Pp 55 Th 2005 Ttg Dana Perimbangan

26
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26, Pasal 37, dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dan Pasal 160 ayat (6), Pasal 162 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu untuk menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Dana Perimbangan. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DANA PERIMBANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

description

peraturan pemerintah tentang dana perimbangan. dana alokasi khusus atau DAK

Transcript of Pp 55 Th 2005 Ttg Dana Perimbangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 55 TAHUN 2005TENTANGDANA PERIMBANGANDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang : bahwa untukmelaksanakanketentuanPasal 26, Pasal 37, danPasal 42 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah, dan Pasal 160 ayat (6), Pasal 162 ayat (4)Undang-UndangNomor 32 Tahun2004 tentangPemerintahanDaerah, perluuntukmenetapkanPeraturanPemerintahtentangDana Perimbangan.Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;2. Undang-UndangNomor32Tahun2004tentangPemerintahanDaerah(LembaranNegara RepublikIndonesia Tahun2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437);3. Undang-UndangNomor33Tahun2004tentangPerimbanganKeuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah(LembaranNegara RepublikIndonesia Tahun2004Nomor126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4438).MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DANA PERIMBANGAN. BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalahPresiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaanpemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945.2. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, danperangkatdaerahsebagaiunsurpenyelenggaraPemerintahanDaerah.3. Daerahotonom, selanjutnyadisebutDaerah, adalahkesatuanmasyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayahberwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dankepentinganmasyarakat setempat menurut prakarsa sendiriberdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NegaraKesatuan Republik Indonesia.4. Kepala daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi ataubupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.5. DewanPerwakilanRakyat Daerah, yangselanjutnya disebutDPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagaiunsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebutAPBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahannegara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebutAPBD, adalah rencana keuangan tahunan PemerintahanDaerahyangdibahasdandisetujuibersamaolehPemerintahDaerahdanDewanPerwakilanRakyatDaerah, danditetapkandengan Peraturan Daerah.8. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber daripendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untukmendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaanDesentralisasi.9. DanaBagiHasil, selanjutnyadisebutDBH, adalahdanayangbersumberdaripendapatanAPBNyangdialokasikankepadaDaerah berdasarkan angka persentase untuk mendanaikebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.10.DBH Pajak adalah bagian daerah yang berasal daripenerimaanPajakBumidanBangunan, BeaPerolehanHakatas TanahdanBangunan, PajakPenghasilanPasal 25danPasal29WajibPajakOrangPribadiDalamNegeri, danPajakPenghasilan Pasal 21.11.PajakBumi danBangunan, selanjutnya disebutPBB adalahpajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan.12. Bea PerolehanHakatas TanahdanBangunan, selanjutnyadisebutBPHTB, adalahpajakyangdikenakanatasperolehanhak atas tanah dan bangunan13. PajakPenghasilanPasal25danPasal29WajibPajakOrangPribadi Dalam Negeri, selanjutnya disebut PPh WPOPDNadalahPajakPenghasilanterutangolehWajib PajakOrangPribadi DalamNegeri berdasarkanketentuanPasal 25danPasal 29 Undang-undang tentang Pajak Penghasilan yangberlakukecuali pajakatas penghasilansebagaimana diaturdalam Pasal 25 ayat (8).14. Pajak Penghasilan Pasal 21, selanjutnya disebut PPh Pasal 21,adalahPajakataspenghasilanberupagaji, upah, honorarium,tunjangan dan pembayaran lainnya sehubungan denganpekerjaanataujabatan, jasadankegiatanyangdilakukanolehWajib PajakOrangPribadi berdasarkanketentuanPasal 21undang-undang tentang Pajak Penghasilan yang berlaku.15. DBHSumberDayaAlamadalahbagiandaerahyangberasaldari penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambanganumum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangangas bumi, dan pertambangan panas bumi.16.Dana Reboisasi, selanjutnya disebut DR, adalahdana yangdipungut dari pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutandari Hutan Alam yang berupa kayu dalam rangka reboisasi danrehabilitasi hutan.17.Provisi Sumber Daya Hutan, selanjutnya disebut PSDH, adalahpungutanyangdikenakansebagaipenggantinilaiintrinsikdarihasil yang dipungut dari Hutan Negara.18. