POTENSI PENERIMAAN PAJAK DENGAN MINIMALISIR · PDF filePertanyaan yang muncul, ... Persetujuan...

7
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 57 POTENSI PENERIMAAN PAJAK DENGAN MINIMALISIR PRAKTEK TRANSFER PRICING Abstrak Tak hanya kasus restitusi fiktif dan praktek makelar pajak yang menggerus potensi penerimaan negara dari sektor pajak, praktek penghindaran pajak dalam proses transfer pricing juga dinilai banyak merugikan. Pertanyaan yang muncul, apakah bisa diidentifikasi potensi penerimaan negara? Dan bagaimana langkah kongkrit Pemerintah dalam mengantisipasi praktek yang merugikan negara ini? Pendahuluan Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dan suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara. Transfer pricing dapat juga diartikan sebagai penetapan harga atas transaksi penyerahan barang berwujud, barang tidak berwujud, atau penyediaan jasa antar pihak yang memiliki hubungan istimewa / transaksi afiliasi. Praktek Transfer Pricing Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa transfer pricing adalah hal yang wajar dalam dunia usaha. Namun dalam pengertian umum ditemukan di media, transfer pricing kemudian digunakan sebagai suatu praktik bisnis yang tidak baik, yaitu pengalihan atas penghasilan kena pajak (taxable income) dari suatu perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan multinasional ke negara-negara yang tarif pajaknya rendah dalam rangka untuk mengurangi total beban pajak dari grup perusahaan multinasional tersebut, maka inilah ekses negatif dari praktik transfer pricing tersebut.

Transcript of POTENSI PENERIMAAN PAJAK DENGAN MINIMALISIR · PDF filePertanyaan yang muncul, ... Persetujuan...

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 57

POTENSI PENERIMAAN PAJAK DENGAN MINIMALISIR PRAKTEK TRANSFER PRICING

Abstrak

Tak hanya kasus restitusi fiktif dan praktek makelar pajak yang

menggerus potensi penerimaan negara dari sektor pajak, praktek

penghindaran pajak dalam proses transfer pricing juga dinilai banyak

merugikan. Pertanyaan yang muncul, apakah bisa diidentifikasi potensi

penerimaan negara? Dan bagaimana langkah kongkrit Pemerintah

dalam mengantisipasi praktek yang merugikan negara ini?

Pendahuluan

Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan

penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang

mempunyai hubungan istimewa dan suatu rekayasa manipulasi harga secara

sistematis dengan maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah

perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara. Transfer pricing

dapat juga diartikan sebagai penetapan harga atas transaksi penyerahan barang

berwujud, barang tidak berwujud, atau penyediaan jasa antar pihak yang memiliki

hubungan istimewa / transaksi afiliasi.

Praktek Transfer Pricing

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa transfer pricing adalah hal

yang wajar dalam dunia usaha. Namun dalam pengertian umum ditemukan di

media, transfer pricing kemudian digunakan sebagai suatu praktik bisnis yang tidak

baik, yaitu pengalihan atas penghasilan kena pajak (taxable income) dari suatu

perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan multinasional ke negara-negara yang

tarif pajaknya rendah dalam rangka untuk mengurangi total beban pajak dari grup

perusahaan multinasional tersebut, maka inilah ekses negatif dari praktik transfer

pricing tersebut.

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 58

Usaha menghindari pajak dalam proses transfer pricing, biasanya terjadi antar wajib

pajak yang mempunyai hubungan istimewa, dapat mengakibatkan terjadinya

pengalihan penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari satu wajib

pajak ke wajib pajak lainnya, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan

jumlah pajak terhutang atas wajib pajak-wajib pajak yang mempunyai hubungan

istimewa tersebut.

