Portofolio KE

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health organization (2008) melaporkan pada tahun 2005 terdapat 536.000 wanita meninggal akibat dari komplikasi kehamilan dan persalinan, dan 400 ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality Ratio). Angka Kematian Ibu (AKI) di negara maju diperkirakan 9 per 100.000 kelahiran hidup dan 450 per 100.000 kelahiran hidup di negara yang berkembang, hal ini berarti 99% dari kematian ibu oleh karena kehamilan dan persalinan berasal dari negara berkembang. 1 Indonesia sebagai Negara berkembang mempunyai AKI yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Negara- negara ASEAN. Pada tahun 2005 terdapat AKI sebesar 13/100.000 kelahiran hidup di Brunei Darussalam, 62/100.000 kelahiran hidup di Malaysia, 110/100.000 kelahiran hidup di Thailand, 380/100.000 kelahiran hidup di Myanmar dan 420/100.000 kelahiran hidup di Indonesia. 1 Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetrik terbanyak pada tahun 2006 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya dengan proporsi 47,3 %, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus dengan proporsi 31,5%. Kehamilan 1

description

n

Transcript of Portofolio KE

Page 1: Portofolio KE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health organization (2008) melaporkan pada tahun 2005 terdapat

536.000 wanita meninggal akibat dari komplikasi kehamilan dan persalinan, dan

400 ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality Ratio).

Angka Kematian Ibu (AKI) di negara maju diperkirakan 9 per 100.000 kelahiran

hidup dan 450 per 100.000 kelahiran hidup di negara yang berkembang, hal ini

berarti 99% dari kematian ibu oleh karena kehamilan dan persalinan berasal dari

negara berkembang.1

Indonesia sebagai Negara berkembang mempunyai AKI yang relatif lebih

tinggi dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN. Pada tahun 2005 terdapat

AKI sebesar 13/100.000 kelahiran hidup di Brunei Darussalam, 62/100.000

kelahiran hidup di Malaysia, 110/100.000 kelahiran hidup di Thailand,

380/100.000 kelahiran hidup di Myanmar dan 420/100.000 kelahiran hidup di

Indonesia.1

Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetrik terbanyak pada

tahun 2006 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas

lainnya dengan proporsi 47,3 %, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus

dengan proporsi 31,5%. Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang

berakhir abortus, dan sekitar 16 % kematian oleh sebab perdarahan dalam

kehamilan dilaporkan disebabkan oleh kehamilan ektopik yang pecah. 1

Kehamilan ektopik terjadi apabila hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh

dan berkembang di luar endometrium normal. Kehamilan ektopik ini merupakan

kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan

besarnya kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi

apabila Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) dimana terjadi abortus maupun

ruptur tuba. Abortus dan ruptur tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum

abdominalis yang bila cukup banyak dapat menyebabkan hipotensi berat atau

1

Page 2: Portofolio KE

syok. Bila tidak atau terlambat mendapat penanganan yang tepat penderita akan

meninggal akibat kehilangan darah yang sangat banyak.1

Menurut WHO (2007), kehamilan ektopik mengakibatkan sekitar 5%

kematian ibu pada negara-negara berkembang.2 Insiden rate Kehamilan ektopik di

Amerika Serikat mengalami peningkatan lebih dari 3 kali lipat selama tahun 1970

dan 1987, dari 4,5/1000 kehamilan menjadi 16,8/1000 kehamilan. Berdasarkan

data Centers for Disease Control and Prevention, insiden rate kehamilan ektopik

di Amerika Serikat pada tahun 1990-1992 diperkirakan 19,7/1000 kehamilan. Dan

pada tahun 1997-2000 mengalami peningkatan lagi menjadi 20,7/1000 kehamilan.

Di Logos, Nigeria, 8,6% kematian ibu disebabkan oleh kehamilan ektopik dengan

Case Fatality Rate (CFR) 3,7 %.9 Di Norwegia, insiden rate kehamilan ektopik

meningkat dari 4,3/10.000 kehamilan menjadi 16/10.000 kehamilan selama

periode 1970-1974 sampai 1990-1994, dan menurun menjadi 8,4/10.000

kehamilan.1

Kejadian kehamilan ektopik tidak sama di antara senter pelayanan

kesehatan. Hal ini bergantung pada kejadian salpingitis seseorang. Di Indonesia

kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan.3 Di RSU Dr.Pirngadi Medan selama

periode tahun 1997-2000 terdapat 122 kasus kehamilan ektopik terganggu, 14

pada periode tahun 1999-2003. Frekuensi kehamilan ektopik berkisar 1 dalam 41

kehamilan. Di RSUD Arifin Achmad Pekan Baru Periode 1 Januari 2003-31

Desember 2005 terdapat 133 kasus kehamilan ektopik terganggu diantara 7.498

kasus kebidanan (1,77 %). Dan pada periode 1999-2006 terdapat 103 kasus

kehamilan ektopik terganggu di RSU St.Elisabeth Medan.1

Sekurangnya 95 % implantasi ekstrauterin terjadi di tuba Fallopii. Di tuba

sendiri, tempat yang paling sering adalah pada ampulla, kemudian berturut-turut

pada pars ismika, infundibulum dan fimbria, dan pars intersisialis dapat juga

terkena. Implantasi yang terjadi di ovarium, serviks, atau cavum peritonealis

jarang ditemukan. 4

Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan ektopik

menuntut para ahli kebidanan untuk mengetahui metoda-metoda pengobatan yang

mutakhir. Meskipun penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik adalah

2

Page 3: Portofolio KE

dengan pembedahan, tetapi saat ini mulai dikembangkan penatalaksanaan dengan

obat-obatan yaitu dengan methotrexate. Metoda ini tampaknya efektif dan cukup

aman sehingga dapat menjadi metoda alternatif pada pengobatan kehamilan

ektopik. Tetapi tidak semua pasien yang didiagnosis dengan KE harus mendapat

terapi medisinalis dan terapi ini tidak 100% efektif. Para dokter harus

memperhatikan dengan hati-hati indikasi, kontraindikasi dan efek samping dari

terapi medisinalis. 4

3

Page 4: Portofolio KE

BAB II

LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari sabtu, 12 Desember

2015 pukul 15.00 WITA di ruang VK RSUD Balangan.