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan, selanjutnya disebutIIUPH, adalahpungutanyangdikenakankepada PemegangIzinUsaha PemanfaatanHutanatas suatukawasanhutantertentu yang dilakukan sekali pada saat izin tersebut diberikan.19.PungutanPengusahaanPerikananadalahpungutanhasilperikananyang dikenakankepada perusahaanperikananIndonesiayang memperolehIzinUsahaPerikanan(IUP),Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal (APIPM), danSurat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), sebagai imbalanatas kesempatan yang diberikan oleh Pemerintah IndonesiauntukmelakukanusahaperikanandalamwilayahperikananRepublik Indonesia.20.PungutanHasilPerikananadalahpungutanhasilperikananyang dikenakankepada perusahaanperikananIndonesiayang melakukanusaha penangkapanikansesuai denganSurat Penangkapan Ikan (SPI) yang diperoleh.21. IuranTetap(Land-rent) adalahiuranyangditerima negarasebagai imbalan atas kesempatan Penyelidikan Umum,Eksplorasi atau Eksploitasi pada suatu wilayah kerja.22. Iuran Ekplorasi dan Eksploitasi (royalty) adalah iuran produksipemegang kuasa usaha pertambangan atas hasil darikesempatan eksplorasi/eksploitasi.23. DanaAlokasiUmum, selanjutnyadisebutDAU, adalahdanayang bersumber dari pendapatan APBNyang dialokasikandengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerahuntukmendanaikebutuhandaerahdalamrangkapelaksanaanDesentralisasi.24. DanaAlokasiKhusus, selanjutnyadisebutDAK, adalahdanayang bersumber dari pendapatan APBNyang dialokasikankepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantumendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dansesuai dengan prioritas nasional.25. Menteri teknis adalah menteri yang bertugas danbertanggungjawab di bidang teknis tertentu.Pasal 2(1) Dana Perimbangan terdiri atas:a. Dana Bagi Hasil;b. Dana Alokasi Umum; danc. Dana Alokasi Khusus.(2) JumlahDanaPerimbangansebagaimanadimaksudpadaayat(1) ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.BAB IIDANA BAGI HASILBagian PertamaUmumPasal 3DBH bersumber dari:a. Pajak; danb. Sumber Daya Alam.Bagian KeduaDBH PajakPasal 4DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas:a. PBB;b. BPHTB; danc. PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21.Paragraf PertamaDBH PBBPasal 5(1) PenerimaanNegaradariPBBdibagidenganimbangan10%(sepuluhpersen) untukPemerintahdan90%(sembilanpuluhpersen) untuk daerah.(2) DBH PBB untuk daerah sebesar 90% (sembilan puluh persen)dibagi dengan rincian sebagai berikut:a. 16,2%(enambelas dua persepuluhpersen) untukprovinsiyang bersangkutan;b. 64,8%(enampuluhempatdelapanpersepuluhpersen) untukkabupaten/kota yang bersangkutan; danc. 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.Pasal 6(1) Bagian Pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen)sebagaimanadimaksuddalamPasal 5ayat(1) dialokasikankepada seluruh kabupaten dan kota.(2) Alokasi untuk kabupaten dan kota sebagaimana dimaksud padaayat (1) dibagi dengan rincian sebagai berikut:a. 6,5% (enam lima persepuluh persen) dibagikansecaramerata kepada seluruh kabupaten dan kota; danb. 3,5% (tiga lima persepuluh persen) dibagikan sebagaiinsentif kepada kabupaten dan/kota yang realisasipenerimaan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan padatahunanggaransebelumnyamencapai/melampauirencanapenerimaan yang ditetapkan.Paragraf KeduaDBH BPHTBPasal 7(1) Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20%(dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluhpersen) untuk daerah.(2) DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% (delapan puluhpersen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yangbersangkutan; danb. 64%(enampuluh empat persen) untukkabupaten/kotayang bersangkutan.(3) Bagian Pemerintah sebesar 20% (dua puluh persen)sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan denganporsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota.Paragraf KetigaDBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21Pasal 8(1) PenerimaanNegara dari PPhWPOPDNdanPPhPasal 21dibagikan kepada daerah sebesar 20% (dua puluh persen).(2) DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dibagi dengan rincian sebagai berikut :a. 8% (delapan persen) untuk provinsi yang bersangkutan; danb. 12% (dua belas persen) untuk kabupaten/kota dalamprovinsi yang bersangkutan.(3) DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b dibagi dengan rincian sebagai berikut:a. 8,4% (delapan empat persepuluh persen) untukkabupaten/kota tempat wajib pajak terdaftar; danb. 3,6% (tiga enam persepuluh persen) untuk seluruhkabupaten/kotadalamprovinsiyangbersangkutandenganbagian yang sama besar.Paragraf KeempatPenetapan Alokasi DBH PajakPasal 9Alokasi DBH Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6,Pasal 7, dan Pasal 8 ditetapkan oleh Menteri Keuangan.Pasal 10Alokasi DBH PBB seb agaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)dan DBH BPHTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,ditetapkan:a. berdasarkan rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahunanggaran bersangkutan; danb. paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaranbersangkutan dilaksanakan.Pasal 11(1) AlokasiDBHPPhWPOPDNdanPPhPasal21sebagaimanadimaksuddalamPasal9 untukmasing-masingdaerahterdiriatas:a. AlokasiSementarayangditetapkanpalinglambat2(dua)bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutandilaksanakan; danb. AlokasiDefinitifyangditetapkanpalinglambatpadabulanpertama triwulan keempat tahun anggaran berjalan.