Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan...

44
Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di Kalimantan

Transcript of Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan...

Page 1: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

1BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Potensi Aneka Usaha Kehutanan

Mendukung Pembangunan di Kalimantan

Page 2: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

2 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Pembaca yang budiman, pada edisi Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015 Majalah Bekantan mengangkat topik Aneka Usaha Kehutanan untuk Mendukung Nawacita Kabinet Kerja. Salah satu fokus Kabinet Kerja yang tercantum dalam Nawacita adalah upaya membangun Indonesia dari pinggiran dan mewujudkan kemandirian ekonomi

dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Salah satu program sektor kehutanan yang terkait dengan

upaya tersebut adalah pengembangan Aneka Usaha Kehutanan (AUK). Aneka Usaha Kehutanan adalah kegiatan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan hasil hutan bukan kayu sebagai sumber pendapatan masyarakat yang berkesinambungan dan ramah lingkungan, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat. Komoditi AUK yang potensial untuk dikembangkan adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil buah dan biji, tanaman penghasil getah-getahan dan resin, dan tanaman penghasil minyak atsiri.

Pengembangan AUK didasarkan kepada potensi lokal dan aspirasi masyarakat setempat. Oleh karena itu, diperlukan adanya identifikasi dan inventarisasi yang mencakup potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, sarana dan prasarana produksi, pasar, serta kelembagaan dan permodalan. Selain itu, pengembangan AUK tidak dapat dibangun melalui pendekatan produksi saja (supply driven), tetapi juga harus mempertimbangkan peningkatan kompetensi lokal melalui pendekatan sistem agribisnis yang efisien dan berdaya saing tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam rangka mendorong tumbuh kembangnya AUK di Kalimantan, Majalah Bekantan khususnya pada Rubrik Lansekap, Fokus dan Artikel akan membahas topik terkait dengan pengembangan AUK di Kalimantan. Pada Rubrik Lansekap akan dibahas dua (2) topik, yakni: (1) Kontribusi Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) Sultan Adam Pada Pengembangan AUK di Kalsel dan (2) Potensi Buah Lokal Kalimantan Untuk Mendukung AUK. Pada Rubrik Fokus akan dibahas empat (4) topik, yakni; (1) Potensi dan Tantangan Pengembangan AUK di Kalimantan, (2) Potensi Bioprospeksi Jamur Hutan Tropis Untuk Mendukung Aneka Usaha Kehutanan, (3) Potensi Pengembangan Woodpellet di Kalimantan, dan (4) Potensi Perdagangan Karbon di Kalimantan. Pada Rubrik Artikel akan menampilkan dua (2) tulisan, yakni: (1) Potensi Pengembangan Lebah Propolis Trigona di Kalimantan dan (2) Model Pengembangan Gaharu di Kalimantan.

Semoga tema Aneka Usaha Kehutanan dapat memberikan masukan bagi pengelolaan hutan dan kehutanan untuk terwujudnya visi “Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera”.

SALAM REDAKSI

PENANGGUNG JAWAB:

Ir. Tjuk Sasmito Hadi, MSc

DEWAN REDAKSI:

Dr. Acep Akbar

Marinus K. Harun, MSc

Adnan Ardana, S.Sos

REDAKSI PELAKSANA:

Winingtyas W, S.Hut, MT, MSc

Fauziah, S. Hut

Agus Fitrianto, S. Hut

DESAIN GRAFIS DAN LAYOUT:

Purwanto Budi S., S.Hut, MSc.

Sukma Alamsyah

Henda Ambo Basiang

ALAMAT REDAKSI:

Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

Jl. A. Yani Km 28,7 Landasan Ulin

Banjarbaru - Kalimantan Selatan 70721

Phone. (0511) 4707872,

Fax. (0511) 4707872

E-mail : [email protected]

DIPA BPK Banjarbaru 2015

Potensi Aneka Usaha Kehutanan

Mendukung Pembangunan di Kalimantan

Page 3: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

3BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015 3BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

LANSEKAP:KONTRIBUSI PENGELOLAAN TAHURA SULTAN ADAM PADA PENGEMBANGAN ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KALIMANTAN SELATAN ......... 4

LANSEKAP:“POTENSI BUAH LOKAL KALIMANTAN” INDUSTRI PANGAN ALTERNATIF DARI HUTAN ............ 9

PROFIL:ST12: SEMANGAT TANAM DAN PELIHARA POHON ... 13

FOKUS:PEMBANGUNAN MODEL ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KALIMANTAN ................................. 17

POTENSI BIOPROSPEKSI JAMUR HUTAN TROPIS UNTUK MENDUKUNG ANEKA USAHA KEHUTANAN ........................................................... 23

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI WOOD PELLET UNTUK MENDUKUNG ANEKA USAHA KEHUTANAN ........................................................... 26

MERAJUT ASA BERDAGANG KARBON DI KALIMANTAN SELATAN ....................................... 29

ARTIKEL:PENGEMBANGAN BISNIS GAHARU DI KALIMANTAN SELATAN ....................................... 33

ARTIKEL:PROSPEK BUDIDAYA LEBAH PROPOLIS TRIGONA ..... 38

LINTAS BERITA ........................................................ 43

DAFTAR ISI

Page 4: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

4 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

LANSEKAP

Akhir-akhir ini kawasan

Tahura Sultan Adam

sering disebut-sebut

di media lokal mau-

pun nasional. Hal ini terkait dengan

berbagai potensi pemanfaatan

jasa lingkungan yang dimilikinya

mau-pun dengan berbagai perma-

salahan besar yang dihadapi dalam

pengelolaannya. Kawasan Tahura

Sultan Adam dengan luas 113.617

Ha merupakan kawasan konservasi

yang sejak era otonomi daerah

pengelolaannya dilimpahkan ke

pemerintah daerah. Sejak 2009

pengelolaan Tahura Sultan Adam

dilaksanakan oleh sebuah UPTD di

bawah Dinas Kehutanan Provinsi

Kalimantan Selatan. Kawasan

KONTRIBUSI PENGELOLAAN TAHURA SULTAN ADAM PADA PENGEMBANGAN ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KALIMANTAN SELATANOleh : Alip Winarto, S.Hut., M.Si.Kepala Seksi Pemanfaatan Tahura Sultan Adam

konservasi ini merupakan salah satu

dari kawasan hutan yang tersisa di

Kalimantan Selatan setelah kawasan

hutan produksi tidak lagi menjadi

primadona dan ditinggalkan oleh

para pemilik HPH.

Pengelolaan Tahura Sultan

Adam memiliki beberapa tujuan

sebagai berikut. Pertama, guna

terjaminnya kelestarian kawasan

Tahura dengan segala plasma

nutfah yang terkandung di

dalamnya. Kedua, terbinanya koleksi

tumbuhan dan satwa serta potensi

Tahura. Ketiga, mengoptimalkan

pemanfaatan Tahura untuk koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang

dimanfaatkan untuk kepentingan

penelitian, pendidikan dan pelatihan,

ilmu pengetahuan, penyuluhan,

menunjang budaya, pariwisata dan

rekreasi. Keempat, tempat wisata

alam sebagai sarana bina cinta alam,

memelihara keindahan alam dan

menciptakan iklim yang baik. Kelima,

meningkatkan fungsi hidrologis

Sub DAS Riam Kanan. Keenam,

meningkatkan pendapatan asli

daerah.

Selama berpuluh-puluh tahun,

sektor kehutanan di Kalimantan

Selatan terfokus pada hasil hutan

kayu. Hal ini ditandai dengan

ekspolitasi secara besar-besaran

terhadap hutan produksi oleh HPH

dan hadirnya beberapa industri

plywood skala besar dan turunannya.

Di era kejayaannya kehadiran usaha

perkayuan baik di hulu maupun di

hilir banyak memberikan kontribusi

yang signifikan dalam mendukung

Dam PLTA IR. PM NOOR

4 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 5: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

5BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015 5BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

pembangunan melalui pungutan

PSDH dan DR maupun penyediaan

lapangan kerja di Kalimantan

Selatan. Pemanfaatan jasa

lingkungan yang sebenarnya ketika

itu juga merupakan potensi yang

dapat dikelola dan dikembangkan

pada sektor kehutanan menjadi

terabaikan. Setelah potensi kayu di

hutan produksi semakin menyusut

dan tidak ekonomis diusahakan

seiring dengan kerusakan hutan di

Kalimantan Selatan, baru disadari

bahwa potensi non kayu harus

dikelola dan dimanfaatkan dengan

baik, sambil kembali membangun

hutan yang terlanjur rusak.

Pemanfaatan jasa lingkungan

merupakan suatu bentuk usaha

yang memanfaatkan potensi jasa

lingkungan dengan baik tidak merusak

lingkungan dan mengurangi fungsi

utamanya. Kegiatan pemanfaatan

jasa lingkungan dapat berupa:

Hasilnya secara finansial adalah

sejak 2011 pengelolaan wisata alam

Tahura Sultan Adam Mandiangin

memberikan kontribusi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) meningkat dari

tahun ke tahun. PAD ini berupa

pungutan retribusi yang dikenakan

kepada para pengunjung, kendaraan

bermotor, pemakaian fasilitas yang

dibangun oleh pengelola (outbond,

Rumah Banjar, gedung informasi

dan warung wisata). Mekanisme

pemungutan diatur dalam Peraturan

Gubernur Kalimantan Selatan No.

038 Tahun 2012 tentang Tata Cara

Pembayaran, Penyetoran dan Tempat

Pembayaran Retribusi Jasa Usaha

pada Tahura Sultan Adam. Lebih

dari 12.000 pengunjung tiap tahun

mengunjungi obyek Wisata Alam

Tahura Sultan Adam Mandiangin.

Selain memberikan kontribusi PAD

bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan

Selatan, pengelolaan wisata alam

usaha wisata alam, usaha olahraga

tantangan, usaha pemanfaatan air,

usaha perdagangan karbon (carbon

trade) atau usaha penyelamatan

hutan dan lingkungan. Sejak tahun

2011 pengelola Tahura Sultan Adam

dengan segala keterbatasannya

mulai melakukan pengelolaan

pemanfaatan jasa lingkungan. Salah

satunya adalah berupa pengelolaan

wisata alam Tahura Sultan Adam

Mandiangin. Kegiatan ini sebenarnya

telah lama dilakukan oleh pengelola

sebelumnya. Tetapi pasca penyerahan

pengelolaan ke daerah, pengelolaan

wisata alam Tahura Sultan Adam

Mandiangin mati suri. Beberapa

fasilitas pendukung yang ada tidak

terpelihara dengan baik sehingga

mengalami kerusakan. Beberapa

upaya membenahi fasilitas yang ada

dan menambah fasilitas baru untuk

mendukung pengelolaan wisata

alam terus dilakukan.

Belajar kepada alam.

5BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 6: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

6 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Penangkaran rusa sambar.

6 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

juga memberikan kontribusi

kepada masyarakat lokal berupa

alternatif penghasilan bagi mereka.

Beberapa kelompok masyarakat

memanfaatkan ramainya kunjungan

wisata ke Tahura Sultan Adam

Mandiangin dengan membuat kios-

kios makanan, pengelolaan parkir,

penyewaan perlengkapan berenang,

dan sebagainya.

Di lokasi Wisata Alam Tahura

Sultan Adam Mandiangin, para

pengunjung dimanjakan dengan

beberapa view (pemandangan) yang

Fasilitas yang ada akan semakin

ditingkatkan untuk mendukung

pengelolaan wisata alam Mandiangin

ini.

Pengelolaan potensi wisata

alam Tahura Sultan Adam akan

terus dikembangkan dari waktu

ke waktu. Tidak hanya di wilayah

Mandiangin saja, potensi wisata

alam juga banyak ditemukan di

Waduk Riam Kanan dan sekitarnya.

Keberadaan perairan Waduk Riam

Kanan, Pulau Pinus I, Pulau Pinus

II, Bukit Batas, Air Terjun Lembah

Kahung, Air Terjun Pahiyangan dan

sebagainya sudah lama dikenal.

Meskipun belum ada pengelolaan

secara intensif termasuk pengenaan

retribusi terhadap pengunjung

Obyek Wisata Alam Tahura Sultan

Adam di Riam Kanan, tempat-tempat

tersebut sudah ramai dikunjungi.

Potensi ini jika dikelola, baik secara

murni oleh pengelola Tahura Sultan

indah seperti hamparan hutan tropis

yang masih terpelihara dengan baik,

view “tengger Mandiangin”, situs

bangunan bersejarah, air terjun,

agrowisata, penangkaran rusa dan

sebagainya. Pengunjung juga dapat

menikmati serunya outbond di lokasi

Wisata Alam Tahura Sultan Adam

Mandiangin, hiking, bersepeda

gunung, mandi di Kolam Belanda,

camping di beberapa camping ground

yang tersedia, melihat dari dekat

kegiatan konservasi rusa Sambar

(Cervus unicolor) dan sebagainya.

Tabel 1. Penerimaan Retribusi Wisata Alam Tahura Sultan Adam Mandiangin Sampai dengan bulan Maret 2015

No. Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Keterangan

1. 2011 - 94.852.500,00

2. 2012 100.000.000,00 115.427.500,00

3. 2013 150.000.000,00 181.105.000,00

4. 2014 150.000.000,00 150.877.500,00

5. 2015 150.000.000,00 49.705.000,00

Sumber : Laporan Tahunan Tahura Sultan Adam, 2014

Page 7: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

7BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Wisata pulau pinus.

Mandiangin.

Sultan Adam dalam pengem-bangan

aneka usaha kehutanan di Kali-

mantan Selatan.

Tahura Sultan Adam juga

berkontribusi memberikan menye-

diakan sumber air baku bagi PDAM

Bandarmasih maupun Intan Banjar

yang kemudian diusahakan secara

komersial oleh

P D A M .

7BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Adam maupun berkolaborasi

dengan berbagai pihak yang terkait

dipastikan juga mampu memberikan

kontribusi bagi PAD Provinsi

Kalimantan Selatan. Pengelolaan ini

diharapkan akan berimbas positif

terhadap keberadaan masyarakat di

sekitar Waduk Riam Kanan sehingga

mereka akan terpanggil untuk tidak

mengganggu hutan, ikut menjaga

dan melestarikan kawasan Tahura

Sultan Adam.

Potensi air yang bermanfaat luar

biasa untuk kepentingan komersial

dan non komersial juga tidak

terlepas dari keberadaan kawasan

Tahura Sultan Adam. Waduk Riam

Kanan yang merupakan bagian

dari kawasan Tahura Sultan Adam

luasnya mencapai kurang lebih

68 km2 dengan volume air kurang

lebih 492.000.000 m3. Melalui

pemanfaatan air permukaan ini telah

menggerakkan roda perekonomian

baik yang dilakukan dengan skala

perusahaan maupun oleh kelompok-

kelompok masyarakat.

Salah satu perusahaan yang

memanfaatkan air permukaan Tahura

Sultan Adam adalah PT. PLN Persero

Wilayah Kalselteng. PLTA Ir. PM Noor

sebagai bagian dari PT. PLN Persero

telah sejak lama menghasilkan

listrik sebesar 30 MW dimana secara

operasional PLTA ini sangat

tergantung pada

debit air

Waduk Riam Kanan yang tidak

lain adalah merupakan bagian dari

Tahura Sultan Adam. Perusahaan

milik negara ini membayar pajak

daerah yang berupa pajak air

permukaan kepada Pemerintah

Provinsi Kalimantan Selatan kurang

lebih berkisar Rp 600.000.000 –

Rp 900.000.000 per bulan. Hal ini

menunjukkan bahwa betapa besar

kontribusi penge-lolaan Tahura

Page 8: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

8 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/20158 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Sementara ini PDAM memanfaatkan

air baku dari Waduk Riam Kanan

meskipun saat ini pengambilannya

tidak langsung di kawasan Tahura

Sultan Adam tetapi mengambil

melalui jaringan irigasi Riam Kanan.

Wacana ke depan PDAM akan

mengambil air baku langsung dari

Waduk Riam Kanan dan wacana

tersebut sudah mulai direalisasikan

dengan membangun jaringan pipa

induk PDAM ke Waduk Riam Kanan.

PDAM selama ini juga memberikan

kontribusi kepada Pemerintah

Provinsi Kalimantan Selatan dengan

membayar pajak air permukaan.

Sayangnya sampai saat ini kontribusi

PT. PLN Persero maupun PDAM

yang memanfaatkan air permukaan

Air Terjun Mandiangin.

Tahura Sultan Adam belum diakui

sebagai bagian dari kontribusi atau

pendapatan yang dihasilkan dari

kawasan Tahura Sultan Adam.

