POTRET AKUNTANSI DARI LENSA final filsafat ilmu
description
Transcript of POTRET AKUNTANSI DARI LENSA final filsafat ilmu
Tugas Final : Filsafat Ilmu 1
POTRET AKUNTANSI DARI LENSA CRITICAL STRUCTURALIS
Disusun Oleh :
Bertha Beloan (NIM. P3400212505)
Tugas Final : Filsafat Ilmu 2
PENDAHULUAN
1. Pengertian Paradigma
Paradigma dalam bahasa Inggris disebut paradigm dan dalam bahasa
Perancis disebut paradigme, istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para
dan deigma. Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma
berarti (memperlihatkan, yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal). Sedangkan
deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau
mempertunjukkan sesuatu.
Arti paradigma secara etimologis.
Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model,
teladan, arketif dan ideal. Berasal dari kata para yang berarti di samping
memperlihatkan dirinya. Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa
diantaranya:
a) Menurut bahasa Inggris adalah keadaan lingkungan.
b) Menurut bahasa Yunani adalah para yang berarti disamping di sebelah dan
dikenal sedangkan deigma berarti suatu model, teladan, arketip, dan ideal.
Arti paradigma secara terminologis.
a) Paradigma adalah konstruk berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh
dan konseptual terhadap suatu permasalah dengan menggunakan teori formal,
eksperimentasi dan metode keilmuan yang terpercaya.
b) Paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia alam sekitarnya, yang
merupakan persfektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalah-masalah
dunia nyata yang kompleks.
Pengertian paradigma menurut para ahli.
1) Thomas Khun
Menurut Thomas Khun Paradigma merupakan landasan berpikir atau konsep
dasar yang dianut atau dijadikan model, baik berupa model atau pola yang
Tugas Final : Filsafat Ilmu 3
dimaksud para ilmuwan dalam upayanya mengandalkan studi-studi keilmuan.
Thomas Khun dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution
(Chicago: The Univesity of Chicago Prerss, 1970). Paradigma di sini
diartikan Khun sebagai kerangka referensi atau pandangan dunia yang
menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori.
2) C.J. Ritzer
Menurut C.J. Ritzer paradigma merupakan pandangan mendasar para
ilmuawan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang seharusnya
dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Dari pengertian ini dapat
disimpulkan, dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dimungkinkan terdapat
beberapa paradigma. Artinya dimungkinkan terdapatnya beberapa komunitas
ilmuwan yang masing-masing berbeda titik pandangnya tentang apa yang
menurutnya menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dan diteliti
oleh cabang ilmu pengetahuan tersebut
3) Robert Friedrichs.
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang
sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subyektif
seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana
seseorang menanggapi realita itu.
4) Masterman
Masterman sendiri merumuskan paradigma sebagai “pandangan mendasar
dari suatu ilmu yang menjadi pokok persoalan yang dipelajari (a fundamental
image a dicipline has of its subject matter)
Mastermen mengklasifikasikan dalam tiga pengertian paradigma.
Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat
kajian ilmuwan.
Paradigma Sosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial
masyarakat atau penemuan teori yang diterima secara umum.
Tugas Final : Filsafat Ilmu 4
Paradigma Konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep
dalam lingkup tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma
pergerakan.
2. Paradigma kritikal Strukturalis
Paradigma ini mempercayai bahwa perubahan radikal dibentuk pada sifat
struktur sosial. Masyarakat kontemporer dapat dikarakteristikan dengan konflik
fundamental yang akan menghasilkan perubahan radikal melalui krisis politik dan
ekonomi. Paradigma ini berdasarkan pada Marx, yang diikuti oleh Engles, Lenin,
dan Bukharin. Paradigma ini memiliki sedikit perhatian di Amerika diluar teori
konflik.
Adapun kekuatan dari paradigma teori kritis ini terletak pada karakternya
yang ingin selalu membebaskan (to emancipate) dan mengubah (to transform).
Pandangan ini berangkat dari pemikiran bahwa masyarakat yang normal adalah
masyarakat yang selalu menghendaki adanya perubahan bukannya masyarakat
yang cenderung stabil atau pada posisi status quo
Studi tentang teori kritis tidak dapat dilepaskan dari Mazhab Frankfurt.
Sebuah mazhab yang berisikan kumpulan filsuf-filsuf yang berafiliasi dengan
institut penelitian sosial di Frankfurt, Jerman. Mazhab ini berdiri tahun 1930
dengan Max Horkheimer sebagai direktur dari institut penelitian sosial tersebut.
