PPh UU 36 2008

100
PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

description

Perpajakan

Transcript of PPh UU 36 2008

Page 1: PPh UU 36 2008

PAJAK PENGHASILAN

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

Page 2: PPh UU 36 2008

SUBJEK PAJAK

Orang Pribadi

Warisan yang Belum Terbagi

Badan

Bentuk Usaha Tetap

Page 3: PPh UU 36 2008

SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI

Tanpa batasan tempat tinggal atau tempat kedudukan

Pengusaha Perusahaan Perorangan

Karyawan

Profesional / Tenaga Ahli Pekerjaan Bebas

(dokter, akuntan, pengacara, konsultan, arsitek, notaris, penilai, aktuaris)

Page 4: PPh UU 36 2008

WARISAN YANG BELUM DIBAGI

Merupakan satu kesatuan, menggantikan yang berhak (ahli waris)

Tetap harus membayar pajak meskipun warisan belum dibagi kepada yang berhak.

Page 5: PPh UU 36 2008

SUBJEK PAJAK BADAN

Sekumpulan orang dan atau kumpulan modal sebagai satu kesatuan, baik melakukan usaha atau tidak melakukan usaha

PT, CV, firma, koperasi, dana pensiun, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, lembaga

Page 6: PPh UU 36 2008

BENTUK USAHA TETAP

Bentuk usaha yang digunakan oleh subyek pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, gudang, ruang untuk promosi/penjualan, pertambangan, pengeboran, pertanian, proyek konstruksi, pemberian jasa, orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas, agen atau pegawai asuransi, komputer untuk e-commerce

Page 7: PPh UU 36 2008

JENIS SUBJEK PAJAK

SPDN : Subjek Pajak Dalam Negeri

SPLN : Subjek Pajak Luar Negeri

Page 8: PPh UU 36 2008

Subjek Pajak Dalam Negeri

Orang Pribadi (OP) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau OP yang berada di Indonesia dan berniat tinggal di Indonesia;

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Page 9: PPh UU 36 2008

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF DALAM NEGERI MULAI

• Pada waktu OP dilahirkan, berada, atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia

• Pada waktu Badan didirikan atau bertempat kedudukan Indonesia

• Pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi

Page 10: PPh UU 36 2008

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF DALAM NEGERI BERAKHIR

Pada saat OP meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya

Pada saat Badan dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia

Pada saat warisan selesai dibagi

Page 11: PPh UU 36 2008

Subjek Pajak Luar Negeri

Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal/ berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan Badan yang tidak didirikan/berkedudukan di Indonesia

yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

Page 12: PPh UU 36 2008

BUKAN SUBJEK PAJAK

BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING

PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK, KONSULAT, ATAU PEJABAT-

PEJABAT ASING, DAN ORANG-ORANG YANG DIPERBANTUKAN

DENGAN SYARAT BUKAN WARGA NEGARA INDONESIA DAN TIDAK

MENJALANKAN KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH

PENGHASILAN DI INDONESIA

ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN

OLEH MENTERI KEUANGAN DENGAN SYARAT:

PEJABAT-PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL

YANG DITETAPKAN DENGAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN

DENGAN SYARAT BUKAN WARGA NEGARA INDONESIA DAN TIDAK

MENJALANKAN KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH

PENGHASILAN DI INDONESIA

Page 13: PPh UU 36 2008

PENENTUAN PENGHASILAN SEBAGAI OBJEK PAJAK

PENGHASILAN

TAXABLE INCOME

PASAL 4 AYAT 1

NON TAXABLE INCOME

PASAL 4 AYAT 2

OBJEK PPH FINAL

PASAL 4 AYAT 2

OBJEK PPH

NON FINAL

Page 14: PPh UU 36 2008

WAJIB PAJAK

Mempunyai kewajiban pajak subjektif dan objektif

Termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak (withholding agents)

Page 15: PPh UU 36 2008

OBJEK PPH : PENGHASILAN

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun

Page 16: PPh UU 36 2008

PENGELOMPOKAN PENGHASILAN

1. PENGHASILAN DALAM HUBUNGAN KERJA DAN

PEKERJAAN BEBAS

2. PENGHASILAN DARI USAHA DAN KEGIATAN

3. PENGHASILAN DARI MODAL

4. PENGHASILAN LAIN (HADIAH & PEMBEBASAN

UTANG)