Sementara itu yang tidak kalah

pentingnya adalah bahwa masyarakat

lokal yang tinggal di sekitar Waduk

Riam Kanan memanfaatkan air

permukaan Tahura Sultan Adam

untuk berbagai kepentingan. Mereka

mengembangkan usaha budidaya

ikan air tawar, memanfaatkan

sebagai media transportasi antar

desa, sumber air bersih dan

sebagainya. Secara langsung dan

tidak langsung mereka mendapatkan

manfaat ekonomi maupun non

ekonomi dengan keberadaan Tahura

Sultan Adam. Air yang dimanfaatkan

masyarakat sangat erat kaitannya

dengan keberadaan Tahura Sultan

Adam. Jala apung sebagai salah

satu bentuk pemanfaatan air

permukaan Tahura Sultan Adam

dapat ditemukan di perairan Waduk

Riam Kanan maupun sepanjang

aliran saluran irigasi Waduk Riam

Kanan. Transportasi antar desa di

sekitar Waduk Riam Kanan juga

yang menggunakan klotok, ketinting

dan alat sejenis lainnya juga sangat

tergantung pada air permukaan

Tahura Sultan Adam.

www.absoluterevo.wordpress.com

Page 9: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

9BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Hutan di Kalimantan termasuk kawasan

hutan tropika basah yang memiliki

keanekaragaman hayati sangat tinggi

di dunia. Selain sebagai penghasil kayu,

hutan di Kalimantan juga dikenal dengan kekayaan

keanekaragaman jenis dan plasma nutfah buah-buahan

dan merupakan pusat persebaran beberapa komoditas

buah-buahan tropis yang bernilai ekonomi tinggi. Data

hasil penelitian LIPI mengungkapkan terdapat 226 jenis

tanaman penghasil buah yang biasa dimakan (edible fruit)

yang ada di Kalimantan, dimana 58 jenis diantaranya telah

dibudidayakan dan sisanya masih tumbuh liar di hutan-

hutan.

“POTENSI BUAH LOKAL KALIMANTAN” INDUSTRI PANGAN ALTERNATIF DARI HUTANOleh: Junaidah

Buah Lokal Kalimantan

Musim buah di Kalimantan biasanya terjadi pada

bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Pada bulan-

bulan tersebut, dapat kita jumpai dengan sangat mudah

buah-buah tropis maupun buah-buahan lokal Kalimantan.

Buah-buahan Kalimantan ada yang berasal dari lahan

kering dan ada yang berasal dari lahan basah (lahan rawa).

Buah yang berasal dari lahan kering antara lain: durian

(Durio Sp.), manggis (Garcinia mangostana), cempedak

(Artocarpus integra), nangka (Artocarpus heterophyllus),

langsat (Lansium domesticum), rambutan (Nephelium

sp.), mangga (Mango sp.), sampai dengan buah-buahan

lokal khas Kalimantan seperti : kasturi (Mangifera casturi),

ramania (Bouea macrophylla Griffith), kapul (Baccaurea

sp.), dan kalangkala (Litsea sebifera).

Buah-buahan yang tumbuh di lahan rawa sebagian

besar satu marga dengan buah-buahan yang berasal

dari lahan kering, namun biasanya memiliki beberapa

sifat unggul, antara lain : (1) Kerabat durian liar (Durio

lowianus) dengan sifat unggul resisten terhadap pathogen

Phytopthora, daging buah tebal, citra rasa enak dan aroma

tidak menyengat; (2) kerabat manggis liar (Garcinia sp.),

seperti manggis ganal yang mempunyai bentuk dan

ukuran buah yang eksotik, daging buah berwarna putih

dengan cita rasa yang manis, sedangkan bundar/mundar

Buah local khas Kalimantan (a) Bundar, (b) Cempedak (c) Durian Pontianak, (d) Kalangkala, (e) Kasturi, (f) Rambutan

a

d

b

e

c

f

9BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

LANSEKAP

Page 10: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

10 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

(Garcinia forbessi) mempunyai warna merah cerah

menarik, disertai rasa daging buah yang asam-manis; (3)

Kerabat srikaya (Anona sp.), yang mempunyai ukuran buah

lebih besar daripada srikaya biasa; (4) Kerabat mangga

rawa (Mangifera sp.) seperti mangga hambuku, kasturi

dan kueni yang tumbuh dan bertahan hidup meskipun

dalam keadaan terendam harian dan kemasaman tanah

yang cukup ekstrim (pH 4).

Awal mulanya buah-buah lokal Kalimantan diperoleh

masyarakat dari hutan. Lama kelamaan, beberapa jenis

mulai dibudidayakan dan dikembangkan masyarakat

dalam bentuk kebun buah campuran. Masyarakat lokal

menyebut kebun buah campuran tersebut dengan

sebutan “Dukuh” atau “Pulau Buah”.

Dukuh diperoleh secara turun temurun dan masih

dikelola secara tradisional. Di dalamnya, masyarakat

menanam tanaman penghasil kayu, tanaman penghasil

buah dan tanaman semusim seperti empon-empon

(kencur, jahe, kunir), serei, kacang tanah dan pisang secara

bersama-sama.

Sedangkan di lahan rawa, pohon buah-buahan

ditanam dengan system surjan dan galengan.

Potensi Buah Lokal Kalimantan

Di Kalimantan, dapat kita temukan 226 jenis tanaman

penghasil buah-buahan. Berdasarkan perawakannya, dari

226 jenis dikelompokkan menjadi berupa pohon sebanyak

201 jenis, liana 12 jenis, perdu 8 jenis, semak 3 jenis dan

terna 2 jenis. Sedangkan dari 35 suku yang tercatat, 5 suku

yang dominan masing-masing adalah suku Euphorbiaceae

(31 jenis), Anacardiaceae (27 jenis),

Moraceae (25 jenis), Sapindaceae (18

jenis) dan Clusiaceae (16 jenis).

Buah lokal di Kalimantan

memiliki tingkat keaneka-ragaman

jenis dan genetik yang cukup tinggi

Misalnya saja jenis durian (Durio

Sp) dilaporkan sekitar 30 jenis, 14

jenis endemik di Kalimantan 3 jenis

endemik di Semenjung Malaya

dan 1 jenis di Sumatera. Tingginya

jumlah jenis Durio yang endemik di

Kalimantan memberikan gambaran

bahwa Kawasan ini merupakan

salah satu pusat terpenting

untuk keanekaragaman buah-

buahan kerabat durian. Dikawasan

Kalimantan ini juga dapat ditemukan berbagai jenis Durio

mulai dari yang ukuran buahnya sebesar bola tenis sampai

buah kelapa ataupun yang arilusnya berwarna keputihan

sampai merah tua, dengan rasa yang manis sampai

sangat manis.

Buah lokal Kalimantan sebenarnya tidak kalah dengan

buah-buahan tropis lainnya. Buah-buah lokal Kalimantan

banyak yang memiliki kandungan vitamin C yang tinggi,

bermanfaat sebagai antioksidan dan memiliki cita rasa

yang cukup enak.

Sebut saja manggis, buah ini dikenal sebagai ratu

buah yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di dunia.

Selain itu ada buah kasturi yang memiliki rasa dan aroma

yang sangat lezat sehingga sangat digemari masyarakat,

bundar dan ramania yang memiliki kandungan vitamin

C yang cukup tinggi serta buah kalangkala sangat cocok

dibikin asinan dan sebagai pelengkap sambal.

Buah-buah lokal Kalimantan dijual dengan harga

yang relative cukup murah. Buah-buah tersebut ada

yang dijual per ikat, per biji, per kilo atau per wadah.

Pada musim buah, kasturi dijual harga300-500/biji, buah

manggis dijual 1000-2000/biji tergantung dari ukurannya,

buah ramania dijual 500-700/biji, buah bundar dijual

dengan harga 200/biji, kapul dijual 5.000-4.000 /ikat dan

rambutan dijual 1.000-5.000/ikat dimana 1 ikat terdiri

dari 10-15 biji, cempedak dijual 5000-15.000/biji dan

durian dijual 10.000-30.000/biji. Buah-buah tersebut

menyumbang pendapatan yang cukup besar bagi rumah

tangga petani di pedesaan.

10 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 11: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

11BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Peluang Industri Berbasis Buah

Lokal

Buah-buahan lokal Kalimantan

selama ini belum dimanfaatkan

secara maksimal. Buah-buah lokal

banyak dikonsumsi dalam bentuk

buah segar atau dijadikan kue untuk

jajanan, sayur, asinan, misalnya:

godoh cempedak, asinan kalang

kala, sambal kalangkala dan mandai

empedak.

Pemanfaatan yang masih belum

maksimal ini menyebabkan pada

musim buah, banyak buah lokal

yang akhirnya busuk dan terbuang

percuma. Padahal sebenarnya, buah

lokal punya potensi besar untuk

dikelola lebih lanjut, diantaranya

diolah menjadi keripik buah.

Pengolahan buah lokal menjadi

keripik buah merupakan salah satu

bentuk alternative pemanfaatan

buah lokal yang sangat efektif,

khususnya pada musim buah dimana

jumlah buah sangat berlimpah.

Keripik buah mengandung

potensi untuk digali dan dikembang-

kan karena belum begitu dikenal

oleh masyarakat luas, sehingga

mengundang daya tarik masyarakat

untuk mencoba rasanya.

Keripik buah memiliki beberapa

daya tarik, antara lain: terbuat dari

bahan alami, aman untuk dikonsumsi,

rasa yang khas dan mengandung

nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Daya tarik tersebut meningkatkan

nilai tambah bagi produk keripik

buah.

Pengolahan buah menjadi

keripik akan meningkatkan harga

jual dari buah tersebut. Seperti:

usaha keripik aneka di malang yang

memproduksi keripik apel, salak dan

nangka. Salak pondoh yang harganya

cuma 5.000-10.000/kg, bila telah

diolah menjadi keripik harganya bisa

meningkat menjadi 80.000/kg. Begitu

juga dengan beberapa jenis buah

lainnya, seperti: nangka segar yang

harganya 1.500/kg bila telah menjadi

keripik bisa mencapai 50.000/kg.

Selain meningkatkan nilai

ekonomi buah, keberadaan industri

pengolahan buah lokal akan

mampu menyerap tenaga kerja

dan menjadi sumber pendapatan

bagi pemilik usaha tersebut yang

diharapkan juga dapat berpengaruh

dalam meningkatkan ekonomi

masyarakat lokal.Buah-buahan lokal

yang mempunyai peluang untuk

dikembangkan sebagai indutri keripik

antara lain :cempedak, rambutan dan

kasturi.

Kendala dan Tantangan

Pengembangan Usaha Pedesaan

Berbasis Buah Lokal

Kendala yang dihadapi dalam

pengembangan buah lokal adalah

kualitas buah masih rendah, harga

yang murah, produktifitasnya

tidak kontinyu, budidaya masih

bersifat tradisionil dan kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang

teknologi pengolahan hasil lanjutan.

Buah-buah lokal Kalimantan

sebagian besar dibudidayakan

masyarakat dalam bentuk kebun

buah campuran “dukuh”. Sistem

dukuh di Kalimantan, khususnya

wilayah Kalimantan Selatan

pengelolaannya masih bersifat

“seadanya”. Dalam sistem dukuh

pemeliharaan tanaman sangat

kurang, penataan dan kombinasi

jenis yang sangat tidak beraturan

dan kurangnya upaya untuk

meningkatkan kualitas produk. Hal

inilah yang menyebabkan rendahnya

kualitas buah yang dihasilkan dari

sistem dukuh sehingga harganyapun

sangat murah di pasaran.

Kurangnya pengetahuan masya-

rakat tentang budidaya kebun

campuran yang baik dan tingkat

pendidikan yang masih sangat

rendah merupakan salah satu pokok

permasalahan utama yang harus

diperhatikan. Masyarakat pedesaan

pemilik kebun campuran umumnya

mempunyai tingkat pendidikan SD,

bahkan banyak yang tidak sekolah.

Pemerintah daerah setempat

perlu mengupayakan adanya

penyuluhan-penyuluhan tentang

budidaya kebun campuran yang baik

dan benar. Ini menjadi tantangan

11BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 12: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

12 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/201512 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Produk keripik buah. Sumber foto: mistercrips.wordpress.com

bagi pemda setempat untuk

meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan masyarakat pedesaan

dalam hal budidaya dukuh.

Kendala lain yang cukup

penting untuk diselesaikan adalah

buah-buah lokal memiliki proses

pembusukan yang sangat cepat.

Ini menjadi tantangan bagaimana

caranya menciptakan teknologi

pengolahan hasil lanjutan sehingga

buah-buah tersebut bisa dikonsumsi

untuk jangka waktu yang lebih lama.

Sebenarnya pengolahan lanjutan

buah lokal sudah ada, misalnya:

asinan kalangkala dan asinan bundar.

Namun masih dalam skala kecil dan

pengemasan produk kurang menarik

sehingga banyak tidak dikenal oleh

masyarakat luas. Pengolahan hasil

buah lokal lanjutan yang lebih variasi

akan sangat mendukung upaya

pengembangan usaha pe-desaan

berbasis buah lokal.

Beberapa upaya yang bisa dila-

kukan untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas buah lokal antara

lain: intensifikasi dukuh melalui

kegiatan pemeliharaan

yang lebih efektif

seperti penyiangan,

p e m u p u k a n ,

pemangkasan

dan penjarangan pohon yang

terkena hama penyakit. Selain itu ada

kegiatan yang bisa dikembangkan

untuk jangka panjang seperti

penanaman tanaman baru dengan

pola yang lebih teratur dan

penggunaan benih buah lokal yang

unggul dan berkualitas.Benih unggul

buah lokal bias diperoleh melalui

program pemuliaan.

Penutup

Kalimantan memiliki potensi

buah lokal yang sagat tinggi. Jenis

buah yang sangat beragam dan

lahan penanaman yang masih cukup

luas akan sangat mendukung industri

berbasis buah lokal. Industri ini juga

akan mendukung peningkatan

sumber pangan alternatif.

Pengembangan industri

buah lokal kalimantan

sebagai industri

alternatif pangan

dari hutan

akan mampu

menjadi bentuk

alternatif pemanfaatan hasil hutan

di wilayah sekitar hutan. Namun

pengembangan industri ini, perlu

dukungan dari pemerintah daerah

setempat dan instansi-instansi

terkait. Dengan adanya industri ini

diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di

pedesaan, khususnya disekitar hutan

dan mendukung program ketahanan

pangan (JND)***.

Sumber PustakaTahan Uji. 2005. Keanekaragaman Jenis, Plasma

Nutfah dan Potensi Buah-buahan Asli

Kalimantan. Biosmart Volume 6 No. 2 Hal.

117-125.

Junaidah. 2015. Survei, Wawancara dan

Dokumentasi pribadi.

12 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

ww

w.k

amba

tikpa

rk.b

logs

pot.

com

Page 13: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

13BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Mendengar kata ST12, yang terpikir adalah nama group musik/

band. Namun ini bukan band ST12 melainkan satu komunitas

yang bercita-cita memun-culkan orang-orang yang peduli

terhadap lingkungan. Harapannya dari komunitas ini lahir

kesadaran untuk menanam pohon, yang pada akhirnya tercipta lingkungan

yang sehat dan lestari. Untuk lebih jelasnya lagi tentang komunitas ST12 ini,

berikut hasil wawancara tim redaksi majalah bekantan dengan pendiri dan

penggiat ST 12. Mereka adalah Kusnowadi, Akhmad rifani, dan Rijali Anwar.

Bisa diceritakan apa itu ST 12?

Berawal dari obrolan di warung mengkritisi keadaan lingkungan yang

semakin rusak, namun upaya dari pemerintah kesannya hanya bersifat

ceremonial, belum membentuk kesadaran masyarakat untuk menanam pohon.

Kelompok pertama terbentuk di kelurahan Sungai Besar, kecamatan Banjarbaru

Selatan, kota Banjarbaru. Harapannya berawal dari 12 orang di sungai besar

ini, akan terbentuk minimal 12 orang lagi di tempat yang lain, yang tiap sabtu

pagi jam 8-11 menanam, memupuk, menyulam pohon. Cita-citanya di setiap

kabupaten di Indonesia terbentuk 12 orang yang menanam secara rutin dan

serempak setiap sabtu pagi jam 8-11.

ST 12 adalah

singkatan dari Serbu tanam

per kelompok 12 orang.

ST12: SEMANGAT TANAM DAN PELIHARA POHON

P R O F I L

13BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 14: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

14 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Kapan ST12 berdiri?

Terbentuk pertengahan tahun 2011. Setelah itu

pada hari ulang tahun lintas Forum Lintas paguyuban

Banjarbaru tgl 31 Desember 2011, ST12 dikukuhkan oleh

Walikota Banjarbaru. Pada tanggal tersebut perwakilan

semua etnis menanam mahoni dan tanjung di Jl. Aneka

Tambang Banjarbaru.

Siapa saja yang menjadi pemprakarsa berdirinya

ST12?

Pemprakarsanya adalah 12 orang pertama yaitu

Kusnowadi, Dedi, Setiaman, Basuki, Sautin, Tugini,

Suprihadi, Herman, Sucipto, Bahri, Rijali Anwar, dan

Akhmad Rifani.

Sebenarnya, apa tujuan didirikannya ST12?