Kekurang wajaran sebagaimana tersebut di atas dapat terjadi pada: (1) harga

penjualan; (2) harga pembelian; (3) alokasi biaya administrasi dan umum (overhead

cost); (4) pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham

(shareholder loan); (5) pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan

atas jasa manajemen, imbalan atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lainnya; (6)

pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang

mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar; (7) penjualan

kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak mempunyai

substansi usaha (misalnya dummy company, letter box company atau reinvoicing

center).

Langkah-Langkah Dirjen Pajak dalam mengantisipasi Praktek Transfer

Pricing

Terdapat 4 langkah strategis yang yang dilakukan DJP 1 yaitu : Pricing, Mutual

Agreement Procedure dan Advance Pricing Agreement :

Pricing

Untuk menghindari praktek transfer pricing yang merugikan OECD

merekomendasikan agar negara-negara mengadopsi transfer rules: yaitu

memberikan kewenangan kepada Negara untuk mendistribusikan, membagikan atau

mengalokasikan gross income, pengurang penghasilan, credits atau allowances atau

1 Diskusi Transfer Pricing , dengan : Sriadi Setyanto ( Kasubdit Humas Ditjen Pajak), Herawan

Yunendra ( Kasi Transaksi Group, Dit. P2), Abdul Gofur ( Kasi Kerjasama Internasionalm Dit. PP

II), Gerit Tampubolon ( Kasi Perjanjian Amerika – Afrika ) Direktorat Jenderal Pajak, 23 Mei

2013.

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 59

item lain yang mempengaruh Penghasilan Kena Pajak di antara WP yang mempunyai

hubungan istimewa untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak yang sebenarnya

dari tiap wajib pajak tersebut.

Tujuan transfer pricing Rules adalah untuk menempatkan Wajib Pajak Wajib Pajak

yang mempunyai hubungan istemewa menjadi Wajib Pajak yang independent

sehingga harga-harga yang digunakan diantara Wajib Pajak Wajib Pajak tersebut

dapat dipastikan kewajarannya (arm’s length)

Landasan hukum untuk melakukan prosedur perlakukan terhadap penanganan

praktek transfer pricing, antara lain :

(1) Pasal 32A UU PPh, (2) Pasal 18 ayat (3a) UU PPh dan pasal-pasal terkait

corresponding adjustment dan MAP dalam P3B. Sedangkan aturan pelaksanaannya PP

74 Tahun 2011 dan PerDirjen Pajak No. PER-69/PJ/2010

Langkah strategis yang dilakukan DJP antara lain menetapkan ketentuan-ketentuan :

Persetujuan Penghindaran pajak Berganda (P3B):

pembagian hak pemajakan, mencegah double tax & double non-tax

saat ini terdapat 62 P3B efektif

Persetujuan Pertukaran Informasi Perpajakan (TIEA):

perjanjian pertukaran informasi dengan negara mitra terutama low tax

jurisdiction

terdapat 4 TIEA yang sudah ditandatangani

Konvensi tentang Bantuan Administratif Bersama di Bidang Perpajakan :

ditandatangani 3 November 2011

terkait prosedur Pertukaran Informasi, dan bantuan penagihan pajak

Klausul-klausul Perpajakan dalam:

Perjanjian Promosi dan Perlindungan Penanaman Modal (P4M)

Perjanjian Perdagangan (Bilateral Trade Agreement)

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 60

Mutual Agreement Procedure (MAP)

MAP dapat diinisiasi oleh : Wajib Pajak Dalam Negeri, WNI ( dalam hal kasus non-

diskriminasi) , Otoritas pajak mitra P3B dan Ditjen Pajak

Tujuan dari MAP adalah memberi kepastian hukum dan panduan dalam pelaksanaan

prosedur administratif dalam P3B. MAP Dapat dilakukan secara simultan dengan

proses: Keberatan, Banding dan Permohonan Pengurangan dan Pembatalan.

Advance Pricing Agreement.

Kesepakatan harga transfer (Advance Pricing Agreement/APA) adalah kesepakatan

antara Wajib Pajak dan Direktur Jenderal Pajak mengenai harga jual wajar produk

yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

(related parties) dengannya. Tujuan diadakannya APA adalah untuk mengurangi

terjadinya praktik penyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multi nasional.