Page 17: PPh UU 36 2008

17

PPH & LAPORAN LABA RUGI

Besarnya PPh atas laba dihitung tersendiri menurut ketentuan fiskal, bukan dari laporan laba rugi yang disusun menurut ketentuan akuntansi

Laporan laba rugi komersial disusun menurut standar akuntansi keuangan

Laporan laba rugi fiskal disusun menurut peraturan perpajakan (pajak penghasilan)

Proses penyusunan laporan laba rugi fiskal melalui koreksi fiskal atas laporan laba rugi komersial

Page 18: PPh UU 36 2008

18

PENGHASILAN

AKUNTANSI Kenaikan manfaat

ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari penanaman modal

Meliputi revenues dan gain

PAJAK Tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi dan atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak ybs dengan nama dan dalam bentuk apapun

Ada Obyek Pajak dan Bukan Obyek Pajak

Page 19: PPh UU 36 2008

19

EXPENSES & LOSS

AKUNTANSI

Revenue

Expenditure

(Expenses)

Loss

PAJAK

Deductible Expenses

(Pengurang

Penghasilan)

Nondeductible

Expenses (Bukan

Pengurang

Penghasilan)

Page 20: PPh UU 36 2008

20

LAPORAN LABA RUGI

PRETAX FINANCIAL INCOME (LABA SEBELUMPAJAK PENGHASILAN)

TAXABLE INCOME (PENDAPATAN KENAPAJAK)

LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL

LAPORAN LABA RUGI FISKAL

KOREKSI FISKAL

PAJAK PENGHASILANPAJAK PENGHASILAN

LABA SETELAH PAJAK

Page 21: PPh UU 36 2008

21

KOREKSI FISKAL

Rekonsiliasi fiskal adalah usaha mencocokkan

perbedaan yang terdapat dalam laporan laba rugi

komersial dan laporan laba rugi fiskal.

Ada dua jenis koreksi fiskal

Koreksi positif yang menyebabkan Penghasilan

Kena Pajak membesar

Koreksi negatif yang menyebabkan Penghasilan

Kena Pajak mengecil

Page 22: PPh UU 36 2008

22

LAPORAN LABA RUGI

Financial Income Taxable Income

Revenues 130.000 110.000

Expenses 60.000 50.000

Pretax Financial

Income70.000

Taxable Income 60.000

Tax Expense

(Tax rate 25%)15.000

Page 23: PPh UU 36 2008

23

PENYEBAB PERBEDAAN

PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH FINAL

Contoh : PPh atas Bunga Deposito, PPh atas Sewa Tanah & Bangunan

BEDA TETAP (PERMANENT DIFFERENCE)

Contoh : Sumbangan, Upah dalam bentuk natura

BEDA WAKTU (TEMPORARY DIFFERENCE)

Contoh : Penyusutan

Page 24: PPh UU 36 2008

24

MEKANISME PAJAK PENGHASILAN

WAJIB

PAJAK

MEMBAYAR PAJAK

ATAS PENGHASILAN

SENDIRI

MEMOTONG PAJAK

ATAS PENGHASILAN

PIHAK LAIN

(WITHHOLDING TAX)

MENGHITUNG

PPH TAHUNAN

MEMBAYAR

UANG MUKA

PPH BULANAN

MEMBAYAR

ANGSURAN BULANAN

DIPOTONG PAJAK

ATAS PENGHASILAN

YANG DIBAYAR OLEH PIHAK LAIN

(WITHHOLDING TAX)

Page 25: PPh UU 36 2008

25

MEKANISME PAJAK PENGHASILAN

WAJIB

PAJAK

MEMBAYAR PAJAK

ATAS PENGHASILAN

SENDIRI

MEMOTONG PAJAK

ATAS PENGHASILAN

PIHAK LAIN

(WITHHOLDING TAX)

MENYETORKAN

KE PEMERINTAH

Page 26: PPh UU 36 2008

26

MEKANISME PAJAK PENGHASILAN

MEMBAYAR PAJAK

ATAS PENGHASILAN

SENDIRI

MENGHITUNG

PPH TAHUNAN

(PPH TERUTANG)

