Ppe Pengelasan

41
PENDAHULUAN Inspektur las umumnya bekerja di lingkungan yang sama dg juru las shg potensi bahaya kecelakaan HARUS mendapat perhatian seperti : sengatan listrik, terjatuh, Radiasi panas, bahaya mata ( sinar ultraviolet (UV), dan partikel , asap dan gas), serta benda jatuh.

description

pengelasan

Transcript of Ppe Pengelasan

PENDAHULUANInspektur las umumnya bekerja di lingkungan yang sama dg juru las shg potensi bahaya kecelakaan HARUS mendapat perhatian seperti :

• sengatan listrik, • terjatuh, • Radiasi panas,• bahaya mata ( sinar ultraviolet (UV), dan partikel , asap dan gas), serta• benda jatuh.

Meskipun inspektur las hanya sesaat terpapar kondisi tsb. Maka Inspektur las juga harus mematuhi semua ketentuan pencegahan, seperti :

• penggunaan kacamata keselamatan,• helm keselamatan, • Pakaian pelindung, atau perlengkapan lainya.

Sebagai referens dapat menggunakan standar ANSI Z49.1 tentang Keselamatan kerja dalam Pengelasan, Pemotongan, dan Proses-Proses Terkait

Tanggung jawab management

Dalam pekerjaan mengelas, memotong, dan kegiatan terkait las mempunyai potensi kecelakaan maka aspek Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting terutama komponen pimpinan, dukungan, dan arahan.Untuk itu managemen mempunyai tanggung jawab :

1. Menyediakan tempat yang memenuhi syarat K3 2. Harus membuat prosedur kerja dan dilaksanakan3. Semua peralatan las harus memenuhi syarat K3

seperti torches, regulator, mesin las, pemegang elektroda, alat pelindung diri dan alat bantu lainnya

4. Melaksanakan program K3 dengan Pelatihan kerja aman dan benar yang menyeluruh kepada jurun las/ operator las mencakup penggunaan alat dan proses.

5. Sosialisasi prosesdur kerja dan peraturan perudangan serta panismen akibat tidak mematuhinya.

.

Tugas Inspektur Las Yang Khas• Sebelum Mengelas• Mengecek/mengkaji seluruh dokumentasi

• Mengecek seluruh bahan konsumsi

• Mengecek material, dimensi dan kondisi

• Pemanasan sebelum pengelasan, metode dan suhu

• Mengecek pengepasan dan penyetelan

• Memastikan sambungan tidak dikenai tegangan yang tidak perlu

• Mengecek peralatan las

• Mengecek WPS dan Kualifikasi Juru Las• Semua pengecekan keselamatan yang perlu

• Selama Pengelasan• Mengecek amper, voltase, polaritas

• Memastikan teknik, urutan pengelasan yang benar.• Mengecek lamanya penyelesaian, interval waktu.

• Pembersihan antar lintasan las

• Suhu antar lintasan

• Pengendalian bahan konsumsi

• Pemeliharaan rekaman dan laporan

• Kondisi cuaca• Mengecek Tanda Pengenal/Nomor Juru Las

• Mengecek bahwa WPS yang diikuti benar dan sah

• Setelah Pengelasan1. Pembersihan setelah mengelas

2. Inspeksi visual terhadap sambungan las yang telah selesai

3. Mengecek kontur dan lebar las

4. PWHT

5. Keakuratan dimensi

6. Identifikasi hasil pengelasan7. Laporan hasil pengelasan

8. Mengukuhkan dengan NDT

9. Memantau setiap perbaikan

10.Pengujian beban/tekanan yang berlaku

LINGKUNGAN KERJA

Housekeeping yang baik harus di terapkan untuk menghindari kecelakaan. Usaha meningkatkan housekeeping dengan cara :1. Area kerja las / lantai dirancang bebas dari benda yang

berpotensi menggangu aktifitas juru las dan inspektur las mengingat penggunaan PPE membatasi penglihatan.

