pondok metal
-
Upload
kempoel-tumpul -
Category
Documents
-
view
104 -
download
2
description
Transcript of pondok metal
PERAN PESANTREN METAL MUSLIM AL-HIDAYAH PASURUAN
DALAM PENANGGULANGAN MASALAH SOSIAL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara, dengan penduduk Islam terbesar di dunia,
seperti yang kita ketahui Islamadalah agama yang paling sempurna, dan
merupakan rahmattan lil ‘alamin. Namun predikat Indonesia yang seperti ini,
tidak kemudian menghindarkannya lepas dari berbagai masalah ekonomi dan
sosial. Justru banyak sekali masalah yang dihadapinya melebihi masalah-masalah
negara non muslim lainnya. Dalam masalah sosial khususnya, dibutuhkan sekali
peran lembaga sosial yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Karena pembangunan suatu negara itu bergantung pada kualitas SDM
nya. Indonesia sebagai negara berkembang, pastinya tidak luput dari masalah
sosial dalam bentuk kriminalitas seperti penggunaan obat-obat terlarang,
prostitusi, dan sebagainya. Adanya kondisi seperti ini, melatarbelakangi
munculnya berbagai lembaga sosial yang bersifat formal atau non formal.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islamtertua di Indonesia, yang
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia. Dengan metode pengajaran berdasarkan al-
Qur’an, Hadis dan syariah Islammembuat pesantren mempunyai kemampuan
untuk membentuk karakter generasi muda sesuai dengan konsep Islam. Dewasa
ini pesantren ternyata sudah berkembang dengan pesat. Selain fungsi dan
perananya dalam bidang pendidikan, ternyata pesantren juga berperan dalam
bidang sosial. Tak jarang pesantren juga ikut andil dalam pemberdayaan
masyarakat, baik masyarakat di dalam pesantren maupun masyarakat sekitarnya.
Kondisi ini merupakan penyesuaian pesantren dalam menjawab tantangan zaman.
Maka munculah model-model pesantren dalam bidang pemberdayaan masyarakat
seperti Pesantren Agribisnis, Pesantren Rakyat, dan Pesantren Metal.
Pesantren merupakan sebuah kata yang berawalan pe dan akhiran an, yang
artinya tempat tinggal para santri. Makna santri sendiri menurut kamus Umum
1
bahasa Indonesia (KUBI) mempunyai dua pengertian, yang pertama orang yang
beribadat dengan sungguh-sungguh atau orang saleh. Pengertian ini sering dipakai
untuk membedakannya dengan golongan yang tidak taat/tidak paham agama, yang
sering disebut sebagai santri “abangan”. Yang kedua. Orang yang mendalami
pengajian Islamdan berguru ke tempat yang jauhseperti pesantren dan
sebagainya.1
Lazimnya pesantren diisi oleh santri-santri yang notabennya orang-orang
shalih sesuai dengan maknanya menurut KUBI. Namun, hal ini berbeda dengan
yang terjadi di Pesantren Metal Muslim Al-Hidayah Pasuruan, pesantren ini
malah diisi dengan santri abangan, atau bahkan santri-santri dengan berbagai
masalah sosial, atau bahasa kasarnya orang abnormal. Justru gerakan pesantren
metal tersebut secara tidak langsung berpartisipasi dalam membantu pemerintah
untuk menangani masalah sosial. Dengan adanya fenomena yang jarang
ditemukan tersebut, membuat pesantren metal perlu dikaji lebih mendalam lagi
mengenai bagaimana peran pesantren tersebut dalam menanggulangi masalah
sosial.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana model pemberyaan masyarakat Pesantren Metal Muslim Al-
Hidayah Pasuruan dalam menanggulangi masalah sosial?
2. Bagaimana peran Pesantren Metal Muslim Al-Hidayah Pasuruan dalam
menangani masalah sosial?
