POTENSI PENGGUNAAN SUKU, AGAMA, RAS, DAN ANTAR … · oleh Bawaslu terhadap Pilkada 2018. Strategi...

82
BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 POTENSI PENGGUNAAN SUKU, AGAMA, RAS, DAN ANTAR GOLONGAN DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK TAHUN 2018 Laporan Penelitian

Transcript of POTENSI PENGGUNAAN SUKU, AGAMA, RAS, DAN ANTAR … · oleh Bawaslu terhadap Pilkada 2018. Strategi...

iPotensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIATAHUN 2017

POTENSI PENGGUNAAN SUKU, AGAMA, RAS,DAN ANTAR GOLONGAN DALAM PEMILIHAN

KEPALA DAERAH SERENTAK TAHUN 2018

Laporan Penelitian

ii Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

TIM PENYUSUN

Pengarah1. Abhan2. MochammadAfifuddin3. RatnaDewiPettalolo4. FritzEdwardSiregar5. RahmatBagja

PembinaGunawan Suswantoro

Penanggung JawabFerdinandEskolTiarSirait

Ketua TimFeizalRachman

Wakil Ketua1. R.AliefSudewo2. FathulAndiRizkyHarahap3. DjoniIrfandi

Penyusun1. MasykurudinHafidz2. NugrohoNotoSusanto3. M.Zaid4. MuhammadIhsan5. DeytriAritonang

Sekretariat1. AdriansyahPasgaDagama2. M.QodriImaduddin3. AnjarArifin4. IraSasmita

iiiPotensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

SAMBUTAN

Salah satu fungsi Badan Pengawas Pemilihan Umumadalah melakukan pengawasan tahapan dan pencegahanpelanggaranpemilu.TerdapatfungsiBawasluyangkuat,yaknibagaimana menghindari potensi pelanggaran pemilu yangmunculdenganmenjalankanstrategipencegahanyangoptimal.SecarahistoriskelahiranBawasludiharapkandapatmendorongdanmemperkuatpengawasanmasyarakatdenganmemberikanpenguatanberuparegulasi,kewenangan,sumberdayamanusia,anggaran,sertasaranadanprasaranaagarlaporanpengawasandapatlebihtajamsecaraanalitisdanefektifberdasarkanfokuspotensi pelanggaran dan kerawanan dan dapat memberikanpenindakandalamupayamemberikanefekjerabagiupayadanpelanggaransehinggatujuankeadilanpemiludapattercapai.

Bawasluhadirmenjadisolusiterhadapberbagaituntutanuntukmelakukan pengawasan dan penindakan atas berbagaipelanggaran pemilu yang dilakukan oleh siapapun. Termasukdiantaranyapenyelenggarapemilukarenamerekatidak luputdaripotensimelakukanpelanggara.Terlebih jika integritasnyatidakcukupbaik,tentumerekatidakakanmampumenghadapigodaandariberbagaipihakditengahkompetisipemilu.

Harapan masyarakat terus meningkat atas peran dankiprah Bawaslu. Bukan karena ketidakmampuan Bawaslumenindakpelanggaran,akantetapipeningkatanharapanitujugadipengaruhimakin“canggihnya”modusdanbentukpelanggaranserta kompetisi pemilu yang mulai tidak sehat, terutamapenggunaankampanyenegatifdimediasosial,maraknyaujarankebencianterhadappasangancalon,danpolitikidentitasyangmakinmenguatdantelahmembeda-bedakanmasyarakatdalampilihanpolitikdankeyakinan.

Bawaslu periode 2017-2022 berkomitmen untukmeningkatkan kepercayaan publik melalui pengawasan yang

iv Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

lebih mendorong partisipasi masyarakat karena sejatinyaBawasluharusbekerjabersamaseluruhelemenbangsauntukmengawasi danmenegakkan hukum pemilu secara tegas danadil. Keadilan pemilu dapat diwujudkan bila Bawaslu bekerjasecaraterbuka,akuntabel,danberintegritas.

Dalammelakukanpencegahansekaligusmenyusunstrategipengawasanyangtepat,Bawaslumelakukansejumlahkajiandanpenelitianbagaimanapotensipelanggarandapatdipotretdengantepat. Bagian Analisis Potensi Pelanggaran Badan PengawasPemilu sebagai dapur kajian melakukan penelitian sejauhmana potensi timbulnya penggunaan isu suku, agama, ras,danantar golongan (SARA)dalamprosespelaksanaanPilkada2018.SejumlahpendapatdanpengalamanyangdihasilkandaripenelitianiniditujukanuntukmencariformatpengawasanyangtepatdanmodelpencegahanyangoptimaldalammenanggulangipenyalahgunaanisuSARAdalamPilkada.

Ucapan terima kasih kepada para pihak yang telahmenghasilkandokumeniniuntukdapatdinikmatiparapembacasekalian. Penghargaan yangsetinggi-tingginya kepadaseluruhnarasumberdidaerahpenelitian,timpenulis,editor,dan seluruh staf sekretariatBawaslu. Semoga kehadiranbukuinimenambahkekayaanpenelitian dan pengalamandalam proses pengawasanpemiludiIndonesia.

A B H A NKetua

Bersama rakyat kita awasi Pemilu, Bersama Bawaslu kita tegakkan

keadilan Pemilu

vPotensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

KATA PENGANTAR

Dari rangkaian pemilihan kepala daerah yang pernahdigelar selama ini, belum seluruh problematika pemilu dapatdipecahkan secara memuaskan. Masih terdapat beragampersoalan, misalnya pemutakhiran daftar pemilih, sistemkeadilanpemilu,akuntabilitaspenyelenggaraan,sertaintegritasprosesdanhasilpilkada.

Keberhasilan atau kegagalan pilkada, ditentukan olehbanyakfaktordanaktor.Olehkarenaitu,Bawaslumenjadiaktoryangmensinergikanseluruhpotensidalammewujudkanpemiluyang demokratis dan bermartabat. Proses penyelenggaraanpilkada, khususnya pengawasan, melibatkan seluruh elemen,baik dari unsurmasyarakatmaupun pemangku kepentingan,yangdilaksanakansecaratransparan,akuntabel,kredibel,danpartisipatif,sertadiarahkanuntukmenyelesaikanpermasalahandisemuatahapanpilkada.

Daripelaksanaanpilkadayang telahberjalanselama ini,faktor-faktorsubyektifmemilikiperansignifikandalamdinamikademokrasi elektoral. Faktor subyektif ini adalah menyangkutaspekkeaktoranpolitik, dengan latar keadaanmasing-masingdaerah,agama,kepentinganrasdansukubangsa,keragamanbudaya,sertacorakmultikulturalisme.

Faktor obyektif juga memiliki sumbangan besar dalampembentukandemokrasielektoralselamaini,yaknikeadaaniklimyang sewaktu-waktu berubah; keadaan geografis dari wilayahyangterpisahkandiantarapulaubesar,sedang,dankecilsertaposisi terpencilatauterluarnya letakwilayahdaripusat-pusatpertumbuhan;ataupunfaktordemografisdengankeadaanyangtidak mudah untuk disatukan dalam satu komitmen untukmembangundanmembentukdemokrasielektoral.

Salahsatuevaluasipenyelenggaraanpilkadaserentakpadatahun 2017 adalah adanya peningkatan wacana politisasi isu

vi Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam kampanyeuntukmemengaruhipilihanpolitik.PenggunaanisuSARAtersebutkemudian berpotensi berulang kembali dalam pelaksanaanpilkadaserentakgelombangketigapadatahun2018.

Dengan mengambil sejumlah daerah yang akanmelaksanakan Pilkada 2018, Bawaslu melakukan penelitiandengan mengacu kepada pertanyaan dasar, yaitu bagaimanapotensipenggunaanisuSARAdalamPilkada2018danbagaimanakeberpihakan(pemahaman,persepsi)dariaktor-aktorstrategisdi tingkat lokal terhadap isu SARA tersebut. Terdapat empatfokus utama dalam penelitian ini, yaitu tingkat pemahamanterhadap SARA, keberpihakan terhadap penggunaan SARAdalam politik, pemetaan pengalaman penggunaan SARA, danpotensipenggunaanSARAdalampolitikPilkada.

Pengumpulan data dilakukan dengan menerjukantim peneliti ke enam daerah yang akan menyelenggarakanPilkada 2018. Tim penelitimenggali informasimelalui diskusimendalamdanterfokus(FGD)danjugawawancaramendalam;dimanakemudiandataterdokumentasitersebutdiolahdenganmengelompokkannya ke dalam instrumen matriks potensipenggunaanSARAdalamPilkada.

Hasilpenelitianyang tertuangdalam laporan inimenjadiacuan dan rekomendasi terhadap penyusunan alat kerjapengawasan dan metode pencegahan yang akan dilakukanolehBawasluterhadapPilkada2018.Strategipengawasandanmetode pencegahan yang didahului dengan penelitian semogasemakinmengurangi potensi pelanggaran Pilkada yang terjadidan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap prosesdankualitasPilkada.

MOCHAMMAD AFIFUDDINKoordinatorDivisiPengawasandanSosialisasi

viiPotensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

DAFTAR ISI

SAMBUTAN .........................................................................iii

KATAPENGANTAR ..............................................................v

DAFTARISI ........................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................10.1 LatarBelakang .......................................................10.2 PertanyaandanTujuanPenelitian .........................30.3 MetodePenelitian ...................................................30.4 LokasiPenelitian ....................................................5

BAB II IDENTIFIKASI AKTOR POLITIK SARA ...............................7

1.1 IdentifikasiAktorPolitikSARAdiSumateraUtara ..91.2 IdentifikasiAktorPolitikSARAdiJawaBarat .........131.3 IdentifikasiAktorPolitikSARAdiJawaTengah ......191.4 IdentifikasiAktorPolitikSARAdiJawaTimur ........271.5 IdentifikasiAktorPolitikSARAdiKalimantanBarat .........371.6 IdentifikasiAktorPolitikSARAdiSulawesiUtara ...40

BAB III KEBERPIHAKAN, POTENSI, DANANTISIPASI POLITIK SARA ...............................................45

2.1 SumateraUtara ......................................................452.2 JawaBarat .............................................................48

h Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

2.3 JawaTengah ..........................................................512.4JawaTimur ............................................................532.5KalimantanBarat ...................................................572.6SulawesiUtara .......................................................26

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI ....................................63

LAMPIRAN .........................................................................68LAMPIRAN 1 : Panduan Wawancara ...................................68

LAMPIRAN 2 : Narasumber dan/atau Responden .............70

1Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

0.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah serentakpada tahun 2017 inimenghasilkan peningkatan wa-

canapolitisasiisusuku,agama,ras,danantargolongandalamkampanyememengaruhipilihanpolitik.Salahsatupilkadayangditengaraidenganpolitisasi isuSARAsecaramasif dan intensadalahpadaPemilihanGubernurdanWakilGubernurDKIJa-kartatahun2017.

Beberapa bukti menunjukkan isu SARA digunakan olehkelompok-kelompok dan pihak-pihak yang berkepentinganlangsung atau tidak langsung dengan pemenangan pasangancalontertentusaatPilkadaDKIJakarta2017tersebut.Contohnyaadalahkemunculankomentar,foto-foto,danvideodimediasosialyangbernadarasisdanmenghinakelompoksuku/agamalain;atau beredarnya spanduk-spanduk provokatif yang berupayamemengaruhikeyakinanwargadanbisaberdampakpadapilihanpolitik. Contoh lain adalah keberadaan spanduk provokatifseperti laranganmemilih pemimpin yang berbeda agama ataularanganmensalatkanjenazahwargayangmendukungpemimpinyangberbedaagamasehinggamemengaruhisituasikondusifditengah-tengahmasyarakat.

PENDAHULUAN

BAB1

2 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

Isu SARA dalam pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta yanglalu mendapat perhatian luas bukan hanya masyarakat DKIJakarta, tetapi jugadidaerah-daerah laindi Indonesia.Mediamassanasionalmeliputdanmemberitakanseluk-beluktentangPilkada DKI, bahkan kemudian terkesan mengesampingkanpenyelenggaraanpilkadadidaerah-daerahlainnyapadatahun2017.

Penyelenggarapemilu,terutamaBadanPengawasPemilu,dituntutuntukpekadanresponsifterhadapberkembangnyaisuSARAdalampilkada. IntimidasidanancamankekerasanyangbersifatSARAacapkaliterjadi,namunsulituntukdiselesaikanberdasarkanaturanhukumyangada.KampanyeberbauSARAyangmaraksangatcepatmenyebar.AkantetapiresponsBawasludan jajarannya hingga tingkat lokal dinilaimasih lambat dannormatif sehingga tidakmampumengelola peristiwa-peristiwayang tendensinya dapat bertentangan dengan prinsip pemiluyangdemokratis.

Suatu realitas: Bawaslu belum memiliki instrumenpengawasanyangterstandarisasidanterukuruntukmendeteksidinipolitisasiisuSARAdalampelaksanaanpemiludanpilkada.Selainitu,untukkepentinganevaluasiPilkada2017dandalamrangka menghadapi Pilkada 2018, Bawaslu perlu memetakanpotensikonflikSARAdanpenggunaanisuSARAdalamkampanyepilkadayangdapatmengancamprinsippemiluyangluberdanjurdil.

Bab 1

3Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

0.2 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian

Pertanyaanpenelitianadalahsebagaiberikut:

1. BagaimanapotensipenggunaanisuSARAdalamPilkada2018,denganmengambilsejumlahcontohkasusdaerahyangmelaksanakanpilkadapadatahun2018?

2. Bagaimana keberpihakan (pemahaman, persepsi) dariaktor-aktorstrategisditingkatlokalterhadapisuSARAdanpenggunaannyadalampilkada?

Penelitian ini bertujuan menghasilkan rekomendasikebijakan kepada Bawaslu tentang potensi penggunaan isuSARA dalam Pilkada 2018 berikut penyusunan instrumenpengawasannya.

0.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untukmenggali pengalaman dan pandapat para informan kuncitentangpenggunaanisuSARAdalampilkada,sertamengetahuiperkiraan langkah-langkah yang akan dilakukan para aktorkunci untukmengatasi politisasi isuSARAdi daerahnya. Timpeneliti melakukan kelompok diskusi mendalam dan terfokus(focus group discussion) dengan mengundang beberapanarasumber.Informasiyangtelahdiperolehdaridiskusitersebutkemudiandiperdalamlagimelaluiwawancaramendalamuntukmendapatkaninformasiyangkomprehensif.

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dansekunder,denganrinciansebagaiberikut:

Pemdahuluan

4 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Keterangan

Primer 1. Focus Group Discussion (FGD)- Diadakan satu kali di ibukota

provinsi- Pesertaberkisar11-20orang- Kategoripesertaadalah:1. Akademisi(2-3orang)2. LSM(2-3orang)3. Lembagapemantau(2-3orang)4. Wartawan(1orang)5. KPUProvinsi(1orang)6. KPUKabupaten/Kotayangmelak-

sanakan pilkada di provinsi ber-sangkutan(2orang/daerah)

7. Perwakilanormas(2orang)8. BawasluProvinsi(1-2orang)9. KesbangpolProvinsi(1orang)10. HumasKepolisianDaerah(1orang)11. Komisi Penyiaran Indonesia-Daer-

ah(1orang)

FGDdiadakanpada8atau9Juni2017

BertempatdikantorBawasluProvinsiataujikatidakmemun-gkinkan,dilak-sanakanditempatlain

FGDdipimpinolehseorangfasilitatordandibantunote taker(pencatat).

PesertaFGDmemperhatikankomposisijeniskelamin,minimal30%pesertaFGDadalahperempuan

2. Wawancara Mendalam - Wawancara mendalam bertujuan

menindaklanjuti atau memperda-laminformasiyangperludikonfir-masidarihasilFGD.

- Bisa dilakukan terhadap pesertaFGDtertentuyangdianggapperludiperdalamataupuninformanlainyangtidakdiundangdalamFGD.

- Informan target wawancara men-dalamadalah:

1. Ketua DPD partai politik. Pemili-han partainya adalah: (1) poten-sialmencalonkan bakal pasangancalon,(2)perwakilanpartaioposisipemerintah(Gerindra/PKS).

2. Tokohormasberpengaruhdidaer-ah danmemiliki relevansi denganpenggunaan isu SARA. Misalnyaketua ormas pemuda, ormas ag-ama,ormaskesukuan.

Lokasiwawancaramendalamdiuta-makandiibukotaprovinsidanseki-tarnya.

Wawancaramenda-lamdiadakansetelahpelaksanaanFGD.

Penelitimengem-bangkanhasilFGDdalamwawancaramendalamagarmemperolehkedala-maninformasi.

Bab 1

5Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Keterangan

Sek-under

Penelusurandatapustakamelalui:hasilpenelitianyangtelahada, do-kumentasilaporanBawasluProvinsi,klipingberitamediacetak,buku/ter-bitanyangrelevan.Jenisdatasekunderyangdikumpulkan:

1. Distribusi kursi DPRD Provinsiuntuk pemetaan pencalonan danjumlahperolehansuara.

2. Data kekerasan sampai dengan2015.

3. DataPilkadaprovinsiterakhir(ta-hun2013)mencakup:kasus-ka-suskekerasan,intimidasi,pengu-naanisuSARA,diskriminasi.

4. PemetaankekuatanpolitikdansejarahkonflikberbasisisuSARA.

5. Penelusuranbakalcalonpotensial(latarbelakang,potensimenjadikorbanataupelaku).

Pengumpulandatasekunderdimulaise-belumpenelititurunlapanganuntukme-nentukaninformandaripartaipolitik.

