Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

43
  1 POTRET PEREKONOMIAN MASYARAKAT PETANI PASCA BOM BALI 1)  Dr. Made Antara, MS. 2)  I. PENDAHULUAN Pembangunan di Propinsi Bali didasarkan pada bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna melanjutkan usaha-usaha memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor pariwisata dengan karakter keb udayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hind u, serta sektor industri kecil dan kerajinan yan g berkaitan dengan sektor pertanian dan s ektor pariwisata (Anonim, 1999; Anonim, 2001). Kebijakan prioritas tiga sektor ini, mengacu terminologi Nurkse, 1953 (dalam Yotopoulos dan Nugent, 1976) dapat digolongkan ke dalam pertumbuhan seimbang, yakni ada keterkaitan penawaran dan permintaan antara satu sektor dengan sektor lainnya, atau pengembangan sektor-sektor itu dapat menciptakan permintaan mereka sendiri. Kebijakan prioritas tiga sektor (pertanian, pariwisata dan industri kecil) dalam pembangunan ekonomi Bali telah menunjukkan hasil yang sangat fantastis, dimana pertumbuhan ekonomi Bali selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Pada Pelita I perekonomian Bali tumbuh 7,32%; Pelita II sebesar 8,55%; Pelita III sebesar 14,01%, Pelita IV sebesar 8,28%; dan pada Pelita V tumbuh sebesar 8,40%. Sedangkan dalam Pelita VI (1994-1998) pertumbuhan perekonomian Bali rata-rata 5,07% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebelumnya. Ketika terjadi krisis ekonomi nasional (1997/1998), perekonomian Bali mengalami kontraksi cukup tajam mencapai minus 4,04%, sedangkan tingkat nasional mencapai minus 13,13%. Kebijakan economic recovery  yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah telah berdampak positif terhadap perekonomian Bali. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian Bali tahun 1999 mulai tumbuh positif 1) Makalah disajikan pada seminar regional yang dilaksanakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Denpasar Bali, Selasa, 30 September 2003. 2) Doktor Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, pengajar pada Jurusan Sosek Faperta UNUD dan Program Pascasarjana UNUD, Denpasar

description

Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom

Transcript of Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

Page 1: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 1/43

POTRET PEREKONOMIAN MASYARAKAT PETANIPASCA BOM BALI 1) 

Dr. Made Antara, MS.2) 

I. PENDAHULUAN

Pembangunan di Propinsi Bali didasarkan pada bidang ekonomi dengan

titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna melanjutkan usaha-usaha

memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor pariwisata dengan

karakter kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu, serta sektor industri

kecil dan kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata

(Anonim, 1999; Anonim, 2001). Kebijakan prioritas tiga sektor ini, mengacu

terminologi Nurkse, 1953 (dalam Yotopoulos dan Nugent, 1976) dapat

digolongkan ke dalam pertumbuhan seimbang, yakni ada keterkaitan penawaran

dan permintaan antara satu sektor dengan sektor lainnya, atau pengembangan

sektor-sektor itu dapat menciptakan permintaan mereka sendiri.

Kebijakan prioritas tiga sektor (pertanian, pariwisata dan industri kecil)

dalam pembangunan ekonomi Bali telah menunjukkan hasil yang sangat fantastis,

dimana pertumbuhan ekonomi Bali selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi

nasional. Pada Pelita I perekonomian Bali tumbuh 7,32%; Pelita II sebesar 8,55%;

Pelita III sebesar 14,01%, Pelita IV sebesar 8,28%; dan pada Pelita V tumbuh

sebesar 8,40%. Sedangkan dalam Pelita VI (1994-1998) pertumbuhan

perekonomian Bali rata-rata 5,07% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

sebelumnya.

Ketika terjadi krisis ekonomi nasional (1997/1998), perekonomian Bali

mengalami kontraksi cukup tajam mencapai minus 4,04%, sedangkan tingkatnasional mencapai minus 13,13%. Kebijakan economic recovery  yang

dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah telah berdampak positif terhadap

perekonomian Bali. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian Bali tahun 1999

mulai tumbuh positif

1) Makalah disajikan pada seminar regional yang dilaksanakan oleh Fakultas Pertanian

Universitas Warmadewa, Denpasar Bali, Selasa, 30 September 2003.2) Doktor Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, pengajar pada Jurusan Sosek Faperta UNUD dan

Program Pascasarjana UNUD, Denpasar

Page 2: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 2/43

Sebe*sar 0,67%, kemudian berlanjut dalam tahun 2000 sebesar 3,05% dan tahun

2001 sebesar 3,39% di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3,32% dan

pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2002 mencapai 3,15% (Tabel 1).

Sektor pertanian yang pada awalnya berperan menjadi penopang

pertumbuhan sektor lainnya, setelah sempat mengalami pertumbuhan minus

1,90% tahun 1999, tahun 2000 kembali mengalami pertumbuhan positif sebesar

1,67%, tahun 2001 sebesar 2,76% dan tahun 2002 sebesar 2,98%. Salah satu

sektor yang pertumbuhannya terus mengalami peningkatan setelah mengalami

krisis pada tahun 1998 adalah sektor industri pengolahan, mulai dari 1,21% tahun

1999 meningkat menjadi 3,35% tahun 2000 dan 4,61% tahun 2001 serta tahun

2002 sebesar 5,57%. Sebagai sektor andalan perekonomian Bali yaitu

perdagangan, hotel dan restoran juga mengalami pertumbuhan positif pada tahun

2001 sebesar 2,36% dan tahun 2002 sebesar 0,46%, turun dibandingkan tahun

2000 yang mencapai 2,93%. Secara makro, krisis ekonomi yang terjadi akan

berpengaruh terhadap pola dan struktur ekonomi Propinsi Bali yang

perekonomiannya sebagian besar didukung oleh sektor pariwisata dan sektor-

sektor terkait (Tabel 1).

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Bali atas dasar Harga Konstan 1993,Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998-2002

No. Lapangan UsahaPertumbuhan Ekonomi Bali (%)

1998 1999 2000 2001 2002

1 Pertanian 0,71 -1,90 1,67 2,76 2,98

2 Pertambangan dan Penggalian -3,81 1,27 0,99 1,26 2,00

3 Industri Pengolahan -3,65 1,21 3,35 4,61 5,57

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 13,11 4,50 10,77 10,93 13,95

5 Bangunan dan Konstruksi -9,98 -0,58 1,03 3,17 5,61

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -4,20 1,37 2,93 2,36 0,46

7 Komunikasi -9,05 0,84 5,97 5,47 3,81

8 Keuangan, Persewaan dan Jada Perusahaan -3,31 0,79 3,25 3,26 5,78

9 Jasa-Jasa lain -5,31 2,17 2,40 3,44 4,06

Rata-Rata Pertumbuhan -4,04 0,67 3,05 3,39 3,15Sumber: BPS Propinsi Bali (dalam Anonim, 2003)Catatan: Pertumbuhan ekonomi Bali periode 1994-1997 beruturt-turut: 7,51%; 7,93%; 8,16% dan 5,81%.

Page 3: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 3/43

Tragedi WTC 11 September 2001, invasi Amerika ke Irak, wabah SARS di

China dan Singapura serta kondisi sosial, politik dan keamanan dalam negeri

yang belum sepenuhnya kondusif, berdampak negatif terhadap kepariwisataan

Bali, sehingga menurunkan aktivitas ekonomi mikro dan makro daerah Bali. Belum

sepenuhnya perekonomian Bali pulih, kepariwisataan Bali kembali diguncang

tragedi Bom Legian-Kuta 12 Oktober 2003 yang meluluhlantakan segala macam

aktivitas ekonomi, yang sampai saat ini masih dirasakan dampaknya terhadap

perekonomian masyarakat Bali pada umumnya dan perekonomian masyarakat

petani pada khususnya. Kita tidak dapat meramalkan secara pasti, kapan

pulihnya kepariwisataan Bali seperti sebelum tragedi 12 Oktober 2002. Namun

yang jelas, tragedi bom Bali telah menimbulkan kepedihan dan luka mendalam

bagi penduduk Bali dan penduduk belahan dunia lainnya yang bersimpati

terhadap daerah wisata Bali.

II. KETERKAITAN SEKTOR PARIWISATA DENGAN SEKTOR PERTANIANDALAM PEREKONOMIAN BALI

Sektor pariwisata yang memperoleh prioritas dalam pembangunan ekonomi

Bali telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, yang ditandai olehbeberapa indikator antara lain adanya peningkatan devisa yang bersumber dari

pariwisata, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal, pengeluaran

wisatawan dan jumlah sarana dan prasarana pariwisata. Kunjungan wisatawan

mancanegara yang langsung datang ke Bali selama pelita V meningkat 19,9%

per tahun, dan pertumbuhan periode 1994-2000 rata-rata 7,0% per tahun. Lama

tinggal wisatawan sejak tahun 1994 sampai tahun 2000 cenderung meningkat,

dengan lama tinggal tahun 2000 selama 11 hari untuk wisatawan mancanegaradan 5,9 hari untuk wisatawan nusantara. Sedangkan pengeluaran wisatawan per

orang per hari dalam periode yang sama cenderung turun yakni tahun 2000

sebesar US $ 77,35 untuk wisatawan mancanegara dan US $ 20,04 untuk

wisatawan nusantara. Akomodasi kepariwisataan di Bali tahun 1994 hanya

berjumlah 687 unit dengan 24.222 kamar, tahun 2000 meningkat menjadi 1.037

unit dengan 31.944 kamar (Anonim, 2000).

Page 4: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 4/43

Dari perspektif ekonomi, dampak positif pariwisata di Bali pada umumnya

adalah (1) mendatangkan devisa bagi negara, melalui penukaran mata uang asing

untuk dibelanjakan di daerah tujuan wisata; (2) pasar potensial bagi produk

barang dan jasa di Bali; (3) meningkatkan pendapatan masyarakat yang

kegiatannya terkait langsung atau tidak langsung dengan jasa pariwisata; (4)

memperluas penciptaan kesempatan kerja, baik pada sektor-sektor yang terkait

langsung seperti perhotelan, restoran, agen perjalanan, maupun sektor-sektor

yang tidak terkait langsung seperti industri kerajinan, penyediaan produk-produk

pertanian, atraksi budaya, bisnis eceran, jasa-jasa lain dan sebagainya; (5)

sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari Pajak Hotyel dan

Restoran (PHR), dan (6) merangsang kreaktivitas seniman, baik seniman

pengrajin industri kecil maupun seniman tabuh dan tari yang diperuntukkan

konsumsi wisatawan (lihat juga French et al.,1995; Krippendorf, 1991).

Wisatawan (mancanegara dan nusantara) selama di daerah tujuan wisata

Bali melakukan berbagai pengeluaran (konsumsi), seperti untuk akomodasi,

makanan dan minuman, perjalanan, melihat atraksi budaya, pembelian

cendramata dan lain-lain. Pengeluaran ini akan “ditangkap” oleh sektor-sektor

ekonomi, sehingga menjadi pendapatan sektor-sektor ekonomi tersebut. Ini

disebut efek langsung (direct effects ) pengeluaran wisatawan. Namun

peningkatan pendapatan sektor-sektor ekonomi ini akan meningkatkan

permintaan input yang berasal dari output sektor-sektor ekonomi lain seperti

pertanian, industri, industri kerajinan, jasa transportasi dan sebagainya. Dengan

demikian, peningkatan pendapatan sektor-sektor ekonomi yang satu, akan

mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang lain.