Tujuan Masalah
1. Mengetahui model pemberyaan masyarakat Pesantren Metal Muslim Al-
Hidayah Pasuruan dalam menanggulangi masalah sosial?
2. Mengetahui peran Pesantren Metal Muslim Al-Hidayah Pasuruan dalam
menangani masalah sosial?
Profil Pesantren Metal
1 Sindu Galba. Pesantren sebagai wadah komunikasi. Rineka Cipta. Jakarta. 1995. Hal 1.
2
Pesantren ini terletak di desa Rejoso Lor, kecamatan Rejoso Kabupaten
Pasuruan jawa timur, tepatnya di jalan raya Surabaya-Banyuwangi. Pondok ini
dibagi menjadi dua tempat, yang pertama asrama pesantren metal untuk tempat
tinggal para santrinya, yang luasnya sekitar 9 ha, dan cafe metal yang digunakan
oleh pimpinan pondok untuk menyambut para tamunya yang datang dari berbagai
daerah, atau untuk sekedar bersantai bersama santrinya setelah shalat isya atau
pengajian.
H. Abu Bakar Kholil, pendiri pondok metal adalah seorang anak petani
yang hanya lulusan SD, tapi berkat didikan keluarganya yang baik, dan
ketekunanya dalam belajar dan memahami agama Islam, beliau mempunyai tekad
dan niat yang kuat untuk menolong sesama hamba Allah. Kyai Muda yang akrab
di panggil Mas Bakar ini mempunyai jiwa sosial yang tinggi, sehingga beliau
mendirikan sebuah pesantren yang berbeda dengan pesantren pada umumnya.
Pesantren ini dinamakan Pesantren Metal. Kata metal dipakai agar santri-santrinya
yang kebanyakan adalah orang-orang yang mempunyai banyak masalah sosial ini,
tidak enggan untuk masuk ke pesantren tersebut, dan kata metal juga pastinya
sudah akrab di telinga mereka. Tapi akhir-akhir ini kata metal diartikan sebagai
akronim dari “Menghapal ayat-ayaT AL-Qur’an”.
Mengenai kapan berdirinya pondok metal tersebut, tidak begitu jelas
kapan didirikannya, yaitu sekitar tahun 90 an. Santri-santrinya berasal dari
berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur apalagi. Namun karena kesuksesannya dalam menyembuhkan orang-orang
yang mempunyai masalah sosial. Tak jarang santri dari luar negri pun datang,
seperti Malaysia, Thailand, China, dan Amerika. Mereka datang untuk mencari
ilmu.
Santri Pondok Metal
Santri pondok metal mempunyai berabgai tipe masalah sosial, antara lain:
1. Pengkonsumsi obat-obat terlarang, pemabuk, pemain judi, preman.
2. Orang gila dan stress
3. Wanita hamil di luar nikah.
3
Santri tipe pertama, sebagian datang sendiri, dan sebagian lagi diantar
orang tua. Beberapa orang tua, datang ke pondok untuk berkonsultasi dahulu
dengan Mas Bakar sebelum memasukkan anaknya ke pondok. Apabila tidak
terjadi banyak perubahan yang positif di rumahnya, orang tua pun akhirnya
membawa anaknya ke pondok metal. Tapi disini, Mas Bakar selalu
menekankan untuk tidak memasukkan anaknya dengan paksaan, menasehati
orang tua agar ikhlas, serta tidak boleh kesal sedikitpun terhadap anaknya.
Santri tipe pertama ini tak hanya datang dari Indonesia, ada juga orang
Amerika, Cina, Thailand, Myanmar yang mempunyai masalah kejiwaan pun
datang kesana untuk mencari ketenangan, meskipun mereka bukan Muslim,
tapi mas Bakar tetap menerima dan membimbing mereka.
