Potensi Logam Tanah Jarang
-
Upload
fikriazharnovianto -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Potensi Logam Tanah Jarang
Potensi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements-REE) Di Indonesia
Logam Tanah Jarang (LTJ) adalah kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik
terutama 15 lantanida ditambah skandium dan yttrium. Skandium dan yttrium dianggap
sebagai logam tanah jarang karena sering ditemukan pada deposit-deposit bijih lantanida
dan memiliki karakteristik kimia yang mirip dengan lantanida. Meskipun namanya logam
tanah jarang, logam-logam ini cukup melimpah jumlahnya di kerak bumi. Logam tanah
jarang tidak ditemukan berupa unsur bebas dalam lapisan kerak bumi. Namun ia
berbentuk paduan membentuk senyawa kompleks sehingga logam tanah jarang harus
dipisahkan terlebih dahulu dari senyawa kompleks tersebut.
Kelompok logam ini pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh seorang letnan
angkatan bersenjata Swedia bernama Karl Axel Arrhenius. Ia mengumpulkan mineral
hitam ytterbit dari penambangan feldspar dan kuarsa di dekat Desa Ytterby, Swedia.
Kemudian, mineral ini berhasil dipisahkan oleh J. Gadoli pada tahun 1794 dengan
memperoleh mineral ytterbit. Selanjutnya, nama mineral tersebut diganti menjadi
gadolinit pada tahun 1800. Penemuan unsur baru ini kemudian memicu penelitian
selanjutnya yang menghasilkan penemuan unsur-unsur logam tanah jarang lainnya.
Diperkirakan deposit dari REE ini lebih banyak terdapat di laut. Hampir 50 % dari
cadangan dunia REE (ton 55m) terletak di China.
Berikut ini adalah daftar 17 logam tanah jarang, nomor atom beserta simbol, asal
namanya, dan penggunaan utama dari logam tersebut. Beberapa logam-logam ini dinamai
dari ilmuwan yang menemukannya dan beberapa lagi diambil dari tempat dimana logam
tersebut ditemukan.
Secara umum, logam tanah jarang ditemukan dalam bentuk senyawa kompleks
fosfat dan karbonat. Di bawah ini adalah beberapa contoh mineral logam tanah jarang
yang ditemukan di alam :
Bastnaesit (CeFCO3), merupakan sebuah fluoro-carbonate serium yang
mengandung 60–70% oksida logam tanah jarang seperti lanthanum dan
neodymium. Mineral bastnaesit merupakan sumber logam tanah jarang yang utama
di dunia. Bastnaesit ditemukan dalam batuan kabonatit, dolomit breccia, pegmatit,
dan amfibol skarn.
Monazit ((Ce,La,Y,Th)PO3), merupakan senyawa fosfat logam tanah jarang yang
mengandung 50-70% oksida LTJ. Monasit diambil dari mineral pasir berat yang
merupakan hasil samping dari senyawa logam berat lain. Monasit memiliki
kandungan thorium yang cukup tinggi sehingga mineral tersebut memiliki sifat
radioaktif. Thorium tersebut memancarkan radiasi pengion. Monasit dalam jumlah
tertentu dikategorikan sebagai TENORM (Technologically Enhanced Naturally
Occuring Radioactive Material) yaitu zat radioaktif alam yang dikarenakan
kegiatan manusia atau proses teknologi terjadi peningkatan paparan potensial jika
dibandingkan dengan keadaan awal, penanganan TENORM mesti mematuhi
batasan paparan radiasi sebagai berikut : Paparan pekerja 20 mSv/th atau 10
uSv/jam dan Paparan publik 1 mSv/th.
Xenotime (YPO4), merupakan senyawa ittrium fosfat yang mengandung 54-65%
logam tanah jarang termasuk erbium, cerium, dan thorium. Xenotime juga
ditemukan dalam mineral pasir berat seperti pegmatite dan batuan leleh (igneous
rocks)
Zircon, merupakan senyawa zirconium silicate yang di dalamnya ditemukan
thorium, ittrium, dan cerium.
Dalam memperoleh mineral di atas, tidak bisa didapatkan dengan mudah. Karena
jumlah mineral tersebut sangat terbatas. Telebih lagi mineral di atas tidak terpisah sendiri
tetapi ia tercampur dengan mineral lain. Seperti contohnya di Kepulauan Bangka
Belitung, mineral ini merupakan hasil samping dari penambangan timah sehingga
sebelum memperoleh mineral di atas, diperlukan proses pemisahan terlebih dahulu.
Mineral-mineral yang mendominasi dalam senyawa logam tanah jarang di atas adalah
lanthanum, cerium, dan neodymium sehingga mineral ini menjadi ekonomis untuk
dilakukan proses ekstraksi dimana pemanfaatan ketiga mineral ini sangat tinggi dibanding
mineral logam tanah jarang lainnya. (Zahir & Hens).