Peningkatan output sektor-sektor ekonomi produksi selanjutnya akan

meningkatkan balas jasa faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi,sehingga meningkatkan pendapatan pemilik faktor produksi. Selanjutnya

peningkatan pendapatan faktor produksi akan mendorong peningkatan

pendapatan pemilik faktor produksi yaitu rumahtangga dan perusahaan. Ini

disebut efek tidak langsung (indirect effects ) pengeluaran wisatawan. Peningkatan

pendapatan rumahtangga atau masyarakat akan mendorong peningkatan

konsumsi masyarakat, selanjutnya mendorong peningkatan pendapatan

masyarakat lainnya dan memperluas kesempatan kerja. Ini disebut efek yangdidorong (induced effects ) dari pengeluaran wisatawan. Indirect effects  dan

Page 5: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 5/43

induced effects  disebut secondary effects , dan efek pengganda (multiplier 

effects ) wisatawan mengukur total effects (directs plus secondary ) yang

dihasilkan dari tambahan pengeluaran wisatawan. Peningkatan aktivitas produksi

sektor-sektor ekonomi yang terkait langsung atau tidak langsung dengan

pariwisata akan menciptakan dan memperluas lapangan kerja. Ini yang disebut

dengan keterkaitan penciptaan kesempatan kerja (employment linkages)(Lihat

Gambar 1).

Melalui efek pengganda (multiplier effects ) dan efek menyebar (spread 

effects ), pengeluaran wisatawan di Bali telah menjadi mesin penggerak

perekonomian Bali, bahkan ikut menggerakkan perekonomian propinsi berdekatan

melalui permintaan produk-produk kebutuhan masyarakat Bali dan wisatawan

yang diproduksikan di propinsi tersebut; misalnya, bahan pangan dari Jawa Timur

dan Nusa Tenggara Barat.

Menggunakan data empirik regional dan nasional untuk menguji logika

empirik seperti Gambar 1, maka Antara (1999) mengkonstruksi perekonomian

makro Bali 1996 dengan model Social Accounting Matrix (SAM). Dari hasil analisis

pengganda SAM Bali diperoleh efek pengeluaran wisatawan di Bali tahun 1996

adalah 3,743, yang terdiri dari pengganda neraca faktor sebesar 0,752

(tenagakerja = 0,253 dan modal = 0,499), pengganda neraca institusi sebesar

0,788, dan pengganda neraca sektor produksi sebesar 2,203 (Tabel 2). Namun

Erawan (1994) menemukan efek pengganda pariwisata Bali tahun 1984 sebesar

1,2 dan tahun 1994 meningkat menjadi 1,5. Sedangkan Sceto melaporkan bahwa

pengganda pariwisata di Bali tahun 1994 sebesar 2,0. Perbedaan nilai-nilai ini

tampaknya disebabhkan oleh perbedaan penggunaan metodologi, ketersediaan

data dan waktu penelitian.

Pada Tabel 2 tampak bahwa efek pengeluaran wisatawan terhadap neraca(sektor) produksi adalah sebesar 2,203, artinya setiap peningkatan pengeluaran

wisatawan Rp 1.000.000,- akan meningkatkan permintaan total produksi sebesar

Rp 2.203.000. Dari 28 sektor pada neraca (sektor) produksi, 27 sektor

memperoleh efek, dengan pengganda berkisar dari 0,001 sampai dengan 0,507.

Jadi, hampir semua sektor ekonomi, baik listrik/gas/air minum, bangunan dan

konstruksi (24-32), maupun jasa-jasa (33-36) memperoleh efek dari pengeluaran

wisatawan. Ini menyiratkan bahwa ada keterkaian antara pariwisata di Balidengan sektor-sektor ekonomi yaitu, pertanian, industri kecil dan jasa-jasa.

Page 6: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 6/43

JenisPengel.

directeffect

Sektor

indirecteffects

Sektor

Pendp.InducedEffect

.

Employ

Gambar 1. Efek Keterkaitan langsung (Direct Effects), Efek Keterkaitan tidaklangsung (Indirect Effects) dan Efek Penciptaan Kesempatan Kerja(Employment Linkages ) Sektor Pariwisata

VISITOR

Akomo. Mak/Min Perjal. Keseni Cinde.

Perho. Ind.Peng Transp Jasa hib. Ind.K

Telkom Pertanian.Kehutanan

Pewartel. Petani

Ind. Otomo.

Visitor Spending

Pengusaha 

TK TK TK

Page 7: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 7/43

Dengan demikian setiap peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali (berarti terjadi

peningkatan pengeluaran wisatawan), akan meningkatkan permintaan produk-

produk sektor ekonomi (berarti mendorong) peningkatan produktivitas sektor-

sektor ekonomi), pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan perekonomian

Bali.

Tabel 2 juga mampu menggambarkan posisi sektor pertanian (dalam arti

luas) dalam kancah kepariwisataan di Bali, yang ditunjukkan oleh tingkat

keterkaitan sektor ini dengan pengeluaran wisatawan. Sedangkan tingkat

keterkaitan dapat diketahui dari perbandingan angka pengganda sektor atau

subsektor pertanian dengan rataan angka pengganda sektor produksi. Bila dirunut

lebih jauh per subsektor yang tercakup dalam pengertian sektor pertanian, maka

subsektor tanaman pangan terkait erat (0,167>0,079), subsektor perkebunan

terkait lemah (0,012<0,079), subsektor peternakan/hasil-hasilnya terkait lemah

(0,047<0,079). Kehutanan/hasil-hasilnya terkait lemah (0,007<0,079) dan

perikanan/hasil-hasilnya terkait lemah (0,018<0,079) dengan pengeluaran

wisatawan. Namun secara sektoral angka pengganda rataan sektor pertanian

lebih besar dari pada angka pengganda rataan sektor produksi (0,251>0,079),

yang mengindikawsikan bahwa sektor pertanian di Bali memiliki ketekaitan erat

dengan pariwisata (dalam pengertian pengeluaran wisatawan). Jadi, posisi sektor

pertanian di Bali dalam kancah kepariwisataan adalah relatif penting, karena

pertanian dengan berbagai jenis produknya dibutuhkan oleh wisatawan maupun

sektor-sektor ekonomi yang terkait dengan pariwisata.

Jika ditinjau resposifitas sektor-sektor produksi, maka sektor-sektor yang

responsif terrhadap peningkatan pengeluaran wisatawan yaitu, jagung, sayur-

sayuran, buah-buahan, peternakan dan hasil-hasilnya, industri kayu dan

sejenisnya, perdagangan/hotel/restoran, transportasi/pos/telekomunikasi,keuangan (bank dan non bank), dan persewaan bangunan/pemerintahan/jasa lain

yang ditunjukkan oleh elastisitas lebih besar dari pada satu. Artinya, setiap

peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1% akan diikuti oleh peningkatan

permintaan output sektor-sektor tersebut lebih besar dari pada 1%. Namun, dari

tiga sektor utama, sektor jasa (neraca 33-36) menunjukkan respon tertinggi

dengan elastisitas 6,992, selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian dalam arti luas

(neraca 10-13) dan terakhir sektor industri (neraca 27).

Page 8: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 8/43

Tabel 2. Efek Penggdan Umum Pengeluaran Wisatawan terhadap Pendapatan NeracaRegional Bali 1996

No Neraca Pengeluaran WisatawanPengganda Elastisitas

1 Tenagakerja 0.253 0.346

2 Modal 0.499 0.354Total Faktor Produksi (1-2) 0.752Kelompok Pengeluaran Rumahtangga (3-7): 0.752

3 <Rp 100.000 (1) 0.042 0.3514 Rp 100.000-299.999 (2) 0.131 0.3515 Rp 300.000-499.999 (3) 0.187 0.350*6 Rp 500.000-749.999 (4) 0.140 0.3497 Rp750.000 (5) 0.170 0.346

8 Perusahaan 0.118 0.355Total Institusi (3-8) 0.788 -

9 Padi 0.073 0729

10 Jagung 0.005 1.12011 Tanaman Umbi-Umbian 0.009 1.36012 Sayur-sayuran 0.031 2.04713 Buah-buahan 0.041 5.14414 Kacang Tanah 0.003 0.60415 Kacang Kedele 0.005 0.46716 Tanaman Pangan Lainnya 0.000 0.000

Sub Total Tanaman Pangan (9-16) 0.167 -17 Kelapa 0.002 0.44418 Tembakau 0.001 0.42519 Kopi 0.005 0.511

20 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.004 0.443Sub Total Perkebunan (17-20) 0.012 -21 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.047 0.78122 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0.007 0.59923 Perikanan dan Hasil-hasilnya 0.018 0.669

Sub Total Pertanian (9-23) 0.257 -24 Pertambangan dan Penggalian 0.001 0.04125 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 0.122 076426 Industri Pemintalan Tekstil, Pakaian dan Kulit 0.035 0.69927 Industri Kayu dan Sejenisnya 0.142 2.04228 Industri Kertas dan Sejenisnya 0.015 0.69529 Industri Kimia dan Sejenisnya 0.110 0.41030 Industri Alat Angkutan dan Barang Logam 0.048 0.41931 Listrik, Gas dan Air Minum 0.022 0.78332 Bangunan dan Konstruksi 0.006 0.67233 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.303 6.99234 Transportasi, Pos dan Telekomunikasi 0.507 6.48835 Keuangan (Bank dan Non Bank) 0.147 4.44336 Persewaan Bangunan, Pemerintanah dan Jasa Lain 0.497 6.029

Total Sektor Produksi (9-36) 2.203 -Sumber: Antara (1999)Catatan: Rataan Pengganda Sektor Produksi = 0.079

Perhitungan Elastisitas, E = dyi/dxj. xj/yidi mana: dyi/dxj = pengganda neraca (sektor) ke-i dari kolom ke-j.

xj = pengeluaran wisatawan, yi = pendapatan neraca (sektor) ke-i

Page 9: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 9/43

Efek pengganda pengeluaran wisatawan terhadap neraca faktor produksi

sebesar 0,752 (Tabel 2). Artinya, setiap peningkatan pengeluaran wisatawan

sebesar Rp 1.000.000,- akan meningkatkan pendapaan neraca faktor sebesar Rp

752.000. Namun, antara dua faktor, peningkatan pendapatan faktor modal lebih

tinggi dari pada faktor tenagaklerja dengan pengganda masing-masing sebesar

0,499 dan 0,253. Ini mencerminkan bahwa proses produksi barang dan jasa di

Bali yang terkait dengan pariwisata bersifat padat modal, sehingga harus

memberikan balas jasa lebih tinggi kepada faktor modal dari pada faktor

tenagakerja.

Efek pengganda pengeluaran wisatawan terhadap neraca institusi adalah

sebesar 0,788 (Tabel 2). Artinya, setiap peningkatan pengeluaran wisatawan Rp

1.000.000,- akan meningkatkan pendapatan neraca institusi Rp 788.000. Efek ini

tampak dinikmati oleh semua neraca-neraca institusi, baik kelima golongan

rumahtangga maupun perusahaan, dengan pengganda tidak terlalu variatif.