Banjarbaru yang dulu hutan berubah menjadi kota

pemukiman. Penduduk semakin banyak, memerlukan air

dan oksigen yang lebih banyak. Sementara pohon yang

berperan dalam ketersediaan air dan oksigen semakin

habis. Sehingga harus ada upaya untuk mengembalikan

hijaunya Banjarbaru. Selain itu ST12 ingin membentuk

kesadaran masyarakat untuk mencintai pohon dengan

cara rutin menanam dan memeliharanya setiap sabtu pagi.

Terlebih kota Banjarbaru pernah mengalami banjir

ketika hujan terus menerus beberapa hari, yang disebabkan

semakin berkurangnya daerah resapan air. Karenanya

melalui Akhmad Rifani, anggota ST12 yang sekaligus Lurah

Sungai Besar, memberikan arahan kepada pengembang

perumahan di Sungai Besar untuk menyediakan fasiltas

umum untuk dapat ditanami. Menjelaskan kepada mereka

juga jenis-jenis yang cocok untuk ditanam.

Kegiatan apa saya yang sudah dilaksanakan ST12?

Melakukan penanaman di pinggi jalan-jalan umum,

di halaman tempat ibadah, di fasilitas umum sebagai

peneduh kota. ST12 juga membuat Mou dengan TNI

Polri dalam hal bantuan tenaga untuk penanaman. Selain

itu ST12 juga bekerjasama dengan sekolah-sekolah dari

TK, SMP dan SMA dalam kegiatan penanaman pohon.

Akhirnya tanggal 31 Januari ditetapkan oleh Pemerintah

Kota Banjarbaru sebagai Hari Gerakan Siswa Menanam.

Page 15: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

15BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Kendala apa saja yang dhadapi

ST12 dalam mencapai tujuannya?

Kendala yang dihadapi antara

lain, tanaman yang ditanam di

pinggir jalan harus direlakan ketika

terjadi pelebaran jalan. Kemudian

pohon yang ditanam di lahan

kosong, karena tanahnya dimiliki

individu dan dijual akhirnya direlakan

juga diratakan untuk dibangun

perumahan. Selain itu ST12 juga

terbatas dalam mendapatkan bibit

tanaman buah, padahal masyarakat

khususnya di perumahan menyukai

tanaman buah.

Selain itu terdapat kendala juga

dari sisi keengganan masyarakat

bergabung di komunitas ini. Salah

satu alasannya adalah adanya

anggapan ST12 mendukung partai

atau calon kepala daerah tertentu.

Atau dengan bahasa lain ST12 ikut

berpolitik praktis. Hal itu telah coba

dibantah dengan prakarsa dari ST12

mengundang semua partai untuk

menanam bersama.

Dari mana pendanaan ST12?

Semua kegiatan ST12 dibiayai

secara swadaya. Kalaupun dapat dari

pihak lain, ST 12 tidak menerima

sumbangan berupa uang, tapi

berupa barang. Misalkan ada

sumbangan berupa mobil pick up

dari politisi PPP. Springle air untuk di

persemaian dari Ibu Soraya Zulkifli

(Mantan Menhut). Sumbangan bibit

dari BPTH dan BPDAS. Sumbangan

tenaga dari TNI Polri dan dari

masyarakat umum berupa air mineral

dan makanan ringan dalam setiap

kegiatan mingguan.

Siapa saja yang menjadi anggota

ST12?

ST12 terbuka umum untuk siapa

saja, apa pun profesinya, rimbawan,

swasta, ibu rumah tangga, PNS,

pemuka agama dan lain sebagainya.

Tidak tertutup untuk etnis manapun.

Karenanya ketika seorang yang telah

menjadi anggota ST12, kemudian

orang tersebut mencalonkan diri

menjadi anggota dewan atau kepala

daerah, nah ST12 akhirnya dianggap

mendukung calon tertentu, padahal

jauh sebelumnya sudah aktif di ST12.

Syarat menjadi anggota ST12?

Syarat anggota ST12 hanya dua

yaitu ‘gila’pohon dan cinta pohon.

Dalam artian senang menanam dan

memelihara pohon. Alhamdulillah

sekarang di banjarbaru sudah ada 50

orang anggota ST12 dua diantaranya

bergelar Doktor yaitu Dr. Acep Akbar,

peneliti utama di BPK banjarbaru dan

Dr. Ijwi. Setiap minggu anggota di-

sms, yang mengingatkan tempat dan

waktu penanaman atau pemeliharaan

yang akan dilaksanakan.

Pandangan ST12 terhadap

kegiatan rehabilitasi dan

penghijauan yang ada saat ini?

Menurut kami kegiatan reha-

bilitasi dan penghijauan saat ini

belum maksimal, karena kegiatan

tersebut hanya dicanangkan setahun

sekali dan dengan biaya yang cukup

besar. ST12 pernah melaksanakan

yang serupa bekerjasama dengan

TNI Polri dengan biaya yang jauh

lebih kecil.

Kira-kira berapa batang pohon

yang telah ditanam dan jenisnya

apa saja?

Kira-kira selama ini telah kami

tanam 20.000 pohon. Jenis yang

ditanaman seperti trembesi, mahoni,

bentawas, tanjung dan sedikit

tanaman buah-buahan seperti

kelengkeng dan rambutan.

15BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 16: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

16 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Penghargaan apa saja yang telah

didapatkan oleh ST12?

Penghargaan langsung untuk

ST12 yang didapat adalah dari

Jawa Post Award sebagai program

unggulan partisipasi publik. Namun

penghargaan untuk anggota ST12

seperti yang didapatkan oleh H.

Rukimin mendapat kenaikan pangkat

luar biasa di TNI karena kiprahnya

di ST12. Kemudian Kelurahan

Sungai Besar yg dipiesar mendapat

penghargaan Kelurahan Peduli

Kehutanan di Istana Negara. Namun,

yang perlu dicatat ST12 melakukan

kegiatannya bukan untuk mendapat

penghargaan. Namun penghargaan

tersebut hanyalah buah dari kegiatan

yang telah dilakukan dan bukan

menjadi tujuan.

Pesan atau informasi dari ST12

untuk pembaca Majalah Bekantan?

Kami ingin mengucapkan

terimaksih kepada Pimpinan BPTH,

BPDAS, BPKH, Bakorluh yang sudah

memberikan dukungan dan bantuan

dalam kegiatan ST12. ST12 tidak

pernah mengajak, namun hanya

menyampaikan bahwa ST12 ada di

Indonesia. Bila ada dari pembaca

majalah ini yang mau menjadi

bagian komunitas ini, dan siap turun

ke lapangan setiap sabtu pagi jam

08.00- 11.00 dapat menghubungi

kontak person ST12 yaitu Kusnowadi

di Nomer HP 08125100160. Tidak

lupa kami mengucapkan terimakasih

kepada BPK Banjarbaru karena telah

mengangkat ST12 di rubrik profil

dalam majalah bekantan. Semoga

melalui majalah ini semakin banyak

lagi orang-orang yang mau ikut

dalam serbu tanam per kelompok 12

orang.... ST12.

Page 17: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

17BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

F O K U S

PENDAHULUAN

Aneka Usaha Kehutanan (AUK) merupakan

usaha bidang kehutanan yang berbasis hasil

hutan bukan kayu (HHBK). Pengelolaan

AUK berorientasi pada peningkatan

produktivitas hutan dan lahan dengan memperhatikan tiga

(3) azas, yaitu: ekonomi, sosial dan ekologi (lingkungan).

Upaya pengembangan AUK dilakukan melalui

pemberdayaan kelompok tani berbasis spesifik komoditas.

Pengembangan AUK memerlukan adanya perhatian dari

pemerintah dan para pihak terkait dengan melakukan

pembinaan melalui aturan (regulasi), pendampingan

(supervisi) dan fasilitasi, yang diwujudkan dalam bentuk

pembangunan infrastruktur baik fisik maupun sosial

(kelembagaan masyarakat). Upaya pemberdayaan tersebut

dilakukan melalui proses pendidikan yang berkelanjutan,

PEMBANGUNAN MODEL ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KALIMANTANOleh: Acep Akbar dan Marinus K. Harun

sehingga mereka mempunyai akses terhadap sumber

daya hutan, teknologi, dan modal. Pengembangan AUK

dilaksanakan dengan pola kemitraan dan diarahkan

pada pengembangan komoditi HHBK yang memiliki

keunggulan komparatif dan kompetitif tinggi sehingga

pengembangannya dapat meningkatkan pendapatan

asli daerah (PAD) dan devisa negara. Pengembangan

AUK diharapkan dapat mendukung pembangunan di

Kalimantan dan mewujudkan kemandirian ekonomi

dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi

domestik.

Komoditas AUK yang berpotensi untuk dikembangkan

antara lain buah-buahan, getah-getahan dan resin,

tanaman obat, tanaman pangan, biji-bijian dan minyak

atsiri. Berbagai jenis tersebut dapat memberikan manfaat

bagi kehidupan manusia bahkan dapat dijadikan komoditas

yang mempunyai nilai ekonomi. Jenis komoditas HHBK

sangat banyak dan beragam. Masing-masing komoditas

mempunyai sifat dan karakteristik yang spesifik, seperti

tempat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca

panen, manfaat dan kegunaan serta nilai ekonominya,

sehingga dalam pengembangan usahanya diperlukan

adanya prioritas sesuai dengan kondisi setempat. Tulisan

Page 18: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

18 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

(c) (d)

(a) (b)

Beberapa contoh usaha bidang kehutanan yang menghasilkan hasil hutan bukan kayu antara lain (a) cendana, (b) budidaya lebah madu, (c) budidaya jamur, (d) budidaya ulat sutera, dan lain sebagainya.

Sumber foto: www.pusdiklathut.org

ini bertujuan untuk membahas

tentang HHBK di Kalimantan yang

berpotensi untuk dikembangkan

melalui pembangunan model AUK.

PEMBANGUNAN MODEL ANEKA

USAHA KEHUTANAN

Pembangunan Model AUK

adalah salah satu program

pengembangan usaha Perhutanan

Sosial (Persos), sehingga usaha

kelopok tani hutan (KTH) dalam

skala kecil dan menengah berbasis

hutan pada kawasan hutan maupun

di luar kawasan hutan (lahan milik)

berkembang dengan baik. Masyarakat

ditempatkan sebagai pelaku utama

dan diarahkan pada pembangunan

ekonomi kerakyatan, sehingga

petani secara bertahap akan mampu

mengelola hutan secara mandiri dan

berkelanjutan yang berazaskan pada

keseimbangan lingkungan (ekologi),

sosial-budaya dan ekonomi. Sesuai

dengan amanat Undang-undang

(UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah (Pemda) dan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20

Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

Pengaturan atas Penyelenggaraan

Pemda, sebagian urusan kehutanan

termasuk pengembangan AUK

diserahkan pengelolaannya

kepada pemerintah kabupaten/

kota. Peran Pemerintah Pusat

melalui Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan (LHK) dalam

pengembangan AUK adalah

memberikan arahan dan bimbingan

kepada pemerintah kabupaten/kota,

antara lain dengan cara memberikan

kriteria dan standar teknis dan

pengembangan kelembagaan.

Kriteria dan standar tersebut akan

berbeda untuk masing-masing

kabupaten/kota tergantung kondisi

biofisik, sosekbud masing-masing

daerah. Hal ini dimaksudkan agar

diperoleh data empiris dalam

perumusan rekomendasi serta

kriteria dan standar pengembangan

AUK yang sesuai dengan kondisi

setempat. Pembangunan Model AUK

perlu dilakukan secara berkelanjutan

dari waktu ke waktu seiring dengan

perkembangan biofisik dan sosial

ekonomi pada masing-masing

kabupaten, khususnya terhadap

perkembangan teknologi, sosial dan

ekonomi yang dapat berpengaruh

baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap kriteria dan

standar teknis dalam pembangunan

AUK tersebut. Model pengembangan

kelembagaan dan pemberdayaan

kelompok perlu mendapat perhatian

dalam pengembangan model AUK,

sehingga dari model tersebut akan

berkembang menjadi unit usaha

yang mandiri dan berkelanjutan.

Strategi yang ditawarkan sebagai

solusi permasalahan pengembangan

AUK di Kalimantan untuk faktor

kebijakan dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi kunci intervensi

pengembangannya, mulai dari kunci

pemasaran, kebijakan, kapasitas

usaha, sampai dengan kepemimpinan

dan akses finansial. Pengembangan

AUK memerlukan dua hal penting

sebagai kunci intervensi. Pertama,

informasi dan peningkatan kapasitas

melalui pengelolaan informasi dan

pembelajaran yang terus-menerus.

Kedua, kepemimpinan sebagai

ketokohan untuk melakukan berbagai

terobosan dalam memanfaatkan

peluang pasar, memaksimumkan

potensi dan menemukan strategi

yang tepat untuk menanggapi

berbagai situasi yang menghambat.

Kepemimpinan ini diperlukan dengan

berbagai kualitas di tingkat kebijakan/

kepemerintahan, pemerintah daerah,

lembaga bisnis di tingkat unit

usaha, dan pada aktor pendamping

masyarakat (LSM). Intervensi yang

dilakukan harus mempertimbangkan

kondisi terkini (existing) pengusahaan

HHBK yang akan dikembangkan

dengan karakteristik adanya

keterbatasan-keterbatasan perilaku

industri hilir yang masih dikuasai

negara pengimpor, kentalnya peran

Page 19: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

19BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Selain diambil manfaatnya, sudah selayaknya kelestarian hutan juga patut dijaga dari kerusakan.Sumber foto: www.mongabay.co.id

pengepul (agen) di negara produsen,

belum mantapnya standardisasi

dan pengembangan hanya dapat

dilakukan pada produk bahan

mentah dan industri primer saja.

Intervensi kebijakan yang akan

dilakukan perlu memperhatikan

lokasi dimana komoditas HHBK

akan dibudidayakan. Berdasarkan

lokasi tempat tumbuh komoditas

HHBK yang akan dikembangkan

maka komoditas HHBK berasal dari

kawasan hutan dan luar kawasan

hutan (lahan milik) atau hutan rakyat.

Komoditas HHBK yang berasal dari

pohon yang tumbuh di kawasan

hutan negara dibedakan menjadi

dua, yakni: (a) komoditas HHBK

yang berasal dari hutan lindung dan

dikenal dengan nama pemungutan,

(b) komoditas HHBK yang berasal

dari hutan produksi baik hutan alam

maupun hutan tanaman dikenal

dengan istilah pemanfaatan.

Langkah-langkah yang perlu

dilakukan sehubungan dengan

pengelolaan pemanfaatan HHBK

pada pengembangan AUK dapat

dijelaskan sebagai berikut: (1)

inventarisasi dan pemetaan potensi

komoditas HHBK yang akan

dikembangkan di dalam dan luar

kawasan hutan. Hal ini dimaksudkan

untuk memperoleh sebaran

potensinya pada setiap kabupaten/

kota. (2) penyusunan/perumusan

kebijakan yang mendukung

pengelolaan komoditas HHBK yang

akan dikembangkan menjadi HHBK

Unggulan Provinsi. Kebijakan ini

diharapkan dapat menjadi dasar bagi

pelaku usaha dan masyarakat yang

akan melaksanakan pengembangan

komoditas tersebut. Langkah ini

bersifat lintas sektor, antara lain: (a)

alokasi lahan produksi (alam dan

tanaman) untuk pengembangan

komoditas HHBK dimaksud, (b)

insentif bagi pelaku usaha dan

(c) insentif bagi masyarakat yang

akan mengembangkan komoditas

tersebut.

Faktor pendukung yang

diperlukan bagi pengembangan

komoditas HHBK yang akan

dikembangkan dalam AUK dapat

dijelaskan sebagai berikut (Dephut,

2009).

Pertama, pemantapan kawasan

yang mencakup aspek: (a) pening-

katan kelengkapan, keakuratan

dan keterkinian hasil inventarisasi

potensi komoditas HHBK yang akan

dikembangkan di dalam setiap

kegiatan inventarisasi hutan, (b)

percepatan proses pengukuhan,

penyelesaian konflik kawasan, proses

penyesuaian tata ruang, rekontruksi

(tinjau ulang) dan realisasi tata batas,

(c) percepatan proses pembentukan

unit-unit KPH pada seluruh kawasan

hutan (konservasi, lindung dan

produksi) dengan mengarus-

utamakan kelas perusahaan HHBK,

(d) implementasi dari perencanaan

pengembangan HHBK sebagai

bagian dari sistem perencanaan

kehutanan menuju terwujudnya

rencana kehutanan yang hirarkis

dan terintegrasi mulai dari tingkat

nasional, provinsi, kabupaten/

kota dan unit pengelolaan, yang

meliputi jangka waktu panjang dan

pendek pada seluruh kawasan hutan

(konservasi, lindung dan produksi).

Kedua, mitigasi perubahan

iklim, yang mencakup aspek: (a)

terselenggaranya secara optimum

peran kawasan hutan di dalam

mitigasi dan adaptasi perubahan

iklim dan diterimanya imbalan

yang seimbang dari peran tersebut.

