POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah...

75
POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA DLINGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WIEKE HERNINGTYAS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Transcript of POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah...

Page 1: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

POTENSI SERAPAN KARBON

DI HUTAN RAKYAT DESA DLINGO

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WIEKE HERNINGTYAS

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

POTENSI SERAPAN KARBON

DI HUTAN RAKYAT DESA DLINGO

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Wieke Herningtyas

E14080074

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 3: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

RINGKASAN

WIEKE HERNINGTYAS. Potensi Serapan Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibimbing oleh: SRI RAHAJU dan YULIUS HERO

Hutan rakyat merupakan model pengelolaan hutan skala kecil yang

dibangun oleh masyarakat di lahan hak milik yang ditujukan untuk menghasilkan kayu. Selain secara ekonomis bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, keberadaan hutan rakyat juga dapat berpotensi dalam perdagangan karbon, untuk itu diperlukan penelitian untuk mengetahui kelayakan hutan rakyat dalam partisipasi perdagangan karbon.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh potensi tegakan hutan rakyat jati, potensi serapan karbon, dan mengetahui keuntungan pengelolaan hutan rakyat dengan mekanisme perdagangan karbon. Penelitian ini dilakukan di hutan rakyat Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling di tiga dusun, yaitu: Pakis II, Pokoh II dan Dlingo II. Jumlah responden masing-masing kelompok tani diambil dengan intensitas sampling (IS) sebesar 10% dari jumlah anggota kelompok tani.

Besarnya potensi tegakan hutan rakyat jati umur 9 tahun di Desa Dlingo sebesar 71,89 m3/ha. Potensi serapan karbon jati diperoleh sebesar 29,11 tonC/ha sehingga estimasi serapan karbon dioksida di lokasi penelitian sebesar 106,83 tonCO2/ha. Skema perdagangan karbon yang digunakan skema perdagangan karbon sukarela Plan Vivo. Biaya perdagangan karbon ini yaitu penjumlahan biaya transaksi dengan biaya dalam pembangunan hutan rakyat dan biaya pemeliharaan. Keuntungan dari karbon diperoleh dari pendapatan karbon dikurangi dengan biaya perdagangan karbon.

Adanya kegiatan skema perdagangan karbon di hutan rakyat akan mendapatkan tambahan keuntungan berturut-turut sebesar Rp 45.891.500/ha (harga karbon 10 USD/tonCO2); Rp 76.283.400/ha (harga karbon 15 USD/tonCO2) dan Rp 106.675.400/ha (harga karbon 20 USD/tonCO2) dalam 15 tahun. Skema perdagangan karbon di hutan rakyat dengan skema perdagangan sukarela Plan Vivo lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan skema perdagangan karbon CDM. Kata Kunci: hutan rakyat, jati, perdagangan karbon, plan vivo, serapan karbon

Page 4: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

SUMMARY

WIEKE HERNINGTYAS. Potency of Carbon Absorption in the Community Forest in Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta. Supervised by: SRI RAHAJU and YULIUS HERO

The community forest is a model in small forest management scale that built

by the community on the land property rights are aimed in producing wood. Besides economically aims to improve income and social welfare, the existence of the forest community also has potentially in carbon trading, so it necessary research to know the feasibility of the community forest in carbon trading participation.

This research aimed to calculate potency volume of teak plantation community forest, potency of carbon absorption, and determine the profit from management of community forest with carbon trading mechanism. This research was located in community forest in Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sampling method used purposive sampling and samples are Dusun Pakis II, Dusun Pokoh II and Dusun Dlingo II. The number of respondents in each group of farmers with sampling intensity (IS) 10% of the total membership of the farmers group.

The potency of teak plantation community forest in Desa Dlingo by age 9 years obtained that volume potency of standing stock is 71,89 m3/ha. The carbon absorption potential of teak is 29,11 tonC/ha and the estimation of carbon dioxide absorption is 106,83 tonCO2/ha. The carbon trade scheme used voluntary carbon trading scheme Plan Vivo. The cost of carbon trading taken the sum of the transaction cost with the development of the forest cost and the maintenance of plants cost. The profit of carbon obtained from the revenue reduced by the costs in carbon trading.

The carbon trading scheme in the community forest will get an additional profit are Rp 45.891.500/ha (10 USD/tonCO2); Rp 76.283.400/ha (15 USD/tonCO2) and Rp 106.675.400/ha (20 USD/tonCO2) for 15 years. This profit has not been added to the profit of wood is Rp 672.400.600/ha. Carbon trading in community forest using voluntary carbon trading scheme Plan Vivo will profitable than CDM scheme.

Keywords: community forest, teak, carbon arbsorption, carbon trading, plan vivo

Page 5: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Serapan

Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar-

benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan

sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Wieke Herningtyas

NRP E14080074

Page 6: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

Judul penelitian : Potensi Serapan Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo

Daerah Istimewa Yogyakarta

Nama : Wieke Herningtyas

NIM : E14080074

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dra. Sri Rahaju, MSi Dr.Ir. Yulius Hero, MSc

NIP. 19611217 199003 2 003 NIP.19650707 199003 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor,

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS

NIP. 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus:

Page 7: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantul, 7 Desember 1989 sebagai anak pertama dari

dua bersaudara dari pasangan Bapak Herman Kemis dan Ibu Sudarminingsih.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis dimulai dari SD Negeri Bantul

Timur dan diselesaikan pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bantul dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan

selanjutnya penulis melanjutkan di SMA Negeri 8 Yogyakarta dan diselesaikan

pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor

melalui Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan IPB.

Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di

Sancang Barat dan Kamojang. Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan

Gunung Walat (HPGW) dan KPH Cianjur. Penulis melaksanakan Praktek Kerja

Lapang (PKL) di PT. Finnantara Intiga, Sintang, Kalimantan Barat. Selama

perkuliahan penulis mengikuti kegiatan International Forestry Student

Association (IFSA) pada tahun 2009 sampai dengan 2011. Penulis juga pernah

bergabung pada kelompok studi Perencanaan di Forest Management Student Club

(FMSC).

Untuk memperoleh gelar Sarjana Fakultas Kehutanan IPB, penulis

menyelesaikan skripsi dengan judul Potensi Serapan Karbon di Hutan Rakyat

Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta dibawah bimbingan Ibu Dra. Sri

Rahaju, MSi dan Bapak Dr.Ir. Yulius Hero, MSc.

Page 8: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya serta berkat ridho-Nya sehingga skripsi ini berhasil

diselesaikan dengan judul Potensi Serapan Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo

Daerah Istimewa Yogyakarta. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Ibu Sudarminingsih dan Bapak Herman Kemis serta

Adik Helda Shantyabudi atas segala doa, nasehat dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan studinya.

2. Ibu Dra. Sri Rahaju, MSi dan Bapak Dr.Ir.Yulius Hero, MSc selaku

dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing

dan memberikan arahan serta pengetahuan kepada penulis selama

penulisan skripsi.

3. Bapak Dr.Ir. I Nyoman Jaya Wistara, MS selaku dosen penguji

4. Teman-teman MNH 45 dan teman-teman 45 penghuni Pondok Mona atas

kebersamaannya selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak.Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran

sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi.

Bogor, Januari 2013

Penulis

Page 9: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................ i

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................... 2

1.3 Manfaat .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3

2.1 Hutan Rakyat ......................................................................................... 3

2.2 Jati ......................................................................................................... 5

2.3 Biomassa dan Karbon ............................................................................ 5

2.4 Perdagangan Karbon ............................................................................. 6

2.5 Biaya dan Pendapatan Skema Pasar Karbon Sukarela .......................... 12

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 13

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 13

3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 13

3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 13

3.3.1 Jenis Data ........................................................................................ 13

3.3.2 Metode Pengambilan Data .............................................................. 13

3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 14

3.3.4 Perhitungan Biomassa dan Potensi Karbon .................................... 15

3.3.5 Biaya dan Pendapatan Perdagangan Karbon .................................. 16

3.3.6 Perhitungan Keuntungan Perdagangan Karbon .............................. 17

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ................................ 18

4.1 Kondisi Geografis .................................................................................. 18

4.1.1 Letak dan Luas ................................................................................ 18

4.1.2 Jenis Tanah dan Topografi .............................................................. 19

4.1.3 Iklim dan Curah Hujan ................................................................... 19

Page 10: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

ii

4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk ...................................................... 19

4.2.1 Pola Penggunaan Lahan ................................................................. 19

4.2.2 Penduduk ....................................................................................... 20

4.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Struktur Umur ............................ 20

4.2.4 Mata Pencaharian ........................................................................... 20

4.2.5 Sarana dan Prasarana ..................................................................... 20

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 22

5.1 Kegiatan GNRHL di Desa Dlingo ........................................................ 22

5.2 Kondisi Hutan Rakyat........................................................................... 23

5.2.1 Kondisi Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat .............................. 23

5.2.2 Sistem Pemilik dan Penggunaan Hutan Rakyat ............................. 23

5.2.3 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat ................................................. 24

5.3 Deskripsi Tegakan Hutan Rakyat ......................................................... 29

5.4 Potensi Volume Tegakan ...................................................................... 30

5.5 Potensi Karbon ..................................................................................... 31

5.6 Biaya kegiatan Perdagangan Karbon ................................................... 36

5.6.1 Pasar Wajib (Compliant Market) ................................................... 36

5.6.2 Pasar Sukarela (Voluntary Market)................................................ 40

5.7 Pendapatan dari Kegiatan Perdagangan Karbon Sukarela ................... 45

5.8 Peluang Hutan Rakyat dalam Skema Perdagangan Karbon Sukarela . 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 51

6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 51

6.2 Saran ..................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 53

Page 11: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

iii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Pola penggunaan lahan ............................................................................ 19

2 Mata pencaharian ..................................................................................... 20

3 Luas GNRHL masing-masing dusun di Desa Dlingo .............................. 22

4 Biaya pembuatan hutan rakyat ................................................................. 27

5 Penggunaan waktu dan biaya petani untuk pemeliharaan tanaman ......... 28

6 Kondisi tegakan hutan rakyat ................................................................... 29

7 Potensi volume tegakan berdasarkan kelas diameter .............................. 30

8 Persamaan pendugaan kandungan karbon ............................................... 33

9 Potensi stok karbon tegakan hutan rakyat ................................................ 35

10 Perkiraan potensi karbon, serapan karbondioksida dan jumlah sertifikat 35

11 Komponen dan besarnya biaya persiapan skema CDM ......................... 38

12 Komponen dan besarnya biaya pelaksanaan kegiatan CDM .................. 39

13 Biaya registrasi dan validasi proyek Plan Vivo ...................................... 41

14 Perkiraan biaya transaksi proyek Plan Vivo ........................................... 42

15 Pendapatan dari kredit karbon selama proyek perdagangan karbon ........ 46

16 Pendapatan, biaya dan keuntungan dari perdagangan karbon ................ 46

17 Distribusi keuntungan perdagangan karbon ............................................. 47

18 Distribusi pemerintah keuntungan perdagangan karbon .......................... 47

Page 12: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

iv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Siklus proyek Plan Vivo ........................................................................ 12

2. Peta tata guna lahan dan sumberdaya alam Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul ..................................................................... 19

Page 13: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

v

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Perhitungan data potensi volume............................................................... 57

2 Perhitungan potensi karbon persamaan C= 𝜌 x V x 0,47 ......................... 58

3 Perhitungan potensi karbon persamaan C= 0,052 𝜌 D2,62 x 0,47 .............. 59

4 Perhitungan potensi karbon persamaan C= 0,1986 D2,13 .......................... 60

5 Perhitungan potensi karbon persamaan C= 0,2759 D2,2227x 0,47 .............. 61

6 Perhitungan riap diameter dan tinggi ........................................................ 62

Page 14: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan yang sedang

banyak dibicarakan. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia dan Cerindonesia

(2011) menyebutkan bahwa perubahan iklim adalah variasi rata-rata kondisi iklim

di suatu tempat pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka

waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Isu perubahan iklim merupakan

isu global yang mendorong negara-negara di dunia melakukan perundingan-

perundingan terkait masalah perubahan iklim. Hasil dari Conference of Parties

(COP ke-3) adalah Protokol Kyoto yang menegaskan bahwa negara-negara Annex

1 (pada umumnya negara maju/industri) yang dianggap bertanggung jawab

terhadap perubahan iklim akan mengurangi emisi dari enam gas rumah kaca yaitu:

karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitroksida (N2O), sulfurheksafluorida

(SF6), perflurokarbon (PFC), dan hidrofluorokarbon (HFC) secara kolektif

sebesar 5,2% dibandingkan dengan laporan tahun 1990 untuk diterapkan pada

periode 2008─2012 (Uliyah dan Cahyadi 2011).

Peranan hutan dalam mencegah dan mengurangi emisi karbon dapat dilihat

dari berbagai kemungkinan, yaitu: 1) Penggunaan energi dari biomassa kayu dan

sisa-sisa industri kayu menggantikan bahan bakar fosil; 2) Penggantian bahan-

bahan bangunan yang diproduksi dengan bahan bakar fosil dengan produk kayu;

3) Mengurangi kebakaran hutan dan emisi gas rumah kaca; 4) Mempertahankan

penutupan hutan dan potensinya; 5) Pengaturan kegiatan manajemen hutan untuk

menyerap tambahan CO2 di atmosfir; 6) Penangkapan dan penyimpanan karbon

dalam pool karbon hutan dan penggunaan kayu dalam jangka panjang; dan 7)

Mengembangkan pasar perdagangan karbon dan menciptakan insentif untuk

kegiatan kehutanan yang mengurangi emisi industri dan penghasil polutan lainnya

(Thomson 2008 diacu dalam Butarbutar 2009).

Indonesia sebagai negara yang memiliki sumberdaya hutan yang luas dan

sangat potensial untuk perdagangan karbon sebagai sumber pendanaan untuk

menjaga dan meningkatkan kualitas hutan. Uliyah dan Cahyadi (2011)

Page 15: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

2

menyebutkan bahwa tantangan yang ditemui dalam perdagangan karbon adalah,

menjadikan hutan dapat tetap berperan sebagai sumber perekonomian,

menyumbang pada perbaikan hidup masyarakat sekitar hutan, terjaga

kelestariannya, dan menyumbang pada penurunan emisi gas rumah kaca.

Hutan rakyat merupakan model pengelolaan hutan skala kecil yang

dibangun oleh masyarakat di lahan hak milik yang ditujukan untuk menghasilkan

kayu. Selain secara ekonomis bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat, keberadaan hutan rakyat juga dapat berpotensi dalam

perdagangan karbon, oleh karena itu perlu penelitian untuk mengetahui kelayakan

hutan rakyat dalam partisipasi perdagangan karbon.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh potensi tegakan jati di hutan rakyat Desa Dlingo.

2. Memperoleh potensi serapan karbon tegakan jati di hutan rakyat Desa

Dlingo.

3. Mengetahui keuntungan pengelolaan hutan rakyat dalam mekanisme

perdagangan karbon.

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran untuk

pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan rakyat untuk perdagangan

karbon di lokasi penelitian.

Page 16: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Rakyat

Hutan rakyat atau hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang

dibebani hak atas tanah (UU No. 41 Tahun 1999). Definisi ini diberikan untuk

membedakannya dari hutan negara. Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup

tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau

aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal (Suharjito 2000).

Hutan rakyat di Indonesia mempunyai potensi yang besar baik dilihat dari

segi populasi pohon. Perkiraan potensi hutan rakyat mencapai luasan 1.568.415

hektar dengan potensi keseluruhan 39.416.557 m3 atau 7 juta m3 per tahun

(Puslitbang 2006). Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada

tahun 2003, sekitar 50% dari luas hutan rakyat di Indonesia berada di pulau Jawa.

Hal ini disebabkan karena hutan rakyat telah lama dikenal dan dipraktikkan oleh

masyarakat secara tradisional dan turun-temurun. Meskipun luas hutan rakyat di

pulau Jawa relatif lebih sempit dibandingkan dengan hutan rakyat di luar pulau

Jawa, namun luasan di pulau Jawa berkisar 0,25─1 hektar per kepala keluarga.

Hampir setiap kepala keluarga di pulau Jawa mempunyai hutan rakyat karena

lokasi penanaman hutan rakyat di Jawa dilakukan di lahan-lahan pekarangan,

kebun, talun, tegalan, dan lain-lain (Hindra 2006).

Pola penanaman dalam hutan rakyat yang biasa digunakan adalah pola

campuran dengan Multi Purpose Tree Species (MPTS) seperti tanaman buah-

buahan ataupun tanaman semusim (palawija) yang dimaksudkan untuk

penanaman jangka pendek memenuhi kebutuhan hidup petani sambil menunggu

tanaman kayunya dapat dipanen dengan jangka panjang. Hutan rakyat dengan

pola campuran dengan MPTS biasanya dengan komposisi tanaman kayu-kayuan

(70%) dan tanaman MPTS (30%). Komposisi ini diharapkan dapat memberikan

kesinambungan dan kelestarian hasil (Hindra 2006).