2. Kabel las, selang gas, perlengkapan mekanis dan peralatan lainnya tidak menghalangi jalan atau tugas rutin.

3. Dipasang pagar pembatas atau tali pengaman yang dapat membatasi gerak juru las pada daerah aman.

4. Dibuat jalan evakuasi penyelamatan dan bebas dari benda penghalang sampai tempat yg aman.

Gambar 3.1-Area Khusus untuk Pengelasan

Lingkungan kerja . . .

5. Dibuat prosedur evakuasi/emergency dan jadwal latihan evakuasi penyelamatan serta penunjukan pengawas K3.

6. Pasang papan Peringatan penggunaan PPE dan larangan menenmpatkan peralatan tidak pada tempatnya danmudah dibaca

7. Pasang tirai tahan panas dan api untuk menahan percikan sumber panas dan api serta sirkulasi gas berbahaya

8. Pastikan sebelum pekerjaan pengelasan bebas dari adanya gas mudah terbakar dan dan bahan mudah terbakar lainnya serta tempatkan pengawas K3

9. Tempatkan alat pemadam kebaran sesuai jenis kebakaran.

Gambar 3.3-Penyedot Asap Dipasang Dekat Busur Las

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

PERLINDUNGAN MATA DAN WAJAHa. Helm las atau penghalang wajah yang dipegang

dengan tangan yang berisi filter atau pelat penutup yang sesuai harus digunakan oleh juru las, operator las, dan orang di sekitarnya ketika memandangi busur las.

b. Kacamata, pelindung mata keselamatan, atau jenis pelindung mata lainnya yang sesuai juga harus dikenakan selama melakukan operasi pengelasan dan pemotongan lainnya (lihat Gambar 3.2).

Gambar 3.2-Alat Pelindung Mata, Telinga, dan Wajah

c. Alat tersebut harus memiliki penutup samping, jika dikenakan di area dimana terdapat bahaya paparan cahaya yang melukai atau lontaran partikel dari pekerjaan menggerinda atau chipping.

d. Kacamata atau goggles bisa dilengkapi lensa jernih atau berwarna.

e. Derajat kegelapan tergantung pada intensitas radiasi yang dipancarkan dari pekerjaan las atau pemotongan di sekitarnya ketika helm las diangkat atau diturunkan (lihat Tabel 3.1).

f. Untuk perlindungan secara umum dianjurkan menggunakan pelat filter nomor 2.

Mengenakan pelindung yg baik1. bukan praktek yang baik. Ketika mengenakan pelindung muka, juru las

sering mengabaikan penggunaan kacamata keselamatan dibalik tingkap,

Pelindung wajah tidak melindungi mata dari percikan bunga api dan partikel gerinda.

Dapat diperhatikan terutama mengelas diluar posisi normal, usai mengelas dapat memeriksa jumlah percikan yang masuk dan menimpa helm. Percikan ini dapat dengan mudah memasuki mata;

2. praktek yang baik mengenakan kacamata keselamatan dengan

penutup samping dibalik pelindung wajah.

PENGELASAN, PEMOTONGAN, PEMATRIAN, PENYOLDERAN DENGAN GAS OXYFUEL, DAN SUBMERGED ARC WELDING

Kacamata keselamatan goggle dengan pelat filter dan penutup samping harus dikenakan sewaktu mengelas dan memotong dengan gas oxyfuel.

Selama pengelasan submerged arc welding, busur tertutup oleh fluks dan tidak begitu nampak; karenanya, tidak diperlukan helm las busur. Tetapi karena busur sekali-kali memancar menembus fluks, operator harus mengenakan kacamata keselamatan berwarna gelap.

Selama pematrian atau penyolderan dengan torch, akan nampak nyala api kuning yang terang. Dianjurkan mengenakan kacamata keselamatan dengan kegelapan yang sesuai.

