POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

15
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online) 42 POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA BANGUNAN TINGGI James Rilatupa Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Kristen Indonesia [email protected] ABSTRAK Umumnya material bangunan alam lebih banyak digunakan untuk rumah tinggal, meskipun pada jaman sekarang material bangunan lokal juga digunakan pada bangunan berlantai banyak. Penggunaan material bangunan alam seperti kayu, bambu, rumput alang- alang, batu kali, pasir atau perpaduan material bangunan alam dan pabrikasi modern, seperti pasir dan semen untuk pondasi, tembok, atap banyak dijumpai dalam arsitektur tradisional atau vernakular sehubungan dengan material bangunan sebagai suatu produk kebudayaan. Karakter yang dihasilkan adalah bangunan yang sederhana, selaras dengan alam dan tanggap terhadap iklim setempat (tidak panas, sejuk, hangat). Meningkatnya permintaan untuk bangunan hijau dewasa ini, telah memposisikan kayu sebagai solusi dan juga merupakan struktur berkelanjutan (sustainable). Kayu telah diakui sebagai material berkelanjutan, dan dianggap menjadi sumber daya terbarukan. Material kayu yang tumbuh secara alami, dan dengan adanya standar dalam memanen kayu secara berkelanjutan dapat melestarikan lingkungan hutan. Selain itu dapat kayu menawarkan emisi gas rumah kaca (CO2) yang lebih rendah, polusi udara dan air juga lebih sedikit, volume limbah padat lebih rendah dan penggunaan sumber daya ekologis yang lebih sedikit daripada material bangunan lainnya. Kata kunci: bangunan, kayu, berkelanjutan. ©2019 Universitas Mpu Tantular ________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Arsitektur pada dasarnya terbentuk dari rangkaian teori dan pernyataan yang berada pada lingkungan penalaran tersendiri. Dalam pengertian ini berarti bahwa nilai kebenaran teori dalam arsitektur sifatnya tidaklah mutlak, misalnya jika dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika. Meskipun demikian, konteks arsitektur dalam pandangan Ilmu Pengetahuan dapat dibawa menjadi paradigma. Yakni karena “teori arsitektur” dan “teori-teori tentang arsitektur” merupakan rangkaian yang terkadang berhubungan ataupun dilandaskan pada bidang keilmuan lain. Yang jelas bahwa arsitektur sendiri tersusun dari kesepakatan-kesepakatan diantara para ilmuwannya atas teori-teori perangkainya. Teori-teori arsitektur mengacu pada: indrawi/fenomenologi, general semantic, struktural/ linguistik, adaptasi dan analogi-analogi. Sedangkan dalam ilmu murni, terdapat prinsip-prinsip yaitu: tanpa keinginan atau kepentingan pribadi (dis- interestedness), dengan cara yang sama dapat dibuktikan atau diulangi lagi proses dan hasilnya (reproducible/repeatable), berdasarkan informasi dan analisa yang dilakukan dan dapat memprediksi keadaan di masa depan (Antoniades, 1992).Pada awalnya, arsitektur hadir sejak manusia menciptakan ruang tempat tinggal, yang semata-mata merupakan tempat perlindungannya terhadap alam. Hal inipun dilakukan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Jadi mula-mula arsitektur hadir hanya dari kebutuhan semata-mata. Dapat dikatakan pada awalnya, unsur seni tidak dijumpai, hanya unsur fungsi saja, sebagai tempat berlindung. Seiring dengan berjalannya waktu, setelah berhasil mempertahankan hidupnya, manusia mulai mencari kesenangan atas kepuasan batin dari benda-benda yang membuatnya dapat tetap mempertahankan hidupnya; salah satunya adalah rumahnya. Dengan sedikit keahlian petukangan, pengetahuan membangun secara praktis yang secara spontan serta dengan akal yang dipunyainya, manusia memecahkan secara logis kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang sangat dekat dengan alam. Demikian pula juga dengan

Transcript of POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

Page 1: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

42

POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA

BANGUNAN TINGGI

James Rilatupa

Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Kristen Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Umumnya material bangunan alam lebih banyak digunakan untuk rumah tinggal,

meskipun pada jaman sekarang material bangunan lokal juga digunakan pada bangunan

berlantai banyak. Penggunaan material bangunan alam seperti kayu, bambu, rumput alang-

alang, batu kali, pasir atau perpaduan material bangunan alam dan pabrikasi modern, seperti pasir

dan semen untuk pondasi, tembok, atap banyak dijumpai dalam arsitektur tradisional atau

vernakular sehubungan dengan material bangunan sebagai suatu produk kebudayaan. Karakter

yang dihasilkan adalah bangunan yang sederhana, selaras dengan alam dan tanggap terhadap

iklim setempat (tidak panas, sejuk, hangat).