Prabowo (1998) kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat meliputi

pengadaan benih, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran hasil.

Attar (1998) pada dasarnya pengelolaan hutan rakyat bertitik tolak dari tiga sub

Page 17: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

4

sistem yang saling berkaitan yaitu meliputi sub sistem produksi, sub sistem

pengolahan hasil dan sub sistem pemasaran.

Pembangunan hutan rakyat dilakukan melalui empat sumber pembiayaan,

yaitu program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), subsidi

pemerintah melalui program Kredit Usaha Hutan Rakyat (KUHR), Dana Alokasi

Khusus Dana Reboisasi (DAK DR), dan swadaya. Sumber pembiayaan dua

diantaranya yang terbesar adalah hutan rakyat dengan swadaya seluas 966.722 ha

dan dengan dana GNRHL seluas 409.899 ha (Puslitbang 2006).

Sukadaryati (2006) menyebutkan bahwa GNRHL yang sudah dicanangkan

sejak tahun 2003 menargetkan dapat menghijaukan lahan seluas 3 juta hektar

dalam kurun waktu 5 tahun. Penanaman GNRHL dilakukan tidak hanya di hutan

negara tetapi juga di hutan rakyat, termasuk hutan rakyat di Desa Dlingo.

Hasil sensus BPS tahun 2003 menunjukkan pohon yang banyak ditanam di

hutan rakyat adalah jati, yaitu sebanyak 79,7 juta batang. Pohon jati ini banyak

ditanam di pulau Jawa, yaitu sebanyak 50,1 juta batang. Walaupun pohon jati

dipanen dengan jangka waktu panjang, namun karena harga jual kayunya yang

tinggi sehingga banyak diminati oleh masyarakat untuk ditanam (Sukadaryati

2006).

2.2 Jati

Jati (Tectona grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi,

termasuk dalam famili Verbenaceae. Jati tumbuh dan menyebar alami di negara-

negara India, Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia,

jati terdapat di beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku, dan Nusa

Tenggara. Pohon jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang berkisar

3─6 bulan pertahun (Irwanto 2006).

Secara alami pohon jati dapat tumbuh pada lahan-lahan dengan ketinggian

mencapai 1.000 mdpl atau lebih, beriklim kering maupun basah (curah hujan

1.250-3.000 mm/th), dan pada tanah berjenis regusol-grumosol. Pohon jati

umumnya tumbuh pada daerah-daerah yang memiliki tanah bertekstur sedang

dengan pH netral hingga asam (Pramono et al. 2010)

Page 18: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

5

Kayu jati banyak digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan.

Beberapa kalangan masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan

rumah serta perabotannya terbuat dari jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari

jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta

kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, jati digunakan sebagai finir

muka karena memiliki serat gambar yang indah. Pada industri perkapalan, kayu

jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah tropis

(Irwanto 2006).

2.3 Biomassa dan Karbon

Brown (1997) diacu dalam Antoko (2011) mendefinisikan biomassa sebagai

jumlah total bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton

per unit area. Biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian

tumbuhan hidup yang dinyatakan dalam berat kering per satuan luas (ton/ha)

(Whitten et al. 1984 diacu dalam Antoko 2011).

Menurut Hairiah dan Rahayu (2007) pada ekosistem daratan, karbon

tersimpan dalam tiga komponen pokok, sebagai berikut:

1. Biomassa: massa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon,

tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim.

2. Nekromasa: massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di

lahan (batang atau tunggul pohon), atau telah tumbang/tergeletak di permukaan

tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur (seresah) yang belum

terlapuk.

3. Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang

telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah

menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm.

Hairiah dan Rahayu (2007) berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga

komponen karbon tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu karbon

di atas permukaan tanah berupa biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah,

nekromasa, serasah dan karbon di dalam tanah berupa biomassa akar dan bahan

organik tanah.

Page 19: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

6

Menurut Sutaryo (2009) untuk menghitung biomassa terdapat empat cara

utama, yaitu: 1). Sampling dengan pemanenan (Destructive sampling) secara in

situ, 2). Sampling tanpa pemanenan (Non destructive sampling) dengan data

pendataan hutan secara in situ, 3). Pendugaan dengan penginderaan jauh, dan 4).

Pembuatan model.

Metode sampling tanpa pemanenan merupakan cara sampling dengan

melakukan pengukuran tanpa melakukan pemanenan. Metode ini antara lain

dilakukan dengan mengukur tinggi atau diameter pohon dan menggunakan

persamaan alometrik untuk mengekstrapolasi biomassa. Alometrik didefinisikan

sebagai suatu studi dari suatu hubungan antara pertumbuhan dan ukuran salah satu

dari bagian organisme dengan pertumbuhan atau ukuran dari keseluruhan

organisme. Penetapan persamaan alometrik yang akan dipakai dalam pendugaan

biomassa merupakan tahapan penting dalam proses pendugaan biomassa. Setiap

persamaan alometrik dikembangkan berdasarkan kondisi tegakan dan variasi jenis

tertentu yang berbeda satu dengan yang lain. Pemakaian suatu persamaan yang

dikembangkan di suatu lokasi tertentu, belum tentu cocok apabila diterapkan di

daerah lain (Sutaryo 2009).

2.4 Perdagangan Karbon

Uliyah dan Cahyadi (2011) untuk mencapai target yang ditetapkan, Protokol

Kyoto dilengkapi dengan mekanisme perdagangan emisi (emission trading),

penerapan bersama (joint implementation) dan mekanisme pembangunan bersih

(clean development mechanism).

Mekanisme CDM proyek-proyek berupa kegiatan aforestasi dan reforestasi,

selain itu juga memiliki persyaratan untuk kelayakan lahan proyek. Kegiatan

aforestasi merupakan kegiatan konversi lahan yang sudah tidak berhutan menjadi

berhutan yang selama 50 tahun yang lalu atau lebih bukan merupakan hutan.

Aforestasi dilakukan melalui kegiatan penanaman dan/atau permudaan alam yang

dikelola manusia. Reforestasi adalah konversi lahan yang sudah tidak berhutan

menjadi hutan yang dikelola melalui penanaman atau permudaan alam terhadap

lahan yang dulunya berhutan tetapi telah dikonversi menjadi tidak berhutan.

Kegiatan reforestasi hanya terbatas untuk lahan yang tidak berhutan sejak tanggal

Page 20: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

7

31 Desember 1989. Periode kredit tidak boleh melampaui masa berlaku

operasional proyek, dan telah dimulai sejak tanggal pendaftaran yaitu tanggal 1

Januari 2000 dan sebelum 31 Desember 2005 (Cifor 2005).

Terbatasnya kegiatan di sektor kehutanan yang dapat didanai dari proyek

CDM serta rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi, membuat beberapa negara

berkembang mengusulkan mekanisme baru yang lebih berpihak kepada layanan

jasa lingkungan berupa sumberdaya hutan yang telah mereka hasilkan. Saat ini

telah disepakati mekanisme REDD (Reducing Emissions from Deforestation and

Degradation) sebagai mekanisme baru dalam mencegah emisi dari terjadinya

deforestasi dan degradasi hutan. Namun, negosiasi dari REDD baru akan

ditetapkan setelah tahun 2012 yaitu pada saat periode komitmen pertama Protokol

Kyoto berakhir (IFCA 2008 diacu dalam Antoko 2011).

Menurut Permenhut Nomor: P.30/Menhut-II/2009 pasal 22 ayat 1, sebelum

ada keputusan internasional mengenai mekanisme REDD di tingkat internasional,

kegiatan REDD dilaksanakan melalui demonstration activity, peningkatan

kapasitas dan transfer teknologi, serta dan/atau perdagangan karbon sukarela.

Sekarang ini sudah berkembang mekanisme perdagangan karbon sukarela

(Voluntary Carbon Market) melalui pasar CCX (the Chicago Climate Exchange)

dan OTC (Over the Counter). Voluntary carbon market (VCM) diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan yang secara umum dilakukan untuk mengurangi gas rumah

kaca melalui mekanisme yang tidak terikat dan berada di luar aturan yang

ditetapkan dalam Protokol Kyoto (Estrada et al. 2008 diacu dalam Antoko 2011).

Sekarang ini pasar karbon sukarela dalam negeri belum terbentuk,

pengembang proyek dapat memasarkan pada pasar karbon sukarela di

internasional. Pasar karbon sukarela semakin disukai dalam perdagangan karbon

karena memiliki fleksibilitas terhadap jenis proyek dan dapat diikutsertakan

dibandingkan skema lain yang sudah ada, antara lain: fokus proyek kepada

keuntungan sosial dan lingkungan, proyek kehutanan dalam bentuk yang lebih

luas dan biaya transaksi yang relatif lebih murah dibandingkan skema lainnya

(Estrada et al. 2008 diacu dalam Antoko 2011).

Lampiran II Permenhut No. P.36/Menhut-II/2009 terdapat empat standar

pengembangan proyek dan pemasaran karbon dalam perdagangan karbon sukarela

Page 21: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

8

yaitu Standar CCB, Standar Carbon Fix, Sistem dan standar Plan Vivo, dan

Voluntary Carbon Standard (AFOLU). Namun hanya sistem dan standar Plan

Vivo yang tidak ada ketentuan mengenai batasan waktu pendaftaran dan

pendaftaran dapat dilakukan secara online.

Tujuan dari Plan Vivo adalah untuk mensuplai kredit karbon dari

masyarakat desa di negara-negara berkembang yang mempromosikan

pembangunan berkelanjutan. Tipe proyek dapat berupa penghijauan/reboisasi,

agroforestri termasuk juga hutan rakyat. Plan Vivo mendukung kredit karbon

dengan tipe ex-ante (pembayaran di awal proyek). Tanggal dimulainya proyek

Plan Vivo tidak ada batasan, tidak seperti skema perdagangan karbon yang ada

dalam Protokol Kyoto. Jangka waktu verifikasi direkomendasikan 3-5 tahun dan

jangka waktu sertifikasi 3-18 bulan (Permenhut No. P.36/Menhut-II/2009).

Berikut ini merupakan review persyaratan-persyaratan yang diperlukan

sebuah proyek dapat mengikuti skema VCM dengan standar Plan Vivo (Plan Vivo

2008; Kollmuss et al. 2008 diacu dalam Antoko 2011) sebagai berikut:

1. Plan Vivo diperuntukkan bagi proyek-proyek LULUCF (Land Use, Land Use

Change and Forestry) skala kecil, hutan adat, hutan rakyat, hutan negara

dimana masyarakat memiliki hak untuk mengelola, dan fokus kepada promosi

pengembangan berkelanjutan serta perbaikan terhadap kehidupan masyarakat

sekitar dan ekosistemnya.

2. Plan Vivo hanya mendukung kredit karbon dengan tipe ex-ante credits

(pembayaran di awal proyek) yang disebut dengan Plan Vivo Certificates.

3. Proyek Plan Vivo berlokasi di negara berkembang dimana tipe proyek yang di

dukung adalah restorasi hutan, agroforestri, hutan tanaman skala kecil, kebun

buah, kayu bakar, pengelolaan dan perlindungan hutan, konservasi tanah dan

perbaikan pertanian.

4. Proyek Plan Vivo tidak memiliki batasan minimum dan maksimum mengenai

ukuran karbon, namun demikian pada saat ini ukuran karbon yang

diperdagangkan antara 10.000-100.000 tonCO2/tahun.

5. Periode proyek antara 5─15 tahun dan akan berbeda antara proyek yang satu

dengan proyek yang lain.

Page 22: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

9

6. Untuk menghindari kebocoran karbon (leakage) pada level proyek maka perlu

dipastikan bahwa petani (producers) memiliki cukup lahan untuk bertani dan

menanam pohon.

7. Petani (producers) yang menjual karbon melalui Plan Vivo harus menyetujui

kontrak penjualan jangka panjang (long-term sale agreements) melalui

koordinator proyek masing-masing negara. Selain itu petani juga harus

memiliki kontrak jangka panjang terhadap kepemilikan lahan yang mereka

ikutkan dalam proyek Plan Vivo.

8. Untuk menghindari double-counting terhadap karbon yang diperjualbelikan

maka setiap sertifikat yang dikeluarkan oleh Plan Vivo Foundation memiliki

nomor seri unik yang dapat dilacak.

Peserta dari proyek adalah produsen dan masyarakat skala kecil di negara

berkembang. Mereka membuat perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan

dengan mengkombinasikan penggunaan lahan yang dilakukan dengan tambahan

aktivitas persyaratan dari proyek, yaitu: aforestasi/reforestasi, agroforestri,

restorasi hutan dan menghindari deforestasi. Penggunaan lahan berkelanjutan

didefinisikan dengan perencanaan penggunaan lahan yang konsisten dengan

persyaratan mata pencaharian, perlindungan tanah, daerah aliran sungai (DAS)

dan keanekaragaman hayati (Plan Vivo 2008).

Tahapan dari kegiatan proyek menurut Standar Plan Vivo 2008, sebagai

berikut:

1. Koordinator proyek mengidentifikasi kelompok target dari proyek yaitu

masyarakat atau kelompok petani yang bersedia untuk terlibat dan

membutuhkan proyek tersebut.

2. Produsen memperoleh pelatihan dan pengarahan dari teknis proyek untuk

mengidentifikasi aktivitas proyek yang mereka inginkan dan memulai untuk

merencanakan kegiatan.

3. Masing-masing produsen atau kelompok produsen menyusun rencana Plan

Vivo dan dievaluasi oleh koordinator proyek terkait dengan kesesuaian lahan

dan kecocokan dengan standar, modifikasi jika diperlukan dan terdaftar jika

telah sesuai.

Page 23: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

10

4. Plan Vivo adalah sebuah rencana jangka panjang dari manajemen lahan yang

disusun oleh produsen. Plan Vivo menggabungkan kegiatan penyerapan atau

pengurangan emisi yang di danai dari penjualan Voluntary (or Verified)

Emission Reductions (VERs) dalam bentuk sertifikat Plan Vivo.

5. Setelah Plan Vivo terdaftar, kredit karbon dari kegiatan penyerapan atau

pengurangan emisi dapat dihitung dengan spesifikasi teknis proyek.

6. Produsen membuat persetujuan penjualan dengan koordinator proyek untuk

kredit karbon. Persetujuan penjualan menempatkan kewajiban jangka panjang

atas produsen untuk mengelola lahan menurut Plan Vivo mereka, dan

menetapkan kapan monitoring akan dilaksanakan dan pembayaran dilakukan.

7. Monitoring pencapaian dilaksanakan oleh teknis proyek yang juga pemberian

saran dan dukungan untuk produsen. Jika target pencapaian telah tercapai,

pembayaran akan dilakukan.

8. Pada akhir setiap Monitoring dan jadwal pembayaran proyek mengirimkan

laporan tahunan ke Plan Vivo Foundation, untuk memastikan bahwa proyek

berlanjut untuk operasi yang efektif dan secara transparan.

Tahapan dari kegiatan proyek Plan Vivo dapat diuraikan dari siklus proyek

Plan Vivo yang dapat digambarkan pada Gambar 1.

Page 24: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

11

Gambar 1 Siklus proyek Plan Vivo.

Tahapan dari konsep proyek dari menghasilkan dan menjual sertifikat Plan

Vivo dan menjadi terverifikasi secara independen (Plan Vivo 2008) sebagai

berikut:

1. Project Idea Note (PIN), evaluasi dan registrasi dari konsep proyek. PIN

mendefinisikan aspek utama dari proyek yang meliputi kelompok sasaran,

kegiatan, areal proyek, tujuan dan sasaran proyek.

2. Project design: mengembangkan spesifikasi teknis dan Project Design

Document (PDD). Spesifikasi teknis merupakan metodotologi proyek yang

spesifik untuk aktivitas penggunaan lahan atau sistem penggunaan lahan di

proyek Plan Vivo. PDD merupakan kompilasi dari semua kunci informasi pada

struktur pemerintahan proyek yaitu desain teknis dan proses internal.

3. Validasi dan registrasi proyek mengikuti pilot sale dan siklus tahunan pertama.

Validasi melibatkan kunjungan lapangan dari expert viewer yang dipilih oleh

Plan Vivo Foundation, mengkonfirmasi proyek mengimplementasikan sistem

sesuai dengan standar Plan Vivo. Mengikuti suksesnya peninjauan dari hasil

validasi dan persetujuan dari spesifikasi teknis dan PDD, proyek akan masuk

ke Plan Vivo Project Register. Setelah terdaftar, proyek dapat masuk ke

kontrak penjualan untuk sertifikat Plan Vivo.

Identifikasi Kelompok Target

Identifikasi Aktivitas Perggunaan Lahan

Pelatihan dan Perencanaan

Evaluasi dan Pendaftaran Plan Vivo

Persetujuan Penjualan dan Penjualan Karbon

Monitoring

Pembayaran

Pelaporan Tahunan

Page 25: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

12

4. Penjualan karbon, laporan tahunan dan penerbitan sertifikat. Laporan tahunan

memungkinan Plan Vivo Foundation untuk mengawasi proyek. Persetujuan

dari laporan tahunan memicu untuk penerbitan sertifikat Plan Vivo.

