POTENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)...
Transcript of POTENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)...
POTENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DALAM
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE
TAHUN 2010:1-2016:12
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Elsahada Zachray
NIM: 1113046000084
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
Potensi Bank Pcmbiayaan Rakyat Syariah(BPRS)dalam Ⅳleningkatkan
Pertumbuhan EkononlilndOnesia PeriOdc Tahun 2010:1_2016:12
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk MemenuhiPersyaratan N{emperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
1113046000084
Di ba、 vah bilnbingan
Pembilnbing
Aini Masruroh,SoE I,RIMNIDN。 2020088005
PROGRAM STuDIEKONOⅣ IIsYARIAH
FAKULTAS EKONOⅣ II DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLARI NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438111/2017卜 I
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Hari ini Selasa, 14 November 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:
1. Nama : ElsahadaZachray
2. NIM : 1113046000084
3. Jurusan : EkonomiSyariah
4. Judul Skripsi : Potensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Periode Tahun 2010:1–2016:12
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 November 2017
PANITIA UJIAN:
1. Ketua : AM. Hasan Ali, M.A.
NIP.19751201 200501 1 5005 (………..………)
2. Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc, M.A.
NIP.19731215 200501 1 002 (………..………)
3. Pembimbing : AiniMasruroh, S.EI, MM
NIDN. 2020088005 (…………..……)
4. Penguji I : Dr. M. Buchori Muslim, Lc, M.A
NIP. 19760626 200901 1 013 (…………..……)
5. Penguji II : Erika Amelia SE, M.Si
NIP. 197711092009122001 (………..………)
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 September 2017
Elsahada Zachray
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Elsahada Zachray
NIM : 1113046000084
TTL : Tangerang, 18 Januari 1995
Alamat : Kp. Poncol rt 09/01 no.12, Kel. Pedurenan Kec. Karang Tengah
Kota Tangerang
No. Telp : 085694074878
E-mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
TK Aisyiyah (2000-2001)
SDI Baiturrachman (2001-2007)
SMPN 03 Tangerang (2007-2010)
SMK Budi Mulia (2010-2013)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-2017)
vi
ABSTRAK
Elsahada Zachray, 1113046000084,Potensi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode
Tahun 2010-2016. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Islam Negeri (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017
M). Jumlah halaman 92 + 12 lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan
melihat dari hubungan kausalitas, pengaruh jangka panjang dan jangka pendek,
respon , dan kontribusidari variabel bebas yaituTotal Pembiayaan, Total Dana
Pihak Ketiga , Total Aset, dan Inflasi terhadap variabel terikat, yaitu Produk
Domestik Bruto (PDB). Metode yang digunakan adalah Vector Error Correction
Models (VECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini data (time series)
bulanan dari Januari 2010 sampai Desember 2016.
Hasil Penelitian menyatakan bahwa terjadi hubungan kausalitas antara variabel
bebas dan variabel terikat. Meskipun yang memiliki hubungan kausalitas dua arah
atau bi-directional causality hanya terjadi pada Total Dana Pihak Ketiga.
Pengaruh jangka pendek pada variabel bebas terhadap variabel terikat secara
umum tidaklah signifikan. Sedangkan pengaruh jangka panjang secara umum
terjadi pengaruh yang negatif. Guncangan dari variabel bebas direspon positif dan
negatif oleh variabel terikat. Dan kontribusi yang diberikan variabel bebas
terhadap variabel terikat masih terbilang kecil.
Kata Kunci : Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Inflasi, Pertumbuhan
Pembimbing : AiniMasruroh, SEI,MM
Daftar Pustaka :1999-2017
vii
ABSTRACT
Elsahada Zachray, 1113046000084, Potential of Sharia Rural Banks
(BPRS) In Improving Indonesia's Economic Growth Period of 2010: 1-2016: 12.
Sharia Economics Study Program, Faculty of Economics and Business. State
Islamic University (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H / 2017 M). Number
of pages 92 + appendixs 12 pages.
This study aims to determine the potential of Sharia Rural Banks (BPRS)
in improving economic growth in Indonesia by looking at the relationship of
causality, long-term and short-term effects, responses, and contributions from the
independent variables of Total Financing, Total Funds Third Party, Total Assets,
and Inflation to the dependent variable, namely Gross Domestic Product (GDP).
The method used is Vector Error Correction Models (VECM). The data used in
this study data (time series) monthly from January 2010 to December 2016.
Result of research stated that there is causality relation between
independent variable and dependent variable. Although a two-way causal
relationship or bi-directional causality occurs only in Total Third Party Funds.
The short-run effect on the independent variables on the dependent variable is
generally not significant. While the long-term effect is generally a negative effect.
The shock of the free variable responded positively and negatively by the
dependent variable. And the contribution given by free variable to dependent
variable is still small.
Keywords : Sharia Rural Bank (BPRS), Inflation, Growth
Advisor : AiniMasruroh, SEI,MM
References : 1999-2017
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
nikmat yang telah diberikan. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga dan juga sahabat-sahabatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Potensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2010:1-
2016:12” ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1
(S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Dengan selesainya skripsi ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih
kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Bapak dan ibu penulis,bapak Zainudin dan Neni Apriyanti orang tua hebat
yang selalu mendo‟akan dan mendukung penulis dengan perhatian dan
kasih sayang yang diberikan.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku sekretaris Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Nur Aini Masruroh, S.EI, MM, selaku dosen Pembimbing penulis
yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan arahan kepada
penulis selama proses penyelesaian skripsi.
ix
6. Bapak Mu‟min Rouf, MA, selaku penasehat akademik penulis yang telah
membimbing selama masa perkuliahan.
7. Seluruh bapak dan ibu dosen yang selama ini tidak sekedar ilmu yang
diberikan tetapi juga dukungan dan motivasi agar penulis terus berusaha
memperbaiki diri. Serta seluruh jajaran staff UIN Syarif Hidayatullah yang
telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi
dan lain-lain sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
8. Adik-adik penulis Linggar Abdul Azis, Haikal Ibnu Akbar, dan
Ibadurrahman yang selalu memberi canda tawa dan menjadi motivasi
penulis untuk segera menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman-teman aktifis C.O.I.N.S, terimakasih untuk segala pengalaman
yang dilalui bersama dan menjadi bagian kesibukan penulis selama
perkuliahan. Semoga yang sudah dilakukan dapat bermanfaat untuk saat
ini dan seterusnya.
10. Teman-teman kelas Muamalat C dan seluruh anggota Muamalat angkatan
2013, terimakasih sudah menjadi bagian dari kisah perjalanan selama
perkuliahan.
11. Teman-teman KKN Harmoni 2016 dan Desa Ancol Pasir, terimakasih
untuk kehidupan satu bulannya, semoga menjadi pembelajaran bersama
dan pembuka silahturahmi yang baru.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan Isti Rohmah Purnamasari, Amalia Rosfina,
Fitri Listianingrum (dkk), Sufi Aisyah Utami (dkk), Asri Maulidiyawati
(dkk). Semoga kebersamaan selama ini selalu menjadi motivasi perbaikan
diri untuk penulis.
13. Sahabat-sahabat penulis Fildzah Laila Hidayati, Nani Setyo, Adinda Laily
dan Diana Rafita (dkk) yang selalu membersamai perjalanan penulis suka
maupun duka.
14. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa terimakasih atas doa‟a dan dukungannya. Semoga semua
kebaikan yang diberikan Allah balas dengan berlipat ganda.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... iii
KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................... 10
1. Pembatasan Masalah .............................................................................. 10
2. Perumusan Masalah ................................................................................ 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 11
1. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11
2. Manfaat Penelitian .................................................................................. 11
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ................................................ 14
1. Pengertian BPRS .................................................................................... 14
2. Tujuan Didirikannya BPRS .................................................................... 14
3. Kegiatan Usaha BPRS ............................................................................ 16
xi
4. Perbedaan BPRS dengan BPR ............................................................... 17
B. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................... 18
1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi .............................................................. 18
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 20
C. Produk Domestik Bruto (PDB) .................................................................. 22
1. Konsep Produk Domestik Bruto (PDB) ................................................. 22
2. Perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) .......................................... 23
D. Pembiayaan BPRS ..................................................................................... 24
1. Konsep Pembiayaan BPRS .................................................................... 24
2. Hubungan pembiayaan BPRS terhadap pertumbuhan ekonomi ............ 28
E. Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS ............................................................... 30
1. Konsep dana pihak ketiga ....................................................................... 30
2. Hubungan Dana Pihak Ketiga terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
30
F. Total Aset BPRS ........................................................................................ 31
1. Konsep Aset ........................................................................................... 31
2. Hubungan Aset sebagai cerminan ukuran perusahaan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .................................................................. 32
G. Inflasi.......................................................................................................... 33
1. Konsep Inflasi ......................................................................................... 33
b. Teori Inflasi Islam .................................................................................. 34
2. Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi ....................................... 37
H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu).................................................. 39
I. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM .............. 46
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 46
xii
B. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 46
C. Sumber data ................................................................................................ 47
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 48
E. Metode analisis........................................................................................... 49
1. Uji Stasioneritas ...................................................................................... 49
2. Uji panjang lag optimal .......................................................................... 50
3. Uji kointegrasi ........................................................................................ 51
4. Uji kausalitas .......................................................................................... 51
5. Estimasi Vector error correction model (VECM) ................................. 52
6. Analisis Impuls Response Function (IRF) ............................................. 53
7. Analisis Variance Decomposition (VD) ................................................. 53
F. Model Penelitian ........................................................................................ 54
G. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 57
A. Data Penelitian ........................................................................................... 57
1. Variabel terikat (Dependent Variable) ................................................... 57
2. Variabel bebas (Independent Variable) .................................................. 59
B. Analisis dan Pembahasan Statistik ............................................................. 64
1. Uji Stasioneritas ...................................................................................... 64
2. Hasil Penetapan Lag Optimal ................................................................. 66
3. Hasil Uji Kointegrasi .............................................................................. 67
4. Hasil Kausalitas ...................................................................................... 68
5. Hasil Uji Error Correction Model (VECM) ........................................... 70
6. Hasil Uji Impulse Rensponse Function(IRF) ......................................... 72
7. Hasil uji Varians Decomposition (VD) .................................................. 76
xiii
C. Interprestasi Hasil Penelitian ...................................................................... 78
1. Interprestasi LNTP terhadap LNPDB .................................................... 78
2. Interprestasi LNDPK terhadap LNPDB ................................................. 80
3. Interprestasi LNASET terhadap LNPDB ............................................... 82
4. Interprestasi INF terhadap LNPDB ........................................................ 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 86
A. Kesimpulan ................................................................................................ 86
B. Saran ........................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 89
LAMPIRAN .......................................................................................................... 93
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Perbedaan Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
................................................................................................................................. 4
Tabel 1. 2 Peluang untuk membuka kantor bank umum syariah dan BPR syariah.5
Tabel 1.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank
PembiayaanRakyat Syariah (BPRS) Periode 2016 ................................................. 7
Tabel 2. 1 Review Studi Terdahulu ....................................................................... 39
Tabel 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di Sesudah di Interpolasi dan
LN ......................................................................................................................... 57
Tabel 4.2 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Sebelum Interpolasi dan di
LN (Dalam Miliar Rupiah).................................................................................... 58
Tabel 4.3 Total Pembiayaan Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia Sesudah di
LN ......................................................................................................................... 59
Tabel 4.4 Total Pembiayaan Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia Sebelum di
LN (Dalam Miliar Rupiah).................................................................................... 59
Tabel 4.5 Total Dana Pihak Ketiga Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia
Sesudah di LN ....................................................................................................... 60
Tabel 4.6 Total Dana Pihak Ketiga Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia ...... 61
Tabel 4.7 Total Aset Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia Sesudah di LN .. 62
Tabel 4.8 Total Aset Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia (Dalam Miliar
Rupiah) .................................................................................................................. 63
Tabel 4.9 Inflasi Indonesia (Persen)..................................................................... 63
Tabel 4.10 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level .................................. 65
Tabel 4.11 Hasil Uji Stationeritas ADF tingkat 1st
Difference .............................. 66
Tabel 4.12 Hasil UjiLag Optimal .......................................................................... 67
Tabel 4.13 Hasil Uji Johansen CointegrationTest ................................................ 68
Tabel 4.14 Hasil uji kausalitas .............................................................................. 69
Tabel 4.15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ........................ 70
Tabel 4.16 Impulse Response LNPDB .................................................................. 73
Tabel 4.17 Varians Decomposition(VD) LNPDB ................................................ 76
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Permasalahan BPR/BPRS dengan modal inti terbatas ........................ 6
Gambar 2.1 Sistem kerangka pemikiran ............................................................... 45
Grafik 4.1 Impulse Respons LNPDB terhadap Shock LNTP ................................ 73
Grafik 4.2 Impulse Respons LNPDB terhadap Shock LNDPK............................. 74
Grafik 4.3 Impulse Respons LNPDB terhadap Shock LNASET........................... 75
Grafik 4.4 Impulse Respons LNPDB terhadap Shock INF ................................... 75
Grafik 4.5 Varians Decomposition(VD) LNPDB ................................................. 77
Grafik 4.6 Pembiayaan BPRS Berdasarkan Jenis Penggunaanya ......................... 79
Grafik 4.7 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS ...................................... 80
Grafik 4.8 Dana pihak ketiga dan komposisi pembiayaan BPRS ......................... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam
memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif
pertumbuhan sektor riil melalui akumulasi kapital dan inovasi teknologi. Lebih
tepatnya, sektor keuangan mampu memobilisasi tabungan. Sektor keuangan
menyediakan para peminjam berbagai instrumen keuangan dengan kualitas tinggi
dan resiko rendah. Hal ini akan menambah investasi dan akhirnya mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, terjadinya asymmetric information, yang
dimanifestasikan dalam bentuk tingginya biaya-biaya transaksi dan biaya-biaya
informasi dalam pasar keuangan dapat diminimalisasi, jika sektor keuangan
berfungsi secara efisien.Dalam ruang lingkup kebijakan makroekonomi, sektor
keuangan menjadialat transmisi kebijakan moneter. Dengan demikian, shock
yang dialami sektorkeuangan juga mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter.1
Seperti data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa
penyokong utama pertumbuhan ekonomi 2016 adalah selain pengeluaran
konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,01% dan memberi kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 56,5%, dari sisi produksi, pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,90%
lalu baru diikuti oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi serta sektor
pertambangan dan penggalian.2
1
Inggrid, “Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia: Pendekatan
Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model (VECM)”, Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, (2006), h.40. 2Ekonomi RI 2016 tumbuh 5.02%, diakses dari www.bkpm.go.id, 7 September 2017
2
Menurut Bank Dunia, sektor keuangan yang semakin berkembang diyakini
dapat mendorongpertumbuhan ekonomi, menurunkan kemiskinan, dan meredam
volatilitasekonomi makro. Namun, Ada dua hal pokok yang masih diperdebatkan
terkait perkembangan sektor keuangan, pertumbuhan ekonomi dan volatilitas
ekonomi makro. Pertama, perdebatan mengenai apakah perkembangan sektor
keuangan yang mendorong pertumbuhan ekonomi (finance – led growth) atau
pertumbuhan ekonomi yang mendorong perkembangan sektor keuangan (growth
– led finance). Kedua, perdebatan mengenai hubungan antara perkembangan
sektor keuangan dan volatilitas ekonomi makro. Perdebatan kedua terfokus pada
permasalahan apakah sektorkeuangan yang semakin berkembang akan
menyebabkan volatilitas ekonomi makro.3
Dan salah satu sektor keuangan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
adalah perbankan. Industri perbankan mempunyai peranan penting dalam
perekonomian sebagai lembaga intermediasi yang menyalurkan dana masyarakat
ke dalam investasi aset produktif yang akan mendorong produktivitas sektor riil,
akumulasi kapital, dan pertumbuhan output agregat.4Hal ini diperkuat juga dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 pasal 4 yang menjelaskan “Perbankan
Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.
Keberadaan Perbankan Syariah sebagai bagian dari sistem Ekonomi Islam
diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian suatu negara. Tujuan
dan fungsi Perbankan Syariah dalam perekonomian adalah kemakmuran ekonomi
yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
optimum, keadilan sosial -ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang
3Utami Baroroh, “Analisis Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Regional Di Wilayah Jawa: Pendekatan Model Levine”, Jurnal Etikonomi, Vol. 11, 2(2012), h.
181. 4Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis, “Potensi Pertumbuhan
Ekonomi ditinjau dari Penyaluran Kredit Perbankan Kepada Sektor Prioritas Ekonomi
Pemerintah”, (Otoritas Jasa Keuangan:2015), h.1.
3
merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin
adanya pengembalian yang adil dan pelayanan yang efektif. Bank Syariah
didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan
prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan
perbankan serta bisnis lain yang terkait.
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, jenis Perbankan
terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sedangkan pada
Perbankan Syariah, BPR yang dimaksud yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). Perbankan Syariah di Indonesia terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS),
Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Pada
umumnya BUS, UUS, dan BPRS merupakan bank alternatif yang diperuntukkan
bagi masyarakat yang menjalankan usaha mikro kecil menengah dan yang
menginginkan perbankan yang benar-benar syariah (menjalankan prinsip-prinsip
syariah). Kehadiran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia
semakin menambah daftar nama perbankan syariah, karena Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) dalam sistem perbankan di Indonesia merupakan sebuah
lembaga keuangan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat atas transaksi
pembiayaan yang tidak berbasis riba.5
Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk SK Direksi BI No.
32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan
Prinsip Syariah dan SK Direksi BI No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999,
Surat Edaran BI No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah serta POJK No.3/POJK.03/2016 tentang
Bank Pembiayaan Rakyat syariah.PerkembanganBPRS dari awal keberadaannya
hingga Desember 2016 terdapat 166 BPRS. BPRS tersebut terdistribusi jaringan
kantor tersebar pada 18 provinsi yang beradadi Indonesia.
5Uus Ahmad Husaeni,“Determinan Pembiayaan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Di Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7, 1, (2017), h.50.
4
Sebelumnya, secara empiris sudah banyak penelitian yang menggunakan
perbankan atau perbankan syariah sebagai objek penelitian mengenai hubungan
kausalitas sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti penelitian
yang berjudul “Perbankan Syariah dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”
olehAli Rama tahun 2013, “Intermediasi Perbankan Syariah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” olehM. Putra Rizki dan Fakhrudin tahun 2015
dan “Kontribusi Sektor Perbankan Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Periode Tahun 2004:1-2013:4” oleh Fiqi Asta Caraka tahun 2016.
Namun, informasi mengenai kontribusi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) juga perlu diketahui agar informasi mengenai kontribusi sektor perbankan
terhadap pertumbuhan ekonomi bisa didapatkan lebih spesifik berdasarkan
kelembagaannya. Karena meskipun BPRS adalah satu kesatuan dari Perbankan itu
sendiri, tetapi pada dasarnya BPRS dalam mengembangkan usahanya mengalami
tantangan-tantangan yang berasal dari eksternal maupun internal yang tidak
terdapat pada Bank Umum. Dan tantangan pertama yaitu terlihat dari keterbatasan
ruang gerak Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dibandingkan dengan Bank
Umum syariah. Seperti yang ditunjukan pada tabel berikut ini :
Tabel 1. 1 Perbedaan Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah6
Perbedaan Keterangan
Sifat Jasa
Bank umum Syariah bisa memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada.
BPRS memiliki kegiatan usaha yang lebih sempit
dibandingkan dengan Bank umum Syariah. Yaitu hanya
meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja,
bahkan dalam menghimpun dana dilarang untuk menerima
simpanan giro. Selain itu juga tidak diperkenankan ikut
kliring serta transaksi valuta asing.
6Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 23-24.
5
Jangkauan
Bank umum Syariah dapat melakukan kegiatan
operasionalnya diseluruh wilayah.
BPRS dapat melakukan kegiatan operasionalnya hanya pada
wilayah-wilayah tertentu.
Modal Awal
Pendirian Bank umum Syariah dengan modal relatif lebih
besar dibandingkan dengan Bank umum Syariah.
Pendirian BPRS dengan modal relatif lebih kecil
dibandingkan dengan Bank umum Syariah.
Sumber :Kasmir dalam Manajemen Perbankan.
Perbedaan lainnya antara Bank umum syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah adalah terkait pada keterbatasan peluang Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah dalam perluasan kantor Banknya. Seperti yang terlihat pada Petunjuk
Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia pada Juni 1999, sebagai berikut :
Tabel 1.2 Peluang untuk membuka kantor bank umum syariah dan BPR
syariah7
No Pembukaan Bank syariah Bank
Umum BPR
1 Bank Syariah Baru √ √
2 Konversi dari Kantor Pusat Bank Konvensional √ √
3 Konversi dari kantor cabang konvensional √ -
4 Kantor Cabang Syarih Baru dari Bank Konvensional √ -
5
Peningkatan Status dan Konversi Kantor Cabang
Pembantu Bank Konvensional menjadi Kantor Cabang
Syariah
√ -
Sumber : Bank Indonesia
Tantangan lainnya adalah dari jumlah BPRS dan BPR pada posisi Juli
2016 sebanyak 1.797 sebagian besar(sebanyak 1.184 BPRS dan BPR / sebesar
68%) memiliki Modal Inti (MI) yang terbatas (di bawah Rp 6 M). BPRS dan BPR
dengan modal inti terbatas berdampak pada kinerja cenderung buruk tercermin
7Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, (1999), h. 4
6
dari semakin meningkatnya kredit bermasalah yang rasio NPL/NPF dari BPRS
dan BPR yang mencapai sekitar 8%-9%. Sehubungan dengan hal tersebut,
pengurus BPRS dan BPR diharapkan senantiasa memantau secara ketat
perkembangan kualitas kredit/pembiayaan yang disalurkan dan khusus untuk
BPRS dan BPR yang rasio NPL/F nya telah lebih dari 5%. Selain itu sesuai
dengan POJK N0.12/POJK.03/2016 tentang kegiatan usaha dan wilayah jaringan
kantor BPRS dan BPR yang tidak dapat memenuhi ketentuan permodalan akan
dikenakan sanksi pembatasan wilayah operasional.