Meningkatnya permintaan untuk bangunan hijau dewasa ini, telah memposisikan kayu

sebagai solusi dan juga merupakan struktur berkelanjutan (sustainable). Kayu telah diakui

sebagai material berkelanjutan, dan dianggap menjadi sumber daya terbarukan. Material kayu

yang tumbuh secara alami, dan dengan adanya standar dalam memanen kayu secara berkelanjutan

dapat melestarikan lingkungan hutan. Selain itu dapat kayu menawarkan emisi gas rumah kaca

(CO2) yang lebih rendah, polusi udara dan air juga lebih sedikit, volume limbah padat lebih

rendah dan penggunaan sumber daya ekologis yang lebih sedikit daripada material bangunan

lainnya.

Kata kunci: bangunan, kayu, berkelanjutan.

©2019 Universitas Mpu Tantular

________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

Arsitektur pada dasarnya terbentuk dari rangkaian teori dan pernyataan yang berada pada

lingkungan penalaran tersendiri. Dalam pengertian ini berarti bahwa nilai kebenaran teori dalam

arsitektur sifatnya tidaklah mutlak, misalnya jika dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam

dan Matematika. Meskipun demikian, konteks arsitektur dalam pandangan Ilmu Pengetahuan

dapat dibawa menjadi paradigma. Yakni karena “teori arsitektur” dan “teori-teori tentang

arsitektur” merupakan rangkaian yang terkadang berhubungan ataupun dilandaskan pada bidang

keilmuan lain. Yang jelas bahwa arsitektur sendiri tersusun dari kesepakatan-kesepakatan diantara

para ilmuwannya atas teori-teori perangkainya. Teori-teori arsitektur mengacu pada:

indrawi/fenomenologi, general semantic, struktural/ linguistik, adaptasi dan analogi-analogi.

Sedangkan dalam ilmu murni, terdapat prinsip-prinsip yaitu: tanpa keinginan atau kepentingan

pribadi (dis- interestedness), dengan cara yang sama dapat dibuktikan atau diulangi lagi proses dan

hasilnya (reproducible/repeatable), berdasarkan informasi dan analisa yang dilakukan dan dapat

memprediksi keadaan di masa depan (Antoniades, 1992).Pada awalnya, arsitektur hadir sejak

manusia menciptakan ruang tempat tinggal, yang semata-mata merupakan tempat perlindungannya

terhadap alam. Hal inipun dilakukan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Jadi mula-mula

arsitektur hadir hanya dari kebutuhan semata-mata. Dapat dikatakan pada awalnya, unsur seni

tidak dijumpai, hanya unsur fungsi saja, sebagai tempat berlindung. Seiring dengan berjalannya

waktu, setelah berhasil mempertahankan hidupnya, manusia mulai mencari kesenangan atas

kepuasan batin dari benda-benda yang membuatnya dapat tetap mempertahankan hidupnya; salah

satunya adalah rumahnya. Dengan sedikit keahlian petukangan, pengetahuan membangun secara

praktis yang secara spontan serta dengan akal yang dipunyainya, manusia memecahkan secara

logis kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang sangat dekat dengan alam. Demikian pula juga dengan

Page 2: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

43

jenis bangunan yang semakin beragam, dari rumah tinggal menjadi lumbung padi, penggilingan

padi dan sebagainya.Sementara itu, pengetahuan tentang kualitas bangunan tidak terlepas dari ilmu

arsitektur dan ilmu material bangunan. Arsitektur dan material bangunan tidak dapat berdiri

sendiri, kedua hal tersebut saling terkait dan saling membutuhkan. Dalam ilmu arsitektur,

pengetahuan akan material bangunan sangatlah penting. Tanpa adanya pertimbangan dalam

memilih material bangunan dalam sebuah proses perancangan bangunan, material-material yang

diambil secara serampangan pada akhirnya akan merugikan lingkungan manusia itu sendiri

maupun lingkungan alam. Pemilihan material bangunan dengan pertimbangan yang matang dapat

meningkatkan kualitas lingkungan pada suatu kawasan, mengurangi tingkat pemanasan global dan

memberikan kenyamanan pada penghuni bangunan itu sendiri. Dapat dipahami bahwa peran

perancangan sangatlah besar dalam menentukan material bangunan yang akan digunakan dan akan

berdampak pada kualitas bangunan dan kualitas lingkungannya.