5. Verifikasi pihak ketiga (Third party verification)

Verifikasi dilakukan oleh independen, organisasi pihak ketiga yang disebut

verifier. Verifikasi dapat menguatkan nilai dari sertifikat Plan Vivo dan

memastikan proyek telah sesuai dengan standar.

2.5 Biaya dan Pendapatan Skema Pasar Karbon Sukarela

Biaya dalam skema perdagangan karbon Plan Vivo hingga memperoleh

sertifikat Plan Vivo meliputi proses peninjauan Project Idea Note (PIN) dan

validasi. Validasi terdiri dari beberapa proses yaitu: peninjauan Project Design

Document (PDD), kunjungan lapangan, peninjauan spesifikasi teknis, peninjauan

hasil validasi dan pendaftaran proyek (Plan Vivo 2012).

Hasil analisis Antoko (2011) pada penelitian di hutan rakyat kemenyan yang

ada di Tapanuli Utara menunjukkan bahwa dengan mengikuti skema karbon Plan

Vivo layak secara finansial. Pada model Kemenyan-Tanaman Campuran dengan

mengikuti skema karbon dengan harga karbon sebesar 6 USD/tonCO2, tingkat

suku bunga sebesar 2,54%/tahun dan biaya transaksi sebesar 40% mampu

memberikan peningkatan pendapatan bersih sebesar 195,50% dengan nilai NPV

sebesar Rp 40,09 juta/ha. Peningkatan pendapatan bersih terbesar, yaitu:

1.092,41% yang diperoleh pada saat harga karbon sebesar 10 USD/tonCO2,

tingkat suku bunga 7%/tahun dan biaya transaksi sebesar 40%. Pada model

Kemenyan-Karet dengan harga karbon sebesar 6 USD/tonCO2, tingkat suku

bunga sebesar 2,54%/tahun dan biaya transaksi 40% mampu memberikan

peningkatan pendapatan bersih sebesar 211,20% dan nilai NPV sebesar

1.191,40% diperoleh pada saat harga karbon sebesar 10 USD/tonCO2, tingkat

suku bunga 7%/tahun dan biaya transaksi sebesar 40%.

Page 26: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di hutan rakyat Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli

sampai Agustus 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan, yaitu: pita ukur, haga hypsometer, tally sheet,

perangkat keras (hardware) berupa seperangkat komputer dan alat tulis. Perangkat

lunak (software) berupa program komputer untuk mengolah data yaitu Microsoft

Excel. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tegakan hutan rakyat jati

yang dimiliki masyarakat di lokasi penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer yang

berupa data tegakan jati dan data sekunder yang meliputi:

1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi keadaan fisik lingkungan dan

keadaan sosial ekonomi masyarakat.

2. Keadaan fisik berupa tanah, topografi, serta jumlah penduduk secara

keseluruhan.

3. Potensi ekonomi rumah tangga: status kepemilikan lahan, luas lahan yang

dimiliki, luas hutan rakyat.

4. Pendapatan rumah tangga: sumber-sumber pendapatan dari hutan rakyat dan

non hutan rakyat.

3.3.2 Metode Pengambilan Data

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,

memilih dengan sengaja atau menentukan terlebih dahulu daerah yang

diasumsikan sesuai dengan kasus yang akan diteliti. Pemilihan sampel langsung

menunjuk tiga dusun yang ada di Desa Dlingo, yaitu: Pakis II, Pokoh II dan

Page 27: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

14

Dlingo II. Jumlah responden masing-masing kelompok tani diambil dengan

intensitas sampling (IS) sebesar 10% dari jumlah anggota kelompok tani.

Data potensi tegakan dan potensi biomassa diukur dengan membuat petak

ukur contoh atau plot. Plot yang digunakan adalah plot persegi panjang berukuran

20 m x 50 m (luas plot ukur 0,1 ha). Pengukuran dan pencatatan, meliputi:

diameter setinggi dada (DBh), tinggi total pohon (Tt), jumlah pohon dalam plot,

dan luas lahan.

Data pengelolaan tegakan diperoleh dari kegiatan wawancara. Wawancara

bersifat semi terstruktur dengan bantuan daftar kuesioner. Data biaya

pembangunan hutan rakyat merupakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas

setempat. Data sekunder dilakukan melalui pengutipan dan pencatatan data dari

kantor desa dan instansi terkait. Selain itu juga melalui studi pustaka dengan cara

mengamati, mempelajari atau mengutip laporan yang ada hubungannya dengan

penelitian.

3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Perhitungan kerapatan pohon dan volume tegakan dilakukan dengan

tahapan kerja sebagai berikut:

1. Kerapatan pohon diperoleh dengan menjumlahkan seluruh pohon di dalam

plot. Kemudian untuk mendapatkan kerapatan setiap hektarnya dibagi dengan

luas plot tersebut.

2. Volume pohon diperoleh dengan memasukkan diameter dan tinggi pohon ke

dalam persamaan volume, yaitu:

V= 0,25 x 𝜋 x D² x Tt x f

Keterangan: V = Volume (m3) 𝜋 = Konstanta (3,14) D = Diameter pohon setinggi dada (m) Tt = Tinggi total (m) f = Angka bentuk jati 0,759 (Novendra 2008)

Diameter dan tinggi pohon yang disubstitusikan ke dalam persamaan adalah

diameter dan tinggi pohon rata-rata dari hasil sampling.

3. Untuk perhitungan potensi volume total tegakan hutan rakyat jati dengan

mengalikan volume pohon rata-rata per hektar dengan luasan total hutan rakyat

jati di Desa Dlingo.

Page 28: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

15

3.3.4 Perhitungan Biomassa dan Potensi Karbon

Penghitungan biomassa persamaan alometrik yang sesuai dengan

karakteristik lokasi pengukuran, meliputi: zona iklim, tipe hutan, dan jika

memungkinkan nama jenis atau kelompok jenis (SNI 7724:2011).

Salah satu rumus yang banyak digunakan adalah persamaan umum, rumus

tersebut sebagai berikut:

B= BJ x V

Keterangan: B = Biomassa (ton) V = Volume (m3) BJ = Berat jenis kayu jati 0,67 (APHI dan Cerindonesia 2011)

Persamaan kedua yang digunakan yaitu Ketterings et al. (2001). Rumus

tersebut sebagai berikut:

B= 0,11 𝜌 D2,62

Keterangan: B = Biomassa pohon (kg/pohon) D = Diameter pohon setinggi dada (cm) 𝜌 = BJ kayu jati 0,67 (APHI dan Cerindonesia 2011)

Menurut SNI 7724:2011, penghitungan karbon dari biomassa menggunakan

rumus sebagai berikut:

Cb = B x % C organik

Keterangan: Cb = Kandungan karbon dari biomassa (kg) B = Total biomassa (kg) %C organik = Nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47

Sebagai perbandingan dalam metode pendugaan karbon, data diameter dan

tinggi pohon rata-rata dari hasil sampling disubstitusikan ke dalam persamaan

alometrik yang telah diperoleh dari penelitian di hutan rakyat jenis jati di Desa

Dengok, Kecamatan Playen, Gunungkidul. Persamaan ini diperoleh dari destruktif

15 pohon jati dan diperoleh nilai ragam 0,9524 (Saleh 2008) sebagai berikut:

Ctot= 0,1986 D2,13

Keterangan: Ctot = Kandungan karbon (kg/pohon) D = Diameter setinggi dada (cm)

Page 29: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

16

Selain itu data diameter dan tinggi pohon rata-rata hasil dari sampling

disubstitusikan ke dalam persamaan yang telah diperoleh dari penelitian pohon

jati di Perum Perhutani KPH Cepu, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan

destruktif 24 pohon jati oleh Hendri (2001) diacu dalam Tiryana et al. (2011).

Persamaan alometriknya sebagai berikut:

Y= 0,2759 D2,2227

Keterangan : Y = Kandungan biomassa (kg/pohon) D = Diameter setinggi dada (cm)

Sesuai Project Idea Note (PIN) Plan Vivo, penyangga resiko (Risk Buffer)

yaitu 10%. Akan tetapi penjualan hanya 70% dari karbon stok ex ante kredit,

karena akan mempertahankan 20% untuk pengukuran biomassa dari Permanen

Sample Plot (PSP) yang akan menunjukan jumlah sebenarnya dari stok karbon

yang diperkirakan. Setelah pengukuran biomassa dilakukan dan dapat

menunjukan stok karbon yang tepat, kemudian 20% dari kredit yang ditahan

tersebut dapat dikeluarkan (Stilma 2012).

3.3.5 Biaya dan Pendapatan Perdagangan Karbon

Komponen biaya yang harus dikeluarkan jika petani akan mengikuti skema

perdagangan karbon merupakan total biaya yang harus dikeluarkan untuk

mengusahakan hutan rakyat seperti biaya operasional dan biaya tetap ditambah

biaya untuk mengikuti skema karbon.

Menurut penelitian Antoko (2011) biaya transaksi dalam Plan Vivo antara

lain: biaya registrasi dan validasi (sekali selama proyek), biaya monitoring

(dilakukan setiap tahun selama proyek), biaya verifikasi (dilakukan setiap 5 tahun

selama proyek berlangsung), dan biaya pengembangan dari proyek. Total

keseluruhan biaya transaksi tersebut tidak lebih dari 40% total perolehan

pendapatan dari penjualan sertifikat penurunan emisi Voluntary (or Verified)

Emission Reductions (VERs).

Perhitungan nilai ekonomi karbon dilakukan dengan menghitung nilai NPV

dan menggunakan pendekatan Voluntary (or Verified) Emission Reductions

(VERs) yang disebut dengan Plan Vivo certificates dengan jangka waktu 5─15

tahun. Plan Vivo certificates merupakan voluntary carbon (sertifikat layanan

lingkungan) yang mempresentasikan penyimpanan jangka panjang sebesar satu

Page 30: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

17

tonCO2, ditambah dengan penambahan keuntungan bagi masyarakat dan

ekosistem. Sertifikat ini diperdagangkan dan mengikuti aturan yang dikeluarkan

oleh sebuah pasar karbon sukarela Plan Vivo. Komponen pendapatan diperoleh

dari total hasil penjualan karbon sukarela ditambah dengan hasil penjualan hasil

hutan rakyat (Antoko 2011).

Harga karbon yang digunakan dibuat skenario dengan harga jual karbon,

yaitu: 10 USD/tonCO2, 15 USD/tonCO2 dan 20USD/tonCO2. Harga karbon ini

pada dasarnya sangat tergantung kepada kesepakatan antara penjual dan pembeli

jasa.

3.3.6 Perhitungan Keuntungan Perdagangan Karbon

Keuntungan hutan rakyat dalam skema perdagangan karbon sukarela ini

diketahui dari pendapatan total, yaitu pendapatan kayu dan jasa karbon dikurangi

dengan total biaya. Total biaya yaitu biaya pembangunan hutan rakyat, biaya

pemeliharaan dan biaya skema karbon sukarela. Secara matematis dapat dituliskan

sebagai berikut:

𝜋 = R - C

Keterangan : 𝜋 = Keuntungan (Rp) R = Pendapatan (Rp) C = Biaya (Rp)

Page 31: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

18

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

4.1.1 Letak dan Luas

Secara administratif, pemerintahan Desa Dlingo termasuk dalam wilayah

Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Desa Dlingo berbatasan dengan Desa Temuwuh Dlingo di bagian utara, Desa

Banyusoca Gunungkidul di bagian selatan, Desa Bleberan Gunungkidul di bagian

timur dan Desa Muntuk Dlingo di bagian barat. Jarak Desa Dlingo kurang lebih

25 km dari ibukota Kabupaten Bantul atau 0,5 km dari ibukota Kecamatan

Dlingo. Desa Dlingo memiliki luas 856,75 ha yang terbagi dalam 10 pedusunan

yaitu Dusun Dlingo I, Dlingo II, Pokoh I, Pokoh II, Koripan I, Koripan II,

Kebosungu I, Kebosungu II, Pakis I dan Pakis II (Desa Dlingo 2012).

4.1.2 Jenis Tanah dan Topografi

Wilayah Desa Dlingo memiliki kondisi tanah berupa perbukitan atau

pegunungan karst dengan jenis tanah mediteran yang memiliki lapisan tanah tipis,

berbatu dan kurang subur. Desa Dlingo terletak di dataran tinggi dengan

ketinggian 200─285 mdpl. Wilayah bagian timur yang membentang dari utara ke

selatan lebih tinggi dari wilayah bagian barat dengan topografi berombak sampai

berbukit sebesar 100% dari wilayahnya dengan kemiringan 25─40%. Pedusunan

yang wilayahnya lebih rendah yang berada pada wilayah bagian timur dan selatan

adalah Pokoh I, Pokoh II dan Kebosungu II, sedangkan Pedusunan di bagian barat

dan utara yaitu Dlingo II, Pakis II sedangkan di bagian utara adalah Koripan I dan

Koripan II.

Desa Dlingo dilalui oleh sungai besar yaitu Sungai Oya yang mengalir dari

utara ke selatan mengelilingi bagian timur dan selatan dari wilayah Desa Dlingo

sekaligus menjadi batas wilayah antara Desa Dlingo dengan wilayah Kabupaten

Gunungkidul.

Page 32: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

19

4.1.3 Iklim dan Curah Hujan

Desa Dlingo memiliki tipe iklim C menurut Schmidt dan Ferguson dengan

curah hujan 1500─2000 mm/tahun. Suhu di Desa Dlingo berkisar antara 23─33

°C dengan kelembaban sedang.

4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk

4.2.1 Pola Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Desa Dlingo terbagi dalam berbagai penggunaan lahan

yan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pola penggunaan lahan Jenis penggunaan Luas (ha) Persentase (%)

Sawah/pertanian 69,1 6,8 Ladang/tegalan 196,4 19,4 Pemukiman 321,0 31,7 Hutan rakyat 395,0 38,9 Lain-lain 32,2 3,2

Jumlah 1013,7 100,0

Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk hutan rakyat paling

luas yaitu 395 ha atau 38% dari luas Desa Dlingo. Berikut ini Gambar 2

merupakan peta tata guna lahan dan sumberdaya alam dari Desa Dlingo.

Gambar 2 Peta tata guna lahan dan sumberdaya alam Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul.

Page 33: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

20

4.2.2 Penduduk

Berdasarkan monografi Desa Dlingo pada tahun 2012 jumlah penduduk

Desa Dlingo sebanyak 5.590 jiwa yang mencakup 1.772 kepala keluarga, terdiri

dari 2.767 jiwa laki-laki (49,5%) dan 2.823 jiwa perempuan (50,5%). Jumlah

penduduk tertinggi di Dusun Pakis II sebesar 751 jiwa dan terendah di Dusun

Dlingo II yaitu sebesar 336 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Dlingo beragama

islam yaitu sebesar 5.580 jiwa dan 10 jiwa memeluk agama kristen/katolik.

4.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Struktur Umur

Berdasarkan struktur umur, jumlah penduduk Desa Dlingo usia 0-14 tahun

sebesar 1.179 orang, umur 15-24 tahun sebesar 893 orang, sedang usia 25-49

tahun sebesar 2.179 orang dan usia lanjut atau lebih dari 50 tahun berjumlah 1.339

orang sehingga jumlah total penduduk Desa Dlingo adalah 5.590 jiwa.

4.2.4 Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama penduduk Desa Dlingo adalah bertani. Selain

bertani, mereka juga bekerja di pertukangan atau buruh bangunan. Mata

pencaharian penduduk Desa Dlingo dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Mata pencaharian Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

Karyawan PNS 112 5,6 Abri/Polri 16 0,8 Swasta 272 13,5 Pedagang 240 11,9 Tani 729 36,2 Buruh tani 244 12,1 Pensiunan 59 2,9 Tukang 212 10,5 Peternak 30 1,5 Pengrajin 84 4,2 Jasa 15 0,8

Jumlah 2.013 100,0 Sumber: Desa Dlingo 2012

4.2.5 Sarana dan Prasarana

Prasarana utama yang ada di Desa Dlingo antara lain sarana jalan terdiri dari

jalan propinsi 2 km, jalan kabupaten 16 km dan jalan desa 27 km dan jembatan

beton sebanyak 4 buah. Sarana yang ada di Desa Dlingo terdiri dari sarana

pendidikan, peribadatan, kesehatan, perekonomian, pemerintahan dan pelayanan

umum.

Page 34: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

21

Sarana pendidikan yang ada di Desa Dlingo terdiri dari 4 jenjang yaitu

Paud, TK, SD, SMP dan SMA. Pendidikan Paud ada 10 buah dan menyebar di

setiap dusun. Pendidikan TK ada 4 buah, pendidikan SD ada 5 buah, pendidikan

SMP ada 2 buah dan pendidikan SMA hanya 1 buah.

