PPI Brief no. 6 / 2019

Muhammad Fadlian Amhar

Studi Komparatif Praktis dan Pengembangan Kapasitas

Guru di Indonesia: Belajar dari Program

Bantu Guru Melihat Dunia

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

RINGKASAN EKSEKUTIF

Bantu Guru Melihat Dunia (BGMD) merupakan program kerja Komisi Pendidikan PPI Dunia yang turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas guru dan pengajaran di Indo-nesia. Beberapa institusi pendidikan di Australia, Tiongkok, Jepang, dan Malaysia menjadi tuan rumah pada pelaksanaan di tahun 2018.

Berdasarkan keterlaksanaan program, pemangku kepentingan dikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu: 1) Tamu; 2) PPI; 3) Tuan rumah; dan 4) Pendukung. Peran entitas-entitas di dalam kelompok tersebut beririsan satu sama lain sehingga terjadi dinamika antarentitas.

Temuan studi komparatif peserta program di antaranya berkaitan seputar tema: 1) otonomi guru dalam hal administrasi pengajaran; 2) titik berat aktualisasi budaya pada pelaksanaan pembelajaran; 3) model pengajaran dan letak kemajuan peserta didik dalam pembelajaran; 4) penilaian komprehensif sebagai bentuk dukungan; dan 5) sinergitas peran pendukung di lingkungan sekolah.

Dibutuhkannya bekal tertium comparationis sebagai kerangka perbandingan untuk mem-bantu peserta program serupa menghasilkan perbandingan yang tepat sasaran dan menda-lam.

KILAS BALIK PROGRAM BANTU GURU MELIHAT DUNIA (BGMD)

Bantu Guru Melihat Dunia (BGMD) adalah program yang diinisiasi oleh PPI Dunia untuk mendorong aktivitas studi banding guru ke negara-negara lain. BGMD diusulkan ketika Simposium PPI se-Dunia di Inggris pada periode 2017/2018. Terlaksana pada tahun 2018, program ini memberangkatkan 10 guru terseleksi, yang berasal dari berbagai daerah, ke negara di Asia-Pasifik. Negara-negara yang telah menjadi negara host adalah Malaysia, Jepang, Tiongkok, dan Australia. Malaysia menjadi tuan rumah bagi empat orang peserta guru, sementara negara lain masing-masing bagi dua orang guru. Hingga saat ini, siklus program kerja ini telah melibatkan tiga periode kepengurusan PPI Dunia.

PPI Brief ini bertujuan untuk memberikan analisis dan assessment terhadap program BGMD dengan melihat sejauh mana BGMD bermanfaat bagi pengembangan kapasitas tenaga pendidik di Indonesia. Tulisan ini dibagi ke dalam empat bagian. Bagian pertama mengidentifikasi pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan program BGMD. Bagian kedua mengidentifikasi hasil dan capaian dari program BGMD yang sudah dilakukan. Bagian ketiga melihat implikasi kebijakan BGMD, sebagai bagian dari studi komparatif yang praktis, bagi pengembangan kebijakan pendidikan di Indonesia. Bagian keempat memuat rekomendasi kebijakan, dengan belajar dari pengalaman BGMD, untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.

1

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

2

Setidaknya terdapat empat pihak yang memiliki peran dalam proses pelaksansaan BGMD, yaitu peserta BGMD (guru yang diberangkatkan), penyelenggara (PPI), tuan rumah (sekolah penerima), dan sistem pendukung. Bagan 1 memetakan pemangku kepentingan dari program BGMD, sebagaimana yang sudah dievaluasi pada tahun 2018. Terlihat bahwa program BGMD merupakan hasil dari kolaborasi banyak sektor dan melibatkan banyak pemangku kepentingan.

1. Penyelenggara Kegiatan

BGMD melibatkan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) baik PPI Dunia maupun PPI di negara tujuan sebagai aktor penyelenggara di luar pemerintah. PPI berperan sebagai inisiator program yang dalam waktu bersamaan harus hadir pada kelompok lainnya sebagai relawan. PPI Dunia bertanggungjawab menangani lebih dari 200 pendaftar hingga tersisa 10 yang di antaranya masing-masing dua guru untuk chapter Jepang, Australia, dan Tiongkok, serta empat guru untuk chapter Malaysia.

Secara teknis, proses pelaksanaan dilakukan dengan melibatkan PPI di 4 negara tujuan (Australia, Jepang, Malaysia, dan Tiongkok). PPI host di masing-masing negara tujuan memiliki peran sentral dalam penyelenggaraan program di lokasi, sebagai bagian dari kerja kolektif antara anggota-anggota PPI Dunia. Kolaborasi antara aliansi PPI Dunia dengan PPI Negara menjadi kunci dalam pelaksanaan BGMD.