Kegunaan : Logam tanah jarang sudah banyak digunakan di berbagai macam
produk. Penggunaan logam tanah jarang ini memicu berkembangnya material baru.
Material baru dengan menggunakan unsur atau logam tanah jarang memberikan
perkembangan teknologi yang cukup signifikan dalam ilmu material. Perkembangan
material ini banyak diaplikasikan di dalam industri untuk meningkatkan kualitas produk,
contohnya magnet. Logam tanah jarang mampu menghasilkan neomagnet, yaitu magnet
yang memiliki medan magnet jauh lebih kuat dari pada magnet biasa, yang
memungkinkan munculnya perkembangan teknologi berupa penurunan berat dan volume
speaker yang ada, dan yang memungkinkan munculnya motor yang lebih kuat yang
mampu menggerakkan mobil. Dengan adanya logam tanah jarang, memungkinkan
munculnya mobil bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk perjalanan jauh. Oleh
karenanya mobil hybrid mulai marak dikembangkan.
Penggunaan logam tanah jarang sangat bervariasi, yaitu pada energi nuklir, kimia,
katalisator, elektronik, dan optik. Pemanfaatan logam tanah jarang untuk yang sederhana
seperti untuk lampu, pelapis gelas, untuk teknologi tinggi seperti fospor, laser, magnet,
baterai serta teknologi masa depan seperti superkonduktor dan pengangkut hidrogen.
Zirkonium dapat menggantikan paduan magnesium-torium pada pesawat ruang angkasa.
Dalam industri metalurgi, penambahan logam tanah jarang juga digunakan untuk
pembuatan baja High Strength Low Alloy (HSLA), baja karbon tinggi, superalloy, dan
stainless steel. Hal ini karena logam tanah jarang memiliki sifat dapat meningkatkan
kemampuan material berupa kekuatan, kekerasan, dan peningkatan ketahanan terhadap
panas. Sebagai contoh pada penambahan logam tanah jarang dalam bentuk aditif atau
alloy pada paduan magnesium dan alumunium, maka kekuatan dan kekerasan paduan
tersebut akan meningkat.
Tanah jarang dapat juga dimanfaatkan untuk katalis sebagai pengaktif, campuran
klorida seperti halnya lantanium, sedangkan neodimium dan praseodimium digunakan
untuk katalisator pemurnian minyak dengan konsentrasi antara 1-5%. Campuran klorida
logam tanah jarang ini ditambahkan dalam katalis zeolit untuk menaikkan efisiensi
perubahan minyak mentah (crude oil) menjadi bahan-bahan hasil dari pengolahan
minyak. Diperkirakan pemakaian logam tanah jarang untuk katalis pada industri
perminyakan akan lebih meningkat lagi di masa mendatang.
Pemanfaatan logam tanah jarang yang lain berupa korek gas otomatis, lampu
keamanan di pertambangan, perhiasan, cat, dan lem. Untuk instalasi nuklir, logam tanah
jarang digunakan pada detektor nuklir dan rod kontrol nuklir. Yttrium dapat digunakan
sebagai bahan keramik berwarna, sensor oksigen, serta lapisan pelindung karat dan panas.
Proses Pembentukan Logam Tanah Jarang (Rare Earth Element-REE)
Logam tanah jarang tersebar luas pada banyak formasi batuan dengan kadar
rendah. Kandungan logam tanah jarang yang tinggi, lebih banyak dijumpai pada batuan
granitik dibandingkan dengan pada batuan basa. Konsentrasi tinggi logam tanah jarang
dijumpai pada granit alkalin dan karbonatit. Pembentukan endapan logam tanah jarang
yang ekonomis terjadi pada lingkungan plutonik, yaitu pada kedalaman lebih dari 5 km di
bawah permukaan tanah. Endapan mineral pada lingkungan pluton granit sering disebut
dengan pemineralan tipe granofil.
Sebaran potensi logam tanah jarang terdapat pada jalur metalogen granit tipe S,
tipe alkalin, atau seri ilmenit. Granit ini mempunyai kandungan relatif tinggi unsur logam
F, Rb, Li, Sn, Be, W, dan Mo dibandingkan dengan granit pada umumnya. Selain itu,
kandungan unsur B, Nb, Ta, U, Th, dan logam tanah jarang juga tinggi.
Logam tanah jarang terbentuk pada zona alterasi greisen, pada kedalaman lebih
dari 5 km. Alterasi atau ubahan greisen terbentuk pada zona sekitar kontak bagian atas
antara terobosan granit dengan batuan sekitarnya, yaitu merupakan zona terubahnya
batuan atau mineral baik komposisi kimia maupun mineralnya yang menghasilkan juga
deposit mineral ekonomis. Deposit mineral ekonomis atau bijih mempunyai sebaran dan
bentuk tubuh bijih tidak beraturan.