Fasilitas peribadatan Desa Dlingo terdiri dari masjid dan langgar, sedangkan

fasilitas peribadatan agama lain selain Islam tidak terdapat di Desa Dlingo karena

bisa dikatakan bahwa hampir semua penduduk Desa Dlingo beragama Islam

sehingga untuk penduduk non muslim peribadatan dilakukan di wilayah lain.

Adapun jumlah masjid dan langgar yang ada di Desa Dlingo yaitu ada 1 masjid

dan 38 langgar.

Sarana kesehatan yang ada di Desa Dlingo terdiri dari puskesmas dan

posyandu. Adapun jumlah puskesmas dan posyandu yang ada di Desa Dlingo

yaitu ada 1 buah puskesmas di Desa Koripan I dan 12 posyandu yang tersebar

disetiap dusun.

Sarana perekonomian terdiri dari pasar, toko, warung dan pertokoan.

Adapun jumlah pasar tradisional yaitu ada 1 buah yang berada di Dusun Koripan

I, toko berjumlah 2 buah dan tersebar di Koripan I dan Dlingo I. Warung/kios

menyebar disetiap dusun dengan jumlah total 84 warung di Desa Dlingo.

Sarana pemerintahan dan pelayanan umum yang ada di Desa Dlingo adalah

kantor desa, balai pertemuan, kantor dinas, bank/perbankan, gardu jaga, bengkel

kerja, kantor KUA, kantor parpol dan kantor koramil.

Page 35: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

22

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kegiatan GNRHL di Desa Dlingo

Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)

dilakukan pada tahun 2003─2004 dan di Desa Dlingo sendiri dilakukan pada

tahun 2003. Proyek ini merupakan proyek nasional dibawah Kementrian

Kehutanan dan untuk implementasi di lapangan, proyek GNRHL yang ada di

Kabupaten Bantul dibawahi oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dipertahut)

Kabupaten Bantul. Menurut Dipertahut Kabupaten Bantul, proyek GNRHL telah

berhasil melakukan penanaman di lahan milik rakyat di Kabupaten Bantul seluas

2.450 ha dan salah satunya adalah di hutan rakyat Desa Dlingo. Luas hutan rakyat

hasil dari GNRHL di Desa Dlingo yaitu 325 ha. Rincian mengenai luasan

GNRHL masing-masing dusun dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas GNRHL masing-masing dusun di Desa Dlingo No Nama Dusun Luas GNRHL (ha) 1. Pokoh I 56,75 2. Pokoh II 55,25 3. Kebosungu I 62,75 4. Kebosungu II 61,25 5. Koripan II 39,00 6. Pakis I 25,00 7. Pakis II dan Dlingo II 25,00

Total 325,00

Dipertahut menyediakan bibit, pupuk, dan alat-alat untuk pengolahan dan

perawatan tanaman seperti: cangkul, linggis, dan alat semprot secara gratis per

kelompok tani. Pembagian dilakukan setelah pengajuan proposal oleh kelompok

tani dan hanya dibagikan pada awal tahun sebelum dilakukan penanaman. Selain

itu untuk kegiatan pembangunan hutan rakyat, petani diberikan upah berdasarkan

satuan hari orang kerja (HOK) sebesar Rp 15.000/orang/hari.

Menurut Hidra (2007) komposisi jenis antara tanaman kayu-kayuan dengan

jenis MPTS ditentukan dengan proporsi 70% tanaman kayu kayuan dan 30% jenis

MPTS. Jenis tanaman hutan rakyat terdiri dari jati, mangga, dan rambutan dengan

jarak tanam 5m x 10m. Namun kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan

rancangan, jarak tanam, dan jenis tanaman bervariasi sesuai dengan keinginan

Page 36: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

23

pemiliknya dan tidak ditemukan kondisi hutan rakyat yang sesuai dengan

rancangan. Disebabkan pola penanaman GNRHL menurut Dipertahut adalah pola

penanaman pengkayaan yang sebelumnya sudah terdapat tanaman, maka tanaman

baru sebagai tanaman pembatas maksimal 200 batang/ha.

5.2 Kondisi Hutan Rakyat

Untuk mengetahui kegiatan dari pengelolaan hutan rakyat di Desa Dlingo,

dilakukan wawancara semi terstruktur menggunakan kuesioner dengan 35

responden pemilik hutan rakyat dari 3 dusun, yaitu: Pakis II, Pokoh II, dan Dlingo

II. Lokasi GNRHL berada pada tanah yang miring dan tidak subur sehingga

sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat terasering atau piringan dari

batu yang disusun. Penanaman harus dilakukan pada saat awal musim penghujan

karena jika musim kemarau tanah sangat kering.

5.2.1 Kondisi Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat

Penduduk Desa Dlingo mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Dari

35 responden merupakan petani hutan rakyat, baik sebagai mata pencaharian

pokok maupun hanya sampingan.

Petani Desa Dlingo selain mengelola hutan rakyat juga mengelola tanaman

pertanian. Namun, bertani tanaman pertanian lebih diprioritaskan pengelolaannya

karena memiliki hasil dengan jangka waktu yang lebih pendek tidak seperti hasil

dari hutan rakyat. Selain itu, mereka juga memiliki pekerjaan sampingan karena

hasil dari pertanian saja tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya,

pekerjaan sampingan yang dilakukan yaitu sebagai pedagang, pengrajin mebel,

dan sebagai tukang bangunan.

5.2.2 Sistem Pemilik dan Penggunaan Hutan Rakyat

Status kepemilikan lahan merupakan lahan milik petani dengan telah

memiliki pengakuan dari masyarakat dan kelurahan, namun sebagian masih ada

yang belum memiliki bukti kepemilikan berupa sertifikat tanah. Berdasarkan

wawancara dengan responden, luasan hutan rakyat yang dimiliki berbeda-beda.

Umumnya letak hutan rakyat GNRHL berbentuk blok dan dimiliki oleh beberapa

petani dengan batas lahan berupa patok dari badan pertanahan dan berupa susunan

batu terasering.

Page 37: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

24

Tujuan utama responden membudidayakan hutan rakyat berbeda-beda,

sebagian besar responden beralasan untuk keperluan sendiri dan digunakan

sebagai bahan baku mebel dan sebagian juga digunakan untuk investasi tambahan

di masa depan. Harga kayu jati yang tinggi diharapkan dapat memberikan

tambahan penghasilan untuk keperluan masa depan, seperti keperluan tambahan

biaya pendidikan, atau kegiatan lainnya yang membutuhkan modal besar.

Sebelum dilakukan penanaman dari proyek GNRHL, lahan hutan rakyat

tersebut berupa lahan kritis, tegalan, dan pekarangan. Pola penanaman GNRHL

menurut Dipertahut yaitu dengan pola penanaman pengkayaan dengan

sebelumnya sudah terdapat tanaman sehingga diperlukan penambahan tanaman

dengan proyek GNRHL ini agar tanaman lebih produktif. Setelah penanaman

GNRHL dilakukan, lahan hutan rakyat masyarakat ini ditumbuhi pohon jati

dengan bentuk hutan rakyat yang berbeda-beda. Bentuk hutan rakyat jati di Desa

Dlingo terdiri dari sistem monokultur jati, sistem campuran dengan tanaman kayu

keras lainnya seperti mahoni, sonokeling, dan bentuk tumpangsari. Tumpangsari

dilakukan dengan menggunakan jenis tanaman pertanian yaitu ketela, umbi-

umbian dan tanaman pisang. Pemilihan tanaman keras campuran berdasarkan

pertimbangan agar tidak mudah terserang penyakit dan variasi jenis di lahan

miliknya, sedangkan pemilihan jenis tanaman pertanian berdasarkan

pertimbangan kebutuhan untuk mendapatkan hasil panen jangka pendek untuk

kebutuhan sehari-hari.

5.2.3 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat

Prabowo (1998) kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat meliputi

pengadaan benih, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran hasil.

Kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Pengadaan Benih

GNRHL pengadaan dalam bentuk bibit bukan benih. Bibit diperoleh secara

gratis dari Dipertahut melalui kelompok tani yang ditunjuk.

2. Penanaman

Penanaman GNRHL dilakukan secara gotong royong oleh kelompok tani

menanam secara bergiliran di lahan milik mereka. Para petani tersebut

mendapatkan upah berdasarkan HOK sebesar Rp 15.000/hari dari Dipertahut.

Page 38: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

25

Daerah Desa Dlingo merupakan daerah yang memiliki tanah yang mudah

kekeringan ketika musim kemarau, sedangkan tanaman jati sangat peka

terhadap kekeringan pada awal masa tanam, sehingga penanaman dilakukan

pada awal musim penghujan agar bibit yang ditanam mendapatkan air yang

cukup. Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan

jarak tanam 5m x 10m sesuai anjuran Dinas setempat, namun jarak tanam

berbeda-beda tergantung dari kondisi lahan yang kosong di lapangan.

Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan pupuk organik sebesar 2,5

kg/pohon yang diperoleh secara gratis dari proyek GNRHL.

3. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani diantaranya adalah

penyulaman, pemupukan, dan penyemprotan. Semua kegiatan tersebut hanya

dilakukan pada tahun pertama hingga tahun kedua, sedangkan untuk tahun-

tahun selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada petani dalam

pengelolaannya. Namun sekarang ini kegiatan perawatan sudah tidak ada.

Pemupukan dilakukan pada saat penanaman dengan pupuk organik sebesar

2,5 kg/pohon dan pupuk anorganik urea diberikan dua kali yaitu pada akhir

musim penghujan pada tahun pertama dan kedua dengan masing masing

sebesar 3 tablet/pohon. Penyulaman dilakukan pada tahun kedua setelah

penanaman, sedangkan untuk kegiatan penjarangan yang seharusnya

dilakukan pada tahun kelima tidak dilakukan.

4. Pemanenan

Menurut petani, umumnya jati dipanen setelah berumur 25 tahun, namun jika

ada kebutuhan mendesak dapat dipanen sebelum umur 25 tahun. Pemanenan

yang biasa dilakukan dikenal dengan istilah sistem tebang butuh, yaitu

kegiatan penebangan karena kepentingan ekonomi yang mendesak, seperti

kebutuhan anak sekolah, hutang-piutang dan lain-lain. Pembelian kayu

dilakukan ketika pohon masih berdiri, pihak pembeli atau tengkulak yang

datang langsung ke areal hutan rakyat setelah adanya kesepakatan harga

dengan petani. Penjualan seperti ini petani tidak menanggung biaya

penebangan, biaya pemasaran dan risiko kerusakan kayu yang terjadi akibat

proses penebangan. Namun, biasanya petani mendapatkan harga tawar yang

Page 39: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

26

rendah karena kurangnya informasi tentang harga kayu dan harga dikuasai

oleh tengkulak. Harga kayu jati juga bervariasi hanya berdasarkan perkiraan

diameter, tidak ada patokan harga untuk per meter kayunya sehingga harga

hanya berdasarkan tawar menawar antara penjual dan pembeli.

5. Pemasaran hasil

Pembeli kayu biasanya menggunakan kayunya untuk dibuat dalam bentuk

kerajinan mebel. Sejauh ini tidak dilakukan pemasaran kayu log keluar dari

desa, namun untuk pemasaran mebel sudah dipasarkan hingga keluar

kabupaten, bahkan sampai ke luar jawa seperti Bali. Pengrajin mebel di Desa

Dlingo cukup banyak, dalam satu dusun saja hampir setengah dari KK

memiliki usaha mebel baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk

dipasarkan.

Pengelolaan hutan rakyat di Desa Dlingo didukung oleh keberadaan

kelompok tani dan penyuluh kehutanan dari Dipertahut. Kelompok tani dan

penyuluh berfungsi sebagai wadah bagi para petani pengelola hutan rakyat untuk

meningkatkan pengetahuan dan informasi anggota kelompok tani tentang cara

mengelola hutan rakyat dengan benar. Selain itu, mereka juga dapat saling belajar

dan berbagi pengalaman.

Pembangunan hutan rakyat ini, petani tidak mengeluarkan biaya sedikitpun,

bahkan petani malah mendapat upah dari proyek pembuatan hutan rakyat GNRHL

yaitu sebesar Rp 15.000/orang/hari. Tabel 4 menyajikan informasi mengenai

biaya pembangunan hutan rakyat Desa Dlingo dengan luasan 325 ha yang

dikeluarkan oleh pemerintah melalui Dipertahut.

Page 40: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

27

Tabel 4 Biaya pembuatan hutan rakyat No. Jenis pekerjaan Biaya bahan/peralatan Biaya tenaga Total biaya

(rupiah) Volume Satuan (rupiah)

Biaya (rupiah)

Volume Satuan (rupiah)

Biaya (rupiah)

1. Persiapan a. pemancangan patok batas/ajir b. pembuatan papan nama c. pembuatan gubuk kerja d. pengadaan bahan, peralatan

325 ha 7 unit 7 unit 7 unit

17.600 500.000

5.450.000 1.600.000

5.720.000 3.500.000

38.150.000 11.200.000

35 HOK 350 HOK

15.000 15.000

525.000 3.150.000

5.720.000 4.025.000

41.300.000 11.200.000

2. Pelaksanaan a. pembuatan dan pemasangan ajir b. pembuatan piringan dan lubang tanam c. langsir bibit d. penanaman e. pemupukan

1. anorganik 2. organik

10205 kg 178,75 ton

9.000 500.000

91.845.000 89.375.000

468 HOK

2860 HOK 351 HOK

1430 HOK

15.000 15.000 15.000 15.000

7.020.000

42.900.000 5.265.000

21.450.000

7.020.000

42.900.000 5.265.000

21.450.000

91.845.000 89.375.000

3. Pemeliharaan a. pemeliharaan tanaman b. pemupukan

351 HOK 715 HOK

15.000 15.000

5.265.000

10.725.000

5.265.000

10.725.000 4. Angkutan bibit, pengamanan dan

pemeliharaan bibit 7 paket 1.100.000 7.700.000 7.700.000

5. Pengawasan/supervisi 7 paket 600.000 4.200.000 4.200.000 Total 347.990.000

Page 41: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

28

Tabel 4 biaya pembangunan hutan rakyat di Desa Dlingo dengan luasan 325

ha yaitu sebesar Rp 347.990.000 atau Rp 1.070.700/ha. Biaya pengelolaan hutan

rakyat terdiri dari dua biaya utama yaitu: biaya pembangunan hutan rakyat dan

biaya pemanenan hutan rakyat, akan tetapi petani tidak mengeluarkan biaya untuk

pemanenan kayu. Biaya pengelolaan hutan rakyat terdiri dari biaya persiapan,

pelaksanaan, pemeliharaan, angkutan bibit, pengamanan dan pemeliharaan bibit

dan pengawasan/supervisi. Biaya ini tidak mempertimbangkan biaya pembelian

bibit karena tidak ada anggaran biaya dari Dipertahut untuk pembelian bibit.

Walaupun tanaman dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa ada perlakuan

pemeliharaan, namun petani masih menggunakan waktunya untuk mengunjungi

tegakan jati miliknya. Tabel 5 merupakan perkiraan rata-rata penggunaan waktu

dan biaya yang telah dikorbankan petani untuk pemeliharaan tanaman.

Tabel 5 Penggunaan waktu dan biaya petani untuk pemeliharaan tanaman Tahun

Rata-rata

(jam/ minggu) Rata-rata

(jam/tahun) Biaya per jam

(rupiah) Biaya per tahun

(rupiah) 2003 3 144 1.875 270.000 2004 2 96 1.875 180.000 2005 1 48 1.875 90.000 2006 1 48 2.200 105.600 2007 1 48 2.550 122.400 2008 1 48 2.875 138.000 2009 1 48 3.200 153.600 2010 1 48 3.550 170.400 2011 1 48 3.875 186.000 2012 1 48 3.750 180.000 2013 1 48 3.750 180.000 2014 1 48 3.750 180.000 2015 1 48 3.750 180.000 2016 1 48 3.750 180.000 2017 1 48 3.750 180.000 2018 1 48 3.750 180.000 2019 1 48 3.750 180.000 2020 1 48 3.750 180.000 2021 1 48 3.750 180.000 2022 1 48 3.750 180.000 2023 1 48 3.750 180.000 2024 1 48 3.750 180.000 2025 1 48 3.750 180.000 2026 1 48 3.750 180.000 2027 1 48 3.750 180.000

total 28 1.344

4.296.000

Petani melakukan pemeliharaan dengan mengunjungi tegakannya setiap

seminggu sekali. Namun pada tahun pertama, waktu yang dihabiskan petani

dalam seminggu sekitar 3 jam, tahun kedua sekitar 2 jam dan tahun selanjutnya

Page 42: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

29

hanya 1 jam. Biaya per jam yaitu perkiraan biaya sebesar Upah minimum

Regional (UMR) pada tahun tersebut. Perkiraan biaya pemeliharaan yaitu sebesar

Rp 4.296.000/petani atau sebesar Rp 171.850/petani/tahun. Jumlah petani di Desa

Dlingo ini ada 729 orang dan luasan total hutan rakyat sebesar 325 ha, maka rata-

rata kepemilikan lahan seluas 0,45 ha/petani sehingga biaya pemeliharaan sebesar

Rp 9.546.700 /ha atau Rp 381.900/ha/tahun.