Namun khusus untuk pengganda institusi rumahtangga yang tidak lain adalah

pengganda pendapatan (income multiplier ) rumahtangga adalah 0,788-

0,118=0,67. Artinya, setiap peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar Rp

1.000.000,- akan meningkatkan pendapatan rumahtangga di Bali sebesar Rp

670.000. Sebagai perbandingan, Archer (1991) menginformasikan penggada

pendapatan pariwisata dalam ekonomi pulau-pulau kecil yaitu, Dominica Island

1,20; Bermuda 1,03; Hong Kong 1.02; India Ocean Island 0,95-1,03; Hawaii 0,90-

1,30; Antigua 0,88; Bahamas 0,78; Fiji 0,69; Cayman Island 0,65 dan British Virgin

Island 0,58. Kalau dibandingkan pengganda pendapatan pariwisata hasil kajian ini

dengan pengganda pulau-pulau di atas memang relatif lebih rendah. Hal ini

tampaknya disebabkan oleh adanya kebocoran (leakages ).

Sektor pertanian dalam arti luas, utamanya subsistem produksi sebagai  jantung penggerak agribisnis harus merespon peningkatan permintaan produk-

produk pertanian seiring meningkatnya kunjungan wisatawan. Dengan demikian,

sektor agribisnis di Bali memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Dari 15

sektor agribisnis (neraca 9-23), 14 sektor memiliki keterkaitan dengan

pengeluaran wisatawan.

Page 10: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 10/43

III. POTRET PEREKONOMIAN MASYARAKAT PETANI PASCA BOM BALI

Tragedi ledakan bom di Legian-Kuta Bali 12 Oktober 2002 yang secara

cepat menyebar ke seluruh dunia, telah membawa citra buruk terhadap keamanan

Pulau Bali, sebagai daerah tujuan wisata dunia. Sejak saat itu, wisatawan yang

sedang berlibur di Bali eksodus pulang ke negara masing-masing. Wisatawan

yang sudah menjadwalkan kunjungannnya ke Bali membatalkannya dan

wisatawan yang berencana mengunjungi Bali menundanya, setidaknya menunggu

sampai Bali dirasa cukup aman sebagai daerah tujuan wisata dunia. Akibatnya,

kunjungan wisatawan ke Bali menurun drastis.

Sehari sebelum ledakan, tingkat hunian hotel-hotel di Bali mencapai

70,27%, tetapi sepuluh hari setelah ledakan bom jumlah tamu hotel di delapan

kawasan wisata di Bali menurun hingga 99%, sehingga tingkat hunian hotel rata-

rata hanya tinggal 1,13% dari jumlah kamar yang tersedia (Kompas, Minggu 17

Nopember 2002). Kondisi yang sangat ekstrim seperti ini, belum pernah di alami

oleh industri pariwisata di Bali sebelumnya.

Penurunan kunjungan wisatawan di Bali, yang berarti pula terjadi

penurunan pengeluaran wisatawan, sehingga menyebabkan menurunnya jumlah

uang yang diterima oleh sektor-sektor ekonomi yang terkait langsung atau tidak

langsung dengan pengeluaran wisatawan. Ini berarti, secara mikro tidak hanya

menurunkan pendapatan masyarakat perkotaan, masyarakat pariwisata, pengrajin

perkotaan dan pedesaan, tetapi juga menurunkan aktivitas perekonomian

masyarakat petani di pedesaan yang terkait langsung atau tidak langsung dengan

pariwisata..Sedangkan secara makro akan berdampak terhadap penurunan

pendapatan regional (PDRB) Bali.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di 9 kabupaten/kota di Bali yang

meliputi 45 Desa, mencakup 135 kelompok/organisasi kemasyarakatan, maka

dapat diketahui dampak tragedi bom Bali 12 Oktober 2002 yang disajikan pada

Tabel 3 yang merupakan jeneralisasi dari dampak bom Bali terhadap 9

kabupaten/kota di Bali yang disajikan pada Lampiran 1. Pada Tabel 3 tampak

bahwa tragedi bom Bali ternyata telah menyebabkan penurunan pendapatan

masyarakat Bali pada umumnya dan masyarakat petani pada khususnya yang

aktivitas ekonominya terkait langsung atau tidak langsung dengan pariwisata Bali.

Jika dirinci per kelompok, yaitu: masyarakat petani sayur-sayuran, buah-buahan,

Page 11: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 11/43

Tabel 3. Dampak Bom Bali Terhadap Perekonomian Masyarakat Petani Bali(Jeneralisasi Hasil Survei 45 Desa Adat Penyangga Pariwisata di Bali)

No.

KriteriaDampak

Sektor/Bidang Usaha Kisaran Dampak(%)

Kabupaten/Kota

1 2 3 4 8

1 PenurunanPendapatan 1 Pertanian (dalam arti luas): 20-70 Badung, Gianyar,Tabanan,Jembrana,Bangli,Klungkung,Karangasem,

- Hortikultura: sayur, bunga, buah- Peternakan: sapi, babi, ayam,

kambing, telor- Perikanan: karper,

udang2 Industri dan kerajinan 20-100

3 Perdagangan 20-60

4 Transportasi umum 10-35

5 Pariwisata 30-80

6 Buruh tani,bangunan, galian

40-100

2 KehilanganPekerjaan(PHK/ Dirumahkan)

1 Pariwisata:karyawan hotel, sopir travel,pemanduwisata, dll

Banyak Denpasar,Badung,Gianyar,Tabanan,Jembrana,Buleleng, Bangli,Klungkung,Karangasem

2 Industri kerajinan dan garmen 40-50Catatan: tenaga kerja yang di PHK atau dirumahkansebagian kembali menjadi petani, buruh, pengrajin,pekerja serabutan, pekerja sosial di desa/di pura, dlll

3 Akses Pasar 1 Pertanian:sayur, buah, telor, ayam, sapi,babi, ikan, bunga, dllnya.

30-80 Denpasar,Badung,Gianyar,Tabanan,Buleleng,

Klungkung,Karangasem,Bangli,Jembrana

2 Industri dan kerajinan: kayu,perak/emas,anyaman, garmen,genteng, batubata,keramik, gamelan

15-100

3 Perdagangan/hasil bumi 20-654 Transportasi pariwisata 80-1005 Seni budaya 40 –1006 Penunjang Pariwisata: diving 80-907 Galian C/pasir,batu 20

4 AksesLembagaKeuangan

1 LPD 10-15 Denpasar,Badung,Gianyar,Tabanan,

BulelenKlungkung,Karangasem,Bangli,Jembrana

2 KSP/KUD3 BPR4 Bank Umum

Catatan : Bagi nasabah LPD/KSP yangdikelola lembaga adat, biasanyadiberikan keringanan membayar cicilan/ bunganya saja atau waktupengembalian diperpanjang.

5 Sosial dan Psikologis (Non- Ekonomi)Dampak non ekonomi tragedi Bali 12 Oktober 2002, seperti dampak sosial (gangguankeamanan) dan dampak psikologis (stress) memang belum tampak ke permukaan, terkecuali dikota Denpasar sudah tampak ke permukaan berupa dampak sosial seperti pencurian-pencuriandi beberapa kompleks perumahan. Namun, jika kondisi krisis yang menimpa Bali terusberlanjut, tidak tertutup kemungkinan akan muncul dampak-dampak sosial dan psikologis yangtidak diinginkan.

Sumber: LPM UNUD dan UNDP-PBB (2003), penulis sendiri termasuk salah satu peneliti di dalamnya.Catatan: Persentase adalah jeneralisasi kisaran persentase dari 9 Kabupaten/Kota di Bali yang disajikan pada Tabel 4.

Page 12: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 12/43

peternak dan pengusaha ikan/nelayan/petambak mengalami penurunan

pendapatan berkisar antara 20-70% dibandingkan sebelum bom Bali. Penurunan

pendapatan ini disebabkan oleh menurunnya permintaan terhadap produk-produk

mereka, sehingga harganya menjadi menurun dan mungkin pula omset

penjualannya menurun karena lesunya permintaan. Misalnya, para petani sayuran

di Baturiti dan sekitarnya, para peternak ayam petelur di Tabanan dan

Karangasem, petani caysin dan kangkung di pinggiran kota Denpasar

mengatakan, pendapatan mereka menurun karena menurunnya permintaan oleh

para pemasok ke hotel dan lesunya permintaan masyarakat di pasar-pasar umum

di kota Denpasar.

Dampak Bom Bali tidak hanya menimpa kelompok masyarakat petani,

tetapi juga kelompok masyarakat lainnya, seperti para pengrajin dan industri

rumahtangga yang mengalami penurunan pendapatan berkisar 20-100%, para

pedagang mengecer di desa-desa pendapatannya menurun antara 20-60%,

pemilik transportasi umum menurun antara 10-35%, para pekerja pariwisata

antara 30-80%, para buruh tani dan buruh bangunan pendapatannya menurun 40-

100% yang disebabkan oleh kehilangan pekerjaan di sentra-sentra

pengembangan pariwisata Denpasar dan Badung.

Bom Bali juga berdampak menurunkan akses pasar para pedagang

produk-produk pertanian dalam arti luas, seperti pemasok sayuran, buah-buahan,

produk peternakan ke hotel-hotel, restoran dan pasar-pasar umum, yang berkisar

antara 30-80%. Pihak purchasing  hotel menurunkan frekuensi kontrak-kontrak

pembelian dengan para pemasok, para pengelola restoran dan masyarakat umum

menurunkan volume pembelian kebutuhan produk-produk bahan pangan di pasar-

pasar umum. Jadi esensi penurunan akses pasar disebabkan oleh hilangnya

pasar atau menurunnya permintaan. Sedangkan penurunan permintaan hotel,restoran karena kunjungan wisatawan turun drastis, sehingga tidak ada

penerimaan dari wisatawan untuk dikeluarkan kembali membeli berbagai macam

kebutuhan bahan pangan atau produk-produk pertanian untuk kebutuhan insan-

insan pariwisata.

Fenomena seperti diuraikan di atas menjastifikasi dan menguatkan temuan

Antara (1999) dimana terdapat keterkaitan erat antara sektor pariwisata dengan

sektor pertanian pada umumnya dalam perekonoian daerah Bali. Implikasinya, jikapariwisata meningkat dan berkembang, maka akan menggeret sektor-sektor

Page 13: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 13/43

ekonomi lainnya untuk berkembang dan maju. Sebaliknya, jika pariwisata terpuruk

seperti pasca Bom Kuta, maka sektor-sektor yang terkait langsung atau tidak

langsung dengan pariwisata, seperti pertanian, industri kerajinan rumahtangga

  juga ikut terpuruk, baik terpuruk dalam pengertian penurunan pendapatan insan-

insan petani atau pengrajin yang berkerja pada sektor tersebut atau terpuruk

dalam sumbangan sektor tersebut terhadap pendapatan regional Bali (PDRB).

Dampak Tragedi Bom Bali lainnya yakni terjadinya banyak pemutusan

hubungan kerja (PHK) bagi tenagakerja yang bekerja di sektor perhotelan,

restauran, transportasi, persewaan mobil dan motor (car/motorcycles rentals ), jasa

keuangan kepariwisataan (money changer ), menurunnya aktivitas jasa-jasa yang

terkait langsung dengan pariwisata, Sedangkan PHK tenagakerja pada industri

kerajinan dan garmen berkisar antara 40-50%. Artinya pada pengusaha

tenagakerja tidak total memPHK pada karyawannya atau ada juga yang bekerja

separuh waktu.

Dampak non ekonomi tragedi Bali 12 Oktober 2002, seperti dampak sosial

(gangguan keamanan) dan dampak psikologis (stress) memang belum tampak ke

permukaan, terkecuali di kota Denpasar sudah tampak ke permukaan berupa

dampak sosial seperti pencurian-pencurian di beberapa kompleks perumahan.