Sebaran ubahan greisen berada pada zona tepi tubuh granit maupun batuan dinding
atau batuan sekitarnya yang diterobos granit. Zona greisen pada tubuh batuan granitik
berkembang pada rentang ketebalan sampai 100 meter. Pegmatit terbentuk pada bagian
atas tubuh granit, menempati di batas tubuh granit. Alterasi greisen juga menghasilkan
urat-urat kuarsa tunggal dan sebagian saling berpotongan berbentuk jaring (stockworks).
Pada zona greisen umumnya sangat kaya akan unsur lithium, fluor, rubidium,
boron, dan berilium, serta dicirikan dengan terdapatnya kelompok mineral mika putih
(kaya kandungan litium), kuarsa, topaz, tourmalin, dan fluorit. Zona alterasi greisen ini
mengandung bahan atau mineral ekonomis yang disebut dengan deposit tipe granofil.
Deposit granofil mengandung tiga kelompok unsur yang terdiri dari, kelompok Sn, W, U,
Mo berasosiasi dengan Nb, Ta, Bi, Ag; kelompok Be, B, Li, P berasosiasi dengan Rb, Cs,
unsur tanah jarang; dan kelompok CO, Cl, F, berasosiasi dengan kompleks hidroksida
dan sulfida. Deposit ekonomis salah satunya mengandung logam tanah jarang tersebut,
yang merupakan hasil langsung dari pengaruh aktifitas magmatik, dikenal dengan
endapan tipe primer.
Dalam berbagai batuan, mineral tanah jarang pada umumnya merupakan mineral
ikutan (accessory minerals), bukan sebagai mineral utama pembentuk batuan. Pada zonasi
pegmatit, logam tanah jarang terdapat pada zona inti, yang terdiri dari kuarsa dan mineral
tanah jarang.Pembentukan mineral tanah jarang primer dalam batuan karbonatit
menghasilkan mineral bastnaesit dan monasit. Karbonatit sangat kaya kandungan logam
tanah jarang dan merupakan batuan yang mengandung logam tanah jarang paling banyak
dibanding batuan beku lainnya.
Berdasarkan mulajadi, endapan logam tanah jarang dibagi dalam dua tipe, yaitu
tipe primer sebagai hasil proses magmatik dan hidrotermal dan tipe sekunder sebagai
hasil rombakan endapan tipe primer. Tipe sekunder terdiri dari dua jenis, yaitu endapan
aluvial sebagai hasil proses erosi dan sedimentasi dari endapan primer; dan berupa tanah
laterit hasil pelapukan endapan primer ataupun pelapukan endapan aluvial.
Endapan primer terutama berupa mineral bastnaesit, produksi terbesar dunia dari
China yang merupakan produk sampingan dari tambang bijih besi. Endapan yang lebih
umum dikenal dan diusahakan adalah tipe sekunder sebagian besar berupa mineral
monasit, hasil rombakan dari endapan primer yang tererosi dan diendapkan kembali
sebagai endapan sungai, danau, delta, pantai, dan lepas pantai.Iklim tropis yang panas dan
lembab menghasilkan pelapukan kimia yang kuat pada granit.
Pelapukan ini menyebabkan terubahnya mineral tertentu, seperti feldspar, yang
berubah menjadi mineral lempung. Mineral-mineral lempung seperti kaolinit,
montmorillonit, dan illit, merupakan tempat kedudukan logam tanah jarang tipe adsorpsi
ion. Endapan logam tanah jarang tipe adsorpsi ion lateritik hasil dari lapukan batuan
granitik dan sienitik di wilayah beriklim tropis bagian selatan China merupakan
penyumbang cadangan tanah jarang terbesar kedua di China.
Endapan laterit unsur tanah jarang, merupakan hasil pelapukan kimia batuan
granitik. Pelapukan pada batuan granitik menyebabkan unsur-unsur yang bersifat mobile
hanyut tersebar, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas rendah sampai immobile seperti
yang tergolong dalam logam tanah jarang cenderung tertinggal menetap sehingga
terkumpul semakin banyak membentuk kadar tinggi dalam tanah. Endapan laterit logam
tanah jarang secara ekonomi cukup prospektif karena proses penambangannya mudah.
Potensi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Element-REE) Di Indonesia
Secara geologi, logam tanah jarang dapat dijumpai bersamaan dengan terbentuknya
endapan timah. Penambangan dan pengolahan timah umumnya menghasilkan produk
sampingan berupa mineral yang mengandung unsur tanah jarang. Mineralisasi timah di
Asia Tenggara berada pada sabuk granit yang memanjang ke selatan dari China, menerus
ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, sampai ke jalur timah Indonesia yang
terletak memanjang dari Kepulauan Riau, menerus ke arah selatan sampai di Bangka
Belitung. Selain itu, sumberdaya timah di Indonesia dijumpai juga di Riau daratan dan di
Kalimantan.