KONSTRUKSI BANGUNAN

Bangunan merupakan wujud sebuah proses arsitektural yang bernilai seni dalam proses

rancang bangunannya. dan memiliki fungsi dari segi kegunaannya. Sebagai perwujudan karya

arsitektural, bangunan juga memiliki fungsi dan segi kegunaannya; yang juga berhubungan

dengan rencana penggunaan material bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan

merupakan perpaduan dari berbagai material bangunan. Selain itu, bangunan juga adalah suatu

wadah aktifitas manusia, sehingga dalam desainnya harus bisa mewadahi iklim dan alam sekitar.

Pada awalnya, arsitektur hadir sejak manusia menciptakan ruang tempat tinggal, yang semata-

mata merupakan tempat perlindungannya terhadap alam. Hal inipun dilakukan dalam rangka

mempertahankan hidupnya. Jadi mula-mula arsitektur hadir hanya dari kebutuhan semata-mata.

Dapat dikatakan pada awalnya, unsur seni tidak dijumpai, hanya unsur fungsi saja, sebagai tempat

berlindung. Seiring dengan berjalannya waktu, setelah berhasil mempertahankan hidupnya,

manusia mulai mencari kesenangan atas kepuasan batin dari benda-benda yang membuatnya

dapat tetap mempertahankan hidupnya; salah satunya adalah rumahnya. Dengan sedikit keahlian

petukangan, pengetahuan membangun secara praktis yang secara spontan serta dengan akal yang

dipunyainya, manusia memecahkan secara logis kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang sangat

dekat dengan alam. Demikian pula juga dengan jenis bangunan yang semakin beragam, dari

rumah tinggal menjadi lumbung padi, penggilingan padi dan sebagainya.

Bangunan sebagai sebuah karya arsitektural harus memiliki setidaknya 3 (tiga) unsur

utama yaitu kekuatan, fungsi dan keindahan. Tiga unsur ini hanya dapat diperoleh dengan

pemillihan material bangunan yang tepat pada setiap bagian bangunannya. Penggunaan material

yang tepat menjadikan bangunan tersebut berkarakter sesuai keinginan pengguna dan arsiteknya.

Pemilihan material bangunan tentunya disesuaikan dengan fungsi bangunan tersebut dan seperti

apa karakter bangunan yang dihasilkan. Secara garis besar, material bangunan ini terbagi atas 2

(dua) jenis yaitu material bangunan alam dan material bangunan pabrikasi. Material bangunan

alami seperti batu, kayu, ranting

Umumnya material bangunan alam lebih banyak digunakan untuk rumah tinggal,

meskipun pada jaman sekarang material bangunan lokal juga digunakan pada bangunan berlantai

banyak. Penggunaan material bangunan alam seperti kayu, bambu, rumput alang- alang, batu kali,

pasir atau perpaduan material bangunan alam dan pabrikasi modern, seperti pasir dan semen

untuk pondasi, tembok, atap banyak dijumpai dalam arsitektur tradisional atau vernakular

sehubungan dengan material bangunan sebagai suatu produk kebudayaan. Karakter yang

dihasilkan adalah bangunan yang sederhana, selaras dengan alam dan tanggap terhadap iklim

setempat (tidak panas, sejuk, hangat). Selain itu, material bangunan alam juga sering

diaplikasikan pada bangunan modern seperti lantai dari kayu, yang akan memberikan efek hangat

dan nyaman. Sementara itu, material bangunan yang dari pabrikasi lebih banyak digunakan pada

bangunan-bangunan yang berlantai banyak atau bangunan dengan fungsi khusus/tertentu.Secara

umum suatu bangunan baik rumah tinggal maupun bangunan berlantai banyak dengan fungsi

khusus lainnya terdiri dari 3 (tiga) bagian konstruksi utama; yaitu: konstruksi bawah, tengah dan

atas, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Masing-masing bagian ini terbentuk dari bahan-bahan

tertentu sesuai dengan fungsi dari bangunan tersebut. Masing-masing material tersebut, setelah

Page 3: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

44

dipadukan dalam bentuk sebuah bangunan akan memberikan ciri atau karakteristik tertentu pada

bangunan tersebut.

