Post Partum Hemorrage

39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perdarahan Postpartum 2.1.1.1 Definisi Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 ml atau lebih setelah bayi lahir atau plasenta lahir pada persalinan pervaginam dan setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea. Keadaan tersebut dapat terjadi karena berbagai penyebab dan faktor risiko yang dimiliki ibu (Wiludjeng, 2007) 2.1.1.2 Klasifikasi Menurut waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian, yakni, kehilangan darah yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dikenal sebagai perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage), sedangkan kehilangan darah yang terjadi antara 24 jam sampai 6 minggu setelah melahirkan disebut perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage). Perdarahan postpartum sekunder biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai ke hari ke 15 (Norwitz, 2008). 6

description

PPH

Transcript of Post Partum Hemorrage

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori2.1.1Perdarahan Postpartum2.1.1.1DefinisiPerdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 ml atau lebih setelah bayi lahir atau plasenta lahir pada persalinan pervaginam dan setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea. Keadaan tersebut dapat terjadi karena berbagai penyebab dan faktor risiko yang dimiliki ibu (Wiludjeng, 2007)2.1.1.2KlasifikasiMenurut waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian, yakni, kehilangan darah yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dikenal sebagai perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage), sedangkan kehilangan darah yang terjadi antara 24 jam sampai 6 minggu setelah melahirkan disebut perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage). Perdarahan postpartum sekunder biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai ke hari ke 15 (Norwitz, 2008).Perdarahan postpartum primer biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang, bisa karena inversi uteri. Sedangkan perdarahan postpartum sekunder biasanya terjadi akibat sisa plasenta dalam uterus (Karkata, 2010).

2.1.1.3EtiologiAda banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum, diantaranya kelainan kontraksi uterus (tone) 70 %, adanya sisa hasil konsepsi (tissue) 10 %, trauma pada jalan lahir (trauma) 20 % dan kelainan koagulasi (thrombin) 4000 gram sering sekali menyebabkan perdarahan postpartum dengan penyebab laserasi jalan lahir. bayi besar juga membuat regangan uterus terlalu besar sehingga lebih berisiko untuk terjadi atonia uteri dan pada akhirnya terjadi perdarahan postpartum. Selain itu, bayi besar dapat menyebabkan robekan pada jalan lahir ketika persalinan berlangsung. (Bratakoesoema dan Angsar, 2011)

5. Partus lamaPartus lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum dimaksudkan persalinan yang abnormal atau sulit. Sementara itu, WHO (2006) secara lebih spesifik mendefinisikan partus lama (prolonged labor/partus lama) sebagai proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Partus lama juga didefinisikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam, artinya persalinan harus dapat diselesaikan dalam waktu 24 jam. Waktu pemanjangan proses persalinan yang dimaksud adalah penambahan antara kala I dan kala II persalinan. (Mose dan Alamsyah, 2010). Dalam penentuan batas waktu, terdapat variasi sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan partus lama adalah 18 jam. Seperti disebutkan Mochtar (1998) Partus lama diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara. Partus lama akan membuat kontraksi uterus menjadi tidak adekuat sehingga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum akibat atonia uteri.

6. EpisiotomiEpisiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah robekan traumatik selama persalinan. (Dorland, 2012). Episiotomi dibagi menjadi tiga jenis, insisi pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani (episiotomi medialis), insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping (episiotomi mediolateralis), dan insisi yang dilakukan ke arah lateral milai dari kira-kira jam 3 atau jam 9 arah jarum jam (episiotomi lateralis). Episiotomi ini akan menyebabkan robekan pada perineum sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum (Karkata, 2010).

7. Abnormal implantasi plasentaKelainan plasenta berdasarkan tingkat kedalamannya dibagi menjadi plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium. Hal ini akan membuat plasenta menjadi sukar dilepaskan dengan pertolongan altif kala tiga disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Kelainan ini menyebabkan terjadinya retensio plasenta dan inversi uterus pada perdarahan postpartum (Karkata, 2010).8. Gangguan pembekuan darahGangguan pembekuan darah akan menyebabkan gangguan darah untuk melakukan mekanisme koagulasi sehingga luka persalinan akan sukar berhenti sehingga terjadilah perdarahan postpartum. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protrombin dan PTT (partial thromboplastin time) (Karkata, 2010). Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklampsia, emboli cairan ketuban, dan sepsis. Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA (epsilon amino caproic acid) (Karkata, 2010).

2.1.1.5PatofisiologiKehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang cukup tenang dan memungkinkan pertumbuhan serta perkembangan janin intrauterin sampai kehamilan aterm. Pada masa aterm, uterus dan plasenta menerima 500-800 ml darah per menit melalui pembuluh darah resistensi rendah. Aliran darah yang deras ini merupakan predisposisi terjadinya perdarahan yang signifikan pada uterus gravid apabila tidak terkontrol secara fisiologis atau medis. Pada trimester ketiga volume darah maternal meningkat sebesar 50% dan menyebabkan toleransi tubuh terhadap perdarahan selama persalinan meningkat (Yiadom dan Carusi, 2010).Selama proses persalinan uterus gravid mampu berkontraksi ke bawah secara signifikan untuk mereduksi volume dari uterus sendiri. Hal seperti ini dapat menyebabkan plasenta terpisah dari permukaan uterus. Setelah plasenta terpisah dan terlepas maka otot polos uterus akan menginisiasi rangkaian proses kontraksi secara terkoordinasi dan retraksi, memerpendek serat-serat ototnya dan membentuk suatu bentuk jahitan fisiologis (Keman, 2010).Miometrium memiliki serat-serat otot yang berbentuk criss-cross dan berfungsi untuk menekan pembuluh darah serta mengontrol perdarahan ketika uterus berkontraksi. Apabila uterus gagal untuk berkontraksi atau plasenta tidak dapat terpisah ataupun terlepas, maka perdarahan yang signifikan akan terjadi, kurangnya kontraktilitas miometrium, bertanggung jawab terhadap kejadian perdarahan pascasalin (WHO, 2008).

2.1.1.6Manifestasi KlinisManifestasi klinis perdarahan postpartum meliputi: Kesadaran menurun Pucat Limbung Berkeringat dingin Menggigil Sesak nafas Tekanan darah sistolik 100 x/menit Kadar Hb