Santri tipe kedua, sebagian ditemukan dari daerah sekitar pondok, datang
sendiri, atau Mas Bakar dan tim sengaja mengadakan konvoi keliling kota-
kota Jawa Timur untuk mencari orang gila, atau stress. Konvoi tersebut
menggunakan truk yang ditulisi “Razia Orang Gila Pesantren Metal”. Konvoi
dilakukan setiap selesai membangun asrama, karena minimnya kapasitas
pondok, maka kalau masih belum ada tempat, Mas Bakar tidak mencari orang
gila. Tak jarang orang-orang gila yang ditemukan dalam keadaan sangat
memprihatinkan. Ada yang ditemukan dalam tumpukan sampah, dan jarinya
patah. Ada yang ditemukan sedang makan kotorannya sendiri, dan ada pula
yang dalam keadaan bugil. Tapi sang jenderal metal tidak mempedulikan
bagaimanapun kondisinya, semua orang gila tersebut diajak pulang,
dibersihkan, dan diberi tempat tinggal.
Santri tipe ketiga, kebanyakan datang sendiri, dan meminta tolong kepada
sang jendral metal untuk menampungnya di pondok, karena mereka malu
untuk kembali ke rumahnya. Pondok metal menampung wanita-wanita hamil
tersebut, membiayai persalinannya, bahkan sampai mengasuh anaknya, tak
jarang ada wanita hamil yang ngidam, Mas Bakar pun tak segan-segan
menuruti permintaannya, seakan-akan dialah suaminya.
Semua santri dengan bermacam masalah sosial yang dialaminya diterima
dengan tangan terbuka oleh pondok metal. Tidak memandang bagaimana
4
kondisinya, beliau menganggap bahwa mereka adalah manusia yang berhak
diberi kesempatan menjadi manusia, tapi karena keadaan yang tidak lazim
tersebut banyak orang yang memandang negatif, bahkan tidak memberi
tempat bagi mereka.
Metode Penyembuhan Masalah Sosial
Seperti telah disampaikan di atas, orang gila yang sampai di pondok metal
ditemukan dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Setelah ditemukan, orang-
orang gila itupun dicukur kemudian dimandikan (dibersihkan). Setelah itu
diberikan pakaian yang layak dan ditempatkan dengan orang gila lainnya. Tidak
ada pengobatan atau terapi khusus dalam menyembuhkan orang gila tersebut.
Anehnya ketika digabungkan dengan orang gila lainnya, tidak terjadi kekacauan
atau pertengkaran, awalnya mereka saling mendiamkan diri, tapi lama-kelamaan
mereka mulai berkomunikasi dengan yang lainnya, dan akhirnya mereka pun
sembuh dan bersikap normal.
Sedangkan untuk menjaga agar pecandu narkoba dan orang gila tidak
kambuh lagi, mereka diajak berkarya dengan sejumlah pekerjaan yang
disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan mereka. Dengan berkarya tersebut,
santri yang sembuh tidak akan memikirkan kembali masa lalu. Justru para santri
dapat terpacu meningkatkan kreativitas.
Santri yang sudah sembuh, diizinkan untuk pulang kembali ke
keluarganya, namun ada juga, keluarga yang masih tidak mau menerimanya
karena malu. Dan ada pula yang lebih betah di pondok daripada kembali ke
rumah, karena di pondok mereka dapat makan, bisa belajar mengaji dan punya
banyak teman. Yang seperti itu juga dibolehkan oleh Mas Bakar, dan justru dapat
membantunya membimbing santri-santri lainnya. Tak jarang santri metal yang
sudah sembuh menjadi orang sukses, ada yang jadi pengusaha, ustadz, dan
sebagainya. Mereka inilah yang membantunya baik secara ril maupun materil.
Sedangkan wanita hamil, agar tidak stress memikirkan keadaannya, disuruh untuk
membantu memasak, membersihkan pondok, dan merawat anak-anak kecil.