Besaran Potensi Penerimaan Negara dari Antisipasi Praktek Transfer Pricing

Diindikasikan terdapat praktek-praktek usaha mengindari pajak, baik oleh WP Orang

Pribadi maupun WP Perusahaan, baik nasional maupun multinasional. Salah satu

praktek tersebut adalah dilakukannya usaha menghindari pajak oleh perusahan-

perusahaan multinasional, dengan melakukan proses transfer pricing yang tidak

memenuhi aspek kewajaran usaha.

Beberapa kalangan menyebutkan besaran-besaran yang fantastis kerugian negara

akibat praktek ini 2 .

2 Menurut pengamat pajak Iwan Piliang (2013) , pada 2009 saja, kerugian negara akibat praktek ini

mencapai Rp 1.300 triliun, Ulasan di Majalah KONTAN, 20 Juni 2012 bahkan menyimpulkan

negara dirugikan triliunan rupiah karena praktek transfer pricing perusahaan asing di Indonesia,

namun sebaliknya Ketua Komisi Pengawas Perpajakan Anwar Suprijadi (2013) mengatakan,

praktek transfer pricing memang banyak dilakukan perusahaan. Namun, ia meragukan data

potensi kehilangan penerimaan pajak akibat transfer pricing bisa mencapai sebesar Rp 1.300

triliun.

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 61

Namun dari hasil pendalaman dari data-data yang dimiliki DJP perihal seberapa

besar potensi penerimaan pajak yang hilang akibat praktek negatif dari transfer

pricing sangat sulit di proyeksi, dikarenakan ketidakmungkinan mencari rujukan

atau pengenaan dasar bagi transaksi tersebut.

Referensi dari kasus serupa dalam dunia internasional 3 misalnya kasus yang

menimpa Google di Inggris, Starbucks Inggris, dan Amazon Inggris. Starbucks Inggris

misalnya, pada tahun 2011 sama sekali tidak membayar pajak korporasi padahal

berhasil mencetak

penjualan sebesar £398 juta. Selain itu mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008,

dengan jumlah kerugiannya mencapai £112 juta atau sekitar Rp1,7 triliun. Padahal

dalam laporan kepada investornya di Amerika Serikat, Starbucks mengatakan bahwa

mereka memperoleh keuntungan yang besar di Inggris, bahkan penjualannya selama

3 tahun (2008-2010) mencapai £1,2 miliar atau sekitar Rp18 triliun. Dengan

kerugian ini, Starbucks Inggris tidak pernah membayar pajak korporasi. Bahkan

selama 14 tahun beroperasi di Inggris, Starbucks hanya membayar pajak sebesar

£8,6 juta. Kemudian Google Inggris pada tahun 2011 juga berhasil mencatat

pendapatan sebesar £398 juta tetapi hanya membayar pajak sebesar £6 juta. Hal

yang sama terjadi di Amazon Inggris, di mana mereka berhasil melakukan penjualan

di Inggris sebesar £3,35 miliar selama tahun 2011 tetapi hanya membayar pajak

sebesar £1,5 juta.

Perusahaan-perusahan multinasional tersebut menggunakan praktik transfer pricing

untuk meminimalkan pembayaran pajak mereka. Caranya tidak gampang. Akan

tetapi, dengan memanfaatkan celah-celah peraturan yang ada, mereka dapat

memindahkan keuntungan di Inggris ke luar negeri dengan tarif pajak yang jauh

lebih rendah. Hal yang sama juga terjadi di negara-negara lain termasuk di Amerika

Serikat. Tahun 2013 Amazon berhadapan dengan pihak otoritas pajak Amerika

Serikat (IRS) juga untuk kasus transfer pricing dengan nilai US$ 234 juta.