5.3 Deskripsi Tegakan Hutan Rakyat

Pendugaan potensi tegakan hutan rakyat data primer yang diperlukan yaitu

data diameter dan tinggi pohon. Data diameter dan tinggi dilakukan dengan

sampling 35 responden lahan hutan rakyat yang ada di Dusun Pakis II, Pokoh II

dan Dlingo II. Pemilihan lokasi berdasarkan lokasi penanaman GNRHL yang

dilakukan dusun tersebut. Pengukuran dilakukan secara sampling karena

pertimbangan keterbatasan tenaga, kondisi tegakan dominan seumur dan luasan

hutan rakyat hasil GNRHL mencapai 325 ha.

Pengukuran diameter dan tinggi total (TT) dilakukan pada semua pohon

yang ada di dalam plot yang berukuran 0,1 ha yang akan mewakili setiap lahan

responden. Tabel 6 menjelaskan kondisi tegakan hutan rakyat berdasarkan hasil

pengukuran sampling.

Tabel 6 Kondisi tegakan hutan rakyat Kelas diameter

(cm) Jumlah pohon Kerapatan

(N/ha) Persentase

(%) Rata-rata TT

(m) D < 5 611 175 19 3,92 5 ≤ D < 10 1317 376 41 8,14 10 ≤ D < 15 890 254 27 11,29 15 ≤ D < 20 287 82 9 13,14 20 ≤ D < 25 93 27 3 13,82 D ≥ 25 23 7 1 14,01

Total 3221 921 100

Jumlah pohon hasil sampling sebanyak 35 lahan responden atau 3,5 ha ada

3.221 pohon. Dari hasil perhitungan, diperoleh diameter rata-rata dan tinggi rata-

rata hutan rakyat di Desa Dlingo hasil dari sampling berturut-turut adalah 9,45 cm

dan 8,87 m. Kondisi tegakan hutan rakyat didominasi oleh tegakan yang

berdiameter 5 ≤ D < 10 dengan persentase sebesar 41%.

Page 43: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

30

Kondisi tegakan walaupun memiliki umur tanam yang sama, namun

memiliki diameter yang berbeda-beda. Kondisi tegakan yang berada pada lokasi

tepi jalan atau tepi lahan cenderung memiliki pohon-pohon yang berdiameter

besar. Hal itu disebabkan pohon-pohon yang berada di tepi mendapatkan sinar

matahari yang cukup dan ada sebagian dari lahan mendapatkan perlakuan

perawatan dari pemiliknya. Namun, dari 35 responden hanya 2 responden saja

yang melakukan perawatan pada lahan hutan rakyatnya. Perawatan itu antara lain

pemberian pupuk organik dari kotoran sapi dan pembersihan gulma.

Hasil dari sampling menunjukkan pertumbuhan pohon-pohon pada tegakan

hutan rakyat hasil GNRHL Desa Dlingo memiliki pertumbuhan yang normal.

Menurut penelitian Ginoga et al. (2005), pertumbuhan jati di KPH Saradan Jawa

Timur pada umur 9 tahun berdiameter 9,73 cm sehingga tidak berbeda jauh

dengan hasil dari penelitian ini sebesar 9,45 cm.

5.4 Potensi Volume Tegakan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus volume pohon jati dengan

faktor angka bentuk jati 0,759 (Novendra 2008), diperoleh hasil volume terbesar

yaitu pada diameter tegakan antara 10 cm sampai 15 cm dengan nilai terbesar

91,29 m3. Tabel 7 menunjukkan potensi volume tegakan hutan rakyat.

Tabel 7 Potensi volume tegakan berdasarkan kelas diameter Kelas diameter

(cm) Jumlah pohon Kerapatan

(N/ha) Volume

(m3) Volume (m3/ha)

D < 5 611 175 2,14 0,61 5 ≤ D < 10 1317 376 39,28 11,22 10 ≤ D < 15 890 254 91,29 26,08 15 ≤ D < 20 287 82 67,12 19,18 20 ≤ D < 25 93 27 37,33 10,67 D ≥ 25 23 7 14,45 4,13

Total 3221 921 251,61 71,89

Volume tegakan kayu jati di desa Dlingo saat ini yaitu sebesar 71,89 m3/ha.

Pendapatan yang diperoleh pada umur jati saat ini (9 tahun) dengan mengalikan

volume saat ini dengan harga kayu jati apabila harga di pasaran saat ini Rp

1.400.000/m3 adalah Rp 100.646.000/ha. Potensi volume akhir daur diperkirakan

sebesar 1.540 m3/ha. Nilai ini diperoleh dengan menghitung MAI (Mean Annual

Increment) yaitu dengan cara membagi diameter saat ini terhadap umur tanam.

Page 44: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

31

Selanjutnya riap tahunan diameter pohon dikalikan dengan daur yaitu 25 tahun

sehingga diperoleh diameter pohon pada umur 25 tahun. Tinggi pohon pada akhir

daur dihitung dengan cara yang sama dengan perhitungan riap diameter.

Pendapatan yang diperoleh jika kayu dijual pada akhir daur dengan asumsi daur

tebang 25 tahun sebesar Rp 2.156.000.000/ha dengan asumsi harga per m3 pohon

jati adalah tetap. Keuntungan yang diperoleh yaitu dengan mengurangi

pendapatan dari penjualan tegakan jati di akhir daur dengan biaya pembangunan

tegakan hutan rakyat dan biaya pemeliharaan. Biaya pembangunan hutan rakyat

adalah Rp 347.990.000 atau Rp 1.070.700/ha dan biaya pemeliharaan Rp

9.546.700/ha, sehingga keuntungan yang diperoleh dari hutan rakyat sampai akhir

daur panen sebesar Rp 2.145.382.600/ha.

Perkiraan potensi volume umur 25 tahun dengan perhitungan tersebut

menghasilkan nilai yang sangat besar, sementara tegakan yang tidak dilakukan

penjarangan seharusnya memiliki pertumbuhan riap yang kecil karena persaingan

antar pohon yang sangat ketat. Sehingga perhitungan potensi volume akhir daur

dilakukan dengan menggunakan tabel tegakan jati bonita II dan diperoleh potensi

volume sebesar 209,32 m3/ha. Pendapatan jika pada umur 25 tahun dilakukan

penebangan yaitu sebesar Rp 683.018.000/ha. Keuntungan setelah pendapatan

dikurangi biaya pembangunan hutan rakyat sebesar Rp 1.070.700/ha dan

pemeliharaan Rp 9.546.700/ha yaitu sebesar Rp 672.400.600/ha.

5.5 Potensi Karbon

Metode pendugaan karbon tegakan dilakukan dengan empat persamaan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat perbedaan hasil dari masing-masing

persamaan yang digunakan. Masing-masing persamaan dapat dibandingkan dari

hasil pendugaan karbon dan dapat diketahui faktor-faktor penyebab perbedaan

hasil pendugaan karbon dari persamaan-persamaan tersebut sehingga dapat

ditentukan persamaan terbaik untuk pendugaan karbon hutan rakyat jati di Desa

Dlingo ini.

Metode pertama yaitu persamaan umum dengan mensubstitusikan

diameter dan tinggi total tegakan ke dalam rumus volume pohon dan

memperhitungan faktor angka bentuk pohon jati sebesar 0,759 (Novendra 2008)

Page 45: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

32

sehingga diperoleh nilai volume tegakan diperoleh sebesar 23.364,25 m3 atau

71,89 m3/ha. Pendugaan biomassa pohon diperoleh dengan cara mengalikan

volume dengan berat jenis kayu jati yaitu sebesar 0,67 (APHI dan Cerindonesia

2011) sehingga diperoleh kandungan biomassa sebesar 15.654,05 ton atau 48,17

ton/ha dan menurut SNI 7724:2011 sebesar 0,47 dari biomassa merupakan

kandungan karbon sebesar 7.357,189 tonC atau 22,64 tonC/ha. Pada persamaan

pertama pengukuran tinggi di lapangan cenderung mengakibatkan penyimpangan

yang tinggi karena kesalahan dari pengukur dalam mengukur tinggi dengan

hagahypsometer.

Metode kedua merupakan persamaan umum yang sering digunakan adalah

rumus Ketterings et al. (2001). Persamaan ini dilakukan dengan cara

mensubstitusikan diameter total tegakan dan memperhitungkan berat jenis kayu

jati yaitu sebesar 0,67 (APHI dan Cerindonesia 2011) sehingga diperoleh nilai

biomassa sebesar 12.869,211 ton atau 39,59 ton/ha. Menurut SNI 7724:2011,

sebesar 0,47 dari biomassa merupakan kandungan karbon yaitu sebesar 6.048,53

tonC atau 18,61 tonC/ha.

Persamaan pertama dan persamaan kedua merupakan persamaan umum

yang mudah diaplikasikan, bisa meminimalkan kesalahan pengukuran, serta

cukup sederhana. Kelemahannya adalah kurang bisa mengakomodasi jumlah

karbon selain biomassa atas pohon seperti jumlah karbon pada akar, daun dan

tanah (Ginoga et al. 2005). Selain itu, kedua persamaan ini menggunakan

pendekatan berat jenis yang memungkinkan peluang penyimpangan pada

pemilihan berat jenis yang digunakan. Berat jenis jati berkisar antara 0,62 sampai

dengan 0,75 (Purnamasari 2008), sedangkan berat jenis yang digunakan yaitu

berat jenis rata-rata sebesar 0,67.

Penetapan persamaan alometrik yang akan dipakai dalam pendugaan

biomassa merupakan tahapan penting dalam proses pendugaan biomassa. Setiap

persamaan alometrik dikembangkan berdasarkan kondisi tegakan dan variasi jenis

tertentu yang berbeda satu dengan yang lain. Pemakaian suatu persamaan yang

dikembangkan belum tentu cocok apabila diterapkan di daerah lain (Sutaryo

2008).

Page 46: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

33

Metode ketiga dan keempat merupakan metode persamaan biomassa

diperoleh dari hasil penelitian destruktif pohon jati di dua tempat, yaitu: Desa

Dengok, Kecamatan Playen Gunungkidul dan Perum Perhutani KPH Cepu, Jawa

Tengah. Persamaan alometrik C= 0,1986 D2,13 menggunakan sampel 15 pohon jati

dengan kelas diameter 5-14 cm, 15-24 cm, dan 25 cm keatas, sedangkan

persamaan C= 0,2759 D2,2227 x 0,47 merupakan persamaan hasil destruktif pohon

jati di KPH Cepu, Jawa tengah menggunakan 24 pohon jati dengan tingkatan

umur 2, 11, 22, 41, 45, 53, 70, dan 88 tahun. Kedua persamaan ini dipilih karena

pertimbangan peluang kesalahan yang tinggi terhadap tinggi tegakan yang diambil

di lapangan. Persamaan ketiga dipilih dengan alasan lokasi yang berdekatan

dengan lokasi penelitian untuk Desa Dengok Kecamatan Playen Gunungkidul

sehingga memungkinkan untuk kemiripan kondisi tanah, cuaca, ketinggian lokasi

karena berada di lereng pegunungan seperti di hutan rakyat Desa Dlingo.

Persamaan alometrik hasil destruktif di KPH Cepu, Jawa Tengah dipilih

untuk perbandingan terhadap perlakuan silvikultur antara tegakan jati di hutan

rakyat yang kurang mendapat perlakuan silvikultur dengan tegakan jati di KPH

Cepu yang mendapat perlakuan silvikultur secara intensif. Tabel 8 menyajikan

hasil dari pendugaan karbon dari keempat persamaan tersebut.

Tabel 8 Persamaan pendugaan kandungan karbon No. Metode persamaan Lokasi persamaan

diperoleh Potensi karbon (ton/ha)

Nilai ragam

Sumber penyimpangan

1 C= 𝜌 x V x 0,47

Persamaan umum 22,64 0,864 Pengukuran tinggi dan faktor berat jenis

2 C= 0,052 𝜌 D2,62 x 0,47 Ketterings et al. (2001)

Muara Bungo, Bungo Tebu, Jambi

18,61 0,810 Faktor berat jenis

3 C= 0,1986 D2,13

(Saleh 2008) Desa Dengok, Kecamatan Playen Gunungkidul

29,11 0,895 Perbedaan lokasi

4 C= 0,2759 D2,2227 x 0,47 (Hendri 2001) diacu dalam Tiryana et al. (2011)

Perum Perhutani KPH Cepu, Jawa Tengah

24, 50 0,879 Perbedaan lokasi

Persamaan alometrik pendugaan karbon di Desa Dengok, Kecamatan Playen

Gunungkidul sebesar 9.460,75 tonC atau 29,11 tonC/ha dianggap yang terbaik

karena berdasarkan pertimbangan kemiripan kondisi geografis karena lokasi

Page 47: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

34

berdekatan dan sama-sama berada pada daerah pegunungan. Lokasi Kecamatan

Dlingo sebelah timur berbatasan langsung dengan kecamatan Playen. Menurut

AHPI dan Cerindonesia (2011), metode alometrik digunakan tergantung pada

jenis atau curah hujan, untuk itu digunakan rumus sesuai dengan jenis atau curah

hujan pada lokasi.

Lokasi Desa Dlingo memiliki curah hujan 1500─2000 mm/tahun,

sedangkan Desa Dengok Kecamatan Playen Gunungkidul 2000─2100 mm/tahun.

Kedua tempat ini sama-sama berlokasi di daerah pegunungan karst yang

berdekatan dengan ketinggian untuk Desa Dlingo yaitu 200─295 mdpl sedangkan

untuk Desa Dengok yaitu 200─300 mdpl. Dari hubungan diameter dan karbon,

persamaan ini diperoleh nilai ragam terbesar dibandingkan persamaan lainnya

sebesar 0,895. Dari pertimbangan ini persamaan alometrik ketiga dipilih sebagai

yang terbaik.

Hasil perhitungan dengan persamaan alometrik keempat yaitu alometrik dari

pendugaan destruktif di perum perhutani, KPH Cepu, Jawa Tengah menunjukkan

nilai yang lebih kecil daripada persamaan ketiga yaitu sebesar 7.962,5 ton atau

24,50 ton/ha. Seharusnya nilai dengan persamaan keempat lebih besar daripada

persamaan ketiga, karena perlakuan silvikultur tanaman di Perhutani lebih intensif

dibandingkan dengan perlakuan tanaman di hutan rakyat yang kurang bahkan

tanaman dibiarkan tumbuh tanpa ada pemeliharaan lanjutan hingga akhir daur.

Menurut Malsheimer et al. (2009) diacu dalam Butarbutar (2009) hutan yang

dikelola akan menyerap karbon lebih banyak daripada hutan yang tidak dikelola

Menurut Pramono et al. (2010) untuk mendapatkan tegakan jati yang

menghasilkan kayu berkualitas tinggi, dipilih lahan yang memiliki kandungan

kapur dan lempung-liat cukup tinggi, memiliki perbedaan musim kemarau dan

musim penghujan yang nyata, berada pada ketinggian kurang dari 700 m dpl.

Kondisi tanah di Desa Dlingo memiliki kandungan kapur yang tinggi yang dapat

memacu pertumbuhan pada jati walaupun tidak dilakukan pemeliharaan.

Tabel 9 menyajikan informasi mengenai hasil pendugaan karbon dengan

persamaan terbaik yaitu persamaan alometrik pendugaan karbon di Desa Dengok,

Kecamatan Playen Gunungkidul dengan satu variabel yaitu diameter.

Page 48: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

35

Tabel 9 Potensi stok karbon tegakan hutan rakyat Kelas

diameter (cm) Kerapatan (N/ha) Potensi karbon

per ha (tonC/ha) Serapan karbondioksida

per ha (tonCO2/ha) D < 5 175 0,51 1,87 5 ≤ D < 10 376 5,66 20,77 10 ≤ D < 15 254 10,51 38,57 15 ≤ D < 20 82 6,98 25,61 20 ≤ D < 25 27 3,76 13,79 D ≥ 25 7 1,78 6,53

Total 921 29,11 106,83

Berdasarkan hasil pendugaan karbon dengan persamaan alometrik hasil

destruktif 15 pohon jati di hutan rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen,

Gunungkidul diperoleh potensi karbon terbesar yaitu pada kelas diameter antara 5

cm sampai dengan 10 cm sebesar 10,51 tonC/ha. Hal itu dikarenakan kelas

diameter antara 5 cm hingga 10 cm memiliki kerapatan terbesar dibandingkan

dengan kelas diameter lainnya. Total potensi karbon hutan rakyat dalam satu desa

yang memiliki luasan 325 ha sebesar 9.460,75 tonC atau 29,11 tonC/ha. Estimasi

serapan karbondioksida (CO2) dilakukan dengan persamaan yaitu: CO2 = 3,67 C

(Rochmayanto et al. 2010). Potensi serapan karbondioksida diperoleh sebesar

34.720,95 tonCO2 atau 106,83 tonCO2/ha. Tabel 10 merupakan perkiraan potensi

karbon, serapan karbondioksida dan jumlah sertifikat hutan rakyat Desa Dlingo

jika di skemakan ke perdagangan karbon.