Gambar 1. 1 Permasalahan BPR/BPRS dengan modal inti terbatas8
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
8
Permasalahan dan Tantangan BPRS/BPRS, Rakernas dan Seminar Nasional
Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia Pontianak, 26 Oktober 2016
(www.perbarindo.or.id/upload)
Keterbatasan Modal
1. Kurangnya Kemampuan PSP dalam
menambah modal
2. PSP kurang memiliki komitmen dalam
pengembangan BPR
3. Ekspansi kredit tidak diimbangi dengan
penguatan modal
Mismanagement and fraud
Kinerja BPR/S buruk bahkan
mengalami kerugian
Akibatnya
1. Ketidakmampuan merekrut SDM yang
berkualitas dan mengembangkan SDM yang
berintegrasi
2. Tidak mampu dalam pengadaan IT yang
handal
3. Tidak mampu mengelola secara profesional
4. Tidak mampu mengembangkan produk dan
layanan yang bersaing
1
2
3
4
Tidak
tercapainya
economic of
scale
7
Meskipun memiliki permasalahan yang sama namun pertumbuhan dan
perkembangan BPRS masih berada di bawah BPR. Hal ini dapat terlihat dari tabel
berikut:
Tabel 1. 2 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Periode 2016
Periode 2016
BPR BPRS
Total Kredit Jaringan
Kantor
Total
Pembiayaan
Jaringan
Kantor
Januari Rp 68,095 5982 Rp 4,845 449
Februari Rp 68,735 5990 Rp 4,884 448
Maret Rp 69,354 6024 Rp 4,966 454
April Rp 70,513 6038 Rp 5,046 425
Mei Rp 71,010 6045 Rp 5,059 427
Juni Rp 70,238 6051 Rp 4,997 428
Juli Rp 71,679 6049 Rp 5,281 435
Agustus Rp 72,549 6102 Rp 5,452 436
September Rp 72,756 6084 Rp 5,435 430
Oktober Rp 73,510 6081 Rp 5,510 451
November Rp 74,364 6058 Rp 5,669 453
Desember Rp 75,725 6075 Rp 5,824 453
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah Desember 2016
Berdasarkan permasalahan tersebut, analisis potensi pertumbuhan ekonomi
yang ditinjau dari perkembangan BPRS sangat relevan untuk dikaji lebih
mendalam. Dengan variabel yang digunakan sebagai cerminan yang paling tepat
untuk pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut
Badan Pusat Statistik, Perkembangan ekonomi suatu negara yang diukur dengan
pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di
suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut
8
diukur dalam konsep nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor‐
sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk
Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama
dengan pertumbuhan PDB. Dengan demikian, PDB dapat digunakan sebagai salah
satu indikator untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara atau sebagai
cerminan keberhasilan suatu pemerintahan dalam menggerakkan sektor‐sektor
ekonomi.
Sedangkan cerminan yang paling tepat untuk kontribusi BPRS adalah Total
Pembiayaan dan dana pihak ketiganya, karena penyaluran pembiayaan dan
penghimpunan dana merupakan aktivitas utama BPRS. Dan menurut Utami
(2012)9 sistem keuangan (dalam hal ini BPRS) mempengaruhi kedua sumber
pertumbuhan dengan cara mempengaruhi tingkat tabungan (sisi penawaran dana)
dan dengan merealokasikan tabungan ke dalam berbagai alternatif investasi
(sisipermintaan dana), baik investasi modal fisik, investasi sumber daya manusia,
maupun investasi teknologi. Semakin baik sistem keuangan dalam menjalankan
fungsi-fungsi dasarnya, semakin besar kontribusi sistem keuangan dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi. Tanpa akses pada berbagai sumber dana
(investor), banyak kegiatan usaha yang hanya mampu berproduksi dalam volume
relatif kecil sehingga tidak efisien. Sistem keuangan dapat menciptakan
berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk memobilisasi dana dalam
jumlah kecil tetapi banyak. Selain itu juga ada total aset BPRS yang
mencerminkan ukuran perusahaan BPRS. Karena menurut penelitian yang
dilakukan oleh Fiqi (2006), pertumbuhan aset memiliki hubungan kausalitas bi-
directional causality terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.10
9Utami Baroroh, “Analisis Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Regional Di Wilayah Jawa: Pendekatan Model Levine”, Jurnal Etikonomi, Vol. 11, 2, (2012),
h. 181. 10
Fiqi Asta Caraka, “Kontribusi Sektor Perbankan Syariah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia Periode Tahun 2004:1-2013:4”(Skripsi S1 Jurusan Keuangan Syariah
Faultas Ekonomi dan Bisnis IslamUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016),
h.72.
9
Selain variabel sektor ekonomi diatas masih banyak variabel lain yang dapat
mempengaruhi PDB. Maka diperlukan variabel kontrol untuk mencegahnya
dalam pembiasan. Hal yang paling dekat antara sektor keuangan dan pertumbuhan
ekonomi atau PDB adalah inflasi. Hubungan antara inflasi dan pertumbuhan
ekonomi telah menjadi permasalahan ekonomi yang penting. Hubungan ini telah
diperdebatkan dalam literatur ekonomi dan telah memperlihatkan hubungan yang
berbeda dengan kondisi ekonomi dunia. Indikator dasar makro ekonomi dapat
digunakan sebagai ilustrasi kondisi ekonomi suatu negara untuk mengukur
kestabilan harga dalam negara tersebut. Secara umum, tingkat inflasi dapat
digunakan untuk mengukur kestabilan harga dalam ekonomi . 11
Oleh karena itu dengan meninjau kembali kontribusi atau peranan BPRS
diatas perkembangannya yang belum optimal disebabkan faktor internal dan
eksternalnya dan perbedaanya dengan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah yang telah banyak literaturnya, maka hal ini mendorong penulis untuk
melakukan penelitian ini. Dengan Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan
kesimpulan yang informatif dan juga berbeda karena selain perbedaan sampel,
periode penelitian, maupun metode empiris yang digunakan dapat mempengaruhi
potensi positif atau negatif antara perkembangan BPRS dengan pertumbuhan
ekonomi. Maka dari itu penulis memilih penelitian ini dengan judul “Potensi
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dalam Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2010:1-2016:12”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
11
Dina Acyuninda dan Umanto Eko P. “Analisis Hubungan Antara Inflasi Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Menggunakan Pendekatan Kointegrasi Dan Kausalitas
Granger Pada Periode 2000-2012 “ (Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Fisip UI, 2013), h.2.
10
1. Keterbatasan kegiatan usaha yang dapat dikembangkan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah sehingga terjadi persaingan usaha dengan Bank Umum
dan UUS.
2. Pada posisi Juli 2016 dari jumlah bank sebanyak 163 sebagian besar yakni
115 BPRS memiliki Modal Inti yang terbatas ( dibawah 6 miliar) sehingga
menjadi tantangan tersendiri oleh BPRS.
3. NPF BPRS yang lebih dari 5 % yakni 8,63% pada Desember 2016.
4. Pertumbuhan dan perkembangan BPRS yang semakin baik tetapi masih
berada di bawah BPR sebagai lembaga yang memiliki fokus yang sama.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis sebelumnya,
penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk
meneliti masalah potensi yang diberikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) yang dicerminkan oleh Total Pembiayaan, Total Dana Pihak Ketiga
dan Total Aset dengan variabel inflasi sebagai variabel Kontrol yang
mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia dengan periode
dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2016.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena
langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Berdasarkan
uraian latar belakang diatas dan judul yang dipakai yaitu “Potensi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dalam Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2010:1-2016:12”, maka permasalahan
yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana hubungan kausalitas antara variabel Total Pembiayaan, Total
Dana Pihak Ketiga, Total Aset, Inflasi dan Produk Domestik Bruto
(PDB)?
11
b. Bagaimana pengaruh jangka panjang dan jangka pendek dari Total
Pembiayaan, Total Dana Pihak Ketiga , Total Aset, dan Inflasi terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB)?
c. Bagaimana respon (shock) dari Total Pembiayaan, Total Dana Pihak
Ketiga, dan Inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)?
d. Berapakah kontribusi Total Pembiayaan, Total Dana Pihak Ketiga, dan
Inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini tidak lain adalah untuk ikut serta
memberikan kontribusi penulis terhadap pemikiran, kajian, dan praktik Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia. Adapun tujuan khusus
penulisan ini adalah untuk menyimpulkan bukti empiris mengenai:
a. Hubungan kausalitas antara variabel Total Pembiayaan, Total Dana Pihak
Ketiga , Total Aset, dan Inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
b. Pengaruh jangka panjang dan jangka pendek dari Total Pembiayaan, Total
Dana Pihak Ketiga , Total Aset, dan Inflasi terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB).
c. Respon (shock) dari Total Pembiayaan, Total Dana Pihak Ketiga , Total
Aset, dan Inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
d. Kontribusi Total Pembiayaan, Total Dana Pihak Ketiga , Total Aset, dan
Inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjawab
masalah dalam penelitian ini, selain itu diharapkan juga dapat memberikan
manfaat diantaranya :
Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan tentang potensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
12
Secara Praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
yang berguna bagi praktisi sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam
hal peningkatan potensi BPRS terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat memudahkan
penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab
dengan rincian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini disajikan mengenai teori Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS),
pertumbuhan ekonomi, produk domestik bruto, pembiayaan BPRS, dana pihak
ketiga BPRS, aset BPRS dan inflasi selanjutnya kajian pustaka dan kerangka
konsep penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode
pengumpulan data, sumber data, variabel yang digunakan dalam penelitian, teknik
pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi data penelitian, analisis dan pembahasan dan Interprestasi pembahasan
mengenai potensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia periode tahun 2010:1-2016:12.
13
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan
yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
1. Pengertian BPRS
Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syariah telah
mengatur secara khusus eksistensi bank syariah di Indonesia. Undang-
Undang tersebut melengkapi dan menyempurnakan UU No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
yang belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam Undang-Undang
tersendiri. Menurut pasal 18 UUNo. 21 Tahun 2008, Bank Syariah terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sedangkan pasal
1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum disebutkan pengertian
dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.12
2. Tujuan Didirikannya BPRS
Terdapat beberapa tujuan yang dikehendaki dari berdirinya Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Di bawah ini disampaikan tujuan-tujuan
tersebut beberapa sumber hanya menyebutkan butir-butirnya saja.
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok
masyarakat ekonomi mikro, kecil, dan menengah, yang pada umumnya
berada di daerah pedesaan. Sasaran utama dari BPRS adalah umat Islam yang
berada di pedesaan dan di tingkat kecamatan. Masyarakat yang
12
Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010), h.3.
15
berada di kawasan tersebut pada umumnya ternasuk pada masyarakat golongan
ekonomi lemah.
a. Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber permodalan bagi pengembangan
usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi mikro, kecil, dan menengah,
sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan mereka.
b. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.
Hal ini mengandung makna bahwa dalam BPRS ditumbuhkan nilai
ta‟awun (saling membantu) antara pemilik modal dengan pemilik
pekerjaan. Dengan nilai ta‟awun inilah akan tumbuh kebersamaan antara
bank dan nasabah yang merupakan faktor terpenting dalam mewujudkan
Ukhuwah Islamiyah. Melalui kebersamaan tersebut usaha-usaha yang
yang dilakukan masyarakat dengan modal yang diberikan oleh BPRS bisa
meningkatkan pendapatan masyarakat, maka pada tingkat yang lebih
tinggi akan pula meningkatkan perkapita baik lokal maupun nasional.
Untuk mencapai tujuan operasionalnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) tersebut diperlukan strategi operasional. Pertama, Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) tidak bersifat menunggu terhadap datangnya
permintaan fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan
sosialisasi/penelitian kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu
dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik. Kedua,
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki jenis usaha yang waktu
perputaran uangnya jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala
menengah dan kecil. Terakhir, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya produk
yang akan diberi pembiayaan.13
13
Mufqi Firaldi, “Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF) Dan Tingkat Inflasi Terhadap Total Pembiayaan Yang Diberikan Oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia (Periode Januari 2007- Oktober 2012)” (Skripsi
S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.
20.
16
3. Kegiatan Usaha BPRS
Sebagai lembaga keuangan syariah pada dasarnya Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa
dengan bank-bank umum syariah. Namun demikian, sesuai Undang-Undang
Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari‟ah diatur dalam Pasal 21, yaitu
bahwa kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah meliputi :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk :
1) Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip Syari‟ah; dan
2) Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari‟ah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah.
2) Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna’.
3) Pembiayaan berdasarkan akad qardh.
4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
5) Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.
c. Menempatkan dana pada Bank Syari‟ah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah
dan atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari‟ah.
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah
yang ada di Bank Umum Syari‟ah , Bank Umum Konvensional dan UUS.
17
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syari‟ah
lainnya yang sesuai dengan prinsip Syari‟ah berdasarkan persetujuan Bank
Indonesia.14
Dan adapaun pelarangan dalam kegiatan operasionalnya berdasarkan UU
No. 21 Tahun 2008 adalah :
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip Syari‟ah.
b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang
asing dengan izin Bank Indonesia.
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk asuransi Syari‟ah.
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pemiayaan Rakyat Syari‟ah.
f. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah diatur dalam
Undang-Undang.15
4. Perbedaan BPRS dengan BPR
Sebelum lahirnya BPRS di Indonesia, masyarakat terlebih dahulu
mengenal adanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut UU No. 21 Tahun
2008 disebutkan bahwa BPR adalah bank konvensional yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana
BPR konvensional masih menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya.
Maka dari itu, harus dibedakan antara BPR Konvensional dan BPRS.
14
Khotibul Umam, Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca UndangUndang
Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi). (Yogyakarta : BPFE Yogayakrta,
2009), h.53-54. 15
Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.200.
18
Perbedaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebagai berikut:16
a. Akad dan aspek legalitas. Dalam BPRS akad yang dilakukan memiliki
konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam. Sering, nasabah berani melanggar kesepakatan/
perjanjian yang telah dilakukan bila hukum hanya berdasarkanhukum
positif.
b. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam struktur organisasinya yang
bertujuan mengawasi praktik operasional BPRS agar tidak menyimpang
dari prinsip syariat.
c. Penyelesaian sengketa yang terjadi dapat diselesaikan melalui Badan
Arbitrase Syariah maupun Pengadilan Agama.
d. Bisnis dan usaha yang dibiayai tidak boleh bisnis yang haram, syubhat
ataupun dapat menimbulkan kemadharatan bagi pihak lain.
e. Praktik operasional BPRS, baik untuk penghimpunan meupun penyaluran
pembiayaan, menggunakan sistem bagi hasil dan tidak menggunakan
sistem bunga.
B. Pertumbuhan Ekonomi
1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makroekonomi yang menjadi
sasaran utama untuk dicapai pemerintah. Bila tercipta pertumbuhan ekonomi,
mengindikasikan berbagai sisi kegiatan ekonomi mengalami peningkatan
sehingga dicapai tingkat produksi dan aktivitas yang lebih tinggi. Jika terjadi
pertumbuhan ekonomi optimal, berarti aktivitas perekonomian akanmeningkat
yang ditandai dengan kenaikan pemanfaatan sumber daya dan dana yang
tersedia.17
16
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: UPP AMP, 2002), h. 56. 17
Prasetyo Ardi Nugroho, “Analisis Ekspor, Kurs Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Nilai Pendapatan Domestik BrutoIndonesia Tahun 1970 – 2013(Suatu Pendekatan
ModelVECM)”. (Karya Ilmiah Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
2013), h.2.
19
Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila jumlah balas jasa rill terhadap penggunaan faktor–faktor
produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada tahun sebelumnya.18
Pertumbuhan ini merupakan ciri optimalisasi bagi fungsi kesejahteraan
masyarakat Pertumbuhan ekonomi diukur dari tingkat pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) untuk lingkup nasional dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) untuk lingkup wilayah. Selain dipengaruhi faktor internal,
pertumbuhan ekonomi suatu negara juga dipengaruhi faktor eksternal,
terutama setelah era ekonomi yang semakin mengglobal. Secara internal, tiga
komponen utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam suatu periode
yaitu :19
Dimana:
Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)
PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga
konstan)
PDBRt-1 = PDBR satu periode sebelumnya
18
Ali Rama, “Perbankan Syariah Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”Jurnal
Signifikan, Vol. 2, 1(2013), h.35-36. 19
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. Teori Makro Suatu Pengantar. (Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI, 2008), h.178.
20
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori pertumbuhan Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua ekonom
sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F.Harrod. Teori Harrod-
Domar ini mempunyai asumsi yaitu :
1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (Full Employment)
dan barang-barang modal yang terdiri dari dalam masyarakat
digunakan secara penuh,
2) Perekonomian terdiri dari dua sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4) Kecenderungan untuk menabung (marginal property to save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-
output ratio = COR ) dan rasio pertambahan modal-output
(incremental capital-output ratio = ICOR)
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu
proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti
barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan
perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan
stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-
output (COR)
Dalam teori ini disebutkan bahwa jika ingin tumbuh, perekonomian harus
menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari ouput totalnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat
perekonomian itu akan tumbuh.20
20
Lincolin Arsyad,Ekonomi Pembangunan (UPP STIM YKPN Edisi 5, 2010), h. 64-67.
21
b. Teori pertumbuhan Neoklasik (Solow-swan)
Teori pertumbuhan ini dikembangkan oleh Robert Solow dan Trevor
Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan
penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi
modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan pada
analisis klasik, bahwa perekonomian akan tetap mengalami kesempatan kerja
penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya
digunakan sepanjang waktu.
Selanjutnya menurut teori ini, rasio modal terhadap output (capital/output
ratio = COR) dapat berubah dan bersifat dinamis. Untuk menciptakan
sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda
dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan
yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan maka tenaga kerja
yang dibutuhkan lebih sedikit, sebaliknya jika modal yang digunakan lebih
sedikit maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya
fleksibilitas ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas
dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan digunakan
untuk menghasilkan tingkat output tertentu.
Teori pertumbuhan Solow-Swan dapat dituliskan dalam persamaan
berikut:
Qt = Tta.Kt.L
bt
Keterangan:
Qt = tingkat produksi pada tahun t
Tt = tingkat teknologi pada tahun t
Kt = jumlah stok barang modal pada tahun t
Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t
a = penambahan output yang diciptakan oleh penambahan satu unit modal
b = penambahan output yang diciptakan oleh penambahan satu unit tenaga
kerja
Nilai Tt, a dan b bisa diestimasi secara empiris, tetapi pada umumnya nilai
a dan b ditentukan besarnya dengan menganggap bahwa a + b = 1 yang berarti
22
bahwa a dan b nilainya sama dengan produksi batas dari masing-masing
faktor produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan dengan
melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output.21
C. Produk Domestik Bruto (PDB)
1. Konsep Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator penting
untuk mengetahui perkembangan perekonomian di suatu negara dalam suatu
periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha di suatu negara tertentu dalam periode tertentu. Jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang disediakan dari produksi harus sama dengan
nilai barang yang digunakan.22
Menurut Bank Dunia, Gross Domestic Product (GDP) atau Produk
Domestik Bruto merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional
atas output barang dan jasa. GDP sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari
kinerja perekonomian. Pertumbuhan GDP merupakan dasar dari pengukuran
pertumbuhan ekonomi, karena GDP pada harga konstan dapat diestimasikan
dengan mengukur total kuantitas barang dan jasa yang diproduksi pada suatu
periode, menilai mereka pada harga tahun dasar dan mengurangi biaya input
menengah, juga dalam harga yang konstan.23
21
Fabya, “Analisis Pengaruh Perkembangan Sektor keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia” (Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor, 2011), h.11-12. 22
Departemen Statistik Bank Indonesia, Meta Data Produk Domestik Bruto, (www.Bank
Indonesia.com, 2016) 23
Dina Acyuninda dan Umanto Eko P. “Analisis Hubungan Antara Inflasi Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Menggunakan Pendekatan Kointegrasi Dan Kausalitas
Granger Pada Periode 2000-2012 “ (Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Fisip UI, 2013), h.4.
23
2. Perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)
Perhitungan Produk Domestik Bruto secara konseptual menggunakan tiga
macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan.
c. Pendekatan Produksi:
Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai tambah atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah
suatu negara dalam jangka waktu tertentu (umumnya triwulan dan
tahunan). 17 lapangan usaha, yaitu: (1) pertanian, kehutanan dan
perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4)
pengadaan listrik, (5) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur
ulang, (6) konstruksi, (7) perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil &
sepeda motor, (8) transportasi dan pergudangan, (9) penyediaanakomodasi
dan makan minum, (10) informasi dan komunikasi, (11) jasa keuangan dan
asuransi, (12) real estate, (13) Jasa Perusahaan, (14) administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, (15) jasa pendidikan,
(16) jasa kesehatan dan kegiatan lainnya dan (17) jasa lainnya
b. Pendekatan Pengeluaran:
(1). Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga (2). Pengeluaran Konsumsi
LNPRT (3). Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (4) Pembentukan modal
tetap domestik bruto (5). Perubahan inventori, (6) Ekspor Barang dan Jasa
(7) Impor barang dan jasa.
c. Pendekatan Pendapatan:
Produk Domestik Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang
dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan;
semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung
lainnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak
tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
24
Selama ini, data PDB yang dipublikasikan oleh BPS menggunakan
pendekatan produksi (lapangan usaha) dan pendekatan pengeluaran
(penggunaan). Pengumpulan data PDB dilakukan sebagai berikut:
1. Untuk PDB sektoral, data dikumpulkan dari departemen/instansi terkait.
Data yang dikumpulkan dari setiap sektor antara lain berupa data produksi,
data harga di tingkat produsen, dan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi,
serta data pengeluaran, yang diperoleh baik melalui survei maupun estimasi.