MEMBAYAR

UANG MUKA

PPH BULANAN

MEMBAYAR

ANGSURAN BULANAN

DIPOTONG PAJAK

ATAS PENGHASILAN

YANG DIBAYAR OLEH PIHAK LAIN

(WITHHOLDING TAX)

SETORAN KE PEMERINTAH ADALAH

PPH TERUTANG TAHUNAN DIKURANGI UANG MUKA PPH BULANAN

Page 27: PPh UU 36 2008

OBJEK PAJAK PENGHASILAN (1)Pasal 4 Ayat 1

1. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini

2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan

3. laba usaha

4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

Page 28: PPh UU 36 2008

OBJEK PAJAK PENGHASILAN (2)

5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

6. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

7. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

8. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

Page 29: PPh UU 36 2008

OBJEK PAJAK PENGHASILAN (3)

9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

Page 30: PPh UU 36 2008

OBJEK PAJAK PENGHASILAN (4)

12. keuntungan selisih kurs mata uang asing;13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;14. premi asuransi;15. iuran yang diterima atau diperoleh

perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

Page 31: PPh UU 36 2008

OBJEK PAJAK PENGHASILAN (5)

16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

17. penghasilan dari usaha berbasis syariah;18. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

19. surplus Bank Indonesia.

Page 32: PPh UU 36 2008

1. Penghasilan dikenakan PPh saat diperoleh

2. Penghasilan tersebut tidak perlu dilaporkan ataudihitung kembali pada akhir tahun

3. PPh tersebut sifatnya Final tidak dapatdikreditkan terhadap PPh Terutang di akhirtahun

4. Contoh: bunga deposito, hadiah undian, sewatanah dan bangunan, dan lain-lain

PPH FINAL

Page 33: PPh UU 36 2008

OBJEK PAJAK PENGHASILANFINAL

1. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

2. penghasilan berupa hadiah undian;

3. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

5. penghasilan tertentu lainnya

Page 34: PPh UU 36 2008

Tarif PPh Final (1) – Pasal 4 Ayat 2

No. Jenis Penghasilan DPP / Tarif Pajak

1. Penghasilan Bunga Deposito, Termasuk Simpanan pada Bank Dalam Negeri yang Memiliki Cabang di Luar Negeri

Jumlah Bruto/20%

2. Penghasilan Bunga Tabungan, Jasa Giro, dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia

Jumlah Bruto/20%

3. Penghasilan Berupa Hadiah Jumlah Bruto/25%

4. Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan

Jumlah Bruto/5%

5. Penghasilan Sewa Tanah dan/atau Bangunan

Jumlah Bruto/10%

Page 35: PPh UU 36 2008

Tarif PPh Final (2)

No. Jenis Penghasilan DPP / Tarif Pajak

6. Penghasilan yang Diterima/Diperoleh dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek

1.Nilai Transaksi / 0,1% untuk non pemilik saham pendiri

2.Nilai Transaksi / 0,1% + 0,5% untuk pemilik saham pendiri

7. Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi lebih dari Rp. 240.000

Jumlah Bruto / 10%

Page 36: PPh UU 36 2008

Tarif PPh Final (3)

No. Jenis Penghasilan DPP / Tarif Pajak

Usaha Jasa Konstruksi

8. Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki Kualifikasi Usaha Kecil.

Penghasilan Bruto/2%

9. Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki Kualifikasi Usaha.

Penghasilan Bruto/4%

10. Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain penyedia Jasa yang memiliki Kualifikasi Usaha Kecil dan penyedia Jasa yang tidak memiliki Kualifikasi Usaha.

Penghasilan Bruto/3%

11. Perencanaan Konstruksi atau PengawasanKonstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang Memiliki Kualifikasi Usaha.

Penghasilan Bruto/4%

12. Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh penyedia Jasa yang tidak Memiliki Kualifikasi Usaha

Penghasilan Bruto/6%

Page 37: PPh UU 36 2008

BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN Pasal 4 ayat 3

1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2. harta hibahan yang diterima oleh:

• keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,

• badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

Page 38: PPh UU 36 2008

BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN (2)

3. Warisan

4. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)

Page 39: PPh UU 36 2008

BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN (3)

6. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

7. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan b. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara

dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

Page 40: PPh UU 36 2008

BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN (4)

8. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

9. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

10. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

11. penghasilan yang diterima atau modal ventura

Page 41: PPh UU 36 2008

BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN (5)

12. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

13. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

Page 42: PPh UU 36 2008

BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN (6)

14. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 43: PPh UU 36 2008

PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Objek PPh : Laba Usaha (Penghasilan Netto) menurut ketentuan fiskal

LABA FISKAL

Penghasilan Netto = Penghasilan Bruto yang Merupakan Objek Pajak –Beban yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto

Page 44: PPh UU 36 2008

PENENTUAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

EXPENSES

DEDUCTIBLE EXPENSES

PASAL 6 AYAT 1

NON DEDUCTIBLE

EXPENSES

PASAL 9 AYAT 1

Page 45: PPh UU 36 2008

DEDUCTIBLE EXPENSES

1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:

a. biaya pembelian bahan;b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang

c. bunga, sewa, dan royalti;d. biaya perjalanan;e. biaya pengolahan limbah;f. premi asuransi;g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;h. biaya administrasi; dan

Page 46: PPh UU 36 2008

DEDUCTIBLE EXPENSES

2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A

3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

5. kerugian selisih kurs mata uang asing;6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang

dilakukan di Indonesia;7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

Page 47: PPh UU 36 2008

DEDUCTIBLE EXPENSES

8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara;

c. atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

d. syarat sebagaimana dimaksud pada HURUF C tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil

Page 48: PPh UU 36 2008

DEDUCTIBLE EXPENSES

9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan

Page 49: PPh UU 36 2008

DEDUCTIBLE EXPENSES : ENTERTAINMENT

HARUS DIDUKUNG DENGAN DOKUMENTASI MEMADAI DAN DAFTAR NOMINATIF YANG MEMUAT INFORMASI:

1. Nomor urut

2. Tanggal diberikan

3. Nama/tempat entertainment diberikan

4. Alamat entertainment

5. Jenis entertainment

6. Jumlah

7. Relasi, nama, posisi,nama perusahaan dan jenis usaha

Page 50: PPh UU 36 2008

DEDUCTIBLE EXPENSES :

HANDPHONE dan KENDARAAN PERUSAHAAN(KEP. DJP No. KEP-220/PJ./2002, tanggal 18 April 2002)

1. Handphone

a. Cost diakui 50%, disusutkan sebagai aktiva Kelompok I

b. Abonemen, Pulsa (voucher isi ulang), dan Perbaikan dibebankan 50% pada tahun pengeluaran

2. Bus/Minibus untuk Antar Jemput Karyawan

a. Cost (termasuk perbaikan besar) diakui 100%, disusutkan sebagai aktiva Kelompok II

b. Pemeliharaan rutin dibebankan seluruhnya pada tahun pengeluaran

3. Sedan/Sejenisnya untuk Pegawai dengan Jabatan/Pekerjaan Tertentu

a. Cost (termasuk perbaikan besar) diakui 50%, disusutkan sebagai aktiva Kelompok II

b. Pemeliharaan rutin dibebankan 50% pada tahun pengeluaran

Page 51: PPh UU 36 2008

DEDUCTIBLE EXPENSES : PENYUSUTAN

Infomasi penting untuk menghitung penyusutan berdasarkan pajak adalah: Penyusutan dalam peraturan perpajakan

ditentukan berdasarkan tarif sesuai dengan metode penyusutan yang di pilih

Tarif penyusutan berdasarkan pengelompokkan barang yang diatur dalam peraturan perpajakan.

Penyusutan dengan menggunakan saldo menurun, nilai sisa pada akhir masa masa manfaat harus disusutkan sekaligus.

Penyusutan dimulai pada bulan saat barang tersebut siap untuk di pakai.

Page 52: PPh UU 36 2008

TARIF & METODE PENYUSUTAN

Page 53: PPh UU 36 2008

Contoh Menghitung Biaya

Penyusutan

Harga Perolehan 100,000,000

Tahun Tarif Penyusutan Akumulasi

Penyusutan Penyusutan Per Tahun Penyusutan

2009 25% 12,500,000 12,500,000

2010 25% 25,000,000 37,500,000

2011 25% 25,000,000 62,500,000

2012 25% 25,000,000 87,500,000

2013 25% 12,500,000 100,000,000

Total 100,000,000

Page 54: PPh UU 36 2008

KOMPENSASI KERUGIAN

Kerugian Fiskal muncul apabila BebanFiskal lebih besar daripada PenghasilanFiskal

Kerugian Fiskal dapat dikompensasikanmulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai 5 tahun

Tidak boleh digabung dengan kerugianfiskal tahun berikutnya.