Tabel 10 Perkiraan potensi karbon, serapan karbondioksida dan jumlah sertifikat Tahun proyek TonC/tahun TonCO2/tahun Jumlah sertifikat

1 2.380,979 8.738,19 8.738 2 2.666,038 9.784,36 9.784 3 2.954,657 10.843,59 10.843 4 3.246,562 11.914,88 11.914 5 3.541,523 12.997,39 12.997 6 3.839,342 14.090,39 14.090 7 4.139,847 15.193,24 15.193 8 4.442,884 16.305,38 16.305 9 4.748,321 17.426,34 17.426 10 5.056,036 18.555,65 18.555 11 5.365,923 19.692,94 19.692 12 5.677,885 20.837,84 20.837 13 5.991,831 21.990,02 21.990 14 6.307,683 23.149,20 23.149 15 6.625,366 24.315,09 24.315

Hasil serapan karbon yang diperoleh hutan rakyat Desa Dlingo tergolong

kecil. Hal itu disebabkan tanaman yang seumur cenderung menghasilkan serapan

karbon yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman dengan kelas umur yang

Page 49: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

36

bervariasi. Hutan dengan semua kelas umur dengan berbagai tipe mempunyai

kapasitas penyerapan yang lebih besar dan penyimpanan karbon dalam jumlah

besar juga, tetapi hutan campuran semua umur umumnya mempunyai kapasitas

penyerapan karbon yang lebih besar dan penyimpanan juga karena leaf area (luas

permukaan daun) yang lebih besar (Butarbutar 2009).

5.6 Biaya Kegiatan Perdagangan Karbon

Pendanaan untuk perdagangan karbon lewat pasar terbuka terdiri dari dua

pasar, yaitu pasar wajib dan pasar sukarela. Tujuan dari perdagangan karbon ini

diutamakan untuk menghasilkan sertifikat penurunan emisi. Sertifikat penurunan

emisi yang dihasilkan dari pasar wajib CDM yaitu CER (certified emission

reduction) sedangkan melalui pasar sukarela yaitu VER (verified emission

Reduction). VER tidak dapat digunakan oleh negara pihak pembeli sebagai bagian

dari pencapaian target penurunan emisi yang ditetapkan Protokol Kyoto,

sedangkan CER dapat digunakan (APHI dan Cerindonesia 2011).

5.6.1 Pasar Wajib (Compliant Market)

Pasar karbon wajib contohnya yaitu clean development mechanism (CDM)

atau mekanisme pembangunan bersih (MPB) yang periode komitmen dari tahun

2008 dan akan berakhir di tahun 2012 ini. Selain itu juga ada mekanisme

penurunan emisi baru yaitu REDD (reducing emission deforestation and

degradation). REDD belum ada mekanisme compliant yang jelas mengenai

perdagangan dan pendanaannya karena baru akan dibahas setelah periode

komitmen CDM berakhir. Namun, sekarang ini sudah banyak proyek percontohan

REDD yang ada di Indonesia dan selama ini proyek yang berlangsung lebih

kepada skema voluntary yang pihak investor atau pembeli yang berminat akan

mendanai pelaksanaan demonstration activities REDD (APHI dan Cerindonesia

2011).

Menurut Ginoga et al. (2011), biaya transaksi dapat diartikan sebagai

seluruh ongkos yang timbul karena pertukaran (bisnis) dengan pihak lain.Biaya

transaksi meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan baik sebelum proyek dimulai,

maupun setelah proyek berjalan. Jika penelitian ini diskemakan proyek

perdagangan karbon MPB, maka dapat diestimasikan besarnya biaya transaksi

Page 50: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

37

yaitu sebesar Rp 3.308, 49 juta atau Rp 10,18 juta/ha. Biaya ini belum ditambah

dengan biaya pembangunan hutan rakyat sebesar Rp 1.070.700/ha dan

pemeliharaan Rp 9.546.700/ha sehingga total biaya apabila hutan rakyat ini

mengikuti skema CDM sebesar Rp 20.797.400/ha. Perkiraan biaya transaksi

apabila penelitian ini diskemakan pada perdagangan karbon MPB dapat dilihat

pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Page 51: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

38

Tabel 11 Komponen dan besarnya biaya persiapan (mendapatkan Sertifikat penurunan emisi) skema CDM No. Kegiatan Pelaksanaan Waktu Biaya ( juta rupiah) Keterangan

biaya Cianjur

(17,5 ha) NTB

(150 ha) Penelitian (325 ha)

1 Surat kelayakan lahan untuk CDM Bupati/camat 1 hari-6 bulan 0 2,5 5,4 tetap 2 Penyusunan dokumen Rancangan

proyek (PDD) Pemilik proyek 1 minggu-1

bulan 14,0 35,0 180,0 tetap

3 Surat keterangan Menhut Menhut Maks. 3 minggu 0 3,0 6,5 tetap 4 Penyerahan PDD kepada komnas CDM Pemilik proyek melalui

pos 0,3 0,02 0,3 tetap

5 Persetujuan oleh komnas CDM Komnas CDM, sekretariat, tim teknis

0 2,0 4,33 tetap

6 Baseline-additonality Pemilik proyek 0 30,0 65,0 tetap 7 Monitoring dan evaluasi Tim independen 24,4 128,0 277,33 tetap 8 Sertifikasi, termasuk verifikasi dan

validasi Lembaga akreditasi nasional

6 bulan 400,0 400,0 400,0 tetap

9 Kerjasama dengan mahasiswa 0 20,4 44,2 variabel

10 Biaya pengurusan amdal Akreditor berdasarkan keputusan gubernur

6 bulan-1 tahun 7,5 200,0 433,33 tetap

Total 446,2 820,92 1.416,39

Page 52: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

39

Tabel 12 Komponen dan besarnya biaya pelaksanaan kegiatan CDM No. Tahap Kegiatan Institusi Biaya ( juta rupiah) Keterangan

biaya Cianjur (17,5 ha)

NTB (150 ha)

Penelitian (325 ha)

1 Persiapan Desain pelaksanaan proyek Dirjen rehabilitasi lahan dan hutan 4,28 15,0 32,50 tetap Pelatihan teknik petani HR Dinas kehutanan 24,45 0 24,45 tetap 2 Manajemen

proyek Infrastruktur dan peralatan Pelaksana 14,14 344,1 745,55 variabel

3 Administrasi dan konsultasi ke pusat

Pelaksana 20,10 200,4 434,20 tetap

4 Monitoring Inventarisasi serapan karbon dan pengawasan area

Pelaksana 0 174,5 378,10 variabel

5 Evaluasi Koordinasi, monitoring dan evaluasi

Dinas kehutanan/universitas 0 128,0 277,30 variabel

Total 62,97 862,0 1.892,10

Page 53: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

40

Menurut Ginoga (2007) biaya dalam skema CDM terdiri dari biaya

persiapan dan biaya pelaksanaan CDM. Biaya persiapan terdiri dari sepuluh

kegiatan yaitu surat kelayakan lahan untuk CDM, penyusunan dokumen

rancangan proyek (PDD), surat keterangan menhut, penyerahan PDD kepada

komnas CDM, baseline-additionality, monitoring dan evaluasi, sertifikasi

termasuk verifikasi dan validasi, kerjasama dengan mahasiswa dan biaya

pengurusan amdal. Adapun biaya pelaksanaan kegiatan CDM terdiri dari biaya

persiapan, manajemen proyek, monitoring dan evaluasi.

Perkiraan biaya ini dilakukan dengan membandingkan luasan dengan biaya

menurut penelitian Ginoga et al. (2008), sedangkan untuk biaya penyusunan

dokumen rancangan proyek mengacu pada biaya CDM skala kecil menurut APHI

dan Cerindonesia (2011) sebesar 20.000 USD atau Rp 180 juta.

5.6.2 Pasar Sukarela (Voluntary Market)

Biaya transaksi proyek Plan Vivo merupakan biaya yang dikeluarkan dari

tahapan konsep, desain proyek, registrasi dan hingga biaya setelah proyek aktif.

Pada penelitian ini, perkiraan biaya untuk biaya upah dan registrasi mengacu pada

perkiraan biaya yang ada di website Plan Vivo. Biaya tersebut merupakan biaya

resmi yang dikeluarkan pengembang proyek untuk dibayarkan ke Plan Vivo

Foundation, sedangkan biaya lainnya berdasarkan perkiraan pengeluaran dengan

acuan proyek MPB sebelumnya.

Perkiraan biaya registrasi dan validasi proyek Plan Vivo disajikan pada

Tabel 13. Perkiraan biaya transaksi proyek Plan Vivo hingga proyek telah aktif

disajikan pada Tabel 14.

Page 54: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

41

Tabel 13 Biaya registrasi dan validasi proyek Plan Vivo Proses Deskripsi Biaya

(juta rupiah) Keterangan biaya

Review Project Idea Note (PIN) Review kegiatan dilakukan oleh Plan Vivo Foundation

6,75 tetap

Validasi: Review Project Design Document Review kegiatan dilakukan oleh Plan Vivo

Foundation 4,5 tetap

Kunjungan lapangan

Kunjungan ke lokasi proyek oleh Expert Reviewer untuk menilai kapasitas dari koordinator proyek dan mengecek implementasi dari sistem.

72,0

estimasi berkisar atara 5.000-10.000 USD, tergantung tarif dari Expert Reviewer. Biasanya untuk luasan <100 ha menggunakan expert reviewer.

Review spesifikasi teknis

Review kegiatan dilakukan oleh Plan Vivo Foundation dan Technical Advisory Panel

3,6 tetap 200/ spec, asumsi untuk 2 tech spec

Review hasil validasi dan registrasi proyek

Review dan finalisasi dari registrasi proyek oleh Plan Vivo Foundation

4,5 tetap

Total 91,35

Page 55: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

42

Tabel 14 Perkiraan biaya transaksi proyek Plan Vivo Tahapan Proses Pelaksana Biaya

(juta rupiah) Keterangan

biaya Tahapan konsep Project Idea note Koordinator proyek 32,50 tetap Evaluasi pin dan registrasi Plan Vivo Foundation 6,75 tetap Desain proyek spesifikasi teknis

baseline +additionality AMDAL monitoring

project desain document (PDD)

Koordinator proyek dan mitra (lembaga penelitian, dukungan teknis eksternal) Koordinator proyek

65,00

433,33 150,00 67,50

tetap tetap

Kunjungan lapangan Kunjungan ke lokasi proyek oleh Expert Reviewer 72,00 variabel Persetujuan spesifikasi teknis

Persetujuan PDD

PlanVivo Foundation dan Technical Advisory Panel PlanVivo Foundation

3,60

4,50

tetap tetap

Persetujuan dari Host Country Koordinator proyek 4,33 tetap Kerjasama dengan konsultan eksternal dan

institusi-institusi lokal/riset Survei biomass Studi baseline Workshop dan training produsen Survei keanekaragaman hayati

Koordinator proyek dan mitra (lembaga penelitian, dukungan teknis eksternal)

44,20 variabel

Registrasi Validasi Laporan validasi dan registrasi

Plan Vivo Foundation dan expert viewer yang dipilih Plan Vivo Foundation Plan Vivo Foundation

3,60

4,50

tetap tetap

Proyek aktif Laporan tahunan Koordinator proyek 4,50 tetap Pendaftaran sertifikat Koordinator proyek 663,7356 variabel Penerbitan sertifikat Plan Vivo Foundation 110,6226 variabel Verifikasi pihak ketiga Third party verifier yang disetujui 66,70 tetap

Total 1.737,3682

Page 56: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

43

Perkiraan biaya transaksi ini disesuaikan dengan urutan tahapan proyek Plan

Vivo dari awal tahapan konsep hingga proyek telah aktif. Perkiraan biaya untuk

evaluasi PIN dan registrasi, kunjungan lapangan, persetujuan spesifikasi teknis,

persetujuan PDD, dan laporan validasi serta registrasi diperoleh dari biaya

menurut Plan Vivo yang telah tercantum di website resmi Plan Vivo. Biaya-biaya

tersebut merupakan biaya yang telah tercantum pada Tabel 12 dan dikategorikan

dalam biaya registrasi dan validasi proyek Plan Vivo. Keseluruhan biaya tersebut

sebesar 10.550 USD atau Rp 94.950.000.

Perkiraan biaya dari website Plan Vivo hanya mempertimbangkan biaya

yang dikeluarkan untuk dibayarkan ke Plan Vivo Foundation saja dan tidak

mempertimbangkan biaya lain yang dikeluarkan diluar biaya untuk Plan Vivo

Foundation. Perkiraan biaya untuk baseline dan additionality, amdal, kerjasama

dengan konsultan eksternal dan institusi-institusi lokal/riset diperoleh biaya dari

acuan biaya skema CDM yang berada pada Tabel10 dan Tabel 11. Biaya project

desain document (PDD) mengacu pada biaya skema perdagangan karbon sukarela

Voluntary Gold Standard (APHI dan Cerindonesia 2011) sebesar 7.500 USD atau

Rp 67,5 juta, sedangkan biaya laporan tahunan besarnya diperkirakan sama

dengan laporan validasi dan registrasi.

Skema Plan Vivo menurut Antoko (2011), biaya transaksi meliputi biaya

registrasi dan validasi (dikeluarkan sekali untuk satu proyek karbon), biaya

monitoring (dikeluarkan setiap tahun selama jangka waktu proyek karbon dan

verifikasi (dikeluarkan setiap lima tahun selama jangka waktu proyek karbon).

Biaya transaksi menurut Antoko (2011) ini hanya biaya yang dikeluarkan

pengembang proyek untuk dibayarkan ke Plan Vivo Foundation. Biaya tersebut

tidak mempertimbangkan biaya lain diluar pembayaran resmi ke Plan Vivo

Foundation seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Biaya monitoring mengacu pada penelitian Ghofir (2011) yaitu sebesar Rp

10.000.000 sehingga dalam satu periode komitmen biaya sebesar Rp 150.000.000.

Biaya verifikasi diasumsikan sama seperti biaya verifikasi skema perdagangan

karbon sukarela voluntary gold standard yaitu 2.500 USD atau Rp 22.500.000

(APHI dan Cerindonesia 2011). Verifikasi dilakukan setiap jangka waktu lima

tahun sehingga pengeluaran untuk verifikasi sebesar Rp 66.700.000.

Page 57: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

44

Biaya untuk upah penerbitan dan pendaftaran sertifikat berbeda-beda setiap

tahunnya bergantung dari jumlah sertifikat. Upah sertifikat diperoleh dengan

mengalikan jumlah sertifikat dengan upah per sertifikat yaitu sebesar 0,3 USD per

sertifikat. Upah pendaftaran diperoleh dengan mengalikan jumlah sertifikat

dengan upah per sertifikat yaitu 0,05 USD per sertifikat. Jumlah sertifikat

mencerminkan jumlah tonCO2 setiap tahunnya, atau satu sertifikat setara dengan

satu tonCO2. Upah penerbitan dan pendaftaran sertifikat berturut-turut sebesar Rp

663.735.600 dan Rp 110.622.600.

Terlihat perbedaan biaya yang sangat besar antara perkiraan biaya yang

dikeluarkan oleh Plan Vivo Foundation sebesar Rp 91,35 juta atau Rp 0,281

juta/ha dan perkiraan biaya pada penelitian ini sebesar Rp 1.737,3682 juta atau

Rp 5.345.800/ha. Namun perkiraan biaya transaksi ini tidak sepenuhnya sesuai

dengan aplikasi di lapangan. Tidak menutup kemungkinan biaya transaksi dari

setiap proyek berbeda-beda dan dipengaruhi oleh besar dan luasnya proyek.

Namun, Plan Vivo memastikan bahwa biaya transaksi yang dikeluarkan dari

proyek tidak akan lebih dari 40% dari total nilai proyek karbon.

Komponen biaya operasional hutan rakyat juga berpengaruh terhadap

besarnya pengeluaran proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya pembangunan

hutan, biaya pemeliharaan dan biaya pemanenan hutan rakyat. Dalam pemanenan

kayu, petani tidak mengeluarkan biaya pemanenan sehingga pengeluaran hanya

dilakukan pada kegiatan pembangunan hutan rakyat yaitu dari proyek GNRHL

dan biaya pemeliharaan. Total biaya dalam skema perdagangan karbon yaitu

sebesar Rp 14.892.500/ha yang merupakan penjumlahan biaya transaksi

perdagangan karbon sebesar Rp 5.345.800/ha ditambah biaya pembangunan hutan

rakyat sebesar Rp 347.990.000 atau Rp 1.070.700/ha dan biaya pemeliharaan

sebesar Rp 9.546.700/ha.