PAKAIAN PELINDUNG1. Sepatu atau but yang kuat 2. Pakaian tebal harus dikenakan untuk melindungi seluruh

tubuh dari lontaran api, logam, dan sengatan radiasi. Pakaian dari wol lebih baik dari pakaian katun, karena

tidak mudah terbakar. Pakaian katun, jika dikenakan, harus diberi perlakuan kimia untuk mengurangi sifat mudah terbakarnya. Pakaian yang telah diberi perlakuan dengan zat anti api harus diberi perlakuan lagi setiap habis dicuci atau dibersihkan.

Pakaian dari bahan poliester, yang bisa meleleh dan menimbulkan luka bakar serius, sebaiknya tidak digunakan. Bahan denim yang terurai akan terbakar cepat sekali. Pakaian luar harus bebas dari oli dan gemuk.

PAKAIAN PELINDUNG ..

Pantalon tanpa lipatan dengan saku tertutup harus dikenakan untuk menghindari terperangkapnya lontaran bunga api atau logam. Saku harus kosong dari benda-benda yang mudah menyala oleh bunga api atau serpihan logam las dan menimbulkan luka bakar serius.

Pantalon harus dikenakan menutupi sepatu. Pelindung kepala juga dianjurkan. Jangan memakai minyak rambut dari bahan mudah menyala.

1. Sarung tangan yang awet dari kulit atau bahan lain yang sesuai harus dikenakan, sebab sarung tangan tidak saja melindungi tangan dari luka bakar atau gesekan, tetapi juga menghalangi dari sengatan arus listrik.

Table 3.1 Lens Shade Selector No Operatio Shade Number

1 Soldering 2

2 Torch Brazing

3 or 4

3 Oxygen Cutting Up to 25.4 mm (1 in.) 25.4 mm to 152.4 mm (1 to 6 in.) 152.4 mm (6 in.) and ov

3 or 44 or 55 or 6

4 Gas Welding Up to 3.2 mm (1/8 in.) 3.2 mm to 12.7 mm (1/8 in. to 1/2 in.) 12.7 mm (1/2 in.) and over

4 or 55 or 66 or 8

5 Shielded Metal Arc Welding 1.6 mm (1/16 in.), 2.4 mm (3/32 in.), 3.2 mm (1/8 in.), 4.0 mm (5/32 in.) electrodes

10

6 Gas Tungsten Arc Welding (Nonferrous) Gas Metal Arc Welding (Nonferrous) 1.6 mm (1/16 in.), 2.4 mm (3/32 in.), 3.2 mm (1/8 in.), 4.0 mm (5/32 in.) electrodes

11

7 Gas Tungsten Arc Welding (Ferrous) Gas Metal Arc Welding (Ferrous) 1.6 mm (1/16 in.), 2.4 mm (3/32 in.), 3.2 mm (1/8 in.), 4.0 mm (5/32 in.) electrodes

1214

8 Shielded Metal Arc Welding 4.7 mm (3/16 in.), 5.6 mm (7/32 in.), 6.4 mm (1/4 in.) electrodes7.9 mm (5/16 in.), 9.5 mm (3/8 in.) electrodes

10 or 14

9 Atomic Hydrogen Welding

14

10 Carbon Arc Welding 14

Pelindung Telinga

Pelindung telinga berfungsi untuk melindungi :a. Percikan bunga api atau serpihan logam panas pada telinga bisa

berakibat serius dan sangat menyakitkan. Sumbat telinga atau penutup telinga yang pas, tahan api harus dikenakan jika pekerjaan mengandung resiko seperti itu.

b. Kebisingan yang berlebihan, terutama kebisingan yang terus-menerus dengan intensitas tinggi, bisa sangat merusak pada pendengaran. Dalam pengelasan, pemotongan, dan pekerjaan lain yang terkait, kebisingan bisa timbul melalui proses, peralatan, atau keduanya.

c. Pemotongan dengan busur karbon udara dan busur plasma merupakan proses-proses dengan tingkat kebisingan tinggi. Generator mesin kadang-kadang memancarkan tingkat kebisingan yang tinggi, demikian pula beberapa sumber tenaga frekuensi tinggi dan induksi.

d. Alat pelindung pendengaran wajib untuk beberapa pekerjaan. Informasi lainnya disajikan dalam publikasi AWS, Kebisingan dari Pengelasan dan Pemotongan Busur Api.