Page 55: PPh UU 36 2008

KOMPENSASI KERUGIAN

PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp. 1.200.000.000 (satu miliar dua ratus juta rupiah). Dalam 5 tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut:

2010 : laba fiskal Rp. 200.000.000

2011 : rugi fiskal Rp.(300.000.000)

2012 : laba fiskal Rp. Nihil

2013 : laba fiskal Rp. 100.000.000

2014 : laba fiskal Rp. 800.000.000

Page 56: PPh UU 36 2008

KOMPENSASI KERUGIAN

Page 57: PPh UU 36 2008

2009. Rugi Fiskal Rp 1. 200.000

2010. Laba Fiskal Rp 200.000

2011. Rugi Fiskal Rp 300.000

2012. NIHIL

2013. Laba Fiskal Rp 100.000

2014. Laba Fiskal Rp 800.000

2015. Laba Fiskal Rp 75.000

2016. Laba Fiskal Rp 200.000

2017. Laba Fiskal Rp 500.000

LATIHAN KOMPENSASI KERUGIAN

Page 58: PPh UU 36 2008

2009 Rugi Fiskal Rp 1.200.000

2010 Laba Fiskal Rp 200.000

Sisa Rugi Fiskal 2009 Rp 1.000.000

2011 Rugi Fiskal Rp 300.000

Sisa Rugi Fiskal 2009 Rp 1.000.000

Sisa Rugi Fiskal 2011 Rp 300.000

2012 NIHIL

Sisa Rugi Fiskal 2009 Rp 1.000.000

Sisa Rugi Fiskal 2011 Rp 300.000

Page 59: PPh UU 36 2008

2013 Laba Fiskal Rp 100.000

Sisa Rugi Fiskal 2009 Rp 900.000

Sisa Rugi Fiskal 2011 Rp 300.000

2014 Laba Fiskal Rp 800.000

Sisa Rugi Fiskal 2009 Rp 100.000

(habis masa kompensasinya)

Sisa Rugi Fiskal 2011 Rp 300.000

2015 Laba Fiskal Rp 75.000

Sisa Rugi Fiskal 2011 Rp 225.000

Page 60: PPh UU 36 2008

2016 Laba Fiskal Rp 200.000Sisa Rugi Fiskal 2011 Rp 25.000(habis masa kompensasinya)

2017 Laba Fiskal Rp 500.000

Page 61: PPh UU 36 2008

Besaran atau nominal

Rp 15.840.000 bagi diri WP

Rp 1.320.000 tambahan bagi WP yang kawin

Rp 15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang

penghasilannya digabung dengan

penghasilan suami

Rp 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota

keluarga yang menjadi tanggungan,

maksimum 3

Mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2009

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Pengurang Penghasilan Untuk WP Orang Pribadi

Page 62: PPh UU 36 2008

besaran atau nominalRp24.300.000,00 bagi diri WPRp2.025.000,00 tambahan bagi WP yang kawinRp24.300.000,00 tambahan untuk seorang istriyang penghasilannya digabung denganpenghasilan suamiRp2.025.000,00 tambahan untuk setiap anggotakeluarga yang menjadi tanggungan

mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2013

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Peraturan Menteri Keuangan No. 162/PMK.011/2012

Page 63: PPh UU 36 2008

TANGGUNGAN

setiap anggota keluarga

keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus

serta anak angkat

yang menjadi tanggungan sepenuhnya (tidak memiliki penghasilan)

paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Page 64: PPh UU 36 2008

HUBUNGAN KELUARGA

WAJIB PAJAK

SEDARAH SEMENDA

LURUS:ORANGTUA

ANAK KANDUNG

KE SAMPING:SAUDARA (KAKAK & ADIK)

