POP KOMUNITAS - ftp.unpad.ac.id fileBagi Sigit, kegiatan berkebun ini punya banyak tujuan. Se-cara...

1
CHRISTINE FRANCISKA K ARENA tinggal di sebuah aparte- men di daerah Ku- ningan, Jakarta, Beriozka Anita, 26, tak punya alasan untuk berkebun. Selain tak ada lahan, kesibukannya sebagai karyawati di perusa- haan minyak dan gas menyita waktu. Akan tetapi, saat membaca sebuah Tweet dari arsitek Rid- wan Kamil, dirinya langsung tergugah. “Ia mengajak follower- nya di Twitter untuk menggerak- kan urban farming,” katanya. Berawal dari kicauan di Twit- ter , Ozka--begitu Beriozka akrab di sapa--rajin mengikuti pertemuan dan diskusi ofine. Mereka lantas menginisiasi gerakan Indonesia Berkebun, sebuah gerakan pemanfaatan lahan nonproduktif di perko- taan untuk ditanami tanaman bermanfaat. Selain Ozka, ada sebelas orang lagi yang berpartisipasi. Sigit Kusumawijaya, 29, salah satu di antaranya. Sebagai seorang arsitek, ia mengerti betul bagaimana sebuah lahan hijau berkontribusi pada peren- canaan kota yang asri. “Ini jadi salah satu cara bagi saya untuk berkontribusi kepada kota saya sendiri,” katanya. Untuk mengawali desain be- sar Indonesia Berkebun, peng- giat dari Jakarta, yang menama- kan kegiatannya Jakarta Berke- bun, itu telah melakukan tanam perdana pada Februari 2011 lalu di sebuah lahan Springhill. Satu setengah bulan berse- lang, Jakarta Berkebun ber- hasil melakukan panen raya pertama. Tanaman kangkung organik berhasil dipanen, ke- mudian dibagikan kepada warga yang ikut serta. “Untuk pertama di lahan mana pun, kami selalu tanam kangkung untuk mengetes apa- kah tanah itu bisa ditanami atau tidak. Kangkung sendiri punya daya tahan yang baik sehingga tak gampang sakit,” kata Ozka. Bagi Sigit, kegiatan berkebun ini punya banyak tujuan. Se- cara ekologi, mereka berusaha menyelamatkan lingkungan dengan menghijaukan. Di sisi ekonomi, mereka ingin kegiat- an ini terus berkelanjutan dan memberi manfaat bagi ang- gotanya. “Juga dari sisi edu- kasi, gerakan ini diharapkan menjadi sarana pemahaman tentang alam,” jelas Sigit. Untuk memanfaatkan lahan, komunitas itu tak bertindak sembarangan. Lahan yang di- tanami harus terlebih dahulu mendapat izin dari pemiliknya. Selesai menanam, mereka akan menunjuk wali kebun yang bertanggung jawab pada satu lahan tertentu. Wali kebun dibantu beberapa perawat kebun yang akan me rawat tanaman sehari-hari. Namun tentu saja, ketika orang kota berkebun, ada saja hal-hal konyol yang terjadi. Sigit, misalnya, salah menanam batang singkong. “Kita baru tahu kalau mau nanam batang singkong tidak boleh terbalik. Kalau terbalik, enggak bakal tumbuh,” katanya. Tak ketinggalan, Ozka pun punya pengalaman menarik. “Waktu tanam kangkung, kita tanam batangnya satu-satu. Padahal kalau begitu, enggak akan tumbuh. Kita baru tahu kalau tanam batang kangkung harus tiga sekaligus, biar tum- buh,” cerita Ozka. Lewat Indonesia Berkebun, mereka ingin menanamkan pesan bahwa berkebun meru- pakan kegiatan bermanfaat yang menyenangkan. Selain itu, bagi Sigit, berke- bun mendatangkan manfaat psikologis yang baik. Setelah berkebun tiap minggu, ia mera- sa lebih segar. “Dengan me- nyentuh tanah dan menanam, rasa stres jadi berkurang.” Merambah Bogor Indonesia Berkebun tak ha- nya berkembang di Jakarta saja. Lewat Twitter, gerakan ini terus berkembang hingga merambah berbagai daerah misalnya Bo- gor Berkebun, yang dibentuk pada 24 Maret 2011. Inisiatif itu datang dari Keny Leonita, 25, salah satu penggiat Jakarta Berkebun yang tinggal di Bogor. Namun, saat itu, ia belum berpikir untuk membuat Bogor Berkebun. Ia hanya mengundang kawan-kawannya belajar me- nanam padi di lahan rumahnya. Ridwan Kamil lalu memberi- kan ide untuk membuat Bogor Berkebun. Untuk menyambut ide itu, Keny dan penggiat Jakarta Berkebun langsung menghimpun teman-teman di Bogor untuk datang bergabung. Dua hari berikutnya, diadakan tanam perdana di rumah Keny. “Waktu itu kita menanam sing- kong, padi, bayam, kangkung, dan jagung,” katanya. Sama seperti kebanyakan warga urban lain, kegiatan berkebun menjadi pengalaman yang unik bagi Keny. Arsitek yang terlatih membuat sketsa bangunan itu ternyata mengaku kesulitan untuk meletakkan bi- bit padi dalam satu garis lurus. Bogor sesungguhnya meru- pakan daerah potensial untuk pertanian. Lahan subur yang melimpah dan curah hujan tinggi mendukung kegiatan tanam-menanam itu. Namun, sayangnya, penataan kota yang kurang konsisten menyebab- kan lahan-lahan potensial jus- tru tertutup bangunan. Hasil panen sebagian akan diberikan untuk pemilik tanah, sebagian lagi diberikan kepada yang merawat. Sisanya akan digunakan sebagai konsumsi atau dijual untuk dibelikan bibit-bibit baru. Hingga kini, Indonesia Berkebun telah ada di sebelas kota, di antaranya Bandung, Bogor, Banten, Semarang, Solo, dan Tasik. (CE/M-7) [email protected] INDONESIA BERKEBUN MERAWAT ALAM HIJAUKAN KOTA 26 JUMAT, 27 MEI 2011 P OP K OMUNITAS Di tengah padatnya kota, mereka mencari celah untuk menanam. Itu merupakan upaya penghijauan, sekaligus edukasi masyarakat tentang pentingnya alam. KOMUNITAS INDONESIA BERKEBUN: Komunitas ini bergerak karena ingin menghijaukan Jakarta dengan tanaman yang bermanfaat. Mengubah wajah kota menjadi tidak gersang. FOTO-FOTO: DOK. KOMUNITAS INDONESIA BERKEBUN Ini jadi salah satu cara bagi saya untuk berkontribusi kepada kota saya sendiri.” Beriozka Anita Anggota komunitas