Uap/Asap dan Gas

Proses pengelasan dengan las busur akan lebih banyak menghasilkan Uap/asap dan gas dibandingkan pada pengelasan, pemotongan, atau pematrian dengan gas oxyfuel.

a. Juru las, operator las, dan personel lainnya harus dilindungi dari paparan asap dan gas yang dihasilkan selama pekerjaan pengelasan, pematrian, penyolderan, dan pemotongan.

b.Perlindungan dari paparan gas dilakukan dengan ventilasi. Ventilasi yang baik sangat mengurangi jumlah uap/asap di area kerja. Ventilasi bisa bersifat lokal, dimana uap/asap ditarik dekat titik las. (lihat Gambar 3.3).

c. faktor terpenting yang mempengaruhi paparan uap/asap adalah posisi kepala juru las, terhadap kepulan uap/asap. Ketika kepala berada pada posisi sedemikian sehingga uap/asap menyelimuti wajah atau helm. Oleh karena itu, juru las harus dilatih agar kepalanya tetap berada di salah satu sisi dari kepulan uap/asap.

d.Ukuran ruangan pengelasan penting sekali, karena mempengaruhi tingkat asap. Paparan uap/asap dalam tanki, bejana tekan, atau ruang dengan gerak terbatas lainnya akan lebih besar dari area fabrikasi dengan bentuk ruang yang tinggi.

Ruang Dengan Gerak Terbatas

a. Perhatian khusus keselamatan dan kesehatan kerja harus diberikan pada juru las serta pekerja lainnya dalam ruang dengan gerak terbatas.

b. Silinder gas harus ditempatkan diluar ruang dengan gerak terbatas, untuk menghindari kontaminasi ruangan dengan bocoran gas atau uap. Sumber tenaga las juga harus ditaruh diluar, untuk mengurangi bahaya dari asap mesin dan sengatan listrik.

c. Penerangan didalam area kerja harus bertegangan rendah, yaitu 12 V. Jika menggunakan 110 V, maka sirkuit harus dilindungi pemutus arus yang disetujui pemakaiannya.

d. Dalam situasi darurat, harus disediakan cara mengeluarkan pekerja dengan cepat. Sabuk keselamatan dan tali penyelamat, jika digunakan, harus terpasang pada tubuh pekerja sedemikian rupa sehingga menghindari kemungkinan macet di pintu keluar.

e. Seorang penolong yang terlatih harus ditempatkan diluar ruang dengan gerak terbatas dengan prosedur penyelamatan darurat yang telah direncanakan sebelumnya.

Lihat edisi terakhir Publikasi ANSI Z117.1, Persyaratan Keselamatan Bekerja dalam Tanki dan Ruang Dengan Gerak Terbatas Lainnya, untuk informasi mengenai upaya pencegahan.

Menjaga konsentrasi gas/asap di udara harus dibawah batas anjuran, ventilasi didalam ruang dengan gerak terbatas harus : (1) menjamin pasokan oksigen yang cukup untuk

mendukung kehidupan, (2) mencegah akumulasi oksigen di udara, dan (3) mencegah akumulasi campuran bahan yang cepat

menyala. (4) Sebelum pekerja memasuki ruang dengan gerak

terbatas, ruangan tersebut harus dites mengenai keberadaan gas atau uap beracun atau yang cepat menyala dan kecukupan dan kelebihan oksigen.

Gas-gas yang lebih berat dari udara, seperti argon (Ar), metil asetilin propadiena (MAPP) (juga disebut dengan gas metil asetilin propadiena yang terstabilkan atau gas MPS), propana, dan karbon dioksida (CO2) bisa terakumulasi didalam lubang, dasar tanki, daerah yang rendah, dan dekat permukaan lantai. Gas-gas yang lebih ringan dari udara, seperti helium dan hidrogen, bisa terakumulasi di bagian atas tanki, tempat-tempat tinggi, dan dekat langit-langit.

