POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx...
-
Upload
joko-anflied -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
Transcript of POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx...
![Page 1: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/1.jpg)
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS HETEROGEN DAN BERBANTUKAN
ULTRASONIK
Oleh :Achmad Hambali (Ketua)Nim : 12 644 024
Bunga Mega Putu Ijayanti (Penulis II)Nim : 12 614 005
Rifka Ria (Penulis III)Nim : 12 614 006
JURUSAN TEKNIN KIMIAPOLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2013
![Page 2: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/2.jpg)
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya dapat menyelesaikan paper ini. Penulis Menyadari bahwa paper ini dapat penulis
selesaikan karena bantuan semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ramli Yusuf, ST, M.Eng. Ketua Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda.
2. Marlinda, S.T, M.Eng. Dosen Pembimbing
3. Zaenal Arifin, S.T, M.Eng Dosen Pembimbing
4. Temen-teman yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan paper ini
Semoga sumbangan pemikiran dalam paper ini dapat berguna khususnya untuk penulis, dan
masyarakat sekitar.
Samarinda, Mei 2013
Penulis
SPC - PETROFORIA 2013 1
![Page 3: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/3.jpg)
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS HETEROGEN DAN BERBANTUKAN
ULTRASONIK
Achmad Hambali*, Rifka Ria, Bunga Mega Putu
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda*Email: [email protected]
081347369865
AbstrakMinat pengembangan bahan bakar terbarukan meningkat secara substansial dalam
beberapa tahun terakhir. Banyak kepentingan dibalik pengembangan ini seperti tren kenaikan
biaya bahan bakar tradisional, masalah lingkungan terkait bahan bakar fosil, dan
meningkatkanketergantungan pada energi asing. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan
biodiesel sebagai bahan bakar alternatif. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif mesin
diesel yang mendapatkan perhatiandi seluruh dunia. Kelebihan biodiesel adalah tidak beracun,
biodegradable, dan dapat digunakan secara langsungdi sebagian mesin diesel tanpa
memerlukan banyak modifikasi. Tulisan ini bertujuan menggali potensi pengembangan katalis
heterogen berbasis limbah tandan kosong sawit serta inovasi penggunaan ultrasonik dalam
rangka perbaikan dan pengembangan teknologi proses produksi biodiesel.
Secara konvensional, biodiesel banyak diproduksi menggunakan katalis basa homogen
dibanding asam homogen untuk mempercepat reaksi transesterifikasi. Hasil konversi
transesterifikasi menggunakan katalis KOH sekitar 70-80% dengan perbandingan reaktan 1:6.
Penggunaan KOH dapat digantikan dengan katalis padat (heterogen) yang juga bersifat basa
seperti abu tandan kosong sawit (TKS). Jumlah abu TKS di Kalimantan Timur mencapai 2,4 juta
ton dan belum termanfaatkan secara optimal. Unsur Kalium dalam abu TKS berpotensi sebagai
katalis basa heterogen. Kandungan Kalium dalam abu TKS sekitar 29,82% (b/b). Konversi
biodiesel meningkat seiring dengan jumlah abu TKS yang digunakan. Hasil optimum dicapai
pada rasio berat abu terhadap minyak 6% dengan konversi 69,67%. Hasil tersebut tidak jauh
berbeda ketika menggunakan KOH. Penggunaan abu TKS jelas lebih ekonomis karena murah,
dapat digunakan kembali, dan proses pemisahan produk hasil lebih mudah.
Inovasi penggunaan gelombang ultrasonik dalam reaksi transesterifikasi berpotensi
mempersingkat waktu reaksi dengan kualitas biodiesel yang sesuai standar bahan bakar solar.
Penggunaan ultrasonik juga dapat mengurangi input energi proses yang digunakan. Pada
penggunaan ultrasonik, pemberian panas lebih merata sehingga kemungkinan tumbukan antar
molekul semakin banyak. Semakin banyaknya tumbukan ini, dapat mempercepat reaksi
transesterifikasi. Diharapkan dengan kombinasi penggunaan abu TKS sebagai katalis dan
SPC - PETROFORIA 2013 2
![Page 4: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/4.jpg)
teknologi ultrasonik pada pembuatan biodiesel, dapat mengurangi biaya dan waktu proses
produksi.