3 Kasus tersebut diulas dalam tulisan Hadi Setiawan (Peneliti pada BKF, Kementerian Keuangan),

2013 dan Cahya Handayani, Analisis Kasus Transfer Pricing PT Adaro Indonesia, 2011.

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 62

Di Indonesia, contoh kasus transfer pricing terjadi pada 2008 dimana ada indikasi

kasus manipulasi harga (transfer pricing) penjualan batubara PT. Adaro Indonesia (

PT. Adaro Energy, tbk) , yang kemudian ditangani Kejaksaan Agung. Dimana diduga

perusahaan itu telah menjual batu bara dengan harga dibawah standar. Waktu itu,

kasus mencuat akibat pertarungan konglomerat SukantoTanoto dengan Edwin

Soeradjaya. Dari situlah muncul dugaan PT Adaro Indonesiamenjual batubara di

bawah harga pasar kepada perusahaan afiliasinya di Singapura Coaltrade Services

International Pte, Ltd pada 2005 dan 2006. Oleh Coaltrade, batubara itu dijual lagi ke

pasar sesuai harga pasaran. Hal ini dimaksudkan guna menghindari pembayaran

royalti dan pajak yang harusnya dibayarkan ke kas negara. Dalam dokumen laporan

keuangan Coaltrade pada 2002-2005, terlihat laba Coaltrade lebih tinggi dari Adaro.

Laporan keuangan, tersebut menimbulkan kecurigaan, bagaimana mungkin Adaro

yang memiliki tambang kalah dengan trader.

Kasus tersebut berakhir setelah Kejagung sendiri menghentikan penyelidikan kasus

manipulasi harga (transfer pricing) PT Adaro Indonesia karena kurangnya bukti dan

lolos pula dari penyelidikan DPR setelah sembilan fraksi di DPR menolak

penyelidikan dugaan transfer pricing yang dilakukan PT Adaro Indonesia. Mereka

sepakat menyerahkan kasus tersebut ke Kejaksaan Agung dan Ditjen Pajak.

Kesimpulan

Tidak memungkinkan melakukan proyeksi besar potensi penerimaan pajak yang

hilang akibat praktek negatif dari transfer pricing. Namun, untuk mengatasi praktek

pengindaran pajak atau praktek mengecilkan nilai pajak dalam transfer pricing maka

diperlukan memberi kepastian dan kelancaran dalam penerapan Prinsip Kewajaran

dan Kelaziman Usaha bagi fiskus dan Wajib Pajak. Untuk itu Pemerintah dalam hal

ini DJP perlu di dorong untuk melakukan langkah-langkah kongkrit, seperti :

Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dapat menerbitkan instruksi Pemeriksaan

Khusus terhadap WP yang terindikasi tidak patuh terkait transaksi transfer pricing,

terutama perusahaan yang bertransaksi dengan pihak afiliasi di luar negeri dengan

jumlah yang signifikan

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 63

Pembuatan dan ratifikasi aturan-aturan tentang kewajaran transaksi untuk

kepentingan perpajakan dengan mengacu nilai-nilai internasional (universal).

Melakukan kordinasi dan konsolidasi di lingkungan pemerintah untuk mengatasi

kendala-kendala penanganan transfer pricing , seperti :

a) Koordinasi antar lembaga, dalam usaha sinkronisasi dan penggadaan data dalam

usaha intensifikasi pajak.

b) Proporsi aparatur pajak yang masih minim, berbanding jumlah wajib pajaknya.

c) Kualitas aparatur pajak dalam pengetahuan-pengetahuan teknis perpajakan,

khususnya mengenai transfer pricing perlu ditingkatkan.

d) Memperkuat institusi yang khusus mengurusi tentang transfer pricing. Saat ini, di

DJP hanya ada satu unit khusus yang menangani transfer pricing. Itu pun hanya

setingkat seksi, yaitu Seksi Transfer Pricing yang berada dibawah Direktorat

Pemeriksaan dan Penagihan, Subdirektorat Pemeriksaan Transaksi Khusus.