Pengembangan komoditas HHBK

sebagai komoditas AUK ditempatkan

sebagai salah satu elemen pendukung

percepatan pembentukan KPH untuk

diposisikan sebagai register area

dalam mekanisme perdagangan

karbon, (b) identifikasi lokasi-lokasi

yang potensial memasuki skema

pasar karbon dan membangun model

implementasi skema perdagangan

karbon dengan lebih menitikberatkan

pemanenan HHBK serta lebih banyak

menunda pemanenan kayu untuk

memperbesar cadangan karbon,

Page 20: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

20 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Rotan adalah hasil hutan non kayu yang dapat memberi konstribusi kepada masyarakat dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

(c) Penyelenggaraan penelitian

kemampuan/kapasitas penyerapan

dan penyimpanan karbon (CO2) oleh

tegakan hutan dan pengembangan

sistem perhitungannya, ketika

tegakan lebih diarahkan untuk

produksi HHBK.

Ketiga, pemanfaatan hutan yang

mencakup aspek: (a) penyempurnaan

pedoman dan percepatan tata hutan

baik untuk hutan konservasi, lindung

dan produksi sebagai dasar arahan

bentuk pemanfaatan hutan dalam

sistem KPH yang meliputi kayu

dan bukan kayu serta penyusunan

rencana pengelolaan hutan pada

setiap unit KPH, (b) peningkatan

kegiatan inventarisasi sumberdaya

hutan sehingga dapat dikuasai data/

informasi potensi hutan sebagai

dasar pemanfaatan kayu dan

HHBK yang lestari, (c) intensifikasi

pemanfaatan lahan hutan,

peningkatan produktifitas melalui

perbaikan teknik silvikultur yang

disesuaikan dengan tipologi hutan

setempat dan berprinsip SMART

(Start Managing All Resources Today),

joint production, sehingga dalam satu

tapak hutan dapat dimanfaatkan

dengan berbagai tujuan misalnya

hasil hutan kayu, HHBK dan

sekaligus jasa lingkungan hutan, (d)

pemanfaatan hutan guna produksi

HHBK diselenggarakan oleh usaha

skala kecil untuk menciptakan dunia

usaha kehutanan yang tahan (lentur)

menghadapi perubahan lingkungan

strategis yang sangat dinamis,

(e) peningkatan pemberdayaan

masyarakat di dalam pemanfaatan

hutan, antara lain melalui

peningkatan kapasitas dan akses

masyarakat terhadap sumberdaya

hutan termasuk di dalamnya HHBK,

dengan memanfaatkan secara

maksimal instrumen pemberdayaan

(pola kemitraan, HKm dan Hutan

Desa) serta pelibatan dalam usaha

kehutanan skala kecil anatara lain

melalui HTR.

Keempat, rehabilitasi yang

mencakup aspek: (a) meningkatkan

pertimbangan pengembangan jenis

HHBK Unggulan pada percepatan

pembangunan hutan tanaman (HTI

dan HTR), pembangunan hutan

rakyat, GERHAN, dan gerakan

menanam lainnya sehingga lebih

dapat terjamin adanya laju rehabilitasi

yang lebih besar dari laju degradasi,

(b) percepatan rehabilitasi pada DAS

prioritas dengan memaksimumkan

kelas perusahaan HHBK untuk

meningkatkan daya dukung ruang

hidup, (c) kegiatan rehabilitasi

dipersiapkan kemungkinannya

untuk memasuki skema voluntary

carbon market, pemanfaatan air, dan

wisata alam yang dapat memberikan

manfaat langsung kepada

masyarakat.

Kelima, perlindungan dan

pengamanan hutan yang men-

cakup aspek: (a) penguatan

peraturan perundangan dan

kelembagaan untuk meningkatkan

efektifitas upaya pencegahan dan

pemberantasan gangguan terhadap

hutan dan kawasan hutan melalui

berbagai insentif yang melekat pada

pengembangan komoditas getah

jelutung (HHBK), (b) penyadaran dan

penguatan kelembagaan masyarakat

untuk ikut berperan dalam kegiatan

perlindungan dan pengamanan

hutan melalui berbagai insentif

pemanfaatan komoditas HHBK, (c)

penegakan hukum (law enforcement)

yang adil dan transparan.

Keenam, konservasi alam yang

mencakup aspek: (a) pemanfaatan

HHBK tidak dapat dilepaskan dari

upaya peningkatan konservasi

keanekaragaman hayati melalui

konservasi ekosistem in-situ dan

konservasi ex-situ, (b) penguatan

pengelolaan kawasan konservasi

ekosistem, jenis dan genetik

melalui kolaborasi pengelolaan,

profesionalisme sumber daya

manusia, penerapan good forest

governance serta pengembangan

sistem insentif konservasi yang

Page 21: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

21BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Biodiesel merupakan salah satu hasil produk olahan yang dihasilkan dari hasil hutan bukan kayu.

kondusif, (c) memperluas pelaku dan

jumlah jenis pemanfaatan HHBK di

kawasan konservasi.

Ketujuh, penelitian dan

pengembangan yang mencakup

aspek: (a) pemanfaatan hasil litbang

dan teknologi dalam pemanfaatan

HHBK untuk meningkatkan efisiensi

serta nilai tambah pemanfaatan

hutan, (b) membangun kegiatan

penelitian yang lebih integratif;

melibatkan berbagai disiplin

ilmu dan berorientasi kepada

kebutuhan pengguna (user-oriented);

menghasilkan produk olahan HHBK

dan teknologi pengembangannya

yang inovatif, bernilai tambah tinggi,

berorientasi pasar, ramah lingkungan

dan berdaya saing tinggi.

Kedelapan, kelembagaan yang

mencakup aspek: (a) kelembagaan

pengurusan HHBK dibangun

kembali dengan sumberdaya

manusia yang berorientasi pada

kompetensi program dan kerja,

dengan dukungan organisasi dan

tata hubungan kerja serta sumber

dana, SDM yang berkualitas dalam

jumlah dan penyebaran yang

memadai, (b) penguatan SDM

melalui pengembangan Sistem

Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan

berbasis kompetensi usaha HHBK;

pengembangan standardisasi

kompetensi, peningkatan jumlah

dan distribusi SDM profesional

kehutanan; serta pembinaan SDM

kehutanan untuk pengembangan

HHBK, (c) penyuluhan kehutanan

dilakukan secara terintegrasi (pusat

dan daerah). Peningkatan penyuluhan

terpadu, bimbingan teknis dan

pendampingan masyarakat dalam

kegiatan pengelolaan hutan. Bisnis

dan pemasaran HHBK. Penyesuaian

program penguatan kelembagaan

penyuluhan kehutanan guna

melayani kebutuhan pengembangan

HHBK, termasuk perluasan

sasaran penyuluhan kehutanan,

(d) pengawasan yang menjamin

terselenggaranya pengurusan hutan

sesuai dengan mandat undang-

undang, sebagai umpan balik yang

menjadi bahan penyempurnaan

kebijakan pengurusan hutan dari

waktu ke waktu. Optimalisasi peran

pengawasan kinerja pembangunan

kehutanan oleh unsur masyarakat,

(e) pengembangan kebijakan/

regulasi tentang HHBK yang dapat

memfasilitasi terselenggaranya

kebijakan yang lebih bersifat insentif

daripada disinsentif serta penerapan

pemerintahan yang baik (good

governance).

Kesembilan, pengembangan

insentif yang mencakup: (a)

membangun pilot project

pengembangan komoditas HHBK

Unggulan dengan Pola BOT (Built,

Operate, Transfer) dalam hal ini

pemerintah membangun unit

pengembangan komoditas tersebut

secara langsung mulai dari produksi

bahan baku sampai unit-unit

industri pengolahannya. Selain itu

menyiapkan SDM, sarana prasarana

kemudian secara bertahap diserahkan

ke Kelompok Tani untuk dikelola

lebih lanjut, (b) menyiapkan sarana

prasarana produksi untuk diberikan

kepada kelompok-kelompok yang

akan membentuk unit pengembang

komoditas HHBK unggulan, sarana

produksi dapat berupa: bibit HHBK

yang akan dikembangkan (hasil

pemuliaan), mesin pemroses,

pupuk, dan lain-lain, (c) membantu

penguatan kelembagaan antara

lain melalui: penyiapan pedoman,

pelatihan teknis, pelatihan manajerial,

studi banding, pertemuan, seminar,

diskusi dan pemasaran, (d)

promosi dengan mempromosikan

program-program yang berkaitan

dengan pengembangan komoditas

HHBK Unggulan melalui: aktivitas

penyuluhan, penyebarluasan

informasi dan penguatan jejaring

kerja.

Kesepuluh, kredit usaha rakyat

(KUR). Pengembangan HHBK

Unggulan memerlukan adanya

Page 22: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

22 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Adanya Kredit Usaha Rakyat memberikan angin segar bagi pelaku industri mikro agar dapat memiliki pinjaman modal uuntuk mengembangkan lini usaha produktifnya. Sumber foto: blog.duitpintar.com

permodalan yang dapat dibiayai oleh

perbankan. Namun hal ini terkendala

oleh sifat pengusahaan HHBK yang

belum bankable (belum memenuhi

persyaratan kredit/pembiayaan

bank) untuk dapat mengakses kredit/

pembiayaan dari bank. Kendala

tersebut dapat dicarikan solusinya

melalui KUR yang merupakan

implementasi dari Inpres Nomor

6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Percepatan Pengembangan Sektor

Riil dan Pemberdayaan UMKMK.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) meru-

pakan kredit atau pembiayaan yang

diberikan oleh bank pemberi kredit/

pembiayaan kepada Usaha Mikro,

Kecil, Menengah, dan Koperasi

(UMKMK) baik individu atau kelompok

koperasi yang mempunyai usaha

produktif yang layak namun belum

bankable. Agunan yang diperlukan

lebih ringan dibandingkan kredit

komersial karena jika UMKM gagal

mengembalikan pinjaman, maka 70%

dari sisa kredit/pembiayaan yang

diberikan oleh bank pemberi kredit/

pembiayaan dijamin oleh perusahaan

penjamin. Imbal jasa penjaminan

menjadi beban pemerintah, khusus

untuk sektor Pertanian, Kelautan dan

Perikanan, Kehutanan, Industri Kecil

serta TKI dijamin pemerintah sebesar

80%. Penyaluran KUR, khususnya

KUR Mikro, dilaksanakan oleh bank

yang memiliki banyak cabang hingga

ke tingkat kecamatan/desa serta

lembaga linkage sehingga mudah

dijangkau oleh UMKM. Mekanisme

penyaluran KUR melalui tiga cara,

yakni: (a) langsung dari bank

pelaksana ke UMKMK, (b) dari bank

pelaksana tidak langsung ke UMKMK

tetapi melalui lembaga linkage

dengan pola executing, (c) dari bank

pelaksana tidak langsung ke UMKMK

tetapi melalui lembaga linkage

dengan pola channeling.

Contoh pembangunan Model

AUK yang sedang dilakukan di

Provinsi Kalimantan Selatan adalah

Sentra Lebah Madu di Kabupaten

Tanah Laut (Pleihari), Sentra Lebah

Trigona (Kalulut) di Barabai dan

Tapin. Kegiatan Pembangunan Model

AUK tersebut dilakukan dengan

membentuk Kelompok Usaha

Produktif (KUP). Hal ini seperti yang

terdapat di KUP Gapoktan Langsat

Membangun yang berlokasi di Desa

Telaga Langsat, Kecamatan Takisung,

Kabupaten Tanah Laut.

PENUTUP

Pengembangan Model AUK

di Kalimantan memerlukan adanya

keterpaduan unsur-unsur yang

membentuk sistem pengembangan,

yakni: (a) subsistem hulu, yang

mencakup: penyiapan lahan,

penyiapan bibit, penanaman,

penyediaan pupuk, pemberantasan

hama dan penyakit; (b) subsistem

hilir, yang mencakup: pemanenan,

pengangkutan, pengolahan dan

pemasaran serta (c) subsistem

pendukung, yang mencakup:

kebijakan pemerintah, riset dan

pengembangan, pendidikan dan

pelatihan, tranportasi, infrastruktur,

skema kredit dan asuransi.

Ketiga subsistem tersebut

memerlukan investasi yang besar,

peluang penyerapan tenaga kerja

yang besar dan penerimaan asli

daerah yang besar. Oleh karena itu,

seluruh sektor harus memainkan

peran sesuai dengan tugas pokok

dan fungsinya masing-masing agar

pengembangan AUK dapat berhasil.

Koordinasi dan integrasi yang baik di

antara para pihak diharapkan dapat

membawa AUK menjadi industri

yang secara nyata mendukung

Pembangunan di Kalimantan.

Semoga!

DAFTAR BACAAN[Dephut] Departemen Kehutanan. 2009.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.19/Menhut-II/2009 tentang Strategi

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu

Nasional. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial. 2004. Pedoman

Pembangunan Model Aneka Usaha

Kehutanan. Jakarta.

Page 23: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

23BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

PENDAHULUAN

Pemanfaatan hasil hutan telah dilakukan dengan cakupan yang lebih luas seperti minyak atsiri, wood pellet, dan senyawa dari hasil hutan non-kayu, termasuk dari jamur. Kegiatan

pemanfaatan sumber daya alam yang digambarkan di atas merupakan salah satu contoh dari kegiatan bioprospeksi. Bioprospeksi didefinisikan sebagai kegiatan mengeksplorasi, mengoleksi, meneliti, memanfaatkan sumberdaya genetik dan biologi secara sistematis untuk memperoleh sumber-sumber baru senyawa kimia, gen, organisme, dan produk alami lainnya yang memiliki nilai ilmiah dan/atau komersil. Kegiatan bioprospeksi saat ini banyak dilakukan dengan bantuan bioteknologi untuk menemukan manfaat dari suatu jenis yang memiliki potensi komersial tinggi. Kegiatan bioprospeksi yang banyak dilakukan saat ini adalah bioprospeksi terhadap mikroorganisme yang ada di alam, salah satunya adalah jamur. Jamur dikenal memiliki peran sebagai dekomposer pada rantai makanan. Jamur juga berperan sebagai penghasil senyawa yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai bahan baku farmasi dan bahan baku pembuatan produk biofertilizer serta biofungisida untuk pertanian. Makalah ini bertujuan untuk membahas tentang potensi jamur di hutan tropis sebagai material bioprospeksi untuk mendukung Aneka Usaha Kehutanan (AUK).

BIOPROSPEKSI JAMUR UNTUK BAHAN BAKU OBAT-OBATAN

Jamur saat ini menjadi primadona baru sebagai sumber bahan pembuatan obat-obatan, seiring dengan perkembangan ekstraksi bahan alam (herbal). Hal ini dikarenakan setiap jamur memiliki kemampuan untuk memproduksi senyawa yang secara alami diproduksi untuk kelangsungan hidupnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa senyawa tersebut bermanfaat. Salah satunya untuk bahan baku industri farmasi. Mycophenolic acid merupakan senyawa pertama dari jamur yang berhasil diidentifikasi pada tahun 1896. Penelitian berikutnya terus berkembang sehingga saat ini banyak jenis obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari senyawa yang dihasilkan oleh jamur. Gambar 1 menampilkan obat-obatan berbahan baku senyawa dari jamur.

Penisilin merupakan senyawa yang paling dikenal dari beberapa jenis obat-obatan yang berasal dari jamur. Penisilin

merupakan antibiotik

y a n g

POTENSI BIOPROSPEKSI JAMUR HUTAN TROPIS UNTUK MENDUKUNG ANEKA USAHA KEHUTANANOleh: Safinah S. Hakim dan Reni S. Wahyuningtyas

F O K U S

23BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

banyak dilakukan saat ini adalah bioprospeksi terhadap mikroorganisme yang ada di alam, salah satunya adalah jamur. Jamur dikenal memiliki peran sebagai dekomposer pada rantai makanan. Jamur juga berperan sebagai penghasil senyawa yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai bahan baku farmasi dan bahan baku pembuatan produk biofertilizer serta biofungisida untuk pertanian. Makalah ini bertujuan untuk membahas tentang potensi jamur di hutan tropis sebagai material bioprospeksi untuk mendukung Aneka Usaha Kehutanan (AUK).

Penisilin merupakan senyawa yang paling dikenal dari beberapa jenis obat-obatan yang berasal dari jamur. Penisilin

merupakan antibiotik

y a n g

23BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

www.absoluterevo.wordpress.com

23BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 24: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

24 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

berasal dari jamur Penicillum chrysogenum. Penisilin merupakan jenis metabolit yang dikeluarkan jamur Penicillum sp. pada kondisi stres. Penemuan ini merupakan suatu ketidaksengajaan. Alexander Flemming pada tahun 1929 melihat adanya jamur kontaminan yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen Staphy sp. Flemming selanjutnya mendalami fenomena tersebut sampai akhirnya berhasil menemukan penisillin sebagai antibiotik. Tabel 1 menjelaskan beberapa senyawa yang diambil dari jamur untuk bahan baku obat selain penisilin.