Tindakan pencegahannya sama seperti pada ruang dengan gerak terbatas. Jika mungkin untuk dilakukan, sistem pemantauan tanpa putus yang dilengkapi alarm harus digunakan untuk pekerjaan dalam ruang dengan gerak terbatas.

Penanganan Gas Terkompresi

Gas-gas yang digunakan dalam pekerjaan pengelasan dan pemotongan dikemas dalam silinder yang dirancang dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi standar SNI atau yang diakui menteri .Penangan keselamatan kerja silinder gas secara umum harus diambil tindakan pencegahan berikut ini:

1. Silinder gas tidak boleh dilas.

2. Silinder tidak boleh menjadi bagian dari sirkuit listrik, karena bisa menimbulkan busur listrik.

3. Silinder tidak boleh digunakan sebagai penopang kerja atau penggiling.

4. Silinder harus dilindungi dari guncangan, kejatuhan benda, dan cuaca; silinder tidak boleh dijatuhkan.

5. Silinder harus ditaruh di area dimana suhunya tidak kurang dari -0oF, atau diatas 130oF.

6. Cradle atau cradle sling yang benar harus digunakan untuk mengikat silinder untuk diangkat.

7. Elektromagnet tidak boleh digunakan ketika menangani silinder.

8. Silinder harus selalu diikat oleh pemakai dari kemungkinan terjatuh selama penggunaan maupun penyimpanan.

9. Silinder gas asetilin dan gas cair harus disimpan dan digunakan dalam posisi berdiri tegak.

Sebelum menggunakan gas dari silinder,

1. isinya harus diidentifikasi hanya melalui label pada silinder. Cara lain untuk mengidentifikasi, seperti warna silinder, ban, atau bentuk (yang bervariasi diantara pabrik pembuat, wilayah geografi, atau bagian produksi) sama sekali bisa keliru dan sebaiknya tidak digunakan.

2. Jika silinder tidak memiliki label, isinya jangan digunakan dan silinder harus dikembalikan ke pemasok.

3. Topi pelindung katup disediakan pada silinder, untuk melindungi katup silinder. harus selalu terpasang, kecuali jika silinder digunakan.

4. Silinder tidak boleh sekalipun diangkat secara manual atau diangkat dengan mesin pada bagian topi pelindung katupnya.

5. Silinder gas dan wadah lainnya harus disimpan sesuai dengan semua peraturan perudangandan standar yang sesuai dari OSHA dan Asosiasi Perlindungan Kebakaran Nasional (NFPA).

6. Prosedur penanganan dan penyimpanan yang aman dibahas dalam Buku Pedoman Gas Terkompresi, yang diterbitkan oleh Asosiasi Gas Terkompresi (CGA).

7. Regulator penurun tekanan yang sesuai harus digunakan untuk mengeluarkan gas dari silinder; meskipun demikian, pengaturan tersebut harus digunakan hanya untuk gas dan tekanan yang tercantum pada label.

8. Silinder yang berisi gas bertekanan tinggi harus dibuka perlahan, untuk mencegah tekanan mendadak pada regulator.

9. Setelah silinder bertekanan tinggi dibuka, katup harus dibuka seluruhnya untuk melonggarkan tekanan pada katup tersebut.

10. Katup pada silinder yang berisi gas bahan bakar tidak boleh dibuka lebih dari satu putaran. Ketika tidak sedang dipergunakan, katup harus tertutup, selangnya dikosongkan, dan skrup pengatur tekanan dikembalikan.

GAS-GASOksigen Oksigen tidak mudah menyala, namun mendukung

pembakaran material yang mudah menyala dan dapat memulai dan mempercepat pembakaran.