Namun, jika kondisi krisis yang menimpa Bali terus berlanjut, tidak tertutup

kemungkinan akan muncul dampak-dampak sosial dan psikologis yang tidak

diinginkan.

Jadi dapat dikatakan bahwa bom Bali utamanya pasca bom telah

menciptakan „potret buram‟ bagi perekonomian masyarakat Bali pada umumnya

dan perekonomian masyarakat petani pada khususnya, karena menyebabkan

penurunan pendapatan, kehilangan pekerjaan (PHK), kehilangan akses pasar,

akses lembaga keuangan dan dampak sosial-psikologi.

Page 14: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 14/43

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan

Sektor pariwisata dalam pengertian pengeluaran wisatawan memiliki

keterkaitan erat dengan sektor-sektor ekonomi, utamanya sektor pertanian dalam

arti luas, yang ditunjukkan oleh efek pengganda pengeluaran wisatawan terhadap

sektor-sektor perekonomian. Dengan demikian posisi sektor pertanian di Bali

dalam kancah kepariwisataan adalah relatif penting, karena pertanian dengan

berbagai jenis produknya yang diproduksikan oleh sebagian besar petani yang

berdomisili di pedesaan dibutuhkan oleh wisatawan maupun sektor-sektor

ekonomi yang terkait dengan pariwisata.

Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002, utamanya kondisi pasca bom Bali

ternyata telah menciptakan „potret buram‟ bagi perekomian masyarakat Bali pada

umumnya dan perekonomian masyarakat petani pada khususnya, karena

menyebabkan penurunan pendapatan, kehilangan pekerjaan (PHK), kehilangan

akses pasar, akses lembaga keuangan dan dampak sosial-psikologi.

4.2. Rekomendasi

Sektor pertanian di Bali sebaiknya dibina dan dikembangkan dengan

mengusahakan komoditi yang bernilai ekonomi tinggi, tidak hanya untuk pasar

pariwisata, tetapi juga untuk pasar ekspor. Banyak jenis komoditi pertanian dan

peternakan, seperti beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat menyasar

pasar ekspor, tetapi belum banyak diusahakan oleh para petani dan pengusaha

agribisnis Bali.

Pertanian di Bali atau dalam pengertian yang lebih luas „agribisnis di Bali‟

sebaiknya dibina dan dikembangkan menjadi modern agar kelak mampu menjadileading sector untuk mengantisipasi kemunduran sektor pariwisata.

Page 15: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 15/43

DAFTAR PUSTAKA

Acher, B.H. 1991. „The Value of Multiplier and Their Policy Implication;. InManaging Tourism, Edited by Medlik. Butterworth-Heinemann, London. pp.15-30.

Anonim. 1999. „Repelita VI Propinsi Daerah Tingkat I Bali (1994/95-1998/99)‟.Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bali.

Anonim. 2000. „Survey Kepariwisataan di Bali Tahun 2000 Lama Tinggal,Pengeluaran Wisatawan, dan Karakteristik Wisatawan‟. Dinas PariwisataPropinsi Bali.

Anonim. 2001. „Program Pembangunan Daerah Propinsi Bali Tahun 2001-2005,Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi Bali.

Anonim. 2003. „Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD) Propinis Bali Tahun 2004. Pemerintah Propinsi Bali.

Antara, Made. 1999. „Dampak Pengeluaran Wisatawan dan Pemerintah TerhadapKinerja Perekonomian Bali: Pendekatan Social Accounting Matrix. DisertasiDoktor pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Erawan, N. 1994. „Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi (Bali sebagai Kasus)‟. Upada Sastra, Denpasar.

French, Christine, N; Stephen, J. Craig-Smith and Alan Collier. 1995. „Principle of Tourism‟. Longman, Australia. 

Krippendorf, J. 1991. „Toward New Tourism Policies‟. In Managing Tourism, Editedby Edlik, Butterworth-Heinemann, London. pp. 307-317.

LPM UNUD dan UNDP. 2003. „Hasil Survei Dampak Tragedi Bali 12 Oktober 2002Terhadap Perekonoian 45 Desa Adat Penyangga Pariwisata di Bali danIdentifikasi Kebutuhannya‟. Pengkajian LPM Unud dengan UNDP-PBB..

Yotopoulos, P.A. and J.B. Nugent 1978. „Economic of Development EmpiricalInvestigation‟. Harper & Row Publisher. 

Page 16: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 16/43

  16

Lampiran 1. Dampak Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002 Terhadap Perekonomian 45 Desa Adat di Bali

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonom

1 2 3 4

1. Denpasar 1. Penurunan Pendapatan

Dampak terhadap sektor pertanian dapat digolongkan menjadi dua yaitudampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung terutama dialamioleh pertanian yang produksinya langsung ditujukan untuk mensuplaikebutuhan hotel dan restoran yang dihasilkan oleh kelompok tani/subak yangada di desa adat pemogan yaitu Subak Cuculan dan Subak Pemogan dengan

  jenis komoditi yaitu sayur mayur seperti caysin, cabai, kangkung, mentimun,kacang panjang, dan buah seperti semangka dan melon.

Dampak tidak langsung dialami oleh kelompok sasaran (target groups ) diSubak panjer, Subak Renon (Desa Adat Panjer) Subak Pohmanis, SubakTaman (Desa Adat Poh Manis), Subak Temaga (Desa Adat Bekul) yangmengusahakan komoditas pertanian untuk kebutuhan pasar seperti, sepertisayur-sayuran (kangkung, caysin, dll), bunga-bungaan (pacar, tunjung, ratna)dll. Penurunan pendapatan terjadi karena berkurangnya permintaan terhadapkomoditas tersebut di pasar akibat menurunnya daya beli masyarakat sertamenurunnya harga. Penurunan pendapatan yang dialami petani mencapai70% dari sebelum terjadinya pengeboman.

Begitu pula dengan kelompok tani ikan yang mengusahakan komoditas udanggalah dan ikan karper untuk konsumsi hotel mengalami penurunanpendapatan sampai 60%, bahkan sampai periode Desember 2002 belum ada

panen udang untuk hotel. Termasuk kelompok tani ini adalah Subak PohManis dan Subak Taman di desa adat Poh Manis.

2. Kehilangan Pekerjaan

Pemutusan hubungan Kerja (PHK) merupakan salah satu dampak yang timbulakibat penurunan kunjungan tourist ke Bali. PHK tersebut terutama mengenaikaryawan hotel yang bekerja pada hotel-hotel kecil dan sopir pada perusahantravel. Jumlah anggota desa adat yang termasuk dalam golongan ini relatifbanyak, walau belum ada pendataan yang resmi.

1. Sosial

Permasalahan sosyang dialami oseluruh desa adadalah besarn

  jumlah pependatang.

Kehadirannya tidsaja menggangtatanan kehidupmasyarakat Bali yadilandasi filosoTrihita Karana seppembangunan gubgubuk lpenggunaan telajakrumah unberjualan, sepedagang kaki liyang melimp

ditempat-tempatumum, kepadatan llintas semamenjauhkan Bali dkonsep tersebut. 

Disamping itu, terpeningkatan permasalasosial seperti pencurperampokan kejahatan denpemberatan lainnya sebanyaknya jumpengemis gelandangan.

Page 17: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 17/43

  17

Jumlah yang lebih banyak adalah beberapa karyawan hotel atau industrigarmen yang dirumahkan, yaitu karyawan diliburkan karena tidak adanya tamuatau pesanan barang. Selama dirumahkan karyawan tidak mendapatkan gaji,karyawan ini akan dipanggil kembali apabila telah ada tamu atau orderan barubagi industri garmen.

Bagian yang paling banyak dari dampak peristiwa 12 Oktober 2002 terhadapkaryawan adalah berupa pengurangan jam kerja. Karyawan diliburkan untuksementara menunggu kembalinya permintaan akan jasa pelayanan hotel. Hari

kerja masing-masing karyawan berkurang dari 26 HOK menjadi antara 15 –20HOK. Hal ini tentu berdampak bagi pengurangan pendapatan karyawanbersangkutan.

Aktivitas anggota desa adat yang terkena dampak seperti tersebut di atas dimasyarakat berbeda-beda tergantung dari lingkungan, keterampilan,permodalan dan peluang yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tersebut.Seperti target group di Desa adat Panjer karyawan yang kena PHK mencobaberusaha tani, namun kebanyakan dari mereka berusaha dagang sepertimenjadi dagang canang, nasi jenggo dan kue basah.

3. Kehilangan Akses Pasar

Dampak yang luas dialami masyarakat akibat peristiwa 12 Oktober 2002adalah hilangnya akses pasar barang-barang hasil produksi pertanian,industri, dan kerajinan yang mengakibatkan berkurangnya omset penjualan

bahkan ada beberapa industri kerajinan yang mengalami kemandegan pasar.Profil kehilangan akses pasar dari sektor-sektor yang dikaji adalah sebagaiberikut :

Industri Kerajinan, kerajinan kayu dan atau furniture terjadi penurunan omsetantara 40 – 50%.

Tragedi bom Btelah menurunkdaya beli masyaradan berkurangnpeluang kerja bkaum pendatang.

Dimasa mendatakondisi ini akmenambah semaparahnyapermasalahan sosbila tidak dicarik

 jalan pemecahanny

Usaha yang ditempoleh masyarakat aduntuk menanggulamasalah terseadalah dimulainpenertiban terhadpenduduk pendatayang tidak memidentitas dan mapencaharian ya

  jelas, serta upengamanan

masing-masing deadat dengmengadakanpecalang jaga baya

Page 18: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 18/43

  18

Perkiraan Kehilangan Akses Pasar untuk Berbagai Produk di Kota Denpasar

Sektor/Produk

Desa Adat di Kota Denpasar

Pemogan Kepawon Panjer Bekul Poh Manis

Kerajinan

kayu 60% 70% 40% 40% 40%Garmen

80%, madegproduksi

80%, madegproduksi

- - -

Perak/emas - - - 70% 70%

lain - - - - -

Pertanian

sayur mayur 80% 70-80% 40% 40% 50%

Buah-buahan 40% 40% - - -

telor - - - - 40%

daging ayam - - - - 40%

ikan - - - - 60%

bunga - - 40% 30% 30%

Perdagangan

rempah 40% 30% 30-40% 30-40% 30-40%

Canang - - - - -

Tranportasi

Angkutanpariwisata

80 - 90% 80%

Angkutan kota - - - - -

Persewaan mobil - - - - -

Seni Budaya

Gong kebyar - - 80% 80% 80%

wayang - - 70% - -

Topeng - - 70% - -

2. Psikologi

Hampir selurrespondenmenyebutkan adandampak psikoloakibat tragedi bKuta, seperti strekarena kehilang

pekerjaan, atpendapatan yaberkurang, dpenurunan ompenjualan. Akan tetbelum menampakkakibat yang serius.

Page 19: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 19/43

  19

4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan yang sering digunakan oleh masyarakat desa adat adalahLembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dikelola oleh desa adat (75%),sedangkan yang lainnya menggunakan koperasi simpan pinjam (KSP).Masyarakat menggunakan lembaga keuangan antara menabung danmeminjam uang berada pada kondisi yang berimbang. Kecuali di wilayahkepaon lebih banyak menabung.

Masyarakat desa adat umumnya meminjam uang untuk keperluan produktifyaitu modal usaha (60%), dan lainnya menggunakan pinjaman untuk tujuankonsumtif seperti pembuatan rumah dan keperluan upacara agama.