Beberapa nama terkenal seperti Theodor Adorno, Walter Benjamin dan Jurgen
Habermas merupakan anggota dan pendukung dari mazhab Frankfurt ini.
Pemikiran mazhab ini sebenarnya berakar dari pemikiran Karl Marx yang
menentang hegemoni dan dominasi kapitalisme pada abad 19.
Max Horkheimer mengembangkan teori kritis dengan beberapa asumsi
sebagai berikut :
1) Teori kritis bersifat historis, artinya dikembangkan berdasarkan situasi
masyarakat yang konkret dan berpijak di atasnya. Teori kritis tidak
bermaksud menentukan hukum-hukum universal yang berlaku di segala masa
dan tempat;
Tugas Final : Filsafat Ilmu 5
2). Teori kritis bersifat kritis terhadap dirinya sendiri. Teori kritis
mempertahankan kesahihannya melalui evaluasi, kritis dan refleksi terhadap
dirinya sendiri, bukan pada sikap netral;
3). Teori kritis memiliki kecurigaan kritis terhadap masyarakat aktual;
4). Teori kritis itu merupakan teori dengan maksud praktis.
Ketidaknetralan teori kritis itu terletak pada pemihakannya pada praksis
sejarah tertentu. Pemihakan itu terdapat dalam tujuan teori kritis yaitu
pembebasan manusia dari perbudakan, membangun masyarakat atas dasar
hubungan antar pribadi yang merdeka dan pemulihan kedudukan manusia sebagai
subyek yang mengolah sendiri kenyataan sosialnya. Dengan demikian, teori kritis
hendak mengkritis keadaan-keadaan aktual dengan referensi pada tujuannya. Jadi
teori kritis mengandung muatan utopia tertentu sehingga tidak netral dan memiliki
maksud praksis emansipatoris
Jika dilihat secara seksama maka tujuan teori kritis adalah menghilangkan
berbagai bentuk dominasi maupun hegemoni yang berkembang dalam konteks
sosial tertentu dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini
menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritis secara terus menerus
terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang
cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Secara substantif teori kritis ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan
sosiologi tradisional yang tidak bersifat kontemplatif murni. Selain itu, tidak
hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas
sosial tapi juga bahwa teori tersebut mampu membawa perubahan.
Pada dasarnya, esensi teori kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami
keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari
intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah yang memiliki karakter politis,
terkait dengan kehidupan sosial dan politik. Sifat politis pengetahuan ini
berkembang dari atau dipengaruhi oleh tiga pemikiran yang berbeda, yaitu :
1. Pertama, pemikiran Kant mengenai keterbatasan pengetahuan, yaitu bahwa
manusia tidak dapat memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya
sebagian saja (parsial).
Tugas Final : Filsafat Ilmu 6
2. Kedua, pemikiran Hegel dan Marx bahwa teori dan pembentukan teori tidak
bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap
teori atau proses pembentukan teori tersebut.
3. Ketiga, pemikiran Horkheimer yang membedakan teori ke dalam dua
kategori, yakni tradisional dan kritis. Teori tradisional menganggap adanya
pemisahan antara teoretisi dan obyek kajiannya. Artinya, teori tradisional
berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada di luar
pengamat, sementara teori kritis menolak asumsi pemisahan antara subyek-
obyek dan berargumen bahwa teori selalu memiliki dan melayani tujuan atau
fungsi tertentu.
Tugas Final : Filsafat Ilmu 7
AKUNTANSI DARI SUDUT PANDANG PARADIGMA
KRITIKAL STRUKTURALIS
1. Napak Tilas Akuntansi
Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah
perkembangan pemikiran akuntansi (accounting thought) dibagi dalam tiga
periode: tahun 4000 SM – 1300 M; tahun 1300 – 1850 M, dan tahun 1850 M
sampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi yang berarti bagi
ilmu akuntansi. Pada periode pertama akuntansi hanyalah bentuk record-keeping
yang sangat sederhana, maksudnya hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang
terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Periode kedua merupakan penyempurnaan dari
periode pertama, dikenal dengan masa lahirnya double-entry bookkeeping. Pada
periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran akuntansi yang bukan
lagi sekedar masalah debit kiri – kredit kanan, tetapi sudah masuk ke dalam
kehidupan masyarakat.
