PP Askep Gawat Darurat Maternitas Eklampsia

18
HYU@HB NETEVH_H]HB OH_H] MHVUVH] JH]EVBK]HY7 ENAHJTYKH Lae` MHYH ]KYBH HY[HVK HNHMEJK NETEVH_H]HB TEJEVKB]H@ MHEVH@ IKHBGUV

description

penjelasan tentang materi gadar eklampsia, tapi maaf PP-nya begitu, wkkk. ini sebenarnya ngebuatin punya temen cewek saya.

Transcript of PP Askep Gawat Darurat Maternitas Eklampsia

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIAOleh DASA TISNA ASYARI AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH DAERAH CIANJUR

Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney; 2007) Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi, R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ). Kesimpulan dari kelompok; eklampsia adalah suatu keadaan dimana preeklampsia tidak dapat diatasi sehingga mengalami gangguan yang lebih lanjut yaitu hipertensi, edema, dan proteinuria serta kejang.

Etiologi Penyebab eklampsia belum diketahui secara pasti. Salah satu teori mengemukakan bahwa eklampsia disebabkan iskemia rahim dan placenta (ischaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada mola hydatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, dibetes, peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desidua yang menyebabkan vasospasme dan hipertensi.

Patofisiologi Etiologi dan faktor pemicu timbulnya eklampsia masih belum diketahui secara pasti. Pada trimester ketiga kehamilan normal, dinding muskuloelastis arteri spiralis secara perlahan digantikan oleh bahan fibrinosa sehingga dapat berdilatasi menjadi sinusoid vaskular yang lebar. Pada eklampsia, dinding muskuloelastik tersebut dipertahankan sehingga lumennya tetap sempit.

Hal ini mengakibatkan antara lain: Hipoperfusi plasenta dengan peningkatan predisposisi terjadinya infark Berkurangnya pelepasan vasodilator oleh trofoblas; seperti prostasiklin, prostaglandin; yang pada kehamilan normal akan melawan efek renin-angiotensin yang berefek meningkatkan tekanan darah. Produksi substansi tromboplastik oleh plasenta yang iskemik, seperti faktor jaringan dan tromboksan, yang mungkin mengakibatkan terjadinya DIC.

Manifestasi Klinis Tanda-tanda atau gejala sebelum kejang meliputi: Sakit kepala Hiperaktif refleks Proteinuria Generalized edema Visual gangguan Kuadran kanan atas rasa sakit atau nyeri epigastrium

Komplikasi Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut. Hipofibrinogenemia Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal hati pada penderita pre-eklampsia Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi. Perdarahan pada retina dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya apopleksia serebri

Edema paru Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum. Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan enzim Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet) Prematuritas Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Bisa juga terjadi anuria atau gagal ginjal DIC (Disseminated Intravascular Coagulation): Dapat terjadi bila telah mencapai tahap eklampsia

Pencegahan Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga dapat dihilangkan

Penatalaksanaan Di saat kejang: Pelihara jalan nafas Miring dan ektensikan kepala Masukan benda keras di antara gigi Isap lender (suction) Berikan diazepam (valium) 10-20 mgiv

Perhatikan juga: Ruang perawatan harus tenang Jalan nafas isap lender, terapi oksigen Tensi dan nadi diukur tiap 15 menit, terutama pada penggunaan lytic cocktail Prokain penicillin 600.000 900.000 U untuk mencegah infeksi paru Keseimbangan cairan tubuh ukur dieresis

Pengakhiran kehamilan: Pertimbangkan pengakhiran kehamilan bila: Keadaan umum penderita membaik dan telah sadar Bila persalinan telah mulai dan tak ada disproporsi sefalopelvik, lakukan amniotomi dan bila syarat telah dipenuhi, akhiri persalinan dengan ekstraksi vakum. Bila persalinan belum mulai, setelah 12 jam bebas kejang dapat dipilih: Partus pervaginam dengan induksi pitosin + amniotomi dan ekstraksi vakum/cunam Section caesare bila serviks masih kaku atau pada persangkaan disproporsi aefalopelvik

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Eklampsia Pengkajian primer Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan : Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal Bersihkan jalan nafas Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas Distress pernafasan Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring

Breathing dan ventilasi Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada Suara pernafasan melalui hidung atau mulut Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

Circulation dengan kontrol perdarahan Denyut nadi karotis Tekanan darah Warna kulit, kelembaban kulit Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

Pengkajian sekunder Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah : Data subyektif Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun Riwayat kesehatan ibu sekarang: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan Psiko sosial spiritual: Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

Data Obyektif Inspeksi: edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema Auskultasi: mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + ) Pemeriksaan penunjang ; Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml Berat badan: peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak USG ; untuk mengetahui keadaan janin NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

Diagnosa Keperawatan Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai kategori urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah dilakukan. Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan: Airway, breathing dan circulation (ABC). Setelah itu: MASALAH KEPERAWATAN Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah) Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah). Intervensi: Monitor tekanan darah tiap 4 jam. Catat tingkat kesadaran pasien. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria). Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM.

Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada berhubungan dengan perubahan pada plasenta

janin

Intervensi Monitor DJJ sesuai indikasi. Kaji tentang pertumbuhan janin. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta (nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun). Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.

Nyeri berhubungan pembukaan jalan lahir

dengan

kontraksi

uterus

dan

Kaji tingkat intensitas nyeri pasien Jelaskan penyebab nyerinya Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan Intervensi Kaji tingkat kecemasan ibu Jelaskan mekanisme proses persalinan Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif Beri support system pada ibu

Implementasi Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan. Evaluasi Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH!!