Posko Post 2nd

13
Melangkah Lebih Maju POSKO POST Media Independen Edisi 2/2008 Liputan Khusus : PAB KSR Undip 2008

description

Posko Post e-magazine 2nd edition.

Transcript of Posko Post 2nd

Melangkah Lebih Maju

POSKO POSTMedia Independen

Edisi 2/2008

Liputan Khusus : PAB KSR Undip 2008

POSKO POST Edisi Kedua. Redaksi: Rochmat Ali Syaefudin. Tata Letak: A5 Design.Alamat: Jl Kusuma Wardani VI/K-17 Semarang 50241 Telp. (024) 8443724 HP. 0888 667 0397e-mail: [email protected]: poskopost.blogspot.com

visit our weblog!http://poskopost.blogspot.com

2

topik

Sejenak membuka lembaran

sejarah, tahun 1996, beberapa anggota

KSR FKM Undip dan Maladica FK

Undip sepakat membentuk KSR Undip.

Sejak 27 Maret 1996, KSR Undip mulai

mewarnai percaturan dunia relawan

mahasiswa. Sejak saat itu tidak ada yang

berubah, begitu pula dengan keberadaan

KSR FKM dan Maladica. Kedua-duanya

tetap eksis di lingkup masing-masing.

KSR FKM di Kampus FKM dan Maladica

di Kampus Kedokteran.

Maladica yang lebih variatif

dengan kegiatan bertualang di alam lebih

fi ght hingga tetap eksis sampai saat ini.

Bagaimana dengan KSR FKM? Lama

sekali nama KSR FKM tenggelam seiring

makin maju dan berkembangnya KSR

Undip. Kini, dua belas tahun berlalu

sejak KSR Undip hadir, KSR FKM

bangkit kembali.

Rencana kemunculannya

kembali saja sudah menjadi

perbincangan hangat dan mampu

menyedot perhatian. Banyak pendapat

bermunculan seiring kehadirannya

kembali. Ada yang setuju, tak sedikit

pula yang mencibir. Sebagian yang setuju

berpendapat bahwa mahasiswa

FKM memang membutuhkan

‘bekal’ tambahan yaitu kemampuan

pertolongan pertama. Dalam

sebuah kesempatan seminar di

FKM mengenai penanganan korban

gempa di Klaten & Bantul, seorang

mahasiswa FKM berujar, “Saat kami

berada di Klaten, kami bingung.

Mo ngebantu evakuasi takut salah,

akhirnya cuma nongkrong di DU

(Dapur Umum)”.

Yang kurang sepakat

menganggap keberadaan KSR FKM

akan memicu sedikit permasalahan,

terutama karena telah ada KSR

Undip di tingkat universitas yang

dianggap sudah cukup mewakili.

Hingga 2008, hampir semua fakultas

di Undip memiliki mahasiswa yang

merupakan anggota KSR Undip.

Jika KSR FKM berdiri ditakutkan

akan menimbulkan rasa iri bagi

fakultas lain yang hamper sama

materi kuliahnya, PSIK (Prodi

Keperawatan), misalnya.

Dualisme menjadikan

kontroversi kehadiran KSR FKM

bertambah. Hampir separuh anggota

KSR Undip didominasi mahasiswa

FKM, artinya ‘bekal’ yang dimiliki

mahasiswa FKM sebenarnya lebih dari

cukup hanya saja dari sekian banyak

anggota KSR Undip yang berasal dari

FKM, baru sebagian kecil yang konstan

untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan

yang dijadwalkan, terutama latihan.

Justru mahasiswa yang basic-

nya bukan FKM yang kemudian justru

aktif. Sebagian memang alumni PMR

di SMA-nya. Minat setidaknya juga

menjadi masalah. Keberadaan kembali

KSR di FKM-pun seperti euforia masa

silam.

Penulis sendiri berpendapat,

kehadiran KSR FKM dapat dijadikan

media sharing bagi KSR di Semarang,

terutama KSR Undip sendiri. Menilik

hal serupa di Unnes (dengan KSR

PGSD-nya), sepertinya akan menambah

khazanah di dunia pertolongan

pertama, khususnya KSR PT. Hirarki

universitas-fakultas seharusnya juga

sedikit dikesampingkan sehingga tidak

menjadi penghalang di kemudian hari.

Bukan tidak mungkin ada timbal-

balik yang saling menguntungkan bagi

kedua KSR di Undip. Apalagi nama

KSR masih tetap kurang didengar di

kalangan sivitas akademika Undip.

Tanggal 20 April, angkatan

pertama KSR FKM yang baru sudah

menjalani diklat. KSR FKM-pun telah

resmi hadir kembali di Undip. Mari

berharap dualisme tidak menjadi

problema kedepan. Bagaimana

membawa nama Undip jika warga

Undip sendiri berselisih?

*Anggota KSR Undip

Dualisme KSR di UndipOleh: Alie Poedjakusuma*

Sebagian anggota KSR Undip pada sebuah kesempatan berkumpul.

3

salam

Seperti saya katakan sewaktu Edisi Perdana POSKO POST terbit, ini hanyalah proyek pribadi yang makin lama akan hilang tanpa dukungan dari komunitas. Edisi kedua ini merupakan bukti adanya dukungan komunitas, meskipun belum tentu kedepan akan sejalan, bu-kankah hidup selalu menawar-kan perubahan? Kali ini kami akan mengangkat seputar cara-cara peningkatan mutu, kualitas atau apapun namanya bagi sebuah organisasi, terutama organisasi nirlaba. Bukan tidak mungkin

sebenarnya bila organisasi nirlaba justru berlimpah dana dari pe-rusahaan profi t yang sedang mengembang-kan corporate social reponsi-bility. Lalu ke-

napa banyak organisasi nir-laba yang gagal memanfaatkan peluang ini dan merasa keg-iatannya tidak ‘layak jual’? Kami ajak anda menyimak opini agar proses jual diri yang menarik, sesuai kaidah dan menguntung-kan semua pihak. Oia, edisi kali ini tidak melulu isinya tulisan saya, ada

beberapa punggawa yang memban-tu terbitnya edisi kedua ini. Be-berapa lagi amat sayang tidak dapat memenuhi janji dan deadline waktu terbit edisi kedua ini, mungkin di edisi berikutnya. Meski bertambah punggawa, bukan berarti kami menutup pintu bagi yang ingin bergabung. Dalam angan-angan kami, dapatlah me-dia ini berkembang seiring waktu. Tumbuh subur bila musim hujan namun tak layu saat kering keron-tang. Berbagai saran, kritik, masu-kan maupun cacian dan makian akan kami terima sebagai pemban-gun kedepan. Seperti disebutkna, melangkah lebih maju. Kalu me-mang bisa, kenapa tidak? Selamat menikmati.

Salam.

Daftar Isi

Dualisme KSR di Undip Hal. 2Kedisiplinan di KSR Hal. 4REGA Air Rescue Hal. 5

LMT PAB KSR Undip Hal. 6Corporate Identity KSR Hal. 7Mempertanyakan BSMI Hal. 8Sosok Hal. 9Rescuepreneurship PMI Hal. 10Cerita Hal. 12 Redaksi POSKO POST menerima artikel, berita, opini

maupun pertanyaan seputar kepalangmerahan. Reda-ksi berhak menyunting naskah yang masuk seperlu-nya. Disediakan kenang-kenangan bagi naskah yang dimuat. Kirimkan naskah via attach ke [email protected] dengan subject POSKO POST disertai foto diri yang menarik. Danke.

POSKO POST Edisi Kedua. Redaksi: Rochmat Ali Syaefudin. Tata Letak: A5 Design.Alamat: Jl Kusuma Wardani VI/K-17 Semarang 50241 Telp. (024) 8443724 HP. 0888 667 0397e-mail: [email protected]: poskopost.blogspot.com

visit our weblog!http://poskopost.blogspot.com

2

topik

Sejenak membuka lembaran

sejarah, tahun 1996, beberapa anggota

KSR FKM Undip dan Maladica FK

Undip sepakat membentuk KSR Undip.

Sejak 27 Maret 1996, KSR Undip mulai

mewarnai percaturan dunia relawan

mahasiswa. Sejak saat itu tidak ada yang

berubah, begitu pula dengan keberadaan

KSR FKM dan Maladica. Kedua-duanya

tetap eksis di lingkup masing-masing.

KSR FKM di Kampus FKM dan Maladica

di Kampus Kedokteran.

Maladica yang lebih variatif

dengan kegiatan bertualang di alam lebih

fight hingga tetap eksis sampai saat ini.

Bagaimana dengan KSR FKM? Lama

sekali nama KSR FKM tenggelam seiring

makin maju dan berkembangnya KSR

Undip. Kini, dua belas tahun berlalu

sejak KSR Undip hadir, KSR FKM

bangkit kembali.

Rencana kemunculannya

kembali saja sudah menjadi

perbincangan hangat dan mampu

menyedot perhatian. Banyak pendapat

bermunculan seiring kehadirannya

kembali. Ada yang setuju, tak sedikit

pula yang mencibir. Sebagian yang setuju

berpendapat bahwa mahasiswa

FKM memang membutuhkan

‘bekal’ tambahan yaitu kemampuan

pertolongan pertama. Dalam

sebuah kesempatan seminar di

FKM mengenai penanganan korban

gempa di Klaten & Bantul, seorang

mahasiswa FKM berujar, “Saat kami

berada di Klaten, kami bingung.