3. Peserta Kegiatan

Guru merupakan peserta kegiatan BGMD. Mereka berkepentingan untuk mendapatkan pertukaran pengetahuan, baik sebagai pengembangan profesionalismenya, maupun dalam pengembangan kapasitas personal di bidang leadership, serta ekspose eksternal terhadap sistem pendidikan. PPI Dunia menyeleksi 200 pendaftar, hingga akhirnya terpilih 10 guru yang diberangkatkan.

Separuh dari pendaftar program BGMD merupakan gabungan pendaftar yang berasal dari Jawa Barat, Tengah, dan Timur. Terdapat pula pendaftar yang berasal dari luar pulau Jawa seperti Jambi, Palangka Raya, dan Gorontalo. Untuk menjangkau peminat program yang tidak berangkat ke lokasi secara langsung, terdapat program diseminasi yang menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi peserta program.

AKTOR DAN PEMANGKU KEPENTINGAN

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

3

3. Sekolah Penerima

Terdapat sekolah-sekolah yang bersedia menjadi tujuan lokasi studi banding. PPI melakukan survei dan membangun kerjasama dengan beberapa sekolah yang bersedia untuk menjadi sekolah host dalam program ini. Sekolah yang telah menerima peserta telah memberikan akomodasi yang sangat sesuai dengan tujuan program. Survei pra-kegiatan dan setelah pelaksanaan telah dipublikasikan ke media massa elektronik. Di pihak lain, orang tua siswa yang juga diaspora, seperti di Tiongkok, berkenan membagi pengalamannya tentang pelaksanaan pendidikan kepada peserta.

Adapun empat sekolah yang menjadi lokasi tujuan kegiatan antara lain: (1) Jianxing Experimental School, Tiongkok; Bacchus Marsh Grammar School, Australia; (3) Dai-San Hino Elementary School Jepang; dan (4) Adni Islamic School, Malaysia. Keempat sekolah ini dikunjungi oleh para guru selama beberapa hari dengan difasilitasi oleh PPI Dunia dan PPI Negara tujuan.

4. Sistem Pendukung

Terakhir dan tidak kalah penting, pendukung kegiatan ini berada di sektor seleksi, finansial, dan administratif. Dalam konteks ini, baik pemberi dana maupun pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara tujuan, serta beberapa lembaga pemerintahan berkaitan dengan keimigrasian juga terlibat dalam proses adminstratif. Selain juga dukungan Sekolah Cita Buana, Atiqotun selaku pelaksana menyebutkan bahwa diseminasi hasil BGMD dilakukan secara swadaya baik melalui PPI TV maupun Komunitas Guru Belajar.

Bagan 1. Pemetaan Aktor Kunci dalam pelaksanaan program BGMD 2018O

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

4

Secara garis besar, terdapat beberapa hal penting yang diperoleh oleh para peserta BGMD ketika program, yang dapat dirangkum menjadi 6 aspek yakni: administrasi pengajaran, kultur/budaya pendidikan, media dan sarana-prasarana pembelajaran, pembelajaran berbasis proyek, asesmen/penilaian, dan bahasa. Selain itu, kami juga mengeksplorasi beberapa pengalaman personal guru yang juga merupakan output program.

1. Administrasi Pengajaran

Administrasi pengajaran, yang diwakilkan oleh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), direpresentasikan secara beragam. Pada sistem yang mengedepankan akuntabilitas seperti di Australia, RPP dapat menjadi kontrol kualitas dari profesi guru. Pada kasus lain, RPP tidak dijadikan kaku dengan format yang minimal untuk memberi ruang bagi guru merencanakan pembelajarannya seperti yang terjadi di Jepang. Di samping RPP, administrasi pengajaran terkhusus kelas inklusif juga dinilai sudah diimplementasikan dengan baik. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa interaksi peserta dengan sistem RPP di negara lain merupakan proses pengembangan kompetensi guru.

