Politik & Hukum Sua ra Pembaru an Sabtu-Minggu, 6-7 Mei ...gelora45.com/news/SP_2017050606.pdf · 6...

1

Click here to load reader

Transcript of Politik & Hukum Sua ra Pembaru an Sabtu-Minggu, 6-7 Mei ...gelora45.com/news/SP_2017050606.pdf · 6...

Page 1: Politik & Hukum Sua ra Pembaru an Sabtu-Minggu, 6-7 Mei ...gelora45.com/news/SP_2017050606.pdf · 6 Politik & Hukum Sua ra Pembaru an Sabtu-Minggu, 6-7 Mei 2017 [JAKARTA] Ketua Komisi

Politik & Hukum6 Sua ra Pem ba ru an Sabtu-Minggu, 6-7 Mei 2017

[JAKARTA] Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo me-negaskan bahwa lembaganya tidak tebang pilih dalam men-angani kasus dugaan korupsi pengadaan proyek Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP) tahun 2011-2013.

Ia menegaskan bahwa ka-sus dugaan korupsi tersebut terus disidik oleh jajarannya. Walaupun, hingga saat ini, memang belum ada ter-sangka dari kalangan politisi yang namanya disebut dalam surat dakwaan milik ter-dakwa Irman dan Sugiharto.

“Kalau kita konsisten saja (dalam menangani kasus e-KTP). Ya tidak lah (tebang pilih), Anda lihat saja nanti,” kata Agus, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (5/5).

Secara terpisah, Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang juga mengatakan hal yang sama, yaitu lembaga antiko-rupsi tetap akan terus mengem-bangkan kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP. Apalagi, sudah ada lampu hijau dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan yang digelar, pada Jumat (5/5), di Istana Merdeka, Jakarta.

“Yang penting kasus itu (korupsi e-KTP) tidak akan pernah berhenti begitu saja. Tadi, kan, message-nya, kan, jelas. Bahwa dari mes-sage yang ditangkap dari kunjungan itu, presiden menghendaki persoalan itu segera dipercepat. Kira-kira begitu,” ungkap Saut.

Sementara itu, ditan-

yakan mengenai hasil perte-muannya dengan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Presiden Joko Widodo (Jokowi) me-negaskan bahwa dalam perte-muan tersebut pemerintah menegaskan komitmen untuk mendukung penuh langkah yang diakukan lembaga anti-rasuah terkait upaya pember-antasan korupsi.

Untuk i tu , mantan Gubernur DKI Jakarta ini, meminta publik tidak mena-nyakan atau meragukan dukungan pemer in tah dalam upaya pemberan-tasan korupsi yang di-lakukan oleh KPK.

“Intinya pemerintah dukung penuh langkah KPK dalam rangka membuat megara ini bersih dari korupsi. Kita berikan dukungan penuh. Jelas saya kira dukungan pe-merintah. Jangan ditanyakan

lagi dan diragukan,” tegas Jokowi usai meresmikan pem-bukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I dan Halaqoh Ekonomi Nasional Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Tahun 2017, di Pondok Pesantren As-Tsaqafah Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (5/5).

Hak AngketDi tempat terpisah, hak

angket yang dimiliki anggota DPR jangan disalahgunakan sebagai alat kepentingan politis untuk mengejar mak-sud dan tujuan tertentu.

Koordinator Forum Masyarakat Pemantau P a r l e m e n I n d o n e s i a (Formappi ) Sebas t i an Salang berpendapat, saat ini masyarakat sudah bisa meli-hat bagaimana anggota DPR sering menjadikan hak ang-ket sebagai mainan politik.

“Hak angket menjadi se-buah hak yang bisa dipakai kapan saja sesukanya. Hak angket sudah dijadikan mainan politik oleh DPR,” kata Sebastian Salang, dalam diskusi Angket KPK: Manuver Parpol Melawan Gerakan Rakyat Anti Korupsi, yang di-gagas Parasyndicate, Jumat (5/5), di Jakarta.

Dalam perjalanannya se-lama ini, menurutnya, hak ang-ket juga sering digembar-gem-borkan untuk menekan lawan politik serta sudah menjadi salah satu celah untuk tingkat-kan negosiasi politik.