Dampak tragedi 12 Oktober 2002 terhadap likuiditas pengembalian cicilan olehpeminjam terjadi di seluruh desa adat, walaupun sampai saat ini jumlahnyatidak begitu besar yaitu antara 10 –15%.

Langkah yang diambil oleh lembaga keuangan terhadap anggota desa adatyang mengalami hal ini adalah melalui pemberian keringanan bunga (desaadat Panjer, Bekul, dan Poh Manis), sedangkan untuk LPD desa adatPemogan dan Kepaon melakukan resekeduling.

Sampai saat ini masyarakat desa-desa adat di Kota Denpasar tidak merasakehilangan akses lembaga keuangan. 

Page 20: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 20/43

  20

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonom

2. Badung 1. Penurunan Pendapatan

Tragedi Bali 12 Oktober 2002 mengakibatkan penurunan pendapatanmasyarakat desa-desa adat di Kabupaten Badung pada semua sektor usahabaik usaha pertanian, kerajinan, perdagangan, transportasi, pariwisata dansebagainya.

Para pekerja di rafting penghasillannya juga menurun walaupun belum sampaidirumahkan.

2. Kehilangan Pekerjaan

Banyak anggota masyarakat yang kehilangan pekerjaan terutama buruhbangunan sebagian besar menganggur

Mereka yang kerja di bidang pariwisata malahan sudah ada yang mulaidirumahkan.

Seni tari seperti tari kecak, tari legong yang dulu sebelum tragedi seringpentas di hotel sekarang sudah tidak lagi

Para pekerja di hotel/restoran sudah 10 orang yang dirumahkan, industrikerajinan tak ada order.

Bagi mereka yang kerja di restoran dan hotel sudah ada yang dirumahkansebanyak 3 orang yang sampai saat ini masih mengisi kegiatan denganmembantu keluarganya yakni bertani.

Prekuensi angkutan barang juga menurun.

Walaupun sampai kini yang kehilangan pekerjaan masih sedikit, tapimengalami penurunan pendapatan secara drastis akibat hasil yang tidak lakuterjual atau kalaupun laku tapi harga sangat rendah sudah merupakan pukulanyang sangat berat.

3. Kehilangan Akses Pasar

1. Sosial:

Tragedi Kdirasakan tidmemiliki dampsosial, mung

karena dalam sDesa Adat fakfamiliar sangat erat

2. Psikologis Walaupun damppsikologis tidtampak di permukasecara jelas, namstress ini pasti aakibat merosotnpendapatan disemsektor usaha.

Page 21: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 21/43

  21

Harga-harga produk pertanian seperti sayur-mayur, buah-buahan, bunga-bungaan sangat merosot. Misalnya jeruk hanya Rp. 1.500/kilogram. Hasilpertanian (sayur-mayur dan buah-buahan) sulit dijual dan harganya murah.

Dibidang kerajinan kayu (patung), mas, perak dan garmen produknya jaranglaku atau sepi pembeli.

Perdagangan kulakan sayur-mayur frekuensi dan jumlah dagangannya sangatmenurun.

Transportasi pariwisata dan umum tidak jalan, persewaan mobil dan motormacet,

Pemeliharaan ayam potong berhenti karena kehabisan modal.

Usaha galian pasir yang ada di lingkungan desa adat juga sepi.

Pedagang kulakan yang biasanya tiap hari ke pasar 1 –3 kali sekarangfrekuensinya sangat kurang malahan ada yang kepasar 2 atau 3 hari sekali.

4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan

Masyarakat lebih banyak meminjam dari menabung dan cicilan pinjamanterasa agak seret karena kurang lakunya dan rendahnya harga hasil pertanian

Lembaga keuangan seperti kelompok simpan pinjam mengalami kemacetankarena orang menabung atau meminjam uang tidak ada. 

Penarikan tabungan di LPD meningkat sementara peminjaman menurun dan

nampaknya antara yang menabung dan meminjam masih seimbang walaupun jumlah sangat menurun.

Peminjaman dilakukan untuk keperluan bidang pertanian dan menambahmodal usaha dagang.

Cicilan utang agak seret dan untuk mengantisipasinya dilakukan pendekatan-pendekatan. 

Page 22: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 22/43

  22

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonom

3. Gianyar 1. Penurunan Pendapatan 

Penurunan pendapatan sangat terasa bagi yang bekerja di sektor wisata,buruh bangunan dan galian C (batu padas Bonbiyu). Akibatnya, beberaparencana pembangunan, sementara dihentikan dan bahkan ada yangdibatalkan.

Penurunan pendapatan sangat terasa, terutama bagi 80 % warga lima desaadat di Kabupaten Gianyar yang hidup dari kerajinan membuat patung kayu,anyaman/tikar pandan, pembuat batu bata, berdagang barang kerajinan(pengacung), toko souvernir (artshops), pemilik home stay  (tempatpenginapan) dan kaum wanita yang hidup dari kerajinan tangan membuat tasdari lontar. Akibatnya, beberapa rencana pembangunan (Kantor LPD),sementara dihentikan.

2. Kehilangan Pekerjaan.

Banyak warga yang bekerja di sektor pariwisata dirumahkan untuk sementara.Kini mereka kembali menekuni pekerjaan sebelumnya (menjadi perajinpatung), walaupun belum tentu mendapatkan uang seperti yang diharapkan,ini dianggap lebih baik dibanding nganggur sama sekali.

Mereka yang kehilangan pekerjaan (sementara) umumnya beralih menjadipetani, peternak, penggali batu padas dan belajar patung. Walaupun hasilnyatidak seberapa, tetapi pekerjaan ini dapat menutup kebutuhan rumah tangga(beras) sementara. Istilahnya, “ngejar kiloan”. 

Sedangkan untuk sementara yang kehilangan pekerjaan sebagai buruhpengasab (tukang asab ) kembali menggarap sawah sebagai petani.

3. Kehilangan Akses Pasar

Umumnya warga yang hidup langsung dari sektor wisata (perajin, dagangbarang kerajinan, hotel/restoran, rumah penginapan) kehilangan pasar.

1. Sosial

Dampak sosdalam bentgangguan keamanbelum bveg

tampak permukaan, tetawarga desa lebberhati-hati dalamenerima tam(bertempat tinggtetap/sementara).

2. Psikologis

Dampak psikolodalam bentuk streatau sakit jiwa akibtragedi Bali Oktober 2002 ju

belum tampak.

Page 23: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 23/43

  23

Kalaupun satu dua masih ada, keadaannya sangat lesu.

Sekehe kesenian kekurangan order, karena hotel/restoran sepi pengunjung.

4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan

Banyak yang kehilangan akses lembaga keuangan. Bank umum (BPR)yang semula menjadi tempat bersandar, mulai ragu-ragu mengeluarkandana bagi nasabahnya, disebabkan banyak nasabah yang tidak sangguplagi membayar hutang (kecuali bunga saja).

o Dilain pihak, masyarakat lebih banyak yang berkeinginanmeminjam uang dibanding dengan menabung.

o Sementara warga yang telanjur meminjam uang dan tidak mampumembayar, bank memberikan keringanan (untuk sementara hanyamembayar bunga saja).

o Dalam keadaan seperti ini, umumnya warga memilih menghemat.Ada warga yang meminjam uang ke kerabat dekat yang dianggapmampu, tetapi yang paling banyak ke Lembaga Perkreditan Desa(LPD). Alasannya, dekat, jaminannya mudah dan tidak harusmelewati proses administrasi yang rumit.

Page 24: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 24/43

  24

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonomi

4. Tabanan 1. Penurunan Pendapatan

Penurunan pendapatan sangat dirasakan karena mencapai 35  – 50%dibandingkan sebelum tragedi yang terjadi disemua sektor seperti pertanian,industri kerajinan, permintaan menurun 50  – 60%, perdagangan lesu,transportasi penumpang, pariwisata sepi, buruh berkurang lapangankerjanya, peternakan permintaan berkurang.

2. Kehilangan Pekerjaan

Ada anggota masyarakat yang dirumahkan (kerja bergilir) terutama yangbekerja di hotel-hotel dan restoran, misalnya di desa Nyitdah sebanyak 35orang, di desa Kekeran sebanyak 25 orang, di desa adat Marga sebanyak 25

orang dan di desa Kaba-Kaba sebanyak 15 orang, dimana merekasementara bekerja serabutan.  di mana sementara ini mereka masihmenganggur dan ada juga bekerja di pertanian.

Masyarakat ada kehilangan pekerjaan dalam bentuk dirumahkan, untuksementara ini mereka mengalihkan kegiatan nya dengan berusaha tani danbeternak babi dan ayam.

Ada anggota masyarakat yang terkena pemutusan kerjasementara/dirumahkan sejumlah 25 orang.

3. Kehilangan Akses Pasar

Di desa adat Nyitdah yang sebagian besar penduduknya sebagai pekerjapengrajin genteng/batu bata dan anyaman sangat merasakan sekali dampaktragedi bom Kuta yang berpengaruh pada kehilangan/penurunan aksespasar yang mencapai 50%.

Sektor pertanian yang meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, telur,permintaan pasar melemah/menurun, sehingga terjadi penurunan omset 40

1. Sosial

Sampai saat survedilakukan belum adadampak sosiapsikologis yangmunculkepermukaan.

Gangguan keamanansampai saat ini tidakada.

Gangguan keamanannanti diperkirakanada karena berbagaisu bisa masuk kemasyarakat.

Usahapenanggulangannyaadalah denganmenciptakanlapangan kerja jugamemberikanmotivasi.

2. Psikologi

Dampak psikologiyang mengarah padastres/sakit dansejenisnya ternyatatidak ada.

Page 25: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 25/43

  25

 – 50%.

Bagi masyarakat desa adat Kekeran, terjadi di sektor kerajinan kayu dangarment karena adanya penurunan omset dan kemandegan order.

Sektor kulakan seperti jual beli babi, sapi, padi kebutuhan rumah tanggapermintaannya sangat rendah dan daya beli masyarakat sangat kecil.

Sektor pertanian, sayur-sayuran permintaan pasar menurun, telor, dagingayam, babi, pasarannya lesu harga menurun. Padi dan hasil olahan

menurun.Dalam bidang transportasi baik angkutan pariwisata, angkutan kota,penyewaan mobil, dan angkutan barang banyak yang menganggur karena

 jarang memperoleh penumpang.

Dalam bidang seni budaya seperti seni tari/tabuh kesempatan pentas dihotel berkurang karena tidak ada tamu.

Sektor bahan galian batu padas daya beli masyarakat berkurang.

4. Akses Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan yang seding diakses yaitu: BPR, LPD, KUD danKoperasi Simpan Pinjam.

Masyarakat lebih banyak meminjam daripada menabung yangumumnya digunakan untuk keperluan membeli saprodi/saprotan,

usaha/dagang dan keperluan upacara keagamaan.

Sampai saat ini ada cicilan utang masyarakat tidak terbayar karenatragedi 12 Oktober 2002. Oleh karena pendapatan mereka sangatkecil, hal itu ditanggulangi dengan memberikan kemudahanmembayar pinjaman angsuran bunga saja dan perpanjangan waktuserta kompensasi.

Page 26: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 26/43

  26

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonomi

5. Jembrana 1. Penurunan Pendapatan

Pendapatan masyarakat menurun sekitar 50-70%, khususnya di sektorpertanian, perdagangan, transportasi, pariwisata dan buruh.

Buruh tani dan buruh bangunan hampir tidak ada pekerjaan yang harusdikerjakan (nganggur) sehingga pendapatan menurun sampai 100%.