BIOPROSPEKSI JAMUR UNTUK PERTANIAN

Pemanfaatan jamur untuk kegiatan pertanian telah banyak diteliti, salah satunya adalah mikoriza. Mikoriza merupakan hubungan saling menguntungkan (simbiosis mutualisma) antara jamur dan tanaman tingkat tinggi. Simbiosis tersebut dapat memberikan berbagai pengaruh positif bagi tanaman, antara lain meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan penyerapan nutrisi tanaman, membantu tanaman dalam kondisi lingkungan yang kritis, dan lain-lain.

Gambar 2 menjelaskan tentang jamur ektomikoriza Schleroderma sp. yang bermanfaat sebagai biofertilizer. Selain sebagai penyubur tanaman atau fertilizer, jamur juga dikembangkan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan. Penelitian pertama tentang penggunaan jamur sebagai pestisida yang ramah

Tabel 1. Beberapa senyawa jamur yang dimanfaatkan untuk bahan baku obat

No Nama Senyawa Jenis Jamur Nama Dagang Manfaat

1 Micafungin Coleophoma empetrii

Mycamin® Mengobati penyakit Candidemia yakni penyakit yang ditimbulkan oleh adanya jamur yang tumbuh di dalam darah

2 Cefditorrel Pivoxin

Cephalos-porium sp.

Spectracef ® Meiact ® Tablet 100

Antibiotik

3 Asparaginase Penicillium sp. Asparaginase Elspar S-Aspar®

Mengobati leukemia, sudah dikategorikan oleh WHO sebagai obat yang penting dalam dunia kesehatan

4 Statin Penicillum sp dan Aspergillus sp.

Lipitor®Zocor®Pravachol®

Menurunkan Kolestrol dengan menghambat produksi enzim HMG CoA-Reductase yang memproduksi kolestrol dalam liver

5 Cyclosporin Tolypocladium inflatum

Sandimmune ®Atopex Neoral®

Immunosuprresan (obat untuk menekan sisitem kekebalan tubuh) yang digunakan pada saat transplantasi organ

6 Griseofulvin Penicillium griseofulvum.

Grifulvin V®Fulvin 500Grison ®250

Antijamur pada rambut dan kulit

7 Ergocalciferol Claviceps sp. Calciferol ®Calcidol®Ddrops™

Sumber vitamin D2

Tabel 2. Beberapa jenis jamur yang dimanfaatkan untuk bahan baku biofertilizer dan biopestisida

No Jenis Nama dagang Manfaat1 Beauveria bassiana Ago Biocontrol

Bassiana 50Mycotrol WPOstrinil

Biopestisida pengendali hama pada tanaman-tanaman pertanian

2 Chondrostereum purpureum Biochon Biospetisaida untuk tanaman berkayu

3 Legenidium Giganteum Laginex Biopestisida 4 Trichoderma harzianum AgoBiocontrol

Trichoderma 50 Biopestisida untuk fungi patogen

5 Verticiliuma leccanii Vertalec Biopestisida untuk jenis-jenis aphids pada tanaman pertanian

6 Penicillium bilaiae Jumpstart ® Biofertilizer untuk meninggatkan berat kering tanaman, dan penyerapan P

7 Ketomium ® C. globosum and C. cupreum

Mikofungisida dan growth stimulant

8 AgBio-Endos Fungi Ektomiriza

Biofertilizer

9 Promote® Pisolithus tinctorius

Biofertilizer

10 Mycomax AM fumgi (Glomous intraradices)

Biofertilizer

24 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Gambar 1. Obat-obatan berbahan baku senyawa dari jamur

Page 25: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

25BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

lingkungan dilakukan pada tahun 1879 oleh Metchinkoff dan Pasteur. Mereka menggunakan jamur Metharhizium anisopliae untuk mengendalikan hama pada tanaman gandum dan jagung. Pada tahun 1932, aplikasi jamur Trichoderma sp. juga sudah digunakan untuk pengendalian jamur patogen tular tanah (soil-borne disease).

Gambar 2. Jamur ektomikoriza Schleroderma sp.

sebagai biofertilizer.

Faktor lain yang mendukung produksi teknologi mikroba adalah meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan melalui penggunaan produk yang ramah lingkungan. Saat ini, banyak produk yang sudah dipatenkan dan diperdagangkan di pasaran. Tabel 2. Contoh-contoh jenis jamur yang dimanfaatkan untuk bahan baku biofertilizer dan biopestisida.

PELUANG DAN TANTANGAN PEMANFAATAN JAMUR HUTAN TROPIS

Diperkirakan, ada sebanyak 1,5 juta jenis jamur yang ada di seluruh dunia, namun hanya 10% saja jenis yang sudah diketahui. Dari jumlah yang ada, jenis fungi yang ada di hutan tropis dipastikan jumlahnya sangat besar. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan hutan tropis memiliki suhu yang relatif lembab dan hangat. Kondisi ini, sangat cocok untuk pertumbuhan jamur. Terlebih lagi, hutan tropis m e m i l i k i b a n y a k keragaman

tumbuhan sehingga diperkirakan variasi asosiasiasi jenis jamur dan tanaman lebih beragam. Namun sangat disayangnya, hanya sedikit saja jenis jamur yang diketahui dan diteliti lebih lanjut. Potensi keanekaragaman jamur akan diikuti oleh banyaknya senyawa yang dihasilkan jamur, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, termasuk diantaranya sebagai bahan baku farmasi dan produk pertanian yang ramah lingkungan. Hingga saat ini terdapat kurang lebih 6.450 senyawa bioaktif yang berhasil diambil dari fungi dan sebagain besar bermanfaat untuk keperluan medis dan juga keperluan pertanian. Jumlah ini tentu saja akan meningkat jika penelitian terhadap jamur terus ditingkatkan dan pemanfaatan jamur untuk berbagai kebutuhan dipenuhi. Kondisi ini merupakan peluang sekaligus tantangan besar bagi para peneliti dan pelaku industri.

PENUTUPBerbagai tahap kegiatan harus dilakukan untuk membuat suatu

mikooorganisme bisa dimanfaatkan dan diproduksi dalam skala besar. Tahapan-tahapan tersebut antara lain eksplorasi, uji efektivitas, uji lapangan skala kecil, produksi skala laboratorium, analisis produksi, standardisasi hingga akhirnya bisa diproduksi massal. Proses ini harus dilewati untuk memastikan produk yang dipasarkan layak untuk digunakan masyarakat. Proses yang panjang ini tentu saja memakan waktu yang tak sedikit. Proses yang panjang dan biaya yang tidak sedikit inilah yang menjadi hambatan dalam pembuatan massal produk-produk berbahan baku mikroorganisme. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan ini diperlukan kolaborasi dan komitmen besar dari sektor riset, industri dan pemerintah.

DAFTAR BACAANKaewchai, S., Soytong, K. and Hyde, K.D. (2009). Mycofungicides and fungal biofertilizers. Fungal

Diversity 38: 25- 50.Riyadi I. 2008. Potensi Pengelolaan Bioprospeksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal

Litbang Pertanian 27(2) : 69-73Suryanarayanan TS, Thirunavukkarasu N, Govindarajulu MB, Sasse F, Jansen R, Murali TS. 2009. Fungal

endophytes and Bioprospecting . Fungal Ecology Reviews 23 :9-19Suwahyono U. 2010. Biopestisida : Cara membuat dan Petunjuk Penggunaan. Jakarta : Penebar

Swadaya http://www.fungaldiversity.org/fdp/sfdp/FD38-2.pdfhttp://web.singnet.com.sg/~linlj/pharmace.htm

ww

w.c

hubi

echu

rubi

e.w

ordp

ress

.com

25BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 26: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

26 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Pendahuluan

Wood pellet (WP) merupakan sumber energi alternatif yang ketersediaan bahan bakunya sangat melimpah di Kalimantan. WP merupakan bahan bakar ramah lingkungan dengan emisi karbon 0% yang telah diakui oleh United Nation (UN). Produk

ini telah digunakan oleh beberapa negara maju seperti Cina, Korea, dan Jepang sebagai sumber energi pembangkit listrik untuk mengurangi emisi gas CO2. WP dapat digunakan sebagai salah satu solusi dalam menanggapi permasalahan kelangkaan bahan bakar fosil akhir – akhir ini.

Bahan baku pembuatan WP berasal dari limbah industri penggergajian, limbah tebangan, dan limbah industri kayu lainnya. Limbah–limbah tersebut diolah dan dikemas dalam bentuk pellet berdiameter 6–10 mm dan panjang 10–30 mm. WP dicirikan dengan kapsul berkepadatan rata–rata 650 kg/m3 atau 1,5 m3/ton. Kadar abu WP relatif rendah, yaitu sekitar 0,5%; kandungan energinya mencapai 4,7 kWh/kg atau 19,6 Gj./od Mg. Rasio energi WP antara output dan input tergolong tinggi, yaitu 19 : 1 – 210 : 1. WP cocok digunakan sebagai bahan bakar kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri besar, bahkan juga bisa digunakan sebagai sumber energi pada industri pembangkit tenaga. Tulisan ini bertujuan untuk membahas tentang prospek pengembangan WP untuk mendukung aneka usaha kehutanan (AUK) dan mandiri energi di Kalimantan.

Proses Produksi Wood PelletProses pembuatan WP terdiri atas 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) tahap

perlakuan pendahuluan bahan baku, (2) pelletisasi, dan (3) perlakuan akhir pembuatan pellet. Tahapan tersebut bisa dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

Pertama, Tahap Perlakuan Pendahuluan. Tahap ini tergantung pada karakteristik dimensi bahan baku. Bahan baku dengan dimensi yang lebih besar memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yang lebih besar pula. Jika bahan bakunya berupa serbuk kayu, maka tidak diperlukan perlakuan pendahuluan. Lain halnya jika bahan baku masih berupa log, maka perlu dilakukan pengulitan. Penghilangan kulit ini dimaksudkan untuk meminimalkan

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI WOOD PELLET UNTUK MENDUKUNG ANEKA USAHA KEHUTANAN

kadar abu yang nantinya dikandung dalam pellet. Jika biomassa kayu dengan karakteristik dimensi yang berbeda, misalnya kombinasi kayu serutan, serpihan kayu, kayu log akan digunakan sebagai bahan baku, maka perlu dikenakan proses pemesinan kayu berupa penyerpihan. Penyerpihan yang pertama kali digunakan adalah penggilingan kasar (coarse grinding) dengan hasil berupa partikel – partikel kasar kayu. Untuk dapat dijadikan pellet, diperlukan partikel kayu berukuran 4 – 6 mm, sehingga perlu dilakukan proses penggilingan lanjutan (fine grinding) terhadap partikel – partikel kayu tersebut agar dihasilkan ukuran partikel kayu yang sesuai. Pengayakan menggunakan saringan ukuran 60 mesh atau 80 mesh dilakukan agar diperoleh ukuran partikel yang lebih seragam. Proses densifikasi/pemadatan bahan baku yang efisien sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel kayu dan kadar air partikel kayu. Setelah ukuran partikel disesuaikan, partikel – partikel halus kayu tersebut dikeringkan dalam rotary dryer dengan suhu 80 – 110ºC hingga diperoleh kadar air sekitar 16%.

Oleh: Dewi Alimah

F O K U S

ww

w.a

shm

elt.

eu

26 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 27: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

27BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Kedua, Proses Pembentukan Pellet. Alat yang digunakan untuk membuat pellet adalah alat pres hidrolik yang dilengkapi electric heater dan lubang – lubang kecil berdiameter 15 mm, panjang 220 mm dengan tekanan kempa 1.500 psi. Bahan baku berupa partikel – partikel halus kayu dimasukkan ke dalam lubang – lubang alat tersebut dan dikempa sambil dipanaskan pada suhu kempa 150 – 250ºC. Pembuatan wood pellet tidak membutuhkan bahan perekat karena di dalam partikel – partikel kayu telah terkandung zat perekat alami, yaitu lignin. Saat ini telah dikembangkan mesin pembuat wood pellet dengan prinsip operasi die dan roller. Mesin pembuat pellet ini terdiri atas ring die yang berputar mengelilingi roll tetap (fixed roller). Bahan wood pellet yang dimasukkan terjebak dalam ruang yang berada di antara roller dan die dan ditekan hingga masuk ke lubang – lubang (die holes).

Gambar 1. Desain dan prinsip operasi mesin pellet ring die.(Sumber: Protic et.all., 2011)

Selain mesin pellet ring die di atas, ada juga mesin pellet flat die, dimana roller berputar mengelilingi axisnya sekaligus axis flat die. Flat die berada dalam posisi horisontal dan bahan wood pellet berada di atasnya. Wood pellet yang dihasilkan keluar meninggalkan mesin dalam bentuk tali sehingga diperlukan pisau khusus yang diposisikan pada perimeter mesin pellet untuk memotong tali tersebut menjadi pellet – pellet kayu berukuran pendek (±40 mm).

Gambar 2. Desain dan prinsip operasi mesin pellet flat die(Sumber: Protic et.all., 2011)

Ketiga, Perlakuan akhir pembuatan pellet. Setelah meninggalkan mesin pellet, biasanya suhu wood pellet berkisar antara 80 – 130ºC. Produk dengan suhu tinggi tidak layak untuk dikemas sehingga proses pendinginan perlu dilakukan. Selain itu, proses pendinginan dapat memperbaiki keawetan mekanis dan menurunkan kadar air yang terkandung dalam wood pellet hingga mencapai 2 wt%. Wood pellet biasanya dipindahkan dari mesin pellet menuju alat pendingin melalui bucket elevator.

Pada prinsipnya, mesin pendingin pellet ini bekerja dengan mengalirkan udara dingin yang bersifat kering ke dalam mesin pendingin melalui bagian bawah mesin. Sementara itu, wood pellet yang akan didinginkan dimasukkan ke dalam mesin melalui bagian atas. Udara dingin mengumpulkan panas dan kelembaban yang dilepaskan dari pellet dan meninggalkan pendingin. Wood pellet yang telah dingin akan turun ke bawah mesin dan selanjutnya dibawa menuju ke bagian pengemasan. Kemasan wood pellet dapat berupa kantong kemas dengan berbagai ukuran. Kantong pellet dengan ukuran lebih kecil biasanya memuat sekitar 10 – 25 kg pellet sedangkan kan tong yang lebih besar memuat 1 – 1,5 m3 pellet. Untuk menjaga kualitas produk, dapat ditambahkan pembungkus berbahan alumunium foil mengingat wood pellet sangat higroskopis sehingga mudah menyerap air.

Gambar 3. Desain dan prinsip operasi mesin pellet flat die(Sumber : Protic et.all., 2011)

Prospek Pengembangan Wood Pellet Peluang mengembangkan bahan bakar ini sangat

terbuka luas mengingat limbah hasil hutan kita sangat besar baik dari limbah industri kayu maupun dari hutan tanaman. Sampai tahun 2007, Indonesia baru mampu menghasilkan wood pellet sebanyak 40.000 ton, sedangkan produksi dunia telah menembus angka 10

Page 28: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

28 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

juta ton. Jumlah ini belum memenuhi kebutuhan dunia pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai 12,7 juta ton. Di pasar Eropa saja, konsumsi wood pellet dari tahun 2000 – 2010 semakin meningkat, yaitu mencapai 13 juta ton pada tahun 2010. Hal ini mengingat adanya kebijakan Uni Eropa tentang energi bersih, dimana mulai tahun 2005 telah ditetapkan 20% pengurangan gas rumah kaca (GRK) dan minimum 20% konsumsi energi terbarukan pada tahun 2020.

Sementara itu, di pasar domestik, industri di Indonesia seperti garmen, peternakan, bahan bangunan, industri kreatif, dan lain-lain terus berkembang, dan tentunya akan disertai dengan peningkatan konsumsi listrik dan konsumsi energi terbarukan. Hal ini perlu diimbangi dengan pasokan energi dari sektor energi biomassa dan ini juga untuk mendukung kebijakan Kemenhut tentang produksi 5 juta ton energi ramah lingkungan agar bisa tercapai di tahun 2020.

Untuk pengembangan industri biomassa ini, Indonesia dan korea Selatan melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Korea Forest Service telah menandatangani kerjasama pada Maret 2009. Sebelumnya pengusaha asal Korea Selatan ini telah membangun pabrik wood pellet di Wonosobo, Jawa Tengah, yaitu PT. Solar Park yang bekerjasama dengan Perum Perhutani mengolah limbah kayu sengon (Albizia falcataria) dan kaliandra (Calliandra callothyrsus). Perusahaan ini memiliki 3 (tiga) mesin pellet dan 1 (satu) mesin rotary. Produksi perbulan berkisar antara 20 – 30 kontainer dan masing-masing kontainer berisi 18 ton pellet. Produk yang dihasilkan diekspor ke Korea sebagai bahan bakar tungku pemanas ruangan, bahan bakar PLTU bekerjasama dengan perusahaan Samsung dan LG.