0.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja denganpertimbangankriteriautamaadalahdaerahyangmengadakanpemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilkada provinsi).Lokasi penelitian ditentukan enam daerah, dengan secarasengajamemprioritaskanwilayahyangjumlahpemilihnyarelatifbanyak.Enamdaerahlokasipenelitianadalah:

1.SumateraUtara2.JawaBarat3.JawaTimur4. JawaTengah5. KalimantanBarat6.SulawesiUtara

Pemdahuluan

6 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2Bab 1

7Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

IDENTIFIKASI AKTORPOLITIK SARA

BAB2

IdentifikasiaktorpolitikSARAdilakukanuntukmenjawabsiapa aktor yang relevan dalam memproduksi dan

mendistribusiisuSARAdalampolitik,termasukjugamenjawabbagaimanapendapatdanposisiaktorpolitikdibeberapadaerahyangdijadikanarearisetterkaitdenganisuSARAdalampolitik.

Untuk memperoleh gambaran tentang identifikasi aktorpolitikSARAdienamdaerahterpilih,dikemukakanpertanyaanmendasar tentangSARAdanpolitikSARA itu sendiri. Apakahpublik, khususnya responden terpilih, memahami tentangSARAdanpolitikSARA?Jawabanatauuraianinformandalamforum diskusi kelompok secara mendalam dan terfokus sertawawancara mendalam memberikan gambaran tentang SARAdanbagaimanaSARAdibawakedalamranahpolitik.

Dari penjelasan para responden, umumnya merekabersepakat bahwa SARA berhubungan dengan identitasagama dan suku/etnis yang melekat pada individu tertentu.Kondisi Indonesia yang sangat heterogen dari sisi identitastidakmenyulitkanbagirespondenuntukmengenalisoalSARAtersebut.MeresponspertanyaanperihalbagaimanaSARAbisamasukkeranahpolitik,narasumberdalamrisetinisetidaknya

8 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

menyebutkanduakondisi,yaitukarenaalamiah/natural(given)dankarenasesuatuyangbersifatdirekayasa(by design).

Kondisi pertama masuknya isu SARA ke ranah politikdisebabkan karena alamiah/natural (given). Sebagai sesuatuyangbersifatfitrah/given/alamiah,SARAadalahsesuatuyangtak dapat dielakkan dari panggung politik serta merupakankehendak alamiah dari subyek yangmemiliki identitas untukmembawa dan mempertaruhkan identitas yang melekat padadirinya dalam ruang politik. Bagaimanapun politik dianggapjugamerefleksikanpertarungan identitas.Dari sisi ini,konflikidentitas menjadi sesuatu yang alamiah atau kondisi yangmemang harus terjadi. Dengan demikian, politik SARA tidakmungkin bisa dihindari. Akan tetapi, amat sedikit respondenyangmenyatakan bahwamaraknya politik SARA di Indonesiaadalahbagiandaripandangankelompokpertamaini.

Pendapat keduamenyatakan bahwa politik SARA adalahsesuatu yang bersifat direkayasa (by design). Politik SARAmerupakan sesuatu yang dirancang dalam rumah politiksehinggaSARAmenjadikomoditaspolitikyangdigunakanpadasaat tertentu untuk memperoleh keuntungan-keuntunganpolitik.DisiniSARAdilihathanyadijadikansebagaikomoditasataubarangdaganganuntukbisamemperolehdukunganpublikyangmemilikikesamaanidentitasuntukbisaambilbagiandarisuatupertarunganpolitik.Daricarapandang ini,adakalanyaSARA dipakai sebagai senjata politik, namun ada saatnyaSARAtidakdipakaidalampertarunganpolitik.Umumnyadaripenjelasaninformanrisetini,yangterjadidimasyarakatadalahpotretbagaimanaSARAdirekayasasedemikianrupasebagaialatkomoditaspolitik.

9Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

1.1 Identifikasi Aktor Politik SARA di Sumatera Utara

Dengan jumlahpendudukdanwilayah terbesar di PulauSumatera, Sumatera Utara memiliki posisi strategis dalamkonteks politik. Sumatera Utara memiliki keragaman agama,suku,agama,danantargolongan.SukuyangdominandiSumateraUtaraadalahBatak,Melayu,Karo,Nias,danJawa.Agamayangada di Indonesia, semua terdapat di Sumatera Utara. IslamadalahagamamayoritasyangdianutolehpendudukSumateraUtara, namun penganut agama Kristen Protestan juga sangatbesar di Sumatera Utara. Sedangkan keberagaman golongantercermindarimaraknya organisasimassa, partai politik, dankelompok-kelompokorganisasisipil lainnya.Berdasarkanzonawilayah, Sumatera Utara dapat dikelompokkan setidaknyamenjadi tiga bagian, yakni bagian utara dengan pendudukmayoritasberagamaKristen,pendudukdibagianselatanyangmayoritasberagamaIslam,dandibagiantengahSumateraUtarayang sangat heterogen namun Islammasih menempati posisitertinggi.

Padatataranpraktik,politikSARAdiSumateraUtaratelahnampak dari beberapa peristiwa politik yang pernah terjadi.UraianakademisiFISIPUniversitasSumateraUtara(USU)IqbalFauzan, sejak otonomi daerah digulirkan di Indonesia padaawal Orde Reformasi, aroma politik SARA telah mengemukadi Sumatera Utara. Hal ini terlihat, misalnya, dari adanyapembelahan politik antara aktor politik dengan membagimasyarakatkedalamkelompok“putradaerah”dan“non-putradaerah”.Dalamhal ini,menurut Iqbal Fauzan, subyek politikyang paling utama boleh tampil dalam panggung politik lokalSumateraUtaraadalahkelompok“putradaerah”.Identitassukusangatmelekatdi situ.Mereka yangbukanberasal dari sukulokaldianggaptidakmemilikitiketsebagaipemainpolitikutama.

10 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

PolitikSARAdapat terjadi di lapanganpolitikSumateraUtaradisebabkan oleh adanya rekayasa dari elite politik. Identitassosial selalu saja –memakai bahasa Iqbal Fauzan– “digoreng”terus-menerusolehelitedanaktorpolitiknya.Rakyathanyalahobyek, sedangkan subyeknya adalah partai politik. Kelompokkepentingan bertindak selaku auktor intelektual. Kondisi iniakan memunculkan ketidakadilan sosial dan politik sehinggamelahirkansikapintolerandimasyarakat.Repotnya,darisikapintoleran akan berpotensi pada munculnya sikap radikalismeyangbisasajaberujungpadapraktikanarkisme.

Selain Iqbal Fauzan, aktivis Forum Indonesia untukTranparansiAnggaran(FITRA)SumateraUtara,RuritaNingrum,menyatakan bahwa pada tahun 2016 nyata sekali bagaimanakandidatmemasang baliho dan spanduk denganmenegaskanidentitas SARA-nya. Hal itu terjadi dengan ekspektasi akanmemperoleh dukungan dari pemilih yang memiliki kesamaanidentitasdengancalontersebut.Kondisitersebutmenunjukkanbagaimanaprogram,visidanmisibukanmerupakanparameterutama,melainkanjustruidentitas.

PeristiwapolitikSARAyangmenimbulkangesekanpalingnyatatergambarpadaKasusProtap2009ketikaanggotaDPRDProvinsiSumateraUtaraAzizAngkatmeninggaldunia.Kenyataanpahit itu adalah cermin adanya politik SARA yang dimainkanolehkelompoktertentuuntukmemperolehkeuntunganpolitik.Dinamika yang terjadi saat Pemilihan Walikota dan WakilWalikotaMedantahun2010antarapasanganSofyanTan-NellyArmayantiyangbersaingdenganpasanganRahudmanHarahap-Dzulmi Eldin juga menggambarkan bagaimana politik SARAlebihdominandaripadapolitiksubstantifdanpolitikcerdas.

Maraknya politik SARA pada Pilkada DKI Jakarta 2017turut berpengaruh ke daerah-daerah, khususnya di Sumatera

11Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

Utara.AdrianHarahapdariKomisiPenyiaranIndonesiaDaerahSumateraUtaramenegaskanbahwapolitikSARAdiDKIJakartadapattersebarluasdenganmudahkarenaadanyamediasosial.IamencontohkanbetapamudahnyaisiiklanvideoAhok-Djarotyang bermuatan SARA tersebar ke seantero Indonesia, tanpaterkecualiSumateraUtara.

Darisisikontenkampanye,menurutAdrianHarahap,perludiperjelasstatusperaturanperundang-undanganmanakalaadapengkhotbah bicara sesuatu hal yang berhubungan dengankeyakinannya. Misalnya kewajiban memilih pemimpin yangharus sesuai dengan agamanya. Menurut Adrian Harahap,jika tokohagamamengumpulkan orangdi tempatumumdanmenyampaikanceramahyangmenyerempetkepersoalanpolitikataupemilu,perluadaketegasandaripihakterkaitjikaterdapathal-halyangmelanggaraturankepemiluan.Akantetapiketikahal itu disampaikan di tempat ibadahnya, hal tersebut tidakperlu dipersoalkan karena merupakan bagian dari tugasnyasebagaiseorangpendakwah.

Terlepas dari pro-kontra sebagaimana disampaikanAdrian, semua responden sepakat bahwa politik SARA padaPilkadaDKIJakarta2017adalahcontohpolitikyangtidakbaik.Syafrida Rasahan, anggota Bawaslu Provinsi Sumatera Utaramenegaskan Pilkada DKI Jakarta menciptakan pengkotak-kotakanmasyarakatberbasisSARA.Halini,menurutSyafrida,jika tidakdikeloladenganbaikbisaberimplikasipadakondisidisintegrasi bangsa. Keresahan juga dirasakan hampir semuaresponden.BahkanmenurutRuritaNingrum,kalanganterdidikdari organisasimasyarakat sipil di Sumatera Utara sekalipunterbawaarusPilkadaDKIJakarta.Paraaktivislembagaswadayamasyarakat (LSM) yang memiliki basis kelompok di daerahsudahmulaimenjadi komentator kasus SARA diDKI Jakarta

12 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

dandibawakebasismasing-masing.

SemuarespondenmenyatakantidaksetujujikapolitikSARAdijadikansebagaibasismaterialdalamruangpolitik.Bahwaadaidentitasyangmelekatpadasuatuindividupolitikusmerupakansuatu takdir atau warisan yang tak dapat dielakkan. NamunbahasadansubstansipolitikdalamruangpublikmestinyatidakberbasispadaisuSARA.JefrizaldariorganisasipemantaupemiluJPPR,misalnya,menekankanketidaksetujuannyaketikaSARAdigunakansebagaiparameterpolitik.DalamkontekspolitikSARA,yangdijadikanindikatorolehseseoranguntukmemilihseorangkandidat adalah latar belakang emosionalnya, semisal faktoragamaseseorang,suku,kelompok,dangolongan.Biasanyacarapandang seperti ini akanmengaburkan aspek substansi ataukualitaskandidat.Akansangatmungkinorangyangberkualitasdan berintegritas tidak akan terpilih dalam kompetisi politikkarenafaktorperbedaanlatarbelakangidentitas.

Anggota KPU Provinsi Sumatera Utara, Yulhasnimenyampaikan pentingnya pemimpin kelompok masyarakat,LSM, dan partai politik menyampaikan kepada massanyauntuk tidakmenggunakan SARA dalam Pilkada. Penting jugamanakala pemimpin berbagai kelompok tadi untuk tidakmengggunakanorientasiSARAsebagaibasisdantujuanpolitik.Kekhawatiranrespondenlain,bahkantakterkecualidariaparatkepolisian,manakalapolitikSARAmengemukadantidakdapatdikelola dengan baik. Menurut Masana, Kasubbag AnalisisDitintelkam Polda Sumatera Utara, politik SARA yang tidakdikeloladenganbaikakanmenyebabkanbanyakkerugian,baikharta benda, bahkan sampai korban jiwa. Akan lebih banyakyangharusdibayarketikakondisikonflikpolitikidentitasatauSARA tersebut tidak bisa diredam dan diantisipasi potensikerawanannya. Firdaus Hutasuhut dari Kesbangpol Provinsi

13Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

SumateraUtarajugamenyatakankerisauannyajikapolitikSARAlebih dominan. Menurutnya, politik SARA sangat merugikankarena yang terpilih nanti pemimpin yang tidak mempunyaikemampuan di daerah tersebut karena hanya berdasarkangolonganataukelompoksaja.

1.2 Identifikasi Aktor Politik SARA di Jawa Barat

Jawa Barat menempati peringkat pertama provinsidengan jumlahpenduduk terbesardi Indonesia.Merujukdata“JawaBaratdalamAngkaTahun2016”,pendudukJawaBaratmencapai43jutajiwa.DaritotalpendudukJawaBarattersebut,sekitar 40 juta orang memeluk agama Islam, sedangkan tigajutalainnyaterbagikedalampemelukagamaKatolik,Kristen,Hindu,Budha,danlainnya.Kategorilainnyatersebuttermasukpenganut kepercayaan seperti kelompok SundaWiwitan sertakeyakinanleluhuryangdiyakinikaumBaduyyangmasihsangatkental memegang adat/tradisi di tengah era modernisme danglobalisasi.

WilayahJawaBaratberbatasanlangsungdenganwilayahDKIJakartasehinggakonstelasipadaPilkadaDKIJakartabisalangsung terasa di Jawa Barat. Dari informasi media massa,peserta aksi bela Islam di Jakarta pada beberapa gelombangpadaakhirtahun2016jugadiikutiolehpendudukMuslimdaribeberapawilayahdiJawaBarat.

Tidak jauh berbeda dengan Sumatera Utara, semuarespondendiJawaBarat telahmemahami tentangSARAyangmerupakanbagianintidariadanyaeksistensiidentitas.Dengandemikian, ketika disodorkan pertanyaan apakah respondenmemahami tentang SARA, tidak terlalu sulit bagi respondenmemberikan jawabannya. Sedangkan perihal bagaimana

14 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

eksistensi politik SARA dalam ranah politik lokal JawaBarat,jawabannyasangatdinamis.

Para narasumber rata-rata menyadari bahwa SARAmerupakanbahankomoditasyangbisadibawakeranahpolitik.KecenderunganmenguatnyapotensiSARAyangdibawakedaerahJawaBarat juga tidak lepas dari konteks kepentingan politik.DengankeragamanyangdimilikiJawaBarat,meskipunpemelukIslammerupakanmayoritas,politikSARAbukansesuatuyangmustahil untuk dimainkan pada kontestasi demokrasi sepertipilkadadanjugapemilupresiden.

Menurut Alan Barok, aktivis dari JPPR, politik SARAbukanlahsesuatuyangbarudi Indonesia,khususnyadiJawaBarat.SemenjakkerandemokrasidibukapadaawalReformasi,aromapolitikSARAtelahmuncul.PembicaraanSARA/identitasdalam ruang politik adalah sebuah keniscayaan dan wajar-wajar saja. Pasca-digulirkannya Undang-undang tentangPilkadamuncullahide-ideSARA.DarisemuarespondendiJawaBarat, hanya aktivis JPPR yang secara terbuka menyatakanposisi sependapat dengan politik SARA. “Saya setuju denganpenggunaanpolitikidentitas,”ujaraktivisJPPRtersebut.

Namun, nada khawatir terhadap penggunaan isu SARAdalam politik lebih besar lagi. Kekhawatiran atas munculnyaisu SARA dalam politik di Jawa Barat disampaikan sejumlahnarasumber. Representasi dari Bawaslu Provinsi Jawa Baratmisalnya,menyatakanbahwa“IsuterkaitdenganpolitikSARAsaatinikitaakuimemangsudahmulaimuncul.”Bahkanmenurutanalisisnya, meski berbeda gelombangnya dengan peristiwapolitik SARA di DKI Jakarta, politisasi SARA di Jawa Baratterutama terkait dengan kesukuan atau antargolongan akansemakin berkembang. Perwakilan lembaga pemantau pemiluKIPPmengingatkanagarjangansampaiadaruangpenggunaan

15Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

isuSARAdalampolitikkarenahalituberdampakpanjangdansangatberbahayabagiperjalanandemokrasidiIndonesiasertaakanmemunculkanmasalahsosialdankriminalnantinya.

Sementara itu, anggota KPU Provinsi Jawa Barat, jugamenyatakan bahwa politisasi SARA itu manifest dalamkehidupan politik di Jawa Barat. Hanya saja isu SARA yangmunculbukantendensiagama.BisadiprediksimayoritasataubahkansemuabakalcalonkepaladaerahdiJawaBaratadalahMuslim sehingga hal tersebut tidakmenimbulkan kontroversiditengahpemilihyangmayoritasMuslim.PerdebatanSARAdiJawaBarat justru terjadi pada aras antargolongan dan suku.Berkaca dari pengalaman Pemilihan Gubernur 2013, yangmuncul saat itu adalah isu komunisne. Yang juga mungkinmunculadalahperdebatansoalantargolongandidalamagama,seperti pertikaian antara kelompok Sunni dan Syiah. Namunmenurut komisioner KPUD tersebut, khususmayoritas wargakotaBandungtidakterlaluterpengaruholehisuagamaatauisuantargolongan.

Meskipundemikian, sikapwaspadadannadaperingatandisampaikan oleh Alan akademisi Universitas Ahmad Yani(Unjani) Jawa Barat. Ia memberikan penilaian bahwa politikSARA jika tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik akanmemiliki implikasi buruk bagi keberlangsungan kehidupanberbangsa dan bernegara. Konflik SARA akanmemiliki akibatyang panjang, bahkan bisa mencapai disintegrasi bangsa.Untukitu,iamengingatkankepadaaktorpolitikelektoraluntuktidak memainkan isu SARA terus-menerus. Hal senada jugadisampaikanolehrepresentasiKepolisiandanKesbangpolJawaBarat.