2. Kehilangan Pekerjaan

Tenaga kerja yang bergerak disektor pariwisata sebagian ada yangdirumahkan dan sebagian ada yang di PHK.

Tenaga kerja informal seperti tukang bangunan sama sekali tidak adapekerjaan. Tenaga kerja di sektor industri banyak terkena PHK dandirumahkan, namun ada juga yang telah dipanggil kembali.

3. Kehilangan Akses Pasar

Kehilangan akses pasar 50-60% untuk berbagai macam produk, sepertiproduk-produk hortikultura yaitu manggis, durian, melon, semangka, kacangpanjang, jagung, kelapa muda, janur, telor, ayam kampung, ikan dan lain-lain. Sebelum tragedi Kuta akses pasar produksi tersebut sangat lancar danharganya mahal, tetapi sekarang sepi tidak ada pembeli.

Dalam bidang pertanian harga hasil pertanian seperti pisang, daun pisang,  janur harga menurun dan sulit dijual. Demikian pula terhadap hasilpeternakan (sapi, kambing, babi dan ayam) terjadi penurunan harga dansulit pemasaran karena daya beli masyarakat menurun sampai 60 %.

Pedagang kulakan (daun pisang, kelapa muda, janur, slepan/daun kelapatua, buah kelapa muda) frekuensi ke Denpasar turun dari setiap hari menjadihanya dua kali seminggu.

Perdagangan kulakan (5 orang) sangat menurun akses pasar, dimana

1. Sosial

Sampai saat inbelum dirasakanadanya dampakgangguankeamanan, namunantisipasi denganmengaktifkansiskamling terusdiupayakan.

2. Psikologi

Dampak psikologissecara nyatatidak/belum tampaknamun pasti adapengaruhnya traged

Kuta sebagai akibasulitnyaperekonomianmasyarakat.

.

Page 27: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 27/43

  27

frekuensi ke Denpasar (pasar Anyar) hanya 2-3 hari sekali.

Kerajinan ukiran tidak ada pemesan. Sayuran seperti paku, daun ketelapohon muda, buah-buahan (pisang, ketela muda), ayam pedaging harganyaanjlok/murah.

Persewaan mobil (2 buah) tidak laku dan mobilnya sekarang ada di Desayang sebelumnya di kota.

Truk angkutan barang ke Jawa pun banyak yang nongkrong karena order

sepi.Bahan galian (pasir) tidak ada yang membeli.

Dalam bidang seni budaya, kesenian jegog yang sering pentas ke hotelsekarang stop total.

4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan

Akses lembaga keuangan (LPD dan simpan pinjam) tetap beroperasi,namun kebanyakan masyarakat menarik tabungan atau meminjam denganbesar pinjaman di bawah Rp. 750.000,00.

Penabung hampir tidak ada pada kondisi pasca tragedi Kuta ini.

Sementara belum ada yang menunggak cicilan dan dimasa mendatang bilaada yang tidak mencicil utangnya, petugas LPD akan memberikan

peringatan dan mendatangi dan terakhir baru dijalankan sangsi adat. 

Page 28: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 28/43

  28

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak NonEkonomi

6. Buleleng 1. Penurunan Pendapatan

Sektor pertanian dalam arti luas yang meliputi: tanaman tanaman pangan

terutama hortikultura (seperti rambutan, anggur, durian dan lain-lain),perkebunan, perikanan,dan peternakan adalah salah satu sektor yangmengalami dampak yang cukup nyata akibat tragedi Bom Bali, duperkirakanmengalami penurunan pendapatan berkisar antara 30 –40%.Penurunan pendapatan tersebut disebabkan oleh penurunan permintaan akanhasil pertanian terutama yang dikonsumsi di hotel dan restoran.

3. Kehilangan Pekerjaan

Pemutusan hubungan Kerja (PHK) merupakan salah satu dampak yang timbulakibat penurunan kunjungan tourist ke Bali, dialami oleh karyawan yang bekerjapada hotel-hotel kecil dan sopir travel. Jumlah anggota desa adat yang termasukdalam golongan ini persentasenya relatif sangat kecil.

Jumlah yang lebih banyak adalah beberapa karyawan hotel atau industri garmenyang dirumahkan, yaitu karyawan diliburkan karena tidak adanya tamu ataupesanan barang. Selama dirumahkan karyawan tidak mendapatkan gaji,

karyawan ini akan dipanggil kembali apabila telah ada tamu atau orderan barubagi industri garmen.

Pengurangan jam kerja banyak dilakukan oleh hotel dan rerstorasn ataudiliburkan untuk sementara menunggu kembalinya permintaan akan jasapelayanan hotel.

Aktivitas anggota desa adat yang terkena dampak trafedi Bali 12 Oktoberberbeda-beda tergantung dari lingkungan, keterampilan, permodalan danpeluang yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tersebut. Seperti di DesaPemuteran karyawan hotel lebih banyak mendapat pengurangan jam kerja,yaitu bekerja sekitar 10 hari per bulan.

3. Kehilangan Akses Pasar 

1. Sosial

Sampai saat inbelum dirasakanadanya masalahsosial berupagangguankeamanan akibabom Bali 12Oktober 2002.

Penjagaankeamanandilingkungandesa adadilakukan denganronda yangsifatnya

insidental..Dilakukannyapenertibanterhadappendudukpendatang yangtidak memilikidentitas danmata pencaharianyang jelas, sertaupayapengamanan dmasing-masing

Page 29: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 29/43

  29

Hilangnya akses pasar produk-produk pertanian, industri dan kerajinan yangmengakibatkan berkurangnya omset penjualan, bahkan ada beberapa industrikerajinan yang mengalami kemandegan pasar. Profil kehilangan akses pasardari sektor-sektor yang dikaji adalah seperti disajikan pada Tabel berikut.

Perkiraan Kehilangan Akses Pasar Beberapa Komoditas Perdagangan di LimaDesa Adat di Kabupaten Buleleng

Sektor/Produk

Desa Adat

Menyali Sudaji SawanSumber

Kelampok Pemuteran Kisaran

Kerajinan

Kayu 40% 40% 40% 50% 50% 40-50%

Garmen - - - - --

Aluminium 40% - - - - 40%

Gong - - 80% - - 80%

Besi (sabit,kapak,parang)

- 30% 40% - -30-40%

Anyaman bambu 30% 30 % 30% - - 30%

Pertanian

sayur mayur - - - - - -

Buah-buahan 40% 40% 40% -- 40% 40%

Telor - - - - --daging ayam - - - - - -

Ikan - - - 40% 40% 40%

Perdagangan

Bakulan 30% 30% 30% 40% 40% 30-40%

Sovenir - - - 80% 80% 80%

Tranportasi

Angkutan pariwisata(darat/laut)

- - - 80 % 80%80%

Angkutan kota 30 % 30% 40% 40% 40% 30-40%

Persewaan mobil - - - 80% 80% 80%

Seni Budaya

Gong kebyar/Seni 100% 100% 100% 90% 90% 90-100%

desa adat denganmengadakanpecalang jagabaya.

2. Psikologi

Hampir seluruhrespondenmenyebutkanadanya dampakpsikologisterhadapkejiwaanmasyarakt akibattragedi Bom Baliseperti stresskarenakehilanganpekerjaan, ataupendapatan yangberkurang, danpenurunanomset. Akantetapi belum

menampakanakibat yangserius.

Page 30: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 30/43

  30

Tari

Joged Bungbung - 40% - - - 40%

Salon kecantikan 30 % - - - - 30%

Diving - - - 80% 90% 80-90%

4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan yang sering diakses oleh masyarakat desa adalah LembagaPerkreditan Desa (LPD) yang dikelola oleh desa adat (80%), sedangkan yang

lainnya menggunakan Bank umum seperti BRI dan BPD.Masyarakat desa adat sasaran lebih banyak memanfaatkan lembaga keuanganmeminjam uang dari pada menabung.

Masyarakat desa adat umumnya meminjam uang untuk keperluan produktif yaitumodal usaha (60%), dan lainnya menggunakan pinjaman untuk tujuan konsumtifseperti pembuatan rumah dan keperluan upacara agama.

Kemampuan pengembalian cicilan oleh peminjam menurun antara 10 – 15%.

Langkah yang diambil oleh lembaga keuangan terhadap anggota desa adatyang terkena dampak adalah pemberian keringanan bunga.

Page 31: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 31/43

  31

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonom

7. Bangli 1. Penurunan Pendapatan

Penurunan pendapatan sebagai akibat Tragedi Bali 12 Oktober 2002 terjadi

pada berbagai sektor ekonomi, yaiti :

No Sektor/Kegiatan Perkiraan Penurunan Pendapatan1 Pertanian dalam arti luas 20-65%2 Industri kerajinan 20-100%3 Perdagangan 20-60%4 Transportasi 10-35%5 Pariwisata 30-80%6 Buruh 30-50%7 Pertukangan 30-40%

2. Kehilangan Pekerjaan

Walaupun belum ada kehilangan pekerjaan, namun ada beberapa orang yangbekerja di sektor pariwisata yang dirumahkan. Mereka yang dirumahkan kembali

ke desa tanpa pekerjaan yang pasti atau bertani seadanya dan membantukeluarga di desa.

3. Kehilangan Akses Pasar

Kehilangan akses pasar secara umum berupa penurunan omset dalam berbagaisektor. Pada sektor industri berupa penurunan omset sebesar 30 - 40 % untukkerajinan kayu. Sedangkanuntuk anyaman bambu omsetnya menurun (60 - 90%) di Sribatu dan Tanggahan Peken.dan macet penjualannya untuk kerajinanperak.

Hal yang lebih serius lagi terjadi di sektor pertanian, yaitu: penurunan omsetpenjualan ikan 30-40 %, sapi 40-65 % dan babi 45-65 %.

Pedagang warung mengalami penurunan omset penjualan sampai 50%.

1. Sosial

Gangguan

keamanansampai saat belum ada wilayah desdesa adsampel.Tampaknyamereka masdapatmengendalikandiri.

Apabila kondseperti berlanjut terumakadiprediksikanakan terjagangguankeamananberupa pencuridan kenakalremaja sepemabuk-mabukakarena frustasi.

Page 32: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 32/43

  32

Transportasi angkutan barang mencapai penurunan hasil 35 - 65 %

4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan yang sering dan banyak diakses oleh masyarakat adalahLPD dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Hal ini dilakukan karena lebih mudahprosesnya dan lebih cepat.

Pada umumnya masyarakat lebih banyak meminjam uang untuk keperluan usahadan upacara keagamaan.

Sebagai akibat tragedi 12 Oktober 2002 ada beberapa cicilan yan macet. Hal ini

disebabkan karena penjualan hasil pertanian mengalami penurunan yang sangattajam dan demikian pula penghasilan buruh serta pertukangan.

Sampai saat ini belum terjadi kehilangan akses lembaga keuangan.