Mo ngebantu evakuasi takut salah,

akhirnya cuma nongkrong di DU

(Dapur Umum)”.

Yang kurang sepakat

menganggap keberadaan KSR FKM

akan memicu sedikit permasalahan,

terutama karena telah ada KSR

Undip di tingkat universitas yang

dianggap sudah cukup mewakili.

Hingga 2008, hampir semua fakultas

di Undip memiliki mahasiswa yang

merupakan anggota KSR Undip.

Jika KSR FKM berdiri ditakutkan

akan menimbulkan rasa iri bagi

fakultas lain yang hamper sama

materi kuliahnya, PSIK (Prodi

Keperawatan), misalnya.

Dualisme menjadikan

kontroversi kehadiran KSR FKM

bertambah. Hampir separuh anggota

KSR Undip didominasi mahasiswa

FKM, artinya ‘bekal’ yang dimiliki

mahasiswa FKM sebenarnya lebih dari

cukup hanya saja dari sekian banyak

anggota KSR Undip yang berasal dari

FKM, baru sebagian kecil yang konstan

untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan

yang dijadwalkan, terutama latihan.

Justru mahasiswa yang basic-

nya bukan FKM yang kemudian justru

aktif. Sebagian memang alumni PMR

di SMA-nya. Minat setidaknya juga

menjadi masalah. Keberadaan kembali

KSR di FKM-pun seperti euforia masa

silam.

Penulis sendiri berpendapat,

kehadiran KSR FKM dapat dijadikan

media sharing bagi KSR di Semarang,

terutama KSR Undip sendiri. Menilik

hal serupa di Unnes (dengan KSR

PGSD-nya), sepertinya akan menambah

khazanah di dunia pertolongan

pertama, khususnya KSR PT. Hirarki

universitas-fakultas seharusnya juga

sedikit dikesampingkan sehingga tidak

menjadi penghalang di kemudian hari.

Bukan tidak mungkin ada timbal-

balik yang saling menguntungkan bagi

kedua KSR di Undip. Apalagi nama

KSR masih tetap kurang didengar di

kalangan sivitas akademika Undip.

Tanggal 20 April, angkatan

pertama KSR FKM yang baru sudah

menjalani diklat. KSR FKM-pun telah

resmi hadir kembali di Undip. Mari

berharap dualisme tidak menjadi

problema kedepan. Bagaimana

membawa nama Undip jika warga

Undip sendiri berselisih?

*Anggota KSR Undip

Dualisme KSR di UndipOleh: Alie Poedjakusuma*

Sebagian anggota KSR Undip pada sebuah kesempatan berkumpul.

3

salam

Seperti saya katakan sewaktu Edisi Perdana POSKO POST terbit, ini hanyalah proyek pribadi yang makin lama akan hilang tanpa dukungan dari komunitas. Edisi kedua ini merupakan bukti adanya dukungan komunitas, meskipun belum tentu kedepan akan sejalan, bu-kankah hidup selalu menawar-kan perubahan? Kali ini kami akan mengangkat seputar cara-cara peningkatan mutu, kualitas atau apapun namanya bagi sebuah organisasi, terutama organisasi nirlaba. Bukan tidak mungkin

sebenarnya bila organisasi nirlaba justru berlimpah dana dari pe-rusahaan profit yang sedang mengembang-kan corporate social reponsi-bility. Lalu ke-

napa banyak organisasi nir-laba yang gagal memanfaatkan peluang ini dan merasa keg-iatannya tidak ‘layak jual’? Kami ajak anda menyimak opini agar proses jual diri yang menarik, sesuai kaidah dan menguntung-kan semua pihak. Oia, edisi kali ini tidak melulu isinya tulisan saya, ada

beberapa punggawa yang memban-tu terbitnya edisi kedua ini. Be-berapa lagi amat sayang tidak dapat memenuhi janji dan deadline waktu terbit edisi kedua ini, mungkin di edisi berikutnya. Meski bertambah punggawa, bukan berarti kami menutup pintu bagi yang ingin bergabung. Dalam angan-angan kami, dapatlah me-dia ini berkembang seiring waktu. Tumbuh subur bila musim hujan namun tak layu saat kering keron-tang. Berbagai saran, kritik, masu-kan maupun cacian dan makian akan kami terima sebagai pemban-gun kedepan. Seperti disebutkna, melangkah lebih maju. Kalu me-mang bisa, kenapa tidak? Selamat menikmati.

Salam.

Daftar Isi

Dualisme KSR di Undip Hal. 2Kedisiplinan di KSR Hal. 4REGA Air Rescue Hal. 5

LMT PAB KSR Undip Hal. 6Corporate Identity KSR Hal. 7Mempertanyakan BSMI Hal. 8Sosok Hal. 9Rescuepreneurship PMI Hal. 10Cerita Hal. 12 Redaksi POSKO POST menerima artikel, berita, opini

maupun pertanyaan seputar kepalangmerahan. Reda-ksi berhak menyunting naskah yang masuk seperlu-nya. Disediakan kenang-kenangan bagi naskah yang dimuat. Kirimkan naskah via attach ke [email protected] dengan subject POSKO POST disertai foto diri yang menarik. Danke.

Armada Ambulan di darat mungkin teramat sangat biasa. Bagaimana dengan jet ambulan atau heli ambulan? Salah satu keajaiban ini dicip-takan sebuah organisasi di Swiss. REGA, demikian na-manya, menjadi peri terbang legendaris di Eropa, bahkan dunia. Lembaga nirlaba ini mengoperasikan ambulans-ambulans terbang untuk menjemput pasien kritis, menyelamatkan kehidupan. Biasanya, pasien dari negara asing ke Swiss untuk mendapat pengobatan secepatnya. Tahun lalu, lebih dari seribu pasien ditolong oleh REGA. Seperti dilaporkan oleh Reuters, saat REGA melakukan konferensi tahunan 3 April 2008 kemarin. Lembaga yang mengoperasikan 13 helikopter dan 3 jet itu mendemonstrasi-kan kesiapan mereka menjem-put pasien. Para kru juga sigap melakukan perawatan terha-dap pasien kritis di udara.

Reputasi REGA juga sudah teruji sejak didirikan pada 27 April 1952. Menurut Wikipedia, dokter Rudolf Bu-cher mewujudkan mimpinya untuk membentuk organisasi penyelamat khusus untuk lay-anan udara. Apalagi wilayah Swiss bergunung-gunung yang kadang sulit dijangkau lewat darat. Dalam perkembangan berikutnya, area pertolongan itu diperluas ke mana pun di dunia. Meskipun kebanyakan dari negara asing ke Swiss, tapi kerap pula REGA me-nolong pasien dari Swiss ke negara asing. Di dalam pe-sawat Rega, selalu ada dokter dan paramedis lengkap den-gan peralatannya. Yang unik, REGA merupakan singkatan beruru-tan dari bahasa Jerman dan Prancis, yakni Schweizerische Rettungsflugwacht - Garde Aérienne Suisse de Sauvetage. Artinya, garda penyelamat udara Swiss. Pangkalannya di

Legenda Ambulans Udara Eropa

REGA

Swiss Air-Rescue Personnel DepartmentP.O. Box 1414CH-8058 Zurich Airportwww.rega.ch

rekan

bandara Zurich-Kloten. Yang tak terduga, ternyata REGA juga membantu para petani di pegunungan un-tuk menyelamatkan hewan-he-wan piaraan atau membuang hewan-hewan yang mati agar tak jadi penyakit. Tertarik untuk ber-gabung? Baru-baru ini REGA membuka kesempatan bagi lulusan teknik mesin untuk menjadi grounded staf. Meski dibalik layar, fungsinya sama penting dengan rescuer yang mengudara.(a5)

4

forum Menanamkan Kedisiplinan di KSROleh: Elok F. Himmah*

“OKE...besok kita kumpul jam EMPAT sore,” begitulah kali-mat yang sering diucapkan ketika teman-teman KSR akan menga-dakan pertemuan atau berjanji akan bepergian bersama. Secara eksplisit sudah jelas sekali bahwa kalimat tersebut mengandung makna bahwa semuanya harus sudah hadir di lokasi jam empat sore. Namun, seringkali di KSR kalimat tersebut disalahartikan. Yang terjadi adalah jam empat sore barulah teman-teman berang-kat dari kos atau rumahnya mas-ing-masing. Paling cepat setengah jam kemudian dari waktu yang telah ditetapkan semua orang baru bisa berkumpul. Maka sang pemimpin yang tanggap pun harus membuat janji satu atau setengah jam sebelumnya jika ingin mer-eka terkumpul pada waktu yang diinginkan. Hal ini selalu terjadi dari tahun ke tahun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sungguh merupakan kebiasaan yang sangat tidak patut dilakukan oleh kita sebagai orang yang berpendidikan. Suatu ketika saya mendapat berita sahabat tercinta sedang dalam kondisi koma di rumah sakit. Saya dan teman-te-man berniat menjenguk kesana, tapi sayang kami datang terlam-bat. Belum tiba kami di rumah sakit, sahabat tercinta telah meng-hembuskan nafas terakhirnya. Sungguh kami sangat menyesal atas keterlambatan itu. Karena kesalahan kami yang tidak tepat waktu, kami tak sempat menemui sahabat di saat-saat ter-akhir hidupnya. Kami pun merasa sangat menyesal dengan kejadian itu. Ini menjadi pelajaran bagi saya bahwa waktu memang sangatlah berharga. Kesempatan tidak datang dua kali, maka jangan sekali-kali kita sia-siakan. Keterlambatan sebagai indikasi ketidakdisiplinan me-mang terkadang dianggap sebagai