Perkembangan sekulerisasi melahirkan ilmu pengetahuan yang bersifat
positivistik. Perspektif positivistik menitikberatkan pada praktik akuntansi
sebagaimana adanya (menjawab pertanyaan what is). Dalam Watts and
Zimmerman (1986) menyatakan bahwa fungsi dari ilmu pengetahuan positivistik
adalah to explain (menjelaskan hubungan antar variabel) dan to predict
(memprediksi kejadian di masa yang akan datang berdasarkan teori yang telah
ada). Sebaliknya pertanyaan normatif seperti what should atau apa yang
seharusnya dilakukan menjadi terpinggirkan bahkan diserahkan sepenuhnya
kepada individu-individu sesuai dengan selera dan hawa nafsunya. Dalam sejarah
ilmu pengetahuan barat kondisi demikian mencerminkan adanya semangat
kebangkitan manusia (renaissance) dan gerakan pencerahan (aufklarung) di Eropa
Barat. Manusia menjadi bebas dari belenggu agama dan Tuhan. Efek dari
sekulerisasi ini melahirkan praktik kapitalisme yang merambah hampir di
Tugas Final : Filsafat Ilmu 8
sebagian besar negara di dunia. Kapitalisme global mengancam ke semua aspek
kehidupan manusia tak terkecuali di bidang ilmu akuntansi.
Pada sisi yang lain konsekuensi dari penerapan akuntansi positivistik
tersebut menunjukkan dampak yang kurang memuaskan. Fakta menunjukkan
banyaknya skandal akuntansi dan manipulasi laporan keuangan yang melanda
perusahaan serta rendahnya kepedulian mereka akan tanggung jawab sosial dan
lingkungan menyiratkan bahwa terjadi perubahan yang sangat besar pada para
pelaku akuntansi.
Akuntansi dari sudut pandang positivis atau yang biasa disebut mainstream
lebih mempertahankan status quo dan kapitalis, hal ini lah yang coba di bongkar
oleh kaum non positivis dalam hal ini kaum kritikal strukturalis dimana:
Akuntansi Fungsional mengabaikan dua aspek penting yaitu lingkungan dan
sosial sehingga gagal menggambarkan realitas bisnis yang semakin
kompleks;
Sifat egoisme sangat melekat pada akuntansi fungsional sehingga terefleksi
ke dalam bentuk private costs/benefits dan berorientasi melaporkan profit
untuk kepentingan pemilik modal/pemegang saham. Oleh karena itu
informasi akuntansi menjadi egois dan mengabaikan pihak lain.
Akuntansi modern lebih bersifat materialistik sehingga memarjinalkan nilai-
nilai spiritualitas padahal manusia sebagai pelaku akuntansi memiliki dua hal
tersebut yakni material dan spiritual. Jika manusia diarahkan untuk
menjalankan praktik akuntansi yang beorientasi pada materi (profit) maka
perilaku yang muncul berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan tersebut
berpotensi melanggar aturan dan kehilangan nilai-nilai etika, agama dan
moralitas.
Tugas Final : Filsafat Ilmu 9
2. AKUNTASI DALAM PANDANGAN PARADIGMA KRITIKAL
STRUKTURALIS
Pandangan strukturalis radikal terhadap akuntansi akan melihat susunan
sosial dari sudut pandang realisme, positivisme, deterministik, dan nomotesis.
Pandangan ini berusaha mencari perubahan radikal, emansipasi, dan
menggunakan suatu analisis yang menekankan pada konflik struktural, bentuk
dominasi, pertentangan, dan penghapusan. Paradigma ini akan menghasilkan teori
akuntansi yang berdasar pada metafora seperti: instrumen dominasi, sistem
perpecahan dan bencana.
Akuntan strukturalis akan mempertahankan pandangan objektif mengenai
dunia sosial, tetapi tetap berfokus pada pertentangan dan kecenderungan krisis
yang ditimbulhan oleh proses akuntansi. Tidak seperti humanis radikal yang
menekankan pada fenomena super struktural seperti: ideologi dan kesadaran yang
terdistorsi, strukturalis radikal pada akuntansi berfokus pada hubungan antara
akuntansi dengan hubungan dominasi ekonomi dan politik.
Tulisan ini mencoba memaparkan akuntansi dalam perspektif paradigma
kritikal strukturalis. Ulasan dimulai dari awal sejarah kemunculan akuntansi
kemudian berkembangnya pemikiran akuntansi tersebut. Akuntansi sejak
kemunculannya hingga saat ini semakin menunjukkan peran dan fungsinya dalam
masyarakat sebagai suatu sistem utama yang memproses dan menghasilkan
informasi keuangan, dan akan terus berkembang sejalan dengan perubahan dan
perkembangan masyarakat.
