Polip Nasal Komed-final

32

Click here to load reader

Transcript of Polip Nasal Komed-final

Page 1: Polip Nasal Komed-final

POLIP NASAL

Koass THT18 November 2011

Page 2: Polip Nasal Komed-final
Page 3: Polip Nasal Komed-final
Page 4: Polip Nasal Komed-final
Page 5: Polip Nasal Komed-final

EPIDEMIOLOGI

MORTALITASTidak ada mortalitas yang berhubungan langsung dengan polip nasal.MORBIDITASMorbiditas berhubungan dengan perubahan kualitas hidup, obstruksi

nasal, anosmia, sinusitis kronik, sakit kepala dan mendengakur (snoring)

Pada situasi tertentu, polip nasal bisa mengubah tulang kranio-fasial karena polip ini bisa bertumbuh ke arah intrakranial.

Page 6: Polip Nasal Komed-final

USIA

Polip nasal multiple jinak biasanya terjadi pada pasien di atas 20 tahun dan lebih sering pada pasien di atas 40 tahun.

Polip nasal jarang terjadi pada anak < 10 tahun.

Page 7: Polip Nasal Komed-final

Kondisi-kondisi berikut berhubungan dengan polip multiple yang jinak

Page 8: Polip Nasal Komed-final

PATOFISIOLOGI

Patogenesis untuk polip nasal tidak diketahui, tetapi dihubungkan dengan inflamasi kronik, disfungsi sistem saraf otonom dan pengaruh genetik.

Tetapi teori yang paling banyak dipakai adalah inflamasi kronik.

Page 9: Polip Nasal Komed-final

Kebanyakan studi mengatakan bahwa polip nasal terjadi lebih banyak pada

pasien non-alergi dibanding dengan pasien dengan penyakit alergi. Secara statistik, pasien polip nasal sering terjadi pada pasien dengan asthma

non-alergi (13%) dibanding asma alergi (5%)

1. Menurut teori Bernstain, perubahan inflamatori pertama terjadi di dinding nasal bagian lateral atau mukosa sinus yang disebabkan oleh reaksi viral-bakterial atau sekunder terhadap turbulensi aliran udara terutama akibat penyempitan lubang hidung karena inflamasi mukosa.

Ulserasi atau prolaps dari submukosa dapat terjadi dengan re-epitalisasi dan pembentukan kelenjar baru. Selama proses ini, polip dapat terbentuk dari mukosa karena proses inflamasi yang tinggi dari sel epitel, sel vaskular endotel dan fibroblas mempengaruhi integritas bioelektrik dari natrium channel pada permukaal luminal sel epitel saluran napas pada mukosa nasal. Proses ini meningkatkan absorbsi natrium yang selanjutnya menimbulkan retensi air dan pembentukan polip.

Page 10: Polip Nasal Komed-final

2. Teori lain berhubungan dengan Teori

ketidakseimbangan vasomotor. Ini disebabkan karena peningkatan permeabilitas vaskular dan regulasi vaskular yang terganggu yang menyebabkan detoksifikasi produk sel mast contohnya histamin. Efek jangka panjang dari produk ini dalam stroma polip akan menyebabkan edema yang diperberat oleh obstruksi saluran vena.

Page 11: Polip Nasal Komed-final

3. Teori ruptur epitel Teori ini mengatakan ruptur pada epitel mukosa

nasal disebabkan peningkatan turgor jaringan pada penyakit (alergi atau infeksi) ruptur ini menyebabkan prolaps dari lamina propria dari mukosa yang mengakibatkan terjadinya polip. Defek ini disebabkan oleh efek gravitasi atau obstruksi saluran vena yang menyebabkan polip.

Page 12: Polip Nasal Komed-final
Page 13: Polip Nasal Komed-final

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi polip nasal berhubungan dengan ukurannya.Polip kecil tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada

pemeriksaan rutin bila terdapat pada bagian anterior.Polip yang terletak posterior biasanya tidak terdeteksi pada

rhinoskopi anterior.Polip kecil di tempat seperti meatus medial bisa

mengakibatkan gejala dan menghalangi saluran keluar sinus mengakibatkan sinusitis kronik ataupun sinusitis akut rekuren.

Polip yang menimbulkan gejala bisa menyebabkan obstruksi aliran udara hidung, post nasal drip, sakit kepala, mendengkur, dan rinorea.

Hiposmia ataupun anosmia yang terjadi bisa menjadi petunjuk adanya polip selain dari sinusitis kronik.

Page 14: Polip Nasal Komed-final
Page 15: Polip Nasal Komed-final

Poliposis masif atau polip tunggal yang besar yang menyumbat cavum nasal atau nasofaring bisa menyebabkan gejala obstruksi saat tidur dan pernapasan melalui mulut yang kronis.

Page 16: Polip Nasal Komed-final
Page 17: Polip Nasal Komed-final

PEMERIKSAAN FISIKPertama sekali dilakukan rhinoskopi anterior.