2. Untuk PDB pengeluaran, data dikumpulkan departemen/intansi terkait yang
secara resmi mengeluarkan data (seperti ekspor-impor, pengeluaran dan
investasi pemerintah, serta investasi swasta) dan melalui survei-survei khusus
(seperti survei khusus pengeluaran rumah tangga). 24
D. Pembiayaan BPRS
1. Konsep Pembiayaan BPRS
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.
Pembiayaan di BPR Syari‟ah Pembiayaan merupakan salah satu tugas
pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.25
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:26
24
Departemen Statistik Bank Indonesia, Meta Data Produk Domestik Bruto, (www.Bank
Indonesia.com , 2016) 25
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,
2011), h.160. 26
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
25
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual-beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.
d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi
jasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan atau bank syariah dan/atau
Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau
bagi hasil.
Dalam pelaksanaan pembiayaan, Bank Syari‟ah harus memenuhi:27
Aspek
Syari‟ah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para nasabah Bank
Syari‟ah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara lain tidak
mengandung unsur maisir, gharar, dan riba serta usahanya harus halal). Aspek
ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal-hal Syari‟ah, Bank
Syari‟ah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank
Syari‟ah maupun bagi nasabah bank Syari‟ah.
Tujuan Pembiayaan adalah sebagai berikut:28
a. Peningkatan ekonomi umat
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha
c. Meningkatkan produktifitas
d. Membuka lapangan kerja baru
e. Terjadi distribusi pendapatan
27
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah(Yogyakarta: UPP AMP, 2002), h. 16 28
Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002), h.20.
26
Dan fungsi pembiayaan sebagai berikut :29
a. Meningkatkan daya guna uang
Dengan menyalurkan pendanaan kepada masyarakat khususnya kepada
para pengusaha yang mampu memperbesar usahanya baik untuk
peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha
rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Maka dana yang diterima oleh
BPRS tidak mengendap melainkan bermanfaat bagi masyarakat luas dan
peningkatan produktivitas secara menyeluruh.
b. Meningkatkan daya guna barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat memprodusir bahan
mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat.
Selain itu produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan
barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih
bermanfaat. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi
oleh keuangan para distributor saja dan oleh karenanya mereka
memerlukan bantuan permodalan dari bank berupa pembiayaan.
c. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-kangkah stabilisasi pada
dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk pengendalian inflasi,
peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana, pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan pokok rakyat. Untuk menekan arus inflasi terlebih lagi untuk
usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan
penting.
d. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk
meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit.
Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata
dikembalikan lagi ke dalam struktur permodalan, maka peningktan akan
berlangsung terus-menerus. Dengan pendapatan yang terus meningkat
29
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2014), h. 304-307.
27
berarti pajak perusahaanpun akan terus bertambah. Di lain pihak
pembiayaan yang disalurkan untu merangsang pertambahan kegiatan
ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa keuangan Negara.
Disamping itu, dengan makin efektifnya kegiatan swasembada kebutuhan-
kebutuhan pokok, berarti akan dihemat devisa keuangan Negara, akan
dapat diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan ataupun ke sektor-sektor
lain yang lebih berguna.
Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan
buruh/karyawan mengalami peningkatan pendapatan,maka pendapatan
Negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan
penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang, sehingga langsung
atau tidak, melalui pembiayaan, pendapatan nasional bertambah.
Secara garis besar, pembiayaan dibagi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk
pembiayaan rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan
apapun yang sifatnya konsumtif.
b. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja,
pembiayaan pembeliaan barang modal dan lainnya yang mempunyai
tujuan memberdayakan sektor riil. Salah satu fungsi utama dari perbankan
adalah menyalurkan dana yang telah dihimpunnya kepada masyarakat
melalui pembiayaan kepada nasabah.
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokan menurut
beberapa aspek, diantaranya:30
30
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah(Yogyakarta: UPP AMP, 2002), h. 22.
28
a. Pembiayaan menurut tujuan, yaitu :
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
2) Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
b. Pembiayaan menurut jangka waktu, yaitu :
1) Pembiayaan jangka pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1
bulan sampai dengan 1 tahun.
2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu lebih dari 5 tahun.
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva
produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu:
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi: (1) Pembiayaan murabahah, (2) Pembiayaan
musyarakah.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi: (1) Pembiayaan murabahah, (2) Pembiayaan
salam, (3) Pembiayaan istishna.
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip
ini meliputi: (1) Pembiayaan ijarah, (2) Pembiayaan ijarah muntahiya
bittamlik/wa iqtina.
2. Hubungan pembiayaan BPRS terhadap pertumbuhan ekonomi
Salah satu ciri utama perbankan syariah yang berdampak positif terhadap
pertumbuhan sektor riil dan ekonomi yaitu bahwa lembaga keuangan syariah
lebih menekankan pada peningkatan produktivitas. Lembaga keuangan syariah
adalah lembaga keuangan yang menekankan konsep aset & production based
system (sistem berbasis aset dan produksi) sebagai ide utamanya.
29
Mudharabah dan musharakah adalah cerminan utama dari ide tersebut.
Melalui pola pembiayaan seperti itu maka sektor riil dan sektor keuangan akan
bergerak secara seimbang. Akibatnya semakin tumbuh perbankan syariah
maka akan semakin besar kontribusinya terhadap kinerja dan pertumbuhan
ekonomi. Jumlah kemiskinan dan pengangguran secara langsung akan teratasi
melalui kinerja ekonomi yang baik.
Paradigma dalam konsep keuangan dan perbankan syariah adalah risk
sharing yaitu mendorong para deposan dan pihak bank untuk sama-sama
berbagi risiko bisnis. Konsep ini akan membuat para deposan untuk berhati-
hati dalam memilih bank, dan sekaligus memotivasi manajemen bank untuk
berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan atau dalam melakukan investasi.
Oleh karenanya, keuangan syariah lebih menekankan pada jenis pembiayaan
ekuitas (equity financing). Jenis pembiayaan ini lebih diprioritaskan. Hal ini
dikarenakan melalui pola ini pemilik dana akan ikut berpartisipasi dalam
risiko sehingga mereka akan berhati-hati dalam mengelola risiko dan tetap
melakukan pengawasan terhadap aktivitas pihak peminjam.
Model pembiayaan lainnya adalah pembiayaan berbasis jual beli (sale-
based modes of financing). Model pembiayaan perbankan syariah ini akan
sangat mendukung peningkatan produksi barang dan jasa secara riil.
Akhirnya, konsep bagi hasil (musyarakah dan mudharabah) dan jual beli serta
sewa akan berdampak terhadap pertumbuhan sektor ekonomi riil dan pada
akhirnya mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi secara nasional.31
Oleh karena setiap klasifikasi pembiayaan memiliki keterkaitan hubungan
dengan pertumbuhan ekonomi maka dalam penelitian ini tidak menggunakan
data pembiayaan berdasarkan klasifikasinya melainkan pembiayaan secara
keseluruhan yaitu total pembiayaan. Hal ini juga dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, salah satunya adalah Ali Rama tahun 2013 dan Fiqi Asta tahun
2016.
31
Ali Rama, “Perbankan Syariah Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”Jurnal
Signifikan, Vol. 2, 1(2013), h.35-36.
30
E. Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS
1. Konsep dana pihak ketiga
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat,
baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan
menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank.
Dana masyarakat merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini
sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak - pihak yang
kelebihan dana dalam masyarakat.32
Menurut peraturan Bank Indonesia No,10/19/PBI/2008 menjelaskan, dana
pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank
kepada penduduk dalam rupiah dan valuta asing. Umumnya dana yang
dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan
aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit.
Pada umumnya penghimpunan dana pihak ketiga pada BPRS meliputi
tabungan dan deposito syariah. Adapun yang dimaksud tabungan dan deposito
syariah adalah tabungan dan deposito yang dijalankan sesuai dengan prinsip
syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa
yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah yang berprinsip
wadiah dan mudharabah. Sedangkan deposito yang dibenarkan adalah yang
berprinsip mudharabah. 33
2. Hubungan Dana Pihak Ketiga terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Dana merupakan hal terpenting bagi sebuahperusahaan, termasuk bagi
bank. Kegiatanoperasional bank baru dapat dilakukan jika dana,telah
32
Ni Made Elin Sukmawatiida Bagus Anom Purbawangsa, “Pengaruh Pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga, Pertumbuhan Kredit, Risiko Kredit, Likuiditas, Dan Kondisi Ekonomi Terhadap
Profitabilitas” (Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia, 2016),
h.5408. 33
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta:PT. Raja
Grafindo persada,2013), h. 357.
31
tersedia.34
Menurut Dendawijaya, 80%-90% dana yang dimiliki bankberasal
dari dana pihak ketiga. Denganmenawarkan berbagai produk-
produksimpanannya, bank berusaha untuk menarik minatpihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana untukmenyimpan uangnya di bank.35
Dengan begitu
akan semakin bervariatifnya produk-produk penyaluran dana produktif atau
nonproduktif bila dana pihak ketiganya terhimpun dengan baik.Namun
menurut, Paradoks of thrift dari Keynes menyatakan bahwa ketika tabungan
atau dana yang tersimpan meningkat, hal tersebut akan mengurangi
pertumbuhan ekonomi dalam hal ini adalah pendapatan masa yang akan
datang.36
Dan untuk melihat hubungan Dana Pihak Ketiga BPRS terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia penelitian ini menggunakan total dana pihak
ketiga BPRS agar terlihat keseluruhan dana yang tersimpan pada BPRS dan
hal ini juga dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
F. Total Aset BPRS
1. Konsep Aset
Ukuran perusahaan (Firm size) menggambarkan besar kecilnya
suatuperusahaan yang dapat diproksikan melalui total aktiva, total penjualan
bersih, jumlah pekerja atau nilai tambah (value added) Dalam penelitian ini
ukuran perusahaan dilihat beradasarkan total asetyang dimiliki perusahaan.
Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan.37
Dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) yang berlaku di
Indonesia disebutkan bahwa aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan
menghasilkan manfaat ekonomis dimasa depan bagi perusahaan. Secara umum
34
Malayu S.P Hasibuan,Dasar-dasarPerbankan(Jakarta: Bumi Aksara,2011), h.56. 35
Lukman Dendawijaya, ManajemenPerbankan(Bogor: Ghalia Indonesia2005), h.49. 36
Predi Muliansyah, “Hubungan Dana Pihak Ketiga di Perbankan dan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia, tahun 1990-2010”(Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ,2012), h.57. 37
Hardi Novian, “Pengaruh Bopo, Car, Lar Dan Firm Size Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2012”, (Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2015), h. 7.
32
Klasifikasi aset pada neraca dikelompokkan menjadi aset lancar (Current
Asets) dan aset tidak lancar (noncurrent asets).
2. Hubungan Aset sebagai cerminan ukuran perusahaan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Perusahaan dengan size yang lebih besar memiliki penjualan lebih besar
(akibatnya pelanggan lebih banyak), modal lebih besar (pemegang sahamnya
dan atau kreditor lebih banyak), karyawan lebih banyak (orang yang terlibat
lebih banyak). Dengan kata lain semakin besar perusahaan semakin besar yang
terlibat atau yang berkepentingan, dan perusahaan lebih besar biasanya
merupakan target pusat perhatian.
Perusahaan yang lebih besar juga lebih mungkin memperhatikan kinerja
yang lebih baik, karena mereka cenderung sebagai subyek terhadap penelitian
publik yang lebih cermat sehingga perlu merespon lebih terbuka terhadap
permintaan stakeholders. Jadi perusahaan yang lebih besar diperkirakan akan
memberikan pengungkapan informasi labih banyak bila dibandingkan dengan
perusahaan yang size-nya (ukuranya) lebih kecil.
Perusahaan dengan size yang lebih besar umumnya lebih banyak menjadi
pusat perhatian dibanding dengan size yang lebih kecil karena disamping
melibatkan lebih besar stakeholders juga dampak yang ditimbulkan oleh
perusahaan tersebut sangat luas dan besar.
Oleh karena itu perusahaan dengan size yang lebih besar memiliki inisiatif
untuk mengungkapkan lebih banyak informasi bila dibandingkan dengan
perusahaan yang size-nya lebih kecil untuk mendapatkan legitimasi dari
stakeholders, karena begaimanapun juga kelangsungan hidup perusahaan
tergantung pada harmonisnya hubungan dengan stakeholders.38
Begitu pula dengan BPRS semakin besar size nya maka semakin tinggi
BPRS mengelola dananya semakin baik kesejahteraan stakeholders. Maka akan
38
Muhammad Arfan dan Ira Antasari, “Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, Dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba Pada Emiten Manufaktur Di Bursa
Efek Jakarta” Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, Vol. 1, No. 1, (2008), h.51.
33
meningkatkan pula konsumsi masyarakat yang mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Fiqi tahun 2016 variabel aset dalam
perbankan mempunyai hubungan kausalitas terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
G. Inflasi
1. Konsep Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang
dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Definisi lain
inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaikkan secara umum
dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu
atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada (atau mengakibatkan kenaikkan) sebagian besar dari harga barang-
barang lain.39
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi permintaan demand-
pullinflation dan cost-push inflation. Cost-push inflation disebabkan oleh
turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi
dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara
yang bersangkutan jatuh, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan
kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat, dan sebagainya. Demand-pull
inflation dapat disebabkan oleh adanya kenaikan permintaan agregat (AD)
yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran produksi
agregat40
.
a. Teori Inflasi Konvensional
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat
39
Budiono, Ekonomi Moneter(Yogyakarta: Penerbit BPFE UGM, 2009), h.167. 40
Ibid, h.249
34
dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit
perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Definisi inflasi oleh para
ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang
harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-
barang/komoditas dan jasa.41
Sebaliknya jika yang terjadi adalah penurunan
nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa
didefinisikan sebagai deflasi (deflation). Inflasi diukur dengan tingkat inflasi
(rate on inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum.
Persamaanya adalah sebagai berikut:
Para ekonom cenderung lebih senang menggunakan „Implicit Gross
Domestic Product Deflator‟ atau GDP Deflator untuk melakukan pengukuran
tingkat inflasi. GDP Deflator adalah rata-rata harga dari seluruh barang
tertimbang dengan kuantitas barang-barang tersebut yang betul-betul dibeli.
Perhitungan dari GDP Deflator ini sangat sederhana, persamaannya adalah
sebagai berikut:
b. Teori Inflasi Islam
Menurut Al-Maqrizi peristiwa inflasi merupakan sebuah fenomena alam
yang menimpa kehidupan masyarakat di seluruh dunia sejak masa dahulu
hingga sekarang. Inflasi, menurutnya, terjadi ketik harga-harga secara umum
mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Pada saat ini, persediaan
barang dan jasa mengalami kelangkaan dan konsumen, karena sangat
41
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2014), h.135.
35
membutuhkannya, harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah
barang dan jasa yang sama.42
Dalam uraian berikutnya, Al-Maqrizi membahas permasalahan inflasi
secara lebih mendetail. Ia mengklarifikasikan inflasi berdasarkan faktor
penyebabnya ke dalam dua hal, yaitu inflasi yang disebabkan oleh faktor
alamiah dan inflasi yang disebabkan oleh kesalahan manusia.
1. Inflasi Alamiah
Sesuai dengan namanya, inflasi ini disebabkan oleh berbagai macam
faktor alamiah yang tidak bisa dihindari umat manusia. Menurut Al-Maqrizi,
ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan makanan dan hasil bumi
lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-barang tersebut
mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi kelangkaan. Ketika
terjadi kelangkaan otomatis harga-harga melambung tinggi. Akibatnya,
transaksi ekonomimengalami kemacetan, bahkan berhenti sama sekali, yang
pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit dan kematian
dikalangan masyarakat.Keadaan yang semakin memburuk tersebut memaksa
rakyat untuk menekan pemerintah agar segera memperhatikan keadaan
mereka. Untuk menanggulangi bencana itu, pemerintah mengeluarkan
sejumlah besar dana yang mengakibatkan perbendaharaan negara mengalami
penurunan drastis di sisi lain, pemerintah tidak memperoleh pemasukan yang
berarti. Dengan kata lain, pemerintah mengalami defisit anggaran dan negara,
baik secara politik, ekonomi, maupun sosial, menjadi tidak stabil yang
kemudian menyebabkan keruntuhan sebuah pemerintahan.
Natural Inflation (Inflasi Alamiah) dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:
a) Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana nilai
ekspor (X) naik sedangkan nilai impor (M) turun, sehingga net export
42
AdiwarmanKarim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004), h.390.
36
nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif
(AD).
b) Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS) karena terjadi paceklik, perang,
ataupun embargo dan boycott. Secara grafis, hal ini dapat digrafikan sebagai
berikut:
2. Inflasi Karena Kesalahan Manusia
Selain faktor alam, Al-Maqrizi juga menyatakan bahwa inflasi dapat
terjadi akibat kesalahan manusia. Ia telah mengidentifikasi tiga hal yang baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama menyebabkan terjadinya inflasi
ini. Ketiga hal tersebut adalah korupsi dan administrasi yang buruk, pajak
yang berlebihan dan peningkatan sirkulasi mata uang fulus.
Adapun dampak yang di timbulkan oleh inflasi adalah sebagai berikut :43
1. Dampak terhadap pendapatan (equity effect)
Efek terhadap pendapatan adalah terjadinya pendapatan yang tidak merata.
Ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan.
2. Dampak terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Dengan
adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang
lebih besar dari barang yang lain, yang kemudian produksi barang tersebut
mengalami kenaikan. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan
mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.
3. Dampak terhadap ouput (output effect)
Disaat laju inflasi sangat tinggi maka akan mengurangi output nasional.
Karena dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai mata uang riil turun dengan
43
Ahmad Tabrizi, “ analisis pengaruh variabel makro terhadap non performing financing
bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2005-2013” (Skripsi S1 universitas islam negeri
syarif hidayatullah Jakarta, 2014), h.38-39.
37
drastis, masyarakat cenderung tidak suka memegang uang kas, transaksi
mengarah kearah barter, yang biasanya diikuti dengan penurunan produksi
barang.
2. Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Pada prinsipnya tidak semua inflasi berdampak negatif pada
perekonomian. Terutama jika terjadi inflasi ringan di bawah sepuluh persen.
Inflasi ringan justru dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal
ini karena inflasi mampu memberi semangat pada pengusaha, untuk lebih
meningkatkan produksinya. Pengusaha bersemangat memperluas produksinya,
karena dengan kenaikan harga yang terjadi para pengusaha mendapat lebih
banyak keuntungan. Selain itu, peningkatan produksi memberi dampak positif
lain, yaitu tersedianya lapangan kerja baru. Inflasi akan berdampak negatif
jika nilainya melebihi sepuluh persen. Dengan adanya inflasi maka kenaikan
tingkat inflasi menunjukkan adanya suatu pertumbuhan perekonomian, namun
dalam jangka waktu panjang maka tingkat inflasi yang tinggi sangat
memberikan dampak yang sangat buruk. Dengan tingginya tingkatinflasi hal
ini yang menyebabkan barang domestik relatif lebih mahal bila dibadingkan
dengan harga barang import.44
Tingkat inflasi yang tinggi dan tidak stabil cenderung memberi dampak
negatif kepada kondisi sosial ekonom masyarakat yang pada akhirnya
mengganggu stabilitas perekonomian, sosial, politik, pertahanan dan kemanan
suatu negara. Dengan demikian, kestabilan inflasi sangat penting dan menjadi
syarat utama bagi pertumbuhan ekonomi yang positif dan
berkesinambungan,yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, pentingnya pengawasan dan
pengendalian inflasi oleh berbagai pihak terutama oleh pemerintah.
44
Aziz Septiatin, dkk, “Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Pengangguran Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”. I-Economic, Vol. 2, 1, (2016), h.51-53.
38
Di Indonesia, pengendalian inflasi dilakukan oleh pemerintah dengan
koordinasi beberapa pihak sepert Bank Indonesia, Kementerian Keuangan,
Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota), lembaga keuangan dan pihak
perbankan baik itu BUMN ataupun swasta Salah satu kebijakan untuk
mengendalikan inflasi adalah penentuan BI Rate, kebijakan kestabilan
kurs, dan lain-lain.45
Selain mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, inflasi juga berdampak pada
perkembangan BPRS itu sendiri. Penjelasan Soebagio (2005) yang
menyatakan bahwa inflasi pada umumnya memberikan dampak yang kurang
baik pada perekonomian. Menurutnya sebagai akibat dari kepanikan
masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga barang-barang yang naik terus
menerus dan perekonomian tidak berjalan normal, disatu sisi ada masyarakat
yang berlebihan memborong barang karena memiliki cukup uang dan
khawatir jika tidak segera dibelanjakan maka pembelanjaan selanjutnya akan
terkena biaya harga yang mahal, sementara yang kekurangan uang tidak dapat
membeli barang, akibatnya Negara rentan terhadap segala macam kekacauan
yang ditimbulkannya. Sebagai akibat kepanikan tersebut, masyarakat
cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang
sehingga banyak bank yang di rush, akibatnya bank kekurangan dana dan
berdampak pada penutupan bank atau rendahnya dana investasi yang ada.46
Dan yang paling beresiko untuk BPRS adalah setelah inflasi masyarakat
sebagai debitur BPRS kehilangan kemampuannya untuk membayar angsuran
sebab sebagian besar atau bahkan seluruh penghasilannya sudah digunakan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga akibat dari harga-harga yang
meningkat. Maka ini akan meningkatkan angka Non Performing Financing
(NPF) pada BPRS. NPF yang tinggi akan berdampak pada performa BPRS
45
Lexy Janzen Sinay, “Pendekatan Vector Error Correction Model Untuk Analisis
Hubungan Inflasi, Bi Rate Dan Kurs Dolar Amerika Serikat”, Jurnal Barekeng, Vol. 8, 2, (2014),
h.10. 46
Ahmad Tabrizi, “ analisis pengaruh variabel makro terhadap non performing financing
bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2005-2013” (Skripsi S1 universitas islam negeri
syarif hidayatullah Jakarta, 2014), h.54.