2.1 Anamnesis

Identitas Pasien

Nama : Ny. Mahliana

Usia : 37 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tani

Alamat : Lampihong

MRS : Sabtu, 12 Desember 2015 pkl 12.30 WITA

Identitas Suami

Nama : Tn. Sofia

Usia : 38 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

Alamat : Lampihong

Keluhan Utama:

Nyeri perut bagian bawah

Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sejak 1 minggu SMRS,

nyeri menjalar hingga ke pinggang. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan

terus menerus. Pasien juga mengeluhkan adanya perdarahan pervaginam yang

dirasakan pasien sejak 2 hari SMRS. Awalnya hanya berupa flek-flek, 8 Jam

SMRS keluar darah dari jalan lahir banyak berwarna kehitaman. Pasien juga

mengeluh mual (+) muntah (-). Pasien mengaku melakukan test kehamilan

4

Page 5: Portofolio KE

dan hasilnya positif. 2 hari SMRS pasien periksa ke rumah sakit kab. Lain

dengan hasil usg dicurigai KET.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa serta tidak memiliki

penyakit-penyakit lain.

Riwayat menstruasi

menarche usia 13 tahun

lama haid 7 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut

HPHT : 20 - 10 - 2015

TP : 27 – 07 - 2016

Riwayat perkawinan

Pasien sudah menikah 3 kali. Dengan suami ke-3 baru 3 bulan.

Riwayat obstetrik

1. 2002 / Abortus

2. 2003/ Abortus

3. 2005 / premature usia kehamilan 7 bulan/ Spontan / Perempuan / umur 1

hari meninggal

4. Hamil ini

2.2 Pemeriksaan Fisik

Berat badan : 56 kg, tinggi badan : 157 cm

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6

Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 90x/menit, regular isi cukup, kuat angkat

Frekuensi Nafas : 20x/menit, regular

Suhu : 36,3oC, aksiler

5

Page 6: Portofolio KE

Status Generalis

Kepala

Mata : Konjunctiva anemis (+/+), Sclera ikterik (-/-), Pupil isokor

(3 mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)

Hidung : Deviasi septum nasi (-), Pernapasan cuping hidung (-)

Telinga : Gangguan pendengaran (-)

Mulut : Sianosis (-), Pucat (-)

Leher : Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-)

Thoraks

Paru

Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), Pelebaran

ICS (-)

Palpasi : Gerakan dada simetris.

Perkusi :

Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-), Suara Nafas (+)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba

Perkusi : batas jantung kanan : axilaris anterior line dekstra,

batas jantung kiri : midclavicula line ICS V sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan

epigastrium (-), nyeri tekan perut kanan bawah (+)

Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas

6

D SSonor SonorSonor SonorSonor Sonor

Page 7: Portofolio KE

Superior : Hangat (+), edema (-)

Inferior : Hangat (+), edema (-)

Status obstetri

Inspeksi : datar

Palpasi : Ballotement belum teraba

Leopold I : tidak teraba

Leopold II: tidak teraba

Leopold III : tidak teraba

Leopold IV : tidak teraba

DJJ : -

Status Ginekologi

Inspeksi : perut tampak datar, tidak ada ballotement

Palpasi : fundus uteri sulit dievaluasi, nyeri tekan (+)

Pemeriksaan dalam : vulvovagina normal, tidak ada pembukaan, nyeri

goyang portio (+), forniks posterior agak menonjol, nyeri tekan forniks

posterior (+) minimal, pengeluaran jaringan (+).

Inspekulo : tidak ada perdarahan

2.3 Diagnosis

G4P0120 Hamil 7-8 minggu dengan Susp. kehamilan ektopik terganggu

2.4 Pemeriksaan Laboratorium

DARAH LENGKAP

Tanggal 12-12-15 13-12-15 14-12-15 15-12-15 18-12-15 19-12-15

Hb 6,4 8,3 10,1 10,5 10,9 11,3

Hct 17,4% 22 % 27,5% 28,1% 33,2 % 34,1

Leukosit 11.400 12.800 13.500 9200 13.300 6500

Trombosit 126.000 136.000 153.000 127000 81000 180000

BT 1’10 1,02 detik 1,46

CT 7’10 3,49 detik 4,09

KIMIA DARAH LENGKAP

7

Page 8: Portofolio KE

Tanggal 12-12-2015 14-12-2015GDS 106 126SGOT 84 28SGPT 24 28Ureum 22 32Creatinin 1,82 0,54HbsAg Negatif

URIN LENGKAPTanggal 12-12-2015

Berat Jenis 1,025

Epitel sel Positif

Leukosit 0-1/lpb

Eritrosit 1-3/lpb

Warna Kuning

Kejernihan Jernih

pH 5.0

Protein -

2.5 Follow Up

Waktu Observasi

12-12-2015 Pasien baru dengan keluhan perut bagian bawah sejak 1 minggu SMRS, nyeri menjalar hingga ke pinggang. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus. Pasien juga mengeluhkan adanya perdarahan pervaginam yang dirasakan pasien sejak 2 hari SMRS. Awalnya hanya berupa flek-flek, 8 Jam SMRS keluar darah dari jalan lahir banyak berwarna kehitaman. Pasien juga mengeluh mual (+) muntah (-). Test kehamilan positif.