Peran akuntansi pada analisis klasik Weber mengenai birokrasi sebagai
suatu bentuk dominasi, yang pada analisis Robert Michels disebut “hukum kaku
oligarki:, analisis Marxist yang menyatakan bahwa organisasi timbul sebagai
instrumen dominasi yang bermanfaat, yang dipahami sebagai bagian penting dari
proses dominasi yang lebih luas dalam masyarakat secara keselurahan. David
Cooper menyatakan, “Dari sudut pandang golongan strukturalis radikal ini,
organisasi merupakan kekuatan sosial yang berusaha mempertahankan
Tugas Final : Filsafat Ilmu 10
pembagian kerja dan distribusi kekayaan dan kekuasaan dalam masyarakat.
Menurut peneliti dalam bidang ini, perspektif penelitian akuntansi terkini sudah
hampir hilang, ada aktualitas organisasi yang mencakup diskriminasi- seksual
dan ras, pola- pola lapisan sosial dan distribusi kekayaan, kekuasaan dan
penghargaan yang tidak merata.
Dengan memperhatikan inisiatif akuntansi, pendekatan ini menekankan
pada kebebasan relatif praktik, kebijakan, dan teori akuntansi dari kekuatan
politis, ekonomi yang terang-terangan. Perkembangan akuntansi dapat dipandang
sebagai suatu proses “sui generis” yang dijabarkan dari dalam. Agenda serupa untuk
akuntansi pada pemikiran strukturalis radikal telah jelas dinyatakan, ‟‟Teori
radikal mungkin dapat juga diterapkan pada pertanyaan-pertanyaan khusus
akuntansi lebih lanjut. “Apa yang mendasari pergeseran utama pada praktik
pelaporan yang teratur dan seberapa besar kepentingan yang diberikan akuntan
pada perubahan ini? Apakah faktor yang menentukan tingkat etonomi,
dibandingkan dengan keuntungan dan kerugian kelompok-kelompok, berapa
banyak penjelasan yang diberikan bagi wawasan penulis, seperti yang
diungkapkan Benson bahwa aturan itu merupakan kepentingan yang tertahan atau
bebas? Apakah tingkat otonomi pemyataan berbeda untuk setiap bidang
kepentingan yang diatur? Bagaimanakah seharusnya posisi akuntan terkait dengan
“lokasi perjuangan” aturan pernyataan? Siapakah yang berada pada posisi
beijuang untuk mengendalikan peralatan aturan pemyataan, dan bagaimanakah
seharusnya Akuntan memilih posisi sebagai pendukung? Dominasi pemikiran
neoklasik lanjutan berfungsi untuk mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut
dari agenda penelitian akuntansi. Situasi ini akan terns berjalan selama akuntansi
tidak jauh dari pemikiran ideal, yaitu segala sesuatunya seharusnya terbuka untuk
diadakannya diskusi pada komunitas intelektual.
Patut dipahami bahwa studi akuntansi kritis dilakukan atau disetting dalam
situasi dan kondisi tertentu. Hal ini menegaskan bahwa disiplin akuntansi tidaklah
dikembangkan pada media yang hampa (kosong) namun lahir dalam konteks
lingkungan sosial dan masyarakat tertentu. Satu statement yang sangat familiar
bahwa akuntansi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya (socially constructed),
Tugas Final : Filsafat Ilmu 11
telah menjadi sebuah keniscayaan dalam pengembangan praktek akuntansi.
Sekiranya riset akuntansi dilakukan dalam perspektif ini maka sejumlah konsep,
kumpulan prinsip maupun teori-teori baru akan muncul sejalan dengan
perkembangan lingkungannya yang bersifat kontekstual.
Sejalan dengan hal tersebut Geuss (1981) menyatakan bahwa studi
akuntansi kritis sangat kental dengan nuansa pencerahan (producing
enlightenment) dan pembebasan (being inherently emancipator). Maksud yang
sama juga ditegaskan oleh Catchpowle et al. ( 2004) yakni salah satu pusat
perhatian dari teori kritis adalah bagaimana membebaskan manusia dalam
lingkungan sosial tertentu dari belenggu alienasi, dominasi dan eksploitasi.