suatu hal yang manusiawi, tapi apakah lantas kita memanusiakan” keterlambatan itu, apalagi jika hal itu disebabkan oleh kebiasaan kita yang kurang menghargai waktu. Begitulah sahabat. Satu de-tik saja terlewatkan dengan sia-sia oleh kita, maka sama saja dengan kita melepaskan kesempatan yang seharusnya bisa kita genggam. Tak terhitung seberapa banyak kebaikan yang kita lewatkan akibat ketidakdisiplinan kita. Disiplin dapat diartikan melakukan sesuatu sesuai den-gan aturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah waktu. Sikap disiplin sebenarnya sudah dita-namkan pada diri kita sejak kecil. Penting sekali bagi kita untuk selalu menerapkan sikap disiplin. Bila kita sadari, banyak sekali kebaikan yang akan kita peroleh dengan disiplin. “Amat rugilah manusia yang tidak me-manfaatkan waktunya untuk ber-bakti” , demikianlah Allah SWT, menekankan pentingnya meman-faatkan waktu dengan sebaik-bai-knya karena sesungguh-nya setiap detik waktu yang kita lewati sangat-lah berharga. Maka orang-orang di negeri se-berang pun amatlah lekat dengan istilah “Time is Money” se-hingga hal itu menjadi salah satu kunci sukses bagi mereka. Begitu pula dalam pendidikan militer disiplin harus benar-benar ditegak-kan, bila tidak maka akan ada konsekue-nsi berupa sanksi yang mau tidak mau harus dijalankan oleh setiap anggota yang melang-garnya. Hal ini berkai-tan dengan fungsi mereka sebagai fungsi ketahanan negara. Namun, untuk menjadi

disiplin kita bukan berarti harus men-jadi mereka melainkan terkadang perlu bagi kita untuk belajar dari mereka. Menjadi disiplin atau tidak adalah sebuah pilihan. Akan tetapi bu-kankah kita memiliki akal pikiran yang sehat sehingga tentu kita akan memilih yang terbaik. Maka dari itu mari kita mulai membenahi diri, tanamkan kedi-siplinan dalam diri setiap anggota KSR dan jangan biarkan image yang buruk tentang KSR yang tidak pernah tepat waktu terus berkembang dan menjalar kemana-mana. Bila berjanji, maka penuhilah janjimu itu. Begitu pun bila telah dis-epakati suatu aturan maka patuhilah aturan itu. Belajarlah untuk memberi lebih dari apa yang diminta. Jika tidak maka usahakanlah semampumu, sesungguhnya setiap usaha dari kita ti-daklah ada yang sia-sia dan itulah yang terbaik bagimu. (Eo)

* Anggota KSR Undip, Mantan Kepala Divisi Litbang 2006

Armada Ambulan di darat mungkin teramat sangat biasa. Bagaimana dengan jet ambulan atau heli ambulan? Salah satu keajaiban ini dicip-takan sebuah organisasi di Swiss. REGA, demikian na-manya, menjadi peri terbang legendaris di Eropa, bahkan dunia. Lembaga nirlaba ini mengoperasikan ambulans-ambulans terbang untuk menjemput pasien kritis, menyelamatkan kehidupan. Biasanya, pasien dari negara asing ke Swiss untuk mendapat pengobatan secepatnya. Tahun lalu, lebih dari seribu pasien ditolong oleh REGA. Seperti dilaporkan oleh Reuters, saat REGA melakukan konferensi tahunan 3 April 2008 kemarin. Lembaga yang mengoperasikan 13 helikopter dan 3 jet itu mendemonstrasi-kan kesiapan mereka menjem-put pasien. Para kru juga sigap melakukan perawatan terha-dap pasien kritis di udara.

Reputasi REGA juga sudah teruji sejak didirikan pada 27 April 1952. Menurut Wikipedia, dokter Rudolf Bu-cher mewujudkan mimpinya untuk membentuk organisasi penyelamat khusus untuk lay-anan udara. Apalagi wilayah Swiss bergunung-gunung yang kadang sulit dijangkau lewat darat. Dalam perkembangan berikutnya, area pertolongan itu diperluas ke mana pun di dunia. Meskipun kebanyakan dari negara asing ke Swiss, tapi kerap pula REGA me-nolong pasien dari Swiss ke negara asing. Di dalam pe-sawat Rega, selalu ada dokter dan paramedis lengkap den-gan peralatannya. Yang unik, REGA merupakan singkatan beruru-tan dari bahasa Jerman dan Prancis, yakni Schweizerische Rettungsflugwacht - Garde Aérienne Suisse de Sauvetage. Artinya, garda penyelamat udara Swiss. Pangkalannya di

Legenda Ambulans Udara Eropa

REGA

Swiss Air-Rescue Personnel DepartmentP.O. Box 1414CH-8058 Zurich Airportwww.rega.ch

rekan

bandara Zurich-Kloten. Yang tak terduga, ternyata REGA juga membantu para petani di pegunungan un-tuk menyelamatkan hewan-he-wan piaraan atau membuang hewan-hewan yang mati agar tak jadi penyakit. Tertarik untuk ber-gabung? Baru-baru ini REGA membuka kesempatan bagi lulusan teknik mesin untuk menjadi grounded staf. Meski dibalik layar, fungsinya sama penting dengan rescuer yang mengudara.(a5)

4

forum Menanamkan Kedisiplinan di KSROleh: Elok F. Himmah*

“OKE...besok kita kumpul jam EMPAT sore,” begitulah kali-mat yang sering diucapkan ketika teman-teman KSR akan menga-dakan pertemuan atau berjanji akan bepergian bersama. Secara eksplisit sudah jelas sekali bahwa kalimat tersebut mengandung makna bahwa semuanya harus sudah hadir di lokasi jam empat sore. Namun, seringkali di KSR kalimat tersebut disalahartikan. Yang terjadi adalah jam empat sore barulah teman-teman berang-kat dari kos atau rumahnya mas-ing-masing. Paling cepat setengah jam kemudian dari waktu yang telah ditetapkan semua orang baru bisa berkumpul. Maka sang pemimpin yang tanggap pun harus membuat janji satu atau setengah jam sebelumnya jika ingin mer-eka terkumpul pada waktu yang diinginkan. Hal ini selalu terjadi dari tahun ke tahun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sungguh merupakan kebiasaan yang sangat tidak patut dilakukan oleh kita sebagai orang yang berpendidikan. Suatu ketika saya mendapat berita sahabat tercinta sedang dalam kondisi koma di rumah sakit. Saya dan teman-te-man berniat menjenguk kesana, tapi sayang kami datang terlam-bat. Belum tiba kami di rumah sakit, sahabat tercinta telah meng-hembuskan nafas terakhirnya. Sungguh kami sangat menyesal atas keterlambatan itu. Karena kesalahan kami yang tidak tepat waktu, kami tak sempat menemui sahabat di saat-saat ter-akhir hidupnya. Kami pun merasa sangat menyesal dengan kejadian itu. Ini menjadi pelajaran bagi saya bahwa waktu memang sangatlah berharga. Kesempatan tidak datang dua kali, maka jangan sekali-kali kita sia-siakan. Keterlambatan sebagai indikasi ketidakdisiplinan me-mang terkadang dianggap sebagai

suatu hal yang manusiawi, tapi apakah lantas kita memanusiakan” keterlambatan itu, apalagi jika hal itu disebabkan oleh kebiasaan kita yang kurang menghargai waktu. Begitulah sahabat. Satu de-tik saja terlewatkan dengan sia-sia oleh kita, maka sama saja dengan kita melepaskan kesempatan yang seharusnya bisa kita genggam. Tak terhitung seberapa banyak kebaikan yang kita lewatkan akibat ketidakdisiplinan kita. Disiplin dapat diartikan melakukan sesuatu sesuai den-gan aturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah waktu. Sikap disiplin sebenarnya sudah dita-namkan pada diri kita sejak kecil. Penting sekali bagi kita untuk selalu menerapkan sikap disiplin. Bila kita sadari, banyak sekali kebaikan yang akan kita peroleh dengan disiplin. “Amat rugilah manusia yang tidak me-manfaatkan waktunya untuk ber-bakti” , demikianlah Allah SWT, menekankan pentingnya meman-faatkan waktu dengan sebaik-bai-knya karena sesungguh-nya setiap detik waktu yang kita lewati sangat-lah berharga. Maka orang-orang di negeri se-berang pun amatlah lekat dengan istilah “Time is Money” se-hingga hal itu menjadi salah satu kunci sukses bagi mereka. Begitu pula dalam pendidikan militer disiplin harus benar-benar ditegak-kan, bila tidak maka akan ada konsekue-nsi berupa sanksi yang mau tidak mau harus dijalankan oleh setiap anggota yang melang-garnya. Hal ini berkai-tan dengan fungsi mereka sebagai fungsi ketahanan negara. Namun, untuk menjadi

disiplin kita bukan berarti harus men-jadi mereka melainkan terkadang perlu bagi kita untuk belajar dari mereka. Menjadi disiplin atau tidak adalah sebuah pilihan. Akan tetapi bu-kankah kita memiliki akal pikiran yang sehat sehingga tentu kita akan memilih yang terbaik. Maka dari itu mari kita mulai membenahi diri, tanamkan kedi-siplinan dalam diri setiap anggota KSR dan jangan biarkan image yang buruk tentang KSR yang tidak pernah tepat waktu terus berkembang dan menjalar kemana-mana. Bila berjanji, maka penuhilah janjimu itu. Begitu pun bila telah dis-epakati suatu aturan maka patuhilah aturan itu. Belajarlah untuk memberi lebih dari apa yang diminta. Jika tidak maka usahakanlah semampumu, sesungguhnya setiap usaha dari kita ti-daklah ada yang sia-sia dan itulah yang terbaik bagimu. (Eo)

* Anggota KSR Undip, Mantan Kepala Divisi Litbang 2006

opini

Komunikasi merupakan

salah satu hal terpenting bagi

manusia. Tanpa manusia lain,

seorang manusia tak akan bisa

hidup, ini adalah doktrin manusia

sebagai makhluk sosial. Agar

dapat berkomunikasi, manusia

memerlukan berbagai cara, termasuk

sosialisasi. Organisasi, sebagai

bagian dari sosialisasi dan aktualisasi

manusia pun tak terkecuali.