2. Kultur Pendidikan

Ragam kultur/budaya sekolah di negara host telah dialami oleh peserta BGMD. Sekolah di Australia yang kentara dengan akuntabilitas pengajaran yang ketat, justru dilengkapi dengan dorongan oleh sistem agar terjadi budaya saling memberdayakan antarguru. Bahkan, budaya pengembangan mandiri kapasitas gurupun dibentuk melalui kebijakan pemerintah Australia, salah satunya kewajiban membaca buku bagi guru. Di lain kesempatan, sekolah di Malaysia dengan proaktif mengakses lingkungan masyarakat sekitar dalam rangka mengemas kegiatan pembelajaran kontekstual. Tak hanya masyarakat umum, partisipasi orang tua siswapun disebutkan sebagai bagian dari sinergi dalam upaya perencanaan pendidikan anak. Bahkan, pengalaman unik disebutkan ketika proses magang guru pre-service Jepang mengajar dengan disaksikan oleh orang tua siswa. Dengan aktualisasi budayanya yang kental, pendidikan karakter di Jepang dapat terlihat dari perlakuan guru terhadap individu murid serta penghargaan terhadap pribadi guru. Selain itu, pernyataan pak Fadil, peserta BGMD chapter Malaysia, menggambarkan kontras budaya yang memikat peserta BGMD tentang pembiasaan praktik baik ke dalam interaksi di sekolah. Menurut beliau,

“Salah satu hal yang paling menarik (...) Sekolah sunyi. Bagaimana sebuah sekolah, dalam satu bangunan (yang) terdiri dari SD, SMP, SMA itu mereka sangat tertib sekali, sangat

HASIL DAN CAPAIAN PROGRAM

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

5

teratur sekali, suara mereka sangat terjaga sekali. Itu (...) salah satu hal yang ‘klik’ sekali bagi saya.”

Hal-hal yang telah disebutkan menunjukkan bahwa peserta menangkap dan memahami kultur sekolah yang dianggap relevan dengan diri maupun lingkungan bekerjanya, terlepas dari sistem pendidikan mana yang dipelajari.

3. Media dan Sarana-Prasarana Pembelajaran

Dalam hal pembelajaran, secara umum sekolah-sekolah yang dikunjungi telah memanfaatkan ragam akses terhadap media dan sarana pembelajaran, serta pelaksanaan ragam model pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan luar sekolah maupun luar wilayah sekolah yang diadakan. Lebih dari itu, kegiatan di dalam sekolahpun dikembangkan seperti halnya konsep guru tamu di Malaysia. Di lain kesempatan, kesiapan guru dalam mengajar tergambar dengan kelengkapan media ajar saat berada di depan kelas. Ragam pembelajaran dari masing-masing negara dapat menggambarkan nuansa dinamis karena dilakukan oleh seluruh civitas sekolah.

4. Pembelajaran Berbasis Proyek

Salah satu model pembelajaran yang ditemukan saat kegiatan BGMD ialah pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran ini senantiasa digalakkan untuk memberi kesempatan bagi para peserta didik mengaktualisasikan proses berpikir dan menciptanya dalam hasil dan kemajuan yang berwujud. Melalui bimbingan guru dan fasilitas sekolah, dinilai bahwa kemandirian peserta didik dapat dilatihkan selagi mereka mengerjakan proyek pembelajaran tersebut. Lingkungan sekolah juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sekolah, seperti yang terjadi pada aktivasi Guru Pendamping Khusus dalam kelas-kelas inklusi, maupun dukungan orang tua pada guru pra-tugas yang telah disebutkan sebelumnya.

5. Asssmen/Penilaian

Asesmen, yang biasa dirangkaikan dengan administrasi pengajaran demi akuntabilitas, diselenggarakan sesuai panduan sistem yang berlaku. Keberadaan tes terstandardisasi bagi peserta didik di masing-masing negara cukup beragam. Walaupun demikian, adanya penilaian guru pra-tugas oleh orang tua menjadi salah satu contoh bagaimana orang tua terlibat dalam proses rekruitmen guru. Secara umum, masing-masing negara memiliki prioritas tujuan dalam menyelenggarakan penilaian, seperti sikap dan perilaku di atas asesmen kognitif.

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

6

6. Bahasa dan Pengalaman Personal

Selain dari target capaian studi banding, terdapat pula hal-hal yang didapatkan oleh guru sebagai pengalaman personalnya dalam mengikuti proses pembelajaran di luar negeri. Sebagai contoh, bahasa pengantar yang diberlakukan di kelas merupakan konsekuensi dari lingkungan masyarakat yang multikultural. Simbol-simbol perekonomian juga terdapat pada kontrol pemerintah terhadap vendor buku, kurikulum teknik pada pendidikan dasar, serta ketersediaan alat peraga, sarana dan prasarana.