39
dimata masyarakat dan akan pada jangka waktu yang panjang berdampak pula
pada terhambatnya perkembangan BPRS.
H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
Tabel 2. 1Review Studi Terdahulu
No Peneliti Isi Perbedaan
1. Penulis:
Ali Rama
(Jurnal Signifikan
Vol.2 No. 1 April
2013, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)
Judul:
Perbankan Syariah
dan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Tahun:
2013
Tujuan:
Menguji secara empiris
hubungan dinamis antara
perkembangan perbankan
syariah (Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha syariah), pasar
modal, perdagangan, inflasi
dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dengan
menggunakan data time
series.
Metode Penelitian:
Model Vector Autoregression
Hasil:
Uji kausalitas granger
menunjukan bahwa terdapat
hubungan dua arah antara
pertumbuhan ekonomi dengan
bank syariah Indonesia.
Temuan ini sesuai dengan
hipotesis dua arah. Hasil VDs
menunjukan bahwa variasi
Penulis lebih
mengkhususkan
kembali yang
menjadi objek
penelitian, yaitu
BPRS. Hal ini
dikarenakan
karakteristik Bank
Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah
berbeda dengan
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.
Variabel yang
dipakai pun
berbeda. Serta ada
penambahan dalam
metode yang
dipakai. Yaitu
Impulse Respon
Function (IRF) dan
Variance
Decompotion
(VD).
40
pertumbuhan ekonomi sangat
tergantung pada variasinya
sendiri. Penelitian ini juga
menemukan bahwa variasi
pembiayaan bank syariah
dapat menjelaskan secara
signifikan variasi
pertumbuhan ekonomi.
2. Penulis:
Inggrid
(Jurnal Manajemen
dan Kewirausahaan
Vol.8, No.1, Maret
2006:40-50)
Judul:
Sektor Keuangan dan
Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia:
Pendekatan
Kausalitas dalam
Multivariate Vector
Error Correction
Model (VECM)
Tahun:
2006
Tujuan:
Menginvestigasi peranan
sektor keuangan dalam
memicu pertumbuhan
ekonomi di negara
berkembang, seperti
Indonesia.
Metode Penelitian:
Kausalitas dalam Multivariate
Vector Error Correction
Model (VECM)
Hasil:
Dalam jangka panjang,
terdapat hubungan
ekuilibrium antara
perkembangan sektor
keuangan dan output riil. Uji
kausalitas Granger
menunjukkan bi-directional
causality diantaraoutput riil
Variabel dan
Obyek yang
digunakan berbeda.
Serta ada
penambahan dalam
metode yang
dipakai. Yaitu
Impulse Respon
Function (IRF) dan
Variance
Decompotion
(VD).
41
dan volume kredit serta one-
way causality yang berasal
dari spread menuju output riil.
Hasil dari Vector Error
Correction Model (VECM)
cenderung mendukung
hipotesis bahwa sistem
keuangan dapat menjadi
mesin pertumbuhan di negara
ini.
3. Penulis:
M. PutraRizki
Fakhrudin
(Jurnal ekonomi dan
Kebijakan Publik
Volume 2 Nomor 1,
Mei 2015 ISSN. 2442-
7411)
Judul:
Intermediasi
Perbankan Syariah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Tahun:
2015
Tujuan:
Menginvestigasi fungsi
intermediasi Perbankan
Syariah terhadap pertumbuhan
ekonomi diIndonesia dalam
periode penelitian 2000:Q4
sampai 2012:Q4.
Metode Penelitian:
Model VECM (Vector Error
Correction Model)
Hasil:
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembiayaan yang
disalurkan oleh perbankan
syariah berpengaruh terhadap
pertumbuhan sektor riil,
pertumbuhan ekonomi dan
Variabel dan
Obyek yang
digunakan
berbeda. Periode
yang digunakan
lebih lama karena
menggunakan
bulanan dan VAR
ata VECM lebih
baik jika
digunakan dalam
periode yang lebih
lama.
42
perkembangan SBIS.
4. Penulis:
Fiqi Asta Caraka
(Skripsi Jurusan
Keauangan Syariah
Faultas konomi dan
Bisnis
IslamUniversitas
Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta)
Judul :
Kontribusi Sektor
Perbankan Syariah
Terhadap
Pertumbuhan konomi
di Indonesia Periode
Tahun 2004:1-2013:4
Tahun:
2016
Tujuan:
Menganalisis hubungan
(kontribusi) kausalitas
pembiayan Bank Syariah,
Jumlah Deposit, dan Jumlah
Aset dengan pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Metode Penelitian:
Model Granger Causality
Hasil:
Hasil analisis Granger
Causality ada hubungan
(kontribusi) kausalitas antara
pembiyaaan Bank Syariah
dengan pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Penelitian ini tidak
hanya melihat dari
uji kausalitasnya
saja tetapi juga
Impulse Respon
Function (IRF)
dan Variance
Decompotion
(VD)
Dari VAR/VECM.
Dan ada
penambahan
variabel yaitu
variabel inflasi
sebagai variabel
kontrol.
5. Penulis:
Departemen
Pengembangan
Pengawasan dan
Manajemen Krisis
(Otoritas Jasa
Keuangan)
Tujuan:
Penelitian ini dilakukan dalam
dua tahapan, yaitu: 1)
menganalisis bagaimana
semua kredit sektor produktif
(17 sektor menurut klasifikasi
SPI) berdampak
pada pertumbuhan ekonomi
Variabel yang
digunakan tidak
hanya berfokus
pada pembiayaan
tetapi juga DPK
dan aset sebagai
cerminan
pertumbuhan
43
Judul :
Potensi Pertumbuhan
Ekonomi ditinjau dari
Penyaluran Kredit
Perbankan Kepada
Sektor Prioritas
Ekonomi Pemerintah
Tahun:
2015
secara nasional. 2)
menganalisis dampak kredit
sektor prioritas sesuai agenda
pembangunan nasional
(pertanian, perikanan,
konstruksi,
pertambangan dan industri
pengolahan) terhadap
pertumbuhan ekonomi
regional tingkat
provinsi.
Metode Penelitian:
Analisis pada tahapan pertama
dilakukan menggunakan
metode analisis runtun
waktu (time series analysis)
berbasis model VAR (vector
autoregressive), sedangkan
tahapan kedua menerapkan
analisis data panel terhadap
data panel provinsi yang
bersifattriwulanan dari
triwulan pertama tahun 2010
hingga triwulan keempat
tahun 2014.
Hasil:
Hasil empiris pada tahapan
pertama tidak menunjukkan
tanda hubungan
BPRS. Dan sektor
yang digunakan
tidak keseluruhan
sektor ekonomi
melainkan BPRS
saja.
44
yang stabil antara kredit
sektor prioritas terhadap
pertumbuhan ekonomi secara
nasional. Dan tahapan kedua
lebih dapat terlihat
dampaknya sesuai
provinsinya.
I. Kerangka Pemikiran
Peranan sektor keuangan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Seperti yang dijelaskan pada latar belakang penelitian ini Badan Pusat Statistik
(BPS) merilis data bahwa pada 2016 sektor produksi yang paling berkontribusi
adalah jasa keuangan dan asuransi. Dan meskipun BPRS bergerak pada industri
kecil menegah namun, dengan pengelolaan yang baik dan penanganan
permasalahan yang tepat maka tidak menutup kemungkinan bahwa BPRS juga
berpotensi memiliki kontribusi untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Karena dalam pembangunansuatu Negara diperlukan pergerakan yang tidak
hanya timbul dari industri besar tetapi industri kecil yang dilakukan secara masal
dan bersama-sama juga akan memiliki pengaruh besar terlebih lagi Indonesia
sudah memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sejak tahun 2015 lalu. Maka
diperlukan lembaga keuangan yang dapat membuat masyarakat lebih bankable
dalam memenuhi kebutuhan modalnya sehingga dapat bertahan dalam persaingan
pasar bebas ini.
Maka dalam penelitian ini akan dianalisis potensi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi indonesia periode
tahun 2010-2016. Dengan menggunakan 4 (empat) variabel independen yaitu total
pembiayaan, total dana pihak ketiga, total aset sebagai cerminan dari BPRS dan
variabelkontrol yang digunakan adalah inflasi. Sedangkan untuk mencerminkan
pertumbuhan ekonomi maka digunakan variabel dependen yaitu Produk Domestik
45
Bruto (PDB) dan metode statitstik yang digunakan adalah VAR atau VECM.
Berikut tahapan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. 1Sistem kerangka pemikiran
Input Data time series LNPDB (Y), LNTP(X1), LNDPK(X2), LNASET(X3),
INF (X4) periode 2010-2016
Uji
Unit
Root
Stasionaritas
pada level
Stasionaritas
pada 1st
Difference
Uji Lag
Optimu
m
Uji Kointegrasi VECM
VAR 1st
Difference
1. Impulse
Respon
Function
(IRF)
2. Variance
Decompotion
(VD)
Analisis dan Kesimpulan
Tidak Iya
a
Tidak
Iya
Uji
Kausalitas
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh variabel internal yang
merupakan kondisi dari pertumbuhan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
seluruh Indonesia yaitu variabel Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak
Ketiga (LNDPK) dan Total Aset (LNASET) terhadap pertumbuhan ekonomi yang
dicerminkan oleh nilai Produk Domestik Bruto (LNPDB) Indonesia dengan
variabel Inflasi sebagai Variabel Kontrol.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa
cara yaitu :
1. Studi kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan landasan dan konsep
yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Penelitian kepustakaan
dilakukan dengan mengumpulan literatur-literatur ilmiah, buku-buku, artikel
dan jurnal yang terkait penelitian ini.
2. Penelitian lapangan (Field Research)
Data sekunder internal yang terkait Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) pada penelitian ini diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia mulai
dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2016 yang dapat dilihat dari
laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan. Untuk variabel eksternal yang
terkait yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) dan Inflasi dapat dilihat dari situs
Badan Pusat Statistik.
47
C. Sumber data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat kuantitatif dengan
bentuk deret waktu (time series) dalam periode Januari 2010 sampai Desember
2016 yang bersumber dari laporan dan data yang dipublikasikan berbagai pihak,
ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Data Penelitian, Simbol, Dan Sumber Data
No Data Simbol Sumber Data
1 Produk Domestik Bruto LNPDB Badan Pusat Statistik
2 Total Pembiayaan LNTP Otoritas Jasa Keuangan
3 Total Dana Pihak Ketiga LNDPK Otoritas Jasa Keuangan
4 Total Aset LNASET Otoritas Jasa Keuangan
5 Inflasi INF Badan Pusat Statistik
Semua data tersebut dapat diakses pada website masing-masing instansi.
Data yang bersumber dari Otoritas Jasa Keuangan merupakan laporan Statistik
Perbankan Indonesia periode tahun 2010 sampai tahun 2016. Dan data yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik merupakan laporan Produk Domestik Bruto
dengan Harga Konstan dan Inflasi periode tahun 2010 sampai tahun 2015.
Semua data yang tersedia memiliki periode bulanan terkecuali Produk
Domestik Bruto (PDB) diperlukan interpolasi data menjadi periode bulanan agar
sesuai dengan data pada Statistik Perbankan Indonesia dengan menggunakan
software eviews 9. Dan untuk Variabel Produk Domestik Bruto, Total
Pembiayaan, Total Dana Pihak Ketiga,dan Total Aset terlebih dahulu di
transformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural menggunakan Microsoft
Excel 2007.
48
D. Variabel Penelitian
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Dalam pengertian
lain dikatakan bahwa variabel adalah simbol atau konsep yang diasumsikan
seperangkat nilai. Dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang
sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Variabel dependen ini merupakan variabel
yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh
variabel bebas.47
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto
(LNPDB). Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan istilah lain dari
pendapatan nasional yang dapat dijadikan cerminan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
2. Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel
bebas merupakan variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih
oleh peneliti untuk menemukan hubungannya dengan suatu gejala yang
diobservasi48
.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
a. Total Pembiayaan (LNTP)
b. Total Dana Pihak ketiga (LNDPK)
c. Total Aset (LNASET)
d. Inflasi (INF)
47
Sakita Laksmi Dewi dan Ida Nagus Putu Purbadharmaja, “Pengaruh PAD, PMA dan
Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali”,Jurnal Ekonomi, Vol.2, 11, (2013), h.492. 48
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), h.54.
49
E. Metode analisis
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa
deskriptif. Tujuan analisa deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu
keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.49
1. Uji Stasioneritas
Salah satu konsep penting yang harus diingat dalam analisa menggunakan
data time series adalah kondisi data yang stasioner atau tidak stasioner. Jika
estimasi dilakukan dengan menggunakan data yang tidak stasioner maka akan
memberikan hasil regresi yang palsu atau disebut sebagai spurious
regression50
suatu variabel dikatakan stasioner jika nilai rata-rata, varians, dan
kovariansnya selalu konstan pada setiap titik waktu.
Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara
membandingkan antara nilai statistik ADF atau PP dengan nilai kritis
distribusi Mac Kinon. Nilai statistik ADF atau PP lebih besar dari nilai
kritisnya, maka data yang diamati menunjukan stasioner dan jika sebaliknya
nilai statistic ADF atau PP lebih kecil dari nilai kritisnya. Dan penelitian ini
menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) dengan menggunakan uji akar
unit (unit root test) pada derajat yang sama (level atau difference) hingga
diperoleh data yang stasioner. Nilai kritis yang digunakan adalah 5% dan
10%.
Dengan hipotesis sebagai berikut :
H0: data tidak stasioner
H1: data stasioner
Mengikuti pernyataan bahwa :
49
Consuelo G. Sevilla, dkk,Pengantar Metode Penelitian (Jakarta : UI-Press, 2006), h.71. 50
Damodar N. Gujarati, Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2 (PT. Gelora Aksara Pratama,
2006), h.166.
50
1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% dan 10% maka H0
diterima
2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% dan 10% maka H1
diterima
Cara lain dalam menentukan data yang sudah stasioner atau belum adalah
dengan melihat probabilitasnya, apabila lebih kecil dari 0,05 maka data sudah
stasioner.51
Variabel yang stasioner pada tingkat level akan berujung pada
penggunaan VAR dengan metode standar. Sementara data yang non stasioner
pada tingkat level dapat dijadikan stasioner melalui proses differensiasi agar
data menjadi stasioner dan berimplikasi pada bentuk VECM. Karena itulah
pengujian stasioneritas memegang peranan penting dalam tahapan estimasi
dengan menggunakan metode VAR.52
3. Uji panjang lag optimal
Estimasi VAR atau VECM sangat peka terhadap panjang lag yang
digunakan. Penentuan jumlah lag (ordo) yang akan digunakan dalam model
VAR atau VECM dapat ditentukan berdasarkan kriteria final prediction error
(FPE), akaike Information criterion (AIC), schwarz Information criterion
(SC) dan hanna-quinn information criterion (HQ).
Pengujian panjang lag optimal sangat berguna untuk menghilangkan
masalah outokorelasi dalam sistem VAR atau VECM, sehingga digunakannya
lag optimal diharapkan tidak lagi muncul masalah outokorelasi. 53
Selain itu
uji lag digunakan untuk menentukan panjang lag optimum yang akan
digunakan untuk analisis selanjutnya. Dan uji lag yang digunakan penelitian
ini adalah uji Lag Length Criteria.
51
Rahmi Rahmawati, “Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah di Indonesia”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h.63. 52
Andrian Tony Prakoso, “Analisis Hubungan Perdagangan Internasional dan FDI
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, (Skripsi S1 Universitas Indonesia, 2009), h.65. 53
Aam Slamet Rusydiana, “Hubungan Antara Perdagangan Internasional, Pertumbuhan
Ekonomi Dan Perkembangan Industri Keuangan Syariah Di Indonesia”. Jurnal Islamic Finance
& Business Review, Vol.4, 1, (2009), h.53.
51
4. Uji kointegrasi
Jika data tidak stasioner pada level tetapi stasioner pada proses diferensi
data, maka dilakukan uji kointegrasi. Apabila terjadi kointegrasi maka
modelnya adalah Vector error correction model (VECM). Jika tidak terjadi
kointegrasi maka disebut model VAR dengan data direfensi (VAR
indifference).
Uji kointegrasi bertujuan untuk menentukan apakah peubah-peubah yang
tidak stasioner mengalami kointegrasi atau tidak. Untuk menguji terjadinya
kombinasi peubah yang tidak stasioner mengalami kointegrasi, pengujian
yang dapat dilakukan adalah uji kointegrasi Engle-Granger, Johansen,
maupun Durbin Watson. Pengujian-pengujian tersebut dilakukan untuk
mendapatkan hubungan jangka panjang antara peubah yang telah memenuhi
persyaratan dalam proses integrasi, di mana semua peubah telah stasioner
pada derajat yang sama yaitu first difference. Uji kointegrasi dapat dijadikan
dasar penentuan persamaan estimasi yang digunakan memiliki keseimbangan
jangka panjang atau tidak. Apabila persamaan estimasi lolos dari uji ini maka
persamaan estimasi tersebut memiliki keseimbangan jangka panjang.
Metode yang dapat digunakan dalam menguji keberadaan kointegrasi ini
adalah metode Johansen Cointegration. Metode Johansen Cointegration
mengintegrasikan persamaan dinamik jangka panjang dan jangka pendek
dalam satu kesatuan. Metode ini juga dapat menentukan jumlah vector
kointegrasi atau jumlah persamaan keseimbangan jangka panjang.54
5. Uji kausalitas
Uji kausalitas digunakan untuk mengevaluasi kemampuan peramalan dari
satu peubah deret waktu pada periode sebelumnya terhadap peubah deret
waktu lainnya pada periode saat ini. Atau dengan kata lain seperti yang
54
Ris Yuwono Yudo Nugroho, “Analisis Faktor-faktor Penentu Pembiayaan Perbankan
Syariah di Indonesia : Aplikasi Model Vector Error Correction”,(Tesis. Institut Pertanian Bogor,
2009), h.77.
52
dikatakan Berg dan Lewer ( 2007 ) Uji kausalitas digunakan untuk
menentukan arah kausalitas (sebab-akibat) antara dua variabel dengan
meregresikan nilai saat ini dari salah satu variabel pada nilai lag dari variabel
lainnya Jika kausalitas hanya terjadi satu arah, maka disebut kausalitas searah
(unidirectional causality), sedangkan koefisien yang signifikan untuk
keduanya disebut kausalitas dua arah (bi-directional causality).55
Maka dapat di peroleh hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak adanya kausalitas diantara variabel
H1 : adanya hubungan kausalitas diantara variabel
Dengan ketentuan :
a) jika nilai probability > 0.05 = H0 diterima dan H1 ditolak
b) jika nilai probability < 0.05 = H0 ditolak dan H1 diterima
Dan penelitian ini menggunakan metode Granger Causality untuk menguji
kausalitas antar variabelnya.
6. Estimasi Vector error correction model (VECM)
Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan
metode standard dan series yang non stasioner akan berujung pada
penggunaan VAR, yaitu VAR dalm bentuk difference atau VECM.
a. VAR in Difference
Dalam banyak kasus data time series seringkali menunjukkan tidak
stasioner. Bila hal ini terjadi maka kita perlu melakukan uji stasioneritas
data pada tingkat differensi. Ketika uji stasioneritas data differensi ini
menghasilkan data differensi yang stasioner, namun secara teoritis tidak
terjadi hubungan antar variabel karena tidak menunjukkan adanya
kointegrasi maka modelnya disebut dengan VAR in Difference.
55
Dina Acyuninda dan Umanto Eko P. “Analisis Hubungan Antara Inflasi Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Menggunakan Pendekatan Kointegrasi Dan Kausalitas
Granger Pada Periode 2000-2012 “ (Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Fisip UI, 2013), h.12.
53
b. Vector Error Correction Model (VECM)
Model VECM digunakan apabila data time series tidak stasioner pada
level, tetapi stasioner pada data differensi dan terkointegrasi sehingga
menunjukkan adanya hubungan teoritis antar variabel. Adanya kointegrasi
ini maka model VECM disebut model VAR yang teristriksi.56
7. Analisis Impuls Response Function (IRF)
Analisis IRF adalah metode yang digunakan untuk menentukan respon
suatu variabel endogen terhadap guncangan (shock) variabel tertentu. IRF
juga digunakan untuk melihat guncangan dari satu variabel lain dan berapa
lama pengaruh tersebut terjadi.
Melalui IRF, respon sebuah perubahan independen sebesar satu standar
deviasi dapat ditinjau. IRF menelusuri dampak gangguan sebesar satu standar
kesalahan (standard error) sebagai inovasi pada sesuatu variabel endogen
terhadap variabel endogen yang lain. Suatu inovasi pada satu variabel, secara
langsung akan berdampak pada variabel yang bersangkutan, kemudian
dilanjutkan ke semua variabel endogen yang lain melalui struktur dinamik
dari VAR. 57
8. Analisis Variance Decomposition (VD)
Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) atau dekomposisi ragam
kesalahan peramalan menguraikan inovasi pada suatu variabel terhadap
komponen-komponen variabel yang lain dalam VAR. Informasi yang
disampaikan dalam FEVD adalah proporsi pergerakan secara berurutan yang
diakibatkan oleh guncangan sendiri dan variabel lain.