Korps Sukarela (KSR)

yang merupakan satu dari

banyak organisasi yang langsung

berhubungan dengan manusia perlu

pula sosialisasi. Keberadaan KSR

sebagai organisasi bersifat sosial

akan dikenal oleh masyarakat awam

melalui penyampaian serta promosi

mempergunakan media komunikasi

yang efi sien.

KSR Perguruan Tinggi (KSR-

PT) yang berintegritas pendidikan

juga perlu mensosialisasikan diri

kepada sivitas akademika dan

masyarakat sehingga mengundang

simpati dan partisipasi aktif terhadap

eksistensi kegiatan KSR-PT.

Sejak 16 Mei 2007, Palang

Merah Indonesia (PMI) mulai

menerapkan corporate identity

(identitas organisasi) terhadap

dirinya. Sebuah langkah berani

ditengah masih carut-marutnya

organisasi di seantero negeri ini. Tak

hanya faktor intern yang mengganjal,

berbagai macam permasalahan

luar juga dihadapi. Penerapan

corporate identity mensejajarkan

PMI dengan organisasi Palang Merah

lain di dunia yang telah banyak

melakukannya terlebih dahulu.

Kelanjutannya berpulang

kepada semua lapisan di tingkat

pusat, daerah, cabang dan ranting.

Menjelang batas waktu 1 tahun

bagi sosialisasi dan penerapannya,

corporate identity PMI belum

sepenuhnya sesuai pedoman, sedikit

terlambat memang.

Corporate identity hanyalah

satu dari berbagai cara meningkatkan

kualitas organisasi. Identitas khas

membuat citra atau kesan terhadap

organisasi yang bersangkutan

tepancar ke publik. Perlakuan

‘istimewa’ citra semacam inilah

yang membuat banyak organisasi,

baik profi t maupun nirlaba menuai

sukses. Ambil contoh Pertamina yang

mengikis kesan birokratis seiring

perubahan besar yang

dilakukan terhadap citra

perusahaan dan produk

melalui corporate identity

di tahun 2000-an.

Apa saja

sebenarnya yang harus

distandarkan melalui

corporate identity?

Pertanyaan bagus

mengawali perubahan

besar. Kekurangan,

hal inilah yang harus

Corporate Identity KSR, Pentingkah?

diutamakan, terutama mengenai

pandangan, citra dan eksistensi

organisasi di depan publik. Tujuan

utama corporate identity adalah re-

arrange organisasi sehingga makin

akrab di mata publik. Mulailah dari

penampilan luar, sesuai tetuah Jawa,

‘ajining raga seko busana’.

Logo merupakan awal

corporate identity sebuah organisasi.

Bagaimana publik harus langsung

tahu ketika logo ditampilkan

maka akan langsung tertuju

kepada organisasi kita. Harus ada

sesuatu yang khas, dan mencirikan

organisasi kita. Jika perubahan logo

hampir mustahil dilakukan, maka

standarisasi bentuk, tampilan, warna

dan ukuran adalah hal mutlak dikaji.

Logo ini akan menjadi modal

sebelum kita melangkah ke tahap

standarisasi content korespondensi

(surat-menyurat), media promosi

dan publikasi (spanduk, brosur,

pamfl et, majalah, presentasi dll),

media pengenal (ID card, seragam

dsb) hingga penunjuk tempat.

PMI sebagai contoh

corporate identity terbaru

menerapkan strategi ini untuk

mencirikan citra voluntarism,

professional, exciting, responsive

dan heroic yang coba dikenalkan ke

publik. Tak buruk bukan? Berminat

berubah dengan mudah? Mulailah

saran da’i kondang Abdullah

Gymnastiar (Aa Gym), mulailah

dengan yang mudah, mulailah dari

diri sendiri, mulailah sejak hari ini.

(a5)

Oleh: Alie Poedjakusuma*

* Mahasiswa Ilmu Hukum Internasional

Fakultas Hukum Undip, Anggota KSR PMI

Undip.

berita Kembali menilik rangkaian penerimaan anggota baru (PAB) KSR Undip 2008, kali ini POSKO POST hadirkan liputan even LMT dan tahapan akhir PAB KSR Undip. Selamat Menikmati.

Menempa Mental OrganisasiCalon Anggota Baru

Leadership and Motivation Training 2008

Bermain sambil belajar. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Jateng, mitra KSR Undip sejak dua tahun silam turut pula terlibat. Kali ini materi pembua-tan proposal yang disampaikan. Kantor PKPU Jateng sendiri kini makin dekat dengan Posko KSR Undip karena pindah ke Ngesrep, depan Plaza Hotel tepatnya.

Beberapa pemateri lokal pun tak ketinggalan. M Ari ah-mad, AMd. (Diklat VI) turut me-nyampaikan materi manajemen konfl ik. Wahyu Harum (Diklat VIII), yang akrab disapa Ayu, mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Undip didaulat mengisi materi manajemen organisasi. Terakhir materi teknik persidangan disampaikan Sonia

Keorganisasian merupakan hal mutlak yang dipunyai anggota KSR Undip. Maklumlah, meski ber-gulat dengan kegiatan sosial, jiwa-jiwa organisatoris juga diperlukan untuk mengelola kelangsungan KSR Undip kedepan. PAB merupakan tempat yang tempat untuk mengawali gemblen-gan. Kepemimpinan dan motivasi menjadi penting, sehingga LMT pun tepat jika dimasukkan dalam alur kaderisasi. Sabtu (12/4) bertempat di Ruang Si-dang PKM Tembalang, LMT dilak-sanakan se-bagai bagian PAB 2008. Sebanyak 70-an calon anggota baru turut ambil bagian. Meski intern, bukan berarti main-main. Pem-bicara dari luar pun didatangkan selain mengan-dalkan pemateri dari anggota KSR Undip. Hastaning Sakti, psikolog, menjadi salah satu pembicara. Dosen Psikologi Undip ini memang tak asing karena sering dimintai bantuan KSR Undip mengisi materi, terutama yang berhubungan aspek psikis. Meski tak banyak, materi yang disampaikan mampu membuat calon anggota baru gembira karena diselingi permainan.

Adela (Diklat IX), calon sarjana hukum. Meski ‘lokal’ pemateri disesuaikan dengan kebidangan dan latar belakang masing-mas-ing. Acara LMT pun tak hanya pemberian materi searah. Simu-lasi sidang dan debat terbuka pun digelar agar suasana tidak menjenuhkan. Selain itu, dapat digunakan mengukur keaktifan dan vokalitas calon anggota baru dalam berorganisasi. Ketika berita ini ditu-runkan, rangkaian PAB berlanjut ke latihan rutin, waktunya setelah ujian mid-semester. Tanggal 27 April, akan dilakukan evaluasi akhir sebelum diumumkan siapa saja calon anggota baru yang diterima sebagai anggota biasa KSR Undip angkatan Diklat XI tahun 2008.

Jangan ketinggalan un-tuk mendapatkan laporan khusus kami di edisi berikutnya menge-nai Evaluasi Akhir dan Inagurasi (Pelantikan) anggota baru tahun 2008. (a5)

See you next edition. Adios.

visit our weblog!http://poskopost.blogspot.com

6 7

opini

Komunikasi merupakan

salah satu hal terpenting bagi

manusia. Tanpa manusia lain,

seorang manusia tak akan bisa

hidup, ini adalah doktrin manusia

sebagai makhluk sosial. Agar

dapat berkomunikasi, manusia

memerlukan berbagai cara, termasuk

sosialisasi. Organisasi, sebagai

bagian dari sosialisasi dan aktualisasi

manusia pun tak terkecuali.

Korps Sukarela (KSR)

yang merupakan satu dari

banyak organisasi yang langsung

berhubungan dengan manusia perlu

pula sosialisasi. Keberadaan KSR

sebagai organisasi bersifat sosial

akan dikenal oleh masyarakat awam

melalui penyampaian serta promosi

mempergunakan media komunikasi

yang efisien.

KSR Perguruan Tinggi (KSR-

PT) yang berintegritas pendidikan

juga perlu mensosialisasikan diri

kepada sivitas akademika dan

masyarakat sehingga mengundang

simpati dan partisipasi aktif terhadap

eksistensi kegiatan KSR-PT.