5
Metode yang dilakukan dalam penyembuhan dan pembinaan orang-orang
bermasalah tersebut, bukanlah metode yang membutuhkan banyak teori, butuh
waktu lama, atau bahkan metode yang ruwet. Metodenya sederhana saja, yaitu
dengan memperlakukan mereka layaknya manusia-manusia normal lainnya,
dikembalikan kembali hak-hak mereka. Karena sang kyai merasa mempunyai
kewajiban dalam menyadarkan mereka kembali ke jalan yang benar.
Tata Tertib Pesantren Metal
Tidak ada tata tertib khusus yang mengatur kehidupan sehari-hari santri
metal. Santri dibebaskan melakukan apa saja, asalkan tidak meninggalkan shalat 5
waktu. Bahkan dalam soal penampilan, Sang Jendral Metal tidak melarang
mereka gondrong, bertato, atau bercelana jins belel. Itu adalah kebebasan mereka
berekspresi, dan sebagai pendekatan yang digunakan agar mereka dapat
menyesuaikan diri perlahan-lahan.
Sesuai dengan namanya, menghapal ayat-ayat al-qur’an, santri juga
diwajibkan untuk mengaji ke Mas Bakar setiap pagi, dan ada beberapa santrinya
yang mengahapal al-qur’an. Tapi sebeluum menghapal, santri diajarkan tentang
makharij huruf yang benar, setelah itu baru disruruh menghapal.
Pertahanan Ekonomi Pondok
Tidak ada satu santri pun yang dipungut biaya tinggal di pondok,
semuanya gratis, dari ustadz bakar. Lalu darimankah kiai muda tersebut
memperoleh uang untuk menghidupi santrinya? , ternyata kyai muda ini
merupakan tipe orang yang tak mau ambil pusing untuk mengurusi masalah
keuanggan. “kalau ada uang yang dipakai untuk dibelikan kebutuhan sehari-hari,
kalau tidak ada, maka apa saja yang bisa dijual dulu untuk memenuhi kebutuhan”
begitu tuturnya.
Setiap hari juru masak pondok harus menanak nasi sekitar 90 kilogram
sampai satu kuintal. Nasi sebanyak itu untuk memenuhi kebutuhan makan sekitar
ratusan santri orang gila, santri narkoba, santri pranikah. Masalah sayur dan lauk-
pauknya, diusahakan ada setiap hari. Untuk lauk pauknya kadang telur, ikan laut,
tahu, tempe, dan lainnya. Di samping itu, santri lelaki menerima 2 batang rokok
6
setiap hari. Tak jarang Mas Bakar memberikan uang saku atau uang jajan, setelah
mereka membersihkan halaman atau area pondok, ini dilakukan sebagai dorongan
dan motivasi untuk mereka agar melakukan kegiatan yang bermanfaat. Dia pun
tidak merasa sayang memberikan uang tersebut, karena menurutnya dia mendapat
uang sebanyak itu juga berkat doa orang-orang yang dibinanya tersebut.
Sang jenderal metal mempunyai hobi memelihara binatang buas seperti,
harimau, elang, kakatua, dan sebagainya. Tak jarang tamu yang berkunjung
tertarik dengan salah satu binatang peliharaan, dan mau membelinya dengan
harga yang cukup mahal, salah satunya gagak yang bisa bersuara
“assalamualaikum” dibeli oleh seorang tamu senilai 16 juta, seekor garangan pun
dibeli dengan harga 60 juta. Hasil penjulan hewan tersebut juga digunakan untuk
memenuhi kebutuhan santrinya.
Selain dari rezeki ajimumpung penjualan hewan peliharaannya, Mas Bakar
juga sering diundang untuk menjadi penceramah pengajian, di berbagai kota di
Indonesia, bahkan di luar negri. Tak sedikit bayaran yang diterima dari pengajian-
pengajian tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan santri-santrinya, bahkan
sampai bisa memberangkatkan haji beberapa santrinya, dan ia pun sendiri sudah
berhaji 16 kali.