Tanda vital :TD : 100/80 mmhg, N: 90x/menit, RR : 26x/menit, T: 36,5oCAnemis (+/+)Pemeriksaan fisik ;

Inspeksi : perut datar Palpasi : fundus uteri & ballottement belum teraba, nyeri tekan (+) Pemeriksaan dalam : vulvovagina normal, tidak ada pembukaan, nyeri goyang portio (+), forniks posterior agak menonjol, nyeri tekan forniks posterior (+) minimal, pengeluaran darah (+) berwarna merah kehitaman.

8

Page 9: Portofolio KE

Lapor dr. Sp. OG, advis :P: IVFD RL 20 tpm Inj. Cefotaxim 2 x 1 gr

Transfusi 2 kolf PRC/ hr s/d HB >10gr/dl po: hb-vit 2x1tab

Observasi KU, TTV, Nyeri perut dan Perdarahan

13-12-2015 S: nyeri perut hilang timbul, perdarahan pervaginam (<),

mual (-), muntah (-), makan/minum (-), bab/bak (+/+)

Tanda vital :TD : 110/70 mmhg, N: 82x/menit, RR : 24x/menit, T: 36,6oCAnemis (+/+)Pemeriksaan fisik ;

Inspeksi : perut datar Palpasi : fundus uteri & ballottement belum teraba, nyeri tekan (+)P: IVFD RL 20 tpm Inj. Cefotaxim 2 x 1 gr

Transfusi 2 kolf PRC/ hr s/d HB >10gr/dl

Cek DL post transfusi

Saran USG hari senin 14-12-2015

14-12-2015

Hb : 8,3

S: nyeri perut (+), perdarahan pervaginam (+), mual (+),

muntah (-), makan/minum (+/+), bab/bak (+/+)

Tanda vital :TD: 90/70 mmhg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5oCAnemis (-/-)Pemeriksaan fisik abdomen;

Inspeksi : perut datar Palpasi : fundus uteri & ballottement belum teraba, nyeri tekan (+) - - -P: IVFD RL 20 tpm - 0 - Inj. Cefotaxim 2 x 1 gr + + +

Transfusi 2 kolf PRC/ hr s/d HB >10gr/dl

Cek DL post transfusi

9

Page 10: Portofolio KE

Saran USG

Hasil USG :

- Blast terisi cukup

- GS intrauterin

- Tampak cairan di cavum Douglas

Rencana Laparotomy

15-12-2015 S: nyeri perut hilang timbul, perdarahan pervaginam (<),

mual (-), muntah (-), makan/minum (-), bab/bak (+/+)

Tanda vital :TD: 88/40 mmhg, N: 96-110x/menit, RR: 20-24x/menit, T: 39,4oCPemeriksaan fisik abdomen;

Inspeksi : perut datar Palpasi : fundus uteri & ballottement belum teraba, nyeri tekan (+)

P: Loading kristaloid 2000mlkoloid 500ml, ulangi pemeriksaan post resusitasi

Tanda vital :TD: 122/78 mmhg, N: 70x/menit, RR: 20x/menit, T: 37,8oCproduksi urine 200cc/2jamlanjut persiapan tindakan operasi

2.6 Follow up ruangan

Tgl S O A P15-12-15

Sadar baik, nyeri luka op(+)Ma/mi -/-, BAB (-)BAK (+) kateter)Flatus (-),

St presentTD : 128/70N : 100 x/mntRR : 16 x/mntTax : 36,8°C

St general: dbn

Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyeri tekan (+)

DL: Pk. 1 7.00 Hb : 12,4

Pasca salfingektomi sinistra hari-0

Tx: O2 8 lpm sungkupIVFD RL:Nacl (2:1)Transfusi WB 1 kolf (cek DL 5 jam post op)Puasa 6 jamCefotaxim 2 x 1gInf. Metronidazole 3x500mg ivAlinamin F 3x1 ampanalgetik via syring pump 0,9cc/jamRaivas via syring pump sesuai hemodinamikInf. Paracetamol 3x1gr

10

Page 11: Portofolio KE

Eritrosit: 4,20Leukosit: 32.800trombosit: 113.000Hct : 33,5

ivtranxa 3x500mg iv (14.00)Vit k 2x10mg iv(14.00)

Monitoring kesadaran, Vital sign, Produksi urine-Balance cairan

16-12-15

Nyeri luka op. (+), Ma/mi +/+ BAB (-)BAK (+)Flatus (+)

St presentTD : 129/77N : 80 x/mntRR : 18 x/mntTax : 36,8°C

St general: dbnAbdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyeri tekan (+), Luka operasi terawat

Post salfingektomi sinistra hari-1

Tx: O2 2-4 lpm nkIVFD RL:Nacl (3:1)inj. Cefotaxim 2 x 1gInf. Metronidazole 3x500mg ivAlinamin F 3x1 ampRaivas via syring pump sesuai hemodinamikInf. Paracetamol 3x1gr ivTranxa 3x500mg ivVit k 2x10mg iv(14.00 Terakhir)Monitoring kesadaran, Vital sign, Produksi urine-Balance cairan