(2) AlokasiDBHPPhWPOPDNdanPPhPasal21sebagaimanadimaksudpada ayat(1) huruf a didasarkanatasrencana penerimaan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21.(3) AlokasiDBHPPhWPOPDNdanPPhPasal21sebagaimanadimaksudpada ayat (1) huruf b didasarkanatas prognosarealisasi penerimaan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21.Paragraf KelimaPenyaluran DBH PajakPasal 12DBH Pajak disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari RekeningKas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.Pasal 13(1) Penyaluran DBHPBB dan BPHTB sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 dilaksanakan berdasarkanrealisasi penerimaan PBB dan BPHTB tahun anggaranberjalan.(2) Penyaluran DBHPBB dan BPHTB sebagaimana dimaksuddalamPasal 5ayat (2) danPasal 7 ayat (2) dilaksanakansecara mingguan.(3) Penyaluran PBB dan BPHTB bagian Pemerintah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a dan Pasal 7 ayat (3)dilaksanakandalam3(tiga) tahap, yaitubulanApril, bulanAgustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan.(4) PenyaluranPBB bagianPemerintahsebagaimana dimaksuddalamPasal 6 ayat (2) huruf b dilaksanakandalambulanNopember tahun anggaran berjalan.Pasal 14(1) Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilaksanakanberdasarkan prognosa realisasi penerimaan PPh WPOPDN danPPh Pasal 21 tahun anggaran berjalan.(2) Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21sebagaimanadimaksuddalamPasal8ayat(2) dilaksanakansecara triwulanan, dengan perincian sebagai berikut:a. penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan ketigamasing-masing sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasisementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)huruf a; danb. penyaluran triwulan keempat didasarkan pada selisih antaraPembagian Definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat(1) hurufbdenganjumlahdanayangtelahdicairkanselama triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga.(3) Dalamhal terjadi kelebihan penyaluran karena penyalurantriwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga yangdidasarkanatas pembagiansementara lebihbesardaripadapembagiandefinitif makakelebihandimaksuddiperhitungkandalam penyaluran tahun anggaran berikutnya.Bagian KetigaDBH Sumber Daya AlamPasal 15DBH Sumber Daya Alam berasal dari:a. Kehutanan;b. Pertambangan Umum;c. Perikanan;d. Pertambangan Minyak Bumi;e. Pertambangan Gas Bumi; danf. Pertambangan Panas Bumi.Paragraf PertamaDBH Sumber Daya Alam KehutananPasal 16(1) DBH Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 hurufa berasal dari:a. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH);b. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH); danc. Dana Reboisasi (DR).(2) DBH Kehutanan yang berasal dari IIUPH sebagaimanadimaksudpadaayat(1) huruf auntukdaerahsebesar80%(delapan puluh persen) dibagi dengan rincian:a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yangbersangkutan; danb. 64%(enampuluh empat persen) untukkabupaten/kotapenghasil.(3) DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH sebagaimanadimaksudpadaayat(1) huruf b untukdaerahsebesar80%(delapan puluh persen) dibagi dengan rincian:a.16% (enam belas persen) untuk provinsi yangbersangkutan;b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kotapenghasil; danc. 32%(tigapuluhduapersen) untukkabupaten/kotalainnyadalam provinsi yang bersangkutan.(4) DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH sebagaimanadimaksudpadaayat(3) hurufc, dibagikandenganporsiyangsama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalamprovinsi yang bersangkutan.(5) DBH Kehutanan yang berasal dari DR sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c sebesar 40%(empat puluhpersen)dibagi kepada kabupaten/kota penghasil untuk mendanaikegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.Paragraf KeduaDBH Sumber Daya Alam Pertambangan UmumPasal 17DBHPertambanganUmumsebagaimanadimaksuddalamPasal15 huruf b berasal dari :a. Iuran Tetap (Land-rent); danb. Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalty).Pasal 18(1) DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluhpersen) sebagaimanadimaksuddalamPasal17hurufayangberasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan rincian:a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yangbersangkutan; danb. 64%(enampuluh empat persen) untukkabupaten/kotapenghasil.(2) DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluhpersen) sebagaimanadimaksuddalamPasal17hurufbyangberasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan rincian:a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yangbersangkutan;b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kotapenghasil; danc. 32%(tigapuluhduapersen) untukkabupaten/kotalainnyadalam provinsi yang bersangkutan.