− Konstruksi bawah yakni pondasi dan lantai menggunakan material lokal seperti kayu atau

material pabrikasi seperti semen, baja dan beton bertulang.

− Konstruksi tengah seperti dinding, bukaan dinding menggunakan material lokal seperti dnding batu bata, anyaman bambu ataupun dinding beton.

− Konstruksi atas, seperti atap bisa menggunakan material alam (lokal) seperti kayu atau

bahan pabrikasi seperti seng, baja ringan, cor plat beton bertulang, dan lain- lain.

− Daun; banyak digunakan dalam arsitektur tradisional. Material bangunan pabrikasi seperti beton bertulang, baja,kaca, seng, keramik dan lain-lain banyak digunakan dalam arsitektur modern. Pemilihan material bangunan ini berpengaruh besar dalam pembentukan karakteristik bangunan.

Gambar 1.1 Bagian konstruksi utama bangunan

Hingga saat ini, material bangunan terus berkembang; baik dari segi jumlahnya maupun

jenisnya. Material bangunan ini mempunyai karakteristik sendiri dan memberikan ciri khas

tersendiri dalam aplikasi terhadap wujud fisik bangunan. Bangunan menjadi lebih megah, tidak

kaku, dapat lebih dieksploitasi. Namun eksploitasi yang berlebihan juga dalam beberapa kasus

menjadi tidak seimbang dengan keadaan alam, seperti timbulnya efek rumah kaca, pemanasan

global dan lain-lain.

KAYU SEBAGAI MATERIAL BANGUNAN

Pemilihan material dalam arsitektur bukan hanya tentang pemilihan bahan terkuat,

termurah, atau paling jelas yang tersedia. Arsitek juga memilih bahan hangat, formal, fungsional,

atau lokal untuk bangunan. Dan pilihan material tidak dibatasi hanya oleh pertimbangan ini.

Proses seleksi material dilakukan melalui prasyarat, keputusan dan pertimbangan. Alat seleksi

material saat ini, lebih fokus terutama pada aspek teknis dari material. Untuk membuat pilihan

material yang dipertimbangkan dengan baik dan dapat dibenarkan, arsitek memiliki kebutuhan

akan informasi mengenai keseluruhan aspek yang dipertimbangkan selama proses perancangan

dan seleksi material bangunan

Pemilihan material bangunan berwawasan lingkungan yang hati-hati adalah cara termudah

bagi para arsitek untuk mulai memasukkan prinsip-prinsip desain yang berkelanjutan di

bangunan. Secara tradisional, harga telah menjadi pertimbangan utama saat membandingkan

material atau material serupa yang ditujukan untuk fungsi yang sama. Namun demikian, harga

"komponen off-the-shelf" dari komponen bangunan hanya mewakili biaya produksi dan

transportasi, bukan biaya sosial atau lingkungan.Menurut Romo Mangun (2000) dalam bukunya

yang berjudul “Pengantar Fisika Bangunan”, menjelaskan bahwa kita harus memberikan ruang

bicara untuk material yang tersedia di tapak untuk mewahyukan karakternya kepada bangunan.

Page 4: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

45

Hal ini berarti bahwa semua yang tercipta di alam keseluruhannya telah memiliki proporsi yang

ideal, dimana material tersebut tercipta disana kebermanfaatan dari material itu sendiri. Dalam

menentukan material bangunan ke dalam perancangan arsitektur, sebenarnya ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam proses klasifikasinya menjadi material bangunan yang ideal.

Seperti kaitannya antara pemanfaatan material bangunan yang tersedia disekitar tapak dengan

konteks kebermanfaatannya untuk bangunan di lokasi tersebut.Dalam menentukan pemilihan

material juga harus dipikirkan mengenai material yang “green”, untuk mendukung prinsip desain

yang berkelanjutan pada suatu bangunan. Pertimbangan terakhir dalam pemilihan material

bangunan yang ideal ialah pemilihan material bangunan. Pemilihan material ini seharusnya

berdasarkan kesanggupan dari material tersebut untuk dapat didaur ulang kembali. Dengan

demikian, seorang arsitek dalam pemilihan material dalam desainnya, sebaiknya menggunakan

green materials atau sustainable materials. Salah satu material bangunan yang tergolong dalam