Sementara itu, kalangan masyarakat sipil atau lembagaswadaya masyarakat menilai bahwa isu SARA sebagai bahan

16 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

atau alat dalam rumah politik telah hadir di Jawa Barat.Menurut pengakuan Kustini dari Himpunan Wanita DifabelIndonesia(HWDI),berdasarkanpengalamanpribadi,isuSARAsudah mulai terasa di Jawa Barat. Di majelis taklim sudahmunculsuara-suarayangmenyerukanuntuktidakmemilihsiAdanmendorongwargauntukmemilihsiB.Seruan tersebutmisalnya,“JanganpilihPakDediMulyadikarenadiamenganutaliran kepercayaan ‘Sunda Wiwitan’ yang bisa berdampakberkembangnyaAnimismediJawaBarat”.Adapulahimbauanseperti,“JanganpilihDedyMizwarkarenabeliaubukanberasaldariJawaBarat.”ArgumentasiyangdigunakandarihimbauanpolitiktersebutsamasekalitidakberlandaskanrasionalitasdanjauhdariprinsiphidupberbangsadanbernegarayangberdasarPancasila. Aspek primordial dan identitas lebih ditonjolkanketimbangsubstansikebangsaandalammembangundemokrasipolitikyangberadab.

Meskipun nada peringatan telah disampaikan olehakademisi Unjani, Kepolisian, Kesbangpol, aktivis HWDI, danmayoritas responden; beberapa respondenmenyatakanbahwapsikososialmasyarakatJawaBaratitutidakmudahdiadudombaataudipengaruhiolehisu-isubernadanegatif.Kondisitersebuttentumenggembirakankita.HalitumisalnyadisampaikanolehaktivisBKOWJawaBarat, danKesbangpol JawaBaratuntukmenyebut beberapa dari keseluruhan responden. MenurutEuisSitiJulaeha,aktifisBKOWJawaBarat,dalammomentumkontestasi politik di Jawa Barat, sepanas apapun suhupolitiknyatidakakanmengendapdalamakarsosialmasyarakat.Suhupanaspolitikituakansegeramenurutdankembalidalamkeadaan normal. Yang penting, aparat dan pengawas pemiluharus bertugas dengan benar sesuai kewenangannya. DalambahasaEuisSitiJulaeha,iyamenyampaikan,“DiJabarapapunyangterjaditidakmasalah,ramainyapadasaatitusaja,kalau

17Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

sudahselesaiyaselesaidantidakadamasalah.Yangterpentingadalahkejujurandariaparat itusendiridanpengawasanyangbetul-betulmelekat”.

SenadadenganEuis,AchmadAntonydariKesbangpolJawaBaratmenyatakanjugabahwamasyarakatJawaBaratitutidakmudahdipecahhanyakarenafaktorisuSARAyangdihembuskanolehsekelompokorang.MenurutAchmadfaktorkemajemukanmasyarakat JawaBarat turutmenyumbang kohesifitas politikdi Jawa Barat. Dalam masyarakat majemuk yang diinginkanwarga adalah ketentraman, dan salingmenghormati sehinggaapapun latar belakang identitasnya masyarakat dapat hidupberdampingan dengan kohesif. Sebagimana dituturkan olehAchmadAntony, “MasyarakatJabar itumasyarakatmajemuk,anggota legislatif 70 persen masyarakat Jabar. MasyarakatJabaritumasyarkatyangunik,ramaipadasaatPilkada,setelahselesaiPilkadayasepi.”

Dengandemikian,adasuatuhawapositifdaripenjabaranresponden di Jawa Barat bahwa jika terjadi sesuatu yangkontroversial terkaitmomenpolitik,hal tersebut terjadihanyapadasaatitusaja,tidakberkepanjangan,cepattibacepatpulahilangnya.Hanyasajaperludigarisbawahidisini,energipositifdarimasyarakat tidaksertamertamencegah terjadinyapolitikSARA di Jawa Barat. Di situlah diperlukan langkah-langkahantisipatifagarauranegatifdaripolitikSARAtidakberhembusdiJawaBarat.Padabagianberikutnya,kitaakanmemaparkanlangkah-langkahantisipatif yangdibutuhkanuntukmencegahtidakterjadinyapolitikSARA.Sebelumkesana,kitaharustahuapasajafaktoryangmengkondisikanpolitikSARAdapatterjadi.

Dari uraian para narasumber yang menjadi respondenpenelitian ini,penyebabterjadinyapolitikSARAitusetidaknyaadaempathal.Pertama,faktorpendidikanpolitikdimasyarakat

18 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

yang rendah. Kedua, framing media massa yang gencarmenyuarakan politik SARA. Ketiga, faktor aktor politik yangsengaja menggunakan isu SARA sebagai komoditas politik.Keempat,halitudidukungolehrealitaskesenjanganmayoritasdanminoritasyangtinggi.

Faktor pendidikan politik dapat dimaknai sebagai upayamemberikan informasi politik yang berkualitas dan cerdaskepada masyarakat. Idealnya masyarakat dikenalkan dengandebat visi,misi, dan program serta riwayat rekam jejak aktorpolitik.Dengandemikianmasyarakatakanmemilikipreferensitentang calon-calon yang benar-benar dapat memberikansolusi transformatifataspersoalanyangdihadapimasyarakat.Realitasnyapendidikanpolitiktidakdiberikandenganbaik,tidakterkecualidiJawaBarat.Ironinya,Partaipolitikdanpolitisiyangmestinyamemilikitugasuntukmemberikanpendidikanpolitik,tetapipadakenyataanyamerekatidakbenar-benarmemberikanpendidikanpolitik.

Deden Fardah dari KPID Jawa Barat menyatakan,“Masyarakat itu tidak diberikan pendidikan politik, dimanaseharusnyamerekatahuisi,visi,misidanlainsebagainyatetapikemudianmasyarakatmalahtergiringisuSARAyangmemangdikonstruksiolehmedia”.SenadadenganDedenFardah,aktifisKomite Nasional Pemuda Indonesia Provinsi Jawa Barat IjangFaisal berpendapat penyebab meluasnya politik SARA adalahkarenakurangyapendidikanpolitikditengahmasyarakat.Ijangmenuturkansecarautuh,“KamidiKNPIorangnyakanmacam-macam, ada Batak, Sunda, Jawa dan lain-lain. Kita biasasaja tidak ada masalah. Kenapa politik SARA terjadi karenapendidikanpolitikuntukkitaitumasihkurang”.

Selainpendidikanpolitikyangminim,politikSARAmenjadilebihmeluasdenganpengaruhmediamassa.Mediamassadisini

19Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

dapatberupamediamainstreamsepertitelevisi,koran,danradio,ataupunmediasosialyangberkembangselamasatudasawarsabelakangansepertifacebook, instagram, twitter, whatsapp, line, dan telegram. Realitasnyajustrumediamenjadibagianvitaldarikampanyepolitikyangtidaksehat.Upayamenjatuhkanlawandilakukandenganperangkatmedia.PerwakilanKPIDJawaBaratdedenFardahmenegaskanhalitu,“Mediamalahmemperkeruhbahkan meghebohkan isu SARA”. Padahal menurutnya, kodeetik media sudah jelas, di dalam mediapun tidak boleh adapemberitaannegatiftentangSARA.

Faktor ketiga yang mendorong munculnya politik SARAadalah aktor politik, bisa politikus partai politik, tim sukseskandidat calon kepala daerah, dan bahkan konsultan ahlipolitik yang merancang strategi kampanye calon. Merekainilah yang memproduksi isu SARA ke dalam ranah politik.Berikutnyaadalahfaktoradanyakesenjanganantaramayoritasdanminoritas.Menurut AlanBarok aktivis JPPR JawaBarat,kesenjangan ini dapat dimanfaatkan oleh aktor politik untukmewujudkankepentinganpolitiknya.

1.3 Identifikasi Aktor Politik SARA di Jawa Tengah

Jawa Tengah merupakan daerah yang memiliki jumlahpendudukdanjumlahkabupaten/kotayangbesardiIndonesia.Jawa Tengah juga memiliki keunikan dari sisi sosiologismasyarakatnya. Kultur masyarakat Semarang, terdapatperbedaandengankulturSolo,begitupundenganBlora,Cilacap,danTegal.

Basis sosial keagamaan masyarakat Jawa Tengah jugaberbeda.NamunsecaraumumpendudukJawaTengahadalahMuslim.Jikadilihatdarisisihistoris,penggolonganmasyarakat

20 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

yangdilakukanolehCliffordGeertztentangmasyarakatabangan,santri,danpriyayi;menemukanruangnyatadiJawaTengah–walaupuntentuadapulapriyayiyangsantriataupriyayiyangabangan. Peninggalan kerajaan berbasis Islam, Hindu, danBudhamasihsangatkentalterasadiJawaTengah.PengaruhtigaagamatersebutdapatterlihatdarikehidupansosialmasyarakatJawa Tengah. Basis sosial tersebut juga terhubung denganpartaipolitikyangmemilikicorakabangandannasionalissertabercoraksantriataukeagamaan.

SemuarespondensecarameyakinkanmenyatakanbahwaSARA berhubungan dengan identitas yang melekat pada diriseseorang. Identitas itu berupa jenis kelamin, agama, suku,etnis, ras, dan antargolongan atau ideologi. Semua respondenjugasepakatmenjawabtidaksetujupenggunaanisuSARAdalampilkada. Dari penyelenggara pemilu seperti Bawaslu, KPUD,kemudian masyarakat sipil hingga aparat seperti kepolisiandan wakil pemerintah menyatakan tidak kesetujuannyapada politik SARA. Sebagai misal, Sri Handoko dari KPUKaranganyar menyatakan, “Tentu saja penggunaan isu SARAdalamPilkadaitumerupakanhalyangtidakbisakitatoleransi.Peraturanperundang-undanganjugajelasmelarangkampanyemenggunakanisuSARA.”Begitupunperwakilandarimasyarakatsipil seperti terangkum dari pendapat Ibu Hanum dari LBHAPIK. Baginya, politik SARA merupakan bentuk kemundurandemokrasi. Secara utuh ia mengatakan, “Kami tidak setujukarenapolitikSARAdijadikanalatpraktisuntukmendapatkanmassayangbanyakmerupakankemundurandemokrasi.”

Perwakilan dari partai politik yang diwawancaraijuga menyatakan ketidaksetujuannya dengan politik SARA.Sriyuningsih dari PDIP misalnya, menyatakan, “Kita negarayang mengakui keberagaman, keberagaan budaya, agama,

21Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

suku bangsa. Jadi kalau kita mengaku sebagai negara yangmenjunjung keberagaman harusnya tidakmemakai isu SARAdalamkampanyeataudalampencalonan.BagiPDIPerjuangansudahfinish,dalamartiankitatidakadalagi,ohdiPDIPtidakbolehadaNasrani,China,Batak.Gakbolehbegitu.DiPDIPitusudahfinishsoal ideologidankeberagaman.Gak lakudiPDIPisuSARA.”

PDIP yang notabenenya adalah partai politik yangberbasis pluralisme tentu wajar berpandangan seperti itu.Partaipolitikyangmemangberbasisagama,sepertiPKBsecarategasmenyatakanketidaksetujuanmerekapadapolitikSARA.SementaraperwakilanPKSjugaprihatinatasdampakprikososialyangditimbulkan,namunPKSmasihmenganggapwajaradanyapolitikSARAdierakompetisipolitiksekarang.

Wakil dari PKB Jawa Tengah, yang jugamenjabatWakilKetuaDPRDJawaTengahSukirmanmenyatakan,“PolitikSARAjustru mencabik sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,bahkanPancasiladankebhinekaanNKRI.Kitamemahamiadapola pendekatan yang salah dari pemerintah. Karena nuansapolitiknya sangat kental sekali sehingga sampaimenimbulkanpersoalan-persoalan seperti itu. Ini tidak boleh dibiarkan,dan juga tidak boleh bergeser kepada provinsi lain yangmaumelakukan Pilkada.” Sukirman jelas sekali menyayangkanadanya politik SARA yangmemiliki implikasi negatif terhadapkehidupan masyarakat Indonesia. Namun ia juga mengkritikpemerintahyangmenurutnyajugamelakukankomunikasipolitikatautindakanpolitikyangtidakelegansehinggamenimbulkanpersoalanSARA.

Sementara itu, Ketua Bidang Humas DPW PKS JawaTengahyangjugamenjabatsebagaiWakilKetuaKomisiDDPRDJawaTengahHadiSantoso,menyatakan,“Kamisecarainstitusi

22 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

melihat tajamnya aspek kompetisi di Jakarta yang membawaisupolitikidentitassangatprihatinkarenainimengoyaksendikehidupan bernegara kita. Meskipun sebenarnya kejadian inisebuahhalyangwajar.Kenapa,karenadalamkontekskompetisiapalagikompetisiman to man marking,head to head,rekamjejak,background,kelebihandankekuranganakanmenjadikomoditaspolitikdantidakbisadihindari.”

Hadi Santoso prihatin atas dampak dari adanya politikSARAdisaatPilkadaDKIJakarta2017.BaginyadampakpolitikSARAmampumerusak tatanan sosial masyarakat yang telahharmonisdandamai.Hanyasaja, iamenyatakanbahwa faktapolitikSARAsebagai sesuatuyangsulitdihindaridanbahkandianggapwajar.Memangkewajaranyangiamaksudkanadalahakibat dari model kompetisi terbuka, suatu model kompetisiyangberhadapansatuorangdengansatuorang lainnya,yangmana kondisi ini berakibat terbukanya ruang kritik terhadapfigurcalonkepaladaerah.

Daripenjelasanyangdisampaikanolehresponden,politikSARAdiJawaTengahdapatdilakukanolehaktorsepertikandidatatau calon kepala daerah, partai politik, aktor politikus, timpemenangan, tim konsultan, anggota organisasi massa, dan/atauorganisasimassa.Partaipolitik,kandidat,aktorpolitikus,dan tim konsultan ahli kandidat adalah kelompok aktor yangberkepentinganuntukmemperolehkemenangandalamkontestasipilkada.Berkacadari pengalamanPilkadaDKI, tidak tertutupkemungkinan salah satu dari kelompok ini juga memainkanperanpolitikSARAdiJawaTengah.BeberaparespondenyangmenyatakanperihalaktoryangberpotensimenjadipelakupolitikSARA dalam kategori pelaku politik langsung di Jawa Tengahini adalah Teguh Yuwono (akademisi Universitas Diponegoro),FajarSaka(akademisiFakultasHukumSTIKUBANGSemarang),

23Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

M.Khanafi(KPUKudus),Dr.Tafsir(KetuaPWMuhammadiyahJawaTengah),danNunikSriyuningsih(WakilKetuaDPDPDIPJawaTengah).

Selain kelompok pelaku politik langsung, aktor yangberpotensi memainkan isu SARA dalam kontestasi politik didaerah Jawa Tengah adalah aktivis organisasimassa (ormas).Organisasimassa tersebut seperti Front Pembela Islam, GPK,kelompok pendukung khilafah, dan kelompok-kelompok yangdipandang responden berhaluan garis keras yang berbasis diSolodansekitarnya.MenurutsosiologUndip,Yulianto,massayang ikutsertadalamgerakanbela IslamdiJakartabeberapawaktu lalu banyak yang tidak tergabung di Muhammadiyahdan Nahdhatul Ulama. Mereka inilah kelompok aktor yangjuga berpotensi untuk melakukan politik SARA bila terdapatkepentingan untuk mendorong suatu kandidat. Hal ini jugadikuatkanolehWakilKetuaNahdhatulUlamaJawaTengahNurShoib,SH,MH.

Pararespondenmemilikipandanganyang jugabervariasiperihalkemungkinanpolitikSARAdiDKIJakartaakanmenyebardiJawaTengah.AdayangmenyatakanfenomenaSARAdiPilkadaDKIJakartatahun2017tidakakanmenularkeJawaTengah,namunadapula yangmenyatakanakanberpotensimenyebartetapimasihdalambatas-batasrendah.

MisalnyaNurShoibdariPWNUJawaTengahyangbahwaberpandangan isu SARA diDKI Jakarta tidak akanmenyebardi Pilkada Jawa Tengah berikutnya. Nur Shoib menyatakan,“Saya kira kalau di Jawa Tengah, enggak lah. Yang pentingpenyelenggara pemilu secepatnya melakukan konsolidasimelibatkan seluruh unsur kemasyarakatan. Kita konsolidasitotalmempersiapkanpenyelengaraanpemiluagarpersoalandiDKI tidakmerembetkedaerah termasukmengundangparpol.

24 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

Berikan pemahaman kepada parpol agar tidak menggunakanisu SARA dalam pencalonan. Kalau semua bisa konsolidasimenyamakan persepsi bahwa kontestasi musiman ini jangansampaimengorbankandasar-dasarnegarakita.”

Senada dengan Nur Shoib, Dr. Tafsir yang merupakanKetuaMuhammadiyahJawaTengahjugaberpandanganbahwaisuSARAtidakperludikhawatirkanberlebihanpadaperhelatanPilkada Jawa Tengah. Ujar Tafsir, “Kalau ada calon lain non-Muslim, bisa jadi tidak akan mendapatkan suara terbanyak.Tapitidakakanpanas.NyatanyakitadiSolojugapemimpinnyaNasrani. Karena beliaunya kan tenang. Menurut saya situasiDKItidakakanterjadidiJawaTengahasalcalonnyajangangayabicarayangliar,sekalipunnon-Muslim”.

SosiologUndipMYuliantomenyatakan,sikap“tetanggaan”ditengahmasyarakatsangattinggisehinggasikapwelas asih,toleransi,hormat-menghormatimenjadi sangat identikdenganmasyarakat Jawa Tengah. Kondisi itu membuat politik SARAtidakakanlakudiJawaTengah.Yuliantomenegaskan,“Selamatidakmenyinggungakanmasihaman-amansaja.KatakanlahdiJakartaadastatement,kalaupemimpinnyabukanMuslimmakaketikameninggaltidakakandisalati.Tapisayarasatidakakanada di Jawa Tengah karena tetanggaan di sini masih sangatkental.”

Penyelenggara pemilu KPUD Karanganyar Jawa Tengah,SriHandoko jugamemperkuat yang disampaikanM Yulianto.HandokomengutarakanbahwamasyarakatJawaTengahsangatdewasa sehingga tidakmudah dipengaruhi oleh isu SARA. Iamengatakan, “Untuk wilayah Karanganyar, isu seperti di DKIkamirasatidakakanterjadipadaPilkadananti.KarenakarakterdankulturmasyarakatKaranganyarinisendiricukupdewasa.”BegitujugapernyataandariperwakilanKPUKudus,MKhanafi.

25Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

Iamenegaskan, “Kudus saat ini hampir sama dengan daerahlain.Homogen.JikaditarikdenganJakarta, jauh.”SedangkandariKPUTegal,SukartonojustrumemberipenguatanagartidakperluterlalukhawatirdenganPilkadaJawaTengah.IapercayabahwaefekDKItidakakanmasukkeJawaTengah.

Sementaraitu,DjokoHaryonodariKesbangpolJawaTengahmenyampaikanbahwakasuspolitikSARAituterjadikarenaadafaktoryangkasuistis,yaknipernyataansalahseorangkandidat.Seperti yang Djoko Haryono tekankankan, “Kalau isu di DKI,karenaadaapitentuadaasap.InijadipembelajaranbagiJawaTengahagarisuDKIjanganterjadidiJawaTengah.KitaharusbelajardariapayangterjadidiDKI.”

HakimdariKPUJawaTengahmemberiulasandarisudutlain.BaginyaadakontekspertarunganpolitikyangsangatkuatdalamPilkadaDKIsehinggahawanyasangatpanas.SARAadalahsalahsatuobyekkampanyeyangsemakinmempertajamkompetisipolitik tersebut. Hakimmengutarakan, “Kalau di Jakarta kanjelas, itupertarunganpolitik.KalaudiJawaTengah,menurutsayakoklebihkefigurya.Kalaumemangfiguritubaikdanbisaditerima,maka akan dipilih. Yang kedua adalahmesin, siapayangmengusungnya.SekarangmenjadilatahorangmengatakantentangkasusJakarta.SayapernahmengikutiseminardiHotelGracia bahwakadang-kadang permainanmedia banyak oranglebaydanmembesar-besarkan.MengutippernyataanMasPrieGS, tidak ada data kok kalau orang yangmemilih Ahok yangkemudianmatitetapitidakdisalati.”

PenegasantidakakanmenguatnyapolitikSARAdisampaikanjugaolehIntelkamPoldaJawaTengah,EdiPurwanto.MenurutperwakilanIntelkamPoldaJawaTengahtersebut,politikSARApada Pilkada DKI Jakarta tidak akan terjadi di Jawa Tengahkarenasemuastakeholdersudahpahambahwapenggunaanisu

26 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

SARAdilarang.Sementaraitu,pesertapemilusepertiPKBdanPKSjugatidakyakinkalaupolitikSARAdiPilkadaJawaTengahakanmenguat.PerwakilanPKBmenyatakan,“DaridulusudahadakelompoknamanyaGatarayangajarannyanyeleneh.AdaFPIKhilafahbibit-bibitnyabanyak.AkantetapikamimelihatJawaTengahkompleksitaskehidupansosialnyatidakserumitDKI.Disinitingkatkejahatan,kemiskinan,kriminalitas,pengangguran,dantingkatkehidupansosialkulturalsepertimacetdanbanjirtidaksepertidiJakarta.Inikansebenarnyabisamemprovokasimasyarakat juga. Di sini masih ada kelonggaran-kelonggarandi lingkungan.Di siniNU tinggi.Dalamkonteks itu,NUyangbisamembantupemerintahmengendalikankeadaan.Faktanya,kemarinperangmelawankhilafahdanmenggagalkandeklarasiFPIcukupmasif.Kiaijugabanyakyangtinggaldisini.”PernyataanrespondenPKB itumenegaskankembalibahwameskipunadaormas-ormas yang dikategorikan tidakmoderat, tetapi karenakulturJawaTengahyangguyub,ditambahperanormasIslamsepertiNUsangatbesar,potensipolitikSARAitudiyakinitidakakanmenyebardiJawaTengah.

Sementara itu, wakil dari PKS semakin meyakinkanbahwa Jawa Tengah tidak akan sesuai untuk politik SARA.BahkanrespondendariPKSmencontohkanKotaSolodimanaWalikotanya adalah non-Muslim, namun tidak terjadi hal-halyang tidakdiharapkandaripolitikSARA.RespondendariPKSmengatakan secara utuh, “Khusus di Jawa Tengah di KotaSolo juga sebagai daerah berbasis lascar, toh walkotnya non-Muslim.Sebenarnyasecarakonteksmasyarakatsudahsangatterdewasakan.”

HanyasajawakildariPKStersebutmemberiduacatatanutama terkait bagaimana politik SARA itu bisa terjadi, yaknifaktor keteledoran dari kandidat dan konstruksi dari media

27Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

massa/sosial.Padapoinpertama,justrupemicu(trigger)terkuatyangmembuatgelombangprotesbesar-besaranadalahblundersalahsatucalonkepaladaerah.Sedangkanpoinkeduaadalahberhubungandenganbagaimanasatuisudiangkatdandibesar-besarkanolehmedia.

1.4 Identifikasi Aktor Politik SARA di Jawa Timur

JawaTimuradalahsebuahprovinsi yangmenarikuntukdianalisisterkaitdenganrelasiSARAdanpolitik.ProvinsiJawaTimur pada tahun 2018 akan menyelenggarakan PemilihanGubernuryangbersamaandenganpemilihankepaladaerahdi18 kabupaten/kota. Jumlah penduduk Jawa Timurmencapai38 juta jiwa, dengan kultur yang beragam, dan didominasimasyarakat santri bercorak Nahdhiyin yang hampir merata,tetapi juga terdapat kelompok abangan di beberapa kantongmasyarakatJawaTimur.

Daripenjelasansemuaresponden,baikdariforumdiskusikelompokterpusatataupunwawancaramendalam,dapatditarikbenangmerahbahwarespondentelahmemahamidenganbaikapabatasantentangSARA.SemuarespondenmenyadaribahwaSARAsenantiasaberhubungandengansuku,agama, ras,danantargolongan.

PolitikSARAdipandangsebagaisesuatuyangbukanlahirdari masyarakat melainkan elite Terdapat pemahaman dariinforman di Jawa Timur, sejatinya politik SARA bukanlah halbaru di Indonesia. Namun gelombang besar tentang politikSARA terjadi dalam momentum Pilkada DKI Jakarta 2017.KomisionerBawasluJawaTimur,SriSugengmenyatakan,“Iniagakmemanaspolitik di Indonesia karena imbasdari PilkadaDKIJakarta”.PeristiwapolitikSARApadaPilkadaDKIJakarta

28 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

membuatpro-kontraditengahmasyarakat.SemuarespondendiJawaTimurmenyatakanketidaksetujuannyapadapolitikSARA.Bahkan penyesalan mendalam atas kondisi buruknya politikSARAdiDKIJakartamencuatdalamdiskusikelompokterpusatatauwawancaramendalam.

Prof Hotman, akademisi Universitas Airlangga, bahkanmenyebutapayangterjadidiJakartaitusebagai“barbarianismepolitik.”ProfHotmanmengatakan, “Sayakiraapayang terjadidi Jakarta itu barbarianisme politik. Belum pernah terjadidalam sejarah, berlangsung intensitas cepat, dan dipengaruhiolehkelakuanparaelite,sayatidakpercayaitudilakukanolehrakyat.”

SelainbetapajauhnyaprosespilkadaDKIJakartadarinilaikeadabanbangsa,ProfHotmanmenegaskanbahwapolitikSARAtidakdilakukanolehrakyat,tetapiolehelite.Apayangsebenarnyaterjadidimasyarakatitutidakbenar-benarterjadi.ProfHotmanmenyebutkanyangterjadiitusebagaidunia“simulacra”belaka;kenyataan yang seakan-akan kenyataan, padahal hanyalahrekayasabelaka.Elitepolitikyangmerekayasa,sementararakyatadalahobyekrekayasa.

Simpulan penting Prof Hotman tersebut dikuatkan olehMuzakir, akademisi Universitas Negeri Surabaya (Unesa).Muzakirmenyatakan, “Fenomena Jakarta sangat dahsyat danbrutal.Bagaimanapolitikidentitasdigunakanmelakukanblack campaigndansebagainya,danjugaaktor-aktorpolitiktermasukdi sini tentunya bukan rahasia lagi kalau kemudian masing-masingkubu,apakahitupartaipolitikataupendukung,bahkanbisajadiyangharuskitapertanyakanmungkindalamperspektifakademiktimsuksesjugaikutmemproduksibagaimanapolitikidentitassebagaialatuntukmelakukanserangankandidatyangsatudenganyanglain.”

29Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

Muzakir menggunakan diksi “brutal” untuk menyebutfenomena Pilkada DKI Jakarta, sedangkan Prof Hotmanmemakai istilah “barbarianisme”. Dua istilah tersebut untukmengekspresikanbetapasangatdisayangkanprosesdemokrasidiJakartaberlangsungsedemikanrendahdarikeadabanluhurbangsa. Fakta yang ditunjukkan oleh Muzakir, bahkan aktorpelakupolitikSARA itu justrubisaberasal dari partai politik,pendukung, dan tim sukses. Mungkin sebagian masyarakatakan berpandanganwajar bila partai politik, pendukung, dantimsuskesmelakukansegalacaradalamkampanyepolitiknya.Orientasimerekaadalahmenang,apapunmenjadihalal.

Realitas politik di sebagian aktor politik kita tentunyamenyedihkan. Terlebih, mengutip akademisi Airlangga PribadidariUniversitasAirlangga,politikSARAbahkandiproduksiolehkonsultanahliyangmemilikilatarbelakangintelektualdenganbekal pendidikan setingkat master bahkan doktor –merekaseringdisebutsebagaikonsultanpolitik.Alih-alihmemberikannasihatpolitikyangberkeadaban,merekajustrumemproduksikampanyeberbasisSARA.SepertiyangdikatakanolehAirlanggaPribadi, “Dalam banyak hal itu dimainkan oleh kalangankonsultan,yangbaru-baru inimembuatpuisiyang ‘IniBukanTanah Kami’ segalamacam denganmaksudmenghembuskanpopulismesayapkanan.”ProfHotmanmenyebutkelompok inisebagaiorangyangpalingberdosadanbertanggungjawabsecaramoraldanintelektualtentangapayangtelahmerekalakukan.

SalahseorangpesertaFGDyangjugaberprofesisebagaitimkonsultanpolitikdanjugatimahlisurveipolitik,EdiMarzukydari Surabaya Survei Centre (SSC) tidak menampik adanyafaktaketerlibatan timsurveiatau timahlidalamproduksi isuSARA.MenurutEdiMarzuky,tidaksemualembagasurveiatautim konsultan memiliki standar yang sama dalam bekerja.

30 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

Tidak sedikit lembaga survei yang tidak memperhatikan code of conduct dalam melakukan riset survei politik, misalnyasoal metodologi. Juga terdapat lembaga survei yang tidakmencantumkan metodologi dalam melakukan publikasi hasilsurvei.Hal inimembuat semua tim konsultan dan tim surveidijadikankambing-hitam.

Dalam forum diskusi kelompok terpusat, terjawabsetidaknyaadaduafaktorkonteksmunculnyapolitikSARA,yaitufaktorglobaldanfaktorpolitiklokal.Muzakir,AirlanggaPribadi,NajibdariJPPRJawaTimur,danAwanDarmawandariakademisiUnesa,berpendapatbahwapolitikSARAtidakbisadilepasdarikonteksglobaldimanaAmerikaSerikatsebagainegaraadidayayangmempertontonkanpolitikSARAbegitu telanjang.Denganperkembanganmediayangsedemikiancanggih,kitadiIndonesiadapatmengikutiprosespemilihanpresidendiAmerikaSerikattersebut.Dalamkonteksini,Muzakirmenyatakan,“SebenarnyafenomenayangterjadidiDKItidakterlepas,sayainginmelihatsecaraglobalsebenarnyaterjaditidakdiIndonesiasaja,fenomenapolitikidentitasdiAmerika,kemenanganDonaldTrump,orangsamasekalitidakmemprediksibahwaakanmenjadipemenangmenjadipresiden,tapikemudianjustruprediksiberbalikarah.DankitabisamelihatfenomenadiBrexitjugasama.FenomenaEmmanuelMacronversusMarineLePen(Perancis)yangkemarin,initernyatafenomenapolitikidentitasjugamenguak.”

BahkanNajibdariJPPRmengatakanbahwaimbaspolitikSARAdiAmerikaSerikatsampaiterjadipembunuhan.MenurutNajib,“KemenanganDonaldTrumpyangkemudiandidapatkanolehDonaldTrumpimbasnyajauhsampaipanjangsampaiterjadipembunuhan, penembakan yang dilakukan oleh masyarakat-masyarakatsipilyangadadisana.”

AwanDarmawanjugabersepakatbahwapolitikSARAjuga

31Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

cermingejalaglobal.Awanmenyatakan,“Kitamengamatibahwaperkembangan kekuatan politik kubu kanan ini bukanhanyakemarin kasus Pilkada DKI saja. Di Filipina, di Amerika, diPerancismengalamipenguatanjugadarikelompokkanan”

Airlangga Pribadimembacamerebaknya kelompok sayapkanan (right wing) di pentas global tersebut berdampak jugake Indonesia. Menurut Airlangga, kenyataan itu dapat terjadikarenafaktorketimpangansosialdanekonomidihampirsemuabelahandunia.Adakelompokkecilpenikmatkekayaandunia,sementaraterdapatkelompokbesarwargaduniayangtidakdapatmenikmati kekayaan. Airlangga mengatakan, “Dalam konteksproblem-problemketimpangansosialitumenjadipersoalanyangmasif.Kalaukitamelihatdatastatistik,bahwapenguasaan1%orangterkayaterhadapmodaldankapital50%itubukanhanyaberlangsungdiIndonesia,tetapidinegaraAmerikadannegara-negaraEropa.Dansekarangdiblogger-bloggeryangmenyebarisu-isuSARAitumerekayangtidakterserapdalamangkatankerjayangsesuaidenganpendidikanmereka.Iniproblemkeresahanglobalyangmenjadipemicukondisimengapakemudianmodel-modelisuSARAinimenjadilaris.”

Menurut Airlanga Pribadi, kondisi sosial yang timpangitulahyangdimanfaatkanolehparakonsultanpolitikdanelitepolitik untuk membangkitkan politik SARA. Namun strategipolitiknya tidak denganmembangun kelas perlawanan politikprogresifyangmenjawabmengapaketimpangansosialituterjadi,namunyangdilakukanjustrumengambilidentitassebagaifaktorpenyebabterjadinyaketimpangansosialdanekonomi.AirlanggaPribadi menyatakan, “Kita melihat adanya elite-elite politik,adanya beberapa hal, kelompok-kelompok konsultan politikdan aktivis-aktivis yang memanipulasi dan mengkomodifikasikeresahan-keresahan dan kecemasan-kecemasan dan tren

32 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

politik identitas tadi. Dalam bahasa politik itu yang disebutsebagaiinstrumentalisasiright wing populism (populismesayapkanan).”

Sementara itu, ilmuwan politik Kris Nugroho dariUniversitas Airlanggamemberikan pandangan dari sisi politiklokalnya.MenurutKrisNugroho,modelpemilihankepaladaerahlangsungsaatinimembuatpertarunganpolitiksangatterbukadanberhadap-hadapanantarpendukung,apalagijikakandidathanya dua pasangan calon. Yang terjadi kemudian adalahupayasalingmenjatuhkankandidatlawandarimasing-masingpendukung. Padahal pendukung salah satu calon memilikiirisandengankelompoksosioreligius,kelompokidentitassepertisuku/etnis,danbasis-basisinformallainnya.Dengandemikian,politik SARA membuat gesekan antarpendukung tersebutmenjadisemakinterbukaditengahkehidupanmasyarakat.KrisNugroho menyatakan, “Kalau pilkada langsung berhadapan,begitupulademarkasiantarapendukungkandidatsangattajamsekali.Nah inilah yangmembuatpertarunganyangmasukkearenahabis-habisan.Termasukkalausayaamatipenggunaaninstrumen mobilisasinya. Kita ketahui bahwa ada semacampergeseranmesinmobilisasi. Sejakpencalonankitamengarahpada personalisasi figur aktor itu instrumenmobilisasi sudahlamatidakmenggunakanpartai,partaihanyatumpangan,baikpada legislatif maupun juga pilkada. Selebihnya yang bekerjamungkin 80%, yaitumesinnya calon secara pribadi, baik timsuksesmaupunjaringan-jaringancalon.”

Faktor global dan lokal penguat merebaknya isu SARAtersebut semakindidukung oleh adanya teknologimedia yangsemakincanggih,mudah,danmurah.Sayangnyaperkembanganmediamassa,baikmediamainstreamsepertitelevisi,radio,suratkabar, dan majalah, ataupun media sosial alternatif seperti

33Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

facebook,whatsapp,twitter,blog,dansebagainyatidakdidukungoleh kapasitas kecerdasan literasi di tengah masyarakat.Akibatnyainformasiyangtidakbenarataubiasadisebuthoax, informasi menyesatkan, informasi yang mengujar kebencian,kerapkalidikonsumsitanpafilterolehmasyarakatkita.

Seperti yang diungkap oleh Awam Darmawan, pakarkomunikasi Universitas Negeri Surabaya, “Perkembanganteknologikomunikasimediamemilikiduasisi.Pertamaintended consequency; bahwa ada memang harapan positif dalamperubahanteknologikomunikasimembuat lebihhidupefisien,membuat kita gampang untuk mengakses sumber informasi,membuatkitalebihmudahberkomunikasi,membangunsuatujejaringmasyarakatdigitalsehinggakitabisamemilikifragmentasiinformasiyangtidakdiaturolehkepentinganmediamainstream seperti televisi dan lain sebagainya. Tapi kita tidak dipungkiribahwa ada unintended consequency di mana perkembanganteknologi komunikasi lebih cepat dari pada perkembanganmasyarakatdanstruktursosialnya,ituterjadidalamkasusDKIJakartakemarin.”