17-12-15

Nyeri perut (<)Ma/mi +/+BAB (-)BAK (+)

St presentTD : 110/70N : 74 x/mntRR : 20 x/mntTax : 36,5°C

St general: dbnAbdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyeri tekan (-), Luka operasi terawat

Post Salfingektomi Sinistra hari-2

Tx: IVFD RL 20 tpminj.Cefotaxim 2 x 1gInf. Metronidazole 3x500mg ivpo: Paracetamol 4x500mg

Monitoring kesadaran, Vital sign, bila KU baik pindah keruangan

18-12-15

Nyeri perut (-), demam (+), ma/mi (+/+), BAB/BAK(-

St presentTD : 110/80N : 100 x/mntRR : 20 x/mntTax : 39,1°C

Post Salfingektomi Sinistra hari-3

Tx: IVFD RL 20 tpmInf. PCT (now)Inj. Cefotaxim 2x1Inf. Metronidazole

11

Page 12: Portofolio KE

/+), mobilisasi (+)

St general: dbnAbdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyeri tekan (-), Luka operasi terawat

3x500mg (iv)

Po. Pct 4x500mgCek Lab

hasil : trombosit : 81000R/ inj. Metilprednisolon 2x62,5

19-12-15

Demam(-), nyeri perut(-), ma/mi(+/+), BAB(-), BAK (+), mobilisasi (+)

TD : 110/80N : 100 x/mntRR : 20 x/mntTax : 39,1°CSt general: dbnAbdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyeri tekan (-), Luka operasi terawat

Post Salfingektomi Sinistra hari-4

Tx :Aff InfusAff DCDressing luka op

Po: asmef 3x500mgHb vit 2x1Cefadroxil 3x500mg

BLPLKontrol poli obsgyn

BAB III

12

Page 13: Portofolio KE

Tinjauan Pustaka

3.1 Definisi Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi,

berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium

kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin

yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis

kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang

normal, misalnya kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kehamilan pada

serviks uteri.5

Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab

kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Karena janin pada

kehamilan ektopik secara nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu, maka

para dokter menyarankan untuk mengakhiri kehamilan.4

3.2 Epidemiologi

Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya

penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru

memberikan gejala bila kehamilan tersebut terganggu. Sehingga insidens

kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara

kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan

prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan

berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang

terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.1

Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase kehamilan

ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya

kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan mungkin juga

progestagen dosis rendah. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga

meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi

di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap

peningkatan frekuensi kehamilan ektopik.1

13

Page 14: Portofolio KE

Kehamilan ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari

pada wanita kulit putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis

lebih banyak ditemukan pada golongan wanita kulit hitam. 1

Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk

dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara

sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah

daripada di Negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi

tinggi.1

Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari

241 kehamilan, kejadian ini dipengaruhi oleh faktor sosial, mungkin karena pada

golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan

berobat kurang.1

3.3 Faktor resiko

Faktor risiko untuk kehamilan ektopik telah dirangkum oleh Ankum dkk

dalam meta-analisis yang mencakup 36 studi sebelumnya. Ada hubungan yang

kuat antara kehamilan ektopik dengan kondisi yang dianggap menghambat

migrasi sel telur yang telah dibuahi ke rahim. Dalam hal ini termasuk kerusakan

pada tuba falopi dari penyakit radang panggul sebelumnya, sejarah kehamilan

ektopik, dan operasi tuba sebelumnya, termasuk ligasi tuba sebelumnya.

Mekanisme patofisiologi terhadap terganggunya integritas tuba ini yang mungkin

menjadi penyebab peningkatan jumlah kehamilan ektopik pada pasien dengan

infertilitas atau operasi panggul sebelumnya.6

Merokok (diduga mempengaruhi motilitas tuba), bertambahnya usia, dan

memiliki lebih dari satu pasangan seksual juga telah memiliki kaitan yang lemah

terhadap peningkatan risiko kehamilan ektopik. Tidak jelas kaitan yang

dilaporkan antara kehamilan ektopik dan penggunaan kontrasepsi oral, keguguran

spontan, atau kelahiran secara sesar.6

Faktor-faktor resiko yang sering terjadi adalah:

Riwayat Kehamilan Jelek

14

Page 15: Portofolio KE

Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah

kehamilan ektopik, induksi abortus berulang dan mola. Sekali pasien pernah

mengalami kehamilan ektopik ia mempunyai kemungkinan 10 sampai 25% untuk

terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik

menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka

kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14.6%. Sebagai

konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan kehamilan ektopik sebelumnya dan

mengenal gejala-gejala sekarang yang serupa. 1

Riwayat infeksi pelvis

Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik

mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya. Calon ibu menderita infeksi akibat

penyakit GO (gonorrhea) ataupun radang panggul. Hal inilah yang menyebabkan

ibu yang menderita keputihan harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan

gejala yang di deritanya adalah tanda infeksi atau hanya keputihan yang bersifat

fisiologis. 1

Riwayat kontrasepsi

Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan ektopik.

Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) , rasio

kehamilan ektopik dibandingkan dengan kehamilan intrauterin adalah lebih besar

daripada wanita-wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi. Kejadian

kehamilan ektopik pada akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan pemakai kondom. Diperkirakan terjadi 2 kehamilan ektopik

per 1000 akseptor AKDR setiap tahun.

Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden yang

tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi menjadi

akseptor yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya yang biasa.

Pada pemakai pil mini 4-6% dari kehamilannya dilaporkan adalah ektopik, akan

tetapi dilaporkan tidak terjadi perubahan insiden pada akseptor pil kombinasi. 1

Riwayat operasi tuba

15

Page 16: Portofolio KE

Adanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik prosedur sterilisasi yang gagal

maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba semakin umum sebagai faktor

resiko terjadinya kehamilan ektopik. 1

Merokok

Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan meningkatkan insiden

kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan

afinitas reseptor andrenergik dalam tuba. 1

3.4 Klasifikasi kehamilan ektopik

Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa

golongan :

a. Tuba fallopi. 95% kehamilan ektopik terjadi pada tuba fallopi.3 Pada kasus

kehamilan tuba, 65% terjadi kehamilan ektopik pada tuba uterina kanan,

dan 35% kasus pada tuba uterina kiri.7 Lokasi-lokasi tuba yang bisa

terjadi kehamilan ektopik:

1. Pars interstisialis

2. Isthmus

3. Ampulla

4. Infudibulum

5. Fimbria

b. Uterus

1. Kanalis servikalis

2. Divertikulum

3. Kornua

4. Tanduk rudimeter

c. Ovarium

d. Intraligamenter

e. Abdominal

1. Primer

2. Sekunder

f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus. 5

16

Page 17: Portofolio KE

Gambar 1 Lokasi Kehamilan Ektopik

3.5 Patologi

Pada proses awal kehamilan, apabila embrio tidak bisa mencapai

endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan

kemudia akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya.

Karena tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan embrio atau

mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami perubahan dalam bentuk berikut

ini.3

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi kurang dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini

penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa hari.

2. Abortus ke dalam lumen tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah

oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan

mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya

pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Bila

17

Page 18: Portofolio KE

pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba

dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale.

Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-

iruan (hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui

ostium tuba berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel

retrouterina.3

gambar 2 Abortus Tuba

3. Ruptur dinding tuba

Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus

dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstisialis

terjadi pada kehamilan lebih lanjut. Faktor utma yang menyebabkan ruptur

adalah penembusan vili koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke

peritoneum. Ruptur dapat terjadi spontan atau karena trauma ringan. Darah

dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominale. Bila

ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba

telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba.

18

Page 19: Portofolio KE

Kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma

intraligamenter antara 2 lapisa ligamentum tersebut. Ika janin hidup terus

dapat terjadi kehamilan intraligamenter.3

Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,

tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi

dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan

kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi

seluruhnya dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion. 3

Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh

kantomg amnion dan dengan plassenta masih untuh kemungkinan tumbuh

terus dalam rongga peru, sehingga terjadi kehamilan ektopik lanjut atau

kehamilan abdominal sekunder. 3

Gambar 3 Komplikasi Kehamilan Ektopik, Ruptur tuba

19

Page 20: Portofolio KE

3.6 Jenis Kehamilan ektopik

1. Kehamilan pars interstisialis Tuba

Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis

tuba. Keadaan ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan

tuba. Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapi

akhir bulan keempat. Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak

segera dioperasi akan menyebabkan kematian. 3

Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan

isi kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup

sumber perdarahan dengan melakukan irisan baji (wedge resection) pada

kornu uteri dimana tuba pars interstisialis berada. 3

2. Kehamilan ektopik ganda

Sangat jarang kehamilan ektopik ini berlangsung bersamaan

dengan kehamilan intrauterine. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik

ganda (combined ectopic pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara

15.00-40.000 persalinan. Di Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus.3

Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi

kehamilan ektopik yang terganggu. Pada laparatomi ditemukan uterus

yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan dan 2 korpora lutea. 3

3. Kehamilan Ovarial

Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan

tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg yaitu :

a. Tuba pada sis kehamilan harus normal

b. Kantong janin harus berlokasi pada ovarium

c. Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary

proprium.

d. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong

janin.3

Diagnosa yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh

jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan

20

Page 21: Portofolio KE

ovarial biasanya terjadi rupture pada kehamilan muda dengan akibat

perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian

sebelumnya sehingga tidak terjadi rupture, ditemukan benjolan dengan

berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, villi

korialis dan mungkin juga mudigah.3

4. Kehamilan servikal

Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi

dalam kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada

kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar

dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal

jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh

karena perdarahan. Pengeluaran konsepsi pervaginam yang menyebabkan

banyak perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan

histerektomi totalis.3

Paalman dan Mc Ellin (1959) membuat kriteria klinik sebagai berikut :

a. Ostium uteri intertum tertutup

b. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian

c. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoserviks

d. Peradarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri

e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga

terbentuk hour-glass uterus.3

5. Kehamilan ektopik kronik

Umumnya terjadi setelah ruptur tuba atau abortus tuba dan selanjutnya

janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen

dari plasenta yang dapat meluaskan insersinya pada jaringan sekitarnya. Bila

janin cukup besar dapat terus hidup sebagai kehamilan abdominal. Kehamilan

ini merupakan komplikasi obstetrik yang mempunyai morbiditas dan mortalitas

janin yang tinggi dan sangat membahayakan ibu sehingga tidak bijaksana bila

kita menemukan kehamilan abdominal masih berupaya untuk mempertahankan

21

Page 22: Portofolio KE

sampai genap bulan. Dianjurkan bila diagnosis kehamilan abdominal sudah

tegak harus dilakukan laparotomi untuk penghentian kehamilan tersebut.3

3.7 Gambaran Klinik

Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya

penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita

menunjukkan gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran

disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid. Di

samping gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah

yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-

kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.1

Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari

perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala

yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda

bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,

tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita

sebelum hamil.1

Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri

dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen,

atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut

yang sangat menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh

darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat

nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada

perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satu-satunya sebab timbul