Dampak Tragedi Bali 12 Oktober 2002 Terhadap Perekonomian Desa Adat di Kabupaten Bangli

Dampak pada Desa AdatManuk

Desa AdatTanggahan Peken

Desa AdatSribatu

Desa AdatSekardadi

Desa AdatBuahan

Kisaran

1 2 3 4 5 6 7A. Ekonomi

1. Penurunanpendapatan

Pertanian 60 % 20 % 65 % 40 % 60 % 20-65%

Kerajinan 20 % 90 % 30 % 100 % 30 % 20-100%

Perdagangan 20 % 25 % 60 % 60 % 40 % 20-60%

Transportasi 35 % 30 % 25 % - 10 % 10-30%

Pariwisata 30 % 60 % - 80 % 60 % 30-80%

Buruh 40 % 30 % - 50 % 40 % 30-40%

Pertukangan 40 % 30 % - 40 % - 30-40%

2. KehilangnPekerjaan 

PHK tidak tidak tidak ada tidak Adasedikt

Dirumahkn ada ada tidak ada ada banyak

3. KehilangnAkses pasar Industri

Krj kayu 20 % 15 % 70 % 100 % 60 % 15-

 

Jika terjagangguankeamanandimasa

mendatang,rencanapenanggulangaya dapdilakukan mela

  jaga pengaktifanpenyuluhantentang hukudan aktivitpecalang.

2. Psikologi

Sampai saat gangguanpsikologis sepestres atau sa

  jiwa tampak wilayah deadat. 

Namun perasatrauma dkhawatir akkondisiperekonomianyang tidak akpulih sang

Page 33: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 33/43

  33

100%

Garmen - - - 70 % - 70%

Emas/perk 100 % 15 % - - 30 % 15-100%

Pande besi - - - 40 % 20 % 20-40%

Anyamanbambu

- 90 % 60 % - - 60-90%

1 2 3 4 5 6 7Pertanian

Sayuran - 15 % 80 % 30 % 60 % 15-80%

Buah - - 70 % 40 % 30 % 30-70%Telor - - 30 % - - 30%

daging / ayam - 20 % - - 10 % 10-20%

Ikan 30 % - - - 40 % 30-40%

Sapi 45 % - 40 % 40 % 65 % 40-65%

Babi 45 % - 40 % 50 % 65 % 40-65%

Perdgangn 

Dagangwarung

50 % - - - -

Kulakan ikan - - - - 60 % 60%

Kulakansayur

- - - 25 % 65 % 25-65%

Kulakan buah - - - 20 % - 20%

Transportsi 

Angkutanpariwisata

- - - - - -

Angkutankota

- - - - - -

Angkutanbarang

35 % 65 % 50 % 50 % 40 % 35-50%

Seni budaya - - - - - -4. Kehilangnakseslembagakeuangan

tidak tidak tidak tidak tidak Tidakada

Yang seringdigunakan

LPD, Kop.Simpanpinjam

LPD,Kop.

Simpanpinjam

LPD, LPD, Bank,Kop.

Simpanpinjam

LPD,Kop,

Simpanpinjam

Menabung/  meminjam meminja meminja meminja meminja meminj

dirasakan olmasyarakat. 

Page 34: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 34/43

  34

meminjam m m m m am

Untuk apa Usaha/ upacara

usaha/ upacara

usaha/ upacara

usaha/ upacara

usaha/ upacara

Usaha/ Upacara

1 2 3 4 5 6 7

Cicilan macet ada ada tidak tidak ada Adasebagian 

Jika adabagaimanamengatasi

- - - - - -

Hilangkepercayaan

tidak tidak tidak tidak tidak Tidakada

B. Non Ekonomi

Sosialo Gangguan

keamanan saatini

tidak tidak tidak tidak tidak Tidakada

o Gangguankeamanan nanti

ada ada ada ada ada Ada

o Usahapenanggulangan

 jagamalam / pecalang

 jagamalam / pecalang

 jagamalam / pecalang

 jagamalam / pecalang

 jagamalam / pecalang

Jagamalam/ pecalang

Psikologi belum belum belum belum belum belum

Stres/sakit jiwa tidak tidak tidak tidak tidak Tidakada

Page 35: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 35/43

  35

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonomi

8. Klungkung 1. Penurunan Pendapatan:

Pada ketiga kelompok (Pengurus Desa Adat, kelompok penyajian dankelompok wanita) terjadi penurunan/kehilangan pendapatan pada semuabidang pertanian, industri, kerajinan, perdagangan, transportasi, buruh danpariwisata, buruh, tukang sebesar 30-50%.

Untuk kelompok wanita pembuat jajan mengalami penurunan pendapatansekitar 75 %.

Sedangkan pada kelompok pengrajin emas pendapatannya berkurang sekitar50 %.

2. Kehilangan Pekerjaan:

Di Desa Adat Besan juga ada dirumahkan, pekerjaannya sementaramembantu orang tuanya dan menjadi buruh.

Masyarakat desa adat Besan yang kehilangan pekerjaan sekitar 35 orang

yang sebelumnya bekerja di bidang pariwisata. Pekerjaan yang digelutisementara adalah membantu orang tuanya dan ada sebagian kembali bertanidan ada juga yang masih menganggur.

3. Kehilangan Akses Pasar

Kelompok wanita pembuatan gula merah yang biasanya menerima pesanan25 kg per dua minggu (50 kg/bulan), dengan adanya tragedi 12 Oktober 2002belum pernah menerima pesanan.

Kelompok wanita penenun mengalami penurunan omset penjualan, biasanyaterjual Rp. 10 000 000 setelah tragedi Bali menjadi Rp. 4 000 000 per 3 hariatau mengalami penurunan sebanyak 60%.

1. Sosial

Sampai saat intidak ada gangguankeamanan di desaadat ataukeamanan tetapstabil.

Jika kondisi terusbegini, merekamemprediksi akanada gangguankeamanan, sebabpeningkatanpengangguranakibatnya macammacam, baik itutimbul pencuriandan sebagainya.

Usahapenanggulangankeamanan olehmasyarakat, yaituberusaha untukmenciptakanlapangan kerjameningkatkanaktivitas pecalangdesa adat

Page 36: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 36/43

  36

Kelompok pengrajin payung mengalami penurunan omset penjualan sebanyak25 %.

Kelompok pengerajin kayu mengalami penurunan omset sebesar 33%, yangbiasanya menerima orderan Rp. 1.500.000 per bulan mengalami penurunanmenjadi Rp. 1.000.000 perbulan.

Kelompok wanita penanam rumput laut yang biasanya Rp. 100.000 per harimenjadi Rp. 50.000 sehingga mengalami penurunan omset sebesar 50%.

Kelompok pengrajin kayu mengalami penurunan omset yang sebelumnya

mendapat pesanan sekitar 2-3 juta rupiah, tetapi sekarang hanya Rp. 500 000berarti sekarang ada penurunan 75 %.

Demikian pula pada pengrajin emas juga mengalami penurunan sekitar 25-40%. Kelompok gula merah dan semut juga mengalami penurunan omset,yang biasanya setiap bulan menerima pesanan 50 kg/bulan, tetapi sekarangbelum ada pesanan sama sekali.

4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan yang sering digunakan/diakses oleh masyarakat desaadalah BPR, LPD dan Usaha Simpan Pinjam di masing-masing banjar adat.

Dengan adanya tragedi 12 Oktober 2002, masyarakat lebih banyak yangmeminjam daripada menabung.

Umumnya masyarakat meminjam uang untuk keperluan usaha dagang dan

ada pula dipergunakan untuk keperluan upacara keagamaaan.

Sejak tragedi bom di Kuta ada beberapa orang yang tidak dapat mencicilutang akibat usaha macet.

Cara mengatasi masalah tersebut Bendesa adat memberikan arahan supayaberusaha untuk melunasi dengan pindah profesi.

Tidak ada kehilangan akses lembaga keuangan karena hilangnyakepercayaan, karena kepercayaan masih tetap stabil.

2. Psikologi

Sementara ini tidakada yangstres/sakit karenatragedi Kuta

Page 37: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 37/43

  37

No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonomi

9. Karangasem 1. Penurunan Pendapatan

Tragedi Bali 12 Oktober 2002 berpengaruh terhadap penurunan pendapatanmasyarakat di lima desa adat di Kabupaten Karangasem, karena terjadinyapenurunan harga-harga produk yang mereka hasilkan, seperti kacang tanah,kacang merah, dan jagung, dll. Misalnya harga mangga turun dari Rp 1500menjadi Rp 1200.

Penurunan pendapatan sangat dirasakan oleh orang-orang yang bekerjalangsung di sektor pariwisata, khususnya bagi yang di PHK.

Masyarakat Desa Culik yang banyak menekuni industri kerajinan sebagaisumber mata pencaharian, seperti kerajinan Saab Gore, Bokor Mote , anyamanlontar, menulis di atas +daun lontar, ukir kayu, emas dan perak, grantang danmelukis diatas alat musik bamboo merasakan penurunan pendapatan, karenapenurunan omset penjualan.

Pada sektor pariwisata, penurunan pendapatan dirasakan oleh para pemiliktransportasi. Sebelum tragedi bom banyak diantara penduduk, baik yangmemiliki transportasi umum seperti bemo atau carry maupun pemilik mobilpribadi menunggu tamu di perempatan Desa Culik, kemudian mengangkutnyake tujuan wisata Amed, namun setelah tragedi bom tidak ada lagi tamu,sehingga praktis penghasilan mereka menurun.

Para pekerja tukang massage, yang jumlahnya kurang-lebih 10 orang jugapraktis kehilangan pendapatan, karena tidak ada lagi tamu yang dimassage.

Retribusi yang masuk Desa Adat dari truk yang mengangkut galian C jugamenurun. Sebelum tragedi Bom perhari retribusi bisa mencapai Rp 50.000 (pertruk dikenakan retribusi Rp 5000 ), sekarang kondisinya sepi.

2. Kehilangan Pekerjaan 

1. Sosial

Di lima desa AdatKabupatenKarangasemsampai saat intidak adagangguankeamanan,segalasesuatunya yangmenyangkutkeamananberjalan secarabiasa.

Adapun usahausaha yangdilakukan yaitudenganmeningkatkansiskamling.

2. Psikologis

Tidak adamasyarakat desayang menderitagangguanpsikologis sepertstress maupun

Page 38: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 38/43

  38

Memang tidak ada data yang pasti tentang orang yang kehilangan pekerjaanakibat tragedi bom 12 Oktober 2002. Umumnya yang kehilangan pekerjaanmereka yang mempunyai akses langsung dengan kegiatan pariwisata, sepertitukang massage yang bekerja di Amed (sekitar 10 orang), namun tidak diketahuiapa pekerjaan mereka sekarang.

Pemilik kendaraan pribadi (semacam rent car) maupun transportasi umumkekurangan tamu, terutama tamu ke obyek pariwisata Amed, Bunutan atauTulamben. Sekarang ini mereka hanya meladeni penumpang lokal.

Ada sekitar 30 hotel di Obyek pariwisata Bunutan yang banyak pekerjanyaberasal dari desa adat Culik, sementara ini mereka dipekerjakan separuh waktuatau hanya 15 hari kerja dalam sebulan.

Menurut ketua kelompok pengerajin Darma Hasta Karya yang juga membidangisanggar tari, yang biasanya mendapat job menari di Hotel atau merias di Hotel,sementara ini sepi order.

Kerajinan kendang  yang bisanya dalam sebulan pasti ada tamu yang datangpaling sedikit 3 orang, namun sekarang tidak ada sama sekali, kegiatansekarang hanya meladeni pesanan untuk keperluan lokal (kendang untuk orangBali).

Ibu-ibu rumah tangga yang tadinya dapat tambahan penghasilan dari membuatkerajinan lontar tamas, sekarang ini tidak lagi mendapat uang tambahantersebut.

Menurut Jero Gede Pasek Gunadi, diantara penduduk Desa Adat yang bekerjadi Hotel atau restauran, baik yang bekerja di obyek pariwisata sekitarnyamaupun yang bekerja di luar daerah seperti Denpasar, ada sekitar 20-an orangyang tampak pulang ke Desa. Sementara waktu ini karena ada kegiatanNgayah di Pura, mereka ikut ngayah (bekerja membantu kegiatan di Pura) dansesekali mereka tampak juga pergi ke luar kota.