Sejak 16 Mei 2007, Palang

Merah Indonesia (PMI) mulai

menerapkan corporate identity

(identitas organisasi) terhadap

dirinya. Sebuah langkah berani

ditengah masih carut-marutnya

organisasi di seantero negeri ini. Tak

hanya faktor intern yang mengganjal,

berbagai macam permasalahan

luar juga dihadapi. Penerapan

corporate identity mensejajarkan

PMI dengan organisasi Palang Merah

lain di dunia yang telah banyak

melakukannya terlebih dahulu.

Kelanjutannya berpulang

kepada semua lapisan di tingkat

pusat, daerah, cabang dan ranting.

Menjelang batas waktu 1 tahun

bagi sosialisasi dan penerapannya,

corporate identity PMI belum

sepenuhnya sesuai pedoman, sedikit

terlambat memang.

Corporate identity hanyalah

satu dari berbagai cara meningkatkan

kualitas organisasi. Identitas khas

membuat citra atau kesan terhadap

organisasi yang bersangkutan

tepancar ke publik. Perlakuan

‘istimewa’ citra semacam inilah

yang membuat banyak organisasi,

baik profit maupun nirlaba menuai

sukses. Ambil contoh Pertamina yang

mengikis kesan birokratis seiring

perubahan besar yang

dilakukan terhadap citra

perusahaan dan produk

melalui corporate identity

di tahun 2000-an.

Apa saja

sebenarnya yang harus

distandarkan melalui

corporate identity?

Pertanyaan bagus

mengawali perubahan

besar. Kekurangan,

hal inilah yang harus

Corporate Identity KSR, Pentingkah?

diutamakan, terutama mengenai

pandangan, citra dan eksistensi

organisasi di depan publik. Tujuan

utama corporate identity adalah re-

arrange organisasi sehingga makin

akrab di mata publik. Mulailah dari

penampilan luar, sesuai tetuah Jawa,

‘ajining raga seko busana’.

Logo merupakan awal

corporate identity sebuah organisasi.

Bagaimana publik harus langsung

tahu ketika logo ditampilkan

maka akan langsung tertuju

kepada organisasi kita. Harus ada

sesuatu yang khas, dan mencirikan

organisasi kita. Jika perubahan logo

hampir mustahil dilakukan, maka

standarisasi bentuk, tampilan, warna

dan ukuran adalah hal mutlak dikaji.

Logo ini akan menjadi modal

sebelum kita melangkah ke tahap

standarisasi content korespondensi

(surat-menyurat), media promosi

dan publikasi (spanduk, brosur,

pamflet, majalah, presentasi dll),

media pengenal (ID card, seragam

dsb) hingga penunjuk tempat.

PMI sebagai contoh

corporate identity terbaru

menerapkan strategi ini untuk

mencirikan citra voluntarism,

professional, exciting, responsive

dan heroic yang coba dikenalkan ke

publik. Tak buruk bukan? Berminat

berubah dengan mudah? Mulailah

saran da’i kondang Abdullah

Gymnastiar (Aa Gym), mulailah

dengan yang mudah, mulailah dari

diri sendiri, mulailah sejak hari ini.

(a5)

Oleh: Alie Poedjakusuma*

* Mahasiswa Ilmu Hukum Internasional

Fakultas Hukum Undip, Anggota KSR PMI

Undip.

berita Kembali menilik rangkaian penerimaan anggota baru (PAB) KSR Undip 2008, kali ini POSKO POST hadirkan liputan even LMT dan tahapan akhir PAB KSR Undip. Selamat Menikmati.

Menempa Mental OrganisasiCalon Anggota Baru

Leadership and Motivation Training 2008

Bermain sambil belajar. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Jateng, mitra KSR Undip sejak dua tahun silam turut pula terlibat. Kali ini materi pembua-tan proposal yang disampaikan. Kantor PKPU Jateng sendiri kini makin dekat dengan Posko KSR Undip karena pindah ke Ngesrep, depan Plaza Hotel tepatnya.

Beberapa pemateri lokal pun tak ketinggalan. M Ari ah-mad, AMd. (Diklat VI) turut me-nyampaikan materi manajemen konflik. Wahyu Harum (Diklat VIII), yang akrab disapa Ayu, mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Undip didaulat mengisi materi manajemen organisasi. Terakhir materi teknik persidangan disampaikan Sonia

Keorganisasian merupakan hal mutlak yang dipunyai anggota KSR Undip. Maklumlah, meski ber-gulat dengan kegiatan sosial, jiwa-jiwa organisatoris juga diperlukan untuk mengelola kelangsungan KSR Undip kedepan. PAB merupakan tempat yang tempat untuk mengawali gemblen-gan. Kepemimpinan dan motivasi menjadi penting, sehingga LMT pun tepat jika dimasukkan dalam alur kaderisasi. Sabtu (12/4) bertempat di Ruang Si-dang PKM Tembalang, LMT dilak-sanakan se-bagai bagian PAB 2008. Sebanyak 70-an calon anggota baru turut ambil bagian. Meski intern, bukan berarti main-main. Pem-bicara dari luar pun didatangkan selain mengan-dalkan pemateri dari anggota KSR Undip. Hastaning Sakti, psikolog, menjadi salah satu pembicara. Dosen Psikologi Undip ini memang tak asing karena sering dimintai bantuan KSR Undip mengisi materi, terutama yang berhubungan aspek psikis. Meski tak banyak, materi yang disampaikan mampu membuat calon anggota baru gembira karena diselingi permainan.

Adela (Diklat IX), calon sarjana hukum. Meski ‘lokal’ pemateri disesuaikan dengan kebidangan dan latar belakang masing-mas-ing. Acara LMT pun tak hanya pemberian materi searah. Simu-lasi sidang dan debat terbuka pun digelar agar suasana tidak menjenuhkan. Selain itu, dapat digunakan mengukur keaktifan dan vokalitas calon anggota baru dalam berorganisasi. Ketika berita ini ditu-runkan, rangkaian PAB berlanjut ke latihan rutin, waktunya setelah ujian mid-semester. Tanggal 27 April, akan dilakukan evaluasi akhir sebelum diumumkan siapa saja calon anggota baru yang diterima sebagai anggota biasa KSR Undip angkatan Diklat XI tahun 2008. Jangan ketinggalan un-tuk mendapatkan laporan khusus kami di edisi berikutnya menge-nai Evaluasi Akhir dan Inagurasi (Pelantikan) anggota baru tahun 2008. (a5)

See you next edition. Adios.

visit our weblog!http://poskopost.blogspot.com

6 7

icrc.org

opinitelah digariskan melalui Konvensi Jenewa

1949. Organisasi Palang Merah dan Bulan

Sabit Merah merupakan sebuah organisasi

kemanusiaan yang bersifat netral dan

bebas terhadap pengaruh ideologi, politik,

dan agama. Gerakan Internasional

ini memiliki tujuh prinsip dasar yaitu

kemanusiaan, kesamaan, kenetralan,

kesatuan, kemandirian, kesemestaan dan

kesukarelaan. Kesemuanya mengacu pada

satu dasar, netralitas.

Penambahan asas keikhlasan

dan amanah pada prinsip dasar BSMI

justru merusak semangat kenetralan yang

dibangun sejak tahun 1863. pencetus

Gerakan Palang Merah, Jean Henry

Dunant membangun organisasi ini dengan

satu prinsip awal, netral.

Aroma politik dan agama kental

melekat dalam pendirian BSMI. Sudah

rahasia umum jika pendirian BSMI

dipelopori oleh beberapa pimpinan partai

politik islam. Lagi-lagi ini menunjukkan

ketidakpahaman dengan prinsip dasar

Gerakan Palang Merah yaitu kenetralan.

Sejak lambang Bulan Sabit

Merah dipakai oleh tenaga medis Dinasti

Ottoman Turki dalam Perang Rusia (1876-

1878), aroma ketidaksepahaman memang

mulai mucul. Lambang PalangMerah saat

itu dianggap mewakili identitas umat

nasrani sehingga umat muslim perlu

mempergunakan lambang tersendiri.

Perdebatan ini diperparah dengan

bersikukuhnya Israel mempergunakan

lambang Bintang Daud Merah (Red Shield

of David) yang dianggap representasi

simbol masyarakat Yahudi.

Banyak negara lain turut serta.

Lambang Obor Merah, Swastika Merah,

Kesatuan. Sebuah kata yang

sepele tersebut merupakan satu dari tujuh

prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan

Bulan Sabit Merah Internasional. Secara

implisit, itu berarti di dalam suatu negara

hanya boleh ada satu Perhimpunan

Palang Merah atau Bulan Sabit Merah

yang terbuka bagi semua orang untuk

melaksanakan tugas kemanusiaan di

seluruh wilayah negara yang bersangkutan

(Umar Mu’in : 1999).

Di Indonesia, keberadaan Bulan

Sabit Merah Indonesia (BSMI) menurut

penulis telah melanggar prinsip-prinsip

dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan

Sabit Merah Internasional. Sejak 1950,

Indonesia telah diakui oleh International

Committee of Red Cross (ICRC) sebagai

negara dengan satu perhimpunan Palang

Merah yaitu Palang Merah Indonesia

(PMI). Syarat-syarat menjadi komponen

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit

Merah Internasional telah dipenuhi oleh

PMI. Salah satunya adalah bahwa PMI

sebagai satu-satunya perhimpunan Palang

Merah di negaranya (Indonesia). Dalam

hal ini, telah disahkan melalui Keppres No

25 tahun 1950.