green materials adalah kayu.Di daerah tropis, seperti Indonesia yang mempunyai kondisi cuaca

panas, material kayu merupakan material bangunan yang mudah diperoleh. Selain itu, kayu

sebagai material bangunan, dalam aplikasinya dapat mengurangi tingkat panas yang disebabkan

oleh kondisi cuaca di daerah tropis. Kayu telah digunakan sebagai material bangunan selama

ribuan tahun, menjadi yang kedua setelah batu dalam hal sejarahnya yang kaya dan bertingkat di

dunia konstruksi. Sifat kimiawi kayu pada dasarnya kompleks, tetapi meskipun ada tantangan ini,

manusia telah berhasil memanfaatkan karakteristik unik kayu untuk membangun berbagai

struktur yang tampaknya tidak terbatas. Bahan yang sangat serbaguna ini biasanya digunakan

untuk membangun rumah, tempat penampungan dan perahu, tetapi juga banyak digunakan dalam

industri furnitur dan dekorasi rumah juga.Secara umum, kayu merupakan salah satu bahan

bangunan dari alam dan sangat sering digunakan. Sebagai bahan struktur, kayu mempunyai

berbagai kekuatan (Anonymous, 2007), yaitu:

− Menahan tarikan:kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar arah serat,

sedangkan kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil dari pada sejajar serat.

− Menahan tekanan (desak): kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar serat maupun tegak lurus serat, misalnya sebagai bantalan kereta api. Daya tahan desak

tegak lurus serat lebih kecil bila dibandingkan dengan sejajar serat.

Menahan lenturan: besarnya daya tahan kayu terhadap lenturan tergantung pada jenis

kayu, besarnya penampang kayu, berat badan, lebar bentangan, sehingga dengan dapatnya kayu

menahan lenturan; maka dapat menahan beban tetap maupun beban kejut/pukulan

Kekuatan kayu adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar terhadap kayu

tersebut. Dalam pengertian tentang kekuatan kayu, maka hal tersebut menunjukkan bahwa kelas

kuatnya yang dimaksud dengan kelas kuat kayu adalah penggolongan kekuatan kayu. Dasar dari

penggolongan kekuatan kayu ini merupakan hasil uji dari pemberian beban atau muatan yang

dilakukan terhadap kayu tersebut dalam lengkung mutlak dan tekanan mutlak pada berat jenis

yang sesuai (Martawijaya et.al., 2005). Dengan kata lain, kelas kuat adalah tingkat ketahanan

alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban).Kelas Kuat kayu dinyatakan dalam

Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya. Selain itu

kekuatan kayu yangtergambarkan dalam Kelas Kuatnya berhubungan erat dengan berat jenis kayu

tersebut. Semakin tinggi berat jenisnya, maka kekuatan kayu yang tercerminkan lewat Kelas

Kuatnya juga menjadi lebih baik. Penggolongan kelas kuat kayu menurut Balai Penelitian Hasil

Hutan Bogor adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Kelas kuat kayu (sumber: Martawijaya et.al., 2005)

Kelas

Kuat

Berat Jenis Keteguhan Lengkung

Mutlak (kg/cm2)

Keteguhan Tekan

Mutlak (kg/cm2)

I > 0,90 > 1.100 > 650

II 0,60 – 0,90 725 – 1.100 425 – 650

III 0,40 – 0,60 500 – 725 300 – 425

IV 0,30 – 0,40 300 – 500 215 – 300

V < 0,30 < 300 < 215

Page 5: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

46

KAYU PADA ARSITEKTUR MASA KINI

Umumnya bangunan-bangunan modern masa kini telah banyak menggunakan kayu rekayasa

sebagai material bangunannya, meskipun demikian masih ada juga yang menggunakan kayu solid.