Pengembangan Wood Pellet di Kalimantan SelatanKalimantan Selatan memiliki potensi besar dalam pengembangan wood

pellet. Berdasarkan data Dishut Kalimantan Selatan tahun 2011 diketahui bahwa limbah kayu dari industri penggergajian terutama untuk serbuk kayu di tahun 2009 dan 2010 berturut – turut dapat mencapai 4.307 m3 dan 2.659,5 m3. Selain itu, limbah industri kelapa sawit, khususnya cangkang dan serabut kelapa sawit yang melimpah di Kalimantan Selatan juga berpotensi sebagai bahan baku wood pellet. Dari area perkebunan kelapa sawit sekitar 37.038 ha diperoleh 256.200 ton tandan buah segar pertahun dan dari hasil pengolahannya dapat diperoleh limbah produksi sekitar 15.552 ton cangkang dan 31.104 ton serabut. Cangkang dan serabut kelapa sawit ini diolah menjadi wood pellet melalui proses torrefikasi, yaitu pembakaran parsial tanpa oksigen.

Di Pelaihari, Kalimantan Selatan, saat ini telah berdiri perusahaan wood pellet, yaitu PT. SL Agro Industri yang berkerja sama dengan PT. Inhutani III. PT SL Agro Industri ini merupakan perusahaan yang dibangun dari penanaman modal asing asal Korea Selatan dan telah beroperasi sejak Agustus 2013. Kapasitas produksi wood pellet perusahaan ini mencapai 30.000 ton/tahun. Bahan baku wood pellet dipasok dari HTI PT. Inhutani III berupa log – log kecil dan limbah industri kayu sekitar 60.000 ton/tahun. Pada tahun 2015 ini, perusahaan tersebut menargetkan produksi wood pellet sekitar 300.000 ton kubik. Semua wood pellet hasil produksi PT SL Agro Industri ini diekspor ke Korea Selatan, dimana konsumsi wood pellet di negara ini sangat tinggi dan diperkirakan akan mencapai 5 juta ton pada tahun 2020.

Daftar BacaanAnonim. 2011. Indonesia Berpeluang Suplay Wood Pellet. Media Informasi dan Komunikasi DEN.

Majalah Dewan Energi Nasional Edisi I : 8 – 9. HMS Bergbau AG. 2011. From Coal to Biomass. Heat and Power Generation With Renewable Energy.

Dublin.Kusuma, I.P. 2010. Studi Pemanfaatan Biomassa Limbah Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pembangkit

Listrik Tenaga Uap Di Kalimantan Selatan : Studi Kasus Kabupaten Tanah Laut. Proceeding Seminar Tugas Akhir ITS. Surabaya. Tidak diterbitkan.

Protic, M., D. Mitic, dan V.F. Stefanovic. 2011. Wood Pellets Production Technology. Journal Safety Engineering Vol 1(1) : 23 – 26.

Rachman, E., Tati R, dan Sofyan B. 2014. Prospek Ekonomi Wood Pellet: Untuk Bisnis Energi Terbarukan. Badan Litbang Kehutanan. Kementerian Kehutanan.

Slette, J and I.B. Wiyono. 2013. Indonesia Biofuels Annual. Gain Report. USDA Foreign Agricultural Service.

Sutapa, J.P.G. 2014. Energetic and Industrial or Use of Wood in Indonesia – an Overview. Universitas Gadjah Mada.

Sylviani dan E.Y. Suryandari. 2013. Potensi Pengembangan Industri Pelet Kayu Sebagai Bahan Bakar Terbarukan : Studi Kasus di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 10(4): 235 – 246.

Wood Pellet Sumber Energi dari Limbah Kayu. 2010. Siaran Pers No.: S.108/PIK-1/2010. Pusat Informasi Kehutanan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Gambar 4. Profil WP dengan proses normal (a) dan WP hasil torrefikasi (b). Sumber : a) Sutapa, 2014 ; b) HMS Bergbau AG, 2011 )

Page 29: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

29BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Perdagangan karbon sangat identik dengan perubahan iklim. Konsep ini sudah sangat akrab dan sering kita dengar sejak lebih dari dua dasawarsa terakhir. Perdagangan karbon

merupakan salah satu bentuk komitmen dunia untuk menurunkan emisi karbon pada masing-masing negara. Dunia merespon perubahan iklim tersebut dengan membentuk United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Saat ini, konvensi tersebut telah diadopsi lebih dari 190 negara dan Indonesia telah meratifkasi konvensi tersebut dengan Undang-undang No. 6/1994.

Lompatan besar konsep perdagangan karbon ini terjadi pada COP-3 (Conference of the Parties) di Kyoto Jepang tahun 1997 dan dihasilkan kesepakatan yang dikenal dengan “Kyoto Protocol”. Dalam Protokol Kyoto dimandatkan bahwa Negara-negara maju dan industry (Negara Annex -1) berkewajiban membantu Negara-negara berkembang (Negara non-annex) untuk melaksanakan proyek-proyek (usaha-usaha) penurunan emisi. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar dari UNFCCC yakni Common but differentiated berarti semua Negara mempunyai tanggung jawab yang sama tetapi berbeda bentuk tanggung jawabnya. Lebih lanjut, dokumen Protokol Kyoto

menyebutkan bahwa mekanisme perdagangan karbon itu sangat flexible (flexible mechanism) yang memungkinkan Negara-negara industri/maju untuk bekerjasama dengan Negara lain dalam upaya penurunan emisinya. Mekanisme tersebut terdiri dari Joint Implementation (Implementasi bersama), Clean Development mechanism (CDM: Mekanisme Pembangunan Bersih), dan Emission Trading.

Mekanisme-mekanisme perdagangan karbon tersebut dapat didekati dengan dua pendekatan yakni mitigasi dan adapatasi perubahan iklim. Usaha mitigasi lebih banyak bentuk kegiatannya dibandingkan dengan kegiatan adaptasi. Menurut DNPI (2013) mitigasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperlambat perubahan iklim global sedangkan adaptasi merupakan kegiatan menyesuaikan diri dengan dampak/risiko yang telah atau mungkin terjadi. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya mitigasi perubahan iklim yakni pemilihan moda transportasi umum, penggunaan energi biogas atau biomas yang sifatnya terbarukan, mengurangi penggunaan energi berbahan dasar fosil, penghematan pemakaian semua bentuk energi, pendaurulangan sampah, pemeliharaan hutan, dan lain-lain (DNPI, 2013). Berdasarkan Peraturan Presiden No.46 tahun 2008, perdagangan karbon berarti “kegiatan jual beli sertifikat

Oleh: Muhammad Abdul QiromBalai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

MERAJUT ASA BERDAGANG KARBON DI KALIMANTAN SELATAN

F O K U S

29BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 30: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

30 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

pengurangan emisi karbon dari kegiatan mitigasi perubahan iklim”. Berdasarkan data DNPI sampai dengan September 2013, sebanyak 245 proyek CDM telah diusulkan ke UNFCCC dengan status 212 proyek telah mendapatkan persetujuan dari Komnas MPB dan sebanyak 33 proyek telah mendapat CER (Certified Emission Reduction) setara dengan 9,2 juta ton CO2 yang sebagian merupakan proyek-proyek geothermal dan sangat sedikit dari proyek-proyek lain seperti kehutanan.

Kondisi ini tentu saja bertolak belakang dengan potensi sektor kehutanan yang sangat besar dalam menyerap CO2. Beberapa hasil studi dari National Strategy Study (NSS) menunjukkan sektor kehutanan berpotensi menyerap CO2 sebesar 2,75 Giga ton CO2 dari luasan 16 juta ha untuk melakukan kegiatan aforestasi dan reforestasi. Minimnya kontribusi sektor kehutanan disinyalir akibat rumitnya mekanisme perdagangan lewat CDM dimana dipersyaratkan lahan yang masuk dalam mekanisme reforestasi atau aforestasi harus termonitor penyerapan dan pelepasan karbon termasuk riwayat dari lahan tersebut harus jelas karakteristiknya serta ada jaminan tanaman tersebut dalam kondisi baik dalam rentang waktu tertentu seperti di tegaskan oleh Peneliti bidang ekologi dari LIPI Dr Herwint Simbolon.

Melihat rumitnya mekanisme perdagangan karbon dalam skema CDM, maka Indonesia melalui COP 13 di Bali menawarkan mekanisme perdagangan karbon yang lain dengan skema REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). REDD akan membantu negara-negara dalam beberapa fase yakni persiapan (fase “Readiness”) dan pendanaan karbon. Pada Fase “Readiness”, bentuk

bantuan t e r s e b u t antara lain penye-diaan bantuan teknis, alih teknologi, dan bantuan finansial dalam penyiapan perhitungan potensi karbon, sumber-sumber emisi hutan, biaya peluang pelaksanaan REDD dan perancangan strategi REDD. Pada fase pendanaan, pembayaran dilakukan terhadap negara-negara yang memapu menurunkan emisi karbon melalui pelaksanaan REDD. Dana-dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai program-program pengelolaan dan konservasi hutan, penanggunalangan dan pencegahan kebakaran hutan, insentif untuk petani hutan, masyarakat atau organisasi yang mencegah konversi hutan menjadi lahan pertanian (ITTO, 2013).

Forest Watch Indonesia (2011) pernah melaporkan bahwa laju deforestasi Indonesia cukup tinggi dengan mencapai angka 1,5 juta ha/tahun. Akan tetapi, berdasarkan data dari Dirjen Planologi Kementerian Kehutanan, trend laju deforestasi hutan Indonesia mengalami penurunan sampai dengan 24 ribu ha/tahun dalam periode 2011-2012 dan merupakan laju paling rendah diantara periode-periode waktu yang lain. Trend ini juga berlaku di tingkat provinsi, tingkat deforestasi provinsi Kalimantan Selatan pada periode 1985 – 1997 mencapai 66.393 ha/tahun dan menurun menjadi 42.049 ha/tahu dalam periode 2004 -2008 (Data MP3EI). Berdasarkan data-data tersebut, perdagangan karbon melalui skema REDD (REDD+) sangat mungkin diterapkan di Indonesia bahkan sampai pada tingkat provinsi.

Secara umum, Provinsi Kalimantan Selatan saat ini masih jauh tertinggal dalam rangka persiapan pelaksanaan REDD atau REDD+ apabila dibandingkan dengan provinsi-provinsi di Pulau Kalimantan yang lain karena belum adanya dokumen RAD-GRK di BP-REDD+ (sebelum dibubabarkan dengan Perpres 16 tahun 2015 dan fungsinya diambil alih ke Kementerian LHK) sampai dengan tahun 2014 dan tidak ada satupun Demonstration Activity (DA) dilaksanakan di Kalimantan Selatan (Gambar 1).

pengurangan emisi karbon dari kegiatan mitigasi perubahan iklim”. Berdasarkan data DNPI sampai dengan September 2013, sebanyak 245 proyek CDM telah diusulkan ke UNFCCC dengan status 212 proyek telah mendapatkan persetujuan dari Komnas MPB dan sebanyak 33 proyek telah mendapat CER

)

dan sangat sedikit dari proyek-proyek

Kondisi ini tentu saja bertolak belakang dengan potensi sektor kehutanan yang sangat besar dalam

. Beberapa hasil studi (NSS)

menunjukkan sektor kehutanan sebesar

dari luasan 16 juta ha untuk melakukan kegiatan aforestasi dan reforestasi. Minimnya kontribusi sektor kehutanan

bantuan t e r s e b u t antara lain penye-diaan bantuan teknis, alih teknologi, dan bantuan finansial dalam penyiapan perhitungan potensi karbon, sumber-sumber emisi hutan, biaya peluang pelaksanaan REDD dan

www.seputarukm.com

Page 31: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

31BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Dokumen RAD-GRK ataupun DA ini sangat penting dilakukan di suatu daerah sebelum REDD+ dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. 68/Menhut-II/2008. Percepatan penyiapan dokumen-dokumen tersebut mutlak diperlukan, jika provinsi ini berkeinginan ambil bagian dalam penurunan emisi gas rumah kaca. Percepatan-percepatan tersebut dilakukan dengan menelaah kembali dokumen-dokumen yang telah tersedia dengan melibatkan banyak

kebakaran hutan dan lahan. Berkaitan dengan penanganan lahan kritis ini, luas areal lahan kritis mengalami peningkatan menjadi 786.911 Ha pada tahun 2011. Areal kritis ini sangat potensial dimasukkan dalam mekanisme REDD+ jika areal ini mampu ditingkatkan statusnya menjadi areal hutan.

Hasil kajian Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru pada tahun 2014 menunjukkan perubahan areal alang-alang (kritis) menjadi hutan sekunder akan meningkatkan potensi simpanan karbon sebesar 30,7%, sedangkan perubahan areal alang-alang menjadi hutan tanaman akan meningkatkan potensi simpanan karbon sebesar 14%. Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai hutan lindung yang sangat luas dengan luasan mencapai 526.425 Ha (SK Menhut No. 435/Menhut-II/2009). Hutan lindung ini sangat potensial dalam upaya menekan deforestasi dan degradasi hutan di Kalimantan Selatan. Pengelolaan hutan lindung harus berkolaborasi dengan pihak-pihak lain seperti pemegang ijin usaha pertambangan (IUP) sepeti yang sudah dilakukan

pihak. Penyiapan dan telaah dokumen tersebut dengan mengajak seluruh akademisi, praktisi, birokrat, LSM, dan masyarakat dalam penyusunan dokumen-dokumen tersebut.

Selain itu, penyusunan program-program strategis mitigasi dan adaptasi perubahan iklim mutlak diperlukan. Program-program strategis tersebut antara lain: 1) penanganan areal lahan kritis; 2) pengelolaan hutan lindung; 3) reklamasi tambang; 4) pengelolaan hutan mangrove; dan 5) pencegahan

Gambar 1. Jumlah Demonstration Activity beberapa provinsi di Pulau Kalimantan

Potensi simpanan karbon di Kalimantan Selatan tersimpan pada Hutan Mangrove dengan luasan mencapai 116 ribu hektar.

31BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Waw

an H

alw

any

Page 32: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

32 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

oleh Dinas Kehutanan terutama dalam pengelolaan Tahura Sultan Adam. Dalam pengelolaan kolaboratif tersebut, Tahura menyediakan lahan sebagai areal penanaman untuk memenuhi kewajiban dari pemegang IUP. Namun demikian, data-data peningkatan kualitas hutan sebagai akibat dari penanaman tersebut belum ada sehingga upaya yang dapat dilakukan yakni penyusunan database dan dokumen penurunan degradasi hutan dari usaha pengelolaan hutan lindung tersebut.

Kegiatan lain yang berpotensi besar dalam rangka upaya penurunan emisi karbon di Kalimantan Selatan adalah reklamasi tambang. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, luas tambang di Kalimantan Selatan mencapai 317.794,66 yang terdiri dari pertambangan batu bara, bijih besi, dan batuan. Keseluruh pemegang ijin tersebut mempunyai kewajiban melakukan reklamasi tambang sesuai dengan Perda Kalimantan Selatan No 6 tahun 2014 dan Perda No 1 tahun 2013. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan dalam areal reklamasi menunjukkan potensi simpanan karbon dapat mencapai lebih dari 120 ton/ha. Apabila memakai asumsi 50% dari areal bekas

tambang tersebut direklamasi, maka potensi simpanan karbon pada areal reklamasi mencapai lebih dari 19 juta ton karbon.

Potensi simpanan karbon lain di Kalimantan Selatan tersimpan pada Hutan Mangrove dengan luasan mencapai 116 ribu hektar. Data dari Balai Pengelolaan DAS-Barito menunjukkan sekitar 105 ribu hektar mengalami kerusakan. Kerusakan mangrove tersebut menyebabkan hilangnya karbon sebesar 109 juta ton karbon. Hal ini didasarkan pada penelitian CIFOR yang menunjukkan hutan mangrove menyimpan karbon sebesar 1.023 ton/ha. Strategi pengelolaan yang cepat terhadap ekosistem ini harus dilakukan sehingga kehilangan karbon akibat kerusakan ekosistem ini dapat dihindarkan. Dalam kerangka perdagangan karbon, penyelamatan dan peningkatan kualitas mangrove dapat dimasukkan sebagai salah satu prioritas perdagangan karbon di Kalimantan Selatan.

Kehilangan karbon terbesar di provinsi ini juga diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan. Hal ini disebabkan kebakaran hutan dan lahan ini selalu terjadi di Kalimantan Selatan setiap tahun. Studi CIFOR

menyatakan kebakaran hutan dan lahan ini menyebabkan emisi 13 – 40% di atas emisi fosil. Pencegahan kebakaran hutan dan lahan akan menjadi potensi yang besar dalam skema REDD+ karena hilangnya kebakaran akan mengurangi degradasi hutan di Kalimantan Selatan.