Pendirian BSMI pada Agustus

2002 jelas telah melanggar ketentuan

mengenai perhimpunan Palang Merah

di Indonesia. Yang lebih menggelikan,

terhadap keberadaan BSMI, pemerintah

seolah tutup mata. Sementara Indonesia

telah meratifikasi Konvensi Jenewa dan

instrumen pelengkapnya.

Ditengah gonjang-ganjing

mengenai RUU lambang Palang Merah

yang tak kunjung diselesaikan DPR,

kehadiran BSMI justru memperlihatkan

fungsi pemerintah sebagai pengontrol

yang kurang teliti. Pemberian status badan

hukum terhadap BSMI bisa dianggap

sebagai kelalaian fatal pemerintah.

BSMI sendiri amat bertolak

belakang dengan organisasi Bulan Sabit

Merah lainnya yang secara resmi diakui

ICRC. BSMI tidak sesuai dengan ketentuan

mengenai Gerakan Palang Merah dan

Bulan Sabit Merah Internasional yang

Bintang Merah hingga Masjid Merah

pernah diusulkan untuk dipakai sebagai

identitas masing-masing negara.

Apa lacur, lambang Palang

Merah yang diadopsi dari warna

kebangsaan negara Swiss, negara netral

yang memprakarsai konferensi yang

melahirkan Gerakan Palang Merah

ini malah dianggap sebagai usaha

menyebarkan agama tertentu. Padahal,

pendapat ini amat salah besar.

Pendirian BSMI malah memicu

konflik antar agama yang baru dikalangan

tenaga kemanusiaan. Gerakan Palang

Merah yang netral membuatnya leluasa

bertugas dimanapun. Tidak ada perbedaan

agama, suku, ras atau apapun yang

membuat seorang yang membutuhkan

bantuan harus ditangguhkan. Jika

bersemangat membantu orang lain

dengan ikhlas dan amanah bukankah

dapat menjadi relawan PMI dan bekerja

dengan penuh dedikasi?

P e m b e d a a n - p e m b e d a a n

berdasarkan ideologi, suku, ras, agama

dan kepercayaan merupakan hal yang

harus dijauhkan dari semangat Gerakan

Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Karena netralitas merupakan kunci pokok

gerakan ini untuk membantu manusia

yang membutuhkan.

Penulis masih bertanya-tanya,

apa motivasi pendirian BSMI? Sepertinya

bukan ketidakpuasan atas kinerja PMI

selama ini. Lalu apa sebenarnya yang

mendasari BSMI hadir. Pemerintah

sebagai pengatur tata kenegaraan sudah

sepantasnya mengambil tindakan. Paling

tidak agar reputasi Indonesia dimata

negara-negara anggota gerakan tidak

turun. Atau malah akan seperti Israel yang

‘kekeuh’ dengan Bintang Daud Merah-nya

hingga persaingan justru bukan untuk

menolong sesama hidup, tapi untuk

memenangkan ego pribadi. (a5)

Mempertanyakan BSMI Oleh: Alie Poedjakusuma*

* Mahasiswa Ilmu Hukum Internasional

Fakultas Hukum Undip, Anggota KSR PMI

Undip, Seorang Muslim

8

sosokDanang Amrulloh, SKep.

Semangat Seperti Anggota ‘Baru’

Siapa anggota KSR Undip paling senior yang masih sering non-gol di Posko KSR Undip, PKM Tembalang lantai dua? Sebagian pasti akan menjawab Mas Adhi (Adhi Nugroho, SKed. / K97001). Bukan ia yang dimaksud, ada satu nominasi lagi untuk ini jika akan diberikan semacam penghargaan. Danang Amrulloh, mahasiswa PSIK Undip yang bulan April lalu baru saja diwisuda ini menjadi salah satu saksi silih bergantinya tampuk kepemimpinan dan maju-mundurnya KSR Undip lima tahun terakhir. Sejak bergabung dengan KSR Undip tahun 2002, Mas Danang, begitu ia biasa disapa adik-adiknya telah menjalani kepemimpinan delapan orang Komandan! Dari Komandan Yulianto di tahun 2002,

Rudatin (2003), Farida (2004), Eko Heri ‘Ncang’ (2004), Suparmi ‘Armi’ (2005), Rochmat Ali (2006), Dhani Mahendra (2007) hingga Oktisa ‘Tisa’ Dwi (2008). Beberapa rekan seangkatannya (Diklat VI) juga kadang masih berkunjung ke Posko KSR Undip, sebut saja M. Fuad ‘A Fu’, M. Ari Ahmad, atau Arief ‘Marsu’. Kesibukannya menggarap skripsi acap kali diselingi refreshing bersama adik-adik di KSR Undip. Beberapa even pun kini tak jarang meminta perannya sebagai pembicara. Pada PAB 2008 misalnya, Mas Danang didaulat mengisi Pra-Diklat I untuk materi Anatomi dan Fisiologi (Anfis). Tahun ini, pemuda kelahiran Purwokerto 24 tahun silam ini akan menempuh pendidikan profesi perawat untuk melengkapi gelarnya. Semangat, Mas! (a5)

Oktisa Dwi Pamungkas

Srikandi KSR Undip Generasi Ketiga

Bagi anggota biasa (belum lulus-Red.), nama Oktisa Dwi Pamungkas pastilah tidak asing. Ce-wek kelahiran Purwodadi ini memang tak mudah untuk dilupakan. Easy going, santai dan terkadang penuh ketegasan menjadikannya mudah diingat. Akhir 2007, untuk ketiga kalinya KSR Undip kem-bali dipimpin oleh anggota wanita. Kali ini Tisa, sapaan akrab-nya, terpilih menjadi Komandan KSR Undip tahun 2008. Setahun ke depan, sosoknya akan diandalkan membawa KSR Undip lebih maju. Meski bukan yang pertama, terpilihnya Tisa patut pula disoroti. Sejak berdiri tahun 1996, baru tiga orang wanita yang menjadi Komandan. Pertama, Mba Farida. Sayangnya, karena alasan kesehatan, posisinya kemudian digantikan Eko Heri ‘Ncang’. Setahun berselang, Suparmi ‘Armi’ terpilih menjadi Komndan. Pemimpin wanita kedua. Sekarang, generasi ketiga kembali diwakili Oktisa. Meminjam istilah Ichyak (K05020), KSR Undip dirasuki girl power. Bukan power puff girls ya?! Palang merah memang bukan barang baru bagi Tisa. Sejak SMA-pun ia sudah menjadi anggota PMR. KSR seperti melanjutkan hobi saja. Seorang senior berujar hal ini seperti karir. Bukan hal buruk mengingat nilai luhurnya. Yang mere-potkan Tisa, belakangan makin banyak sentilan ‘ehm, ehm’ dari anggota-anggota pimpinannya. Biasalah, masa Ibu Ko-mandan nggak ada yang mengawal? Kalo yang satu ini, kita kembalikan saja pada hati Ibu Komandan. Ada yang berminat mendaftar? (a5)

Setiap tahunnya Palang Merah Indonesia (PMI) mengadakan kegiatan bulan dana PMI. Tujuannya sederhana, mengumpulkan sum-bangan secara sukarela dari masyarakat untuk kemudian diperbantukan kepada masyarakat. Tidak rumit memang namun tak pula kemudian bebas dari kritik. Bulan dana PMI dilaksanakan oleh semua cabang PMI di seluruh Indonesia. Demikian pula terjadi di Semarang. PMI Ca-bang Semarang sebagai perpanjangan tangan PMI Pusat mengadakan kegiatan bulan dana PMI. Tahun ini, bulan dana berlangsung sejak 1 Juli hingga 31 Agustus silam. Ditengah keadaan ekonomi masyarakat yang masih kembang-kempis, bulan dana PMI terus berlangsung. Tak ayal, acap kali sentimen negatif kerap muncul dari masyarakat yang merasa ’terbebani’ untuk iuran. Misalnya saat pendaftaran ulang siswa baru di sekolah. Banyak orang tua, yang sedang berpikir bagaimana menyekolahkan anaknya agar dapat tetap mengenyam pendidikan di ten-gah apa-apa yang serba mahal mengeluh karena ada titipan bulan dana pada biaya registrasi ulang. Karcis merah muda (di Semarang ta-hun ini stiker) yang nominalnya sebenarnya tidak terlalu besar kemudian dirasakan sebagai sesuatu yang ikut membebani pengeluaran keluarga yang sedang jor-joran. Bukan salah PMI memang, mungkin penempatan ’iuran’ saja