Kata kunci: biodiesel, katalis, ultrasonik
SPC - PETROFORIA 2013 3
![Page 5: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Bahan bakar minyak yang berbahan baku fosil tergolong bahan bakar yang tidak
terbarukan (unreneweable). Akibat pertumbuhan penduduk dan industri, penggunaan BBM
terus meningkat sementara cadangan minyak semakin menipis, sehingga sangat
berpotensi menimbulkan krisis energi pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk
mengatasi persoalan tersebut dan mengurangi ketergantungan pada BBM perlu diadakan
diversifikasi energi dengan cara mencari energi alternatif yang terbarukan (renewable).
Salah satunya adalah energi alternatif yang berasal dari minyak tanaman / tumbuhan
(Posman, 2003 dalam Suirta, 2009 ).
Contoh energi alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti solar adalah
biodiesel. Secara teknis, biodiesel memiliki kinerja yang lebih baik dari pada solar,
biodiesel juga merupakan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan, serta biodiesel
tidak mengandung bahan berbahaya seperti Pb, bersifat biodegradable, emisi gas
buangnya juga lebih rendah dibandingkan emisi bahan bakar diesel. Biodiesel memiliki
efek pelumasan yang tinggi sehingga dapat memperpanjang umur mesin dan memiliki
angka setana yang tinggi ( > 50).( Aziz, dkk, 2011). Hal inilah yang menyebabkan
peningkatan permintaan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif.
Saat ini, harga biodiesel masih lebih tinggi dibandingkan solar dari minyak bumi. Hal
ini disebabkan harga bahan baku yang tinggi dan masih bersaing dengan kebutuhan
pangan. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan minyak jelantah sebagai
bahan baku minyak nabati. Minyak jelantah telah mengalami perubahan, baik sifat fisik
maupun kimianya, bahkan bersifat karsinogenik (racun) bagi tubuh manusia. Pemanfaatan
minyak goreng bekas untuk pembuatan biodiesel akan memberikan beberapa keuntungan,
diantaranya dapat mereduksi limbah rumah tangga atau industri makanan dan mereduksi
biaya produksi biodiesel sehingga harganya lebih murah dibanding dengan menggunakan
minyak nabati murni.
1.2 Katalis reaksi transesterifikasi
Pembuatan biodiesel selama ini lebih banyak menggunakan katalis homogen, seperti
asam dan basa. Katalis asam jarang digunakan karena bersifat korosif saat proses
sehingga merusak reaktor dan dapat pula merusak mesin diesel pada saat penggunaan
karena katalis asam ini masih ada yang ikut pada produknya, pada produk yang dihasilkan
Salah satu contoh katalis homogen basa yang sering digunakan sebagai katalis pada
SPC - PETROFORIA 2013 4
![Page 6: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/6.jpg)
pembuatan biodiesel adalah KOH, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Azis,dkk
(2011) pembuatan biodiesel berbahan dasar Minyak jelantah dengan katalis KOH
memperoleh yield biodiesel pada reaksi transesterifikasi sebesar 88%.
1.3 Perkembangan teknologi proses pembuatan biodiesel
Proses pembuatan biodiesel umumnya dilakukan secara konvensional. Reaksi
transesterifikasinya dilakukan pada labu estrans yang dilengkapi dengan termometer,
kondensor, dan pengaduk magnetik. Kecepatan pengadukan berpengaruh terhadap
kecepatan reaksi. Semakin tinggi kecepatan pengadukan akan meningkatkan pergerakan
molekul dan menyebabkan terjadinya tumbukan. Dengan semakin banyaknya metil ester
yang terbentuk menyebabkan pengaruh pengadukan semakin rendah (tidak signifikan)
sampai dengan terbentuknya keseimbangan (Noureddini dan Zhu,1997 dalam Asthasari,
2008). Proses konvensional ini memakan waktu yang cukup lama. Akhir-akhir ini
berkembang teknologi pembuatan biodiesel yang lebih cepat dan efisien yaitu dengan
menggunakan bantuan gelombang ultrasonik.