Dari uraian di atas, Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai potensi yang besar dalam rangka penurunan emisi karbon dari sektor kehutanan. Namun demikian, potensi dan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang sudah dilakukan belum terdokumentasikan. Kondisi ini menjadi hambatan dalam pelaksanaan perdagangan karbon di Kalimantan Selatan. Kedepan, pendokumentasian dan penyusunan data base mutlak harus dilakukan terutama terkait upaya-upaya yang telah dilaksanakan dan besarnya penyerapan karbon dari upaya-upaya tersebut. Hal ini akan menjadi tonggak dan langkah awal dalam rangka peran aktif Kalimantan Selatan untuk berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah sampai dengan 41% pada tahun 2020.

ww

w.a

rtab

anua

.blo

gspo

t.co

m

32 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 33: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

33BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015 33BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Pendahuluan

Gaharu merupakan komoditas hasil hutan

yang bernilai tinggi. Gaharu merupakan

sebuah produk yang berbentuk gumpalan

padat berwarna coklat kehitaman sampai

hitam dan berbau harum yang terdapat pada bagian kayu

atau akar tanaman pohon inang yang telah mengalami

proses perubahan fisika dan kimia akibat terinfeksi oleh

jamur. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.35/

Menhut-II/2007, gaharu merupakan salah satu komoditi

hasil hutan bukan kayu yang menjadi urusan Kementerian

Kehutanan.

Gaharu saat ini sudah ditetapkan sebagai salah satu

prioritas pengembangan HHBK Kementerian Kehutanan

bersama komoditi lainnya yaitu rotan, bambu, lebah, dan

sutera. Di Pulau Kalimantan, masyarakat mengenal gaharu

dengan sebutan garu mengkaras atau garu takaras

(Heyne, 1987) Dan khusus di provinsi Kalimantan Selatan,

masyarakat menyebut gaharu dengan nama gumbil dan

garu.

Kesesuaian Tempat Tumbuh

Tumbuhan penghasil gaharu di indonesia hingga saat

ini ditemukan lebih kurang 25 jenis. Pulau Kalimantan

mempunyai jenis tumbuhan penghasil gaharu terbanyak

dibanding dengan pulau-pulau lain di Indonesia.

Penyebaran tumbuhan penghasil gaharu di Kalimantan

(12 jenis), Sumatera (10 jenis), Kepulauan Nusa Tenggara

(3 jenis), Papua (2 jenis), Sulawesi (2 jenis), Jawa (2 jenis)

dan Kepulauan Maluku (1 jenis). Gaharu sebagian besar

dihasilkan oleh pohon anggota famili Thymelaeaceae.

Salah satu genus yang banyak dikenal dari famili ini adalah

Aquilaria. Sebaran tumbuhan Aquilaria spp. tersebar

secara luas di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,

Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah (Siran, 2010).

Genus Aquilaria yang terdapat di Kalimantan adalah A.

Oleh: Beny Rahmanto

PENGEMBANGAN BISNIS GAHARU DI KALIMANTAN SELATAN

Buah A. microcarpa.

ARTIKEL

33BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 34: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

34 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/201534 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

malaccensis, A. becariana, A. hirta dan

A. microcarpa. Tumbuhan penghasil

gaharu dapat tumbuh pada kisaran

suhu 24o-32oC, kelembaban udara

antara 80-90% dengan curah hujan

antara 1.000-1.500 mm/tahun.

Kondisi lahan tempat tumbuh pohon

penghasil gaharu sebagian besar

tergolong tanah podsolik dengan

struktur tanah liat berpasir atau

lahan marginal dengan altitude 10-

400 mdpl (Mucharromah, 2010).

Beragamnya jenis tumbuhan

penghasil gaharu alam di Kalimantan

menunjukkan bahwa gaharu cocok

untuk dikembangkan di Kalimantan

Selatan.

Pemanfaatan dan Peluang Pasar

Gaharu

Gaharu dimanfaatkan untuk

berbagai tujuan penggunaan yaitu

pengobatan, incense dan parfum

(Barden, et al., 2000). Incense gaharu

digunakan dalam upacara-upacara

keagamaan sebagai perlengkapan

sembahyang, pengharum ruangan

serta benda-benda rohani (Barden, et

al., 2000). Beberapa hasil penelitian

menghasilkan manfaat gaharu

sebagai obat antibatuk, antitumor,

antimikroba, dan antialergi (Konishi,

et al., 1998; Cui et al., 2011), antijamur

(Novriyanti, et al., 2010), antiasma

(Malviya, et al., 2011), antikanker

(Gunasekerta, et al., 1981), dan

antioksidan (Owen dan Johns, 2002).

Pentingnya manfaat gaharu

dalam berbagai penggunaan

mendorong tingginya kebutuhan

gaharu di pasar dunia. Menurut

perhitungan Asosiasi Pengusaha

Ekspor Gaharu Indonesia (ASGARIN)

kebutuhan gaharu di pasar global

(dapat dilihat dalam tabel berikut)..

mencapai 3000 ton/tahun dengan

nilai berkisar Rp 3-4 triliun. Gaharu

Indonesia menguasai hampir 70%

pangsa pasar gaharu di dunia (Siran dan Turjaman, 2010). Data dari UNEP-

WCMC CITES menunjukkan bahwa lebih dari 95% perdagangan A. malaccensis

bersumber dari Indonesia dan Malaysia. Jumlah kuota ekspor dan realisasi

ekspor gaharu Indonesia ditunjukkan pada tabel 1. Namun, Singapura

memainkan peran utama sebagai importir dan mengekspor kembali gaharu

dari Indonesia dan Malaysia ke berbagai negara tujuan akhir yaitu Taiwan, Uni

Emirat Arab, Arab Saudi dan Jepang.

Teknologi Budidaya Gaharu

Semakin menurunnya kuota maupun realisasi ekspor gaharu alam seperti

ditunjukkan pada tabel 1 dan tingginya permintaan mendorong dilakukannya

pengembangan gaharu hasil budidaya. Tingginya eksploitasi gaharu alam telah

menyebabkan dua genus utama penghasil gaharu yaitu Aquilaria dan Gyrinops

termasuk dalam daftar Appendix II CITES yang perdagangannya diatur melalui

kuota untuk mempertahankan kelestariannya di alam. Dalam mekanisme CITES

Produk berbasis Gaharu

Pabrik penyulingan Gaharu.

34 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 35: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

35BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015 35BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

harus dibedakan antara gaharu hasil

budidaya dan gaharu alam. Gaharu

yang berasal dari hasil budidaya

diharapkan perdagangannya tidak

berdasarkan kuota sepanjang ada

kepastian bahwa gaharu berasal

dari hasil budidaya (propagasi). Hal

tersebut merupakan angin segar

bagi para pengusaha maupun

petani gaharu dari hasil budidaya

akan hasil panen gaharu yang tidak

dibatasi oleh kuota perdagangan.

Pedoman gaharu hasil budidaya

terdapat dalam SNI 7897:2013

Tanaman penghasil gaharu yang

berasal dari hasil propagasi

(budidaya)- panduan Penelusuran.

Dalam SNI tersebut menetapkan

panduan penelusuran tanaman

penghasil gaharu yang berasal dari

hasil propagasi (budidaya) meliputi

informasi penanaman, perlakuan/

pemeliharaan, pemanenan, dan

peredaran dalam perdagangan.

Teknologi budidaya gaharu

sudah dikembangkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan khususnya oleh

Badan Penelitian Pengembangan

dan Inovasi. Teknologi yang

dikembangkan meliputi pembibitan

sampai inokulasi pohon penghasil

gaharu. Beberapa teknologi

pembibitan gaharu disajikan dalam

tabel 2.

Selain teknologi pembibitan,

Badan Litbang Kehutanan juga sudah

mengembangkan teknologi inokulasi

gaharu. Teknologi inokulasi meliputi

koleksi isolat jamur pembentuk

gaharu maupun teknik inokulasi.

Saat ini Badan Litbang Kehutanan

sudah mengoleksi 36 isolat jamur

pembentuk gaharu yang diperoleh

dari 17 provinsi di Indonesia.

Beberapa isolat sudah diuji secara

laboratorium maupun aplikasi

lapangan dalam pembentukan

gaharu. Isolat Fusarium spp Gorontalo (FORDA CC-00509) mempunyai daya

infeksi paling tinggi pada arah vertikal maupun horizotal dibanding isolat

Sumbar, Jambi maupun Kalbar (Santoso dan Turjaman, 2011). Beberapa hasil

pengujian inokulan gaharu juga sudah dilakukan pemanenan. Dari hasil uji

coba panen pada pohon penghasil gaharu Aquilaria malaccensis hasil budidaya

berdiameter 15 cm diperoleh 4,5 kg berat kering di Sanggau (Kalimantan

Barat) dengan nilai USD 200 per kg. Dalam satu pohon penghasil gaharu

Aquilaria malaccensis yang tumbuh di alam di Kandangan (Kalimantan Selatan)

berdiameter 40 cm dapat menghasilkan 13 kg berat kering gaharu yang

bernilai USD 500 per kg setelah 18 bulan diinokulasi (Turjaman dan Santoso,

2012). Teknik inokulasi Badan Litbang Kehutanan disajikan dalam tabel 3.

Permasalahan inokulan adalah saat ini banyak beredar inokulan gaharu

yang menawarkan pem-bentukan gaharu (perubahan warna kayu) dengan

waktu singkat, namun hasil panen gaharunya tidak laku dipasaran. Hal yang

perlu diingat adalah pengembangan inokulan gaharu membutuhkan sarana

labora-torium yang memadai dan pengujian inokulan sehingga menjamin

kualitas gaharu yang dihasilkan.

Tabel 1. Kuota dan realisasi ekspor gaharu

Tahun Kuota (ton) Total Ekspor (ton)

Malaccensis group Filaria group

2001 200 197,426 72,426 125,000

2002 180 175,000 50,000 125,000

2003 175 174,085 49,585 124,500

2004 175 175,000 50,000 125,000

2005 175 171,424 49,919 121,505

Sumber : Dirjen PHKA

Tabel 2. Teknologi pembibitan gaharu

Penelitian Hasil Sumber

Persen kecambah dari hasil uji penyimpanan biji

Biji gaharu langsung dikecambahkan: 82%

Biji gaharu disimpan (kondisi ruang) selama 8 minggu: 48%

Subiakto, A.

Persen tumbuh bibit cabutan

Menggunakan sungkup plastik: 80%

Tanpa menggunakan sungkup: 40%

Subiakto, A.

Media stek gaharuCampuran cocopeat

dan sekam padi (1:1) menghasilkan persen tumbuh: 69%.

Subiakto, A.

Media tanam dan pupuk NPK

Media pembibitan terbaik adalah tanah : kompos : pasir =1 : 1 : 1

Sumarna, Y.

Kelayakan Pengusahaan Gaharu

Permintaan gaharu yang sema-kin meningkat membuka peluang yang

besar bagi bisnis gaharu di Kalimantan Selatan. Untuk mem-peroleh gambaran

kelayakan usaha gaharu budidaya, berikut adalah hasil penelitian Suharti (2009)

tentang analisis finansial budidaya gaharu dengan menggunakan batasan

sebagai berikut :

35BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 36: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

36 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/201536 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

1. Asumsi tingkat keberhasilan

60%

2. Pengusahaan gaharu dila-

kukan pada luasan 1 ha

dengan jumlah pohon 400

batang/ha

3. Pohon yang bertahan hidup

dan menghasilkan gaharu

diasumsikan 60% dengan

tingkat produksi 2 kg per

pohon sehingga total

produksi 480 kg/ha dengan

3 kelas yaitu kemedangan I

=10%, kemedangan II=40%

dan kemedangan III=50%.

4. Harga jual gaharu kelas

kemedangan I=5 juta/kg,

kemedangan II=2 juta/kg

dan kemedangan III=500

ribu/kg.

5. Upah tenaga kerja sebesar

50.000/HK, sedangkan upah

tenaga inokulasi 30.000/

pohon.

6. Harga inokulan 50.000/

pohon, sehingga total biaya

inokulan 20 juta/ha.

7. Analisis finansial menggu-

nakan tingkat diskonto

sebesar 15%.

Berdasarkan asumsi dan

batasan tersebut, biaya yang

dibutuhkan untuk pengusahaan 1

ha gaharu adalah sebesar 141,350

juta. Biaya tersebut meliputi biaya

pra investasi dan persiapan lahan,

serta penanaman sebesar 26,5 juta,

biaya bahan dan peralatan 40,35

juta dan biaya tenaga kerja 74,5

juta. Beban biaya yang relatif besar

adalah pembelian inokulan, tenaga

kerja inokulasi dan tenaga panen

yang mencapai 77 juta (54,47% dari

total biaya). Hasil analisis finansial

menunjukkan pengusahaan gaharu

layak dengan keuntungan bersih nilai

kini (NPV) sebesar Rp 147,74 juta/ha,

IRR :48,53% dan B/C:3,32.

Model pengusahaan Gaharu

Salah satu permasalahan dalam

budidaya gaharu di Kalimantan

Selatan adalah permodalan yang

besar. Salah satu cara untuk

mengatasi hal tersebut adalah

pengusahaan gaharu dengan pola

kemitraaan. Kemitraan adalah

suatu strategi bisnis yang dilakukan

oleh dua pihak atau lebih dalam

jangka waktu tertentu untuk meraih

keuntungan bersama dengan

prinsip saling membutuhkan dan

saling membesarkan (Hafsah, 2000).

Evaluasi pembentukan gaharu.

36 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Kartasasmita (1996) mengemukakan

bahwa kemitraan usaha, terutama

dalam dunia usaha adalah hubungan

antara pelaku usaha yang didasarkan

pada ikatan usaha yang saling

menguntungkan dalam hubungan

kerjasama yang sinergis, yang

hasilnya bukanlah suatu zero-sum-

game melainkan positive-sum-

game atau win-win situation. Pola

kemitraan pengusahaan gaharu

dapat dilakukan oleh petani dan

pengusaha atau petani, pengusaha

dan instansi pemerintah. Masing-

Tabel 3. Teknik inokulasi Badan Litbang Kehutanan

No. Teknik inokulasi Deskripsi

1 Pohon gaharu Diameter minimum 15cm (dbh)Pohon sehat

2 InokulanDiproduksi oleh laboratorium yang kompeten dan

tenaga ahli di bidang mikrobiologiJamur telah diidentifikasi dengan pasti (analisa DNA)Jamur mempunyai batas kadaluarsa

3 Lingkungan Penyuntikan dilakukan saat tidak hujan

4 AlatGenerator Set, Blender, Alat Bor, KabelMata bor (dibuat dari jari-jari sepeda motor)Alat suntik

5 Penyuntikan

Pola penyuntikan dengan ukuran 20x5cm atau 15x5cm

Inokulan diblender selama 5 menit sebelum digunakan

Kedalaman pengeboran dilakukan maksimal 1/3 diameter batang ( jangan melewati batas kedalaman)

Pastikan alat suntik bersih/sterilInokulan disuntikkan ke dalam lubang sejumlah 0,5-

1cc per lubang

6 Evaluasi

Dilakukan setiap 3 bulanCara : kulit batang disekitar lubang suntik disayat

dengan bentuk bujur sangkar Kayu yang berwarna coklat/kehitaman diambil

sampelnya dan dikeringkan. Setelah itu dibakar.Apabila tercium bau khas gaharu maka proses

pembentukan gaharu sudah terjadi

Page 37: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

37BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

masing pihak yang terlibat dalam

pola kemitraan dapat berpartisipasi

dalam pengusahaan gaharu sesuai

dengan kemampuan dan peran

masing-masing. Dengan pola

kemitraan, keterbatasan petani dari

segi permodalan dan pemasaran

dapat diatasi oleh peran pengusaha.

Keterbatasan dari aspek teknologi

dan regulasi juga dapat diatasi

apabila pemerintah ikut terlibat di

dalamnya.

Penutup

Kalimantan Selatan sebagai

propinsi yang memiliki penyebaran

habitat tanaman penghasil gaharu

memiliki keunggulan sebagai

lokasi pengembangan bisnis

gaharu. Dukungan teknologi dari

pemerintah mulai dari teknologi

Inokulasi Gaharu.

Proses pembuatan inokulan Litbang Kehutanan

Pohon Gaharu.

pembibitan sampai teknologi

inokulasi semakin memperkuat

posisi Kalimantan Selatan sebagai

lokasi pengembangan bisnis gaharu.

Pangsa pasar yang masih terbuka

lebar juga merupakan kesempatan

emas yang perlu ditangkap sebagai

sebuah peluang. Peran aktif

pemerintah dan pemilik modal /

pengusaha juga diperlukan untuk

mengatasi keterbatasan yang dimiliki

petani dalam mengembangkan

bisnis gaharu di Kalimantan Selatan.

- TOGETHER WE MAKE DREAMS

COME TRUE -

ReferensiAnonim. 2013. Tanaman penghasil gaharu yang

berasal dari hasil propagasi (budidaya)-Panduan Penelusuran. SNI 7897:2013. Pusat standardisasi dan lingkungan. Kementerian Kehutanan.