Saatnya PMI Mengembangkan ‘Rescuepreneurship’

yang kurang tepat. Agak bertolak balik dengan Semarang, di Solo, PMI Cabang Surakarta (PMI Solo) jus-tru telah beberapa tahun terakhir meniadakan kegiatan bulan dana PMI. Berbagai alternatif mencari sumber dana dikaji hingga ’urgensi’ bulan dana PMI yang tahunan bisa dihentikan. Penulis sendiri sempat berkunjung ke PMI Solo tahun 2006 dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding KSR Undip ke PMI Solo dan KSR Universitas Negeri Sebelas Maret (KSR UNS). Untuk tetap survive dalam memberi-kan pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam tugas kemanusiaannya, pelbagai metode baru ditempuh, misalnya menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan yang ada di Solo. Walhasil, kini PMI Solo memiliki Lembaga Pendidikan Kerja (LPK) Kesehatan hasil kerjasama dengan sebuah lembaga pendidikan swasta. Tak jauh berbeda, bersama PT Telkom, PMI Solo juga menjalin kerjasama menye-diakan pelayanan ambulans gratis 24 jam. Di unit transfusi darahnya, PMI Solo menerbitkan kartu donor plus (yang berfungsi pula sebagai kartu ATM) hasil kerjasama dengan sebuah bank syariah. PMI Solo memang ’unik’. Pada tahun 2004, PMI Solo pernah menurunkan biaya pengganti darah karena permintaan dari kha-layak penggunanya. Biaya yang kerap disalah artikan sebagai harga darah ini menurut ma-syarakat yang membutuhkan saat itu terlalu mahal dan memberatkan bagi keluarga yang membutuhkan. Hal tersebut diatas agaknya layak men-jadi contoh bagi PMI Cabang di daerah lainnya, tak terkecuali Semarang. Apalagi semarang yang notabene sebagai pusat pemerintahan daerah dan disesaki pula bermacam-macam perusahaan di berbagai bidang usaha. Potensi jalinan kerjasama tentu akan makin besar seir-ing dengan besar kota dimana PMI Cabang yang bersangkutan terletak. PMI Solo diharapkan mampu menjadi pioneer bagi perkembangan PMI ke depan, paling tidak di Jawa Tengah. Jumlah 35 PMI Cabang di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah jelas jumlah yang tidak dapat dibilang

sedikit. Dari penggalian dana yang lebih efektif akan menjadikannya alternatif sumber dana operasional PMI selain bulan dana PMI. Keinginan untuk ’bebas’ dari bulan dana pernah dicetuskan almarhum Prof dr Satoto ketika terpilih sebagai Ketua PMI Daerah Jawa Tengah beberapa tahun silam. Beliau mem-punyai pemikiran untuk mencari alternatif pengganti kegiatan bulan dana menjadi model pengembangan donasi yang lebih ’menjanjikan’. Ia juga mengkritisi bulan dana yang hampir selalu mengandalkan figur atau ketoko-han seseorang, misalnya sebagai ketua kegiatan bulan dana PMI. Sebagai contoh, tahun ini bulan dana PMI di Semarang diketuai Kapolwil-tabes Semarang. Menurut Prof Satoto, kegiatan bulan dana dengan metode demikian akan memuncul-kan keraguan keikhlasan penyumbang karena pelaksanaannya selalu ikut (jawa:ndompleng) transaksi lain, pembayaran listrik misalnya. Dalam pandangannya, PMI harus mulai berbenah dan mengembangkan unit bisnis dan berperilaku kewirausahaan. Salah satunya me-lalui pengembangan kerjasama dengan berbagai perusahaan seperti yang dilakukan PMI Solo. Semangat kewirausahaan yang sedang berkembang pesat saat ini di kalangan masyara-kat agaknya pantas dipinjam. Rescuepreneur-ship agaknya dapat dijadikan istilah yang tepat bagi PMI dalam usaha menggalang dana dari sumber baru dan dari unit bisnis-nya. Kini di era bisnis dan teknologi informasi yang makin maju jelas makin banyak celah penggalangan dana untuk kegiatan kemanusiaan. Relevansi bulan dana PMI juga makin berkurang. Apalagi sedang berkembang tren corporate social responsibility (CSR) yang biasanya oleh perusa-haan alokasi dananya difokuskan bagi kegiatan-kegiatan sosial. Seb-agai organisasi yang telah 62 tahun berkecimpung di dunia sosial-kem-anusiaan, nama besar PMI jelas jaminan yang kuat bagi penyaluran CSR.

Oleh: Alie Poedjakusuma

Berbagai cara layak dicoba, sehingga kemandirian sesuai tujuh prinsip gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dapat diwujudkan. Bulan dana memang tidak salah seluruhnya tapi patut dikaji relevansinya kini. Di usianya yang telah menginjak 62 tahun, 17 September lalu, PMI seharusnya berbenah sehingga segala aspek pendukungnya, baik dana maupun SDM makin solid, terlebih lagi bencana seperti tak kenal henti menimpa Indonesia.

* Dimuat di Warta PMI Jateng Edisi Januari 2008

kolom

10 11

Setiap tahunnya Palang Merah Indonesia (PMI) mengadakan kegiatan bulan dana PMI. Tujuannya sederhana, mengumpulkan sum-bangan secara sukarela dari masyarakat untuk kemudian diperbantukan kepada masyarakat. Tidak rumit memang namun tak pula kemudian bebas dari kritik. Bulan dana PMI dilaksanakan oleh semua cabang PMI di seluruh Indonesia. Demikian pula terjadi di Semarang. PMI Ca-bang Semarang sebagai perpanjangan tangan PMI Pusat mengadakan kegiatan bulan dana PMI. Tahun ini, bulan dana berlangsung sejak 1 Juli hingga 31 Agustus silam. Ditengah keadaan ekonomi masyarakat yang masih kembang-kempis, bulan dana PMI terus berlangsung. Tak ayal, acap kali sentimen negatif kerap muncul dari masyarakat yang merasa ’terbebani’ untuk iuran. Misalnya saat pendaftaran ulang siswa baru di sekolah. Banyak orang tua, yang sedang berpikir bagaimana menyekolahkan anaknya agar dapat tetap mengenyam pendidikan di ten-gah apa-apa yang serba mahal mengeluh karena ada titipan bulan dana pada biaya registrasi ulang. Karcis merah muda (di Semarang ta-hun ini stiker) yang nominalnya sebenarnya tidak terlalu besar kemudian dirasakan sebagai sesuatu yang ikut membebani pengeluaran keluarga yang sedang jor-joran. Bukan salah PMI memang, mungkin penempatan ’iuran’ saja

Saatnya PMI Mengembangkan ‘Rescuepreneurship’

yang kurang tepat. Agak bertolak balik dengan Semarang, di Solo, PMI Cabang Surakarta (PMI Solo) jus-tru telah beberapa tahun terakhir meniadakan kegiatan bulan dana PMI. Berbagai alternatif mencari sumber dana dikaji hingga ’urgensi’ bulan dana PMI yang tahunan bisa dihentikan. Penulis sendiri sempat berkunjung ke PMI Solo tahun 2006 dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding KSR Undip ke PMI Solo dan KSR Universitas Negeri Sebelas Maret (KSR UNS). Untuk tetap survive dalam memberi-kan pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam tugas kemanusiaannya, pelbagai metode baru ditempuh, misalnya menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan yang ada di Solo. Walhasil, kini PMI Solo memiliki Lembaga Pendidikan Kerja (LPK) Kesehatan hasil kerjasama dengan sebuah lembaga pendidikan swasta. Tak jauh berbeda, bersama PT Telkom, PMI Solo juga menjalin kerjasama menye-diakan pelayanan ambulans gratis 24 jam. Di unit transfusi darahnya, PMI Solo menerbitkan kartu donor plus (yang berfungsi pula sebagai kartu ATM) hasil kerjasama dengan sebuah bank syariah. PMI Solo memang ’unik’. Pada tahun 2004, PMI Solo pernah menurunkan biaya pengganti darah karena permintaan dari kha-layak penggunanya. Biaya yang kerap disalah artikan sebagai harga darah ini menurut ma-syarakat yang membutuhkan saat itu terlalu mahal dan memberatkan bagi keluarga yang membutuhkan. Hal tersebut diatas agaknya layak men-jadi contoh bagi PMI Cabang di daerah lainnya, tak terkecuali Semarang. Apalagi semarang yang notabene sebagai pusat pemerintahan daerah dan disesaki pula bermacam-macam perusahaan di berbagai bidang usaha. Potensi jalinan kerjasama tentu akan makin besar seir-ing dengan besar kota dimana PMI Cabang yang bersangkutan terletak. PMI Solo diharapkan mampu menjadi pioneer bagi perkembangan PMI ke depan, paling tidak di Jawa Tengah. Jumlah 35 PMI Cabang di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah jelas jumlah yang tidak dapat dibilang

sedikit. Dari penggalian dana yang lebih efektif akan menjadikannya alternatif sumber dana operasional PMI selain bulan dana PMI. Keinginan untuk ’bebas’ dari bulan dana pernah dicetuskan almarhum Prof dr Satoto ketika terpilih sebagai Ketua PMI Daerah Jawa Tengah beberapa tahun silam. Beliau mem-punyai pemikiran untuk mencari alternatif pengganti kegiatan bulan dana menjadi model pengembangan donasi yang lebih ’menjanjikan’. Ia juga mengkritisi bulan dana yang hampir selalu mengandalkan figur atau ketoko-han seseorang, misalnya sebagai ketua kegiatan bulan dana PMI. Sebagai contoh, tahun ini bulan dana PMI di Semarang diketuai Kapolwil-tabes Semarang. Menurut Prof Satoto, kegiatan bulan dana dengan metode demikian akan memuncul-kan keraguan keikhlasan penyumbang karena pelaksanaannya selalu ikut (jawa:ndompleng) transaksi lain, pembayaran listrik misalnya. Dalam pandangannya, PMI harus mulai berbenah dan mengembangkan unit bisnis dan berperilaku kewirausahaan. Salah satunya me-lalui pengembangan kerjasama dengan berbagai perusahaan seperti yang dilakukan PMI Solo. Semangat kewirausahaan yang sedang berkembang pesat saat ini di kalangan masyara-kat agaknya pantas dipinjam. Rescuepreneur-ship agaknya dapat dijadikan istilah yang tepat bagi PMI dalam usaha menggalang dana dari sumber baru dan dari unit bisnis-nya. Kini di era bisnis dan teknologi informasi yang makin maju jelas makin banyak celah penggalangan dana untuk kegiatan kemanusiaan. Relevansi bulan dana PMI juga makin berkurang. Apalagi sedang berkembang tren corporate social responsibility (CSR) yang biasanya oleh perusa-haan alokasi dananya difokuskan bagi kegiatan-kegiatan sosial. Seb-agai organisasi yang telah 62 tahun berkecimpung di dunia sosial-kem-anusiaan, nama besar PMI jelas jaminan yang kuat bagi penyaluran CSR.