Dalam paper ini dilakukan pengkajian pengembangan katalis, terutama untuk
menjawab permasalahan dari katalis homogen, yang masih sering digunakan namun
memiliki banyak kekurangan. Dengan penggunaan katalis heterogen, permasalahan yang
ditimbulkan oleh katalis homogen dapat diatasi, dan menghasilkan konversi biodisel yang
lebih optimal. Salah satu contoh katalis heterogen berbasis limbah biomassa adalah abu
tandan kosong sawit. Penggunaan katalis dari tandan kosong sawit, sangat
menguntungkan dalam sisi biaya produksi, karena dapat digunakan kembali dan banyak
tersedia di alam. Sehingga diharapkan dapat dihasilkan biodisel dengan kualitas bagus
dengan biaya produksi murah. Selain itu, di dalam paper ini membahas mengenai
pengguna teknologi dalam proses konversi untuk mempercepat prosesnya.
SPC - PETROFORIA 2013 5
![Page 7: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/7.jpg)
BAB II
Isi
Reaksi dasar pembuatan biodiesel adalah transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester.
Pembuatan biodiesel dapat menggunakan berbagai macam bahan baku misalnya minyak
jelantah. Pemilihan bahan baku ini didasarkan pada kandungan asam lemak bebasnya.
Kandungan asam lemak bebas yang tinggi dapat menurunkan hasil konversi karena terjadinya
reaksi penyabunan. Banyak peniliti menyarankan penggunaan bahan baku yang kadar asam
lemak bebasnya dibawah 1% sehingga tidak memerlukan reaksi esterifikasi dalam proses
pembuatan biodiselnya.
Reaksi tranesterifikasi :
Gambar 1. Reaksi pembentukan metil ester
Pada reaksi diatas, katalis yang umumnya digunakan adalah KOH. Menurut Aziz dkk,
2011, konversi biodisel dari minyak goreng bekas menggunakan katalis KOH adalah sebesar
88%. Biodisel yang dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI.
KOH yang selama ini digunakan sebagai katalis homogen dapat digantikan dengan
katralis heterogen yang berwujud padat. Katalis heterogen yang berwujud padat menawarkan
banyak kelebihan dibandingkan katalis homogen, seperti dapat mengurangi biaya produksi
mengingat katalis yang digunakan dapat diregenerasi secara berulang, dan menjawab
permasalahan katalis homogen terutama terkait dengan isu lingkungan. Pada pengujian katalis
heterogen pembuatan biodiesel yang dilakukan oleh Peterson dan Scarrah (1984) (dalam
Asthasari, 2008) menyimpulkan bahwa katalis yang mengandung campuran unsur Ca, Mg dan
K menghasilkan rendemen ester yang tinggi. Pada penggunaan katalis heterogen, reaksi
penyabunan diharapkan dapat dicegah. Proses pemisahan produk dari hasil konversi
menggunakan katalis homogen, dilakukan dengan cara pencucian menggunakan air panas.
Keberadaan air panas inilah yang memungkinkan terjadinya reaksi penyabunan. Sedangkan
pada penggunaan katalis heterogen, proses pemisahan produk dilakukan dengan cara
penyaringan sehingga reaksi penyabunan dapat dihindari.
SPC - PETROFORIA 2013 6
![Page 8: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/8.jpg)
R’
O
+ H2O
R’ OH
O
+ ROH
R’ OHH
O
+
R’
O
+ H2ONaOH
O-Na+
OR
Reaksi penyabunan yang terjadi adalah :
Gambar 2. Reaksi Penyabunan
Pembuatan katalis abu TKS umumnya dilakakan dengan cara membakar tandan kosong
sawit tersebut dan abunya dikeringkan dengan suhu sekitar 1100C. Berdasarkan Yoeswono,
dkk (2007), Kandungan Kalium dalam abu TKS adalah sekitar 29,82% (b/b). Konversi biodiesel
meningkat seiring dengan jumlah abu TKS yang digunakan. Hasil optimum dicapai pada rasio
berat abu terhadap minyak 6% dengan konversi 69,67%.
Proses pengolahan biodiesel umumnya dilakukan secara konvensional. Proses
pengolahan ini akan memakan waktu yang cukup lama karena pada proses pengadukannya
hanya mengandalkan pengaduk mekanis sehingga pengadukannya tidak merata. Proses
pengadukan dapat dipercepat dengan bantuan gelombang ultrasonik. Menurut Suslick, dkk
1999(dalam Dono, 2012), aplikasi gelombang ultrasonik dalam cairan dapat menciptakan
kavitasi dan hot spot, sehingga hal itu dapat meningkatkan semua tingkat reaksi kimia.
Selain itu, pada penggunaan ultrasonik, pemberian panas lebih merata sehingga
kemungkinan tumbukan antar molekul semakin banyak. Semakin banyaknya tumbukan inilah
yang dapat mempercepat reaksi transesterifikasi.