nyeri. Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi

peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi.1

Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada

kehamilan ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin,

sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena

kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.1

22

Page 23: Portofolio KE

Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda

yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian

janin, dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya

sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus.1

Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks

uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari

diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastik.1

3.8 Diagnosis

Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta penunjang

Anamnesis

Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa

bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil

muda dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus

dan perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.1 Kehamilan

ektopik harus dipikirkan pada semua pasien dengan test kehamilan positif, nyeri

pada pelvis, dan perdarahan uterus abnormal.8

Pemeriksaan umum

Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut dapat

ditemukan tanda-tanda syok.1

Pemeriksaan ginekologi

Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks

menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit

membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang

sukar ditentukan. Cavum douglasi yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan

adanya hematocele retrouterina. Suhu kadang-kadang bisa naik sehingga

menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik. 1

Tes kehamilan

Apabila test positif, dapat membantu diagnosis khusunya terhadap tumor-

tumor adneksa, yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. Tes kehamilan

yang negatif tidak banyak artinya, umunya tes ini menjadi negatif beberapa hari

setelah meninggalnya mudigah.5

23

Page 24: Portofolio KE

Dilatasi dan kerokan

Biasanya kerokan dilakukan, apabila sesudah amonorea terjadi perdarahan

yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata di samping uterus, sehingga

dipikirkan abortus inkompletus, perdarahan disfungsional dan lain-lain.5

Laparoskopi

Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk

diagnosis kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak

terganggu.5

Ultrasonografi

Keunggulan, bahwa tidak invasif atau tidak perlu memasukkan alat dalam

rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium,

adanya massa di kanan atau kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.5

Gambar 4 USG Kehamilan Ektopik

Kuldosintesis

Kuldosintesis adalah prosedur klinik diagnostik untuk mengidentifikasi

adanya perdarahan intra peritoneal, khusunya pada kehamilan ektopik terganggu.

Kuldosintesis diindikasikan pada kasus kehamilan ektopik dan abses pelvik. 9

Teknik :

1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi

2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik

3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam

serviks dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.

4. Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan

semprit 10 ml dilakukan pengisapan.

24

Page 25: Portofolio KE

5. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada

kain kasa dan diperhatikan apakah darah merah yang dikeluarkan

merupakan :

a. Darah segar berwarna merah dan akan membeku; darah berasal

dari arteri atau vena yang tertusuk

b. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak

membeku,darah menunjukkan adanya hematokel retrouterina.3

Gambar 5 teknik Kuldosintesis

3.9 Diagnosis Deferensial

Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial adalah

1. Infeksi pelvik

2. Abortus

3. Tumor ovarium

4. Ruptur korpus luteum 5

3.10 Penalaksanaan

A. Pembedahan

Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik

terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba.

Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan

konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama ditujukan pada

kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya. Ada dua

25

Page 26: Portofolio KE

kemungkinan prosedur yang dapat dilakukan yaitu: 1. Salpingotomi linier,

atau 2. Reseksi segmental. Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini

mungkin dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan

sehingga belum terjadi ruptur pada tuba. 4

1. Salpingotomi linier

Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan

pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75%

kehamilan ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini dimulai

dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu insisi linier

kemudian dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Insisi kemudian

diperlebar melalui dinding antimesenterika hingga memasuki ke dalam lumen

dari tuba yang meregang. Tekanan yang hati-hati diusahakan dilakukan pada

sisi yang berlawanan dari tuba, produk kehamilan dikeluarkan dengan hati-

hati dari dalam lumen. Biasanya terjadi pemisahan trofoblas dalam jumlah

yang cukup besar maka secara umum mudah untuk melakukan pengeluaran

produk kehamilan ini dari lumen tuba. Tarikan yang hati-hati dengan

menggunakan sedotan atau dengan menggunakan gigi forsep dapat digunakan

bila perlu, hindari jangan sampai terjadi trauma pada mukosa. Setiap sisa

trofoblas yang ada harus dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen

dengan menggunakan cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah

kerusakan lebih jauh pada mukosa. 4

Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena

kegagalan pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan postoperasi yang

akan membawa pada terjadinya adhesi intralumen.4

Batas mukosa kemudian ditutup dengan jahitan terputus, jahitan harus

diperhatikan hanya dilakukan untuk mendekatkan lapisan serosa dan lapisan

otot dan tidak ada tegangan yang berlebihan. Perlu juga diperhatikan bahwa

jangan ada sisa material benang yang tertinggal pada permukaan mukosa,

karena sedikit saja dapat menimbulkan reaksi peradangan sekunder yang

diikuti dengan terjadinya perlengketan. 4

2. Reseksi segmental

26

Page 27: Portofolio KE

Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai

satu alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat

bagian implantasi, jadi prosedur ini tidak dapat melibatkan kehamilan tuba

yang terjadi berikutnya. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur

normal tuba. Prosedur ini baik dilakukan dengan mengunaka loupe

magnification atau mikroskop. Penting sekali jangan sampai terjadi trauma

pada pembuluh darah tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit

dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan

harus diinsisi dan dipisahkan dengan hati-hati untuk menghindari

terbentuknya hematom pada ligamentum latum. Jahitan seromuskuler

dilakukan dengan menggunakan mikroskop/loupe. Dengan benang absorbable

6-0 atau 7-0, dan lapisan serosa ditunjang dengan jahitan terputus tambahan. 4

3. Salpingektomi

Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami

ruptur, karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi.