Transcript of POP KOMUNITAS - ftp.unpad.ac.id fileBagi Sigit, kegiatan berkebun ini punya banyak tujuan. Se-cara...

Page 1: POP KOMUNITAS - ftp.unpad.ac.id fileBagi Sigit, kegiatan berkebun ini punya banyak tujuan. Se-cara ekologi, mereka berusaha menyelamatkan lingkungan dengan menghijaukan. Di sisi

CHRISTINE FRANCISKA

KA R E N A t i n g g a l di sebuah aparte-men di daerah Ku-ningan, Jakarta ,

Beriozka Anita, 26, tak punya alasan untuk berkebun. Selain tak ada lahan, kesibukannya sebagai karyawati di perusa-haan mi nyak dan gas menyita waktu.

Akan tetapi, saat membaca sebuah Tweet dari arsitek Rid-wan Kamil, dirinya langsung tergugah. “Ia mengajak follower-nya di Twitter untuk menggerak-kan urban farming,” katanya.

Berawal dari kicauan di Twit-ter, Ozka--begitu Beriozka akrab di sapa--rajin mengikuti pertemuan dan diskusi offl ine.

Mereka lantas menginisiasi gerakan Indonesia Berkebun, sebuah gerakan pemanfaatan lahan nonproduktif di perko-taan untuk ditanami tanaman bermanfaat.

Selain Ozka, ada sebelas orang lagi yang berpartisipasi. Sigit Kusumawijaya, 29, salah satu di antaranya. Sebagai seorang arsitek, ia mengerti betul bagaimana sebuah lahan hijau berkontribusi pada peren-canaan kota yang asri. “Ini jadi salah satu cara bagi saya untuk berkontribusi kepada kota saya sendiri,” katanya.

Untuk mengawali desain be-sar Indonesia Berkebun, peng-giat dari Jakarta, yang menama-kan kegiatannya Jakarta Berke-bun, itu telah melakukan tanam perdana pada Februari 2011 lalu di sebuah lahan Springhill.

Satu setengah bulan berse-

lang, Jakarta Berkebun ber-hasil melakukan panen raya pertama. Tanaman kangkung organik berhasil dipanen, ke-mudian dibagikan kepada warga yang ikut serta.

“Untuk pertama di lahan mana pun, kami selalu tanam kangkung untuk mengetes apa-kah tanah itu bisa ditanami atau tidak. Kangkung sendiri punya daya tahan yang baik sehingga tak gampang sakit,” kata Ozka.