Oleh: Alie Poedjakusuma

Berbagai cara layak dicoba, sehingga kemandirian sesuai tujuh prinsip gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dapat diwujudkan. Bulan dana memang tidak salah seluruhnya tapi patut dikaji relevansinya kini. Di usianya yang telah menginjak 62 tahun, 17 September lalu, PMI seharusnya berbenah sehingga segala aspek pendukungnya, baik dana maupun SDM makin solid, terlebih lagi bencana seperti tak kenal henti menimpa Indonesia.

* Dimuat di Warta PMI Jateng Edisi Januari 2008

kolom

10 11

cerita

12

Pelantikan Diklat XI KSR Undip

Rekor Baru Tercipta

Lulus. Kata ini begitu berarti bagi se-bagian orang di waktu tertentu. Pelajar atau mahasiswa ketika berhasil melewati suatu ujian, misalnya. Tak terkecuali para calon anggota KSR Undip angkatan Diklat XI yang berharap-harap cemas seusai evaluasi Penerimaan Ang-gota Baru (PAB) KSR Undip 2008.

Setelah hampir dua bulan bergelut dengan begitu banyak kegiatan yang menjadi prasyarat kelulusan PAB, mereka masih harus melewati ujian akhir, evaluasi. Hampir mirip UAN bagi siswa SMP dan SMA. Uniknya, meski berlabel ujian, tanggapan yang muncul khas mahasiswa. Tanpa belajar serius, hanya men-gulang semalam dan berdoa lulus, meski tak semuanya melakukan hal itu.

Evaluasi berlangsung dua bagian. Tes tertulis dan lisan. Dari 50 buah soal tersedia, satu soal amat mudah dijawab. Mau tahu, siapa nama Komandan KSR Undip 2008? Mudah bu-kan. “Keterlaluan kalau sampe yang ini salah,” canda Tisa, sang jawaban.

Dari 121 orang pendaftar, 85-an yang terlibat aktif proses PAB, ‘hanya’ 74 orang yang lulus dan diterima menjadi anggota KSR Undip angkatan Diklat XI. Jumlah yang amat banyak, terbanyak sepanjang sejarah berdirinya KSR Undip. Sebagai perbandingan, jumlah anggota angkatan Diklat X hanya 47 orang!

Sabtu-Minggu, 3-4 Mei 2008 digelarlah prosesi pelantikan anggota biasa KSR Undip angkatan Diklat XI. Sabtu malam, sekitar jam delapan, berlangsung semacam malam keakra-ban antara anggota baru dan para sesepuh-nya. Anak-anak baru dipersilahkan berkreasi dan mengerjai para senior. Disertai ‘pembakaran’ jagung, acara berlangsung meriah dengan se-dikit kantuk mengancam pelaku.

Menjelang tengah malam, posisi ber-ganti. Anggota baru kembali menjadi obyek penderita. Dalam sebuah acara yang di-setting sebagai wahana kesatuan angkatan, Diklat XI

dituntut berpikir, bekerjasama dan memecah-kan masalah bersama-sama. Menjelang subuh, prosesi baru berakhir, namun belum sepenuh-nya. Beberapa masalah sengaja disimpan seb-agai bumbu.

Setelah mentari muncul, pelantikan dilanjutkan. Mengingat banyaknya jumlah ang-gota maka perlu semacam kontrak moral bagi Diklat XI. Dirundingkanlah semacam ‘MoU’ di intern Diklat XI. Tujuannya tak lain agar kesoli-dan angkatan tetap terjaga demi kelangsungan KSR Undip di masa depan. Tanda tangan pun dibubuhkan sebagai tanda kesetujuan. Pelang-garan terhadap ‘MoU’ tak dihukum hanya men-jadi beban moral si pelaku.

Jelang siang, dengan guyuran kembang tujuh rupa dari Staf Ahli Pembantu Rektor III Undip, para calon anggota secara resmi dilantik menjadi anggota KSR Undip angkatan Diklat XI dengan NTA K08001 sampai K08074. Acara diakhiri pemotongan tumpeng dan dinikmati seluruh punggawa KSR Undip, dari Komandan hingga anggota Diklat XI.

Welcome! Selamat Datang! Angkatan Diklat XI. Semoga dengan bertambahnya ang-gota, makin bertambah pula dedikasi KSR Undip dalam melaksanakan tugas-tugas kema-nusiaannya. (a5)

NB: Karena adanya kendala teknis membuat foto-foto pelantikan dan evaluasi PAB KSR Undip 2008 urung ditampilkan. Semoga dapat dimuat di edisi depan. (Redaksi)

Dapatkan terbitan baru ini dengan mengunjungi situs resmi IFRC http://ifrc.org

cerita

12

Pelantikan Diklat XI KSR Undip

Rekor Baru Tercipta

Lulus. Kata ini begitu berarti bagi se-bagian orang di waktu tertentu. Pelajar atau mahasiswa ketika berhasil melewati suatu ujian, misalnya. Tak terkecuali para calon anggota KSR Undip angkatan Diklat XI yang berharap-harap cemas seusai evaluasi Penerimaan Ang-gota Baru (PAB) KSR Undip 2008.

Setelah hampir dua bulan bergelut dengan begitu banyak kegiatan yang menjadi prasyarat kelulusan PAB, mereka masih harus melewati ujian akhir, evaluasi. Hampir mirip UAN bagi siswa SMP dan SMA. Uniknya, meski berlabel ujian, tanggapan yang muncul khas mahasiswa. Tanpa belajar serius, hanya men-gulang semalam dan berdoa lulus, meski tak semuanya melakukan hal itu.

Evaluasi berlangsung dua bagian. Tes tertulis dan lisan. Dari 50 buah soal tersedia, satu soal amat mudah dijawab. Mau tahu, siapa nama Komandan KSR Undip 2008? Mudah bu-kan. “Keterlaluan kalau sampe yang ini salah,” canda Tisa, sang jawaban.

Dari 121 orang pendaftar, 85-an yang terlibat aktif proses PAB, ‘hanya’ 74 orang yang lulus dan diterima menjadi anggota KSR Undip angkatan Diklat XI. Jumlah yang amat banyak, terbanyak sepanjang sejarah berdirinya KSR Undip. Sebagai perbandingan, jumlah anggota angkatan Diklat X hanya 47 orang!

Sabtu-Minggu, 3-4 Mei 2008 digelarlah prosesi pelantikan anggota biasa KSR Undip angkatan Diklat XI. Sabtu malam, sekitar jam delapan, berlangsung semacam malam keakra-ban antara anggota baru dan para sesepuh-nya. Anak-anak baru dipersilahkan berkreasi dan mengerjai para senior. Disertai ‘pembakaran’ jagung, acara berlangsung meriah dengan se-dikit kantuk mengancam pelaku.

Menjelang tengah malam, posisi ber-ganti. Anggota baru kembali menjadi obyek penderita. Dalam sebuah acara yang di-setting sebagai wahana kesatuan angkatan, Diklat XI

dituntut berpikir, bekerjasama dan memecah-kan masalah bersama-sama. Menjelang subuh, prosesi baru berakhir, namun belum sepenuh-nya. Beberapa masalah sengaja disimpan seb-agai bumbu.

Setelah mentari muncul, pelantikan dilanjutkan. Mengingat banyaknya jumlah ang-gota maka perlu semacam kontrak moral bagi Diklat XI. Dirundingkanlah semacam ‘MoU’ di intern Diklat XI. Tujuannya tak lain agar kesoli-dan angkatan tetap terjaga demi kelangsungan KSR Undip di masa depan. Tanda tangan pun dibubuhkan sebagai tanda kesetujuan. Pelang-garan terhadap ‘MoU’ tak dihukum hanya men-jadi beban moral si pelaku.

Jelang siang, dengan guyuran kembang tujuh rupa dari Staf Ahli Pembantu Rektor III Undip, para calon anggota secara resmi dilantik menjadi anggota KSR Undip angkatan Diklat XI dengan NTA K08001 sampai K08074. Acara diakhiri pemotongan tumpeng dan dinikmati seluruh punggawa KSR Undip, dari Komandan hingga anggota Diklat XI.

Welcome! Selamat Datang! Angkatan Diklat XI. Semoga dengan bertambahnya ang-gota, makin bertambah pula dedikasi KSR Undip dalam melaksanakan tugas-tugas kema-nusiaannya. (a5)

NB: Karena adanya kendala teknis membuat foto-foto pelantikan dan evaluasi PAB KSR Undip 2008 urung ditampilkan. Semoga dapat dimuat di edisi depan. (Redaksi)

Dapatkan terbitan baru ini dengan mengunjungi situs resmi IFRC http://ifrc.org