“Kalau sampai dibiar-kan, begitu ada lembaga penegak hukum yang meng-ganggu DPR, hak itu (hak angket) akan dimainkan,” ucap Sebastian.

Seperti yang baru-baru ini diperlihatkan bagaimana DPR sudah sangat terkesan

memaksakan penggunaan hak angket untuk KPK.

Padahal, dalam menggu-lirkan hak angket KPK, DPR yang menyetujui belum bisa menunjukkan pelanggaran apa yang sudah dilakukan lembaga antirasuah itu.

“Salah satu fungsi strate-gis yang dimiliki DPR adalah

pengawasan. DPR harus bisa membuktikan adanya pelang-garan UU yang dilakukan KPK,” ucapnya.

Oleh sebab itu, menurut-nya, sudah sangat jelas sekali ada benang merah bahwa hak angket kali ini digunakan un-tuk mengganggu proses hu-kum KPK. [N-8/Y-7]

Presiden Minta KPK Percepat Penuntasan Kasus “E-KTP”Hak Angket Jadi “Mainan” Politik

[JAKARTA] Komis i Pemberantasan Korupsi (KPK) menegaskan memi-liki bukti permulaan yang cukup untuk menjerat man-tan Direktur Utama PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), Budi Tjahjono se-bagai tersangka. Budi diket-ahui ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus dugaan ko-rupsi penunjukan dan pem-bayaran agen dalam lelang penutupan ansuransi ‘oil and gas’ pada 2009, serta jasa asuransi dan aset proyek pada 2012 di BP Migas.

“Kami sudah memiliki bukti permulaan yang cukup (untuk menetapkan Budi sebagai tersangka),” kata Jubir KPK, Febri Diansyah di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (5/5).

Pernyataan Febri ini menanggapi Sekretari Perusahaan Jasindo, Yuko Gunawan yang menyebut penunjukkan agen untuk mengikuti sejumlah tender di BP Migas itu, sudah merujuk

pada aturan dan mekanisme internal yang berlaku. Febri tak mempersoalkan pernyat-aan Jasindo. Febri justru me-minta pihak Jasindo untuk menjelaskan hal tersebut dalam proses penyidikan ka-sus ini. “Ya silakan saja, yang pasti hal tersebut bisa dijelas-kan dalam proses pemerik-saan,” katanya.

Direksi dan pejabat Jasindo memiliki kesem-patan untuk menjelaskan kasus ini dalam proses pe-meriksaan.

Dikatakan, Febri, dalam waktu dekat, pihaknya akan memanggil dan memeriksa sejumlah pejabat Jasindo yang dianggap mengetahui dugaan korupsi penunjukan agen ini. “Jadi, kita akan panggil, kita akan periksa pihak-pihak yang punya kewenangan dan mengikuti alur dari penunjukkan agen tersebut, sampai proses pen-gadaan itu,” papar Febri.

Menurut Febri, pihak-nya tidak akan menetapkan

Budi sebagai tersangka jika tidak memiliki bukti permu-laan yang cukup. Apalagi, Budi diduga melakukan ko-rupsi yang merrugikan keuangan negara lantaran menunjuk dan membayar agen dalam proses lelang yang diikuti Jasindo terkait penutupan ansuransi 'oil and gas' pada 2009, serta jasa asuransi dan aset proyek pada 2012 di BP Migas.

“Tentu saja, indikasi kerugian negaranya di sini dimulai dari penunjukkan langsung agen sampai pada proses pembayaran terhadap dua agen di dua pengadaan itu,” katanya.

Diketahui, KPK mene-tapkan mantan Dirut PT Jasindo, Budi Tjahjono se-bagai tersangka kasus dug-aan korupsi penunjukan dan pembayaran agen dalam lelang penutupan ansuransi 'oil and gas’ pada 2009, serta jasa asur-ansi dan aset proyek pada 2012 di BP Migas. [F-5]

[JAKARTA] Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Demokrat (PD) dilak-sanakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 7-9 Mei 2017. Rakernas merupakan bagian dari kon-solidasi PD menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) Serentak 2018, termasuk Pemilu 2019.