Bagi Sigit, kegiatan berkebun ini punya banyak tujuan. Se-cara ekologi, mereka berusaha menyelamatkan lingkungan dengan menghijaukan. Di sisi ekonomi, mereka ingin kegiat-an ini terus berkelanjutan dan memberi manfaat bagi ang-gotanya. “Juga dari sisi edu-kasi, gerakan ini diharapkan menjadi sarana pemahaman tentang alam,” jelas Sigit.

Untuk memanfaatkan lahan, komunitas itu tak bertindak sembarangan. Lahan yang di-tanami harus terlebih dahulu mendapat izin dari pemiliknya. Selesai menanam, mereka akan menunjuk wali kebun yang bertanggung jawab pada satu lahan tertentu. Wali kebun dibantu beberapa perawat kebun yang akan me rawat tanaman sehari-hari.

Namun tentu saja, ketika orang kota berkebun, ada saja hal-hal konyol yang terjadi. Sigit, misalnya, salah menanam batang singkong. “Kita baru tahu kalau mau nanam batang singkong tidak boleh terbalik. Kalau terbalik, enggak bakal tumbuh,” katanya.

Tak ketinggalan, Ozka pun

punya pengalaman menarik. “Waktu tanam kangkung, kita tanam batangnya satu-satu. Padahal kalau begitu, enggak akan tumbuh. Kita baru tahu kalau tanam batang kangkung harus tiga sekaligus, biar tum-buh,” cerita Ozka.

Lewat Indonesia Berkebun, mereka ingin menanamkan pesan bahwa berkebun meru-pakan kegiatan bermanfaat yang menyenangkan.

Selain itu, bagi Sigit, berke-bun mendatangkan manfaat psikologis yang baik. Setelah berkebun tiap minggu, ia mera-sa lebih segar. “Dengan me-nyentuh tanah dan menanam, rasa stres jadi berkurang.”

Merambah BogorIndonesia Berkebun tak ha-

nya berkembang di Jakarta saja. Lewat Twitter, gerakan ini terus berkembang hingga merambah berbagai daerah misalnya Bo-gor Berkebun, yang dibentuk pada 24 Maret 2011.

Inisiatif itu datang dari Keny Leonita, 25, salah satu penggiat Jakarta Berkebun yang tinggal di Bogor. Namun, saat itu, ia belum berpikir untuk membuat Bogor Berkebun.

Ia hanya mengundang kawan-kawannya belajar me-nanam padi di lahan rumahnya. Ridwan Kamil lalu memberi-kan ide untuk membuat Bogor Berkebun. Untuk menyambut ide itu, Keny dan penggiat Jakarta Berkebun langsung menghimpun teman-teman di Bogor untuk datang bergabung. Dua hari berikutnya, diadakan tanam perdana di rumah Keny. “Waktu itu kita menanam sing-kong, padi, bayam, kangkung, dan ja gung,” katanya.

Sama seperti kebanyakan warga urban lain, kegiatan berkebun menjadi pengalaman yang unik bagi Keny. Arsitek yang terlatih membuat sketsa bangunan itu ternyata mengaku kesulitan untuk meletakkan bi-bit padi dalam satu garis lurus.

Bogor sesungguhnya meru-pakan daerah potensial untuk pertanian. Lahan subur yang melimpah dan curah hujan tinggi mendukung kegiatan tanam-menanam itu. Namun, sayangnya, penataan kota yang kurang konsisten menyebab-kan lahan-lahan potensial jus-tru tertutup bangunan.

Hasil panen sebagian akan diberikan untuk pemilik tanah, sebagian lagi diberikan kepada yang merawat. Sisanya akan digunakan sebagai konsumsi atau dijual untuk dibelikan bibit-bibit baru.

Hingga kini , Indonesia Berkebun telah ada di sebelas kota, di antaranya Ban dung, Bogor, Banten, Semarang, Solo, dan Tasik. (CE/M-7)

[email protected]

I N D O N E S I A B E R K E B U N

MERAWAT ALAM HIJAUKAN KOTA

26 JUMAT, 27 MEI 2011POP KOMUNITAS

Di tengah padatnya kota, mereka mencari celah untuk menanam. Itu merupakan upaya penghijauan, sekaligus edukasi masyarakat tentang pentingnya alam.

KOMUNITAS INDONESIA BERKEBUN: Komunitas ini bergerak karena ingin menghijaukan Jakarta dengan tanaman yang bermanfaat. Mengubah wajah kota menjadi tidak gersang.

FOTO-FOTO: DOK. KOMUNITAS INDONESIA BERKEBUN

Ini jadi salah satu cara bagi

saya untuk berkontribusi kepada kota saya sendiri.”

Beriozka AnitaAnggota komunitas