• Untuk anak kecil, otoskop dan spekulum otologi biasanya digunakan. Otoskop diletakkan di kavum nasal akan meperlihatkan konka inferior, septum anterior dan bagian kavum nasal hingga konka medius dan septum media.

• Meatus media bisa dilihat dengan menggunakan rhinoskopi anterior jika anak koperatif dan tidak terdapat edema atau sekresi mukosal yang signifikan di bagian kavum nasal.

• Untuk polip nasal yang jinak biasanya terdapat pada meatus medial.

Page 18: Polip Nasal Komed-final

Pemeriksaan endoskopi fleksibel ataupun rigid (kaku) merupakan metode yang terbaik untuk pemeriksaan kavum nasal dan nasofaring untuk mengetahui anatomi nasal dan mengidentifikasikan lokasi dan sejauh mana polip nasal.

Page 19: Polip Nasal Komed-final

Untuk anak kecil, nasofaringoskop fiber optik yang fleksibel

sering digunakan karena kurang traumatik.Pada pasien yang lebih dewasa dan koperatif, digunakan

endoskopi rigid karena bisa mengidentifikasikan meatus medial dan rhesesus spheno-ethmoid.

Dekongestan dan anestesi dilakukan pada kavum nasi sebelum prosedur endoskopi pada pasien berusia > 6 bulan.

Untuk anak-anak, evaluasi dinding posterior dari kavitas oral bisa mengindikasi simptomatologi polip. Contohnya post nasal drip.

Polip yang besar atau lesi pada kavum nasi bisa protrusi sampai ke orofaring posterior yang menyebabkan lesi di belakang palatum dan uvula atau menekan palatum ke arah inferior dan aterior.

Page 20: Polip Nasal Komed-final

Lakukan pemeriksaan otoskopik karena polip yang sangat besar bisa menyebabkan disfungsi tuba Eustachius dan menyebabkan cairan dan infeksi di ruang telinga tengah.

Pemeriksaan harus dilakukan untuk nervus kranial dan struktur kraniofasial untuk mengidentifikasi lesi nasal yang telah meluas ke struktur vital di sekitarnya.

Page 21: Polip Nasal Komed-final
Page 22: Polip Nasal Komed-final

PENYEBABcontohnya ensefalocele, glioma, hemangioma,

papiloma, angiofibroma nasofaring juvenile, rhabdomyosarcoma, lymphoma, neuroblastoma, ca nasofaring, sarcoma, dan chordoma

ensefalocele papiloma

Page 23: Polip Nasal Komed-final

Diagnosis Banding

Page 24: Polip Nasal Komed-final

Pemeriksaan Laboratorium• Anak-anak dengan rhinitis alergi harus

dievaluasi alerginya meliputi pemeriksaan serologi RAST (Radio Allergosorbent test) atau semacam skin test.

• Pemeriksaan sweat chloride test/genetic testing penyakit fibrosis kistik pada anak-anak dengan tumor jinak pada hidung

• Pemeriksaan swab pada nasal dapat membedakan alergi dan non-alergi sinusitis dan mengindikasikan apakah anak-anak dapat responsif dengan pengobatan glukokortikoid.

• Adanya neutrofil pada pemeriksaan swab mengindikasikan sinusitis kronik

Page 25: Polip Nasal Komed-final

PencitraanKriteria standar untuk mengevaluasi adanya lesi pada

nasal, khususnya nasal poliposis/sinusitis

CT Scan (1-3 mm) di area maxillofacial MRI untuk adanya keterlibatan intrakranial atau

perluasan dari polip nasal

CT Scan dan MRI dapat membantu diagnosa dari polip dan perluasan ke dalam cavum nasal, sinus, dan membantu penegakkan diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding.

Page 26: Polip Nasal Komed-final

Pemeriksaan Histologis

Karakteristik :• Penebalan pada membrana basalis• Banyak nerve endings• Pseudostratified ciliated columnar epitelium• Stromanya edematosus• Vaskularisasi buruk dan tidak memiliki

persarafan, kecuali bagian basal dari polip

Page 27: Polip Nasal Komed-final

• Eosinofil adalah sel inflamasi yang paling

banyak ditemukan, 80-90% ditemukan pada polip. Biasanya ditemukan pada pasien polip dengan asthma bronchial dan alergi.

• Neutrofil 7% dari polip. Pada polip dengan neutrofil tidak sensitif atau tidak responsi terhadap kortikosteroid karena kekurangan kortikosteroid-sensitif eosinofil. Terdapat pula degranulasi dari sel mast.

Page 28: Polip Nasal Komed-final
Page 29: Polip Nasal Komed-final
Page 30: Polip Nasal Komed-final
Page 31: Polip Nasal Komed-final

Microdebrider

Page 32: Polip Nasal Komed-final

Terima Kasih...