“Rakernas ini bagian konsolidasi pemenangan menuju Pilkada Serentak 2018 serta Pemilu 2019,” k a t a K e t u a D i v i s i Komunikasi Publik DPP PD Imelda Sari, Sabtu (6/5).

Dia menambahkan, raker-nas mengusung tema 'Rapatkan Barisan, Gerakkan Mesin Partai Menuju Kemenangan Pilkada 2018, Pemilu 2019'. “Kami ingin se-luruh struktur Partai Demokrat benar-benar siap raih kemen-angan. Ini kan pesertanya ada dari DPD provinsi, DPC kabu-paten/ kota seluruh Indonesia,”

imbuhnya.Pada bagian lain, dia

mengungkapkan, terdapat beberapa rangkaian kegiatan pada Minggu (7/5) seperti jalan sehat yang langsung diikuti putra sulung Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Har imur t i Yudhoyono (AHY). Selain itu juga yakni acara penandatanganan spanduk kampanye anti

berita bohong atau hoax dan fitnah. Hal tersebut juga di-lakukan dalam memperin-gati Hari Kebebasan Pers yang jatuh pada 3 Mei.

Peluncuran BukuSelanjutnya yaitu pelun-

curan buku Twitter SBY dan kegiatan bersama warga masyarakat dengan AHY bertajuk ‘Demokrat Peduli dan Beri Solusi’. “Pembukaan rakernas ren-cananya diselenggarakan hari Senin tanggal 8 mei 2017,” kata Imelda.

S e c a r a t e r p i s a h , Sekretaris Jenderal PD Hinca IP Pandjaitan XIII menegas-kan, partainya berkomitmen menyuarakan kampanye anti hoax. “Kami ingin nyum-bang pikiran menjaga demokrasi tentang kebe-basan pers yang profesional. Pers yang adil dan bertang-gung jawab,” kata Hinca di NTB, Jumat (5/5). [C-6]

KPK Miliki Bukti Korupsi di Jasindo Gelar Rakernas, Demokrat Bahas Pemenangan Pilkada dan Pilpres

Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

memeriksa advokat, Anton Taufik terkait kasus dugaan korupsi proyek e-KTP, Jumat (5/5). Anton dip-eriksa sebagai saksi untuk melengkapi berkas pengus-aha rekanan Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri), Andi Agustinus alias Andi Narogong yang telah ber-status tersangka.

Jubir KPK, Febri Diansyah mengatakan, dalam pemeriksaan ini, tim penyidik mendalami peran Anton terkait langkah mantan anggota Komisi II DPR dari Fraksi Hanura, Miryam S Haryani yang mencabut BAP miliknya di persidan-gan beberapa waktu lalu. KPK menduga Anton sempat menemui Miryam yang saat itu masih bersta-tus saksi di kantor pen-gacara Elza Syarief.

“Kita ingin memper-dalam terkait apa yang ter-

jadi di kantor pengacara Elza Syarief pada saat itu. Kita ingin melihat apakah ada pertemuan antara saksi dengan Miryam pada saat itu masih berstatus saksi,” kata Febri di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (5/5).

Diduga dalam perte-muan itu, Anton menyu-ruh Miryam untuk men-cabut BAP. Febri menga-takan, saat ini, pihaknya masih mendalami hubun-gan pertemuan tersebut dengan sikap Miryam untuk mencabut BAP. Akibat pencabutan BAP tersebut, Miryam saat ini menyandang status ter-sangka kasus dugaan pemberian keterangan ti-dak benar di persidangan.

“Kita ingin mendalami lebih lanjut apakah ada kausalitas atau hubungan sebab akibat dengan pen-cabutan BAP yang di-lakukan oleh Miriam di pengadilan. Kami masih mendalami hal itu lebih lanjut,” katanya. [F-5]

Keterlibatan Advokat

ANTARA FOTO/BiRO PeRs seTPRes-LAiLy RAchev

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Mensesneg Pratikno (kedua kanan) dan Juru Bicara Presiden Johan Budi (kanan) menerima pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi di istana Merdeka, Jakarta, Jumat (5/5).

isTiMewA

Susilo Bambang Yudhoyono