Penggunaan kayu rekayasa lebih menguntungkan, karena dapat dibentuk sesuai dengan keinginan

arsitek atau pemilik bangunan. Hal ini disebabkan kayu rekayasa memiliki desain, kekuatan

struktural, sifat maupun bentuk sesuai dengan kebutuhan atau keinginan dari pengguna kayu

tersebut.. Berikut ini akan dijelaskan beberapa bangunan dengan arsitektur masa kini yang

menggunakan kayu sebagai material bangunannya.

a. Hotel Novotel Lombok

Bahan kayu kelapa menjadi bahan bangunan utama pada Hotel Novotel Lombok di objek wisata

pantai Mandalika, Lombok Tengah (Masud, 2013). Bangunan dan interior hotel ini di desain

sebagai refleksi dari arsitektur rumah adat suku Sasak yang didukung oleh landskap yang unik

dan kental dengan nuansa pedesaan. Material bangunan dari kayu kelapa menjadi ciri khas hotel

bintang empat ini, seperti yang terlihat pada lobby hotel Atap yang terbuat dari alang-alang

memperkaya konsep alam pedesaan dari bangunan hotel ini dan keseluruhan material

bangunannya dari alam seperti kayu kelapa, rotan, gerabah dan teraso, sehingga memberikan

kesan alami. Eksterior hotel mulai dari kusen, daun pintu, lemari dan perlengkapan mebel dan

lantai bangunan hotel yang berlokasi di pesisir pantai Mandalika itu semuanya dari bahan kayu

kelapa, sehingga benar-benar kental dengan nuansa pedesaan.

Gambar 2. Lobby Hotel Novotel Lombok menggunakan material kayu kelapa.

Penggunaan kayu kelapa sebagai material bangunan Hotel Novotel Lombok, juga terlihat

pada kamar, villa-villa, restoran, dan ruangan fitness. Selain itu, kayu kelapa menjadi material

utama pada bangunan pondok-pondok kecil yang ada di pinggir pantai dan di sekitar kolam

renang. Pondok-pondok kecil tersebut dibangun dengan menyerupai arsitektur tradisional rumah

suku Sasak. Struktur atap bangunan pada pondok-pondok kecil tersebut menggunakan batang

kayu atau bambu. Sementara itu, penutup atapnya menggunakan alang-alang yang dirangkai

dengan rapi.

(a) (b)

Gambar 3. Pondok kecil (a) di sekitar kolam renang dan (b) di pinggir pantai di Hotel Novotel Lombok yang

menyerupai arsitektur rumah tradisional suku Sasak.

Kayu kelapa sebagai material bangunan memang menjadi alternatif pilihan bagi

masyarakat ketika harga kayu hutan semakin atau kayu rimba kian meningkat akhir ini. Selain itu,

Page 6: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

47

kayu kelapa lebih tahan lama, tidak mudah lapuk dan tahan terhadap serangan rayap; serta

harganya terjangkau dibandingkan dengan kayu dari pohon cepat tumbuh atau kayu dari hutan

alam. Bahan bangunan dari kayu kelapa yang sudah tua bisa bertahan puluhan tahun. Kayu kelapa

bisa dijadikan kusen pintu, jendela dan usuk (tulang rusuk rangka atap), bahkan banyak yang

memanfaatkan kayu kelapa untuk daun pintu. Warna seratnya dari kayu kelapa yang hitam

terlihat menarik, apalagi kalau menggunakan pernis serat kayu akan semakin terang.

b. Metropol Parasol

Inilah bangunan kayu terbesar dan termegah di dunia. Lokasi Metropol Parasol di Plaza de la

Encarnacion Square, kota tua Seville, Spanyol. Bangunan ini mulai dibangun pada tahun 2006,

dengan masa pembangunan selama 5 (lima) tahun, dan selsai dibangun pada tahun 2011 setelah

lima tahun pembangunannya. Bangunan kayu terbesar ini didesain oleh arsitek Jerman yaitu

Jurgen Mayer-Hermann. Metropol Parasol merupakan bangunan dari kayu terbesar di dunia

dengan tinggi 26 meter, panjang 150 meter dan lebar 70 meter dalam panjang dan lebar. Maka

dari itu Metropol Parasol sering disebut dengan bangunan kayu terbesar di dunia. Metropol

Parasol juga dikenal dengan sebutan Las Setas de la Encarnacion (Anonim, 2012).

Gambar 4. Sketsa dari Metropol Parasol

Metropol Parasol berbentuk panel-panel kayu yang menyerupai wafel seperti struktur

mahkota di Seville, Spanyol. Urutan menakjubkan dari payung bergelombang terdiri dari struktur

kayu terbesar di dunia. Proyek Parasol Metropol merupakan bagian dari pembangunan kembali

Plaza de la Encarnacion. Proyek ini menjadi ikon baru untuk Seville, yaitu sebagai tempat

identifikasi dan untuk mengartikulasikan peran Seville sebagai salah satu tujuan paling menarik

di dunia budaya.