Hal senada disampaikan olehElly dari Komisi PenyiaranIndonesiaDaerahJawaTimur.MenurutElly,masyarakatkitasedangmenuju proses literasi digital, tetapi proses itumasihberlangsungdan ternyatamasyarakatbelumsiapmenghadapiturbulensi informasi di media. Elly menambahkan, kondisibelumsiapnyamasyarakatjustrudimanfaatkanolehpemangkukepentinganpolitikuntukmenyuarakan isuSARAdanujarankebencian.

Elly mengatakan, “Fase literasi terlewati kemudianmasyarakat kita sudah dihadapkan pada gempuran media-mediasosialatauperkembanganteknologiyangbegitudahsyatsehingga sayamelihatmasyarakat kita belum siap. Saya juga

34 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

melihat,okemungkindiAmerika,Jerman,Perancis,politikSARAitujugaada,bahkanmungkinmasifkemarin,tetapidampaknyatidaksepertiterasasepertiyangterjadidiIndonesia,sepertidiDKI.Siapa yangmengkapitalisasi tentu ada aktor-aktor politikyang berkepentingan di situ dan mereka juga menggunakanmedia,baikmediamainstreamsepertitelevisidanmediasosialyanghariinisangatmenjadisopirkitasehari-hari.”

Undang-Undang Penyiaran dinilai tidak dapat berfungsibanyak karena belum mengantisipasi soal media sosial yangsedemikianmasif.Begitupulamediasepertiyoutubeyangjugajamak digunakan sebagai media kampanye. Menurut Elly,Undang-UndangPenyiaranbahkanbelumdirevisi,masihkalahprioritas dengan Undang-Undang Pemilu. Pengalaman Elly diPanwasKabupaten/Kota,kemampuanPanwasuntukmengawasihanyabisamengendalikanmediasosialyangterdaftar.Sementarayangtidakterdaftarsangatbanyakdantidakterkontrol.Justruitu yangmenjadikanurgensi revisiUndang-UndangPenyiaransangatpentingdankianmendesak.

Memperkuat Elly, Najib dari JPPR Jawa Timur memberitambahan informasi bahwa media sangat terbuka dalammemproduksi wacana dan kemudianmenyebarluaskannya keruangpublik.SepertikasusyangmenyangkutAhok,adacampur-tangan media yang kemudian mencoba untuk mem-blowup kasustersebut.DalamperjalananPilkadaDKIJaakarta,hampirsatubulanpenuhmedia-media,baikmediaelektronik,media-mediatelevisipadakhususnya,memperbincangkanpro-kontratentangkasustersebutdancenderungbukanmencarikansolusijalan tengah, tetapimencaripersoalan-persoalanyangmampumemproduksi riak-riak di masyarakat. Misalnya saja, hampirsatu minggu penuh Kompas TV dan TV One menanyangkandebatprodankontraAhok,denganframingyangberlawanan.

35Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

Dampak sosial kasus tersebut kemudian juga terjadidi kalangan perempuan dan anak. Hal ini dipotret oleh Afni,aktivisperempuandananakJawaTimur.Afnimengutarakan,”Kebetulan di organisasi saya terkait isu perempuan ibu dananak.Saatinikitatahutelevisidansmartphonehampirsemuaorangpunya,gakusahyangberumursepertimisalnya17tahunkeatasmemeganghandphonedanlihatTV.Sekaranganak-anakpundikasihsamaorangtuafasilitashandphoneuntukdibawakesekolah,darisituakar-akarnyaisu-isuinimuncul.Diantaraperluasan media ini isu-isu SARA di DKI ini muncul. TidakusahdiTV,mungkindimediasosialWA,BBM,atausekarangyanglagitrenInstagram, youtube. Darisemuamediasosialitu,yang saya pernah survei penggunanya mayoritas anak-anakyangbelumusia17tahun,bahkankelasSD,SMPitudiabisaakses,danbahkanikut-ikutanpencermatanisuSARA.Misalnyadiamembuat gambar kalau kita sebut dalambahasa gaulnyaadalahmeme,misalnyakitamembandingkanantaraAhokdanjuga pasangan yang Muslim seperti itu, ataupun saya tidakakanmemilihcalonnon-Muslim,ataupundansebagainyayangsebenarnyamasukdalamwilayahSARA.”

AktivisFatayatJawaTimur,AinaAmaliajugamenegaskankerisauannyaperihaldampakSARAtersebutpadaperempuan.AinamelihatsebagaimanaPilkadaJawaTimursebelumnya,adabeberapaaktoryangmenarik-narikkonstituenperempuanuntukbeberapakepentinganpemilukepaladaerah.Iniberimbaspadakonflikhorisontaldi tingkatanmassaperempuan itu.Dampakhorisontal tersebut juga berimbas di media sosial sehinggaberimbaspadatatananmasyarakatjuga.

Meresponskondisitersebut,ormasataupunpartaipolitikdiJawaTimuryangmenjadinarasumberpenelitianinisemuanyamenolak penggunaan isu SARA sebagai basis pemenangan

36 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

kepentingan politik. Partai politik yang diwawancarai oleh timpeneliti adalah PDIP, Partai Demokrat, PKB, dan Gerindra.Sedangkan ormas yang diwawancarai adalah MuhammadiyahdanNahdhatulUlama.

Dari proses wawancara mendalam tersebut, NU danMuhammadiyah menyadari bahwa peran ulama sangat beratdalam upaya memberikan edukasi politik yang baik. Keduaormas ini telah membuktikan bagaimana perannya dalammemberikanpencerahandimasyarakat.Muhammadiyahdengansekolah-sekolah, pengajian rutin, pertemuan formal, berupayamemberikan pemahaman yang baik tentang politik. Hal itudiungkap oleh Dr Biyanto. Demikian halnya ProfMuzaki dariPWNUJawaTimuryangmenyatakanbahwaNUtetapdengantegasmemperjuangkanIslammoderatAhliSunnahwalJamaah.ModalkulturalNUsepertipesantren,dantentuparakiaidiJawaTimur,dimanfaatkanuntukmelakukankomunikasipositifantarajamaahdanulamanya.MenurutProf.Muzakki,justrupersoalanyangdatangitubukandariaktorMuhammadiyahdanNU,tetapidarikelompokyangtidakberafiliasidenganduaormastersebut.Kelompok-kelompokitulahyangmudahdisusupidenganpahamIslamfundamentalisdanradikal.

Selainitu,semuaaktivispartaipolitikdiJawaTimurjugamerasabahwapolitikSARAbukanjalan-baikdalampolitik.PDIP,sebagaimana disampaikan Ibu Utari, menegaskan bagaimanasikapkemajemukanPDIP.BagiPDIP,PancasiladanUUD1945adalahpeganganmereka.Sementarapartaipolitik lainsepertiPartaiDemokrat,Gerindra,danPKBjugamenyatakanpandanganyang sama.Hanya saja,KetuaPKBJawaTimur,AbdulHalimIskandar,menyatakanbahwakarenaNahdhatulUlamasangatbesardiJawaTimur,PKBharusmempertimbangkan identitasitu.AbdulHalimIskandarmenyebutnyasebagaikearifanlokal,

37Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

dimanapolitikharusmempertimbangkanmayoritasbasisnya.Bagi PKB hal ini bukanlah SARA, melainkan memperhatikankearifanlokal.

Sementara itu, Renvil dari Partai Demokrat menyatakanbahwapartainyatidakmelihatfaktoridentitasdalampencalonan,melainkan lebih pada faktor popularitas, integritas, dan track record. Begitu juga perwakilan Partai Gerindra, Hadinuddinyangmenyatakanbahwasurveiuntukmelihatpopularitasdanelektabilitas calon sangat menentukan kriteria calon kepaladaerah. Dalam amatan mereka, di Jawa Timur tidak akanterjadipolitikSARAsepertiDKIJakarta.Faktordeterminanyangmuncul adalah kuatnya pengaruh ormasNahdhatulUlamadiJawaTimursehinggasusahditembusolehkelompokyangtidakbertanggungjawab.

1.5 Identifikasi Aktor Politik SARA di Kalimantan Barat

Upayamengidentifikasi aktorpolitikSARAdiKalimantanBarat,sebagaimanadiprovinsilain,dilakukandenganmenggelardiskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam. Dalamdiskusi grup terfokus,mengemukapendapat bahwa isuSARAmemangisuyangsangatdiminatidanmudahdikerahkan.AnggotaKPUProvinsiKalimantanBaratUmiRifidiyawatymengharapkanagar elite politik tidak terlalu berlebihan mengelola isu SARAdalampolitikyangmalahberujungpadakonflik.Kondisitersebutpadaujungnyadapatmemicuperpecahanbangsa.

Hal senada disampaikan Komisioner Komisi PenyiaranIndonesia Daerah (KPID) Kalimantan Barat MS Budi. Diamengatakan, identitasadalahhalyang tidakdapatdilepaskandari dalam politik. Jurnalis Tribun Pontianak Suroso punmengatakan, identitas memiliki pengaruh besar terhadap

38 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

pembentukan sikap publik dalam berbangsa dan bernegara.AktivisLIPDGlorioSanenmenuturkan,sahsajabilaseseorangmenentukan pilihan politiknya berdasarkan kedekatanemosional,termasuksoalidentitasSARA.Akantetapi,tentuhalitubukanprioritasutamadalammenentukanpilihan.Adapun,anggota Bawaslu Provinsi Kalimantan Barat Krisantus HeruSiswanto menyatakan, sebagai pengawas pemilu, narasumbermemahami bahwa penggunaan isu SARA dalam kampanyepilkada adalah hal yang dilarang Undang-Undang. AkademisiUntagbahkanmenyatakan,penggunaanidentitasSARAdalamkancahpolitikmerupakankemunduranpolitik.

Disisilain,partaipolitiktidakmenyetujuipenggunaanisuSARA dalam politik. Seperti yang disampaikan pengurusDPDPartaiGolkarKalimantanBaratMustafaMSdanpengurusPDIPMaskendari.HalitudisetujuipulaolehtokohadatDayakFransAsok.

Ironisnya,tetapadapotensipenggunaanisuSARAdalampilkada di Kalimantan Barat. Hanya saja identitas yang lebihmenonjoladalahkesukuanketimbangagama.HalitumengingatterdapatlimaetnisyangsecarajumlahmerupakanmayoritasdiKalimantan Barat, yaituDayak,Melayu, Jawa, Tionghoa, danMadura.Selainitu,adapulaetnisBugis,Sunda,Batak,Dayak,danBanjar.

Menurut Krissantus Heru Siswanto dari Bawaslu KalbarbelajardaripengalamanpilkadadiKabupatenKubuRayapadatahun2008,penggunaanisuSARAdalamPilkadadiKalimantanBaratmasihmungkinterjadi.HalitudiperkuatolehKristianusAtok ilmuwan sosial Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag)bahwapotensi politik SARA sangatmungkin terjadi sekalipunmemangeskalasikonfliknyatidakakansebesarkasusdiJakarta.Sementara Djumadi Ilmuwan Politik Untag menyatakan, saat

39Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

pengumpulandatadilakukan,mulai ada gejalaperpecahandimasyarakatyangtampakpadasalingkecurigaanantar-anggotamasyarakat.

Potensi politik identitas SARA juga ditangkap olehkomisioner KPU Kota Pontianak Abdul Latif, aktivis JPPRDarwis, Komisioner KPU Kabupaten Kubu Raya Gustiar, UmiRifidiyawaty,MSBudi, aktivitisElpagarFubertus Ipur, aktivisJARIFaisal,pejabatPoldaKalimantanBaratAKBPWedyMahadi,jurnalis Tribun Pontianak Suroso, Sekretaris MABM ZulfidarZaidar,MustafaMS,Maskendari,danpengurusPartaiGerindraHendriMakaluassertatokohadatFransAsok.

Frans Asok selaku representasi tokoh adat bahkanmenyampaikan, sudah ada potensi elit politik akan bermaindan mengkondisikan agar Kalimantan Barat tidak aman.Menurutnya,pemilihpolitikdiKalimantanBaratbelumrasionaldanmasihmengandalkanprimordial.KrissantusdariBawasluKalimantan barat menegaskan isu-isu SARA itu berpotensidiusung oleh timpemenanganpasangan calonkepaladaerah.SedangkanKristianusberpendapat,aktorpolitikyangmungkinmenggunakanpolitikidentitasadalahparapolitisiyangmemilikilatar belakang organisasi keagamaan. Menurut Abdul Latif,Djumadi, dan Darwis; penggunaan politik identitas dilakukanoleh elit politik di daerah. Hal yang sama juga disampaikanAKBPWedyMahadi,FranAsok,Gustiar,UmiRifidiyawaty,danMS Budi.Senada dengan itu, aktivitis Elpagar Fubertus Ipurmenyatakan,isuSARAakandigunakanolehparakandidatkepaladaerah langsung untuk memenangkan dirinya. Lain halnyadenganMustafaMSdariPartaiGolkar.Menurutnya,pemimpindaerahlah yang berpotensi menjadi aktor pengguna isu SARAdalampenyelenggaraanPilkada.Selain itu,kelompokberbasiskesukuanjugasangatmungkinmenggunakanisuSARA.

40 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

SoalmediapenyebaranisuSARAdalampilkada,Krisantusmengatakan, isu SARA dapat disebarkan melalui mimbarkeagamaandanpemberitaandimediamassa,baikmediacetakmaupunmediaelektronik.Narasumberlainnya,AbdulLatif(KPUKota Pontianak), Djumadi (akademisi Bidang Politik/Untag),Darwis (JPPR), Gustiar (KPU Kabupaten Kubu Raya), UmiRifidiyawaty (KPU Provinsi Kalimantan Barat),MS Budi (KIPDProvinsiKalimantanBarat),FubertusIpur(Elpagar),danFaisal(JARI) berpendapat bahwa media yang berpotensi digunakanuntuk menyebarkan kampanye berbasis SARA adalah mediasosial.

1.6 Identifikasi Aktor Politik SARA di Sulawesi Utara

Untuk memperoleh gambaran mengenai identifikasiaktorpolitikSARAdiSulawesiUtara, timpenelitimemberikanstimulasimelalui pimpinanBawaslu SulawesiUtara Johny A.Suak.Johnymenyampaikan,penggunaanpolitikidentitasakanlebihmenguatmenjelangPilkadadanPemiluPresiden(Pilpres).Politikidentitastidakhanyamenyangkutagamasaja,melainkanjugasuku.Politikidentitaspunbukanhanyadigunakandalampengisianjabatanpolitik,namunjugajabatanbirokrasisepertipengisianjabatanSKPD.

Dariperspektifagama,SulawesiUtarasebenarnyaadalahdaerah yang homogen. Namun, wilayah ini cukup heterogendalamhalsuku.Terdapatsetidaknyaempatetnisutama,yaituMinahasa,SangirTalaud,BolaangMongondow,danGorontalo.Selainitu,adapulaetnisTionghoadanetnislainnya.Menurutpararesponden,halinilahyangdapatmenjadipolitikidentitasdiSulawesiUtara.

MengenaipenggunaanisuSARAdalamprosesdemokrasi,

41Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

kebanyakan responden tidak setuju jika isu SARA digunakandalampemiludanpilkada,terutamadalammenentukanpilihansaat pemungutan suara. Anggota Komisi Informasi ProvinsiSulawesiUtaraReidySumualmenyatakan,dalamsebuahprosesdemokrasi,pemilihdapatmenjadibingungdalammenentukanpilihannyaterkaitdenganidentitaskandidatyangakandipilih.

Akademisi Maria Henny Pratikno antropolog UniversitasSamRatulangimengatakan,setiaporangmemilikisifatprimordialyang dibawa sejak lahir. Di Sulawesi Utara, tuturnya, sifatprimoridalismemasihnyata,terutamamenyangkutsuku,agama,danras.Halitu,menurutHennydapatmunculkepermukaansetiapseseorangdiberiumpanuntukberbicaratentangidentitasyang sama dengan lawan bicaranya. Hanya saja, untungnya,pembicaraan identitas SARA itu tidak memunculkan gesekanyangsignifikan.

Ketikarespondenditanyaapakahadapotensipenggunaanpolitik SARA dalam gelaran demokrasi di Sulawesi Utara,sebagianbesarrespondenmenjawabsangatkecilkemungkinantersebut. Henny mengatakan, mayoritas masyarakat SulawesiUtara sudah teredukasi dengan baik sehinggamemiliki logikaberpikiryangrasional.Bahkan,dikenalistilah“orangSulutsulitdisulut”.

Dia memaparkan sejarah konflik yang terjadi di daerahyang mengapit Sulawesi Utara, yaitu Kota Ambon dan KotaPoso. Sulawesi Utara menjadi istimewa lantaran daerah initidak ikut terpapar konflik sosial. Hal itu, menurut Henny,bisaterjadikarenatokohagama,tokohmasyarakat,dantokohformaldiSulawesiUtaramenjalankanfungsinyauntukmenjalinkomunikasiyangpositifdengansemuaanggotamasyarakat.

KomisionerKPUSulawesiUtaraFacruddinNuhmengatakan,ada potensi penggunaan isuSARAdalampilkada.Hanya saja

42 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

potensitersebutkecilsaja.ProvokasiisuSARAmenyebarlebihcepatdenganmediummediasosial,padahalaksesmediasosialdisebagianbesarwilayahSulawesiUtaratidakmudah.Pasalnya,ujar Fachruddin, banyak daerah di Sulawesi Utara yang sulitmenjangkaujaringantelekomunikasidalamjaringan,misalnyadaerahTalaud.HalsebaliknyadisampaikanKetuaBidangBadanPemenangan (BP) Pemilu DPD PDIP Sulawesi Utara, LuckySenduk.Menurutnya,karenadiManadojaringantelekomunikasilebihkuat,adapotensiisuSARAdigunakandalampilkada.