Silinder oksigen tidak boleh disimpan dekat benda-benda yang dapat terbakar, atau dekat silinder gas bahan bakar.

Oksigen tidak boleh digunakan sebagai pengganti udara terkompresi.

Minyak, gemuk, dan debu yang dapat terbakar bisa secara spontan menyala ketika bersentuhan dengan oksigen.

OKSIGEN . . . . .

Semua sistem dan perlengkapan untuk penggunaan oksigen harus dijaga agar tetap bebas dari benda-benda yang dapat terbakar.

Katup oksigen, regulator, dan perlengkapan tidak boleh dilumasi oli.

Oksigen tidak boleh dipakai untuk memberi tenaga pada perkakas udara terkompresi.

Demikian pula, oksigen tidak boleh digunakan untuk meniup kotoran dari pekerjaan dan pakaian, yang sering terkontaminasi dengan oli, gemuk, atau debu yang dapat terbakar.

Gas Bahan Bakar Gas bahan bakar yang umumnya dipakai dalam las gas oxyfuel

(OFW) dan pemotongan gas oxyfuel (OFC) adalah asetilin, metilasetilin propadiena, gas alam, propana, dan propilena.

Asetilin dalam silinder dilarutkan dalam pelarut sehingga dapat disimpan dengan aman dibawah tekanan. Dalam wujudnya yang bebas, asetilin tidak boleh digunakan pada tekanan diatas 15 psi, karena dapat berdisosiasi dengan ledakan kuat pada tekanan yang lebih tinggi.

Asetilin tidak boleh digunakan bersama dengan perak, merkuri, atau logam paduan yang mengandung tembaga >70% , karena gas bereaksi dengan logam-logam ini membentuk senyawa tak stabil yang dapat meledak dibawah kejut atau panas.

Kebakaran Bahan Bakar Gas Prosedur terbaik menghindari kebakaran bahan

bakar gas dari bahan bakar gas atau cair adalah mencegah kebocoran, yang akan membatasi kebakaran tetap dalam sistem tersebut.

Setelah dipasang semua sistem gas bahan bakar harus dicek dengan cermat apakah ada kebocoran, dan berikutnya pengecekan dilakukan sering mungkin.

Silinder bahan bakar gas harus diperiksa mengenai kemungkinan bocor, terutama pada fuse plugs, alat pengaman, dan paking katup.

Salah satu sumber kebakaran yang lazim adalah menyalanya bocoran bahan bakar gas oleh percikan bunga api atau serpihan logam.

Cara efektif pengendalian kebakaran adalah menutup katup bahan bakar gas, jika terjangkau. Katup gas bahan bakar tidak boleh dibuka lebih dari satu putaran, karena dengan cara ini, katup bisa dengan cepat ditutup dalam situasi darurat.

Umumnya gas bahan bakar dalam silinder bentuknya cair atau dilarutkan dalam cairan; oleh karena itu, silinder harus selalu digunakan pada posisi berdiri tegak untuk mencegah aliran deras cairan kedalam sistem.

Gas Pelindung Dalam beberapa proses pengelasan, argon, helium, karbon

dioksida, dan nitrogen digunakan untuk pelindung. Kecuali karbon dioksida digunakan sebagai udara untuk

pematrian. Gas-gas tsb tidak berbau dan tidak berwarna, dan dapat

mendesak udara yang diperlukan untuk bernafas. Sebelum dimasuki personel, ruang dengan gerak terbatas yang

mengandung gas-gas tsb harus diberi ventilasi yang memadai. Jika ada masalah mengenai keselamatan kerja, ruang tersebut

pertama harus dicek apakah konsentrasi oksigennya cukup dengan alat penganalisa oksigen.

Jika alat penganalisa oksigen tidak ada, maka respirator dengan pasokan udara harus dikenakan oleh personel yang memasuki ruangan tersebut

Sengatan Listrik Kebanyakan pengelasan dan pemotongan menggunakan

beberapa jenis peralatan listrik. Untuk melindungi pekerja dari kecelakaan maut dan terluka karena sengatan arus listrik dalam operasi pengelasan dan pemotongan, maka harus diikuti tindakan pencegahan yang benar.