Terjadinya kesenjangan distribusi pendapatan antar golongan masyarakat
dalam sebuah aktifitas ekonomi di Indonesia disebabkan oleh kontribusi praktek
akuntansi. Bahwa akuntansi modern berwajah kapitalistik telah melegalisasikan
„laba perusahaan” kepada para pemilik modal. Semakin besar laba yang didapat
maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh para pemilik modal. Laba
perusahaan seolah-olah hanya milik para pemilik modal bukan milik karyawan
atau masyarakat umum. Akuntansi modern menegasikan bahkan menafikan peran
karyawan atau masyarakat umum dalam menghasilkan laba perusahaan.
Kaum kritikal mencoba mengkritisi dominasi praktek akuntansi modern
yang melegalisasi kekayaan semata-mata untuk para pemilik modal. Akuntansi
yang “benar” tentunya harus berpijak pada prinsip “distribusi keadilan” yang
merata bagi semua pihak ternasuk masyarakat di luar perusahaan. Oleh karena itu
perlu adanya reformasi pada bentuk akuntansi saat ini supaya lebih bernilai
“keadilan”. Kritik yang dilakukan secara konsisten akan berdampak pada upaya
meluruskan kembali situasi kemapanan yang cenderung membelenggu dan
mendominasi pada jalan keadilan bagi semua pihak (bukan hanya pemilik modal)
tak terkecuali pada praktek akuntansi.
Tugas Final : Filsafat Ilmu 12
3. Dekonstruksi Akuntansi
dekonstruksi nilai postulat akuntansi dan konsep teori akuntansi adalah
Persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan stakeholder yang meliputi
mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, mendapatkan
perlakuan yang manusiawi sebagaimana mestinya tanpa diskriminasi, tidak
meremehkan, tidak mengeksploitasi, apalagi menyiksa, dan mendapatkan
kesejahteraan yang adil dan proporsional. Berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan
(Jujur & Amanah), Kebijaksanaan (mengedepankan kearifan local), Peri
Kemanusiaan (mengedepankan cinta kasih antar sesama) dan cinta tanah air
(perlindungan terhadap lingkungan, bangsa dan negara). Sehingga konsep ini
berpandangan bahwa Owners Capital, Owners Employess, Owners Manager dan
Owener Society mendapatkan persamaan hak dalam hal perlakukan
kesejahteraan. Sehingga dalam pandangan emansipasi pemilik perusahaan adalah
pemodal, manajemen, buruh dan masyarakat.
Untuk itu, konsep teoritis akuntansi merupakan pernyataan yang harus
dapat dibuktikan kebenarannya untuk menopang dan mewujudkan tujuan laporan
keuangan yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang berperan dalam
ekonomi bebas yang ditandai oleh adanya pengakuan pada kepemilikan bersama.
Dengan demikian, perubahan yang diharapkan dari dekonstuksi akuntansi
kritis ini adalah Pertama, membongkar paham akuntansi kapitalis dengan
mendekonstruksi akuntansi yang melihat manusia (buruh) bukan sebagai mesin,
pendulang Income bagi kepentingan manajemen dan Kas untuk meningkatkan
kekayaan/kesejahteraan bagi kasta tertinggi dalam akuntansi yakni pemilik modal,
namun akuntansi melihat buruh, manajemen dan pemodal adalah sama-sama
pemilik. Sehingga baik buruh, manajemen dan pemodal mendapatkan
kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, mendapatkan perlakukan
yang manusiawi sebagaimana mestinya tanpa diskriminasi, tidak meremehkan,
tidak mengeksploitasi, apalagi menyiksa, dan mendapatkan kesejahteraan yang
adil dan proporsional. Dengan mengedepankan moral, etika, jujur dan amanah.
Tugas Final : Filsafat Ilmu 13
Kedua, membongkar keyakinan kaum positivis bahwa akuntansi itu benar
atau salah tidak dibutuhkan pembuktian. Melainkan ketika terjadi pelanggaran
dalam praktek akuntansi perlu ada pembuktian sehingga diketahui siapa yang
benar dan siapa yang salah jika yang salah adalah akuntansi maka dilakukan
perbaikan konsep teori yang melatarbelakangi praktek akuntansi. Namun jika
oknum yang salah maka sangki tegas harus diberikan.
Ketiga membongkar keyakinan bahwa akuntansi itu tidak membutuhkan
moral, etika apalagi kejujuran dan amanah, karena akuntansi merupakan sekuler.