5.7 Pendapatan dari Kegiatan Perdagangan Karbon Sukarela

Pendapatan yang diperoleh dari perdagangan karbon sukarela standar Plan

Vivo yaitu pendapatan yang diperoleh dari kredit karbon dengan tipe ex-ante

credit atau pembayaran di awal proyek dalam bentuk sertifikat Plan Vivo. Untuk

menghindari perhitungan ganda terhadap karbon yang diperjualbelikan, maka

Page 58: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

45

setiap sertifikat yang dikeluarkan oleh Plan Vivo memiliki nomor seri unik yang

dapat dilacak kepada setiap proyek dan produsen. Besar kecilnya pendapatan dari

kredit karbon tergantung dari besaran atau luasan proyek dan jangka waktu kredit

karbon yang disepakati antara peserta proyek dengan Plan Vivo Foundation

(Kollmus et al. 2008 diacu dalam Antoko 2011).

Kredit karbon untuk proyek Plan Vivo yang sudah ada bervariasi tergantung

dari kontrak penjualan proyek yang telah disepakati. Kredit karbon yang

digunakan dalam penelitian ini dengan periode komitmen 15 tahun, sedangkan

periode pengkreditan yang digunakan yaitu setiap tahun.

Proyek karbon yang diperjualbelikan tidak ada batasan mengenai minimum

dan maksimum dari ukuran karbon sehingga tidak ada batasan minimal mengenai

luasan dari proyek. Namun, ukuran karbon yang diperdagangkan antara

10.000─100.000 tonCO2/tahun (Kollmuss et al. 2008 diacu dalam Antoko 2011).

Keseluruhan karbon yang ada dari lahan proyek yang diperoleh dari hasil

perhitungan, tidak sepenuhnya dapat dijual. Sesuai Project Idea Note (PIN) Plan

Vivo, penyangga risiko (Risk Buffer) yaitu 10%. Akan tetapi, penjualan hanya

70% dari karbon stok ex ante kredit karena akan mempertahankan 20% untuk

pengukuran biomassa dari Permanen Sample Plot (PSP) yang akan menunjukan

jumlah sebenarnya dari stok karbon yang diperkirakan. Setelah pengukuran

biomassa dilakukan dan dapat menunjukan stok karbon yang tepat, kemudian

20% dari kredit yang ditahan tersebut dapat dikeluarkan (Stilma 2012).

Skenario harga karbon yang digunakan dibuat skenario dengan harga jual,

yaitu:10 USD/tonCO2, 15 USD/tonCO2, 20 USD/tonCO2. Pendapatan dari

perdagangan karbon skema perdagangan sukarela standar Plan Vivo dapat dilihat

dari Tabel 15.

Page 59: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

46

Tabel 15 Pendapatan dari kredit karbon selama proyek perdagangan karbon Tahun proyek

Pendapatan (rupiah)/ha 10 USD/tonCO2 15 USD/tonCO2 20 USD/tonCO2

1 1.693.828 2.540.742 3.387.655 2 2.438.474 3.657.711 4.876.948 3 2.702.409 4.053.614 5.404.818 4 2.969.335 4.454.003 5.938.671 5 3.239.252 4.858.878 6.478.505 6 3.511.662 5.267.492 7.023.323 7 3.786.563 5.679.845 7.573.126 8 4.063.708 6.095.562 8.127.415 9 4.343.095 6.514.643 8.686.191 10 4.624.477 6.936.715 9.248.954 11 4.907.852 7.361.778 9.815.705 12 5.193.222 7.789.832 10.386.443 13 5.480.585 8.220.877 10.961.169 14 5.769.443 8.654.165 11.538.886 15 6.060.046 9.090.069 12.120.092

Total 60.783.951 91.175.926 121.567.902

Tabel 16 menyajikan pendapatan, biaya dan keuntungan dari hutan rakyat

yang diskemakan mengikuti perdagangan karbon sukarela standar Plan Vivo.

Tabel 16 Pendapatan, biaya dan keuntungan dari perdagangan karbon Karbon (rupiah)

10 USD/tonCO2 15 USD/tonCO2 20 USD/tonCO2 Pendapatan/ha 60.784.000 91.175.900 121.567.900 Biaya/ha 14.892.500 14.892.500 14.892.500 Keuntungan/ha 45.891.500 76.283.400 106.675.400

Tabel 16 menunjukkan bahwa keuntungan mengikuti skema perdagangan

karbon dengan harga karbon 10 USD, 15 USD dan 20 USD mengalami

keuntungan berturut-turut sebesar Rp 45.891.500/ha; Rp 76.283.400/ha dan Rp

106.675.400/ha dalam 15 tahun atau Rp 3.059.400/ha/tahun; Rp

5.085.600/ha/tahun dan Rp 7.111.700/ha/tahun. Keuntungan ini kecil disebabkan

harga penjualan kredit karbon sendiri kecil dan biaya transaksi dalam

perdagangan karbon yang mahal. Selain itu, keuntungan ini belum ditambah

dengan keuntungan dari kayu yaitu sebesar Rp 672.400.600/ha.

Keuntungan karbon dibagi antara pemerintah, masyarakat dan pengembang

(koordinator) proyek. Masing masing distribusi tersebut, yaitu: 10% pemerintah,

70% masyarakat dan 20% pengembang (Permenhut No. P.36/Menhut-II/2009).

Page 60: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

47

Tabel 17 Distribusi keuntungan perdagangan karbon Harga karbon

(tonCO2) Pendapatan (Rupiah)

Pemerintah 10% Petani 70% Pengembang 20% 10 USD 4.589.200 32.124.100 9.178.300 15 USD 7.628.300 53.398.400 15.256.700 20 USD 10.667.500 74.672.800 21.335.100

Proyek GNRHL yang berasal dari pemerintah, maka skema dari

perdagangan karbon ini sebagai koordinator proyek yaitu pemerintah, sehingga

pendapatan pemerintah sebesar 30% berasal dari distribusi untuk pemerintah

sendiri sebesar 10% dan distribusi untuk pengembang proyek sebesar 20%.

Menurut Permenhut No. P.36/Menhut-II/2009 untuk bagian pemerintah itu sendiri

dibagi secara proporsional, yaitu: pemerintah pusat 40%, pemerintah provinsi

20% dan pemerintah kabupaten 40%.

Tabel 18 Distribusi pemerintah keuntungan perdagangan karbon Harga karbon

(tonCO2) Pendapatan pemerintah (Rupiah)

Pusat 40% Provinsi 20% Kabupaten 40% 10 USD 1.835.700 917.840 1.835.700 15 USD 3.051.300 1.525.660 3.051.300 20 USD 4.267.000 2.133.500 4.267.000

Pendapatan ini tidak menutup kemungkinan akan bertambah karena

menurut Plan Vivo (2008); Kollmuss et al. (2008) diacu dalam Antoko (2011)

untuk menghindari kebocoran karbon (leakage) pada level proyek maka perlu

dipastikan bahwa petani (producers) memiliki cukup lahan untuk bertani dan

menanam pohon. Selain itu, koordinator proyek juga dapat menambahkan

kelompok target atau produsen yaitu petani sehingga dengan penambahan jumlah

produsen dan penambahan dengan penanaman akan menambah jumlah ton karbon

yang dihasilkan setiap tahunnya. Metode dalam pengukuran karbon juga sangat

berpengaruh untuk besar kecilnya serapan karbon, seperti tergantung dari

persamaan alometrik yang dipilih.

5.8 Peluang Hutan Rakyat dalam Skema Perdagangan Karbon Sukarela

Menurut Permenhut Nomor: P.20/Menhut-II/2012, penyelenggaraan karbon

hutan dapat dilaksanakan pada hutan negara dan hutan rakyat. Hutan rakyat

berpotensi untuk memperoleh pendapatan dari perdagangan karbon baik secara

compliant market maupun voluntary market.

Page 61: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

48

Compliant market yang ada di Indonesia yaitu CDM dan mekanisme

penurunan emisi REDD yang pengaturannya baru akan dibahas setelah periode

komitmen CDM berakhir di tahun 2012. Dari perkiraan biaya baik CDM maupun

REDD, terlihat bahwa kedua skema mandatory ini mengeluarkan biaya sangat

besar. Selain itu, kegiatan dan tahapan untuk proyek skema ini sangat ketat dan

rumit tidak seperti perdagangan karbon sukarela yang pengaturannya bergantung

oleh masing-masing standar.

Perdagangan karbon sukarela dikembangkan bukan untuk mencapai target

penurunan emisi gas rumah kaca negara maju yang disepakati dalam protokol

kyoto, tetapi merupakan target penurunan emisi yang dibuat oleh organisasi diluar

aturan pemerintah secara sukarela. Selain itu, voluntary market memiliki proses

validasi dan verifikasi tersendiri dan tidak ada kewajiban untuk mendapatkan

approval dari host party atau negara tempat pelaksanaan proyek (APHI dan

Cerindonesia 2011).

Salah satu standar skema perdagangan karbon sukarela adalah standar Plan

Vivo. Plan Vivo merupakan proyek skala kecil di hutan adat, hutan rakyat

maupun hutan negara yang masyarakat memiliki hak untuk mengelola dan fokus

kepada promosi pengembangan berkelanjutan serta perbaikan terhadap kehidupan

masyarakat sekitar dan ekosistemnya. Peserta dari proyek Plan Vivo yaitu

produsen dan masyarakat skala kecil di negara berkembang (Plan Vivo 2008).

Luasan hutan rakyat yang ada di Indonesia sesuai dengan standar Plan Vivo

karena tidak ada ketentuan minimal dari ukuran transaksi karbon. Proyek Plan

Vivo yang saat ini telah berjalan untuk lahan yang terkecil yaitu proyek Plan Vivo

Emiti Nibwo Buora, Tanzania seluas 130 ha dan Limay Community carbon

project, Nicaragua seluas 155 ha, sedangkan lahan hutan rakyat jati dalam

penelitian ini yaitu seluas 325 ha.

Persyaratan dan ketentuan yang harus diperhatikan dalam perdagangan

karbon sukarela skema Plan Vivo antara lain yaitu pelaku proyek, status lahan dan

persyaratan proyek. Semakin sesuai lahan dengan standar Plan Vivo maka

semakin berpeluang lahan tersebut untuk diterima mengikuti proyek Plan Vivo.

Selain itu dengan semakin memenuhinya persyaratan yang ada di standar, maka

akan semakin mahal juga nilai jual dari harga karbon di lahan tersebut.

Page 62: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

49

Pelaku proyek Plan Vivo terdiri dari dua pelaku utama yaitu koordinator

proyek dan produsen. Pelaku proyek merupakan organisasi non pemerintah atau

lembaga pendanaan independen atau not for profit companies (NFPCs) yang

dibangun sengaja untuk proyek Plan Vivo, sedangkan produsen merupakan petani

yang menjadi pemilik dan pengelola hutan rakyat (Plan Vivo 2008). Petani di

Desa Dlingo telah memiliki kelompok formal berupa kelompok tani sehingga

dengan adanya kelompok tani ini strukturnya lebih terorganisir.

Status hutan rakyat di Desa Dlingo merupakan lahan milik masyarakat yang

dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat hak milik yang dapat menjadi jaminan

tidak terjadi permasalahan lahan atau sengketa lahan dengan pihak lain.

Persyaratan proyek menurut Plan Vivo yaitu dapat berupa aforestasi/reforestasi,

agroforestri, restorasi hutan, atau pencegahan degradasi hutan. Hutan rakyat di

Desa Dlingo ini dapat dikategorikan sebagai salah satu kegiatan pencegahan dari

degradasi hutan.

Perdagangan karbon dapat berpeluang untuk menambah pendapatan dari

pengusahaan hutan rakyat. Namun, saat ini dengan biaya transaksi yang mahal

dan harga karbon yang terlalu kecil belum dapat dijadikan sebagai alternatif untuk

memperoleh tambahan pendapatan hutan rakyat. Harga karbon tidak sebanding

dengan upaya yang telah dilakukan untuk memelihara hutan rakyat yang

membutuhkan jangka waktu yang panjang dan biaya transaksi yang sangat mahal.

Hasil skema perdagangan karbon sukarela Plan Vivo ini walaupun menurut

Plan Vivo Foundation sendiri besarnya biaya transaksi tidak lebih dari 40%,

namun hasil yang didapatkan biaya transaksi sangat besar. Plan Vivo Foundation

hanya memperhitungkan biaya resmi yang dikeluarkan untuk dibayarkan ke Plan

Vivo Foundation sendiri dan tidak mempertimbangkan biaya lainnya, walaupun

dari segi ketentuan dan persyaratan telah terpenuhi, namun prosedur untuk

mendapatkan sertifikat VER sangat kompleks dan menyulitkan bagi petani

maupun pengembang proyek. Minimnya informasi dan keuntungan yang rendah

dari hasil demontration activity yang telah ada, membuat skema tentang

perdagangan karbon ini kurang diminati oleh petani maupun pengembang proyek.

Minimnya pengetahuan dan informasi dari perdagangan karbon serta dari

segi pendidikan yang masih rendah, kapasitas untuk perdagangan karbon di hutan

Page 63: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

50

rakyat masih kurang. Selain itu, sebagian besar masyarakat bermatapencaharian

sebagai petani sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengelola hutan rakyat

masih kurang. Hal itu menyebabkan petani lebih memilih mengelola tanaman

pertanian yang dapat menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu pendek.

Page 64: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

51

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Potensi volume tegakan hutan rakyat jati hasil GNRHL di Desa Dlingo

berumur 9 tahun dan memiliki luas 325 ha volume sebesar 23.364,25 m3 atau

71,89 m3/ha. Dari hasil pendugaan potensi serapan karbon saat ini dengan

menggunakan persamaan yang terbaik yaitu C= 0,1986 D2,13. Potensi serapan

karbon diperoleh serapan karbon jati diperoleh sebesar 9.460,75 tonC atau 29,11

tonC/ha sehingga estimasi serapan karbondioksida sebesar 34.719,75 tonCO2 atau

106,83 tonCO2/ha. Adanya kegiatan skema perdagangan karbon di hutan rakyat

akan mendapatkan tambahan keuntungan berturut-turut sebesar Rp 45.891.500/ha

(harga karbon 10 USD/tonCO2); Rp 76.283.400/ha (harga karbon 15

USD/tonCO2) dan Rp 106.675.400/ha (harga karbon 20 USD/tonCO2) dalam 15

tahun atau Rp 3.059.400/ha/tahun (harga karbon 10 USD/tonCO2); Rp

5.085.600/ha/tahun (harga karbon 15 USD/tonCO2) dan Rp 7.111.700/ha/tahun

(harga karbon 20 USD/tonCO2). Keuntungan ini kecil disebabkan harga penjualan

kredit karbon sendiri kecil dan biaya transaksi dalam perdagangan karbon yang

mahal. Hutan rakyat Desa Dlingo ini dapat didaftarkan untuk skema perdagangan

karbon Plan Vivo.

Page 65: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

52

6.2 Saran

Dalam pemeliharaan tegakan, petani Desa Dlingo masih kurang bahkan

pemeliharaan hanya dilakukan pada awal tanam atau tahun pertama dan untuk

selanjutnya hingga akhir daur tidak dilakukan pemeliharaan, untuk itu alangkah

lebih baiknya jika petani lebih memperhatikan pemeliharaan tegakannya agar

pertumbuhan jati bisa lebih optimal dan dapat menghasilkan potensi kayu yang

tinggi.

Walaupun skema Plan Vivo merupakan mekanisme perdagangan karbon

melalui pasar sukarela yaitu VER (Verified Emission Reduction) dimana VER

tidak dapat digunakan oleh negara pihak pembeli sebagai bagian dari pencapaian

target penurunan emisi yang ditetapkan dalam Protokol Kyoto, tetapi merupakan

target penurunan emisi yang dibuat oleh organisasi diluar aturan pemerintah

secara sukarela. Namun, saat ini untuk biaya transaksi masih tergolong mahal dan

tidak sebanding dengan harga kredit karbon. Untuk itu, alangkah lebih baiknya

jika biaya transaksi dapat diperkecil dan untuk penawaran harga kredit karbon

dapat lebih tinggi. Selain itu, prosedur dan proses dalam skema karbon lebih

dipermudah sehinggga pengembang proyek lebih tertarik untuk proyek

perdagangan karbon.

Page 66: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

53

DAFTAR PUSTAKA

Antoko BS. 2011. Nilai Insentif Karbon Hutan Rakyat Kemenyan Berbasis Voluntary Carbon Market di Kabupaten Tapanuli Utara [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

[APHI] Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia dan Cerindonesia. 2011. Peluang

dan Mekanisme Perdagangan Karbon Hutan. Jakarta: APHI. Attar M. 1998. Hutan Rakyat: Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Petani dan Perannya dalam Perekonomian Desa, hlm. 41-47. Dalam Suharjito (penyunting). Hutan Rakyat di Jawa Perannya dalam Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM) Fakultas Kehutanan IPB.