Sengatan listrik terjadi ketika arus listrik dengan jumlah yang cukup untuk menciptakan pengaruh buruk mengalir melewati tubuh. Sengatan tergantung dari besarnya arus, durasi dan rute aliran, serta keadaan kesehatan sang korban pada saat menerima sengatan.

Arus mengalir disebabkan oleh penggunaan voltase. Besarnya arus tergantung pada pemakaian voltase dan hambatan dari rute pada tubuh. Frekuensi dari arus juga bisa menjadi faktor jika melibatkan arus bolak balik.

Arus yang lebih besar dari sekitar 6 miliamper (mA) dianggap arus sengatan primer, karena dapat menyebabkan bahaya fisiologis langsung.

Arus tetap antara 0.5 dan 6 mA dianggap arus sengatan sekunder. Arus sengatan sekunder dapat menimbulkan reaksi otot reflek, umumnya tanpa menyebabkan bahaya fisiologis langsung.

Tingkat 0.5 mA dinamakan ambang persepsi, karena pada titik inilah umumnya orang mulai merasakan sengatan arus listrik.

Dalam pekerjaan pengelasan dan pemotongan, peralatan listrik umumnya ditenagai dari sumber ac antara 115 dan 575 V, atau dengan generator mesin. Kebanyakan las dilakukan dengan tegangan busur kurang dari 100.

Sengatan listrik dalam industri las biasanya terjadi sebagai akibat tersentuh konduktor yang tidak tertutup atau insulasinya buruk yang bekerja pada voltase tersebut. Oleh karena itu, juru las harus mengambil tindakan pencegahan agar tidak menyentuh elemen-elemen yang terbuka, dalam sirkuit las dan primer.

Tahanan listrik biasanya berkurang dengan adanya air atau lembab. Untuk mencegah sengatan listrik sewaktu melaksanakan pengelasan busur atau pemotongan dalam kondisi lembab atau basah, termasuk sewaktu banyak mengeluarkan keringat, inspektur harus mengenakan sarung tangan dan pakaian yang kering yang baik kondisinya.

Inspektur las harus dilindungi dari permukaan penghantar listrik, termasuk tanah. Perlindungan minimum dapat dicapai dengan sepatu ber-sol karet; meskipun demikian, lebih diutamakan menggunakan lapisan insulasi, seperti alas karet atau papan kayu yang kering.

Tindakan pencegahan yang serupa terhadap kecelakaan akibat menyentuh permukaan yang menghantar listrik harus diambil oleh inspektur las, khususnya ketika bekerja dalam posisi tubuh berlutut, duduk atau cenderung tidak bebas.

Cincin dan perhiasan harus ditanggalkan sebelum mengelas, untuk mengurangi kemungkinan sengatan listrik.

Mengurangi bahaya tersengat arus listrik dengan memasang dan memelihara peralatan dengan benar.

Kebiasaan kerja yang baik dari operator, pakaian dan perlindungan tubuh yang sesuai, serta penggunaan alat yang dirancang untuk pekerjaan dan situasi tersebut.

Alat harus memenuhi standar Asosiasi Pabrik Pembuat Peralatan Listrik Nasional (NEMA) atau ANSI, seperti ANSI/UL 551, Standar Keselamatan Mesin Las Busur Tipe Transformer.

Peralatan harus dipasang di area yang bersih dan kering. Jika hal ini tidak dimungkinkan, peralatan harus dilindungi secara memadai dari kotoran dan air.

Pemasangan – termasuk pemutusan arus, pemasangan sikring, dan tipe-tipe tertentu kabel listrik dari luar – harus dilakukan sesuai dengan persyaratan ANSI/NFPA 70, Kode Listrik Nasional, dan kode lokal.

Koneksi listrik harus dipasang dengan kencang, dan sesudahnya harus dicek secara berkala.