56
Ribut Wahyudi, “Analisis Vector Auto Regressive (VAR) Transaksi Instrumen Moneter
Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2009), h. 45. 57
Ris Yuwono Yudo Nugroho, “Analisis Faktor-faktor Penentu Pembiayaan Perbankan
Syariah di Indonesia : Aplikasi Model Vector Error Correction”,h.79.
54
FEVD juga digunakan untuk menghitung dan menganalisis seberapa besar
pengaruh acak guncangan dari peubah tertentu terhadap peubah endogen.
FEDV menghasilkan informasi mengenai relatif pentingnya masing-masing
inovasi acak atau seberapa kuat komposisi dari peranan peubah tertentu
terhadap peubah lainnya dalam model VAR. dengan metode ini pula dapat
ditinjau kekuatan dan kelemahan dari masing-masing peubah dalam
mempengaruhi peubah lainnya dalam kurun waktu yang panjang. 58
F. Model Penelitian
Pada penelitian ini masih terdapat dua kemungkinan, memakai metode VAR
atau VECM. Jika tidak terjadi kointegrasi maka yang digunakan adalah VAR. dan
jika terjadi kointegrasi maka yang digunakan adalah VECM. Adapun model
umum yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
LNPDBt=ƒ(LNTPt, LNDPKt, LNASETt,INFt)………………………………(3.1)
Dimana :
LNPDB : Produk Domestik Bruto
LNTP : Total Pembiayaan
LNDPK : Total Dana Pihak Ketiga
LNASET : Total Aset
INF : Inflasi
G. Hipotesis Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini, maka hipotesisnya adalah :
1. Hubungan kausalitas antara variabel Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana
Pihak Ketiga (LNDPK), Total Aset (LNASET), Inflasi(INF) dan Produk
Domestik Bruto (LNPDB).
58
Ibid, 79
55
H0 : Tidak ada hubungan kausalitas antara variabel Total Pembiayaan
(LNTP), Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK) , Total Aset (LNASET),
Inflasi (INF) dan Produk Domestik Bruto (LNPDB).
H1 : Ada hubungan kausalitas antara variabel Total Pembiayaan
(LNTP), Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK) , Total Aset (LNASET),
Inflasi (INF) dan Produk Domestik Bruto (LNPDB).
2. Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka PanjangTotal Pembiayaan (LNTP), Total
Dana Pihak Ketiga (LNDPK) , Total Aset (LNASET), Inflasi (INF) terhadap
Produk Domestik Bruto (LNPDB).
H0 : Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK) , Total
Aset (LNASET), Inflasi (INF) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan melihat Produk Domestik Bruto
(LNPDB).
H1 : Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK) , Total
Aset (LNASET), Inflasi (INF) berpengaruh secara signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan melihat Produk Domestik Bruto
(LNPDB).
3. Dugaan Respon guncangan (shock) Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana
Pihak Ketiga (LNDPK) , Total Aset (LNASET), Inflasi (INF) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dengan melihat Produk Domestik Bruto (LNPDB).
H0 : Diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel Total
Pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK) , Total Aset
(LNASET), Inflasi (INF) tidak di respon oleh Pertumbuhan Ekonomi
dengan melihat Produk Domestik Bruto (PDB),
H1 : Diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel Total Pembiayaan
(LNTP), Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK) , Total Aset (LNASET),
Inflasi (INF) di respon oleh Pertumbuhan Ekonomi dengan melihat
Produk Domestik Bruto (PDB)
4. Besaran Kontribusi Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak Ketiga
(LNDPK) , Total Aset (LNASET), Inflasi (INF) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dengan melihat Produk Domestik Bruto (LNPDB).
56
H0 : Tidak memiliki Kontribusi Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak
Ketiga (LNDPK), Total Aset (LNASET), Inflasi (INF) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan
melihat Produk Domestik Bruto (LNPDB).
H0 : Memiliki Kontribusi Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak
Ketiga (LNDPK), Total Aset (LNASET), Inflasi (INF) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan
melihat Produk Domestik Bruto (LNPDB).
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Pada bab ini akan dilakukan analisis data pada obyek penelitian Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia periode Januari 2010 sampai
Desember 2016 sesuai dengan tahapan yang berlaku. Pengolahan data pada
penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan Eviews 9 dan Microsoft Excel
2007, untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel
yang digunakan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Produk Domestik
Bruto (LNPDB), Total Pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK),
Total Aset (LNASET) dan Inflasi (INF) yang didapatkan dari situs resmi Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dan berikut adalah
penjabaran data yang digunakan :
1. Variabel terikat (Dependent Variable)
Tabel 4. 1 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Sesudah di
Interpolasi dan LN
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 4.766 4.789 4.809 4.827 4.844 4.860 4.876
Februari 4.771 4.791 4.811 4.829 4.845 4.861 4.877
Maret 4.775 4.794 4.814 4.832 4.848 4.864 4.880
April 4.780 4.800 4.820 4.838 4.854 4.870 4.887
Mei 4.784 4.804 4.824 4.842 4.858 4.874 4.891
Juni 4.788 4.808 4.828 4.846 4.862 4.878 4.894
Juli 4.795 4.815 4.834 4.852 4.868 4.883 4.900
Agustus 4.797 4.817 4.836 4.854 4.870 4.885 4.902
September 4.797 4.816 4.835 4.853 4.869 4.885 4.901
Oktober 4.790 4.810 4.829 4.847 4.863 4.880 4.899
58
November 4.789 4.808 4.827 4.845 4.862 4.879 4.896
Desember 4.789 4.808 4.827 4.845 4.861 4.878 4.890 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) (data diolah)
Data tersebut adalah data Produk Domestik Bruto (PDB) yang sudah di
interpolasi menggunakan Eviews 9 dan ditransformasikandalam bentuk Logaritma
Natural (LN) menggunakan Microsoft Excel 2007 dan data tersebut diatas yang
digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah data asli yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan periode triwulan :
Tabel 4. 2 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Sebelum Interpolasi dan
di LN
(Dalam Miliar Rupiah)
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Triwulan 1 1,642,356.30 1,748,731.20 1,855,580.20 1,958,395.50 2,058,584.90 2,157,848.00 2,264,089.70
Triwulan 2 1,709,132.00 1,816,268.20 1,929,018.70 2,036,816.60 2,137,385.60 2,238,761.70 2,354,797.70
Triwulan 3 1,775,109.90 1,881,849.70 1,993,632.30 2,103,598.10 2,207,343.60 2,312,640.00 2,428,569.90
Triwulan 4 1,737,534.90 1,840,786.20 1,948,852.20 2,057,687.60 2,161,552.50 2,273,261.60 2,385,577.10
Rata-rata 1,716,033.28 1,821,908.83 1,931,770.85 2,039,124.45 2,141,216.65 2,245,627.83 2,358,258.60
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Selama periode penelitian jumlah Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia cenderung menunjukkan trend yang terus meningkat setiap periodenya.
Tercatat diawal periode penelitian sebesar Rp 1,642,356.30 miliar dan diakhir
periode sebesar Rp 2,273,261.60 miliar. Trend meningkat ini juga terlihat dari
rata-rata setiap periodenya yang tidak fluktuatif melainkan terus tumbuh keatas.
Meskipun sebenarnya pada periode triwulan 3 ke triwulan 4 di tahun 2015 dan
tahun 2016 mengalami sedikit penurunan.
Trend meningkatnya jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) bisa
disebabkan dari beberapa faktor, karena ada banyak sekali literatur-literatur yang
menginformasikan faktor-faktor yang mempengaruhi Produk Domestik Bruto
(PDB). Teori faktor-faktor yang mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB)
yang paling umum diketahui ialah teori ekonomi makro yang menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh konsumsi (c), pengeluaran pemerintah
59
(G), Investasi (I), dan Net Ekspor (X-M). Namun tidak sedikit pula yang
menyatakan sektor keuangan menjadi salah satu faktor pentingnya. Maka dari itu
penelitian ini dilakukan dengan obyek sektor keuangan yang lainnya yaitu Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
2. Variabel bebas (Independent Variable)
a. Total Pembiayaan (LNTP)
Tabel 4. 3 Total Pembiayaan Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia
Sesudah di LN
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 7.37 7.642 7.911 8.179 8.395 8.518 8.656
Februari 7.411 7.669 7.944 8.205 8.42 8.536 8.675
Maret 7.433 7.68 7.976 8.229 8.441 8.559 8.695
April 7.471 7.704 8.005 8.267 8.461 8.58 8.721
Mei 7.505 7.745 8.041 8.302 8.474 8.601 8.752
Juni 7.536 7.796 8.077 8.333 8.486 8.624 8.774
Juli 7.563 7.818 8.106 8.357 8.487 8.622 8.765
Agustus 7.578 7.854 8.113 8.353 8.486 8.633 8.777
September 7.591 7.849 8.133 8.37 8.501 8.64 8.772
Oktober 7.622 7.871 8.15 8.379 8.507 8.645 8.779
November 7.621 7.898 8.169 8.393 8.513 8.655 8.793
Desember 7.63 7.892 8.176 8.397 8.518 8.66 8.804 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (data diolah)
Tabel diatas adalah tabel data Total Pembiayaan yang sudah di LN kan
menggunakan Microsoft Excel 2007. Dan data tersebut yang digunakan dalam
penelitian ini. Sedangkan data asli yang di peroleh dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia periode 2010 sampai 2016 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 4 Total Pembiayaan Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia
Sebelum di LN
(Dalam Miliar Rupiah)
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 1,587 2,084 2,727 3,566 4,423 5,004 5,745
Februari 1,654 2,140 2,819 3,658 4,539 5,093 5,857
60
Maret 1,691 2,164 2,910 3,749 4,635 5,216 5,971
April 1,757 2,217 2,997 3,892 4,727 5,326 6,133
Mei 1,817 2,311 3,106 4,033 4,789 5,436 6,325
Juni 1,874 2,432 3,218 4,160 4,845 5,562 6,464
Juli 1,926 2,486 3,314 4,261 4,850 5,554 6,408
Agustus 1,954 2,577 3,336 4,241 4,846 5,615 6,486
September 1,980 2,563 3,405 4,316 4,918 5,655 6,448
Oktober 2,042 2,620 3,465 4,354 4,948 5,683 6,494
November 2,041 2,692 3,530 4,414 4,980 5,741 6,591
Desember 2,060 2,676 3,554 4,433 5,005 5,765 6,663 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Tabel 4.4 menunjukkan selama periode penelitian Total Pembiayaan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) cenderung menunjukkan trend yang terus
meningkat setiap periodenya. Tercatat diawal periode penelitian sebesar Rp 1,587
miliar dan diakhir periode sebesar Rp 6,663 miliar. Trend meningkat ini juga
terlihat dari rata-rata setiap periodenya yang tidak fluktuatif melainkan terus
tumbuh keatas.
Hal ini juga seiring dengan bertambahnya jumlah unit BPRS dan DPK
BPRS pada periode penelitian. Semakin banyak unit BPRS yang bertambah maka
kemudahan masyarakat khususnya masyarakat menengah yang tidak termobilisasi
oleh Perbankan dalam memperoleh pembiayaan (modal). Dan masih perlu
diketahui bahwa apakah pertumbuhan total pembiayaan BPRS ini memiliki
pengaruh terhadap bertumbuhnya pula data PDB sebelumnya.
b. Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK)
Tabel 4. 5 Total Dana Pihak Ketiga Bank Rakyat Syariah (BPRS)
Indonesia Sesudah di LN
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 7.157 7.403 7.693 8.001 8.208 8.307 8.486
Februari 7.178 7.419 7.721 8.027 8.219 8.315 8.494
Maret 7.178 7.422 7.748 8.050 8.234 8.332 8.510
April 7.205 7.438 7.782 8.064 8.225 8.344 8.526
Mei 7.234 7.466 7.810 8.076 8.211 8.341 8.529
Juni 7.234 7.488 7.816 8.074 8.188 8.318 8.517
61
Juli 7.258 7.502 7.845 8.083 8.186 8.341 8.572
Agustus 7.241 7.521 7.867 8.114 8.224 8.369 8.604
September 7.285 7.551 7.896 8.135 8.230 8.385 8.601
Oktober 7.334 7.582 7.929 8.148 8.243 8.404 8.614
November 7.325 7.618 7.952 8.171 8.257 7.447 8.643
desember 7.380 7.647 7.985 8.207 8.301 8.477 8.670 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (data diolah)
Tabel diatas adalah tabel data Total Dana Pihak Ketiga yang sudah di LN
kan menggunakan Microsoft Excel 2007. Dan data tersebut yang digunakan dalam
penelitian ini. Sedangkan data asli yang di peroleh dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia periode 2010 sampai 2016 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Total Dana Pihak Ketiga Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia
(Dalam Miliar Rupiah)
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 1,283 1,641 2,192 2,984 3,669 4,052 4,845
Februari 1,310 1,668 2,255 3,062 3,711 4,083 4,884
Maret 1,310 1,672 2,318 3,133 3,765 4,153 4,966
April 1,346 1,700 2,398 3,177 3,734 4,205 5,046
Mei 1,386 1,747 2,464 3,216 3,681 4,193 5,059
Juni 1,386 1,786 2,481 3,209 3,599 4,099 4,997
Juli 1,419 1,811 2,554 3,240 3,592 4,192 5,281
Agustus 1,396 1,846 2,611 3,340 3,729 4,310 5,452
September 1,458 1,902 2,687 3,411 3,753 4,380 5,435
Oktober 1,531 1,962 2,776 3,458 3,802 4,467 5,510
November 1,518 2,035 2,842 3,538 3,853 4,714 5,669
Desember 1,604 2,095 2,938 3,666 4,028 4,802 5,824 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Tabel 4.6 menunjukkan Dana Pihak ketiga Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) terus meningkat setiap periodenya. Terlihat pada awal periode
sebesar Rp 1,283 miliar rupiah sampai pada akhir periode sebesar Rp 5,824 yang
berarti mengalami kenaikan sekitar Rp 4,541 miliar dalam waktu tujuh tahun.
Setiap tahunnya mengalami kenaikan rata-rata 11%.
62
Dana pihak ketiga yang terus meningkat pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dapat dikatakan mencerminkan pula dengan peningkatan
performa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah satu lembaga
intermediasi lainnya yang menerima dana dari masyarakat yang kelebihan dana
untuk selanjutnya dipercaya mengelola dana tersebut. Semakin besar jumlah Dana
Pihak Ketiga BPRS juga menunjukkan bahwa adanya pasar potensial pada BPRS
dan semakin besar kemampuan BPRS dalam menjalankan operasionalnya serta
berinovasi dalam produknya. Maka masih perlu diketahui bahwa apakah
pertumbuhan total Dana Pihak Ketiga BPRS ini memiliki pengaruh terhadap
bertumbuhnya pula data PDB sebelumnya.
c. Aset (LNASET)
Tabel 4. 7 Total Aset Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia
Sesudah di LN
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 7.668 7.929 8.192 8.465 8.672 8.792 8.960
Februari 7.687 7.946 8.215 8.483 8.683 8.801 8.971
Maret 7.698 7.953 8.240 8.496 8.693 8.815 8.982
April 7.723 7.968 8.264 8.514 8.690 8.825 8.993
Mei 7.751 8.000 8.288 8.532 8.689 8.830 8.998
Juni 7.772 8.033 8.309 8.551 8.688 8.832 9.003
Juli 7.803 8.050 8.335 8.565 8.688 8.847 9.039
Agustus 7.795 8.075 8.356 8.587 8.713 8.867 9.058
September 7.833 8.097 8.383 8.610 8.724 8.878 9.060
Oktober 7.871 8.117 8.403 8.629 8.743 8.896 9.073
November 7.869 8.149 8.424 8.645 8.755 8.912 9.094
desember 7.915 8.166 8.455 8.671 8.791 8.954 9.122 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (data diolah)
Tabel diatas adalah tabel data Total Aset yang sudah di LN kan
menggunakan Microsoft Excel 2007. Dan data tersebut yang digunakan dalam
penelitian ini. Sedangkan data asli yang di peroleh dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia periode 2010 sampai 2016 adalah
sebagai berikut:
63
Tabel 4. 8 Total Aset Bank Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia
(Dalam Miliar Rupiah)
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 2,139 2,777 3,613 4,746 5,840 6,580 7,788
Februari 2,180 2,825 3,697 4,830 5,899 6,641 7,868
Maret 2,203 2,844 3,789 4,897 5,959 6,732 7,955
April 2,260 2,887 3,883 4,983 5,946 6,800 8,045
Mei 2,324 2,980 3,977 5,074 5,937 6,839 8,089
Juni 2,374 3,082 4,061 5,170 5,933 6,851 8,124
Juli 2,447 3,133 4,169 5,247 5,934 6,952 8,427
Agustus 2,429 3,212 4,254 5,361 6,083 7,093 8,590
September 2,522 3,284 4,370 5,488 6,150 7,172 8,603
Oktober 2,619 3,352 4,461 5,591 6,266 7,303 8,713
November 2,615 3,461 4,555 5,683 6,343 7,418 8,899
Desember 2,739 3,520 4,699 5,833 6,573 7,739 9,158 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Tabel 4.8 menunjukkan Aset Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) terus
meningkat setiap periodenya. Aset sering kali digunakan untuk mencerminkan
ukuran sebuah perusahaan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya pada BAB
II bahwa perusahaan dengan total aset yang semakin baik maka semakin besar
juga potensi yang dimiliki perusahaan untuk mensejahterakan stakeholdersnya
yang dimana kesejahteraan tersebut juga akan bermuara pada pertumbuhan
ekonomi. Dan meurut penelitian yang dilakukan oleh Fiqi tahun 2016 variabel
aset dalam perbankan mempunyai hubungan kausalitas terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Maka masih perlu diketahui bahwa apakah pertumbuhan
aset BPRS ini memiliki pengaruh terhadap bertumbuhnya pula data PDB
sebelumnya.
d. Inflasi (INF)
Tabel 4. 9 Inflasi Indonesia
(Persen)
Periode 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 0.84 0.89 0.76 1.03 1.07 -0.24 0.51
Februari 0.3 0.13 0.05 0.75 0.26 -0.36 -0.09
64
Maret -0.14 -0.32 0.07 0.63 0.08 0.17 0.19
April 0.15 -0.31 0.21 -0.1 -0.02 0.36 -0.45
Mei 0.29 0.12 0.07 -0.03 0.16 0.50 0.24
Juni 0.97 0.55 0.62 1.03 0.43 0.54 0.66
Juli 1.57 0.67 0.7 3.29 0.93 0.93 0.69
Agustus 0.76 0.93 0.95 1.12 0.47 0.39 -0.02
September 0.44 0.27 0.01 -0.35 0.27 -0.05 0.22
Oktober 0.06 -0.12 0.16 0.09 0.47 -0.08 0.14
November 0.6 0.34 0.07 0.12 1.5 0.21 0.47
Desember 0.92 0.57 0.54 0.55 2.46 0.96 0.42 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Tabel 4.9 menunjukkan selama periode penelitian Inflasi cenderung
fluktuatif. Keadaan ini belum bisa mencerminkan bahwa inflasi memiliki dampak
positif atau negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena secara empiris
diyakini bahwa adanya efek domino antara inflasi dan pertumbuhan
ekonomi.Banyak faktor yang mempengaruhinya terutama pada faktor
makroekonomi. Dan periode ini dengan data yang ada masih perlu pembahasan
secara mendalam mengenai pergerakan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Maka
penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap
variabel-variabel lainnya. Baik terhadap variabel dependen maupun sesama
independennya.
B. Analisis dan Pembahasan Statistik
1. Uji Stasioneritas
Estimasi model ekonometrik time series akanmenghasilkan kesimpulan yang
tidak berarti, ketikadata yang digunakan mengandung akar unit (tidakstasioner).
Maka langkah pertama dalam melakukan analisis data timeseries adalah dengan
uji stasioneritas, dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diuji
stasioner atau tidak. Uji stasioner data dapat dilakukan dengan menggunakan uji
akar unit yaitudengan menggunakan augmented dickey-fuller (ADF) dan Philips-
Peron (PP) pada derajat yang sama (level atau difference) sehingga diperoleh
suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini uji yang digunakan adalah
augmented dickey-fuller (ADF), dan berikut adalah hasil uji stasioneritas
padasetiap variabelnya :
65
Tabel 4. 10 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level
Sumber : output eviews 9 (data diolah)
Asumsi uji ADF jika t-statistic<critical value= tidak stasioner, dan ADF
t-statistic>critical value= stasioner atau cara lainnya dapat dilihat dari
probability< 0.05 = stasioner dan probability> 0.05 = tidak stasioner. Dengan
demikian berdasarkan tabel uji stasioneritas dengan uji ADF pada tingkat level
diatas, dengan menggunakan critical value 5% dan 10% terlihat bahwa ada tiga
variabel yang stasioneryaitu variabel LNPDB, LNASET dan INF.
Variabel LNPDB memiliki t-statistic -5.167636>critical value (5%) -
2.902358 atau t-statisti c-5.167636>critical value (10%) -2.588587 dan
probability 0.0000 < 0.05 yang berarti data LNPDB stasioner. Variabel LNASET
memiliki t-statistic -2.955473>critical value (5%) -2.896779 atau t-statistic-
2.955473>critical value (10%) -2.585626 dan probability 0.0435 < 0.05 yang
berarti data LNASET stasioner. Begitu pula dengan variabel INF yang memiliki t-
statistic-8.452951>critical value (5%) -2.897223 atau t-statistic-8.452951>critical
value (10%) -2.585861 dan probability 0.0000 < 0.05 yang berarti data INF
stasioner. Sedangkan variabel LNTP (Total Pembiayaan) dan LNDPK (Total
Dana Pihak Ketiga) sebagai cerminan pertumbuhan BPRS tidak stasioner. Hal ini
dapat terlihat pada masing-masing variabel yang nilai t-statistic<critical value 5%
atau 10% dan probability> 0.05.