(3) DBHPertambanganUmumsebagaimanadimaksudpadaayat(2) huruf c, dibagikandenganporsiyangsamabesaruntukseluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yangbersangkutan.Pasal 19(1) DBHPertambanganUmumsebesarsebagaimana dimaksuddalamPasal 17 huruf a yangberasal dari wilayahprovinsiadalahsebesar 80%(delapanpuluhpersen) untukprovinsiyang bersangkutan;(2) DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluhpersen) sebagaimanadimaksuddalamPasal17hurufbyangberasal dari wilayah provinsi dibagi dengan rincian:a. 26% (dua puluh enam persen) untuk provinsi yangbersangkutan; danb. 54% (lima puluh empat persen) untuk kabupaten/kotalainnya dalam provinsi yang bersangkutan.(3) DBHPertambanganUmumsebagaimanadimaksudayat(2)huruf b, dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruhkabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.Paragraf KetigaDBH Sumber Daya Alam PerikananPasal 20(1) DBH Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf cberasal dari :a. Pungutan Pengusahaan Perikanan; danb. Pungutan Hasil Perikanan.(2) DBHPerikanansebagaimanadimaksudpadaayat(1) untukdaerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagikan denganporsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota.Paragraf KeempatDBH Sumber Daya AlamPertambangan Minyak BumiPasal 21(1) DBHpertambanganminyakbumisebesar15,5%(limabelassetengah persen) berasal dari penerimaan negara sumberdaya alam pertambangan minyak bumi dari wilayahkabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi komponenpajak dan pungutan lainnya.(2) DBH pertambangan minyak bumi sebagaimana dimaksud padaayat (1) sebesar 15%(lima belas persen) dibagi denganrincian sebagai berikut:a. 3% (tiga persen) dibagikan untuk provinsi yangbersangkutan;b. 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kotapenghasil; danc. 6%(enampersen) dibagikanuntukseluruhkabupaten/kotalainnya dalam provinsi yang bersangkutan.(3) DBH Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud padaayat (1) sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rinciansebagai berikut:a. 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yangbersangkutan;b. 0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kotapenghasil; danc. 0,2% (dua persepuluh persen) untuk seluruhkabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.(4) DBH Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf c, dibagikan dengan porsiyangsamabesaruntukseluruhkabupaten/kotalainnyadalamprovinsi yang bersangkutan.Pasal 22(1) DBHpertambanganminyakbumisebesar15,5%(limabelassetengah persen) berasal dari penerimaan negara sumberdayaalampertambanganminyakbumidariwilayahprovinsiyang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak danpungutan lainnya.(2) DBH pertambangan minyak bumi sebagaimana dimaksud padaayat (1) sebesar 15%(lima belas persen) dibagi denganrincian sebagai berikut:a. 5% (lima persen) dibagikan untuk provinsi yangbersangkutan; danb. 10% (sepuluh persen) dibagikan untuk seluruhkabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan.(3) DBH Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud padaayat (1) sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rinciansebagai berikut:a. 0,17%(tujuh belas perseratus persen) dibagikan untukprovinsi yang bersangkutan; danb. 0,33%(tigapuluhtigaperseratuspersen) dibagikanuntukseluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan.(4) DBH Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud padaayat(2)hurufbdanayat(3)hurufb, dibagikandenganporsiyang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsiyang bersangkutanParagraf KelimaDBH Sumber Daya AlamPertambangan Gas BumiPasal 23(1) DBHpertambangan gas bumi sebesar 30,5%(tiga puluhsetengah persen) berasal dari penerimaan negara sumberdaya alam pertambangan gas bumi dari wilayahkabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi komponenpajak dan pungutan lainnya.(2) DBHpertambangangas bumi sebagaimana dimaksudpadaayat (1) sebesar 30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rinciansebagai berikut:a. 6% (enam persen) dibagikan untuk provinsi yangbersangkutan;b. 12%(dua belas persen) dibagikanuntukkabupaten/kotapenghasil; danc. 12% (dua belas persen) dibagikan untuk seluruhkabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.(3) DBHPertambanganGas Bumisebagaimanadimaksudpadaayat (1) sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rinciansebagai berikut:a. 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yangbersangkutan;b. 0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kotapenghasil; danc. 0,2% (dua persepuluh persen) untuk seluruhkabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.(4) DBHPertambanganGas Bumisebagaimanadimaksudpadaayat(2) hurufcdanayat(3) hurufc, dibagikandenganporsiyangsamabesaruntukseluruhkabupaten/kotalainnyadalamprovinsi yang bersangkutan.Pasal 24(1) DBHPertambangan Gas Bumi sebesar 30,5%(tiga puluhsetengah persen) berasal dari penerimaan negara sumberdayaalampertambangangasbumidariwilayahprovinsiyangbersangkutansetelahdikurangikomponenpajakdanpungutanlainnya.(2) DBHPertambanganGas Bumisebagaimanadimaksudpadaayat (1) sebesar 30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rinciansebagai berikut:a. 10% (sepuluh persen) dibagikan untuk provinsi yangbersangkutan; danb. 20% (dua puluh persen) dibagikan untuk seluruhkabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan.(3)DBHPertambanganGasBumisebagaimanadimaksudpadaayat (1) sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rinciansebagai berikut:a. 0,17%(tujuh belas perseratus persen) dibagikan untukprovinsi yang bersangkutan; danb. 0,33%(tigapuluhtigaperseratuspersen) dibagikanuntukseluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan.(4) DBHPertambanganGas Bumisebagaimanadimaksudpadaayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf b,dibagikan dengan porsiyang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsiyang bersangkutan.Pasal 25DBH yang berasal dari Pertambangan Minyak Bumi danPertambanganGasBumisebagaimanadimaksuddalamPasal21ayat(3), Pasal22ayat(3), Pasal23ayat(3), danPasal24ayat(3) wajib dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikandasar.Paragraf KeenamDBH Sumber Daya Alam Pertambangan Panas BumiPasal 26(1) DBH Pertambangan Panas Bumi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 15 huruf f berasal dari:a. Setoran Bagian Pemerintah; ataub. Iuran Tetap dan Iuran Produksi.(2) DBH Pertambangan Panas Bumi sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dandibagi dengan rincian:a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yangbersangkutan; danb. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kotapenghasil;c. 32%(tigapuluhduapersen) untukseluruhkabupaten/kotalainnya dalam provinsi yang bersangkutan.(3) DBH Pertambangan Panas Bumi sebagaimana dimaksud padaayat(2) huruf c, dibagikandenganporsi yangsama besaruntuk semua kabupaten/kota dalam provinsi yangbersangkutan.Paragraf KetujuhPenetapan Alokasi DBH Sumber Daya AlamPasal 27(1) Menteri teknis menetapkan daerah penghasil dan dasarpenghitungan DBH Sumber Daya Alampaling lambat 60(enam puluh) hari sebelum tahun anggaran bersangkutandilaksanakan setelah berkonsultasi dengan Menteri DalamNegeri.(2) Dalamhal sumber daya alamberada pada wilayah yangberbatasanatauberadapadalebihdarisatudaerah, MenteriDalam Negeri menetapkan daerah penghasil sumber daya alamberdasarkan pertimbangan menteri teknis terkait paling lambat60 (enam puluh) hari setelah diterimanya usulan pertimbangandari menteri teknis.(3) Ketetapan Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud padaayat(2) menjadidasarpenghitunganDBHsumberdayaalamoleh menteri teknis.(4) Ketetapan menteri teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada Menteri Keuangan.(5) Menteri Keuangan menetapkan perkiraan alokasi DBH SumberDaya Alam untuk masing-masing daerah paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah diterimanya ketetapan dari menteri teknis.(6) Perkiraan alokasi DBH Sumber Daya Alam Minyak Bumidan/atauGas Bumi untukmasing-masingDaerahditetapkanpaling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah menerima ketetapandari menteri teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),perkiraan bagian Pemerintah, dan perkiraan unsur-unsurpengurang lainnya.Paragraf KedelapanPenghitungan Realisasi Produksi DBH SDAPasal 28(1) Penghitungan realisasi DBH sumber daya alam dilakukansecaratriwulananmelaluimekanismerekonsiliasidataantarapemerintahpusat dandaerahpenghasil kecuali untukDBHsumber daya alam Perikanan.(2) Dalamhal realisasi DBHsumber daya alamberasal daripenerimaanpertambanganminyakbumi dan/ataugas bumiperhitungannya didasarkanatas realisasi liftingminyakbumidan/atau gas bumi dari departemen teknis.Paragraf KesembilanPenyaluran DBH Sumber Daya AlamPasal 29(1) Penyaluran DBH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15dilaksanakanberdasarkanrealisasipenerimaansumberdayaalam tahun anggaran berjalan(2) Penyaluran DBH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15dilaksanakan secara triwulanan.Pasal 30PenyaluranDBHSumberDayaAlamdilaksanakandengancarapemindahbukuandariRekeningKasUmumNegarakeRekeningKas Umum Daerah.Pasal 31(1) Penyaluran DBH Pertambangan Minyak Bumi danPertambangan Gas Bumi ke daerah dilakukan denganmenggunakan asumsi dasar harga minyak bumi tidak melebihi130% (seratus tiga puluh persen) dari penetapan dalam APBNtahun berjalan.(2) DalamhalasumsidasarhargaminyakbumiyangditetapkandalamAPBNPerubahanmelebihi 130%(seratus tigapuluhpersen), selisihpenerimaannegaradariminyakbumidangasbumi sebagai dampakdari kelebihandimaksuddialokasikandengan menggunakan formula DAU.(3) Ketentuan mengenai tata cara penghitungan selisih penerimaannegara dari minyak bumi dan gas bumi sebagaimana dimaksudpada ayat(2) diaturlebihlanjutdenganPeraturanMenteriKeuangan.Bagian KeempatPemantauan dan EvaluasiPasal 32Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi ataspenggunaananggaranpendidikandasaryangberasaldariDBHMinyakBumidanGasBumisebagaimanadimaksuddalamPasal31.Pasal 331. Menteri teknis melakukan pemantauan dan evaluasi teknispelaksanaan kegiatan yang didanai dari DBH DR.2. MenteriKeuanganmelakukanpemantauandanevaluasiataspenggunaan anggaran rehabilitasi hutan dan lahan yangberasal dari DBH DR.Pasal 341. Apabila hasil pemantauan dan evaluasi mengindikasikan adanyapenyimpanganpelaksanaanPasal16 ayat(5) danPasal25,Menteri Keuangan meminta aparat pengawasan fungsionaluntuk melakukan pemeriksaan.2. Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdijadikansebagai bahanpertimbangandalampengalokasianDBHsebagaimanadimaksuddalamdalamPasal21ayat(3),Pasal22ayat(3), Pasal23ayat(3), danPasal24ayat(3)untuk tahun anggaran berikutnya.Pasal 35Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghitungan, tata carapenyesuaianrencanaalokasidenganrealisasiDBHSumberDayaAlam, tata cara penyaluran, pedoman umum, petunjukteknispelaksanaan DBH, pemantauan dan evaluasi, dan tata carapemotongan atas sanksi administrasi DBH diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.Pasal 36DPODmemberikanpertimbanganatasrancangankebijakanDBHkepada Presiden sebelum penyampaian Nota Keuangan danRAPBN tahun anggaran berikutnya.BAB IIIDANA ALOKASI UMUMBagian PertamaUmumPasal 37(1) DAU dialokasikan untuk:a. provinsi; danb. kabupaten/kota.(2) JumlahkeseluruhanDAUditetapkansekurang-kurangnya26%(dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto.(3) Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dariperbandingan antara bobot urusanpemerintahan yangmenjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.(4) Dalamhal penentuanproporsi sebagaimana dimaksudpadaayat (3) belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAUantara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan denganimbangan10%(sepuluhpersen) dan90%(sembilanpuluhpersen).(5)JumlahkeseluruhanDAUsebagaimanadimaksudpada ayat(2) ditetapkan dalam APBN.Bagian KeduaMekanisme PengalokasianParagraf PertamaPenghitunganPasal 38DPOD memberikan pertimbangan atas rancangan kebijakanformula dan perhitungan DAU kepada Presiden sebelumpenyampaian Nota Keuangan dan RAPBN tahun anggaranberikutnya.Pasal 39(1) Menteri Keuangan melakukan perumusan formula danpenghitungan alokasi DAU dengan memperhatikanpertimbangan DPOD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38.(2) Menteri Keuangan menyampaikan formula dan perhitunganDAU sebagai bahan penyusunan RAPBN.Pasal 40(1) DAU untuksuatudaerahdialokasikan berdasarkan formulayang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar.(2) Celahfiskalsebagaimanadimaksudpadaayat(1) merupakanselisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal.(3) Kebutuhanfiskalsebagaimanadimaksudpadaayat(2) diukurdenganmenggunakanvariabeljumlahpenduduk, luaswilayah,Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Brutoper kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia.(4) Kapasitasfiskalsebagaimanadimaksudpadaayat(2) diukurberdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan DBH.(5) Alokasidasarsebagaimanadimaksudpadaayat(1) dihitungberdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.Pasal 41(1) DatayangdigunakandalampenghitunganDAUdiperolehdarilembaga statistikPemerintahdan/ataulembaga Pemerintahyang berwenang menerbitkan data yang dapatdipertanggungjawabkan.(2) Dalamhal data sebagaimana dimaksudpada ayat(1) tidaktersedia, data yang digunakan adalah data dasar penghitunganDAU tahun sebelumnya.Pasal 42(1) DAU atas dasar celah fiskal untuksuatu provinsi dihitungberdasarkan perkalian bobot provinsi yang bersangkutandengan jumlah DAU seluruh provinsi.(2) Bobot provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan perbandingan antara celah fiskal provinsi yangbersangkutan dan total celah fiskal seluruh provinsi.Pasal 43(1) DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu kabupaten/kotadihitung berdasarkan perkalian bobot kabupaten/kota yangbersangkutan dengan jumlah DAU seluruh kabupaten/kota.(2) Bobotkabupaten/kotasebagaimanadimaksudpadaayat(1)merupakanperbandinganantara celahfiskal kabupaten/kotayang bersangkutan dan total celah fiskal seluruhkabupaten/kota.Pasal 44(1) KebutuhanfiskaldaerahsebagaimanadimaksuddalamPasal40 ayat (2) dihitung berdasarkan perkalian antara total belanjadaerahrata-rata denganpenjumlahandari perkalianmasing-masing bobot variabel dengan indeks jumlah penduduk, indeksluas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, IndeksPembangunan Manusia, dan indeks Produk Domestik RegionalBruto per kapita.(2) Kapasitas fiskal daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41ayat (2) merupakan penjumlahan dari Pendapatan Asli Daerahdan DBH.Pasal 45(1) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol),menerima DAU sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal.(2) Daerahyangmemilikinilaicelahfiskalsamadengan0(nol),menerima DAU sebesar alokasi dasar.(3) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilainegatiftersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesaralokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.(4) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilainegatiftersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidakmenerima DAU.Pasal 46(1) DAUuntuksuatudaerahotonombarudialokasikansetelahundang-undang pembentukan disahkan.(2) Penghitungan DAU untuk daerah otonom baru dilakukansetelah tersedia data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40.(3) Dalamhal data sebagaimana dimaksudpada ayat(2) tidaktersedia, penghitungan DAU dilakukan dengan membagi secaraproporsional dengan daerah induk.