Gambar 6. Metropol Parasol bila dilihat dari atas

Panel-panel kayu mirip waffle dari Metropol Parasol menjulang dari dasar beton yang

diperkuat dengan baja. Panel-panel kayu tersebut diposisikan sedemikian rupa untuk membentuk

Page 7: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

48

tajuk dan jalan setapak di bawah payung. Metropol Parasol yang gaya desainnya organik

kontemporer ini untuk mengeksplorasi potensi bahwa Plaza de la Encarnacion menjadi pusat

perkotaan modern modern yang baru. Fungsi Metropol Parasol sebagai ruang perkotaan organik

yang unik di dalam pusat kota Seville yang padat dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.

Infrastruktur yang sangat modern ini menjadi pusat kegiatan maupun pusat sosial dan budaya; di

mana penghuni, pengunjung, dan wisatawan dapat berkumpul di bawah arsitektur wafel yang

menyerupai mahkota. Bangunan ini berbentuk seperti sarang lebah, di dalamnya terdapat museum

arkeologi, pasar petani, dan

atap panoramic. Struktur berlubangnya menawarkan keteduhan bagi para pengunjung (Anonim,

2012).

c. Brock Commons Tallwood House

University of British Columbia, salah satu universitas yang ada di Kanada, memiliki komitmen

kuat untuk integrasi pengajaran dan penelitian yang keberlanjutan Universitas ini juga melakukan

pengembangan inovatif tentang bangunan kayu. Bangunan kayu yang dikembangkan tersebut

bersifat institusional dan operasional bangunan kayu tersebut melibatkan Pusat Ilmu Kehutanan,

Pusat Energi Kampus, dan Pusat Komunitas Wesbrook. Pada Mei 2017, University of British

Columbia menyelesaikan bangunan perumahan kayu tinggi pertama.

Gambar 7. Bangunan Brock Commons Tallwood House.

Bangunan tersebut memiliki tinggi 53 meter yang terdiri dari 18 lantai dan diberi nama

Brock Commons Tallwood House yang berada di Vancouver (University of British Columbia,

2018). Bangunan yang dapat menampung 404 mahasiswa ini, terdiri dari 101 unit kamar, dimana

tiap unit kamarnya dapat mempunyai empat tempat tidur. Pada bangunan tersebut tersedia ruang

belajar dan sosial, serta ruang kegiatan mahasiswa di lantai paling atas (Hasan, 2017).

Dengan desain dan tim konstruksi yang bekerja secara bersamaan sejak awal, proses ini

disederhanakan dengan pengujian menyeluruh mengenai koneksi kayu ke kayu sebelum

konstruksi di lokasi. Dengan demikian tim dapat melakukan pengujian mengenai stabilitas

struktural, tetapi juga membantu menyempurnakan ketepatan waktu dari proyek tersebut. Struktur

bangunan merupakan hibrida kayu secara massal. Pondasi, lantai dasar, pelat lantai dua, dan teras

tangga/elevator terbuat dari beton. Dinding bangunan terbuat dari kayu glulam (GLT: Glued

Laminated Timber), sedangkan bagan lantainya terbuat dari panel kayu lapis yang dilapisi secara

menyilang (CLT: Cross Laminated Timber). Penutup

bangunan terdiri dari bahan bangunan prefabrikasi, yaitu panel rangka baja dengan lapisan kayu

laminasi (University of British Columbia, 2018).

Page 8: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

49

Gambar 8. Pemasangan dinding Brock Commons Tallwood House.

Brock Commons Tallwood House adalah salah satu demonstrasi proyek yang didukung

yang ditujukan untuk memajukan desain dan produksi produk kayu di Kanada dan menunjukkan

bahwa kayu itu layak opsi struktural untuk gedung-gedung bertingkat dan tinggi. Perintis ini

bangunan memamerkan inovasi dalam aplikasi produk kayu rekayasa dan dalam praktek desain

dan konstruksinya. Konstruksi Brock Commons Tallwood House menunjukkan bahwa inovasi

dari sistem struktural hibrid kayu-massal layak secara ekonomi. Bangunan tersebut dapat

diselsaikan lebih cepat, yaitu 70 hari setelah komponen prefabrikasi tiba di lokasi, dan dua bulan

lebih cepat daripada proyek tipikal ukuran ini (Think Wood, n.d.).