Beberapa penduduk Desa Adat Tukad besi ada yang kehilangan pekerjaansebagai buruh. Ada sekitar 40% penduduk bekerja keluar desa sebagai buruhbangunan di proyek-proyek di Denpasar, menjadi sopir bemo, sopir trukpengangkut bahan bangunan (galian C). Barangkali karena pembangunanbanyak yang mandeg karena tragedi bom, banyak diantara buruh-buruh itu yangpulang kampung. Menurut Ketut Sukartini dan Nengah Duduk (pedagangkacang-kacangan yang juga istri Kepala Desa), diantara mereka yang pulang

sakit yangdisebabkan olehtragedi bom 12Oktober.

Page 39: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 39/43

  39

ada yang bekerja menjadi buruh pengupas kacang tanah, meski dengan upahyang hanya sekitar Rp 2.000 perhari.

3. Kehilangan Akses Pasar

Akses pasar yang hilang dan menurun diantaranya. pasar untuk kerajinan lontarmenurun dan hampir tidak ada akses, persewaan mobil/motor terutama untuktamu-tamu pariwisata yang datang secara perorangan yang tidak membawakendaraan sendiri, akses pasar ini mandeg karena tidak ada tamu (pariwisata),dan seni tari dan seni tabuh (seni budaya). Untuk kerajinan emas dan perak,akses pasarnya menurun karana omset penjualan menurun drastis.

Angkutan pariwisata dan persewaan mobil yang berkaitan dengan kedatangantamu hampir tidak ada akses pasar sama sekali.

Restauran yang dikelola oleh Bapak Mahendera meskipun letaknya agak jauhdari Tulamben, sebelum tragedi bom umumnya dikunjungi wisatawan 3 sampai4 orang, sekarang sama sekali tidak ada. Dengan adanya tamu yang mampir,beliau juga mendapat penghasilan dari mengantar tamu dan transportasi, karenaumumnya tamu-tamu mau diantar ke Tulamben untuk diving, sekarangpenghasilan itu tidak ada lagi.

Bapak Gede Wirdana (Pedagang dan pengerajin lontar) mengemukakan bahwaomset kerajinannya tamas, aledan, sampian penjor menurun hingga 50%.

Pedagang kulakan dari desa adat setempat yang menjual hasil-hasil bumiseperti kelapa dan janur, biasanya mengirim dagangannya ke luar daerah setiaphari, namun sekarang hampir tidak mengirim dagangan. Usaha penanggulanganyang dilakukannya adalah dengan menjual makanan ternak/ babi.

Karyawan divisi restaurant dan room Hotel berbintang milik investor Jepang diTulamben, mengemukakan bahwa sejak peristiwa 12 Oktober tidak ada tamuyang datang menginap, benar-benar sepi.

Permintaan bahan galian C sepi dan menurun hingga 20%. Sebelum peristiwabom, di Galian C Desa Muntig ada pengusaha Galian C yang menggunakanmesin, perusahaan ini cukup banyak dapat menyerap tenaga kerja/tukangosek pasir dari Desa Adat setempat . Puluhan orang bekerja mengosek pasir,

Page 40: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 40/43

  40

mereka masing-masing bisa mendapatkan penghasilan paling sedikit Rp 5000dalam seharinya. Namun sekarang dengan tidak beroperasinya pengusahayang menggunakan mesin di Galian C tersebut , pekerja menjadi kehilangansalah satu sumber mata pencahariannya. Untuk menanggulangi kondisitersebut, mereka mengumpulkan pasir denga berkelompok secara manual,sehingga masing-masing mereka mendapat sekitar Rp.2000 per hari.

Harga ternak sapi menurun, yang biasanya pada saat hari raya lebaran hargasapi meningkat, namun sekarang ini harga sapi menurun. Sapi-sapi dari desa

adat ini biasanya dipasarkan di tiga tempat yaitu pasar hewan Beringkit , pasarhewan Rubaya, dan pasar hewan Bebandem.

Komoditi jagung manis sebelum tragedi Kuta harganya bagus dan laku keras,tetapi sekarang sepi pembeli dan harga menurun, akhirnya petani kembalimenanam jagung lokal.

Harga babi juga menurun drastis, dan tidak ada yang membeli. Sebelum tragedibom biasanya pasaran untuk babi kecil yang masih hidup ( sekitar berat 6 kg )harganya bisa mencapai Rp 150.000, namun sekarang hanya terjual denganharga sekitar Rp 50.000 dan juga tidak ada pembeli.

Produksi kacang tanah desa Tukad Besi yang biasanya di pasarkan ke Tabananatau Denpasar oleh pedagang setempat (pengumpul), atau kadang-kadangdicari oleh beberapa pedagang dari luar desa adat, namun sekarang kondisinyaagak seret dan harga cenderung menurun, misalnya harga kacang tanah keringyang masih berkulit sebelumnya adalah Rp 3500, sekarang ini paling tinggi bisa

dipasarkan hanya dengan harga Rp. 3250.Dalam bidang perdagangan tampak sekali ada dampak dari tragedi bom 12oktober 2002, yaitu selain harga menurun juga berpengaruh dalam jumlahpengiriman, yang biasanya kirim setiap hari menjadi hanya 5 kali saja dalamsebulan karena sepi pembeli. Misalnya, perdagangan “Jajan Gina” (jajan untukkebutuhan upacara agama) yang berjualan di pasar Culik, sebelum peristiwabom untuk kebutuhan upacara Hari Raya, mulai dari Hari Raya Sugihan,Galungan, Kuningan, hingga Purnama Kelima, umumnya ia bisa menjual danmembuat jajan hingga 700 kg ketan, namun sekarang 400 kg ketan saja tidakhabis terjual.

Akses pasar yang hilang diantaranya: Pasar untuk jagung manis yang muda(pertanian), Babi kecil (perdagangan), Persewaan mobil / motor terutama untuktamu-tamu pariwisata yang datang secara perorangan yang tidak membawa

Page 41: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 41/43

  41

kendaraan sendiri, akses pasar ini mandeg karena tidak ada tamu (pariwisata),Seni tabuh ( seni budaya ).

4.  Kehilangan Akses Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan yang umumnya diakses adalah Bank Umum, BPR, LPD,

KUD dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP).Mereka meminjam uang umumnya untuk usaha/dagang.Setelah peristiwa bom, ada diantara mereka yang menunggak cicilan, dan untukmenanggulangi keadaan tersebut, pihak lembaga keuangan melakukanpendekatan kekeluargaan dengan yang bersangkutan ( pihak yang berhutang ).Tidak ada pengaruh tragedi bom 12 Oktober terhadap akses ke LembagaKeuangan. Dalam artian tidak sampai menyebabkan hilangnyakepercayaan Lembaga Keuangan tersebut terhadap masyarakat.

Sumber: LPM UNUD dan UNDP-PBB (2003), penulis sendiri termasuk salah satu peneliti di dalamnya.

Page 42: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 42/43

  42

Lampiran 2. Desa-Desa Adat Sampel Pengkajian “Dampak Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002” 

No Kabupaten Kecamatan No Desa Adat1 Denpasar Denpasar Selatan 1 Pemogan

2 Kepawon3 Panjer

Denpasar Timur 4 Penatih Dangin Puri5 Poh Manis

2 Badung Petang 6 Sidan7 Auman8 Batulantang

Abiansemal 9 Sedang10 Karangdalem

3 Gianyar Blahbatuh 11 BonbiuPayangan 12 KertaTegallang 13 Kelabang ModingGianyar Kota 14 KembenganUbud 15 Nyuh Kuning

4 Tabanan Marga 16 Kekeran-Selanbawak17 Kuwum Ancak18 Marga

Kediri 19 Kabakaba20 Nyitdah

5 Jembrana Pekutatan 21 Pangyangan22 Pengeragoan Dauh Tukad23 Medewi

Mendoyo 24 Pergung25 Tegalcangkring

6 Buleleng Sawan 26 Menyali27 Sudaji28 Sawan

Gerokgak 29 Pemuteran30 Sumber Kelampok

7 Bangli Susut 31 Manuk32 Tanggahan Peken33 Sribatu

Kintamani 34 Sekardadi35 Buahan

8 Klungkung Dawan 36 Besan37 Dawan38 Sampalan

Nusa Penida 39 Batununggul40 Kutampi Kaler

9 Karangasem Abang 41 Tukad Besi

42 Culik43 Tista

Kubu 44 Muntig45 Kubu

Sumber: LMP UNUD dan UNDP-PBB (2003), Penulis sendiri sebagai principle investigation di dalamnya.

Page 43: Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1

5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potret-ekonomi-bali-pasca-tragedi-bom-kuta1 43/43

  43

Lampiran 3. Metodologi Pengkajian “Dampak Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002Terhadap Perekonomian 45 Desa Adat di Bali” 

Lokasi Pengkajian

Untuk keperluan pengkajian, lokasi kajian dilakukan pada 9 kabupaten/kota yangada di Bali. Selanjutnya pada masing-masing kabupaten/kota dipilih secara purposive 

sampling  (sengaja) sebanyak 5 desa adat penyangga pariwisata yang menjadi lokasikajian. Jadi jumlah desa adat yang terpilih sebagai sampel adalah sebanyak 45 desa adat(Lampiran 2) di seluruh Bali, yang memenuhi kriteria :

1. Desa adat penyangga pariwisata yang terkena dampak, seperti desa-desa produsenbarang-barang kerajinan, desa pertanian yang menunjang industri pariwisata, dan lain-lainnya.

2. Tidak pernah atau tidak sedang menerima bantuan dari donor lainnya

Sampel Pengkajian/Responden

Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelompok-kelompok

masyarakat yang ada di desa adat yang terpilih sebagai sampel, diantaranya :1. Kelompok pengurus desa adat.2. Kelompok pengrajin atau kelompok usaha.3. Kelompok wanita.4. Kelompok pekerja yang terkena dampak.5. Kelompok lain yang relevan untuk kajian ini.Dalam setiap desa adat ditetapkan minimal 3 kelompok masyarakat (bisa lebih sesuaidengan kebutuhan kajian) yang diwawancarai. Jadi, sekurang-kurangnya ada 135kelompok masyarakat yang terpilih sebagai responden.

Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan

Jenis data, yaitu kualitatif dan kuantitatif, yang disesuaikan dengan fenomena dantujuan pengkajian. Sedangkan sumber data dan metode pengambilan, yaitu data primerdiambil langsung dari lapangan, dengan metode RRA (Rapid Rural Appraisal) yakniwawancara secara cepat terhadap kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group Discussion, FGD) seperti:

o Wawancara dengan pengurus desa adat di di masing-masing desa adat;

o Kelompok pengrajin, kelompok wanita; atau sekaa-sekaa; yang terkena dampaktragedi Bali 12 Oktober 2002.

Data sekunder bersumber dari instansi terkait, misalnya BPS, Bappeda, MajelisPembina Lembaga Adat (MPLA), Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, dlllnya, yang jenisnya

disesuaikan dengan fenomena dan tujuan pengkajian

Metode Analisis

Analisis data menggunakan metode deskriptif, yaitu menginterpretasikan danmemberikan arti terhadap data kualitatif dan kuantitatif, sehingga dapat menggambarkankondisi dan realitas desa adat di desa-desa sampel dampak tragedi bom Kuta 12 Oktober2002.