Hemoperitonium yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis

kardiopulmunonal yang serius.4

Insisi suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan , dan tuba yang meregang

diangkat. Mesosalping diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat mungkin

dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi dengan memotong irisan kecil pada

myometrium di daerah cornu uteri, hindari insisi yang terlalu dalam ke

myometrium. Jahitan matras angka delapan dengan benang intrauteri

digunakan untuk menutup myometrium pada sisi reseksi baji. Mesosalping

ditutup dengan jahitan terputus dengan menggunakan benang absorbable.

Hemostasis yang komplit sangat penting untuk mencegah terjadinya hematom

pada ligamentum latum. 4

4. Salpingoooforektomi

Tidak jarang ovarium termasuk dalam gumpalan darah dan sukar

dipisahkan sehingga terpaksa dilakukan salpingooforektomi

B. Medikamentosa

27

Page 28: Portofolio KE

Saat ini dengan adanya tes kehamilan yang intrauterin dan ultrasonografi

transvaginal, memungkinkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik

secara dini. Keuntungan dari ditegakkannya diagnosis kehamilan ektopik

secara dini adalah bahwa penatalaksanaan secara medisinalis dapat dilakukan.

Penatalaksanaan medisinalis memiliki keuntungan yaitu kurang intrauterin,

menghilangkan risiko pembedahan dan anestesi, mempertahankan fungsi

fertilitas dan mengurangi biaya serta memperpendek waktu penyembuhan. 4

Terapi medisinalis yang utama pada kehamilan ektopik adalah

methotrexate (MTX). Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan

mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan cara menginhibisi

kerja enzim Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan menghentikan proliferasi

trofoblas. 4

Pemberian MTX dapat secara oral, sistemik iv,im atau injeksi lokal

dengan panduan USG atau laparoskopi. Efek samping yang timbul tergantung

dosis yang diberikan. Dosis yang tinggi akan menyebabkan enteritis

hemoragik dan perforasi usus, supresi sumsum tulang, nefrotoksik, disfungsi

hepar permanen, alopesia, dermatitis, pneumonitis, dan hipersensitivitas. Pada

dosis rendah akan menimbulkan dermatitis, gastritis, pleuritis, disfungsi hepar,

supresi sumsum tulang sementara. Pemberian MTX biasanya disertai

pemberian folinic acid (leucovorin calcium atau citroforum factor) yaitu zat

yang mirip asam folat namun tidak tergantung pada enzim dihydrofolat

reduktase. Pemberian folinic acid ini akan menyelamatkan sel-sel normal dan

mengurangi efek MTX pada sel-sel tersebut. 4

Regimen yang dipakai saat ini adalah dengan pemberian dosis tungal

MTX 50 mg/m2 luas permukaan tubuh. Sebelumnya penderita diperikasa dulu

kadar hCG, fungsi hepar, kreatinin, golongan darah. Pada hari ke-4 dan ke-7

setelah pemberian MTX kadar hCG diperiksa kembali. Bila kadar hCG

berkurang 15% atau lebih, dari kadar yang diperiksa pada hari ke-4 maka

mTX tidak diberikan lagi dan kadar hCG diperiksa setiap minggu sampai

hasilnya negatif atau evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan USG

transvaginal setiap minggu. Bila kadar hCG tidak berkurang atau sebaliknya

28

Page 29: Portofolio KE

meningkat dibandingkan kadar hari ke-4 atau menetap selama interval setiap

minggunya, maka diberikan MTX 50 mg/m2 kedua. Stoval dan Ling pada

tahun 1993 melaporkan keberhasilan metoda ini sebesar 94,3%. Selain dengan

dosis tunggal, dapat juga diberikan multidosis sampai empat dosis atau

kombinasi dengan leucovorin 0,1 mg/kgBB.4

Kriteria untuk terapi Methotrexate adalah sebagai berikut:

• Massa belum ruptur <3,5-4,0 cm (peningkatan ukuran dapat meningkatkan

risiko pecah atau memerlukan lebih dari satu dosis metotreksat).

• Tidak ada gerakan jantung janin (aktivitas jantung menunjukkan kehamilan

lanjut dan meningkatkan risiko rupture atau kegagalan metotreksat dosis

tunggal)

•Tidak ada bukti ruptur atau hemoperitoneum.

• hemodinamik stabil

• Diagnosis kehamilan ektopik telah pasti dan tidak memerlukan diagnosis

laparoskopi.

• Pasien menginginkan kesuburan di masa depan (jika fertilitas masa depan

tidak diinginkan, pertimbangkan laparoskopi dengan ligasi tuba dari tuba

kontra-lateral)

•Anestesi umum menimbulkan risiko yang signifikan

• Pasien dapat diandalkan dan bersedia untuk kembali control

• Pasien tidak memiliki kontra-indikasi untuk Methotrexate

• + / - Serum β-hCG kurang dari 6.000 - 15.000 mIU / mL10

29

Page 30: Portofolio KE

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Anamnesa

Teori Kasus

Definisi

Kehamilan ektopik terganggu :

Suatu keadaan dimana implantasi hasil

konsepsi terjadi diluar cavum

endometrium

Trisemester pertama

Faktor Resiko :

- kerusakan dan disfungsi tuba,

riwayat operasi, riwayat

kehamilan yang jelek, riwayat

infeksi, riwayat penggunaan

hormon progesterone dan

AKDR.