KESIMPULAN

Pemilihan material bangunan berwawasan lingkungan yang hati-hati adalah cara termudah bagi

para arsitek untuk mulai memasukkan prinsip-prinsip desain yang berkelanjutan di bangunan.

Secara tradisional, harga telah menjadi pertimbangan utama saat membandingkan material atau

material serupa yang ditujukan untuk fungsi yang sama. Namun demikian, harga "komponen off-

the-shelf" dari komponen bangunan hanya mewakili biaya produksi dan transportasi, bukan biaya

sosial atau lingkungan. Dalam menentukan pemilihan material juga harus dipikirkan mengenai

material yang “green”, untuk mendukung prinsip desain yang berkelanjutan pada suatu bangunan.

Meningkatnya permintaan untuk bangunan hijau telah memposisikan kayu sebagai solusi

(jawaban) dan juga untuk memenuhi struktur berkelanjutan yang tidak perlu menambah biaya

dalam memenuhi syarat keberlanjutan atau merusak kinerja bangunannya. Kayu telah diakui

sebagai material berkelanjutan, dan juga dianggap menjadi sumber daya terbarukan. Material

kayu yang tumbuh secara alami, dan dengan adanya standar dalam memanen kayu secara

berkelanjutan dapat melestarikan lingkungan hutan. Selain itu kayu dapat menawarkan emisi gas

rumah kaca (CO2) yang lebih rendah, polusi udara dan air juga lebih sedikit, volume limbah padat

lebih rendah dan penggunaan sumber daya ekologis yang lebih sedikit daripada material

bangunan lainnya.

Material kayu yang telah direkayasa menjadi lebih kuat dari sebelumnya, yang berarti

potensi untuk membangun gedung pencakar langit ramah lingkungan sekarang menjadi hal nyata

yang dapat digunakan para arsitek. Kayu yang dilapis silang (CLT), yang dibuat dengan

merekatkan tiga, lima atau tujuh bagian kayu pada sudut yang tepat, kuat dan dapat digunakan

untuk membuat struktur masif. Hal ini telah dibuktikan dengan keberadaan bangunan tinggi

modern yang telah ada di dunia, seperti: Brock Commons Tallwood House di Vancouver

(Kanada)

Page 9: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2012), dari Metropol Parasol Desain Unik Seni Instalasi Kayu Terbesar di Dunia:

http://edupaint.com/jelajah/arsitektur-manca-negara/3249-metropol-parasol-desain- unik-

seni-instalasi-kayu-terbesar-di-dunia.html, diakses pada 20 Oktober 2016.

Antoniades, A. C. (1992), Poetics of Architecture - Theory of Design, New York: John Wiley and

Sons Inc.

Anonymous (2007), Wood Handbook: Wood As an Engineering Material, Washington: US Dept.

of Agriculture.

Hasan, Z.G. (2017), Inside Vancouver's Brock Commons, the World's Tallest Mass Timber

Building, Arch Daily 18 September 2017, https://www.archdaily.com/879625/inside-

vancouvers-brock-commons-the-worlds- tallest-timber-structured-building, diakses pada

7 September 2018.

Mangunwijaya, Y.B. (2000), Pengantar Fisika Bangunan, Jakarta: Djambatan. Martawijaya A, I

Kartasujana, K Kadir, SA Prawira (2005), Atlas Kayu Indonesia Jilid I,

Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.

Masud, M. (2013), Kayu Kelapa dalam Arsitektur Bangunan Tradisional Lombok, Antara

news.com 14 Februari 2013, http://mataram.antaranews.com/berita/24146/kayu- kelapa-

dalam-arsitektur-bangunan-tradisional-lombok, diakses pada 1 September 2018

Think Wood (n.d.), Brock Commons Tallwood House: Demonstrate the Viability of Mass

Wood Structures, Think Wood, https://www.thinkwood.com/our-projects/brock-

commons-tallwood-house, diakses pada 7 September 2018.

University of British Columbia (2018), Brock Commons Tallwood House: Construction

Overview, Vancouver: University of British Columbia, Student Housing and

Hospitality Services, https://seagatestructures.com/wp-

content/uploads/2017/04/brock_commons_-_construction_overview.pdf, diakses pada

8 September 2018.

Page 10: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50

[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

51

Page 11: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal

42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

52

Page 12: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal

42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

53

Page 13: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal

42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

54

Page 14: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal

42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

55

Page 15: POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA …

TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal

42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)

56