Seluruh hal yang didapatkan selama pelaksanaan program telah diupayakan untuk, selain telah dihadirkan pada diseminasi, dipraktikkan di tempat peserta mengajar. Beberapa di antara yang disebutkan ialah perubahan model pengajaran, cultural awareness dan toleransi antarumat beragama, sinergitas stakeholder sekolah, konsepsi “Sekolah Ramah Anak”, kegiatan murid menanam tanaman di sekolah, kegiatan mendongeng oleh wali murid, termasuk pula perubahan interaksi oleh guru yang sadar melatih merendahkan volume suaranya ketika mengajar—seluruhnya diakui sebagai hal yang diadopsi dari observasi saat BGMD.

Dalam literatur ilmu pendidikan, program semacam BGMD merupakan bagian dari studi komparatif. Program ini, sebagai sebuah pendekatan pengembangan pendidikan dalam konteks internasional, memiliki berbagai tujuan dan pelaku. Phillips & Schweisfurth dalam Kallo J. (2018) menyarikan bahwa aktivitas pendidikan komparatif salah satunya bertujuan untuk menunjukkan apa yang mungkin dengan memeriksa alternatif ketentuan di ‘rumah’. Hal itu memiliki maksud bahwa melakukan komparasi pendidikan termasuk ke dalam proses belajar bagi para aktor komparasi. Pelaku studi bidang ini menempatkan para pelaku komparasi (comparativists) sebagai subjek peneliti. Mereka tak hanya mengharapkan temuan objektif, tetapi juga bertanggungjawab untuk mengonstruksi cara pandang yang menempatkan objek-objek bandingan berada pada pijakan yang adil.

Untuk melakukannya dibutuhkan “tertium comparationis” yang berarti kualitas-kualitas yang menjadi kemiripan antara dua hal sehingga layak untuk diperbandingkan satu sama lain. Di titik inilah kapasitas guru sebagai ‘pembelajar aktif’ menjadi penting dalam program BGMD. Sebagai contoh, analisis dari observasi kultur sekolah di Malaysia akan memiliki arti saat dibandingkan dengan kelas di tanah air dengan pertimbangan kemiripan budaya. Melalui upaya melengkapi disiplin studi banding, diharapkan terjadinya pertukaran ilmu secara dua arah.

BGMD SEBAGAI PROGRAM PENGEMBANGAN KAPASITAS GURU

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

7

Beberapa aktivitas lain para peneliti studi komparatif pendidikan ini justru kegiatan yang mirip dengan program BGMD. Misalnya, negara-negara yang menduduki peringkat teratas dari PISA (Programme for International Student Assessment) menjadi ‘magnet’ bagi negara-negara lain untuk untuk mempelajari praktik pedagogis di sana (Kubow, P. K. & Blosser, A. H., 2014). Selain itu, kajian oleh Iyengar R. dkk (2014) yang menggambarkan inisiatif-inisiatif reformasi pendidikan guru yang merupakan hasil studi komparatif di negara di Asia Selatan. Studi Shiveley J. & Misco T. (2015) juga mengoleksi opini responden yang mengaku bahwa program pengiriman guru untuk belajar ke luar negaranya berdampak positif secara profesional dan personal.

BGMD menempatkan guru-guru sebagai ‘peneliti’ studi komparatif yang praktis. Dikarenakan adanya lapisan identitas peserta program yang berprofesi sebagai guru, studi banding dilakukan dari sudut pandang guru-guru. Di samping itu, dengan adanya pengalaman kontras ruang geografis, peserta diharapkan dapat mengaktifkan motivasi dan nalarnya dengan bantuan kebudayaan dalam memahami pengalaman di program ini. Secara lebih spesifik, brief ini memetakan tiga kapasitas guru yang penting untuk dikembangkan dalam pengembangan program pendidikan melalui studi banding, yaitu kapasitas pengetahuan, kapasitas komunikasi, dan kapasitas prosedural.

1. Kapasitas Pengetahuan

Hal ini berkaitan erat dengan konsepsi studi banding itu sendiri. Membandingkan dua objek (dalam hal ini sekolah) diharapkan dapat memproduksi pengetahuan baru, terlebih karena ekspose terhadap latar belakang praktik dan sistem yang telah disinggung. Dengan kata lain, dibutuhkan keadaan psikologis untuk memicu analisis-analisis peserta BGMD, seperti mentalitas “mau belajar”.

2. Kapasitas Komunikasi

Kapasitas untuk mengomunikasikan apa yang dialami saat BGMD dalam upaya implementasi. Berbagai kontras (budaya, kemasyarakatan, dan lainnya) yang—justru bisa jadi—baru ditemukan sepulang kegiatan BGMD dapat membantu peserta mempelajari konteks lingkungan pekerjaannya. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan solusi yang relatif tepat bagi tantangan atau masalah yang ada di tempat mereka bekerja. Sebuah keuntungan tambahan jika sekolah lain dapat turut serta mengambil pelajaran dari kegiatan BGMD setelah kegiatan diseminasi.