- Riwayat kehamilan ektopik

sebelumnya

- Umur tua

- Perokok

implantasi hasil konsepsi terjadi diluar

cavum endometrium

Trisemester pertama

Faktor resiko :

- Usia 37 tahun

- Riwayat kehamilan jelek

Teori Kasus

30

Page 31: Portofolio KE

Keluhan :

Amenorea

Nyeri perut bawah bersifat tajam,

hampir diseluruh regio.

Perdarahan pervaginam

Darah berwarna coklat/kehitaman

Keluhan gastrointestinal

Nyeri saat menarik nafas dan sesak

Pusing

Keluhan :

Amenorea

Perdarahan pervaginam

Nyeri perut bawah menjalar ke

pinggang

Darah berwarna kehitaman

Mual-muntah

4.2 Pemeriksaan Fisik

Teori Kasus

Pemeriksaan fisik

Anemis

Nyeri tekan abdomen

Uterus membesar

VT : nyeri goyang porsio (+),

forniks posterior menonjol dan

nyeri pada penekanan.

Pemeriksaan fisik :

Anemis (+), Hb : 6,4

Nyeri tekan abdomen bag.bawah

Tinggi fundus sulit dievaluasi

VT : vulvovagina normal, tidak ada

pembukaan, nyeri goyang portio

(+), forniks posterior agak

menonjol, nyeri tekan forniks

posterior (+), pengeluaran darah (+)

berwarna merah kehitaman.

4.3 Pemeriksaan Penunjang

Teori Kasus

Pemeriksaan penunjang :

Darah Lengkap

Test kehamilan

HCG-

USG

Pemeriksaan penunjang :

Darah lengkap Hb: 6.4,

HCT :17,4 %, leukosit : 11.900,

trombosit : 126.000

Test kehamilan : (+)

31

Page 32: Portofolio KE

Dilatasi /kerokan

Kuldosintesis

Laparoskopi

USG : Ada cairan di cavum

douglass

4.4 Penatalaksanaan

Teori Fakta

Penatalaksaan :

1) Pembedahan

Laparotomi

2) Medikamentosa

Methotrexate

Penatalaksaan :

Dilakukan pembedahan yaitu

laparotomi ( salpingektomi sinistra)

Medikamentosa tidak dilakukan.

32

Page 33: Portofolio KE

BAB V

KESIMPULAN

Kehamilan ektopik adalah setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum

uteri. Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab

kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Tempat tersering

mengalami implantasi ekstrauterin adalah pada tuba Falopii (95%).

Pasien Ny. Mahliana, 37 tahun datang dengan keluhan nyeri perut bagian

bawah sejak 1 minggu SMRS, nyeri menjalar hingga ke pinggang. Nyeri

dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus. Pasien juga mengeluhkan

adanya perdarahan pervaginam yang dirasakan pasien sejak 2 hari SMRS.

Awalnya hanya berupa flek-flek, 8 Jam SMRS keluar darah dari jalan lahir

banyak berwarna kehitaman. Pasien juga mengeluh mual (+) muntah (-). Pasien

mengaku melakukan test kehamilan dan hasilnya positif. 2 hari SMRS pasien

periksa ke rumah sakit kab. Lain dengan hasil usg dicurigai KET.

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang di

tegakkan diagnosis Kehamilan Ektopik, diputuskan untuk dilakukan Laparotomi.

Pasien dipulangkan dengan kondisi baik dan disarankan kontrol ke poliklinik

kandungan. Secara umum, alur penegakkan diagnosis dan penatalaksaan sudah

tepat.

33

Page 34: Portofolio KE

DAFTAR PUSTAKA

1. Bangun, R. Karakteristik Ibu Penderita KET di RSUP H. Adam Malik Medan

tahun 2003-2008. Medan : USU. 2009

2. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. Ectopic Pregnancy in William’s

Obstetry 23rd Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill. 2010.

3. Prawirohardjo, S. Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat:

Yayasan Bina Pustaka. 2009.

4. Universitas Sriwijaya. Kehamilan Ektopik. Diakses dari

http://digilib.unsri.ac.id/download/kehamilanEktopik.pdf pada tanggal 21

desember 2015.

5. Prawirohardjo, S. Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kandungan. Jakarta Pusat:

Yayasan Bina Pustaka. 2009.

6. Seeber, B.E, Barnhart, K.T. Suspected Ectopic Pregnancy in Clinical Expert

Series in Obstetric and Gynecology Magazine vol 107 No. 2 Part 1. American

College of Obstetricians and Gynecologist. 2006

7. Turhan, N.O, Inegol, I Seckin, N.C. A Three-year Audit of the Management of

Ectopic Pregnancy in J Turkish German Gynecol Assoc Vol 5. Ankara: Fatih

University of Ankara. 2004

8. Schwartz, S.I, et al. Ginekologi dalam Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah.

Jakarta: EGC. 2000.

9. Prawirohardjo, S. Kuldosentesis dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2006

10. Saint-Louis, H. Management of Ectopic Pregnancies. 2005

34