Mucharromah. 2010. Mengenal Gaharu dan proses Pembentukannya. Badan penerbitan Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu

Siran, S.A., dan M.Turjaman. 2010. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor

Susmianto, A., dan M.Turjaman, P. Setio. 2013. Rekam Jejak Gaharu Inokulasi Teknologi Badan Litbang Kehutanan. FORDA Press. Bogor

Page 38: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

38 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Oleh: Marinus Kristiadi Harun dan Mustofa

PROSPEK BUDIDAYA LEBAH PROPOLIS TRIGONAPENDAHULUAN

Para ahli perlebahan membagi lebah menjadi

dua kelompok besar yaitu lebah bersengat

dan lebah tidak bersengat yang tidak

membahayakan manusia. Meskipun lebah

bersengat lebih populer, namun kajian ahli taksonomi

menyimpulkan bahwa lebah tidak bersengat (trigona)

merupakan lebah tertua yang pernah ditemui. Lebah

trigona bentuk tubuhnya mirip lebah bersengat,

ukurannya sangat kecil dengan fungsi sebagai penyerbuk

bunga-bunga kecil. Serangga ini mempunyai 3 pasang

kaki yang semuanya beruas-ruas. Sepasang kaki belakang

memiliki duri-duri yang sangat banyak sehingga mampu

memegang erat nektar bunga yang diambil dari tumbuhan.

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata yang sangat

lebar, mirip mata belalang, mempunyai sepasang antena,

dengan mulut muncung panjang sehingga memudahkan

lebah trigona untuk menghisap madu. Ia juga mempunyai

sepasang sayap di punggungnya berukuran lebih panjang

yang membuatkannya dapat bergerak bebas dengan

lincah di udara. Profil lebah trigona seperti pada Gambar

1. Lebah trigona mempunyai nama lokal klanceng/lanceng

dan kelulut. Selain madu, lebah ini juga menghasilkan

propolis yang bernilai ekonomis tinggi. Species lebah

trigona di seluruh dunia terdapat 150 spesis, diantaranya

Trigona scaptotrigona, Trigona laeviceps, Trigona

apicalis, Trigona thorasica, dan Trigona itama. Indonesia

mempunyai 37 species lebah trigona. Tulisan ini bertujuan

untuk membahas prospek budidaya lebah propolis trigona

untuk menjadi salah satu alternatif kegiatan menambah

pendapatan keluarga.w

ww

.jam

iun.

com

ARTIKEL

38 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 39: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

39BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

KEISTIMEWAAN LEBAH PROPOLIS

TRIGONA

Lebah propolis trigona

mempunyai beberapa keistimewaan

dalam pembudidayaannya.

Pertama, pemeliharaannya tidak

rumit. Pada dasarnya lebah trigona

adalah lebah liar, sehingga dapat

mengurus seluruh kebutuhan

hidupnya (nektar, polen dan nutrisi

lainnya) sendiri. Bahkan pada

kondisi dengan ketersediaan sumber

pakan yang minim, lebah trigona

mampu bertahan dan tidak mudah

kabur. Namun demikian, yang perlu

diperhatikan dalam budidaya lebah

trigona adalah ketersediaan pohon

penghasil getah, seperti pohon

nangka, dan cempedak. Trigona

lebih banyak menghasilkan propolis

dibandingkan madu, sehingga lebah

ini membutuhkan pepohonan yang

menghasilkan getah.

Kedua, tidak perlu digembalakan.

Trigona bukan merupakan lebah yang

hasil utamanya madu melainkan

propolis, sehingga kebutuhan nektar

dan polen tidak terlalu besar. Lebah

trigona lebih membutuhkan banyak

getah dibandingkan bunga. Produksi

getah pohon tidak mengenal musim,

selalu tersedia sepanjang hari selama

pohon tersebut masih hidup.

Ketiga, tidak perlu peralatan

khusus. Untuk membudidayakan

jenis madu bersengat (Apis mellifera,

A. cerana, A. dorsata, dll) dibutuhkan

sejumlah peralatan, seperti: masker,

alat pengasap, pisau, sikat lebah,

pengungkit, kotak eram, kotak kawin,

kotak starter, polen trap, tempat air,

cadangan makanan (feeder frame),

serta ekstraktor. Namun, untuk

trigona, peralatan tersebut tidak

diperlukan.

Keempat, tidak perlu takut

disengat. Trigona adalah lebah

berukuran sangat kecil dan tidak

memiliki sengat. Jika trigona merasa

terganggu, ia akan menggigit,

tetapi gigitannya tidak menyakitkan.

Trigona juga mempunyai kebiasaan

mengerumuni rambut di kepala

seseorang yang dianggapnya

mengancam keberadaan koloni.

Saat itulah, trigona mengeluarkan

propolis yang lengket.

Kelima, kemudahan pengem-

bangan koloni. Pengembangan

koloni lebah trigona memerlukan

polen sebagai sumber protein.

Sumber protein terbaik bagi koloni

lebah adalah bunga tanaman jagung.

Keenam, produktivitas propolis

lebih tinggi. Kemampuan trigona

dalam memproduksi propolis lebih

tinggi dibandingkan A. mellifera,

sehingga lebah ini sering disebut

sebagai lebah propolis.

Ketujuh, tahan hama dan

penyakit. Hama dan penyakit yang

menyerang lebah trigona sangat

sedikit. Hal ini disebabkan oleh

sarang yang tertutup dengan lubang

yang sempit, sehingga menyulitkan

predator untuk masuk. Hama yang

kadang ditemukan pada sarang

trigona adalah semut. Inipun jarang

terjadi.

Gambar 1. Profil lebah trigona, lebah propolis, lebah tanpa sengat. (Sumber foto: www.lebahkelulut.com)

Page 40: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

40 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Kedelapan, tidak mengenal

masa paceklik. Trigona adalah lebah

berbadan mini, sehingga kebutuhan

terhadap nektar dan polen tidak

sebesar lebah bersengat. Trigona

tidak memproduksi madu dalam

jumlah banyak, sehingga tidak perlu

nektar dalam jumlah banyak pula.

Trigona mampu mengambil nektar

dari berbagai bunga yang berukuran

kecil, sehingga sumber nektar bagi

trigona lebih beragam dan luas

dibandingkan dengan jenis lebah

bersengat. Lebah trigona lebih suka

memproduksi propolis dibandingkan

madu. Modal membuat propolis

adalah air liurya sendiri ditambah

getah dari pepohonan.

Kesembilan, keuntungan

yang menggiurkan. Modal yang

diperlukan untuk budidaya lebah

trigona lebih sedikit dengan harga

jual madu dan propolis yang lebih

mahal dibandingkan dengan lebah

bersengat.

TEKNIK BUDIDAYA

LEBAH PROPOLIS TRIGONA

Lokasi

Lebah trigona menyukai

daerah dengan suhu 26-340C.

Lebah ini pada suhu di bawah

Gambar 2. Profil sarang lebah trigona. Bangunan yang ditunjuk merupakan kantong madu.

100C tidak dapat terbang. Lebah

trigona menyukai udara sejuk dan

suasana teduh, terhindar dari sinar

matahari langsung. Lebah ini juga

tidak menyukai tempat yang ramai

dan bising. Lebah trigona sensitif

terhadap polusi yang berasal dari

gas buangan kendaraan bermotor,

asap, dan penyemprotan pestisida/

herbisida di lahan pertanian. Lebah

trigona menyukai tempat yang

banyak terdapat vegetasi, terutama

jenis tanaman berbunga dan

bergetah.

Mengenal sarang lebah trigona

Secara alami lebah trigona

membuat sarang di lubang-lubang

pohon, celah-celah dinding dan

lubang bambu dari dalam rumah

yang agak gelap. Untuk keamanan,

tempat keluar masuk berbentuk

lubang kecil sepanjang 1 cm yang di

selimuti zat perekat. Sarang memiliki

beberapa bagian struktur yang

terdiri dari: pintu masuk (entrance),

struktur lorong sempit, bagian

dalam, batumen dan cerumen. Pintu

masuk koloni ditandai oleh beragam

material yang hanya dapat dikenali

oleh kawanannya. Pintu masuk

biasanya terdiri dari getah, resin dan

material lainnya seperti serpihan

kayu, pasir dan atau tanah. Pintu

masuk inilah yang awal mulanya

disebut sebagai propolis. Lorong

sempit adalah rangkaian propolis

yang dibuat oleh kawanan lebah

dalam rangka pertahanan koloninya,

lorong tersebut dibuat dalam banyak

lubang-lubang kecil pada satu

kesatuan struktur yang unik, dan

hanya dimiliki oleh lebah trigona.

Lorong ini disimpan di bagian dalam

sarang, biasanya tersambung dengan

pintu masuk dan di bagian akhir dari

Page 41: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

41BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

bagian sarang. Pintu masuk dan

lorong tersebut merupakan bagian

terpenting dalam sarang alami koloni

lebah trigona. Sarang tersusun atas

beberapa bagian untuk menyimpan

madu, tepung sari, tempat bertelur

dan tempat larva. Di bagian tengah

terdapat karangan bola berisi telur,

tempayak dan kepompong. Di bagian

sudut terdapat bola-bola kehitaman

sebagai penyimpan madu dan

tepung sari. Gambar 2 menampilkan

profil sarang koloni lebah trigona.

Cara memperoleh bibit

Bibit lebah trigona bisa diperoleh

dari alam. Biasanya sarang trigona

terdapat pada ruas bambu yang

agak lapuk, di pohon karet, nangka,

kelapa, cempedak, durian bahkan

sarang trigona dapat dijumpai di

pematang sawah, di bawah tanah

yang berbatu, pondasi rumah dan di

lubang paralon jamban (septitank).

Tahapan pemindahan sarang trigona

dari alam ke dalam kotak budidaya

seperti uraian berikut: (1) potong

lubang masuk sarang trigona dan

tempelkan ke lubang kotak yang telah

kita siapkan. Gambar 3 menampilkan

beberapa bentuk pintu masuk

sarang lebah trigona; (2)

ambil sarang lebah

trigona beserta

isinya (telur,

lebah pekerja

dan ratunya)

dengan

ww

w.m

yhom

eim

prov

emen

t.or

g

hati-hati agar tidak merusak struktur

sarang dan mematikan tempayak

atau trigona dewasa.; (3) tempatkan

kotak yang telah berisi sarang dan

koloni trigona ke tempat yang teduh

dan terbebas dari gangguan semut.

Kecepatan pembentukan sarang

beserta isinya, dipengaruhi oleh

ketersediaan sumber pakan dan

getah dari pepohonan di sekitarnya.

PENUTUP

Budidaya lebah propolis trigona

diharapkan dapat menambah

penghasilan. Produksi madu rata-

rata 100 hingga

250 ml

41BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Gambar 3. Bentuk pintu masuk sarang lebah trigona

Page 42: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

42 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

ww

w.ja

miu

n.co

m

42 BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

per 3 bulan (tergantung vegetasi),

produktivitas propolis rata-rata 2 kg/

tahun untuk setiap koloni (tergantung

vegetasi). Dibandingkan harga madu

lebah lain, madu lebah trigona jauh

lebih mahal. Setiap koloni lebah

trigona menghasilkan 1-2 kilogram

madu pertahun, atau 2-3 botol

ukuran 630 ml. Tiap botolnya petani

menjual dengan harga Rp 200.000. Di

toko-toko umum atau koperasi biasa

menjual dengan harga Rp 65.000 per

botol ukuran 140 ml.

Kandungan vitamin pada madu

lebah propolis meliputi : thiamin (B1),

riboflavin (B2), (B3), asam askorbat

(C), (B5), piridoksin (B6), niasin,

asam pantotenat, biotin, asam folat

dan vitamin K. Kandungan mineral

meliputi : natrium (Na), kalsium

(Ca), magnesium (Mg), alumunium

(Al), besi (Fe), fosfor (P), kalium

(K), pottassium, sodium, klorin dan

sulfur. Enzim-enzim utama meliputi:

diatase, invertase, glukosa oksidase,

fruktosa, peroksidase, lipase. Dan

juga mengandung

sejumlah kecil

hormon, tembaga,

iodium dan

zinc yang mana

dari keseluhan yang dikandung

dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Kahsiat madu trigona diantara-

nya dapat mening-katkan daya

tahan tubuh, mencegah stroke,

memperlancar pendarahan, me-

ningkatkan hormon, memperkuat

fungsi otak dan jantung, memperbaiki

sel tubuh yang rusak, recovery

tubuh, mengendurkan bagian syaraf

yang tegang, menghilangkan rasa

letih, meningkatkan kecerdasan

anak, dapat dikonsumsi penderita

diabetes, membantu penyembuhan

pasca operasi, mencegah kanker.

Madu trigona bersifat mudah

dicerna, rendah kalori, berdifusi

dengan darah lebih cepat, membantu

pembentukan darah dan membunuh

bakteri sehingga cocok dalam

berbagai penyembuhan penyakit.

Madu ini sangat dianjurkan untuk

dewasa dan manula.

Kandungan Propolis trigona

meliputi : resin yang mengandung

senyawa flavonoid, asam dan ester

fenol (45 – 55 %), lilin lebah

dan plant

origin (25-35 %), minyak volatil (10

%), Polen yang terdiri dari protein (16

asam amino bebas > 1%), arginine

dan proline berjumlah 46 % dari

total (5 %). 14 mineral mikro (Fe dan

Zn yang terbanyak), keton,lacton,

quinon, steroid, asam benzoat,

vitamin, karbohidrat (5%).

Kasiat dari propolis yaitu sebagai

antibiotil alami, antibakteri, antifungal,

antivirus, antioksidan, memperkuat

kekebalan tubuh, antiseptik, immu-

nostimulan, antitoksin, berperan

sebagai anestetik, memperkuat

dan mempercepat regenerasi

sel, dengan kasiat ini propolis

banyak dimanfaatkan dalam

bidang kesehatan, kecantikan,

terapi penyakit, pengawet dan lain

sebagainya.

Selamat mencoba membudida-

yakan lebah tanpa sengat, lebah

propolis, TRIGONA.

Semoga Berhasil.

Page 43: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil

43BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

MENGENAL HUTAN DAN TANAMAN SEJAK DINI

Pada tanggal 12 Maret 2015 134 anak dan 14 guru pendamping TK. Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) Landasan Ulin berkunjung khusus ke BPK Banjarbaru untuk mengenal hutan, tanaman dan lingkungan sejak dini. Dalam kegiatan ini anak-anak tersebut diajak menyemai bibit, melihat cara menanam pohon dan mengenal satwa. Harapannya mereka akan mencintai hutan dan pohon sejak dini.

Kunjungan TK. ABA di BPK Banjarbaru.

ADVIS TEKNIS ”PENGENDALIAN KEBAKARAN DAN HAMA PENYAKIT HUTAN” DI KHDTK RIAM KIWA

Kegiatan praktek mata kuliah perlindungan hutan fahutan Unlam masih terus dilanjutkan. Khusus untuk praktek ”Pengendalian Kebakaran dan Hama Penyakit Hutan” dilaksanakan di KHDTK Riam Kiwa, pada tanggal 18 April 2015. Kegiatan ini diikuti oleh 58 Mahasiswa Fahutan UNLAM. Para mahasiswa antusias mempraktekkan memadamkan api dengan kepyok dan pompa gendong hasil prekayasaan dari BPK Banjarbaru.

Praktik pengendalian kebakaran hutan di KHDTK Riam Kiwa.

PRAKTEK MATA KULIAH PERLINDUNGAN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNLAM

Sebagai bentuk kerjasama BPK Banjarbaru dengan Fakultas Kehutanan UNLAM, telah dilaksanakan Praktek mata kuliah Perlindungan Hutan di Arboretum Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru tanggal 14 April 2015. Kegiatan ini diikuti oleh 167 mahasiswa kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) yang didampingi dosen mata kuliah tersebut. Turut juga berhadir Mantan Menristek kabinet Indonesia Bersatu, Prof. M. Hatta selaku salah satu dosen dari Fakultas Kehutanan Unlam. Praktik perlindungan hutan.

ADVIS TEKNIS “PENGENALAN HUTAN RAWA GAMBUT DI KHDTK TUMBANG NUSA

SMA Kanaan sudah 2 tahun terakhir mengajak siswa nya praktek lapang di KHDTK BPK Banjarbaru. Kali ini pada tanggal 28-30 April 2015, 69 Peserta didik dan 10 guru pendamping mengikuti kegiatan Pengenalan Hutan Rawa Gambut di KHDTK Tumbang Nusa. Kegiatan ditutup dengan pelepasan burung liar yang saat ini keberadaannya mulai berkurang.

Advis teknis pengenalan hutan rawa gambut di KHDTK Tumbang Nusa.

LINTAS BERITA

43BEKANTAN Vol. 3/No. 1/2015

Page 44: Potensi Aneka Usaha Kehutanan Mendukung Pembangunan di ... · adalah tanaman pangan (Hutan Cadangan Pangan), tanaman obat (pemanfaatan lahan di bawah tegakan), tanaman kehutanan penghasil