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

8

3. Kapasitas Prosedural

Kapasitas prosedural penting bagi guru untuk mengasah kapasitas organisasional di dunia pendidikan baik sebagai pribadi maupun pegawai. Selain bekerja sebagai tenaga pendidik, banyak di antara guru peserta BGMD yang mereka juga memiliki beban kerja administratif-struktural di sekolah. Dengan tanggung jawab tersebut, peserta diharapkan mengasah kapasitas mengorganisasi keberangkatan mandirinya ke luar negeri, serta mengatur tugas mengajarnya di sekolah asal.

BGMD, dengan demikian, turut berkontribusi terhadap pengembangan kapasitas guru di Indonesia. Kami melihat dua implikasi dari BGMD terhadap perbaikan kebijakan pendidikan di Indonesia.

1) Kebijakan pendidikan di Indonesia sejatinya adalah program lintas-pemangku kepentingan (multi-stakeholders). Temuan praktis kami dalam BGMD melihat bahwa program-program studi banding harus didukung oleh berbagai pemangku kepentingan, baik ketika PPI Dunia sebagai inisiator maupun pihak lain. Implikasinya, pemerintah juga bisa memberikan dukungan sumber daya maupun platform diseminasi yang partisipatif.

2) Program-program serupa BGMD perlu menghilangkan konsep “sekolah sempurna” dan mendorong peserta untuk bisa mengambil pembelajaran dengan berpikir secara komparatif dengan masalah yang mereka hadapi di sekolah. Di sini, penting untuk mel-akukan studi pendahuluan (preliminary study) agar peserta dapat membantu menjembat-ani gap antara sekolah host dengan sekolah peserta melalui kerangka pembanding (tertium comparationis). Melalui studi pendahuluan, paradigma seleksi dapat bergeser yang dihara-pkan dapat berdampak pada pertukaran ilmu antara peserta BGMD dan sekolah tujuan. Hal ini sejalan dengan apa yang ditakutkan oleh Collet, B. (2014) yaitu ketika pengetahuan hasil komparasi diintegrasikan, misalnya pada pendidikan guru pra-tugas, tidak diiringi oleh keterampilan komparatif itu sendiri.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Muhammad Fadlian Amhar adalah Mahasiswa Pascasarjana dalam bidang Learning, Learning Environment, and Educational Systems di University of Turku, Finlandia, serta Anggota Komisi Pendidikan PPI Dunia

TENTANG PENULIS

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

9

Collet, Bruce. "Challenges and Opportunities in Incorporating Comparative Research into Con-temporary Teacher Education" In Annual Review of Comparative and International Education 2014. Published online: 10 Oct 2014; 37-43

Kallo, Johanna. (2018, 18 September). Comparative and International Education. Dipresentasi-kan di University of Turku, Finlandia

Patricia K. Kubow, Allison H. Blosser, "Trends and Issues in the Teaching of Comparative Edu-cation" In Annual Review of Comparative and International Education 2014. Published online: 10 Oct 2014; 15-22

PPI TV. (2018, 10 Oktober). “[LIVE] Webinar Diseminasi BGMD PPI Dunia #2 - Chapter Jepang dan Malaysia”. Dari https://www.youtube.com/watch?v=RPQtLJhxAPA.

Radhika Iyengar, Matthew A. Witenstein, Erik Byker, "Comparative Perspectives on Teacher Education in South Asia" In Annual Review of Comparative and International Education 2014. Published online: 10 Oct 2014; 99-106.

Shiveley, J., & Misco, T. (2015). Long-Term Impacts of Short-Term Study Abroad: Teacher Per-ceptions of Preservice Study Abroad Experiences. 14.

REFERENSI

PPI Brief adalah analisis bulanan PPI Dunia atas Kondisi nasional dan internasional terkini. Kritik dan saran bisa ditujukan langsung ke [email protected]

Dewan Redaktur: Ahmad Rizky M. Umar, Bening Tirta Muhammad, dan Tim Pusat Kajian & Gerakan PPI Dunia 2018/2019

PPI Brief

Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia

10

Zennifa, Fadilla. (2018, 4 Januari). Perlukah Studi Banding ke Luar Negeri untuk Guru?. Diper-oleh 14 Januari 2019, dari http://ppidunia.org/2018/01/04/perlukah-studi-banding-ke-lu-ar-negeri-untuk-guru/