Oleh karena itu perlu dilakukan proses 1st
Difference untuk mengetahui
lebih lanjut pada tingkat apa semua variabel dapat stasioner sehingga bisa
dilakukan tahapselanjutnya.
Variabels
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
t-Statistic Critical Values
Prob Keterangan 5% 10%
LNPDB -5.167636 -2.902358 -2.588587 0.0000 Stationer
LNTP -2.761783 -2.897223 -2.585861 0.0683 Tidak Stationer
LNDPK -1.013816 -2.898145 -2.586351 0.7449 Tidak Stationer
LNASET -2.955473 -2.896779 -2.585626 0.0435 Stationer
INF -8.452951 -2.897223 -2.585861 0.0000 Stationer
66
Tabel 4. 11 Hasil Uji Stationeritas ADF tingkat 1st
Difference
Sumber : output eviews (data diolah)
Pada Uji Stationeritas ADF tingkat 1st
Difference ini terlihat bahwa nilai
LNPDB t-statistic -3.891835>critical value(5% )-3.474363 atau t-statistic-
3.891835>critical value(10%) -3.164499 dan probability 0.0174 < 0.05 yang
berarti data LNPDB stasioner. Nilai LNTP t-statistic-6.859180>critical value
(5%) -3.465548 atau t-statistic -6.859180>critical value (10%)-3.159372 dan
probability 0.0000 < 0.05 yang berarti data LNTP stasioner. Nilai LNDPK t-
statistic -8.603779>critical value (5%) -3.466966 atau t-statistic -8.603779
>critical value (10%) -3.160198 dan probability 0.0000 < 0.05 yang berarti data
LNDPK stasioner. Nilai LNASET t-statistic -9.484926>critical value (5%) -
3.465548 atau t-statistic -9.484926>critical value (10%) -3.159372 dan
probability 0.0000 < 0.05 yang berarti data LNASET stasioner. Dan nilai INF t-
statisti c-8.325229>critical value (5%) -3.468459 atau t-statistic-8.325229
>critical value (10%) -3.161067 dan probability 0.0000 < 0.05 yang berarti data
INF stasioner.
Dengan begitu semua variabel stasioner pada tingkat 1st
Difference, maka
penelitian dapat dilanjutkan ketahap selanjutnya.
2. Hasil Penetapan Lag Optimal
Penentuan panjang lag dimanfaatkan untuk mengetahui lamanya periode
keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun terhadap
variabel endogen lainnya. Hasil dalam uji panjang lag (Lag Length) ditentukan
dengan jumlah tanda asentrik (*) terbanyak yang direkomendasi dari masing-
Variabels
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
t-Statistic Critical Values
Prob Keterangan 5% 10%
LNPDB -3.891835 -3.474363 -3.164499 0.0174 Stationer
LNTP -6.859180 -3.465548 -3.159372 0.0000 Stationer
LNDPK -8.603779 -3.466966 -3.160198 0.0000 Stationer
LNASET -9.484926 -3.465548 -3.159372 0.0000 Stationer
INF -8.325229 -3.468459 -3.161067 0.0000 Stationer
67
masing kriteria uji lag length. Dan kriteria yang digunakan dalam pengujian ini
adalah final prediction error (FPE), akaike Information criterion (AIC), schwarz
Information criterion (SC) dan hanna-quinn information criterion (HQ). dan
hasil panjang lag Optimal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 12 Hasil Uji Lag Optimal
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Lag LR FPE AIC SC HQ
0 NA 1.73e-11 -10.59117 -10.44230 -10.53149
1 814.0509 5.40e-16 -20.96686 -20.07360 -20.60873
2 105.1562 2.21e-16 -21.86587 -20.22822* -21.20929*
3 47.52736* 2.01e-16* -21.98348* -19.60145 -21.02846
4 25.12738 2.54e-16 -21.78437 -18.65796 -20.53090
Sumber : output eviews (data diolah)
Dilihat pada tabel 4.12 hasil uji lag pada kriteria yang digunakan
memberikan rekomendasi lag yang berbeda-beda tetapi lag 3 terlihat lebih
dominan. Terlihat bahwa final prediction error (FPE), schwarz Information
criterion (SC) dan hanna-quinn information criterion (HQ) merekomendasikan
lag 3. Dengan demikian lag optimal yang disarankan adalah lag 3.
3. Hasil Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang
antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu
dimana semua variabel telah stasioner pada tingkat 1st
Difference. Maka dalam
penelitian ini penulis juga diharuskan melakukan pengujian kointegrasi variabel
yang akan digunakan dalam estimasi model. Jika terbukti tidak terjadi kointegrasi
antar variabel maka yang akan digunakan adalah model VAR, namun jika terjadi
atau terdapat kointegrasi antar variabel maka model yang digunakan adalah
VECM.
Uji kointegrasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Johansen
dengan membandingkan nilai tracestatistic dan nilai Max-Eigenstatistic lebih
besar dari nilai kritis 0.05 maka data terkointegrasi dan sebaliknya. Dan berikut
68
adalah hasil uji kointegrasi pada penelitian ini menggunakan uji kointegrasi
Johansen Test.
Tabel 4. 13 Hasil Uji Johansen CointegrationTest
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Hypothesized
No. of CE(s)
Trace Statistic Max-Eigen Statistic
Trace
Statistic
0.05
Critical
Prob.**
Max-
Eigen
Statistic
0.05
Critical
Value
Prob.**
None * 159.2266 69.81889 0.0000 56.05511 33.87687 0.0000
At most 1 * 103.1715 47.85613 0.0000 48.04854 27.58434 0.0000
At most 2 * 55.12296 29.79707 0.0000 33.97017 21.13162 0.0005
At most 3 * 21.15279 15.49471 0.0063 18.80290 14.26460 0.0089
At most 4 2.349891 3.841466 0.1253 2.349891 3.841466 0.1253
Sumber : output eviews (data diolah)
Dari tabel 4.13 diatas, dapat dijelaskan bahwa pada taraf nilai kritis
sebesar 0.05 terdapat empatrank variabel berhubungan kointegrasi, yang
ditunjukan oleh tanda asentrik (*). Hal tersebut dapat terbukti dari nilai
tracestatisti c> critical value (159.2266>69.81889; 103.1715>47.85613;
55.12296>29.79707; 21.15279>15.49471) begitupun dengan nilai Max-
Eigenstatistic nya, Max-Eigen statistic>critical value(56.05511> 33.87687;
48.04854>27.58434; 33.97017>21.13162; 18.80290>14.26460 )atau cara lain
yang lebih mudah adalah melihat nilai probability< 0.05. Dan keempat rank
tersebut diatas menunjukan nilai probability< 0.05 yang artinya H0 ditolak dan H1
diterima atau dengan kata lain, variabel-variabel yang digunakan memiliki
hubungan dalam jangka panjang (kointegrasi) satu dengan lainnya. Maka
penelitian ini menggunakan model VECM.
4. Hasil Kausalitas
Uji kausalitas dimaksud untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari
masing-masingvariabel. Dalam penelitian ini, uji kausalitas lebih ditujukan pada
variabel cerminan perkembangan Bank Pembiayaan Syariah (BPRS) yaitu total
pembiayaan (LNTP), Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK), total Aset (LNASET).
Pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (LNPDB) dan variabel
69
kontrol Inflasi (INF). Taraf uji yang digunakan dalam uji kausalitas ini, yaitu
pada tingkat kepercayaan 0.05 ( 5% ). Hasil uji kausalitas ditunjukan dalam tabel
4.14 Sebagai berikut :
Tabel 4. 14 Hasil uji kausalitas
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
LNTP does not Granger Cause LNPDB 81 13.1757 6.E-07
LNPDB does not Granger Cause LNTP 3.75127 0.0145
LNDPK does not Granger Cause LNPDB 81 5.40338 0.0020
LNPDB does not Granger Cause LNDPK 3.85795 0.0127
LNASET does not Granger Cause LNPDB 81 12.1394 2.E-06
LNPDB does not Granger Cause LNASET 5.99953 0.0010
INF does not Granger Cause LNPDB 81 3.37785 0.0227
LNPDB does not Granger Cause INF 0.24656 0.8635
LNDPK does not Granger Cause LNTP 81 2.60970 0.0578
LNTP does not Granger Cause LNDPK 5.65068 0.0015
LNASET does not Granger Cause LNTP 81 7.66772 0.0002
LNTP does not Granger Cause LNASET 0.44799 0.7195
INF does not Granger Cause LNTP 81 3.33473 0.0239
LNTP does not Granger Cause INF 0.47848 0.6982
LNASET does not Granger Cause LNDPK 81 7.99427 0.0001
LNDPK does not Granger Cause LNASET 2.95278 0.0380
INF does not Granger Cause LNDPK 81 0.44609 0.7208
LNDPK does not Granger Cause INF 0.76429 0.5177
INF does not Granger Cause LNASET 81 0.18544 0.9060
LNASET does not Granger Cause INF 0.37972 0.7679
Sumber : output eviews (data diolah)
Nilai probability yang terdapat dalam penelitian kausalitas ini perlu
diperhatikan. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 maka disimpulkan tidak
terjadi kausalitas antar variabel.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat unidirectional causality pada
beberapa variabel, yaitu antara variabel LNTP dan LNPDB. Variabel LNTPsecara
70
statistik signifikan mempengaruhi LNPDB (Prob= 0.0145 < 0.05). Selanjutnya
pada variabel LNASET dan LNPDB. Variabel LNASET secara statistik signifikan
mempengaruhi LNPDB (Prob= 0.0010 < 0.05). Variabel INF dan LNPDB.
Variabel INF secara statistik signifikan mempengaruhi LNPDB (Prob= 0.0227 <
0.05). Variabel LNTP dan LNDPK. Variabel LNTP secara statistik signifikan
mempengaruhi LNDPK (Prob= 0.0015 < 0.05). Variabel LNTP dan INF. Variabel
LNTP secara statistik signifikan mempengaruhi INF (Prob= 0.0239 < 0.05). Dan
yang terakhir adalah variabel LNDPK dan LNASET. Variabel LNDPK secara
statistik signifikan mempengaruhi LNASET (Prob= 0.0001 < 0.05).
Sedangkan variabel yang memiliki bi-directional causality atau kausalitas
dua arah adalah LNDPK dan LNPDB. Terlihat bahwa variabel LNDPK secara
statistik signifikan mempengaruhi LNPDB (Prob= 0.0020 < 0.05) dan sebaliknya
variabel LNPDB secara statistik signifikan mempengaruhi LNDPK (Prob= 0.0127
< 0.05). Hal ini memperkuat pada beberapa penelitian terdahulu yang
menunjukkan adanya causality pada masing-masing variabel. Dan dapat di
prediksi bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh satu sama lain.
5. Hasil Uji Error Correction Model (VECM)
Setelah melakukan rangkaian uji yang di perlukan, yaitu uji stasionaritas
dengan augemented dickey-fuller (ADF), uji lag optimal dengan kriteria final
prediction error (FPE), akaike Information criterion (AIC), schwarz Information
criterion (SC) dan hanna-quinn information criterion (HQ) yang menghasilkan
rekomendasi lag 3, dan uji Kointegrasi dengan Johansen CointegrationTest
didapatkan kesimpulan bahwa model yang digunakan penelitian ini adalah Error
Correction Model (VECM).
Tabel 4. 15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Variabel Koefisien T-statistik Keterangan
Jangka Pendek
CointEq 1 -0.116935 [-2.22036] -
71
D(DLNPDB(-1)) -0.227987 [-1.92674] Tidak Signifikan
D(DLNPDB(-2)) 0.058213 [ 0.53111] Tidak Signifikan
D(DLNPDB(-3)) -0.199144 [-1.74646] Tidak Signifikan
D(DLNTP(-1)) 0.115099 [ 4.61510] Signifikan
D(DLNTP(-2)) 0.124576 [ 4.13493] Signifikan
D(DLNTP(-3)) 0.073983 [ 2.65486] Signifikan
D(DLNDPK(-1)) -0.004268 [-1.59522] Tidak Signifikan
D(DLNDPK(-2)) -0.001442 [-0.53775] Tidak Signifikan
D(DLNDPK(-3)) -0.000204 [-0.11270] Tidak Signifikan
D(DLNASET(-1)) -0.079388 [-2.70285] Signifikan
D(DLNASET(-2)) -0.051446 [-1.50704] Tidak Signifikan
D(DLNASET(-3)) -0.045233 [-1.60923] Tidak Signifikan
D(DINF(-1)) -0.001830 [-1.74061] Tidak Signifikan
D(DINF(-2)) -0.001008 [-1.30971] Tidak Signifikan
D(DINF(-3)) -0.000818 [-1.65903] Tidak Signifikan
Jangka Panjang
DLNTP(-1) 0.085145 [1.02240] Tidak Signifikan
DLNDPK(-1) -0.042191 [-2.28241] Signifikan
DLNASET(-1) -0.037486 [-0.32541] Tidak Signifikan
DINF(-1) -0.025441 [-8.16294] Signifikan
Sumber : output eviews (data diolah)
Untuk menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang suatu
variabel terhadap variabel lainnya diperlukan penentuan t-tabel. Dan sesuai
dengan cara penentuan t-tabel sebelumnya yaitu dengan menetukan derajat
bebasnya terlebih dahulu (degree of freedom) dengan rumus n-k = 84-5 = 79,
maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1.99045. Selanjutnya dapat dilakukan
pengujian hipotesis yaitu dapat dikatakan signifikan apabila nilai t-statistik>
1.99045.
Dan berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat hasil pengujian pada model VECM
pada jangka pendek menunjukkan, (1) variabel LNTP memiliki hubungan yang
72
positif dan signifikan terhadap LNPDB. (2) LNDPK memiliki hubungan yang
negatif dan tidak signifikan terhadap LNPDB. (3) LNASET memiliki hubungan
negatif yang signifikan pada lag1. Dan pada lagyang lainnya tidak signifikan dan
berhubungan negatif. (4) dan INF memiliki hubungan yang negatif dan tidak
signifikan terhadap LNPDB.
Sedangkan pada jangka panjang, (1) variabel LNDPK dan INF yang memiliki
hubungan negatif dan signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa pada jangka
panjang perubahan DPK dan Inflasi akan senantiasa diikuti oleh PDB dengan arah
yang berkebalikan. Dengan kata lain, jika terjadi kenaikan sebanyak 1% pada
DPK dan Inflasi maka akan terjadi penurunan sebesar 0.042191% pada DPK dan
0.025441% pada inflasi. (2) variabel LNTP dan LNASET memiliki hubungan
negatif dan tidak signifikan.
6. Hasil Uji Impulse Rensponse Function(IRF)
Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk menggambarkan tingkat
laju shock dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Perilaku dinamis
dari model VECM dapat dilihat melalui respon dari setiap variabel terhadap
shock dari variabel tersebut maupun terhadap variabel endogen lainnya. Dalam
model ini respon dari perubahan-perubahan masing-masing variabel dengan
adanya informasi baru diukur dengan data 1st
Difference. Sumbu horizontal
merupakan waktu dalam periode hari kedepan setelah terjadinya shock,
sedangkan sumbu vertikal adalah nilai respon. Secara mendasar dalam analisis ini
akan diketahui respon positif atau negatif dari suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Respon tersebut dalam jangka pendek biasanya cukup signifikan dan
cenderung berubah. Dalam jangka panjang respon cenderung konsisten dan
semakin mengecil. Impulse Response Function (IRF) memberikan gambaran
bagaimana respon dari suatu variabel di masa mendatang jika terjadi gangguan
pada suatu variabel lainnya. Untuk mempermudah interprestasi, hasil analisis
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dibawah ini dalam 10 periode. Dan
berikut adalah analisisnya :
73
Tabel 4. 16 Impulse Response LNPDB
Period Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
DLNPDB DLNTP DLNDPK DLNASET DINF
1 0.002482 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.002196 0.001227 -7.11E-05 -0.000814 0.000603
3 0.002694 0.001886 0.000470 -0.000575 0.000540
4 0.002424 0.001819 0.000387 -0.000822 0.000194
5 0.002628 0.001352 0.000530 -0.000515 0.000607
6 0.002804 0.001630 0.000276 -0.000834 0.000751
7 0.002508 0.001679 0.000505 -0.000709 0.000711
8 0.002591 0.001745 0.000471 -0.000692 0.000549
9 0.002419 0.001523 0.000331 -0.000659 0.000356
10 0.002584 0.001477 0.000380 -0.000631 0.000574
Sumber : output eviews (data diolah)
Dari tabel 4.16 terlihat besaran Response yang diberikan LNPDB atas
guncangan yang terjadi pada variabel LNTP, LNDPK, LNASET dan INF dengan
10 periode kedepan.
a. Respons LNPDB terhadap Shock LNTP
Grafik 4. 1 Impulse Respons LNPDB terhadap Shock LNTP
.0000
.0004
.0008
.0012
.0016
.0020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DLNPDB to CholeskyOne S.D. DLNTP Innovation
Sumber : output eviews (data diolah)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa variabel LNPDB merespon shock
yang diberikan LNTP secara positif diawal hingga akhir periode atau dapat
dikatakan positif permanen. Meskipun besarannya hanya sekitar 0.001227%
diawal periode sampai 0.001477% diakhir periode. Respon tertinggi terlihart pada
74
periode ke-3 yakni mencapai 0.001886% dan untuk seterusnya sumbu terlihat
lebih datar.
b. Respons LNPDB terhadap Shock LNDPK
Grafik 4. 2Impulse Respons LNPDB terhadap Shock LNDPK
-.0001
.0000
.0001
.0002
.0003
.0004
.0005
.0006
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DLNPDB to CholeskyOne S.D. DLNDPK Innovation
Sumber : output eviews (data diolah)
Respons LNPDB terhadap guncangan dari tingkat LNDPK pada periode ke-1
berada pada posisi negatif. Ini artinya bahwa jika terjadi guncangan sebesar 1
standar deviasi dari LNDPK maka tingkat LNPDB akan bereaksi negatif terhadap
LNDPK. Namun pada periode ke-2 dan seterusnya respons LNPDB berada pada
posisi positif. Meskipun tetap terjadi fluktuasi. Artinya, dalam jangka waktu yang
panjang guncangan atau naiknyaLNDPK akan di respon LNPDBdengan besaran
yang sama begitu pula dengan penurunannya. Dan BPRS harus berhati-hati dalam
mengelola dananya karena ada kemungkinan guncangannya mempengaruhi
LNPDB secara negatif.
75
c. Respons LNPDB terhadap Shock LNASET
Grafik 4. 3Impulse Respons LNPDB terhadap Shock LNASET
-.0009
-.0008
-.0007
-.0006
-.0005
-.0004
-.0003
-.0002
-.0001
.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DLNPDB to CholeskyOne S.D. DLNASSET Innovation
Sumber : output eviews (data diolah)
Shock variabel Aset BPRS (LNASET) direspon negatif oleh variabel
LNPDB. Dari awal periode hingga akhir periode. Ini artinya bahwa jika terjadi
guncangan sebesar 1 standar deviasi dari LNASET maka tingkat LNPDB akan
bereaksi negatif atau keterbalikannya terhadap LNASET.Besaran respon yang
diberikan juga sangat fluktuatif terlihat dari garis yang terbentuk. Menariknya
hingga akhir periode LNASET ini tidak bergerak positif melainkan stabil pada
tingkat negatif sekitar -0.000631%.
d. Respons LNPDB terhadap Shock INF
Grafik 4. 4 Impulse Respons LNPDB terhadap Shock INF
.0000
.0001
.0002
.0003
.0004
.0005
.0006
.0007
.0008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DLNPDB to CholeskyOne S.D. DINF Innovation
Sumber : output eviews (data diolah)
76
Untuk variabel inflasi terlihat bahwa response LNPDB terhadap INF dari
awal sampai akhir periode adalah positif. Artinya, dalam jangka waktu pendek
maupun panjang terlihat dari garis yang terbentuk respon ternyata sangat
fluktuatif dari awal hingga akhir periode. Meski begitu garis vertical yang
terbentuk selalu berada pada nilai positif, artinya bila terjadi kenaikan atau
penurunan ( guncangan ) pada INF maka LNPDB akan bergerak lurus sebagai
akibat dari guncangan tersebut. Hal ini sudah dapat di prediksi dari hasil uji
kausalitas yang terjadi pada INF dan LNPDB
7. Hasil uji Varians Decomposition (VD)
Setelah menganalisis perilaku dinamis melalui Impulse Response Function
(IRF), selanjutnya akan dilihat karakteristik model melalui Variance
Decomposition. Variance Decomposition digunakan untuk menjelaskan kontribusi
dari masing-masing variabel terhadap guncangan yang ditimbulkannya terhadap
variabel endogen utama yang diamati. Analisis ini digunakan untuk memprediksi
seberapa besar kontribusi varians setiap variabel berpengaruh terhadap variabel
lainnya pada saat ini dan periode kedepannya. Dan berikut ini hasil analisisnya:
Tabel 4. 17 Varians Decomposition (VD) LNPDB
Period Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
LNPDB LNTP LNDPK LNASET INF
1 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 81.23165 11.13754 0.037388 4.901412 2.692013
3 72.44407 20.10813 0.896660 3.945862 2.605278
4 68.46347 23.76410 1.067007 4.736693 1.968722
5 69.13471 22.72691 1.463804 4.309323 2.365250
6 68.54619 22.65903 1.292426 4.636115 2.866240
7 67.32347 23.35820 1.472104 4.669199 3.177034
8 66.64119 24.04204 1.553030 4.638387 3.125357
9 66.59252 24.26679 1.520785 4.666951 2.952955
10 66.79688 24.08074 1.516779 4.609417 2.996187
Sumber : output eviews (data diolah)
Dapat dijelaskan bahwa pada periode pertama, LNPDB dipengaruhi oleh
LNPDB itu sendiri sebesar 100 persen. Sementara itu pada periode pertama,
variabel LNTP, LNDPK dan LNASET belum memberikan pengaruh terhadap
77
LNPDB. Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel tersebut mulai
mempengaruhi LNPDB walaupun besarannya tidak sebesar pengaruh LNPDB itu
sendiri. Dan pengaruh LNPDB terhadap LNPDB itu sendiri turun sedikit demi
sedikit dari periode awal sampai periode akhir.