Karena kesuksesan pesantren metal dalam pembinaan masyarkat dengan
berbagai masalah sosial tersebut, membuat gubernur Jawa Timur Pakde Karwo
berniat untuk menitipkan 1500 anak jalanan (anjal) di pesantren tersebut. Namun
niat tersebut ditolak oleh mas bakar, dikarenakan kurangnya kapasitas pondok
untuk menapung orang lebih banyak, mengingat yang dititipkan itu juga bukan
orang gila atau stress, tetapi anak jalanan.
Kegiatan Kemasyarakatan Pondok Metal
Setiap seminggu sekali tepatnya hari ahad, Mas Bakar mengadakan
pengajian akbar, bersama masyarakat sekitar, tapi lama kelamaan bukan hanya
masyarakat sekitar yang mengikuti pengajian tersebut, melainkan datang dari
berbagai daerah. Tidak sedikit rombongan bis yang datang untuk mendengarkan
7
pengajian. Hal ini pun dijadikan sebagai kesempatan oleh beberapa masyarakat
untuk mencari uang dengan berjualan, sehingga masyarakatpun merasakan
manfaat
Pesantren Metal Sebagai LSM
Mekipun pesantren metal bukanlah suatu lembaga pesantren seperti
pesantren pada umumnya, tetapi pesantren ini masih mempunyai elemen-elemen
yang menjadikannya masih disebut sebagai pesantren. Ini dikarenakan elemen-
elemen wajib dalam pesantren masih ada dan berfungsi secara optimal di
dalamnya. Elemen-elemen tersebut antara lain kyai, santri, pondok, dan
pengajaran kitab-kitab klasik.2 Hanya saja dikarenakan kondisi santri-santrinya
yang berbeda dengan santri pada umumnya membuat pengajaran kitab kitab
klasik tidak diwajibkan. Sudah mau kembali ke jalan yang benar saja sudah
merupakan perubahan yang sangat berarti apalagi mereka mau belajar kitab-kitab
klasik.
Dari wacana di atas dapat disimpulkan bahwa pesantren metal bukan saja
sebagai lembaga pendidikan Islam, tetapi juga sebagai Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM) yang bersifat informal. Definisi LSM sendiri menurut Kazi F.
Jalal, adalah organisasi swasta yang secara umum bebas dari intervensi
pemerintah. Ia didirikan dengan sebuah idealisme untuk memberikan perhatian
terhadap isu-isu kemanusiaan, perbaikan kesejahteraan kelompok marjinal,
perlindungan lingkungan atau sumber daya alam, manajemen dan pengembangan
sumber daya manusia. 3
Terjadinya lembaga sosial bermula dari tumbuhnya suatu kekuatan ikatan
hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat. Kaitan hubungan manusia
tersebut sangat erat kaitannnyadengan keberlakuan suatu norma sebagai patokan
dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti kebutuhan akan keindahan,
keadilan, pendidikan, ketentraman keluarga dan sebagainya. Kebutuhan
2 Yasmadi. Modernisasi pesantren. Kritik Nurcholis Majid Islamtradisional. Ciputat Press. Jakarta. 2002. Hal 63.
3 Zubaedi. Wacana Pembangunan Alternatif, Ragam prespektif pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Ar-Ruz Media Grup. Yogyakarta. 2007. Hal 113.
8
pendidikan kemudian menimbulkan lembaga pendidikan, seperti sekolah-sekolah
dasar, pesantren sampai pada perguruan tinggi. Kebutuhan akan keindahan
kemudian menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti seni
rupa, seni tari, dan begitu seterusnya.4 Berdirinya pesantren metal sebagai suatu
lembaga sosial masyarakat dikarenakan adanya kebutuhan akan keadilan terhadap
seluruh manusia, baik itu yang bermasalah atau tidak. Sehingga pesantren
berusaha membuat norma-norma yang dilaksankan dalam kehidupan sehari.