LURUS:MERTUA,

ANAK TIRI

KE SAMPING:IPAR

Page 65: PPh UU 36 2008

ISTILAH DALAM PTKP

TK/0 : tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan TK/1 : tidak kawin dan mempunyai satu tanggungan TK/2 : tidak kawin dan mempunyai dua tanggungan K/1 : kawin dan mempunyai satu tanggungan K/2 : kawin dan mempunyai dua tanggungan K/3 : kawin dan mempunyai tiga tanggungan K/I/1: kawin, isteri mempunyai penghasilan yang

digabung dengan penghasilan suami dan mempunyai 1 tanggungan

PH : wajib pajak kawin dan pisah harta dan penghasilan

HB : wajib pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyak tanggungan yang mendapatkan pengurangan PTKP

Page 66: PPh UU 36 2008

NON DEDUCTIBLE EXPENSES

1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;

3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan

Page 67: PPh UU 36 2008

NON DEDUCTIBLE EXPENSES

4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Page 68: PPh UU 36 2008

NON DEDUCTIBLE EXPENSES

6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

Page 69: PPh UU 36 2008

NON DEDUCTIBLE EXPENSES

7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

8. Pajak Penghasilan;

9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

Page 70: PPh UU 36 2008

NON DEDUCTIBLE EXPENSES

10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan.

12. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi

Page 71: PPh UU 36 2008

NON DEDUCTIBLE EXPENSES

1. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

2. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final

3. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

4. Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh pemberi penghasilan

5. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.

Page 72: PPh UU 36 2008

Penggabungan Penghasilan Untuk Keluarga – Pasal 8

berdasarkan Undang-Undang PPh menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga.

Page 73: PPh UU 36 2008

Pemenuhan kewajiban pajak tersebut dilakukan secara terpisah

Penghasilan isteri diperoleh semata-mata dari satu pemberi kerja dan

Penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

Page 74: PPh UU 36 2008

Penghitungan pajaknya dilakukan secara proposional

suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim;

dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; atau

dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri.

Page 75: PPh UU 36 2008

Penghasilan Anak Yang Belum Dewasa

penghasilan anak yang belum dewasa dari mana pun sumber penghasilannya dan apa pun sifat pekerjaannya digabung dengan penghasilan orang tuanya dalam tahun pajak yang sama.

Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa” adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.

Page 76: PPh UU 36 2008

Definisi Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang

Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghitungan dengan cara biasa dan penghitungan dengan menggunakan Norma Penghitungan.

Page 77: PPh UU 36 2008

PPH TERUTANG

PPH TERUTANG = TARIF PPH X PENGHASILAN KENA PAJAK

UNTUK WP ORANG PRIBADI

PENGHASILAN KENA PAJAK = PENGHASILAN NETTO - PTKP

UNTUK WP BADAN

PENGHASILAN KENA PAJAK = PENGHASILAN NETTO

Page 78: PPh UU 36 2008

PENGHASILAN NETTO

PENGHASILAN NETTO WP OP

PEMBUKUAN

NORMA PERHITUNGAN

PENGHASILAN NETTO WP BADAN:

PEMBUKUAN

Page 79: PPh UU 36 2008

NORMA PERHITUNGAN

Hanya untuk WP Orang Pribadi

Peredaran bruto dalam satu tahun < Rp 4,8 milyar

Memberitahukan kepada DJP dalam 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan

Wajib menyelenggarakan pencatatan

Page 80: PPh UU 36 2008

CONTOH : PENGGUNAAN NORMA

Seorang dokter, status kawin, istri tidak bekerja/tidak memiliki penghasilan, mempunyai 3 (tiga) orang anak, bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.

Norma perhitungan penghasilan netto industri rotan (kode 33100) adalah 12,5% dan untuk dokter (kode 93213) sebesar 45%

Penghasilan selama tahun 2009:

- Peredaran usaha dari Industri Rotan : Rp. 200.000.000

- Penerimaan bruto sebagai dokter : Rp. 72.000.000

Page 81: PPh UU 36 2008

Penghasilan neto dihitung sebagai berikut :

- Industri rotan : 12,5%XRp. 200.000.000 : Rp.25.000.000

- Dokter : 45%XRp. 72.000.000: Rp.32.400.000

Jumlah Penghasilan Neto Rp.57.400.000

Penghasilan Kena Pajak untuk WP Orang Pribadi

= Penghasilan Neto dikurangi PTKP

= Rp. 57.400.000 - Rp. 21.120.000

= Rp. 36.280.000

Pajak penghasilan yang terutang :