Sedangkan aktivis Jaringan Pendidikan Pemilih untukRakyatSyahrulSetiawanmengatakan,berdasarkanpengalamanpemilihan walikota dan wakil walikota di Manado, politikidentitas masih dimainkan, terutama dalam hal etnis. Hanyasaja, memang penggunaan politik identitas di Manado tidaksekerasyangterjadidalamPilkadaDKIJakarta.

Hal yang hampir senada disampaikan Aktivis IkatanMahasiswa Muhammadiyah (IMM) Taufiq. Dia mengatakan,masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sukamengikut arus. Dalam konteks ini, arus yang dimaksudnyaadalah penggunaan isi SARA dalam pilkada. Meski hanyadalam skala kecil, ada potensi aktor politik di SulawesiUtaraakan menggunakan isu SARA dalam pilkada, menduplikasikesuksesannyadiJakarta.

Pendapat yang sama juga disampaikan Ketua KomisiPenyiaran Daerah (KPID) Sulawesi Utara Erick Kawatu. AktorpolitikdiSulawesiUtaraakanmelihatbahwapenggunaan isuSARAsangatefektifmemenangkancalontertentudalampilkada.Karenaitulah,strategiituyangakanditiru.

Nadayang lebihoptimistisdihembuskanaktivisGerakanAngkatanMudaIndonesiaMelkyPangenanan.Menurutnya,apayangterjadidiDKIJakartatidakakanterjadidiSulawesiUtara.

43Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

Justru,jikaadakonflikdiDKIJakarta,masyarakatdiSulawesiUtaraakanmeredamnya. Iamencontohkan, saatPilkadaKotaBitung,anggotaDPDRIAryanthiBaramuliPutritidakdiserangdenganisuSARAmeskiyangbersangkutanmerupakanseorangMuslim.MasyarakatBitungmenilaiAryanthidarijejakrekamnyaselamamenjadianggotalegislatif.

PengurusWilayahNahdlatulUlamaSulawesiUtaraSyabanMauluddinmengatakan,kesuburantanahdantingkatintelejensimasyarakatSulawesiUtaramenjadifaktoryangmampumenekanpenggunaan isuSARAdalampilkadadidaerah itu.Selain itu,kerja sama seluruh umat beragama di Sulawesi Utara jugamemiliki peran besar dalam meredampolitik identitas dalamdemokrasi.

AdapunsoalaktoryangberpotensimenggunakanisuSARAdalam pilkada, Erick Kawatu anggota KPID Sulawesi Utaramengatakanbahwapolitisi, kandidat peserta pilkada, dan timpemenanganadalahpihakyangpalingmungkinmenggunakanisuSARA.ParaaktortersebutakanmenggunakanmediummediasosialuntukmenyebarkanisuSARA.Selainitu,timpemenanganjugaakanmenggunakanmediumluarjaringan(offline)denganmenemuimasyarakatsecaralangsung(tatapmuka).

Hal itu diamini jurnalis Tribun Manado Filip. Diamengatakan, penyelenggara pemilu perlu mewaspadai mediaarus utama (mainstream) dalam jaringan (online) dan mediasosial.Penyelenggarapemiluharusbekerjasamadenganpihakkepolisian untuk meredam penyebaran isu SARA, terutamaterkait ujaran kebencian di media. Filip menyarankan agarkepolisianmenindaklanjutisemualaporandugaantindakpidanaujarankebencian.

Wakil Rektor II Universitas Sam Ratulangi, Flora Kalalomengatakan, untuk meredam penggunaan isu SARA dalam

44 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

pilkada diperlukan peranan pengawasan yang maksimal.Bawaslu harus sudah mengambil langkah tindak lanjut jikamemangmulai ada percikan kecil isu SARA. Yang terpenting,kataFlora, penegakanhukumdalamkoridor yang jelas tanpaintervensiuntukmeredamisuSARA.

Agamawan Janny Rende mengatakan, pelibatan tokohmasyarakat,tokohagama,dantokohadatdapatmenjadisenjatauntukmenangkispenggunaanisuSARAdalampilkada.HalitudiyakinikarenamasyarakatSulawesiUtaramasihmenghormatidanmendengarkantokoh-tokohtersebut.

Aktifis IMM Taufiq mengatakan, karena penyebaran isuSARAbanyakdilakukandimediasosial,diperlukanpenguatandibidangteknologiinformasipadapenyelenggarapemilu.Selainitu, pada setiap penyelenggaraan pilkada, sebelum tahapanpencalonan, Bawaslu disarankan melakukan identifikasiterhadap bakal calon, terutama calon yang berlatar belakangtokohagamaatau tokohadat tertentu.MenurutTaufiq, tokohagamadantokohadatberpotensimenggunakanpolitikidentitasdalamkampanyenya.

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

45Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

KEBERPIHAKAN, POTENSI, DANANTISIPASIPOLITIK SARA

BAB3

Bagian inimenyajikan tentangbagaimanapetakeber-pihakan responden terkait isu SARA. Setelahuraian

mengenaikeberpihakanaktorstrategisdalamhalisuSARAtersebut, dipaparkan potensi isu SARA di enam daerahyang terpilih sebagai lokasi penelitian berikut antisipasiyangperludilakukan, yaknibagaimanaupaya tiapaktordalammenyelesaikanmasalahketikaisuSARAterjadidan/ataubelumterjadidalamruangpolitik.Antisipasitersebutbisaberbasispengalamanpraktikdi lapanganpadamas-ing-masingdaerahataujugaantisipasiberbasispemetaanmasalahyangdialamiolehtiapdaerah.

2.1 Sumatera Utara

Seluruh stakeholder di Sumatera Utara bersepakat tidaksetuju isu SARA dijadikan sebagai alat politik, khususnyadalamPilkada.LantasbagaimanapotensiisuSARAdigunakandalam Pilkada Sumatera Utara 2018? Berdasarkan informasiyangterangkumselamaprosespenelitian,potensipenggunaan

BAB 3

46 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

isuSARAdalamPilkadaSumateraUtaramerupakanefekdariPilkadaDKIJakarta,meskipuntidakakanseparahyangterjadidi Jakarta. Keyakinan itu didasari pandangan bahwa tingkattoleransiditengahmasyarakatSumateraUtaramasihtinggi.

AktoryangberpotensimenggunakanisuSARAdiSumateraUtaraadalahpartaipolitikitusendiri.Namun,adaaktor-aktorlain yang turutberperan, yaituakademisi dan lembaga surveiyang menempati posisi sebagai tim konsultan ahli. KelompokaktoryangmemproduksiisuSARAdalamruangpolitikdaerahtersebutbiasanyamemanfaatkanmediamassadanataumediasosialsebagaialatuntukmenyebarluaskankampanyeberbasisSARAdiranahkompetisipolitik.Sumberinformasipenyebaranisu SARA tersebut di antaranyamedia sosial seperti facebookdanbbm,kemudianmediamainstream (cetakdan elektronik),dan juga media komunikasi seperti whatsapp group. Namunperlumenjadi perhatian juga bahwa ceramah-ceramah politikdirumahibadahmerupakanbagiandariajaranagamasehinggaperlu untuk diperhatikan apabila hal tersebut dipelintir olehoknum-oknumyangtidakbertanggungjawab.

Terkait pandangan tersebut, beberapa partai politikutama seperti PartaiGolkar dan PDIP cenderungmenyatakantidak setuju terhadappenggunaan isuSARA. Pembelaan yangdisampaikan Partai Golkar, penggunaan isu SARA sulit dicaridan dilacak siapa aktor utama yangmendistribusikan isu-isupolitiktersebut.PerwakilanPDIPSumateraUtaramenyebutkan,praktikpolitikSARApernahterjadijugadiSumateraUtarapadaPilkadaWaliKotaMedanpadatahun2010.Saatitu,penggunaanisuSARAterjadimelaluipenyebaranQSAlMaidah:51melaluipamflet-pamflet kepada masyarakat. Merujuk pernyataanrespondendariPDIPtersebut,bukanpartaipolitikyangmenjadiaktorutamanya,melainkanmasyarakatyangsulituntukdilacak

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

47Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

siapasesungguhnyaaktorutamanya.RespondendariPDIPjugamenyatakan,politikSARAbukanlahsuatustrategipemenanganpilkada. Akan tetapi isu SARA akan selalu ada, khususnyaketikapasangancalonyangberkompetisiberbedasecarasukudanagama.

Partai Golkar pun menyatakan tidak menggunakan isuSARAdalampemenanganpilkada,melainkan lebih padafigurcalon,namuntetapmemperhatikankondisimasyarakat.Besaratau kecilnya peluang untuk menang tetap dipertimbangkandan diperhitungkan karena bagaimanapun pilkada tetaplahpertarunganmemperebutkan kekuasaan. Kedua partai politiktersebut meyatakan bahwa upaya yang perlu dilakukan olehsemuapihakketikaisuSARAmenjadiperhatianbersamaadalahdenganmengedepankantoleransidimasing-masingpihak.

Dari informasi yang disampaikan oleh responden daripenelitidilapangan,langkahantisipasiyangdisarankankepadaBawasludalammeresponsterkaitpenggunaanisuSARAdalamPilkadaadalahsebagaiberikut:

• Penyelenggaraperlumemperjelasmengenaibatasandak-wahyangdilakukanolehpemukaagamamengenaipoli-tik. Jangan sampai para pemuka agamamenjadi takutuntukberdakwah,tetapitidakjugamelanggaraturan.

• Bawasluharustegasdalammenindaksemuapelanggaransesuaidenganaturanyangberlaku.Harusadatindakantegasketikamunculaksiditempatibadah.

• Bawaslujugaperlutegasterhadapmedia.Jangansampaimediasembaranganmemberitakaninformasiyangmem-provokasi dan menimbulkan benturan di tengah mas-yarakat.

BAB 3

48 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

• BawasludanKPUharusseringberkoordinasidenganpi-hak terkait, khususnya dalammenangani pelanggaran,menertibkanbalihokampanyeyangmelanggar.

2.2 Jawa Barat

Terkait pendapat tentang penggunaan isu SARA dalamPilkada,seluruhpesertaFGDdannarasumberindepth interview menyatakantidaksetujudenganpenggunaanisuSARAdalamPilkadaJawaBarat2018.Meskipundemikian,dalamkonteksmomentumPilkada2018diJawaBarat,sebagianbesarpesertaFGDberpendapatbahwapotensiSARAberpotensiakanmunculdengantingkatyangrelatifsedang.

Berdasarkan informasi responden, pada PemilihanGubernur Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 pernah munculisu SARA.Hal itu terjadi pada salah satu kandidat dari PDIPyangdipersepsikanidentitaskandidatnyadekatdenganideologikomunisme.Memanghalitutidakberhubungandenganidentitasagama, suku, atau etnis; persinggungannya terjadi pada araspersepsiideologi.

Selama ini isu SARA yang muncul pada setiap momenPilkadadiJawaBaratlebihterkaitdenganisuantargolongandalam kalangan internal Muslim. Misalnya adanya isu aliranSyiah atauWahabi. Pada taraf tertentu, isu SARA dari aspekkesukuanjugaberpotensimuncul.Halinidisebabkanolehlatarbelakangcalonkepaladaerahyangsama-samaberagamaIslamdanbersukuSunda.MeskipunsemuakandidatberlatarbelakangsukuSunda,tetapsajaadakemungkinanmunculvariasilatarbelakangSundatersebut.Misalnya,salahseorangcalonkepaladaerah dikhawatirkan membawa aliran Sunda Wiwitan yangcendrung terpengaruh oleh kepercayaan animisme. Dengan

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

49Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

demikian, walaupun secara umum relatif damai, tetapi bisadikatakankemungkinan ada semacampotensi isuSARA yangakanmunculdimasyarakatterkaitdenganpersoalanisukulturalantar golongansuku (isuSundawiWetan)danantar-golonganagama (isu aliran Syiah, Wahabi) pada saat penyelenggaraanPilkadaJawaBarat.

Muncul jugakekhawatiransebagianrespondenmengenaiadanyaupayadaripihak-pihakluaruntukmengadaptasipola-polapolitisasiSARAsepertiyangterjadidiPilkadaDKIJakartauntuk dilakukan di Jawa Barat. Pertanyaannya kemudianadalahsiapakahaktoryangberpotensiuntukmenduplikasiisuSARApadaPilkadaDKIkePilkadaJawaBarat?Daripenjelasanresponden,aktoryangberpotensimenggunakanisuSARAadalahtimsuksesdanpasangancalon,tokohormaskeagamaan,tokohormaskepemudaan,kelompokkomunitas“dadakan”,danmediamassayangberkepentinganlangsungmaupuntidaklangsung.

Adapun sumber informasi penyebaran isu SARA dapatmelaluibeberapasaluransepertiberikut:

• Melaluiforumkeagamaan,misalnyaMajelisTa’lim,kegia-tanpengajiandimasjid,danlainsebagainya.

• Melaluipertemuanalumni,danarisan.

• Melaluimediamassacetakdanelektronik.

• Mediasosialkarenapersebarannyayangsangatkuatdansulituntukdibendung.

• Aplikasi khusus yang dirancang untuk mengarahkanorangkesalahsatufigurcalonkepaladaerah.

• Melaluiselebaransertaplakatditempat-tempatstrategis.

BAB 3

50 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

Terkait potensi parpol dalammenggunakan politik SARAdalampemenangancalonpadaPilkada,narasumberdariparapenguruspartaipolitikdiProvinsiJawaBaratmenyatakantidakakanmenggunakanisuSARAdalamkampanyepilkadadiJawaBarat tahun 2018 karena praktik seperti itu dipandang akanmenciptakanperpolitikanmenjaditidaksehat. Dalammenentukanpasangancalon,sebagianbesarpartaipolitikmenyatakantidakmenjadikanlatarbelakangSARAsebagaipertimbanganutama.Kemampuanataukompetensi,visiuntukmembawaJawaBaratlebih maju, serta popularitas dan elektabilitas menjadi dasarpertimbangandalammenentukancalon.Beberapapartaipolitik,seperti PDIP dan Golkar, menyatakan bahwa calon GubernurdiputuskanolehDewanPimpinanPusat(DPP).

Lalu bagaimana langkah antisipasi yang perlu dilakukanolekaktor-aktorutamadiJawaBaratdalammeresponspotensipenggunaanisuSARApadaPilkadaJawaBarat2018?

• DalamkonteksantisipasipenggunaanisuSARAtersebut,responden utama penelitian menyarakankan perlunyadilakukanbeberapalangkahantisipasiolehBawaslu.

• Menjadipartneryangbaikbagimasyarakatuntukbersa-ma-samamengawasiPilkadadiJawaBarat.

• Dariinstansipemerintah,terutamapenyelenggarapemi-lu,harusmemberikanpemahamankepadamasyarakat,yaknidenganmencerdaskanpemilihmelaluimediasosial.

• BawasluharusmenjadipusatinformasitentangapayangberedardimasyarakatselamaPilkadadanBawasluharuseksisdalammengawasimediasosial.

• Penyelenggarapemiluharussemakinresponsifterhadapperkembanganinformasiyangdijadikanmediakampanyeolehparapasangancalon.

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

51Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

• Bawasluharuslebihintensmensosialisasikanperaturandanmemberikan pendidikan politik kepadamasyarakattentangbagaimanapilkadayangbaikyangbisaditerimadancaraberdemokrasiyangbaik

2.3 Jawa Tengah

Merujuk sejarah, konflik SARA dalam skala besar tidakpernah terjadidi JawaTengah.KonflikantarkelompokpernahterjadidiJeparadanRembang,yaituantaranelayandanburuhtambang, namun hal itu bisa diselesaikan dengan baik. Padaranah politik, isu SARA pernah dipakai pada Pilkada KotaSolo Tahun 2015 saat pencalonan FX Hadi Rudyatmo yangberagamaKatolik danPilkadaKabupatenBanjarnegara tahun2017dengancalonBudhiSarwonoaliasWingChindenganlatarbelakangetnisTionghoa.AkantetapipenggunaanisuSARAdikedua daerah tersebut tidak menimbulkan efek besar karenakeduanya tetap terpilih sebagai pemenang. Selain itu, mediatidakmemberitakansecara luasdanmasifpertarunganpolitikdiSolodanBanjarnegarakalaitu.

Khusus di Jawa Tengah, semua pemangku kepentingantidaksetujudanmenentangkeraspenggunaanisuSARAdalamPilkada. Pendapat serupa dinyatakan perwakilan dari partaipolitik, yakni yang berasal dari PDIP, PKB, dan PKS. PotensipenggunaanisuSARAdalamPilkadadiProvinsiJawaTengah,menurut perkiraan kelompok pemangku kepentingan utama,masihsangatrendah.NamunmerekatidakmenafikanisuSARAtetapakandigunakanolehsegelintirkelompok.WakildariPDIPJawaTengahmemprediksipenggunaan isuSARAakan terjadihingga30persendiwilayahtertentusepertiSoloRaya.Sementaraitu akademisi dari Undip memperkirakan isu SARA akan

BAB 3

52 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

digunakandiwilayahdengansebaranperkembangankelompokpopulisyangtidaktercakupolehNUdanMuhammadiyah,sepertiSolo, Temanggung, Demak, Purbalingga, Magelang, Kebumen,Sukoharjo,Cilacap,Pati,danKudus.

Lantas, siapa aktor yang berpotensi menggunakan isuSARA dalam Pilkada di Jawa Tengah? Kelompok pemangkukepentinganmenilai,aktoryangpalingberpotensimenggunakanisuSARAadalah timpasangan calon, partai politik, politikus,tim konsultan ahli, dan kelompok ormas. Aktor-aktor yangberpotensi menggunakan isu SARA dalam politik tersebutmenggunakanmediasepertimediasosialyangdiyakinisebagaisumberinformasiutamadalampenyebaranisuSARA.Berikutnyaadalahmediakonvensional seperti spanduk,pamflet,ataupunselebaran yang juga disebut sebagai penyebar informasi isuSARAdiwilayahpinggiran.