Indonesia merupakan negara pengekspor timah terbesar dunia karena mempunyai
potensi yang tinggi akan sumberdaya unsur tanah jarang.Unsur atau logam tanah jarang
tidak ditemukan di alam sebagai unsur tunggal melainkan dalam bentuk senyawa
kompleks karbonat ataupun fosfat. Sesuai namanya, unsur-unsur ini ditemukan dalam
jumlah atau kadar yang sangat kecil. Misalnya skandium, unsur yang tersebar luas
sebagaimana arsen dan dua kali kelimpahan boron, akan tetapi sangat langka dijumpai
dalam konsentrasi tinggi berupa deposit bijih. Selain itu, proses pengolahan atau
pemisahan logam tanah jarang tidak mudah.
Indonesia diperkirakan memiliki potensi logam tanah jarang dalam jumlah cukup
besar, baik sebagai produk itu sendiri maupun sebagai mineral ikutan dari berbagai
tambang mineral di Indonesia dimana potensi dapat ditemukan di Babel, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua. logam tanah jarang di Babel merupakan logam yang ada di mineral
ikutan pertambangan timah atau tailing. Mineral-mineral itu menjadi produk sampingan
(slag) pengolahan bijih timah oleh tambang-tambang timah di kepulauan tersebut.
Cadangan logam tanah jarang di Babel muncul dalam audit Badan Pemeriksa
Keuangan terhadap PT Timah dan PT Koba Tin, dua perusahaan tambang yang
beroperasi di Babel. Menurut data 2006, PT Timah memiliki 408.877 ton monazite
(mengandung 50-78% oksida tanah jarang), 57.488 ton xenotime (mengandung 54-65
persen REO), dan 309.882 zircon (mengandung ittrium dan cerium). Sementara PT Koba
Tin hingga September 2007 memiliki stok monazite sebesar 174.533 ton. Sayangnya,
mineral tailing dari sisa tambang timah tersebut hanya disimpan di gudang dan tidak
diolah. Pemerintah belum menetapkan logam tanah jarang sebagai sasaran eksplorasi
sehingga stok mineral mengandung logam tanah jarang itu dibiarkan teronggok begitu
saja.
Di Indonesia, pengelolaan logam tanah jarang memang masih sedikit. Industri
pengolahan logam tanah jarang di Indonesia terhambat banyak kendala. Salah satunya
adalah sumber logam tanah jarang berada bersama logam utama hasil tambang,
sedangkan sumber sekunder terbawa sisa proses (tailing, filtrat) sehingga lebih sulit
diekstraksi. Penguasaan teknologi logam tanah jarang di Indonesia belum mencapai skala
komersial. Sampai saat ini penelitian tentang logam tanah jarang belum optimal. Di
Indonesia belum ada penelitian khusus yang menggali potensi dan pemanfaaatan logam
tanah jarang. Penelitian masih dilakukan secara parsial. Setiap instansi jalan sendiri-
sendiri.
Padahal dalam penelitian logam tanah jarang ini diperlukan sinergi. Pemerintah
nampaknya belum melihat potensi logam tanah jarang ini. Kegiatan eksplorasi lanjutan
untuk mengetahui berapa sesungguhnya cadangan logam tersebut yang Indonesia miliki
belum pernah dilakukan. Survei keekonomian penambangan logam tanah jarang ini juga
belum pernah dilakukan. Apalagi membahas teknologi pemurnian logam tanah jarang itu
pada skala industri. Untuk mengembangkan logam tanah jarang diperlukan kemitraan dan
sinergi antara peneliti, pemegang kebijakan maupun para pemangku kepentingan lainnya.
Untuk itu perlu disiapkan semacam road map penelitian dan pengolahan logam tanah
jarang sehingga mampu mendorong pengembangan hilirisasi industri nasional yang
memiliki nilai tambah tinggi. (Zahir & Hens)
Sumber :
Potensi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements-REE) Di Indonesia (Edisi 1)
http://bisnisuntung7.blogspot.co.id/2015/09/potensi-logam-tanah-jarang-rare-earth.html
Potensi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements-REE) Di Indonesia (Edisi 2)
http://bisnisuntung7.blogspot.co.id/2015/09/potensi-logam-tanah-jarang-rare-
earth_16.html
(Kedua situs tersebut mendapat sumber dari www.wikipedia.org dan
www.psdg.bgl.esdm.go.id )
Penulisan Daftar Pustaka :
Hens & Zahir. 2015. Potensi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements-REE) Di
Indonesia. www.psdg.bgl.esdm.go.id