5% X Rp. 36.280.000 = Rp. 1.814.000

Page 82: PPh UU 36 2008

Contoh Perhitungan PKP untuk WP Orang Pribadi yang Menyelenggarakan Pembukuan

Biaya untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan (5,400,000,000)Rp

Laba Usaha (Penghasilan Neto Usaha) 600,000,000Rp

Penghasilan lainnya 50,000,000Rp

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan lainnya (30,000,000)Rp

20,000,000Rp

Jumlah seluruh penghasilan neto 620,000,000Rp

Kompensasi kerugian (10,000,000)Rp

Penghasilan neto setelah kompensasi kerugian 610,000,000Rp

PTKP (K/2) (19,800,000)Rp

Penghasilan Kena Pajak bagi WP Orang Pribadi 590,200,000Rp

Page 83: PPh UU 36 2008

Contoh Perhitungan PKP untuk WP Badan (Harus Menyelenggarakan Pembukuan)

Peredaran Bruto 6,000,000,000Rp

Biaya untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan (5,400,000,000)Rp

Laba Usaha (Penghasilan Neto Usaha) 600,000,000Rp

Penghasilan lainnya 50,000,000Rp

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan lainnya (30,000,000)Rp

20,000,000Rp

Jumlah seluruh penghasilan neto 620,000,000Rp

Kompensasi kerugian (10,000,000)Rp

Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan 610,000,000Rp

Page 84: PPh UU 36 2008

TARIF PPHPasal 17 UU No. 36/2008 tentang PPh

Lapisan Penghasilan Kena PajakTarif PPh

(dalam Rupiah)

sampai dengan 50.000.000 5%

50.000.000 - 250.000.000 15%

250.000.000 - 500.000.000 25%

di atas 500.000.000 30%

WP Orang Pribadi

Page 85: PPh UU 36 2008

TARIF PPHPasal 17 UU No. 36/2008 tentang PPh

Lapisan Penghasilan Kena PajakTarif PPh

(dalam Rupiah)

Untuk semua penghasilan kena pajak 25%

WP Badan

1. Tarif ini ditetapkan sebesar 28% dan berubah menjadi 25% sejak tahun pajak 20102. Bagi WP yang telah go public dengan minimal 40% saham Dimiliki masyarakat diberikan pengurangan 5%

Page 86: PPh UU 36 2008

CONTOH PENERAPAN TARIF

1. WP A (ORANG PRIBADI) PENGHASILAN KENA PAJAKRp 600.000.000.PAJAK PENGHASILAN TERUTANG :

- s/d Rp 50.000.000.- 5% = Rp 2.500.000.-- Rp 200.000.000.- 15% = Rp 30.000.000.- Rp 250.000.000.- 25% = Rp 62.500.000.-- Rp 100.000.000.- 30% = Rp 30.000.000.-

JU M L A H = Rp 125.000.000.

2. WAJIB PAJAK BADAN :PT ANTARIKSA, PENGHASILAN NETO 2009 = Rp 1.250.000.000.PPh Terutang 28% x Rp 1.250.000.000 = Rp 350.000.000.

PT ANTARIKSA, PENGHASILAN NETO 2010 = Rp 1.250.000.000.PPh Terutang 25% x Rp 1.250.000.000 = Rp 312.500.000.

Page 87: PPh UU 36 2008

Hubungan Istimewa – Pasal 18

Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir.

Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau

terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Page 88: PPh UU 36 2008

Kepemilikan

WP memiliki 25% atau lebih WP lain, baik langsung maupun tidak langsung

A

D B

C

25%

60%

50%

HUBUNGAN A & B:KEPEMILIKAN LANGSUNG

HUBUNGAN A & C:KEPEMILIKAN TIDAK LANGSUNG

A-B-C-D:HUBUNGAN ISTIMEWA

Page 89: PPh UU 36 2008

HUBUNGAN KELUARGA

WAJIB PAJAK

SEDARAH SEMENDA

LURUS:ORANGTUA

ANAK KANDUNG

KE SAMPING:SAUDARA (KAKAK & ADIK)

LURUS:MERTUA,

ANAK TIRI

KE SAMPING:IPAR

BEDAKAN DENGANKETENTUAN UNTUKTANGGUNGAN

Page 90: PPh UU 36 2008

Penguasaan Manajemen

WP menguasai WP lainnya atau dua/lebih pengusaha.