Dari data percobaan yang telah dilakukan Marlinda (2010) dengan perbandingan
pereaksi 1:4, suhu reaksi 550C dengan katalis KOH 1% dan waktu reaksi selama 60 menit,
variasi waktu reaksi dilakukan tiap 10 menit. Hasil perbandingan proses konvensional dan
ultrasonik dapat dilihat pada Grafik 1.
SPC - PETROFORIA 2013 7
![Page 9: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/9.jpg)
0 10 20 30 40 50 60 700
102030405060708090
100
Konvensionalultrasonik
Waktu Reaksi (menit)
Konv
ersi
(%)
Grafik 1. Hubungan konversi dengan waktu reaksi antara proses konvensional dengan ultrasonik
Dari Grafik 1 menunjukkan bahwa proses dengan menggunakan gelombang ultrasonik
menghasilkan konversi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa ultrasonik. Perbandingan
reaktan yang sama 1:4 katalis 1% dan suhu reaksi sekitar 550C dan sebelum masuk ke dalam
masing-masing reaktor minyak sawit dipanaskan 700C dan metanol sekitar 500C. Dengan
perlakuan, pada proses konvensional direaksikan kedalam reaktor batch sirkulasi dan dan pada
proses dengan bantuan ultrasonik digunakan reaktor ultrasonik berupa ultrasonic cleaner yang
direaksikan selama 60 menit. Pada Grafik 1 menunjukkan pengaruh gelombang ultrasonik yang
dapat mempercepat reaksi transesterifikasi minyak sawit dan metanol dapat dilihat dari konversi
yang diperoleh. Sehingga pengaruh gelombang ultrasonik pada ultrasonic cleaner dengan
frekuensi 42 KHz dan power 35 watt dapat membantu pembuatan biodiesel. Gelombang
ultrasonik dapat membantu proses reaksi transesterifikasi dari minyak sawit dan metanol,
dengan pengaruh kavitasi dan termal yang digunakan oleh ultrasonic cleaner dapat membantu
atau memberikan energi yang sangat besar untuk bereaksi sehingga kecepatan reaksi dapat
meningkat. Laju reaksi yang meningkat sehingga konversi pembentukan metil ester (biodiesel)
pun meningkat dalam waktu yang lebih pendek dibanding dengan yang tanpa ultrasonik.
SPC - PETROFORIA 2013 8
![Page 10: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, direkomendasikan kombinasi penggunaan
abu tandan kosong sawit dan teknologi gelombang ultrasonik pada pembuatan biodiesel.
Diharapkan dengan kombinasi tersebut dapat mengurangi biaya produksi dan mempercepat
waktu proses produksi.
SPC - PETROFORIA 2013 9
![Page 11: POLITEKNIK-NEGERI-SAMARINDA_PENGEMBANGAN-TEKNOLOGI-PROSES-PEMBUATAN-BIODIESEL-MENGGUNAKAN-KATALIS-HETEROGEN-DAN-BERBANTUKAN-ULTRASONIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/577c77e61a28abe0548deeb4/html5/thumbnails/11.jpg)
Daftar Pustaka
Arthasari, R. U. (2008). “Kajian Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Menggunakan Katalis Abu Tandan Kosong Sawit”. Laporan Skripsi, IPB Bogor.
Aziz, I., Nurbayati, S. & Ulum, B. (2011). “Pembuatan Produk Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi”. Valensi, Vol. 2, No. 3, Hal. 443-448.
Dono, A. & Arifin, Z. (2012). “Pemanfaatan Gelombang Ultrasonik pada Proses Deastilasi dalam Rangka Produksi Kitosan Berbasis Limbah Udang”. Prosiding Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono IX, UPN Veteran Jawa Timur.
Marlinda. (2010). “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit Berbantukan Gelombang Ultrasonik”. Laporan Penelitian, Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda.
Suirta, I. W. (2009). Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit”. JURNAL KIMIA 3 (1), Hal. 1-6.
Yoeswono, Triyono & Tahir, I. (2007). “Pemanfaatan Limbah Abu Tandan Kosong Sawit Sebagai Katalis Basa pada Pembuatan Biodiesel dari Minyak”. J. Manuasia dan Lingkungan, Vol. 14, No. 2, Hal. 55-62.
SPC - PETROFORIA 2013 10