Meskipun terdapat pendapat bahwa partai politik ataupolitikus berpotensi menggunakan politik SARA, perwakilandari partai politik tetap menolak hipotesis tersebut. Namunparpoltidakmenampikbahwasalahsatupertimbangandalampencalonan adalah kondisi sosial di daerah tersebut, dimanasalahsatuunsuryangdiperhatikanadalahkelompokmayoritaspemilih. Kondisi sosial yang diperhatikan selalu dekat jugadengansoalkesamaanidentitas.

Dengankondisisepertiitu,langkahantisipatifdariBawasluterkait potensi penggunaan isu SARA dalam Pilkada harusdilakukan. Beberapa usulan langkah antisipasi yang harusdilakukanolehBawasluadalahsebagaiberikut:

• Kelompok pemangku kepentingan mendorong Bawas-lumengaturpenggunaanmedia sosialdalamkampanyePilkadadanPemilu

• Bawaslu disarankan melakukan pendekatan terhadap

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

53Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

kelompok komunitas dari tingkat paling bawah untukmencegahpenggunaanpolitikSARAdalamPilkada

2.4 Jawa Timur

Tidak berbeda dengan banyak pendapat di daerah lain,narasumberdiJawaTimurmenyatakanpendapattidaksetujupolitik SARA dijadikan sebagai strategi pemenangan politik.SARAmestinyaditempatkansebagaibasiskulturalmasyarakatyanggivendantidakuntukdipertentangkan,apalagidigunakanuntuk membangun posisi kontra hitam-putih di tengahmasyarakat. Hampir semua narasumber atau responden diJawaTimurberpendapatbahwapolitikSARAdipandangsebagaisesuatuyangbukanlahirdarimasyarakatmelainkanolehelitepolitik.

PolitikSARAsejatinyabukanhalbarudiIndonesia.PadaPilkada DKI Jakarta 2017, isu SARA masif dipertontonkandi ruang publik. Narasumber menilai yang terjadi di Jakartamerupakanbarbarianismepolitik.Meskipundemikian,disadariolehpararesponden,isuSARAmenjadimenemukanmomentumbesarnyadiJakartakarenaGubernurBasukiTjahajaPurnama(Ahok)telahmenyentuhkeyakinandasar(kitabsuci)umatIslamdimanaIslammenjadiagamamayoritasdiDKIJakartadanjugadiIndonesia.KeteledoranAhoktersebutkemudiandikapitalisasisedemikianrupasebagaibahankampanyepolitikyangditopangolehberbagaikepentinganpolitik.

Potensi penggunaan isu SARA dalam Pilkada di ProvinsiJawa Timur dipandang sangat rendah. Syufianto ketuaBawaslu Jawa Timur menyatakan, potensi isu SARA di JawaTimur memang ada, tetapi sangat rendah. Salah satu isukrusialterkaitSARAdiMaduradanJawaTimursecaraumum

BAB 3

54 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

adalah masih dipersoalkannya perempuan sebagai pemimpin.Bagi sebagian masyarakat, khususnya dari kalangan santri,perempuandipandang tidak bolehmemimpin dengan rujukanbersumberdari ajaranagama Islam.Selain itu, sebagiankecilwargadi JawaTimur, seperti diMadura,memiliki sensitivitasterhadapMuhammadiyah. Keberadaan kandidat yang berlatarMuhammadiyahmungkinakanberpotensimenyulut isuSARAdalam politik. Selain itu, di Sampang juga masih ada yangmempersoalkanpemilihyangmenganutajaranSyiahsehinggahal itu berpotensi menjadi masalah apabila ada kandidatberlatar Syiah. Informasi dari responden, konflik Syiah-SunnidiMaduraterjadidiluarkonteksPilkada.Sekalipundemikian,dampak psikologi sosialnya tentu bisamencekammasyarakatkarenapendudukyangberafiliasidenganSyiahtersebutsampaidipindahkanlokasinyakeSidoarjo.

Konflik yang terjadi pada momentum Pilkada pernahterjadidiTubanhinggaaksibakar-bakaranyangterjadipadatahun 2006. Insiden tersebut tidak spesifik berkaitan denganisuSARA,melainkanterkaitdengandugaankecuranganpemilu.Saat itu,kantorKPU,pendopoBupati, sertahotel dan rumahmilikkandidatpemenangdibakarmassapendukungPDIPdanPKB.

KonflikserupadenganyangterjadidiTubanadalahkasusdi Mojokerto pada tahun 2010 dengan motif ketidakpuasansalahsatukandidatyangdicoretolehKPUDkarenadinilaitidakmemenuhikriteria.KerusuhanterjadidikantorDPRDMojokerto,dimanamassamembakarbelasanmobildinasataupunpribadi.Kasus lain terjadidiMadura,dimanaadapemungutansuaraulangnamuntidakadayangberanimenjadipetugaspemilihankarenadiancam.

Kasus lain adalah pembakaran gereja di Situbondo pada

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

55Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

tahun1990,pembakaranrumahKetuaPDMuhammadiyahdansekolah-sekolahMuhammadiyahdiSitubondodanBondowosopada tahun 2001. Pembakaran aset Muhammadiyah tersebutdiakibatkanolehperistiwapolitiknasional,yaituditurunkannyaPresiden Abdurahman Wahid yang dipahami massa akibatinisiasitokohMuhammadiyahAmienRais.

Sercara umum, konflik SARA dari aspek agama, suku,etnis,denganlatarpilkadadiJawaTimurbelumpernahterjadi.Sekalipundemikian,padabeberapadaerahlaindiJawaTimurjugamencuatisuyangberpotensimenimbulkankonflikpolitik.DisisiselatanJawaTimur,adayangbiasadisebutdengan“botoh”;yang meski tidak ada hubungannya dengan pasangan calonataumasyarat,tetapibisamempengaruhipemilu.Jugaterdapatfenomena “blater” yang difungsikan untuk mempengaruhipemiludiMadura.RespondenmemetakanpusatnyaberadadiSampang,wilayahpantaiutaraMadura.Berikutnya,fenomena“begal”yangadadimasyarakatLumajang;yangmanajugatidakada hubungannya dengan pasangan calon, akan tetapi bisamempengaruhipemiludiwilayahtersebut.

ParaaktoryangberpotensimenggunakanisuSARAdalampolitikdiJawaTimurterdiriataspartaipolitik,konsultanpolitik,timpemenangannon-parpol,buzzermediasosial,mediamassa,mediasosial,dantokohagamayangberpahamfundamentalismedanradikalismeyangeksklusifdalamjamaahnya.Selainitujugaterdapataktoryangtergabungdalamkelompokdimanamerekatidak memiliki asosiasi organisasi keagamaan yang utamaseperti Muhammadiyah dan NU, tidak berbadan hukum, dankeanggotaannyabisasangatlonggar.Kelompokterakhirinijugadipandangbisaberpotensimenggerakkandanmereplikasi diridalambanyakkepentinganpadamomenPilkadaJawaTimur.

Informasi penyebaran isu SARA di ruang politik bisa

BAB 3

56 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

bersumberdarimediasosial,mediamassamainstream,pidato-pidatopolitiktokoh,mimbaragamaditempattertentu,selebaran,danpamfletpolitik.TerkaitpotensiparpolmenggunakanpolitikSARA dalam pemenangan calon pada Pilkada, semua wakilpartaipolitikmenyatakantidakmelakukanpolitikSARAdalampilkada.Kondisiitubertentangandenganfaktadilapangan,dimanasaatPilkadaGubernurJawaTimuryanglalumasihadayangmempersoalkankeberadaanperempuansebagaipemimpinpublik. Fakta pro-kontra boleh-tidaknya perempuan menjadipemimpin tersebut adalah salah satu contoh bahwa di JawaTimur pernah terjadi politik SARA dengan derajat yang relatifberbedadengandaerahlain.

LangkahantisipasidariBawasluJawaTimurdalamupayamengatasi persoalan politik SARA dalam pelaksanaan Pilkadaadalahsebagaiberikut:

• IndekstingkatkerawananolehBawasludikeloladenganbaik.

• Pengawasanmoney politicdilakukandenganbaik.

• Literasi digital untuk membangun masyarakat literasiyangbaik.

• Diet informasi yang liar, betul-betul menyaring manainformasiyangbetulatauinformasiyangsifatnyahoax.

• Panwaslu punya perangkat untuk mengamati mediasosial.

• KPI mengawasi politik SARA dengan memperkuat UUPenyiarandankewenanganKPI/KPID.

• Bawaslumengkampanyekanterusagar isupolitikSARAataulebihluaslagipolitikidentitastidakdigunakan.

• SurveipotensiSARAsecarakomprehensifdankoordinasi

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

57Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

dengan Bawaslu dan KPU Jawa Timur serta pihakkepolisian.

• Menyiapkan dai yang berdakwah dengan santun danmenyejukkan.

• Harus ada semacam penguatan regulasi pemilu,misalnya Undang-Undang Pemilu menuju penguatanBawaslu. Bawaslu tidak sekadar diberikan kewenanganuntukmenindak administrasi pemilu, tetapi juga diberikewenangantambahanbersamaKepolisianakanadanyapenindakanhukumyangbesifatpidana.

• Membangunkondisiyangkondusif,yangkonstruktifbagipenyebaranwacana-wacanayangsehatdanrasional.

• Bawaslu dan kalangan masyarakat sipil, itu kemudianmerangkul,misalnyabloggeratauorang-orangyangaktifdanmemilikidukungankuatdimediasosial.

• Diperkuatruangtradisidalamberkomunikasisosial.

2.5 Kalimantan Barat

Sekalipun narasumber sependapat untuk tidak setujudengan penggunaan isu SARA dalam Pilkada, namun potensipenggunaan isuSARAdalamPilkadaKalimantanBaratdiakuicukuptinggi.KalimantanBaratmemilikisejarahkonflikantaretnisdimasalalu.Bahkanadanarasumberyangmenyatakanbahwaterdapatsemacamsikluskonflik20atau30-antahundidaerahini sejak tahun 1960-an. Di Kalimantan Barat pernah terjadikonflikSARA,khususnyakonfliketnisyangterjadibeberapakali.Yangterbesarterjadipadatahun1997,antarakelompokDayakMelayu dengan kelompokMadura. Pada pelaksanaan pilkada,konflik bermotif SARA jugapernah terjadi. PadaPilkada2008

BAB 3

58 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

didaerahKubuRaya,dimanaterdapatsalahsatucalonyangpasangannyaMuslim-non-Muslim,munculajakanuntuktidakmemilihpemimpinyangbedaagamadirumah-rumahibadah.

Selama ini persoalan konflik di Kalimantan Barat lebihterkait dengan isu etnisitas ketimbang konflik agama. Sejakpelaksanaanpilkadasecaralangsung,terjadisemacampolarisasikekuasaansertapemusatankekuasaankepadakelompoketnistertentu.DuaperiodePilkadayangdimenangiolehcalonyangberetnis Dayak berdampak pada penguasaan birokrasi darikelompoknya sendiri. Meskipun secara umum relatif damai,terdapat semacam potensi ketegangan di tengah masyarakatterkait dengan persoalan etnis pada saat penyelenggaraanpilkada. Yang lebih dikhawatirkan adalah upaya dari pihak-pihakluaruntukmengadaptasipola-polapolitisasiSARAsepertiyangterjadidiJakartauntukdilakukandiKalimantanBarat.

Kekhawatiran lainnya adalah melebarnya potensiketeganganyangselamainididominasiisu-isuetnisitasmenjadiisu agama. Beberapa waktu belakangan sudah mulai terlihatdi masyarakat, hal-hal yang mengarah pada upaya memicupersoalan agama di Kalimantan Barat. Kehadiran kelompok-kelompok radikal serta tokoh-tokohnya dari luar KalimantanBaratmempertegaskekhawatirantersebut.Kekhawatiranyanglainadalahdugaanadanyaelite-elitetingkatnasionalyanginginmenjadikanwilayahKalimantanBarattidakaman.Keteganganpolitikyangterjadidipusatsepertibakaldiadaptasikedaerah-daerahrawankonfliksepertiKalimantanBarat.

AktoryangberpotensimenggunakanisuSARAadalahelitepolitik,baikditingkatlokalataupunbahkanelitepolitiknasional.MerekadianggappalingpotensialuntukmenggunakanisuSARAuntukkepentinganpolitiknyasertamemicukonflikyang lebihluasdimasyarakat.PerandarielitepolitiktersebutdiKalimantan

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

59Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Baratsangatbesardalammemunculkanataumeredamisu-isupolitisasi SARA.Hal ini dikarenakan karakteristikmasyarakatyangmasihpatrimonialsehinggamudahterpengaruholehapayang dilakukan oleh para elite. Jika para elite politik tergodauntukmenggunakan isuSARAuntukkepentinganpolitikdanpemenanganpilkada,besarkemungkinanakanterjadikonflikditingkatmasyarakat.

Kehadiran kelompok ormas kurang toleran bisa semakinmenambahmasalahdaripotensikonflikyangsebelumnyasudahada.Kemungkinanparapasangancalondantimkampanyenyamenggunakan isu SARA cukup terbuka mengingat isu inidianggapmudahdanmurahuntukmenggerakkanmasyarakat.SumberinformasipenyebaranisuSARAdiKalimantanBaratdiantaranyamelaluimimbarkeagamaan,pertemuanadat,mediakonvensional, serta media sosial yang masif dan isunya sulituntukdi-counter.

Sementaraitu,perwakilanpartaipolitikmenampikpotensiparpol menggunakan politik SARA dalam pemenangan calonpadaPilkada.NarasumberdaripartaipolitikmenyatakantidakakanmenggunakanisuSARAdalamPilkadakarenaefeknyayangdinilai merusak. Dalam penentuan pasangan calon, sebagianbesar partai politik menyatakan tidak menjadikan persoalanSARAsebagaipertimbanganutama.Popularitasdanelektabilitasmenjadi dasar pertimbangan selain faktor ideologi dan jugalogistik. Hanya PPP yang secara terang-terangan menyatakantidak mungkin mengajukan calon non-Muslim karena tidaksesuaigarispartaiIslam.

Dalam kondisi tingginya potensi penggunaan isu SARAdalamPilkadaKalimantanBarat,antisipasidariBawasluuntukpenggunaan isu SARA harus dilakukan dengan menjalankanlangkah-langkahsebagaiberikut:

BAB 3

60 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

• Sosialisasikepadaparatokohetnisdanagama.

• Sosialisasi kepada masyarakat umum untuk mengajakagarmenjagakondusivitaspilkada.

• Kelompok pemangku kepentingan mendorong Bawas-lumengaturpenggunaanmedia sosialdalamkampanyePilkadadanPemilu

2.6 Sulawesi Utara

KonflikSARAdalamskalabesarrelatiftidakpernahterjadidi Sulawesi Utara. Konflik SARA pernah terjadi sekitar tahun1970-an, namun tidak mengemuka dan membesar. Saat itupedagang dari Gorontalo datang ke Manado, kemudian adaperlawanan dari warga yang lebih dulu tinggal. Konflik yangterjadiberlataretnisitasatausuku.

Padatahun2018,SulawesiUtaratidakmenyelenggarakanpemilihangubernur,namunmenyelenggarakanpemilihanbupatidanwalikota di 6 kabupaten/kota. Sebagian besar pemangkukepentingan di Provinsi Sulawesi Utara tidak menyetujuipenggunaan isu SARA dalam pilkada. Namun mereka tidakmenampikbahwaadadoronganpribadimemilihsesuaiidentitas,hanya saja jangan sampai isu SARA ini ditunggangi untukkepentingan politik. Sebagian besar pemangku kepentinganmenilai, kecil kemungkinan ada penggunaan isu SARA dalamPilkadadiSulut.NamuntetaptidakmenafikanadakemungkinanisuSARAakandigunakanolehsegelintirkelompokorang.SecaranormatifpartaipolitikmenegaskantidakakanmenggunakanisuSARAdalampemenangan calon di kontestasi pilkada.Namunperwakilanparpoltidakmenampikbahwapenyelenggarapemiluharusmemperhatikansuarakelompokmayoritas.

Keberpihakan, Potensi, & Antisipasi Politik Sara

61Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

JPPR memandang politik SARA akan digunakan olehkonsultanpolitikpasangancalon.PerwakilanKPIDmemandangbahwa oknum yang melihat bahwa penggunaan politi SARAjitu untuk memenangkan calon tertentu, kemungkinan akanmenggunakanpolitikSARA juga.Namunupaya tersebutakandimainkan oleh tim pemenangan, bukan langsung oleh calon.Sementara perwakilan Partai Golkar memandang bahwaada pihak yang menilai bahwa penggunaan politik identitasmerupakan terobosan untuk memenangkan calon denganberbagai cara dan hal itu merupakan konsekuensi pemilihanlangsung.DariberbagaiuraiannarasumberdiSulawesiUtara,aktor yang berpotensi menggunakan isu SARA adalah timpasangancalondanorganisasiadat.

Sumber informasi penyebaran isu SARA dalam ruangpolitikterdiriatas:

• Mediasosial;

• Mediaonline,terutamamediayangtidakmemilikibadanhukumyangdinilai potensial digunakan sebagaiwadahpenyebaranisuSARA;

• Mediakonvensional,sepertispanduk,pamflet,dansele-baranyang jugadisebutsebagaipenyebar informasi isuSARAdiwilayahkepulauan

AntisipasidariBawasluuntukpenggunaanisuSARAdalamPilkadadapatdilakukandenganlangkah-langkahberikut:

• Bawaslumengaturpenggunaanmediasosialdalamkam-panyePilkadadanPemilu.

• Bawaslu diminta menggunakan teknologi informasi (IT)untukmenangkaldanmemfilterisuSARAsecaraotoma-tis.

BAB 3

62 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

• Bawasludisarankanmelibatkantokohagama,tokohmas-yarakat,dantokohadatuntukmeredamisuSARA.