Terjadi karena penguasaan manajemen atau teknologi, kendati tidak ada hubungan kepemilikan

Page 91: PPh UU 36 2008

Pajak Penghasilan Kurang Bayar /Lebih Bayar Untuk WPOP

Page 92: PPh UU 36 2008

Pajak Penghasilan Kurang/Lebih Bayar Untuk WP OP dengan Norma

Page 93: PPh UU 36 2008

Pajak Penghasilan Kurang/Lebih Bayar Untuk WP Badan

Page 94: PPh UU 36 2008

JENIS-JENIS PEMBAYARAN PPh YANG DAPATDIKREDITKAN BAGI WPDN/BUT

a. Pasal 21 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN

DARI PEKERJAAN,JASA, DAN KEGIATAN LAIN

b. Pasal 22PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGHASILAN

DARI KEGIATAN DIBIDANG IMPOR ATAU KE

GIATAN USAHA DIBIDANG LAINNYA

c. Pasal 23PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN

BERUPA DEVIDEN, BUNGA, SEWA, ROYALTY,

HADIAH, DAN PENGHARGAAN & IMBALAN

JASA LAINNYA .

d.Pasal 24 PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS

PENGHASILAN DARI LN YG BLH DIKREDITKAN

e. Pasal 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN WP SENDIRI.

f. Pasal 26

Ayat (5)

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN

YANG TIDAK BERSIFAT FINAL

TIDAK BOLEH

DIKREDITKAN

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA,

DENDA DAN KENAIKAN PAJAK

PASAL 28 Ayat (1) dan (2)

Page 95: PPh UU 36 2008

Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak – Pasal 31E

Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp. 4,5 Milyar dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 500 juta.

Karena peredaran bruto kurang dari Rp. 4,8 Milyar, sehingga tarif pajak yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak tersebut adalah 50% dari tarif Pajak Penghasilan yang berlaku.

Perhitungan PPh terhutang adalah:

Penghasilan Kena Pajak 500,000,000Rp

Tarif PPh yang berlaku 25% x 50%

PPh terhutang Rp62,500,000

Page 96: PPh UU 36 2008

Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak

Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp.30 Milyar dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 3 Milyar.

Karena peredaran bruto PT X lebih dari Rp. 4,8 Milyar, maka yang mendapatkan fasilitas pengurang tarif dihitung secara proposional.

Perhitungan PPh terhutang adalah:

Page 97: PPh UU 36 2008

Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak

1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak

dari bagian peredaran bruto yang

memperoleh fasilitas

Rp. 4.800.000.000 x Rp. 3.000.000.000 = Rp. 480.000.000

Rp. 30.000.000.000

2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak

dari bagian peredaran bruto yang

tidak memperoleh fasilitas

Rp. 3.000.000.000 - Rp. 480.000.000 = Rp. 2.520.000.000

PPh terhutang adalah:

1. (50% x 25%) x Rp. 480.000.000 = 60,000,000Rp

2. 25% x Rp. 2.520.000.000 = 630,000,000Rp

Total PPh terhutang 690,000,000Rp

Page 98: PPh UU 36 2008

Penghitungan PPh Terutang – Orang Pribadi

Penghasilan Neto dari Pekerjaan

Penghasilan Neto dari Usaha atau Pekerjaan Bebas (LabaUsaha)

Penghasilan dari Modal/Investasi

Penghasilan Lain-lain

Penghasilan Neto

(Kompensasi Rugi)

Penghasilan Neto setelah Kompensasi Rugi

(PTKP)

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

PPh Terutang = Tarif PPh x PKP

Page 99: PPh UU 36 2008

Penghitungan PPh Terutang – Badan

Penghasilan Neto dari Usaha (Laba Usaha)

Penghasilan dari Modal/Investasi

Penghasilan Lain-lain

Penghasilan Neto

(Kompensasi Rugi)

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

PPh Terutang = Tarif PPh x PKP

Page 100: PPh UU 36 2008

Penghitungan PPh pada Akhir Tahun

PPh Terutang

dikurangi: Kredit Pajak I

(PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain)

PPh yang Masih Harus Dibayar Sendiri

dikurangi: Kredit Pajak II (PPh yang dibayar

sendiri)

PPh yang Kurang atau Lebih Dibayar