Butarbutar T. 2009. Inovasi Manajemen Kehutanan Untuk Solusi Perubahan

Iklim di Indonesia. http://www.puslitsosekhut.web.id [27 April 2012] [CIFOR] Center for International Research. 2005. Carbon Brief Siklus Proyek

Karbon Hutan dalam Mekanisme Pembangunan Bersih. Bogor: CIFOR. Desa Dlingo. 2012. Monografi Desa. Kelurahan Desa Dlingo: Yogyakarta Ghofir A. 2011. Pendugaan Serapan Karbon Tegakan Hutan Rakyat Sengon

(Paraserianthes falcataria), Studi Kasus di Desa Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Ginoga K, Djaenudin D, Ekowati E. 2011. Penilaian Kelayakan Ekonomi

Reducing Emission From Deforestation and Forest Degradation (REDD+). http://www.puslitsosekhut.web.id [2 Agustus 2012]

Ginoga K, Wulan YC, Djaenudin D. 2005. Karbon dan Peranannya Dalam

Meningkatkan Kelayakan Usaha Hutan Tanaman Jati (Tectona grandis) di KPH Saradan, Jawa Timur. http://www.puslitsosekhut.web.id [2 Agustus 2012]

Hairiah K, Rahayu K. 2007. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan di

Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor: ICRAF. Hindra B. 2006. Potensi dan Kelembagaan Hutan Rakyat. Di dalam: Kontribusi

Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; Bogor, 21 September 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. hlm 14-20.

Irwanto. 2006. Usaha Pengembangan Jati (Tectona Grandis L.f).

http://saveforest.webs.com [ 27 April 2012].

Page 67: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

54

Ketterings QM, Coe R, Noordwijk M van, Ambagau Y, Palm CA. 2001. Reducing Uncertainty in the Use of Allometric Biomass Equations for Predicting Above-Ground Tree Biomass in Mixed Secondary Forests. http://www.worldagroforestry.org [27 April 2012]

Novendra IY. 2008. Karakteristik Biometrik Pohon Jati (Tectona grandis L.f.)

Studi Kasus di Bagian Hutan Bancar KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[Permenhut] Peraturan Menteri Kehutanan No. P.20/Menhut-II/2012 tentang

Penyelenggaraan Karbon Hutan. http://www.dephut.go.id [27 April 2012]. [Permenhut] Peraturan Menteri Kehutanan No. P.30/Menhut-II/2009 tentang Tata

Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD). http://www.dephut.go.id [27 April 2012].

[Permenhut] Peraturan Menteri Kehutanan No. P.36/Menhut-II/2009 tentang Tata

Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan atau Penyimpanan Karbon pada hutan Produksi dan Hutan Lindung. http://www.dephut.go.id [27 April 2012].

Plan Vivo. 2008. The Plan Vivo Standards 2008. http://www.planvivo.org [12

Juni 2012]. Plan Vivo. 2012. Cost and Resource Needs. http://www.planvivo.org [12 Juni

2012]. Prabowo SA. 1998. Hutan Rakyat: Sistem Pengelolaan dan Manfaat Ekonomis,

hlm. 16-22. Dalam Suharjito (penyunting). Hutan Rakyat di Jawa Perannya dalam Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM) Fakultas Kehutanan IPB.

Pramono AA, Fauzi MA, Widyani N, Heriansyah I, Roshetko JM. 2010.

Pengelolaan Hutan Jati Rakyat: Panduan Lapangan untuk Petani. Bogor: CIFOR.

Purnamasari. 2008. Variasi Genetika Jati Jawa Berdasarkan Metode Random

Amplified Polymorphic DNA (RAPD) [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

[Puslitbang] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. 2006. Rumusan

Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Di dalam: Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; Bogor, 21 September 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. hlm ix-x.

Rochmayanto Y, Darusman D, Rusolono T, Elias. 2010. Perubahan Stok Karbon

dan Nilai Ekonominya pada Konversi Hutan Rawa Gambut Menjadi Hutan

Page 68: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

55

Tanaman Industri Pulp. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XVI, (1): 18-26.

Sholeh A. 2008. Kajian Potensi Cadangan Karbon pada Pengusahaan Hutan

Rakyat (Studi Kasus: Hutan Rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

[SNI] Standard Nasional Indonesia 7724:2011 Pengukuran dan Perhitungan

Cadangan Karbon-Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan. http://www.dephut.go.id [27 April 2012].

Stilma A. 2012. Plan Vivo Interim Issuance Report 2011 ArBolivia.

http://www.planvivo.org [12 Juni 2012]. Suharjito D. 2000. Apa yang dimaksud Hutan Rakyat?, hlm. 1-3. Dalam Suharjito

(penyunting). Hutan Rakyat di Jawa Perannya dalam Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM) Fakultas Kehutanan IPB.

Sukardaryati. 2006. Potensi Hutan Rakyat di Indonesia dan Permasalahannya. Di

dalam: Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; Bogor, 21 September 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. hlm 40-46.

Sutaryo D. 2009. Perhitungan Biomassa. Bogor: Wetlands International Indonesia

Programe. Tiryana T, Tatsuhara S, Shiraishi N. 2011. Empirical Model for Estimating the

Stand Biomass of Teak Plantations in Java, Indonesia. http://ci.nii.ac.jp [24 November 2012].

Uliyah L, Cahyadi F. 2011. Question and Answer tentang Keadilan Iklim.

http://www.satudunia.net [27 April 2012]. Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. http://

www.dephut.go.id. [27 April 2012].

Page 69: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

56

LAMPIRAN

Page 70: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

57

Lampiran 1 Perhitungan data potensi volume

No Keliling (cm) Tinggi (m) Diameter (m) Volume (m3) 1 9 2 0.0287 0.0010 2 12 2 0.0382 0.0017 3 23 10 0.0732 0.0320 4 22 8 0.0701 0.0234 5 29 10 0.0924 0.0508 6 48 12 0.1529 0.1671 7 19 5 0.0605 0.0109 8 33 12 0.1051 0.0790 9 17 5 0.0541 0.0087

10 41 13 0.1306 0.1321 11 35 13 0.1115 0.0962 12 22 8 0.0701 0.0234 13 12 2 0.0382 0.0017 14 57 13 0.1815 0.2552 15 51 13 0.1624 0.2043 16 12 3 0.0382 0.0026 17 69 14 0.2197 0.4028 18 11 2 0.0350 0.0015 19 9 2 0.0287 0.0010 20 12 3 0.0382 0.0026 21 9 2 0.0287 0.0010 22 11 2 0.0350 0.0015 23 21 8 0.0669 0.0213 24 9 2 0.0287 0.0010 25 23 8 0.0732 0.0256 26 25 8 0.0796 0.0302 27 41 12 0.1306 0.1219 28 30 12 0.0955 0.0653 29 26 10 0.0828 0.0409 30 30 12 0.0955 0.0653 31 29 10 0.0924 0.0508 32 26 10 0.0828 0.0409 33 39 12 0.1242 0.1103 34 57 12 0.1815 0.2356 35 40 12 0.1274 0.1160 36 27 10 0.0860 0.0441

... ... ... ... ... 3221 31 5 0.0987 0.02904

total 251.6077084 rata-rata per ha

71.88791668

kerapatan per ha

920.2857143

Page 71: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

58

Lampiran 2 Perhitungan potensi karbon persamaan C= 𝜌 x V x 0,47

No Volume (cm3) Biomassa (ton) Karbon (ton) 1 0.0010 0.0007 0.00031 2 0.0017 0.0012 0.00055 3 0.0320 0.0214 0.01007 4 0.0234 0.0157 0.00737 5 0.0508 0.0341 0.01600 6 0.1671 0.1119 0.05261 7 0.0109 0.0073 0.00343 8 0.0790 0.0529 0.02487 9 0.0087 0.0059 0.00275

10 0.1321 0.0885 0.04158 11 0.0962 0.0645 0.03030 12 0.0234 0.0157 0.00737 13 0.0017 0.0012 0.00055 14 0.2552 0.1710 0.08037 15 0.2043 0.1369 0.06434 16 0.0026 0.0017 0.00082 17 0.4028 0.2699 0.12684 18 0.0015 0.0010 0.00046 19 0.0010 0.0007 0.00031 20 0.0026 0.0017 0.00082 21 0.0010 0.0007 0.00031 22 0.0015 0.0010 0.00046 23 0.0213 0.0143 0.00671 24 0.0010 0.0007 0.00031 25 0.0256 0.0171 0.00805 26 0.0302 0.0202 0.00951 27 0.1219 0.0817 0.03839 28 0.0653 0.0437 0.02055 29 0.0409 0.0274 0.01286 30 0.0653 0.0437 0.02055 31 0.0508 0.0341 0.01600 32 0.0409 0.0274 0.01286 33 0.1103 0.0739 0.03473 34 0.2356 0.1579 0.07419 35 0.1160 0.0777 0.03654 36 0.0441 0.0295 0.01387

... ... ... ... 3221 0.0290 0.0195 0.00914

Total sampling 79.23127 Rata-rata per ha 22.63750 Total 1 desa 7357.18911

Page 72: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

59

Lampiran 3 Perhitungan potensi karbon persamaan C= 0,052 𝜌 D2,62 x 0,47

No Diameter (m) Biomassa (kg) Karbon (kg) Karbon (ton) 1 0.0287 1.1631 0.5467 0.00055 2 0.0382 2.4715 1.1616 0.00116 3 0.0732 13.5906 6.3876 0.00639 4 0.0701 12.0965 5.6853 0.00569 5 0.0924 24.9456 11.7244 0.01172 6 0.1529 93.4037 43.8997 0.04390 7 0.0605 8.2385 3.8721 0.00387 8 0.1051 34.9960 16.4481 0.01645 9 0.0541 6.1558 2.8932 0.00289

10 0.1306 61.8024 29.0471 0.02905 11 0.1115 40.8291 19.1897 0.01919 12 0.0701 12.0965 5.6853 0.00569 13 0.0382 2.4715 1.1616 0.00116 14 0.1815 146.5224 68.8655 0.06887 15 0.1624 109.4827 51.4569 0.05146 16 0.0382 2.4715 1.1616 0.00116 17 0.2197 241.7110 113.6042 0.11360 18 0.0350 1.9677 0.9248 0.00092 19 0.0287 1.1631 0.5467 0.00055 20 0.0382 2.4715 1.1616 0.00116 21 0.0287 1.1631 0.5467 0.00055 22 0.0350 1.9677 0.9248 0.00092 23 0.0669 10.7084 5.0330 0.00503 24 0.0287 1.1631 0.5467 0.00055 25 0.0732 13.5906 6.3876 0.00639 26 0.0796 16.9089 7.9472 0.00795 27 0.1306 61.8024 29.0471 0.02905 28 0.0955 27.2627 12.8135 0.01281 29 0.0828 18.7388 8.8072 0.00881 30 0.0955 27.2627 12.8135 0.01281 31 0.0924 24.9456 11.7244 0.01172 32 0.0828 18.7388 8.8072 0.00881 33 0.1242 54.2127 25.4800 0.02548 34 0.1815 146.5224 68.8655 0.06887 35 0.1274 57.9307 27.2274 0.02723 36 0.0860 20.6864 9.7226 0.00972

... ... ... ... ... 3221 0.0987 29.7084 13.9630 0.01396 Total sampling 65.13801 Rata-rata per ha 18.61086 Total 1 desa 6048.52950

Page 73: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

60

Lampiran 4 perhitungan potensi karbon persamaan C= 0,1986 D2,13

No Diameter (m) Karbon (ton) 1 0.0287 0.00187 2 0.0382 0.00345 3 0.0732 0.01380 4 0.0701 0.01256 5 0.0924 0.02262 6 0.1529 0.06616 7 0.0605 0.00919 8 0.1051 0.02978 9 0.0541 0.00725

10 0.1306 0.04729 11 0.1115 0.03376 12 0.0701 0.01256 13 0.0382 0.00345 14 0.1815 0.09540 15 0.1624 0.07527 16 0.0382 0.00345 17 0.2197 0.14331 18 0.0350 0.00287 19 0.0287 0.00187 20 0.0382 0.00345 21 0.0287 0.00187 22 0.0350 0.00287 23 0.0669 0.01137 24 0.0287 0.00187 25 0.0732 0.01380 26 0.0796 0.01649 27 0.1306 0.04729 28 0.0955 0.02431 29 0.0828 0.01792 30 0.0955 0.02431 31 0.0924 0.02262 32 0.0828 0.01792 33 0.1242 0.04251 34 0.1815 0.09540 35 0.1274 0.04486 36 0.0860 0.01942 37 0.1401 0.05496 ... ... ...

3221 0.0987 0.02607 Total sampling 101.91544

Rata-rata per ha 29.11870 Total 1 desa 9463.57676

Page 74: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

61

Lampiran 5 Perhitungan potensi karbon persamaan C= 0,2759 D2,2227x 0,47

No Diameter (m) Biomassa (ton) Karbon (ton) 1 0.0287 0.00288 0.00135 2 0.0382 0.00546 0.00257 3 0.0732 0.02326 0.01093 4 0.0701 0.02107 0.00990 5 0.0924 0.03898 0.01832 6 0.1529 0.11973 0.05627 7 0.0605 0.01520 0.00714 8 0.1051 0.05198 0.02443 9 0.0541 0.01187 0.00558

10 0.1306 0.08429 0.03961 11 0.1115 0.05926 0.02785 12 0.0701 0.02107 0.00990 13 0.0382 0.00546 0.00257 14 0.1815 0.17556 0.08251 15 0.1624 0.13704 0.06441 16 0.0382 0.00546 0.00257 17 0.2197 0.26866 0.12627 18 0.0350 0.00450 0.00212 19 0.0287 0.00288 0.00135 20 0.0382 0.00546 0.00257 21 0.0287 0.00288 0.00135 22 0.0350 0.00450 0.00212 23 0.0669 0.01900 0.00893 24 0.0287 0.00288 0.00135 25 0.0732 0.02326 0.01093 26 0.0796 0.02801 0.01316 27 0.1306 0.08429 0.03961 28 0.0955 0.04204 0.01976 29 0.0828 0.03057 0.01437 30 0.0955 0.04204 0.01976 31 0.0924 0.03898 0.01832 32 0.0828 0.03057 0.01437 33 0.1242 0.07540 0.03544 34 0.1815 0.17556 0.08251 35 0.1274 0.07978 0.03750 36 0.0860 0.03325 0.01563 37 0.1401 0.09864 0.04636 ... ... ... ...

3221 0.0987 0.04522 0.02125 Total sampling 182.50920 85.77933 Rata-rata per ha 52.14549 24.50838 Total 1 desa 16947.28324 7965.22312

Page 75: POTENSI SERAPAN KARBON DI HUTAN RAKYAT DESA … · Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar- benar hasil karya sendiri dengan dosen pembimbing dan

62

Lampiran 6 Perhitungan riap diameter dan tinggi No Diameter (m) MAI Diameter (m) MAI Tinggi (m) MAI Tinggi (m)

1 0.0287 0.0032 2 0.2222 2 0.0382 0.0042 2 0.2222 3 0.0732 0.0081 10 1.1111 4 0.0701 0.0078 8 0.8889 5 0.0924 0.0103 10 1.1111 6 0.1529 0.0170 12 1.3333 7 0.0605 0.0067 5 0.5556 8 0.1051 0.0117 12 1.3333 9 0.0541 0.0060 5 0.5556

10 0.1306 0.0145 13 1.4444 11 0.1115 0.0124 13 1.4444 12 0.0701 0.0078 8 0.8889 13 0.0382 0.0042 2 0.2222 14 0.1815 0.0202 13 1.4444 15 0.1624 0.0180 13 1.4444 16 0.0382 0.0042 3 0.3333 17 0.2197 0.0244 14 1.5556 18 0.0350 0.0039 2 0.2222 19 0.0287 0.0032 2 0.2222 20 0.0382 0.0042 3 0.3333 21 0.0287 0.0032 2 0.2222 22 0.0350 0.0039 2 0.2222 23 0.0669 0.0074 8 0.8889 24 0.0287 0.0032 2 0.2222 25 0.0732 0.0081 8 0.8889 26 0.0796 0.0088 8 0.8889 27 0.1306 0.0145 12 1.3333 28 0.0955 0.0106 12 1.3333 29 0.0828 0.0092 10 1.1111 30 0.0955 0.0106 12 1.3333 31 0.0924 0.0103 10 1.1111 32 0.0828 0.0092 10 1.1111 33 0.1242 0.0138 12 1.3333 34 0.1815 0.0202 12 1.3333 35 0.1274 0.0142 12 1.3333 36 0.0860 0.0096 10 1.1111 37 0.1401 0.0156 13 1.4444 38 0.1783 0.0198 13 1.4444 39 0.0318 0.0035 2 0.2222 40 0.0605 0.0067 5 0.5556

... ... ... ... ... 3221 0.0987 0.0110 5 0.5556