Tetapi norma-norma tersebut tidak bersifat menekan dan mengikat santrinya,
disesuaikan dengan kondisi para santrinya. Karena Allah sendiri menjadikan
agama Islamsebagai agama yang mudah dinun muyassirun. Penampilan metal
aatu compang-camping tidak mempengaruhi keimanannya kepada Allah, yang
penting adalah kesadaran mereka untuk beribadah kepadaNya. Norma-norma
yang tidak begitu mengikat tersebut membuat pesantren tersebut menjadi LSM
yang bersifat informal.
Pada saat ini ratusan bahkan ribuan LSM dengan full timer. Ada yang
lebih besar organisasinya dengan ratusan tenaga full timer. Ada yang bekerja
langsung melayani rakyat kecil dengan memperkuat kemampuan mereka. Ada
yang mengkhuhuskan kegiatan dengan memperjuangkan kebijakan untuk
membela masyarakat bawah. Ada pula yang menjembatani suatu sektor: yang kuat
dengan yang lemah, formal dan nonformal, inti dan plasma, tradisional dan
modern, dan lain-lain. Adapula yang melaksankannya secara serempak. Sedang di
bidang kegiatan LSM saat ini meliputi kegiatan yang sangat luas, antara lain:
lingkungan hidup, bantuan hukum, pemberdayaan perempuan, pendampingan
konsumen, pendidikan dan latihan, sosial, koperasi, penerbitan, kesehatan,
keluarga berencana, pengembangan pertanian dan pedesaaan.5 Maka pesantren
Metal termasuk ke dalam LSM yang bergerak di bidang penanggulangan masalah
sosial.
Kegiatan LSM dalam pengembangan masyarakat bisa dipahami sebagai
bagian dari aksi sosial. Menurut Weber ada empat tipe kegiatan sosial. Pertama
4 Abdul Syani. Sosiologi. Skematika, teori dan terapan. Bumi Aksara. Jakarta. 2007. Hal 76-77
5 Opcit, Zubaedi, wacana pembangunan......, hal 135
9
traditional action, yaitu aksi sosial yang didasarkan pada adat istiadat dan
kebiasaan. Kedua affective action, yaitu aksi sosial yang didasarkan pada
perasaan. Ketiga, wetrational action yang didasarkan pada nilai-nilai atau
katakanlah ia diorientasikan pada suatu nilai atau tujuan utama seperti tujuan
agama. Dan keempat zweckrational action, yaitu aksi sosial yang ditujukan pada
tujuan tertentu. Seperti perencanaan strategis, rasionalisme ekonomi, dan struktur
birokrasi. 6 Aksi sosial Pesantren Metal sendiri meruapakan kolaborasi dari
keempat tipe aksi-aksi sosial di atas karena aksi sosialnya merupakan aksi
tradisional karena pesantren merupakan tradisi pendidikan tertua di Indonesia, dan
Sang kyai juga melakukan aksi perasaan, karena kalau tidak dengan perasaan
kasih sayang yang dimilikinya, sudah pasti kyai tidak akan betah dalam
membimbing santri-santri bermasalah tersebut. Aksi ini juga sudah tentu
berlandaskan pada nilai-nilai agam Islam yang selalu memerintahkan hambaNya
untuk menolong sesama, sedangkan untuk faktor tujuannya tidak begitu
mendominasi karena sebenarnya kyai sendiri tidak mempunyai tujuan yang terlalu
tinggi apalagi tujuan tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Peran Pesantren Metal Dalam Penanggulangan masalah sosial
Pesantren metal, menggunakan pendekatan manusiawi dalam
menyembuhkan santri-santrinya. Teori pendekatan yang dilakukan lebih condong
seperti teori hirarki kebutuhan (Hierarchy of Needs) yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis atau dasar ( kebutuhan akan udara, makanan,
minuman dan sebagainya)
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Sebagai orang yang mempunyai masalah sosial, tentu santri-santri metal
tersebut kehilangan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya, seperti yang
6 Ibid,..... hal 142
10
disebutkan di atas, karena mereka dikucilkan masyarakat, mereka tidak mendapat
makanan, atau minuman, karena ditelantarkan. Mereka juga tidak mendapatkan
rasa aman, apalagi dicintai dan disayangi. Karena tidak ada yang menyanyangi
maka tidak ada juga yang menghargai, dan bagaiamana mereka bisa,
mengaktualisasikan dirinya. Tapi di Pesantren Metal mereka semua mendapat
hak-hak yang harusnya mereka miliki. Sedangkan kebutuhan dasar yang dipenuhi
bukan hanya yang bersifat fisik tetapi juga kepada aspek rohani yaitu pemenuhan
ilmu keagamaan.