• Bawaslu didorong membuat nota kesepahaman denganpemangkukepentingansepertiKPIdanDewanPersun-tukmencegahpenyebaranprovokasiSARAmelaluimediamassa

• Bawaslu diminta bergerak cepat mengidentifikasi calonyangmajudalamPilkada.Jikayangmajuadalahtokohagama, Bawaslu harus segera mewaspadai orang-orangyangberadadibelakangcalon

63Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB4

Berdasarkan penelitian terkait politik SARA di enamprovinsi,yaituProvinsiSumateraUtara,JawaBarat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan SulawesiUtara;diperolehbeberapasimpulansebagaiberikut.

Semua pemangku kepentingan yang dijadikan informanatau respondenpenelitian inimemahamidenganbaik tentangdefinisi SARA. Pada umumnya pemahaman tentang SARAsenantiasa dihubungkan dengan identitas keagamaan, suku,ras,etnis,warnakulit,ataugolongankelompoktertentusepertialiran kepercayaan dan ikatan solidaritas seperti kelompokorganisasimassa.

Hampirsemuapemangkukepentingandalampenelitianinibersepakat bahwa penggunaan politik SARA dalam kontestasidemokrasibukanlahsebuahpilihanyangbijak.IdentitasSARAyang melekat pada diri setiap warga negara adalah sebuahanugrahTuhanyangpatutdijaga,dandihormati.Bukanpadatempatnya pula satu entitas identitas menegasikan entitaslainnya.

Padatataranempiris,sebenarnyaisuSARAbukanlahrealitaspolitikbaruditanahair.NamunfenomenaPilka-

64 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

daDKIJakartadipandangsebagaipengalamanpahityangluarbiasamengganggukohesivitaskehidupanmasyarakatkarenapolitikSARAbegitumasiftersebar.

PolitikSARAmunculdilatariolehbeberapafaktor,diantaranya:

a) Adanyaketimpangansosial-ekonomidimasyarakatseh-inggaidentitasdijadikanfaktordeterminan;

b) Rekayasa elite politik untuk memperoleh kemenanganpolitik;

c) Adanyapemahamanyangbelumtuntassoalbagaimanamenjagatoleransidaneksistensitiapidentitas;

d) Adanyablunder/kecerobohanindividuataupolitikuster-tentudalamberkomunikasiyangmenyinggungpsikologisosialmassa;dan

e) Faktormediamassadanmediasosial.

PolitikSARAmenjadisangatmasifdanmenyebarkeruangpublik karena diproduksi dan dikapitalisasi oleh elite politiksepertikonsultanpolitik,anggotapartaipolitik,timsukses,daneliteormastertentusehinggamemberikandampakketegangansosialdimasyarakat.Kemajuanteknologiberupamediasosial,media elektronik turutmenopangmasifnya politik SARApadaPilkada DKI Jakarta. Disadari bahwa kecepatan perubahanteknologitidakdiiringiolehkesadaranliterasiyangbaikpenggunateknologikomunikasimedia.

Potensi penggunaan SARA bergantung kepada komposisipasangan calon, latar belakang dan profil pasangan calon,strategikampanyepartaipolitikpendukungdantimkampanye,

65Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

serta pemberitaan dan perbincangan di media sosial. Tinggi-rendahnya potensi SARA dalam pilkada bergantung kepadapartaipolitik,pasangancalon,dantimkampanyedalamstrategikampanyenya.Faktorlainnya,tingginya-rendahnyapenggunaanpolitik SARA bergantung pada tinggi rendahnya perbincanganSARAdalammediadanmediasosialdalamtahapankampanye.

Dari keenam provinsi yang diteliti tersebut, KalimantanBaratdanJawaBaratadalahprovinsiyangpalingrentandalamhalpotensipenggunaanisuSARAdalamprosespenyelenggaraanpilkada.KalimantanBaratmemilikipengalamanyangpanjangterkaitdengankonflikantar-identitassukuyangcukuptinggi.DemikianjugaJawaBaratterdapatpotensipenggunaanSARAdalam proses Pilkada dengan melihat komposisi dan latarbelakangparacalongubernurdanwakilgubernur.PengalamanJawaBaratterhadappandanganagama,budaya,dankomunismeberpotensiberpengaruhterhadapPilkada.Selebihnya,keempatprovinsi lainnyamemiliki derajat yang sepadan dalampotensipenggunaanSARAdalampenyelenggaraanpilkada.

PotensipenggunaanisuSARAdiPilkadaTahun2018secaraumumdipandangrelatif rendah.Faktorrendahnyapotensi itudidasariolehpertimbangansebagaiberikut:

a. KontestasipilkadadienamdaerahtersebuttidakmemilikivariabeldominanyangberhubungandenganSARAsepertikasusDKIdimanaadaketeledoransalahsatukandidat,dankuatnyatarikankepentinganpolitikdisitu;

b. Kontestasididaerahrelatifbisadikelolaolehpemangkukepentinganmengingatmasihkuatnyaperanormasdankomunikasiinformallainnya.

66 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

MeskipunpotensipolitikSARAdinilairendah,semuapihakmenyadaribahwaantisipasidanupayapencegahantetapharusdilakukanolehberbagaipihak.Semuapartaipolitikmenyatakantidak mempertimbangkan faktor identitas sebagai faktorpenentucalonkepaladaerah.Pertimbanganutamaadalahpadapopularitas,elektabilitas,track record,atauintegritascalon,jugakomitmen yang dibangun untuk memenangkan partai politikpadaPemiluAnggotaLegislatif.Selainitu,faktorkearifanlokaljugamenjadipertimbanganpartaipolitik.

Ataskondisisebagaimanadipaparkandiatas,sarandanrekomendasiyangmunculberdasarkanhasilpenelitianadalahsebagaiberikut:

1. PenyelenggarapemilusepertiKPUdanBawaslu/Panwasludituntutlebihtanggapdalammengaturaturanpermainan(rule of the game)pemiluagarperistiwadiPilkadaDKIJa-karta2017tidakterjadiditempatlain.

2. Untukmenopangrekomendasipertama,Bawasludiberi-kankewenanganyanglebihrigiddanjelasuntukmenin-dakpelanggaranpemiluyangberhubungandenganSARA.

3. Bawaslu secara khusus diminta melakukan terobosanhukumagarmenyiapkanpayunghukumsehinggapolitikSARAtidak lagimerebakpadaagendakontestasipolitikberikutnya.

4. Penguatan undang-undang penyiaran diperlukan untukmenguatkan fungsiKPIdanKPIDdalammengawasike-berlangsungan media di Indonesia. Selain itu KPI danKPIDdidoronguntukmelakukanpendidikanliterasiyangbaik.

5. Penyelenggarapemiludimintauntukmengkonsolidasikankomunitas media alternatif seperti para blogger untuk

67Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Identifikasi Aktor Politik Sara

melakukan counter terhadap politisasi isu SARA yangberkembangditengahkehidupanpolitikmasyarakat.

6. Inisisasibanyakpihakuntukmelakukanagendastrategissepertidialog,koordinasi,danpenyadaranuntukberneg-aradanberbangsasesuaidasarPancasiladanUUD1945disemuabasismasyarakatsangatdiperlukan.

7. Peran ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah, disampingormaskeagamaandanormassosiallain,sangatdiperlukanuntukmenyuburkancaraberagamadancarabersosialisasi di tengah masyarakat dengan mengede-pankan komunikasi dan sikap yang tasamuh, moderat,dan inklusif sebagai manifestasi perwujudan cita-citaluhurbangsa.

8. Partaipolitikdimintauntukmelakukanpendidikanpoli-tikyangbaiksehinggaterjadirealitaspolitikyangsantundanberkeadaban.

9. Perluupayamengawasi kinerja timahli konsultanpoli-tik serta lembaga survei agar terbangunkebijakanpoli-tikyangmenumbuhkanrasakemanusiaanyangtinggiditengahmasyarakat.

68 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

BAB 2

LAMPIRAN 1

PANDUAN PERTANYAAN

Panduan Materi FGD

MateriFGDterdiriatasduapertanyaankunci,yangintinyaadalahmenggalipendapatdansikappesertaFGDperihalberikut:(1)pemetaankeberpihakanterhadapisuSARAdariparatokoh/aktorstrategisyangmewakiliberbagaiunsur;dan(2)pemetaanlangkahantisipasiterhadapkemungkinanpenggunaanisuSARAdalampelaksanaanpilkadadidaerahnya.

PanduanmateriFGDadalahsebagaiberikut:Variabel Pertanyaan Kunci Pertanyaan Lanjutan

Keberpihakan terhadap isu SARA

Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang penggunaan isu SARA dalam Pilkada DKI Jakarta yang lalu?

• Apakah Bapak/Ibu setuju atau tidak setuju terhadap penggunaan isu SARA untuk memengaruhi pilihan politik pemilih?

• Menurut Bapak/Ibu, apakah politisasi isu SARA seperti di Pilkada DKI Jakarta berpotensi digunakan pada pilkada di provinsi ini? Jika ya, kira-kira mengapa? Jika tidak, mengapa di daerah ini isu SARA tidak digunakan?

• Bisakah Bapak/Ibu memetakan siapa saja pelaku/aktor di daerah ini yang berpotensi menggunakan atau mempolitisasi isu SARA dalam pilkada?

• Bagaimana potensi isu SARA digunakan pada pilkada di daerah ini? Bisakah Bapak/Ibu memberikan penilaian potensinya tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan pengalaman pemilu dan pilkada sebelumnya di daerah ini?

• Jika potensinya di daerah ini tinggi, kira-kira melalui sumber-sumber apa saja isu SARA itu dapat meluas di masyarakat?

Langkah antisipasi kemungkinan penggunaan isu SARA da-lam pilkada

Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang langkah-langkah antisipasi yang perlu diambil untuk mence-gah penggunaan isu SARA dalam pilkada di daerah ini?

• Apakah di daerah ini pernah terjadi konflik berbasiskan SARA? Jika pernah, bagaimana penyelesaian konfliknya?

• Menurut Bapak/Ibu, bagaimana langkah antisipasi yang perlu dilakukan Bawaslu untuk mencegah berkembangnya politisasi isu SARA dalam kampanye pilkada?

LAMPIRAN

Simpulan dan Rekomendasi

69Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

Pedoman Wawancara Mendalam

Informan Pertanyaan

Ketua DPD Partai Politik

1. Apakah latar belakang SARA menjadi pertimbangan dalam menentukan pasangan calon untuk daerah ini?

2. Bagaimana pendapat Anda tentang penggunaan SARA untuk kampanye memenangkan pasangan calon yang diusung oleh parpol Bapak/Ibu?

3. Siapakah figur-figur yang sudah didekati oleh parpol Bapak/Ibu dan kenapa?

LAMPIRAN

BAB 4

70 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

LAMPIRAN 2NARASUMBER DAN/ATAU RESPONDEN

No-mor

Provinsi dan Nama Responden

Lembaga

1 Sumatra Utara

Jefrizal (Pegiat Pemilu JPPR)

Firdaus Hutasuhur Kesbangpol Provinsi Sumatra Utara

Indra Fauzan Akademisi Universitas Sumatra Utara

Rurita Ningrum LSM FITRA Sumut

Masana Kasubbag Analisis Dit.Intelkam Polda Sumut

Adrian Harahap KPID Sumut

Yulhasni KPUD Sumut

Jumiran Abdi Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai DPD PDIP Sumut

Daudsyah Munthe Sekretaris Pembina DPD Partai Golkar Sumut

2 Jawa Barat

Alan Barok JPPR

Dadang Sudardja KIPP Jabar

Alan Akademisi Unjani

Deden Fardah KPID Jawa Barat

Abu Redran KPU Provinsi Jabar

Rifqi Ali Mubarok KPU Kota Bandung

Achmad Antony Bakesbangpol Jabar

Rahim Wartawan Pikiran Rakyat

Euis Siti Julaeha S. Badan Koordniasi Organisasi Wanita (BKOW) Jabar

Kustini Himpunan Wanita Diffable Indonesia (HWDI) Jabar

Ahmad S. Ridwan Polda Jawa Barat

Saan Mustopa Ketua DPW Nasdem Jawa Barat

Dwi Putro Aries Wi-bowo

DPD PDI Perjuangan

Iwan Sunandjaya Ketua DPW Partai Demokrat Jawa Barat

Abdul Hadi Wijaya Sekretaris Umum DPW PKS Jawa Barat

LAMPIRAN

Simpulan dan Rekomendasi

71Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

3 Jawa Tengah

Sri Handoko KPU Karang Anyar

M Yulianto Sosiolog FISIP UNDIP

Masnuah LBH Apik

Hanum LBH Apik

Teguh Yuwono FISIP UNDIP

Yani KPU Temanggung

Hakim KPU Jateng

Djoko Haryono Kesbangpol

Fajar Saka Dosen Fak.Hukum STIKUBANG SEMARANG

M Khanafi KPU Kudus

Sukartono KPU Kab Tegal

Amri LSM Pattiro Semarang

Tia Harian Wawasan

Aries Radio Idola

Edi Purwanto Intelkam Polda Jateng

Shadu Bawaslu Jateng

Drs. H. Tafsir, M.Ag Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah

Nur Shoib, S.H., M.H Wakil Sekretaris PWNU Jateng

Nunik Sriyuningsih Wakil Ketua DPD PDIP Jateng, Ketua Fraksi PDIP di DPRD Jateng

Sukirman Wakil Ketua DPRD dari Fraksi PKB, Wakil Sekretaris DPW PKB Jateng

Hadi Santoso, ST., MT Ketua Bidang Humas DPW PKS Jateng, Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng

4 Jawa Timur

DR. Sufiyanto Ketua Bawaslu Propinsi Jawa Timur

Sri Sugeng Pujiatmoko Pimpinan Bawaslu Provinsi Jawa Timur

Eko Sasmito Ketua KPU Jawa Timur

Mohammad Muzakir,-MA.

Sosiolog Universitas Negeri Surabaya

Awam Dharmawan Pakar Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (UNESA)

KPID Jawa Timur

Eddy Marzuky Surabaya Survey Centre

Najib Lembaga Pemantau Pemilu JPPR

AFNI PW Nasyiatul ‘Aisyiah Jawa Timur

Dewi Hayu Sinta Koalisi Perempuan Indonesia Jawa Timur

Doni Kurniawan Intelkam Polda Jawa Timur

LAMPIRAN

BAB 4

72 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

Tulus Bakesbangpol Jawa Timur

Aina Amalia Fatayat NU Jawa TImur

Airlangga Pribadi, PHD Ilmu Universitas Airlangga

Prof. Dr. Hotman Sia-haan

Sosiolog Universitas Airlangga

Dr. Kris Nugroho Ilmuwan Politik Universitas Airlangga

Prof Dr. Muzaki PW NU Jawa Timur

Hari Putri Lestari, MH Wakil Ketua DPD PDIP Jawa Timur

Abdul Halim Iskandar Ketua DPD Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur

H Renville Antonio Sekretaris DPD Partai Demokrat Jawa Timur

Hadinuddin Bendahara Partai Gerindra Jawa Timur

5 Kalimantan Barat

Krissantus Heru Siswanto

Pimpinan Bawaslu Kalbar

Glorio Sanen LIPD

Kristianus Atok Ilmuwan sosial Universitas Tujuh Belas Agustus

Abdul Latif KPU Kota Pontianak

Dr Djumadi Ilmuwan Politik Universitas Tujuh Belas Agustus

Darwis JPPR

Gustiar KPU Kabupaten Kubu Raya

Umi Rifidiyawaty KPU Provinsi Kalbar

Zulfidar Zaidar Sekretaris MABM

Mustafa MS Partai Golkar

Fran Asok Tokoh adat Dayak (AMAR)

Maskendari PDI Perjuangan Kalbar

Hendri Makaluas DPD Gerindra Kalbar

Holdy DPW PPP

Suroso Tribun Pontianak

AKBP Wedy Mahadi Polda Kalbar

Faisal JARI

Fubertus Ipur Elpagar

MS Budi KIPD Prov Kalbar

6 Sulawesi Utara

Herwyn J. H. Malonda SH. MPd

Ketua Bawaslu Provinsi Sulawesi Utara

Johnny A. A. Suak, SE. Msi

Pimpinan Bawaslu Provinsi Sulawesi Utara

DR. Flora Kalalo, SH., MH

Wakil Rektor/ Akademisi Hukum Universitas Sam Ratulangi

LAMPIRAN

Simpulan dan Rekomendasi

73Potensi Penggunaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2018

H. Syaban Mauluddin S.PD.I, M.Pd.I

Ketua PW Nahdlatul Ulama Sulawesi Utara

AKBP Liston Bangkang Dit. Intel. Polda Sulawesi Utara

Cesylia Saroinsong Pemimpin Redaksi Manado post

Pdt. Janny Rende, M.Th Wakil Sekretaris Umum Sinode GMIM

Reidy Sumual KIP Sulawesi Utara

Yoseph Ikanubua Perwakilan PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik In-donesia) Sulawesi Utara

Taufiq Perwakilan DPD IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Su-lawesi Utara

Melky Pangenanan Perwakilan GAMKI Sulawesi Utara

Rahmat Machmud Perwakilan PMII Provinsi Sulawesi Utara

Fahrudin Noh KPU Sulawesi Utara

Syahrul Setiawan JPPR Sulawesi Utara

Dr. Maria Henny Prati-kno

Akademisi Antropologi Universitas Sam Ratulangi

Fahrudin Noh KPU Daerah Sulawesi Utara

Syahrul Setiawan JPPR Sulawesi Utara

Salman Saelangi Ketua PW Muhammadiyah Sulawesi Utara

Filip M. Manado Post

Lucky Senduk Ketua Bapilu Partai DPD PDI Perjuangan Sulawesi Utara

Audy Malonda Pemangku Adat Minahasa Sulawesi Utara

Victor Rompas Ketua Bapilu Partai Golkar DPD Sulawesi Utara

Erick Kawatu Anggota KPID Sulawesi Utara

LAMPIRAN

BAB 4

74 Badan Pengawas Pemilu Republik IndonesiaTahun 2017

LAMPIRAN