Pada periode ke-2 LNTP menjadi variabel kedua yang paling berpengaruh
selain variabel LNPDB sebesar 11,13 persen. Diikuti pada periode berikutnya
yang terus melonjak hingga mencapai 24,08 persen diakhir periode. Ini berarti
LNTP memiliki rata-rata kenaikan setiap periodenya adalah sekitar 1,3 persen.
Dengan kata lain, total pembiayaan dapat menjadi salah satu indikator terpenting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Yang menarik adalah kontribusi yang diberikan LNDPK menjadi yang
paling sedikit diantara variabel lainnya. Variabel LNASET misalnya, LNASET
menyumbangkan kontribusi terbesar ke tiga terhadap LNPDB. Meskipun
kisarannya hanya sebesar 4 persen dan fluktuatif pada periode ke satu sampai
periode ke lima namun periode selanjutnya stabil pada 4,6 persen. Selanjutnya
INF yang menyumbangkan kontribusi sebesar 2-3% meskipun juga masih
fluktuatif. Artinya, dapat terjadi beberapa kemungkinan pada variabel INF untuk
periode selanjutnya. Hal ini terjadi karena Dana Pihak Ketiga yang terkumpul
terlebih dahulu di fokuskan pada pembiayaan agar BPRS tetap menjalankan
fungsinya.
Hal ini dapat diperjelas kembali pada grafik berikut :
Grafik 4. 5Varians Decomposition(VD) LNPDB
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DLNPDB DLNTP DLNDPKDLNASSET DINF
Variance Decomposition of DLNPDB
Sumber : output eviews (data diolah)
78
C. Interprestasi Hasil Penelitian
Penelitian ini membahas tentang Potensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun
2010:1-2016:12 yang dapat dilihat dari tahapan penelitian melalui uji kausalitas,
Uji Error Correction Model (VECM), Uji Impulse Rensponse Function(IRF), dan
uji Varians Decomposition(VD).
Potensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dapat dilihat dari variabel
LNTP, LNDPK, dan LNASET. Sedangkan untuk Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia dicerminkan melalui variabel LNPDB dan variabel INF sebagai
variabel kontrol. Dan hasil penelitian ini dapat di interprestasikan sebagai berikut :
1. Interprestasi LNTP terhadap LNPDB
Melalui uji Grenger Causality, Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa
terjadiunidirectional causality pada variabel LNTP dan LNPDB. Hal ini
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yang menyatakan
pembiayaan pada perbankan sangat memungkinkan terjadinya hubunganbi-
directional causalityatau hubungan dua arah pada variabel. Maka penelitian
ini mengkonfirmasi bahwa terdapat perbedaan jika dilihat dari obyek yang
berbeda yaitu BPRS.
Seperti yang dikatakan sebelumnya pada BAB II penelitian ini, bahwa
perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlahbalas jasa rill
terhadap penggunaan faktor–faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya. Dan dalam hal ini melalui pembiayaan yang
diberikan sektor keuangan atau pemerintah secara langsung ataupun tidak
langsung dapat berperan aktif menambah akumulasi produksi secara Nasional
sesuai dari fungsi pembiayaan itu sendiri.
Potensi BPRS terlihat dari pertumbuhan pembiayaan yang diberikan. Dan
jika dilihat dari komposisi pembiayaan yang diberikan BPRS berdasarkan
jenis penggunaannya terdiri dari modal kerja, investasi, dan konsumsi. Dan
79
yang paling dominanan adalah modal kerja lalu konsumsi dan investasi.
Seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Grafik 4. 6 Pembiayaan BPRS Berdasarkan Jenis Penggunaanya
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (OJK)
Prioritas pembiayaan pada modal kerja dan selanjutnya di ikuti oleh
konsumsi inilah yang dapat meningkatkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakatbertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Karena
pola pembiayaan modal kerja menekankan pada modal baru yang diberikan
BPRS kepada masyarakat yang berupaya untuk meningkatkan produktivitas
usahanya dan pada akhirnya mendukung pertumbuhan sektor riil tersebut.
Pada kondisi pembiayaan BPRS yang terus merangkak naik saat
inimaka hasil Uji Error Correction Model (VECM) yang dilakukan, pada
tabel 4.15 mengkonfirmasi bahwa pada jangka pendek variabel LNTP
memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap LNPDB. Sedangkan
pada jangka panjang positif dan tidak signifikan. Dan melalui Uji Impulse
Rensponse Function (IRF)variabel LNPDB merespon shock yang diberikan
LNTP secara positif diawal hingga akhir periode dan uji Varians
Decomposition (VD), pada periode ke-2 sampai pada periode ke-10 LNTP
menjadi variabel kedua yang paling berpengaruh selain variabel LNPDB itu
sendiri.Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum pembiayaan yang
dilakukan BPRS berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan ekonomi
khususnya yang dicerminkan PDB. Sederhananya, BPRS sebagai lembaga
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
80
intermediasi dalam hal ini yang menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana akan meningkatkan potensi kemampuan masyarakat untuk
melakukan produksi atau konsumsi yang dibutuhkan sehingga daya belinya
akan meningkat dan perputaran uang untuk pertumbuhan ekonomi juga
membaik karena peningkatan output riil tersebut.
2. Interprestasi LNDPK terhadap LNPDB
Melalui uji Grenger Causality, Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa
LNDPK dan LNPDB memiliki bi-directional causality atau kausalitas dua
arah, hal ini dapat terjadi karena dalam komposisi Dana Pihak Ketiga BPRS
selama periode penelitian terdiri dari tabungan dengan akad mudharabah dan
wadiah serta deposito mudharabah tanpa wadiah.
Grafik 4. 7 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (OJK)
Dalam mengaplikasikan prinsip Mudaharabah, nasabah sebagai
penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maalatau pemilik dana
dan bank sebagai mudharib atau pengelola dana. Dana tersebut digunakan
BPRS untuk melakukan murabahah atau ijarah, dapat pula digunakan untuk
melakukan mudharabah kedua dengan nasabah yang membutuhkan dana.
Yang selanjutnya pada akad ini haruslah disalurkan pada sektor riil yang dapat
menambah output riil sebagai gerakan pertumbuhan ekonomi.
20%
17% 63%
Tabungan
Wadiah
tabungan
Mudharabah
Deposito
Mudharabah
81
Tetapi melalui Uji Error Correction Model (VECM), dari tabel 4.15 dapat
dilihat bahwa pada jangka pendek LNDPK memiliki hubungan yang negatif
dan tidak signifikan terhadap LNPDB dan hubungan negatif dan signifikan
pada jangka panjang.Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum dana pihak
ketiga BPRS secara tidak langsung tidak berhubungan terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Selain itu, secara umum
komponen DPK ini juga tidak mempunyai kontribusi yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Melalui uji Varians Decomposition(VD)
kontribusi yang diberikan LNDPK menjadi yang paling sedikit diantara
variabel lainnya. Hal ini disebabkan karena terserapnya dana pada BPRS yang
bertumbuh diiringi dengan penyaluran dan pinjaman yang masih tergolong
lemah.
Grafik 4. 8 Dana pihak ketiga dan komposisi pembiayaan BPRS
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (OJK)
Terlihat bahwa tingginya jumlah DPK dengan penyaluran pembiayaan
yang dberikan masih relatif kecil. Total dana pihak ketiga yang tersimpan
mendekati 50% dari total dana pihak ketiga yang dihimpun.Sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwaketika tabungan meningkat namun tidak diiringi
dengan penggunaan yang efisien, hal tersebut akan mengurangi pertumbuhan
ekonomi dalam hal ini adalah pendapatan masa yang akan datang. Karena
uang menjadi tidak memiliki daya guna untuk menciptakan peluang
peningkatan output riil.
Total Dana
Pihak
Ketiga
47%
Modal Kerja
22%
Investasi
9%
Konsumsi
22%
82
Melalui Uji Impulse Rensponse Function(IRF), LNDPK di respon positif
oleh LNPDB. Artinya, bila terjadi pertumbuhan pada LNDPK maka terjadi
pula kenaikan pada LNPDB dan begitupun sebaliknya. Karena memang pada
umumnya dana pihak ketiga yang dihimpun bank atau BPRS memiliki
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai akibat semakin
bervariatifnya produk-produk penyaluran dana produktif bila dana pihak
katiganya terhimpun dengan baik.
3. Interprestasi LNASET terhadap LNPDB
Melalui uji Grenger Causality, Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa terjadi
unidirectional causality pada variabel LNASET dan LNPDB. Hubungan satu
arah ini terjadi dari variabel LNASET yang berpengaruh terhadap LNPDB. Hal
ini sejalan dengan penelitian Fiqi tahun 2016 variabel aset dalam perbankan
mempunyai hubungan kausalitas terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dan pertumbuhan aset BPRS yang semakin naik pada periode penelitian ini
juga menunjukkan semakin baiknya pertumbuhan ukuran perusahaan BPRS di
Indonesia menyebabkan BPRS dapat meningkatkan potensinya
untukmenjalankan fungsi intermediasinya dengan berbagai produk yang
dijalankan.
Namun prediksi keterhubungan tersebut berbeda dengan uji yang dilakukan
melalui Uji Error Correction Model (VECM), dari tabel 4.15 dapat dilihat
bahwa pada jangka pendek LNASET memiliki hubungan negatif yang
signifikan pada lag1. Dan pada lag yang lainnya tidak signifikan dan
berhubungan negatif dan memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan pada
jangka panjang. Begitupun melalui Uji Impulse Rensponse Function(IRF),
respon yang diberikan LNPDB ketika ada guncangan terhadap LNASET
adalah negatif, artinya yang terjadi adalah berbanding terbalik. Jika aset BPRS
mengalami perubahan kearah positif atau bergerak naik maka pertumbuhan
ekonomi akan bergerak turun atau kearah yang negatif dan sebaliknya. Kondisi
ini dapat dipahami mengingat saat ini besaran aset BPRS hanyalah sebagian
kecil dari superior industry financial lainnya. Bahkan bila dibandingkan dengan
83
perbankan syariah secara keseluruhan yaitu Bank Umum Syariah dan Unit
usaha sendiri, BPRS hanya memiliki aset sebesar 2,3 persen atas keseluruhan
perbankan syariah pada akhir periode atau pada tahun 2016.
Namun yang menarik adalah melalui uji Varians Decomposition(VD),
ternyata LNASET menyumbangkan kontribusi terbesar ke tiga terhadap
LNPDB. Lebih besar bila dibandingakan dengan LNDPK yang memiliki
hubungan kausalitas dan signifikan terhadap LNPDB.
4. Interprestasi INF terhadap LNPDB
Melalui uji Grenger Causality, Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa terjadi
unidirectional causality pada variabel INF dan LNPDB.Hubungan satu arah
ini terjadi dari variabel INF yang berpengaruh terhadap LNPDB. Hal ini dapat
dijelaskan seperti apa yang terdapat pada BAB II dalam dampak inflasi,
bahwa di saat laju inflasi sangat tinggi maka akan mengurangi output nasional.
Karena dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai mata uang riil turun dengan
drastis, masyarakat cenderung tidak suka memegang uang kas, transaksi
mengarah kearah barter, yang biasanya diikuti dengan penurunan produksi
barang. Dan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chimobi (2010)
dikutip dari Dina (2013), melalui analisis kausalitas, Chimobi menjelaskan
bahwa adanya hubungan searah (unidirectional) yang terjadi dari inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Chimobi menyatakan bahwa penting untuk
mengetahui fakta bahwa terjadi hubungaan kausalitas dari inflasi terhadap
pertumbuhan ekonomi sebagai indikasi bahwa inflasi memang memiliki
dampak pada pertumbuhan.
Selanjutnya, melalui Uji Error Correction Model (VECM), dari tabel 4.15
dapat dilihat bahwa pada jangka pendek INF memiliki hubungan yang negatif
dan tidak signifikan terhadap LNPDB.Dan pada jangka panjang terlihat INF
yang memiliki hubungan negatif dan signifikan. Hubungan negatif pada
analisis jangka pendek maupun jangka panjang ini terlihat dari penjelasan
inflasi yang tinggi dan berlangsung lam akan menyebabkan menurunnya
84
pendapatan riil masyarakat akibat dari harga barang yang semakin naik dan
tidak diimbangi dengan stabilitas ekonomi yang baik sehingga standar hidup
masyarakat juga menurun. Akibatnya kemampuan masyarakat untuk
melakukan saving atau mengajukan pembiayaan juga menurun. Masyarakat
akan cenderung menarik uangnya untuk harga keperluan yang semakin naik.
Begitu juga dengan para penanam modal yang akan beralih kegairahan dalam
menanamkan modalnya. Mereka akan lebih cenderung meninggalkan investasi
yang sifat pengembaliannya membutuhkan waktu lama dan tidak menentu
seperti pada sektor produktif.Sehingga bila pertumbuhan inflasi ini terjadi
pada waktu yang lama dan secara terus menerus akan berakibat negatif pada
pertumbuhan ekonomi dan juga Perbankan yang dalam hal ini adalah BPRS.
Hal ini berbeda dengan hasil Uji Impulse Rensponse Function(IRF), hasil
uji ini memperlihatkan hubungan yang berbanding lurus antara guncangan
yang diberikan inflasi dengan respon yang diberikan oleh pertumbuhan
ekonomi karena dari awal periode hingga akhir periode respon yang di berikan
LNPDB terhadap INF adalah positif. Ini artinya jika terjadi kenaikan pada
inflasi maka pertumbuhan ekonomi atau PDB akan meresponnya dengan
memperlihatkan ekonomi yang stabil atau juga bergerak naik. Dan melalui uji
Varians Decomposition(VD) INF yang menyumbangkan kontribusi sebesar 2-
3% meskipun juga masih fluktuatif akibat dari pertumbuhan ekonomi yang
juga fluktuatif.
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan tidak semua inflasi
berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan menururt sadono
sukirno (2007) walaupun disadari bahwa inflasi dapat memberikan beberapa
sumbangan positif kepada pertumbuhan ekonomi, banyak ahli-ahli ekonomi
yang tidak menyetujui pelaksanaan kebijakan mempercepat pembangunan
dengan menggunakan ekspansi moneter yang berlebih-lebihan sehingga
menimbulkan masalah inflasi. Mereka berpendapat bahwa berbagai pengaruh
buruk yang akan diakibatkan oleh inflasi terhadap pembangunan atau
pertumbuhan ekonomi melebihi sumbangannya, seperti yang disebutkan
85
diatas. Dengan hasil penelitian ini maka diharapkan pemerintah dapat lebih
berhati-hati lagi dalam mengambil kebijakan moneter yang dapat berakibat
pada pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di bab terdahulu serta tujuan penelitian
yang ingin dicapai, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan kausalitas yang terjadi ternyata tidak hanya terjadi pada
variabel independen terhadap variabel dependen saja, tetapi juga antar
variabel independen itusendiri. Variabel yang menjadi cerminan potensi
BPRS yaitu Total Pembiayaan, Total Dana Pihak Ketiga dan Total Aset
masing-masingnya memiliki hubungan kausalitas terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Tetapi yang memiliki hubungan kausalitas dua
arah atau bi-directional causality hanya terjadi pada Total Dana Pihak
Ketiga. Sedangkan yang terjadi pada inflasi adalah Produk Domestik
Bruto (PDB) lah yang memiliki hubungan kausalitas terhadap Inflasi.
2. Pengaruh jangka pendek pada variabel independen terhadap variabel
dependen secara umum tidaklah signifikan. Untuk variabel yang menjadi
cerminan potensi BPRS pada lag 1,2 dan 3 hanya terjadi pada total
pembiayaan yakni hubungan yang positif dan signifikan. Sedangkan pada
variabel inflasi sebagai variabel kontrol tidak terjadi pengaruh jangka
pendek. Sedangkan pengaruh jangka panjang secara umum tidak terjadi
pengaruh yang positif sedangkan pada total dana pihak ketiga dan inflasi
berpengaruh signifikan yang negatif.
3. Pada hasil Impulse Response Function (IRF), secara umum guncangan
(shock) darivariabel independen direspon positif variabel dependen.
variabel yang menjadi cerminan potensi BPRS direspon oleh Produk
Domestik Bruto (PDB) secara positif dan negatif.Sedangkan pada variabel
87
inflasi sebagai variabel kontrol guncangan (shock) direspon positif oleh
Produk Domestik Bruto (PDB).
4. Dan kontribusi yang diberikan variabel independen terhadap variabel
dependen masih terbilang kecil. Khususnya yang menjadi fokus utama
penelitian ini adalah variabel yang menjadi cerminan potensi BPRS yaitu
Total Pembiayaan, Total Dana Pihak Ketiga dan Total Aset. Hanya
variabel Total Pembiayaan lah yang memberikan besaran kontribusi di
atas 5%. Maka perlu adanya variabel sektor keuangan lainnya yang lebih
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
B. Saran
Dari kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, maka penulis menyarankan
beberapa hal berikut:
1. Bagi kebijakan pemerintah agar dapat lebih mempertimbangkan
keberadaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah satu
lokomotif keuangan yang bergerak melalui masyarakat kecil menengah.
Memberikan ruang gerak agar Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
dapat mengembangkan usahanya dan secara konsisten memberikan
kontribusi yang luas untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya
pada sektor riil yang menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi.
2. Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia agar dapat
terus mengkaji potensinya baik untuk pertumbuhan ekonomi secara
nasional ataupun memenuhi tujuan berdirinya BPRS itu sendiri yang salah
satunya adalah untuk meningkatkan ekonomi umat. Baik dalam hal
menyusun prioritas pembiayaan, menyusun strategi penghimpunan dana
pihak ketiga dari masyarakat ataupun meningkatkan firm size nya melalui
aset yang dimiliki sebagai upaya memperluas jaringan sehingga
manfaatnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakat luas.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan
menambah variabel sektor keuangan agar kesimpulan yang dihasilkan
88
memperlihatkan gambaran potensi BPRS bila disandingkan dengan sektor
keuangan lainnya, menambah variabel kontrol yang erat hubungannya
dengan aktivitas sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Dan memilih periode penelitian yang bersangkutan dengan peristiwa
tertentu agar terlihat perbedaan respon yang diberikan.
89
DAFTAR PUSTAKA
Acyuninda, Dina dan Umanto Eko P. “Analisis Hubungan Antara Inflasi Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Menggunakan Pendekatan
Kointegrasi Dan Kausalitas Granger Pada Periode 2000-2012”. Ilmu
Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fisip UI, 2013.
Ahmad Husaeni, Uus. “Determinan Pembiayaan Pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 7, 1, (2017) :
49 – 62.
Al Arif, Nur Rianto. Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis.
Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani, 2011.
Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan. UPP STIM YKPN Edisi 5, 2010.
Baroroh, Utami. “Analisis Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Regional Di Wilayah Jawa: Pendekatan Model Levine”. Jurnal
Etikonomi . Vol. 11, 2, (2012): 180-195.
Bank Indonesia. Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah. 1999.
Budiono. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: Penerbit BPFE UGM, 2009.
Caraka, Fiqi Asta. “Kontribusi Sektor Perbankan Syariah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia Periode Tahun 2004:1-2013:4”. Skripsi S1 Jurusan
Keauangan Syariah Faultas Ekonomi dan Bisnis IslamUniversitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.
Dendawijaya, Lukman. ManajemenPerbankan. Bogor: Ghalia Indonesia ,2005.
Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis (Otoritas Jasa
Keuangan). “Potensi Pertumbuhan Ekonomi ditinjau dari Penyaluran
Kredit Perbankan Kepada Sektor Prioritas Ekonomi Pemerintah”.
Otoritas Jasa Keuangan, 2015.
Departemen Statistik Bank Indonesia, Meta Data Produk Domestik Bruto,
(www.Bank Indonesia.com, 2016).
Dewi, Sakita Laksmi dan Ida Nagus Putu Purbadharmaja. “Pengaruh PAD, PMA
dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali”. Jurnal
Ekonomi. Vol.2, 11, (2013): 492-546.
90
Ekonomi RI 2016 tumbuh 5.02%, diakses dari www.bkpm.go.id, 7 September
2017.
Fabya.“Analisis Pengaruh Perkembangan Sektor keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”. Program Studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2011.
Firaldi, Mufqi. “Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF) Dan Tingkat Inflasi Terhadap Total
Pembiayaan Yang Diberikan Oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Di Indonesia (Periode Januari 2007- Oktober 2012)” Skripsi S1
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Gujarati, Damodar N. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2. PT. Gelora Aksara
Pratama, 2006.
Novian,Hardi,“Pengaruh Bopo, Car, Lar Dan Firm Size Terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)
Periode 2010-2012”, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Maritim Raja Ali Haji, 2015.
Hasibuan, Malayu S.P. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara,2011.
Ifham, Ahmad. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Inggrid. “Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia: Pendekatan
Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model (VECM)”.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.8, 1, (2006): 40-50.
Arfan, Muhammad dan Ira Antasari. “Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, Dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba Pada Emiten
Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta” .Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol.
1, No. 1. (2008): 50-64.