Dalam penerimaan santri-santrinya pun pesantren tidak pandang bulu,
dalam membantu mereka, meskipun dia bukan orang Islam sekalipun Pondok
Metal tetap mau membantu apabila mereka memang membutuhkan bantuan.
Keadaan yang demikian sejalan dengan konsep universalisnme Islam. karena
Islam merupakan agama universal rahmatan lil alamin, yang ajarannya mencakup
seluruh aspek kehidupan umat manusia yang berlaku di setiap tempat dan masa.
Pesantren Metal mempuyai peran yang nyata dalam penanganan masalah
sosial, secara umum penanggulangan masalah sosial tersebut dilakasanakan dalam
2 aktifitas, yaitu pertama beupaya mengembalikan kembali hak-hak para
santrinya yang bermasalah sosial untuk menjadi manusia yang normal, kedua
menggerakkan partisipasi etos sumber daya yang ada pada santri-santri abangan.
Setelah mereka sembuh dari penyakit sosialnya, mereka diajak berkreasi dan
beraktifitas sesuai dengan kemampuannya. Tidak banyak santri yang menjadi
asisten Mas Bakar dalam mengelola pesantren. Sehingga Mas Bakar tidak repot
mencari orang untuk membantunya. Kegiatan yang demikian tidak lain dilakukan
sebagai tindak lanjut dari didikannya. Jadi disana bukan hanya dilakukan
penyembuhan saja, tetapi lebih dari itu adalah pemanfaatan SDM yang ada. Selain
itu kegiatan terssebut dilakukan karena rasa kekeluargaan yang dimiliki. Mas
Bakar menganggap semua oramg adalah keluarganya.
Maka dapat dinyatakan bahwa Pesantren Metal terlibat aksi dalam
pengembangan masyarakat. Dan pada hakikatnya telah melakukan upaya
perubahan sosial secara sadar, terencana, dan berkelanjutan dengan tujuan
menjaga kelangsungan hidup orang-orang berpenyakit sosial yang sesungguhnya
11
masih punya kesempatan untuk hidup lebih normal dan dapat beribadah. dan
cakupan pengembangannya terletak dalam bidang penanggulangan masalah
sosial.
KESIMPULAN
Pesantren Metal, bukan hanya sebagai lembaga pendidikan Islam saja
tetapi juga merupakan lembaga sosial yang infomal yang berani mengambil resiko
dalam menangani santri yang luar biasa, yaitu santri-santri yang mempunyai
masalah sosial yang dalam masyarakat dianggap negatif. Tapi dengan niat yang
tulus ikhlas membantu mereka, sang kyai pun berhasil mengembalikan sifat
kemanusiaan mereka, dan mengajak mereka untuk lebih mendalami agama Islam.
namun pekerjaan ini tidak dianggap berat, justru niat baik tersebut juga berbuah
kebaikan bukan hanya untuk para santrinya tetapi juga dirinya sendiri.
Meskipun tidak dibekali manajemen pengelolahan pesantren yang
sistematis, pondok metal mampu mempertahankan eksistensinya di masyarakat,
bahkan dapat menyaingi lembaga-lembaga sosial formal dalam menanggulangi
masalah sosial. Dari kenyataan tersebut, tampak eksistensi pesantren yang
berbasis ajaran islam, yang selama ini dianggap kuno atau tradisional, ternyata
mampu menjawab tantangan zaman.
12