Dengan mendekonstruksi konsep akuntansi fungsional maka uentuk tujuan
income disyaratkan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan, kebijaksanaan, peri
kemanusiaan dan cinta tanah air, sehingga peran moralitas, etika, kejujuran dan
amanah serta kecintaan terhadap pelestarian lingkungan, bangsa dan negara
sanggat dominan. Hal ini jelas menunjukan bahwa dengan konsep akuntansi
terbebas dari sekuler.
Tugas Final : Filsafat Ilmu 14
KESIMPULAN
Akuntansi semakin menunjukkan peran dan fungsinya dalam masyarakat
sebagai sistem yang memproses dan menghasilkan informasi keuangan dan akan
terus berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat
terutama dalam masyarakat bisnis.
Sejarah akuntansi adalah studi tentang evolusi pemikiran, praktik dan
institusi akuntansi sebagai tanggapan terhadap perubahan lingkungan dan
kebutuhan sosial.
Pandangan strukturalis radikal terhadap akuntansi tidak hanya sekedar
angka-angka untuk para pemilik modal tapi juga tetap memperhatikan lingkungan
dan mempertahankan pandangan objektif mengenai dunia social. Kaum kritikal
mencoba mengkritisi dominasi praktek akuntansi modern yang melegalisasi
kekayaan semata-mata untuk para pemilik modal. Akuntansi yang “benar”
tentunya harus berpijak pada prinsip “distribusi keadilan” yang merata bagi semua
pihak ternasuk masyarakat di luar perusahaan dan lingkungan.
Akuntansi Kritis berpandangan bawah:
1) Manusia (buruh) bukan sebagai mesin, pendulang Income bagi kepentingan
manajemen dan Kas untuk meningkatkan kekayaan/kesejahteraan bagi kasta
tertinggi dalam akuntansi yakni pemilik modal, namun akuntansi melihat
buruh, manajemen dan pemodal adalah sama-sama pemilik,
2) Ketika terjadi pelanggaran dalam praktek akuntansi perlu ada pembuktian
sehingga diketahui siapa yang benar dan siapa yang salah jika yang salah
adalah akuntansi maka dilakukan perbaikan konsep teori yang
melatarbelakangi praktek akuntansi. Namun jika oknum yang salah maka
sangki tegas harus diberikan.
3) Untuk tujuan income disyaratkan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan,
kebijaksanaan, peri kemanusiaan dan cinta tanah air, penekanannya adalah
peran aktif moralitas, etika, kejujuran, amanah serta kecintaan terhadap
pelestarian lingkungan, bangsa dan negara.
Tugas Final : Filsafat Ilmu 15
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Jati dan Gugus Irianto. 2008. Akuntansi & Kekuasaan : dalam konteks Bank
BUMN Indonesia. FE Univ. Brawijaya & Aditya Media Publishing. Malang.
Burrell, G dan G. Morgan, 1979, Sociological Paradigms and Organisational Analysis :
Elements of The Sociology of Corporate Life. Heinemann Educational Books,
London
Roslender, R. 1992. Sociological Perspectives on Modern Accountancy. London and New
York:
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian. CV Andi Offset. Yogyakarta.
Triyuwono, Iwan. 2006. Perspektif, Metodologi, Dan Teori Akuntansi Syariah.
Edisi Satu. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
http://kumparta.blogspot.com/2012/07/akuntansi-emansipasi-agenda_143.html
Tugas Final : Filsafat Ilmu 16
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii
PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
1. Pengertian Paradigma ……………………………………………... 1
2. Paradigma Strukturalis ……………………………………………. 3
AKUNTANSI DARI SUDUT PANDANG
PARADIGMA KRITIKAL STRUKTURALIS ….….…………………… 6
1. Napak Tilas Akuntansi……………………….………..…………… 6
2. Akuntansi dari sudut pandang kritikal strukturalis …..……………. 8
3. Dekonstruksi Akuntansi …………………………….…..……………. 11
KESIMPULAN ……………………………………………….…………... 13
DAFTAR PUSTAKA
Tugas Final : Filsafat Ilmu 17
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah “Potret Akuntasi dari Lensa Kritikal
Strukturalis”. Makalah ini diajukan sebagai tugas Final dalam matakuliah Final
Filsafat Ilmu
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan menambah kazana pengetahuan mengenai
paradigm kritikal strukturalis dalam melihat Akuntansi.
Makassar, 20 Januari 2013
Bertha Beloan
Tugas Final : Filsafat Ilmu 18
Tugas Final : Filsafat Ilmu 19