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:PT. Raja
Grafindopersada,2013.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2014.
Karim, Adiwarman. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada, 2004.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
91
Muliansyah, Predi. “Hubungan Dana Pihak Ketiga di Perbankan dan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia, tahun 1990-2010”. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia,2012.
Muhammad. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: UPP AMP, 2002.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perasada, 2014.
Ni Made Elin Sukmawatiida Bagus Anom Purbawangsa.“Pengaruh Pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga, Pertumbuhan Kredit, Risiko Kredit, Likuiditas, Dan
Kondisi Ekonomi Terhadap Profitabilitas. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia.
Nugroho, Prasetyo Ardi. “Analisis Ekspor, Kurs Dan Tingkat Suku Bunga
Terhadap Nilai Pendapatan Domestik Bruto Indonesia Tahun 1970 - 2013
(Suatu Pendekatan Model VECM)”.Karya Ilmiah Fakultas Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2013.
Nugroho, Ris Yuwono Yudo.“Analisis Faktor-faktor Penentu Pembiayaan
Perbankan Syariah di Indonesia:Aplikasi Model Vector Error
Correction”. Tesis Institut Pertanian Bogor, 2009.
Prakoso, Andrian Tony. “Analisis Hubungan Perdagangan Internasional dan FDI
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Skripsi S1 Universitas
Indonesia, 2009.
Putra Rizki, M. Fakhrudin. “Intermediasi Perbankan Syariah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Jurnal ekonomi dan Kebijakan Publik
Vol.2, 1,(2015) ISSN.2442-7411
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Teori Makro Suatu Pengantar.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2008.
Rahmawati, Rahmi. “Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Rama, Ali. Perbankan Syariah Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal
Signifikan, Vol. 2, 1, (2013) : 33-55.
Rusydiana, Aam Slamet. “Hubungan Antara Perdagangan Internasional,
Pertumbuhan Ekonomi Dan Perkembangan Industri Keuangan Syariah
Di Indonesia”. Jurnal Islamic Finance & Business Review, Vol.4, 1,
(2009):47-60.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006.
92
Septiatin, Aziz, dkk. “Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Pengangguran Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”. I-Economic Vol. 2, 1, 2016.
Sevilla, G. Consuelo, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI-Press, 2006.
Sinay, Lexy Janzen. “Pendekatan Vector Error Correction Model Untuk Analisis
Hubungan Inflasi, Bi Rate Dan Kurs Dolar Amerika Serikat”.Jurnal
Barekeng. Vol. 8, 2, (2014): 9 – 18.
Sukirno, sadono. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan. (Jakarta : Kencana, 2007), hlm. 323
Syahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002.
Tabrizi, Ahmad. “ Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2005-2013”.
Skripsi S1 universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta, (2014).
Umam, Khotibul. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan
Implementasi). Yogyakarta : BPFE Yogayakrta, 2009.
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Wahyudi, Ribut. “Analisis Vector Auto Regressive (VAR) Transaksi Instrumen
Moneter Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia.”
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidyatullah Jakarta,
2009.
www.bps.go.id
www.ojk.go.id
www.perbarindo.or.id/upload. Permasalahan dan Tantangan BPRS/BPRS,
Rakernas dan Seminar Nasional Perhimpunan BankPerkreditan Rakyat
Indonesia Pontianak, 26 Oktober 2016.
93
LAMPIRAN
A. Data Penelitian
Periode LNPDB LNTP LNDPK LNASET INF
2010
Januari 4.766 7.370 7.157 7.668 0.84
Februari 4.771 7.411 7.178 7.687 0.3
Maret 4.775 7.433 7.178 7.698 -0.14
April 4.780 7.471 7.205 7.723 0.15
Mei 4.784 7.505 7.234 7.751 0.29
Juni 4.788 7.536 7.234 7.772 0.97
Juli 4.795 7.563 7.258 7.803 1.57
Agustus 4.797 7.578 7.241 7.795 0.76
September 4.797 7.591 7.285 7.833 0.44
Oktober 4.790 7.622 7.334 7.871 0.06
November 4.789 7.621 7.325 7.869 0.6
Desember 4.789 7.630 7.380 7.915 0.92
2011
Januari 4.789 7.642 7.403 7.929 0.89
Februari 4.791 7.669 7.419 7.946 0.13
Maret 4.794 7.680 7.422 7.953 -0.32
April 4.800 7.704 7.438 7.968 -0.31
Mei 4.804 7.745 7.466 8.000 0.12
Juni 4.808 7.796 7.488 8.033 0.55
Juli 4.815 7.818 7.502 8.050 0.67
Agustus 4.817 7.854 7.521 8.075 0.93
September 4.816 7.849 7.551 8.097 0.27
Oktober 4.810 7.871 7.582 8.117 -0.12
November 4.808 7.898 7.618 8.149 0.34
Desember 4.808 7.892 7.647 8.166 0.57
94
2012
Januari 4.809 7.911 7.693 8.192 0.76
Februari 4.811 7.944 7.721 8.215 0.05
Maret 4.814 7.976 7.748 8.240 0.07
April 4.820 8.005 7.782 8.264 0.21
Mei 4.824 8.041 7.810 8.288 0.07
Juni 4.828 8.077 7.816 8.309 0.62
Juli 4.834 8.106 7.845 8.335 0.7
Agustus 4.836 8.113 7.867 8.356 0.95
September 4.835 8.133 7.896 8.383 0.01
Oktober 4.829 8.150 7.929 8.403 0.16
November 4.827 8.169 7.952 8.424 0.07
Desember 4.827 8.176 7.985 8.455 0.54
2013
Januari 4.827 8.179 8.001 8.465 1.03
Februari 4.829 8.205 8.027 8.483 0.75
Maret 4.832 8.229 8.050 8.496 0.63
April 4.838 8.267 8.064 8.514 -0.1
Mei 4.842 8.302 8.076 8.532 -0.03
Juni 4.846 8.333 8.074 8.551 1.03
Juli 4.852 8.357 8.083 8.565 3.29
Agustus 4.854 8.353 8.114 8.587 1.12
September 4.853 8.370 8.135 8.610 -0.35
Oktober 4.847 8.379 8.148 8.629 0.09
November 4.845 8.393 8.171 8.645 0.12
Desember 4.845 8.397 8.207 8.671 0.55
2014
Januari 4.844 8.395 8.208 8.672 1.07
Februari 4.845 8.420 8.219 8.683 0.26
Maret 4.848 8.441 8.234 8.693 0.08
April 4.854 8.461 8.225 8.690 -0.02
Mei 4.858 8.474 8.211 8.689 0.16
Juni 4.862 8.486 8.188 8.688 0.43
Juli 4.868 8.487 8.186 8.688 0.93
Agustus 4.870 8.486 8.224 8.713 0.47
September 4.869 8.501 8.230 8.724 0.27
Oktober 4.863 8.507 8.243 8.743 0.47
November 4.862 8.513 8.257 8.755 1.5
Desember 4.861 8.518 8.301 8.791 2.46
2015
Januari 4.860 8.518 8.307 8.792 -0.24
Februari 4.861 8.536 8.315 8.801 -0.36
95
Maret 4.864 8.559 8.332 8.815 0.17
April 4.870 8.580 8.344 8.825 0.36
Mei 4.874 8.601 8.341 8.830 0.5
Juni 4.878 8.624 8.318 8.832 0.54
Juli 4.883 8.622 8.341 8.847 0.93
Agustus 4.885 8.633 8.369 8.867 0.39
September 4.885 8.640 8.385 8.878 -0.05
Oktober 4.880 8.645 8.404 8.896 -0.08
November 4.879 8.655 7.447 8.912 0.21
Desember 4.878 8.660 8.477 8.954 0.96
2016
Januari 4.876 8.656 8.486 8.960 0.51
Februari 4.877 8.675 8.494 8.971 -0.09
Maret 4.880 8.695 8.510 8.982 0.19
April 4.887 8.721 8.526 8.993 -0.45
Mei 4.891 8.752 8.529 8.998 0.24
Juni 4.894 8.774 8.517 9.003 0.66
Juli 4.900 8.765 8.572 9.039 0.69
Agustus 4.902 8.777 8.604 9.058 -0.02
September 4.901 8.772 8.601 9.060 0.22
Oktober 4.899 8.779 8.614 9.073 0.14
November 4.896 8.793 8.643 9.094 0.47
Desember 4.890 8.804 8.670 9.122 0.42
B. Pengujian Statistik
1. Uji Stasioneritas
a. Pada Tingkat Level
#Produk Domestik Bruto (LNPDB)
Null Hypothesis: LNPDB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 11 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.167636 0.0000
Test critical values: 1% level -3.524233
5% level -2.902358
10% level -2.588587
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
96
#Total Pembiayaan (LNTP)
Null Hypothesis: LNTP has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.761783 0.0683
Test critical values: 1% level -3.512290
5% level -2.897223
10% level -2.585861
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
#Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK)
Null Hypothesis: LNDPK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.013816 0.7449
Test critical values: 1% level -3.514426
5% level -2.898145
10% level -2.586351
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
#Total Aset (LNASET)
Null Hypothesis: LNASET has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.955473 0.0435
Test critical values: 1% level -3.511262
5% level -2.896779
10% level -2.585626
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
#Inflasi (INF)
Null Hypothesis: INF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.452951 0.0000
Test critical values: 1% level -3.512290
97
b.Padatingkat 1st
Difference
#Produk Domestik Bruto (LNPDB)
Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 11 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.891835 0.0174
Test critical values: 1% level -4.092547
5% level -3.474363
10% level -3.164499
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
#Total Pembiayaan (LNTP)
Null Hypothesis: D(LNTP) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.859180 0.0000
Test critical values: 1% level -4.073859
5% level -3.465548
10% level -3.159372
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
#Total Dana Pihak Ketiga (LNDPK)
5% level -2.897223
10% level -2.585861
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNDPK) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.603779 0.0000
Test critical values: 1% level -4.076860
5% level -3.466966
10% level -3.160198
98
#Total Aset (LNASET)
Null Hypothesis: D(LNASET) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.484926 0.0000
Test critical values: 1% level -4.073859
5% level -3.465548
10% level -3.159372
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
#Inflasi (INF)
Null Hypothesis: D(INF) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.325229 0.0000
Test critical values: 1% level -4.080021
5% level -3.468459
10% level -3.161067
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. Uji Lag Optimal
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: LNPDB LNTP LNDPK LNASET INF
Exogenous variables: C
Date: 08/27/17 Time: 20:02
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 80 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 428.6470 NA 1.73e-11 -10.59117 -10.44230 -10.53149
1 868.6745 814.0509 5.40e-16 -20.96686 -20.07360 -20.60873
2 929.6346 105.1562 2.21e-16 -21.86587 -20.22822* -21.20929*
3 959.3392 47.52736* 2.01e-16* -21.98348* -19.60145 -21.02846
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
99
4 976.3747 25.12738 2.54e-16 -21.78437 -18.65796 -20.53090 * indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
3. Uji Kointegrasi
Date: 08/27/17 Time: 20:02
Sample (adjusted): 2010M03 2016M12
Included observations: 82 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: LNPDB LNTP LNDPK LNASET INF
Lags interval (in first differences): 1 to 1
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.495203 159.2266 69.81889 0.0000
At most 1 * 0.443428 103.1715 47.85613 0.0000
At most 2 * 0.339178 55.12296 29.79707 0.0000
At most 3 * 0.204913 21.15279 15.49471 0.0063
At most 4 0.028250 2.349891 3.841466 0.1253 Trace test indicates 4 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.495203 56.05511 33.87687 0.0000
At most 1 * 0.443428 48.04854 27.58434 0.0000
At most 2 * 0.339178 33.97017 21.13162 0.0005
At most 3 * 0.204913 18.80290 14.26460 0.0089
At most 4 0.028250 2.349891 3.841466 0.1253 Max-eigenvalue test indicates 4 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
4. Uji Kausalitas
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 08/27/17 Time: 20:03
Sample: 2010M01 2016M12
Lags: 3
100
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LNTP does not Granger Cause LNPDB 81 13.1757 6.E-07
LNPDB does not Granger Cause LNTP 3.75127 0.0145 LNDPK does not Granger Cause LNPDB 81 5.40338 0.0020
LNPDB does not Granger Cause LNDPK 3.85795 0.0127 LNASET does not Granger Cause LNPDB 81 12.1394 2.E-06
LNPDB does not Granger Cause LNASET 5.99953 0.0010 INF does not Granger Cause LNPDB 81 3.37785 0.0227
LNPDB does not Granger Cause INF 0.24656 0.8635 LNDPK does not Granger Cause LNTP 81 2.60970 0.0578
LNTP does not Granger Cause LNDPK 5.65068 0.0015 LNASET does not Granger Cause LNTP 81 7.66772 0.0002
LNTP does not Granger Cause LNASET 0.44799 0.7195 INF does not Granger Cause LNTP 81 3.33473 0.0239
LNTP does not Granger Cause INF 0.47848 0.6982 LNASET does not Granger Cause LNDPK 81 7.99427 0.0001
LNDPK does not Granger Cause LNASET 2.95278 0.0380 INF does not Granger Cause LNDPK 81 0.44609 0.7208
LNDPK does not Granger Cause INF 0.76429 0.5177 INF does not Granger Cause LNASET 81 0.18544 0.9060
LNASET does not Granger Cause INF 0.37972 0.7679
5. Uji Error Correction Model (VECM)
Vector Error Correction Estimates
Date: 08/27/17 Time: 20:07
Sample (adjusted): 2010M06 2016M12
Included observations: 79 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 DLNPDB(-1) 1.000000
DLNTP(-1) 0.085145
(0.08328)
[ 1.02240]
DLNDPK(-1) -0.042191
(0.01849)
[-2.28241]
DLNASET(-1) -0.037486
(0.11520)
[-0.32541]
101
DINF(-1) -0.025441
(0.00312)
[-8.16294]
C -0.001373 Error Correction: D(DLNPDB) D(DLNTP) D(DLNDPK) D(DLNASET) D(DINF) CointEq1 -0.116935 0.046296 4.147041 0.312936 85.29817
(0.05266) (0.28152) (3.58900) (0.22248) (12.0449)
[-2.22036] [ 0.16445] [ 1.15549] [ 1.40655] [ 7.08169]
D(DLNPDB(-1)) -0.227987 0.439565 13.75198 -0.629224 -67.25955
(0.11833) (0.63253) (8.06378) (0.49988) (27.0625)
[-1.92674] [ 0.69493] [ 1.70540] [-1.25875] [-2.48534]
D(DLNPDB(-2)) 0.058213 0.983531 -1.354525 -1.717121 -84.63833
(0.10961) (0.58590) (7.46935) (0.46303) (25.0676)
[ 0.53111] [ 1.67867] [-0.18134] [-3.70845] [-3.37641]
D(DLNPDB(-3)) -0.199144 0.588185 -1.096471 0.294057 -57.46343
(0.11403) (0.60954) (7.77071) (0.48171) (26.0790)
[-1.74646] [ 0.96497] [-0.14110] [ 0.61044] [-2.20344]
D(DLNTP(-1)) 0.115099 -0.550363 -1.404076 -0.168524 8.136006
(0.02494) (0.13332) (1.69959) (0.10536) (5.70391)
[ 4.61510] [-4.12823] [-0.82613] [-1.59952] [ 1.42639]
D(DLNTP(-2)) 0.124576 -0.199220 -3.528162 -0.076564 5.239816
(0.03013) (0.16105) (2.05313) (0.12728) (6.89044)
[ 4.13493] [-1.23701] [-1.71843] [-0.60156] [ 0.76045]
D(DLNTP(-3)) 0.073983 -0.056831 -3.388372 0.088973 10.00338
(0.02787) (0.14896) (1.89907) (0.11772) (6.37338)
[ 2.65486] [-0.38150] [-1.78423] [ 0.75577] [ 1.56956]
D(DLNDPK(-1)) -0.004268 0.001903 -1.076525 -0.002554 2.978654
(0.00268) (0.01430) (0.18234) (0.01130) (0.61193)
[-1.59522] [ 0.13305] [-5.90409] [-0.22598] [ 4.86765]
D(DLNDPK(-2)) -0.001442 0.009327 -0.845321 -0.010866 2.000829
(0.00268) (0.01434) (0.18277) (0.01133) (0.61338)
[-0.53775] [ 0.65061] [-4.62509] [-0.95903] [ 3.26196]
D(DLNDPK(-3)) -0.000204 0.003650 -0.399151 -0.008027 1.074586
(0.00181) (0.00970) (0.12362) (0.00766) (0.41489)
[-0.11270] [ 0.37637] [-3.22875] [-1.04746] [ 2.59006]
D(DLNASET(-1)) -0.079388 -0.063730 1.668835 -0.828546 -7.798156
(0.02937) (0.15701) (2.00164) (0.12408) (6.71762)
[-2.70285] [-0.40590] [ 0.83373] [-6.67735] [-1.16085]
D(DLNASET(-2)) -0.051446 -0.154572 3.394700 -0.595356 -2.039544
(0.03414) (0.18248) (2.32636) (0.14421) (7.80740)
[-1.50704] [-0.84706] [ 1.45923] [-4.12832] [-0.26123]
102
D(DLNASET(-3)) -0.045233 -0.116930 2.066083 -0.254067 -3.917455
(0.02811) (0.15026) (1.91554) (0.11875) (6.42867)
[-1.60923] [-0.77820] [ 1.07859] [-2.13959] [-0.60937]
D(DINF(-1)) -0.001830 -0.001999 0.083646 0.007293 0.954311
(0.00105) (0.00562) (0.07164) (0.00444) (0.24042)
[-1.74061] [-0.35582] [ 1.16761] [ 1.64227] [ 3.96930]
D(DINF(-2)) -0.001008 -0.003769 0.067168 0.005503 0.529332
(0.00077) (0.00412) (0.05247) (0.00325) (0.17610)
[-1.30971] [-0.91568] [ 1.28005] [ 1.69163] [ 3.00585]
D(DINF(-3)) -0.000818 -0.002180 0.041545 0.004199 0.262916
(0.00049) (0.00264) (0.03362) (0.00208) (0.11282)
[-1.65903] [-0.82683] [ 1.23585] [ 2.01474] [ 2.33039]
C -5.39E-05 -0.000347 -0.002149 -0.000347 -0.017225
(0.00028) (0.00150) (0.01915) (0.00119) (0.06427)
[-0.19182] [-0.23093] [-0.11220] [-0.29241] [-0.26803] R-squared 0.457446 0.337219 0.703864 0.635322 0.725803
Adj. R-squared 0.317432 0.166179 0.627441 0.541211 0.655043
Sum sq. resids 0.000382 0.010911 1.773310 0.006815 19.97300
S.E. equation 0.002482 0.013266 0.169121 0.010484 0.567578
F-statistic 3.267149 1.971576 9.210191 6.750798 10.25719
Log likelihood 371.3822 238.9571 37.86956 257.5505 -57.78101
Akaike AIC -8.971701 -5.619168 -0.528343 -6.089887 1.893190
Schwarz SC -8.461820 -5.109287 -0.018462 -5.580006 2.403071
Mean dependent -0.000126 -0.000288 -2.92E-05 9.67E-06 -0.002405
S.D. dependent 0.003004 0.014528 0.277076 0.015478 0.966369 Determinant resid covariance (dof adj.) 8.09E-16
Determinant resid covariance 2.41E-16
Log likelihood 860.0469
Akaike information criterion -19.49486
Schwarz criterion -16.79549
6. Uji Impulse Rensponse Function (IRF)
#Tabel
Respo
nse of DLNPD
B:
Period DLNPDB DLNTP DLNDPK DLNASET DINF 1 0.002482 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.002196 0.001227 -7.11E-05 -0.000814 0.000603
3 0.002694 0.001886 0.000470 -0.000575 0.000540
4 0.002424 0.001819 0.000387 -0.000822 0.000194
5 0.002628 0.001352 0.000530 -0.000515 0.000607
6 0.002804 0.001630 0.000276 -0.000834 0.000751
7 0.002508 0.001679 0.000505 -0.000709 0.000711
8 0.002591 0.001745 0.000471 -0.000692 0.000549
103
9 0.002419 0.001523 0.000331 -0.000659 0.000356
10 0.002584 0.001477 0.000380 -0.000631 0.000574
#Grafik
.0000
.0004
.0008
.0012
.0016
.0020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DLNPDB to CholeskyOne S.D. DLNTP Innovation
-.0001
.0000
.0001
.0002
.0003
.0004
.0005
.0006
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DLNPDB to CholeskyOne S.D. DLNDPK Innovation
-.0009
-.0008
-.0007
-.0006
-.0005
-.0004
-.0003
-.0002
-.0001
.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DLNPDB to CholeskyOne S.D. DLNASSET Innovation
.0000
.0001
.0002
.0003
.0004
.0005
.0006
.0007
.0008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DLNPDB to CholeskyOne S.D. DINF Innovation
7. Uji Varians Decomposition(VD)
#Tabel
Varian
ce Decomposition
of DLNPD
B:
Period S.E. DLNPDB DLNTP DLNDPK DLNASET 1 0.002482 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.003676 81.23165 11.13754 0.037388 4.901412
3 0.005017 72.44407 20.10813 0.896660 3.945862
4 0.005935 68.46347 23.76410 1.067007 4.736693
5 0.006699 69.13471 22.72691 1.463804 4.309323
6 0.007532 68.54619 22.65903 1.292426 4.636115
7 0.008192 67.32347 23.35820 1.472104 4.669199
8 0.008824 66.64119 24.04204 1.553030 4.638387
9 0.009311 66.59252 24.26679 1.520785 4.666951
10 0.009820 66.79688 24.08074 1.516779 4.609417
104
#Grafik
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DLNPDB DLNTP DLNDPKDLNASSET DINF
Variance Decomposition of DLNPDB