(4) Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)menggunakan data jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanjapegawai.Pasal 471. Kelebihan penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumiyang ditetapkan dalam APBN Perubahan sebagaimanadimaksuddalamPasal31ayat(2) dialokasikansebagaiDAUtambahan.2. DAU tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dialokasikankepada daerahberdasarkanformula DAUatasdasar celah fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat(2).Paragraf KeduaPenetapan AlokasiPasal 481. Alokasi DAU per daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden.2. Alokasi DAU tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.Paragraf KetigaPenyaluranPasal 491. DAUdisalurkandengancarapemindahbukuandariRekeningKas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.2. Penyaluran DAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40dilaksanakansetiapbulanmasing-masingsebesar1/12(satuper duabelas) dari alokasi DAU daerah yang bersangkutan.3. Tata cara penyaluran DAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal40, Pasal 46 ayat (2), dan Pasal 47 ayat (2) diatur lebih lanjutdengan Peraturan Menteri Keuangan.BAB IVDANA ALOKASI KHUSUSBagian PertamaUmumPasal 50(1) Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN..(2)DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalamAPBN sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional.Pasal 51(1)DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untukmendanaikegiatankhusus yangmerupakanbagiandari programyangmenjadi prioritas nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal50 ayat (2) yang menjadi urusan daerah.(2) DaerahTertentusebagaimanadimaksudpadaayat(1) adalahdaerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkankriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.Bagian KeduaMekanisme Pengalokasian DAKParagraf PertamaPenetapan Program dan KegiatanPasal 52(1) Program yang menjadi prioritas nasional sebagaimanadimaksuddalamPasal 50 ayat (2) danPasal 51 ayat (1)dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaranbersangkutan.(2) Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanaidari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan MenteriDalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan RencanaKerja Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(3) Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatankhusussebagaimanadimaksudpadaayat(2) kepadaMenteriKeuangan.Paragraf KeduaPenghitungan DAKPasal 53Setelah menerima usulan kegiatan khusus sebagaimana dimaksuddalam Pasal 52 ayat (3) Menteri Keuangan melakukanpenghitungan alokasi DAK.Pasal 54(1) Penghitungan alokasi DAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal53 dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu:a. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; danb. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.(2) PenentuanDaerahTertentusebagaimanadimaksudpadaayat(1) huruf a harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dankriteria teknis.(3) Besaran alokasi DAK masing-masing daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b ditentukan dengan perhitunganindeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteriateknis.Pasal 55(1) Kriteria umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51dirumuskanberdasarkankemampuankeuangandaerahyangdicerminkandaripenerimaanumumAPBDsetelahdikurangibelanja Pegawai Negeri Sipil Daerah.(2) Kemampuankeuangandaerahsebagaimana dimaksudpadaayat (1) dihitung melalui indeks fiskal netto.(3) Daerah yang memenuhi krietria umummerupakan daerahdengan indeks fiskal netto tertentu yang ditetapkan setiaptahun.Pasal 561. Kriteria khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51dirumuskan berdasarkan:a. Peraturan perundang-undangan yangmengatur penyelenggaraanotonomi khusus; danb. Karakteristik daerah.2. Kriteria khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dirumuskanmelaluiindekskewilayahanolehMenteriKeuangandengan mempertimbangkan masukan dariMenteri NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional dan menteri/pimpinanlembaga terkait.Pasal 571. Kriteria teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 disusunberdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akandidanai dari DAK.2. Kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.3. Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis sebagaimanadimaksud pada ayat (1) kepada Menteri Keuangan.Paragraf KetigaPenetapan Alokasi dan Penggunaan DAKPasal 58Alokasi DAK per daerahditetapkandenganPeraturanMenteriKeuangan.Pasal 591. Berdasarkanpenetapanalokasi DAKsebagaimana dimaksuddalamPasal 58, menteri teknis menyusun PetunjukTeknisPenggunaan DAK.2. Petunjuk Teknis Penggunaan DAK sebagaimana dimaksud padaayat (1) dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.Bagian KetigaPenganggaran di DaerahPasal 601. Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi danpenggunaan DAK di dalam APBD.2. Penggunaan DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK.3. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasikegiatan, penyiapankegiatanfisik, penelitian, pelatihan, danperjalanan dinas.Pasal 611. Daerah penerima DAK wajib menganggarkan DanaPendamping dalamAPBDsekurang-kurangnya 10%(sepuluhpersen) daribesaranalokasiDAKyangditerimanya.DanaPendampingsebagaimanadimaksudpadaayat(1) digunakanuntuk mendanai kegiatan yang bersifat kegiatan fisik.2. Daerah dengan kemampuan keuangan tertentu tidak diwajibkanmenganggarkan Dana Pendamping.Bagian KeempatPenyaluran DAKPasal 62DAKdisalurkandengancarapemindahbukuandariRekeningKasUmum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.Bagian KelimaPelaporanPasal 631. Kepaladaerahmenyampaikanlaporantriwulanyangmemuatlaporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada :a. Menteri Keuangan;b. Menteri teknis; danc. Menteri Dalam Negeri.2. Penyampaianlaporantriwulansebagaimana dimaksud padaayat(1) dilakukanselambat-lambatnya14(empatbelas) harisetelah triwulan yang bersangkutan berakhir.3. Penyaluran DAK dapat ditunda apabila Daerah tidakmenyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2);4. Menteri teknis menyampaikanlaporanpelaksanaankegiatanDAKsetiapakhirtahunanggarankepadaMenteriKeuangan,Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional, danMenteri Dalam Negeri.Bagian KeenamPemantauan dan EvaluasiPasal 641. MenteriPerencanaanPembangunanNasionalbersama-samadenganMenteri Teknis melakukanpemantauandanevaluasiterhadappemanfaatandanteknispelaksanaankegiatanyangdidanai dari DAK.2. Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasipengelolaan keuangan DAK.Pasal 65Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan program dankegiatan, penyaluran, dan pelaporan diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.BAB VPENGAWASANPasal 66PengawasanataspelaksanaanDanaPerimbangansesuaidenganperaturan perundang-undangan.BAB VIKETENTUAN PERALIHANPasal 67(1) PelaksanaantambahanDana Bagi Hasil dari pertambanganminyakbumidangasbumisebesar0,5%(setengahpersen)sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 24dilaksanakan mulai Tahun Anggaran 2009.(2) PelaksanaanDanaBagiHasildaripertambanganminyakdangasbumiyangmelebihi130%(seratustigapuluhpersen)dariasumsidasarhargaminyakdangasbumidalamAPBNtahunberjalan dilaksanakan mulai tahun anggaran 2009.(3) Sejakberlakunya Peraturan Pemerintah ini sampai denganTahun Anggaran 2008 penerimaan pertambangan minyak bumiyang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan setelahdikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi denganimbangan:a. 85% (delapan puluh lima persen) untuk Pemerintah; danb. 15% (lima belas persen) untuk daerah.(4) Sejakberlakunya Peraturan Pemerintah ini sampai denganTahunAnggaran2008penerimaanpertambangangas bumiyang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan setelahdikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi denganimbangan:a. 70% (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah; danb. 30% (tiga puluh persen) untuk daerah.Pasal 68DBH Pertambangan Panas Bumi yang bersumber dari penerimaankontrakpengusahaanpanasbumisebagaimanadimaksuddalamPasal 25 ayat (1) huruf b yang ditandatangani sesudah berlakunyaUndang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi,berasal dari Iuran Tetap dan Iuran Produksi.Pasal 69(1) Sejakberlakunya peraturan pemerintah ini sampai denganTahunAnggaran2007 jumlahkeseluruhanDAU ditetapkansekurang-kurangnya25,5%(duapuluhlimasetengahpersen)dari PendapatanDalamNegeri NetoyangditetapkandalamAPBN.(2) KetentuanmengenaialokasiDAUsebagaimanadiaturdalamperaturan pemerintah ini dilaksanakan sepenuhnya mulai TahunAnggaran 2008Pasal 70Sebelum ditetapkannya Rekening Kas Umum Negara danRekening Kas UmumDaerah, penyaluran Dana Perimbangandilakukan melalui Rekening Bendaharawan UmumNegara/KasNegara ke Rekening Kas Daerah.BAB VIIKETENTUAN PENUTUPPasal 71Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka:(1) Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi danBangunanAntaraPemerintahPusatdanDaerah, selamatidakdiatur dalam peraturan pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.(2) PeraturanPemerintahNomor104Tahun2000tentangDanaPerimbangan sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 84 Tahun 2001 dinyatakan tidak berlaku.(3) Peraturan Pemerintah Nomor 115 Tahun 2000 tentangPembagianHasil PenerimaanPajakPenghasilanOPDNdanPPh Pasal 21 antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerahdinyatakan tidak berlaku.(4) Ketentuan yang terkait dengan Dana PerimbangansebagaimanadiaturdalamUndang-UndangNomor18Tahun2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe AcehDarussalam dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua dinyatakan tetapberlaku selama tidak diatur lain.Pasal 72Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agarsetiaporangmengetahuinya, memerintahkanpengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalamLembaran Negara Republik Indonesia.Ditetapkan di Jakartapada tanggal 9 Desember 2005PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttdDR. H. SUSILO BAMBANGYUDHOYONODiundangkan di Jakartapada tanggal 9 Desember 2005MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIAAD INTERIM,ttdYUSRIL IHZA MAHENDRALEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005NOMOR 137 Penjelasan ..................